Oleh :
Nama : Parmo
NIM : 202002026115
Dosen : Dr. Maryano, SH., MH, CN
Mata Kuliah : Budaya Hukum
Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Salah satu bentuk kewajiban negara menyiapkan
kelanjutan dari hukum dasar tertulis dan tidak tertulis, menyelidiki pasal-pasalnya,
hukum nasional, yang pada prinsipnya sudah ada, narnun, yang belum tersedia
adalah politik hukum nasional itu sendiri 2. Sebagian unsur politik hukum nasional
disebut GBHN) Tahun 1973 melalui TAP MPR/XI/73. 3 TAP MPR tersebut
atau pembaharuan hukum nasional. GBHN tersebut Adalah produk politik secara
resmi dan transparan dari pihak MPR, yang dapat dibaca secara terbuka oleh
1
Padmo Wahyono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1986, hlm. 17-18
2
Mochtar Kusuma-Atmadja & B. Arief Sidharta, Pengantar llmu Hukum,
Bandung:Alumni, 2000, hlm. 126-127
3
Lihat Garis-Garis Besar Haluan Negara, 1998. Bab IV. Sektor 3 Bidang Hukum
sehingga organ-orang negara-negara lainpun tahu bagaimana kondisi penegakan
Eksistensi suatu TAP MPR pernah dihapuskan dalam tata urutan peraturan
menetapkan sebanyak 6 GBHN (GBHN 1973, 1978, 1983, 1988, 1993 dan 1998).
GBHN yang akan diamanatkan kepada Presiden. Rutinitas yang dilakukan oleh
MPR ini seakan tidak mqlihat faktor nil kebutuhan dan perkembangan hukum
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari format dan rumusan tujuan pembangunan
nasional dari keseluruhan GBHN tersebut satu sama lain memiliki kesamaan
yaitu:
adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila di dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bersatu dalam
suasana peri kehidupan Bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai".
Melihat rumusan arah dan program tersebut, tidak ada tindakan evaluatif
yang kuat bagi Bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas
supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, berakhlak
mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun ke
depan."
disatu pihak produk materi hukum, pernbinaan aparatur, sarana dan prasarana
hukum, mutu pelayanan serta tidak adanya kepastian dan keadilan hukum
hukum yang mengidentikan sebagai peraturan yang bersumber kepada jati diri
Salah satu aturan yang mendesak untuk masuk ke dalam pemikiran guna
mencapai tujuan dari pembangunan nasional yaitu kepastian hukum dan keadilan,
4/1996), yang sampai saat ini masih diberlakukan. Apabila diperhatikan dalam
memerlukan lembaga hak jaminan yang kuat dan mampu memberi kepastian
masyarakat yang sqjahtera, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
bidang bisnis yang sangat pesat tanpa diimbangi pembaharuan dan pembentukan
keadilan menjadi suatu asas yang sangat penting bagi setiap orang yang terlibat
dalam dunia bisnis, terlebih dinamika dunia bisnis sangat bervariasi sehingga
sunt servanda.
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
bidang, termasuk dalam hal ini adalah pembangunan dalam bidang ekonomi.
Dalam kondisi perekomian dewasa ini, banyak cara yang dilakukan agar
mendapatkan apa yang diinginkan, terutama bagi para pengusaha maupun orang-
orang yang bekerja di lingkungan industri, dirnana mereka masih berada dalam
masalah utamanya.
atau kredit sangat diperlukan oleh masyarakat, karena salah satu cara untuk
"Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
Dalam berbagai literatur hukum perdata, asas itikad baik kurang mendapat
pacta sunt servanda. Padahal disadari atau tidak, kedudukan asas itikad baik
tanah, akan terseret dalam sengketa dan merugikan salah satu atau para pihak itu
sendiri. Berangkat dari pemikiran tersebut, paling tidak ada tiga alasan yang
Pertama, keberadaan asas itikad baik dalam hubungannya dengan jual beli,
pada ranah normatif, terutama dinyatakan dalam kaitannya dengan upaya untuk
sengketa perdata yang terkait dengan permasalahan pembeli beritikad baik ini
mengandung suatu dilema hukum, karena menempatkan dua belah pihak yang
tidak bersalah (pemegang hak asal dan pembeli yang beritikad baik) meminta
siapa yang harus dianggap benar. Lalu, pihak mana yang harus mendapat
"perlindungan hukum", apakah (1) pemegang hak atas tanah asal yang harus
mendapat perlindungan hukum; atau (2) pembeli yang beritikad baik yang layak
dalam hal ini adalah apakah gugatan penggugat harus dikabulkan, sehingga
pembeli yang beritikad baik harus mengembalikan tanah yang dikuasainya kepada
pemegang hak asal atas tanah, ataukah sebaliknya, gugatan harus ditolak, karena,
sebagai pembeli yang beritikad baik, maka pihak ketiga yang beritikad baik harus
undangan yang berlaku tidak memberikan suatu petunjuk yang jelas tentang siapa
yang dapat dianggap sebagai "Pembeli Yang Beritikad Baik" tersebut. Meskipun
demikian, Pasal 531 KUH Perdata menyebutkan bahwa bezit itu beritikad baik,
memperoleh hak milik di mana ia tidak mengetahui adanya cacat atau kekurangan
di dalamnya".
Selanjutnya, Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata hanya menyatakan bahwa
perjanjian harus dilaksanakan berdasackan itikad baik, namun juga tidak memuat
lebih lanjut siapa pembeli beritikad baik itu. Hat ini mungkin bisa dipahami,
karena asas itikad baik berada di wilayah "nilai" yang tidak mudah untuk
penjelasannya.
Agung", terlihat bahwa salah satu klasifikasi dalam perkara perdata yang paling
banyak muncul adalah sengketa tanah. Hal ini mengisyaratkan bahwa secara
dengan objek lainnya. Sehubungan dengan itu, tak mengherankan jika sejumlah
tanah perlu ditangani oleh lembaga peradilan tersendiri. Pertanyaan yang mungkin
kemudian juga muncul, mengapa sengketa yang berbasis pada hak atas tanah bisa
banyak terjadi Perjanjian jual beli tanah di Indonesia membuka celah atau potensi
munculnya itikad buruk pada salah satu pihak atau masing-masing pihak. Jika kita
perjanjian jual beli tanah, misalnya jual beli dilakukan hanya atas dasar
mengenai seluruh hal yang diperjanjikan. Lebih dari itu, praktek jual beli tanah di
Indonesia tidak saja masih memperlihatkan adanya perjanjian yang dibuat dalam
bentuk akte di bawah tangan, akan tetapi ju~~a masih ada yang dibuat secara lisan
atau tidak tertulis. Secara yuridis formal, perjanjian jual beli tanah seperti ini tentu
sangat 'rapuh'. Apabila para pihak beritikad baik, mungkin perjanjian yang 'rapuh'
itu tidak akan menjadi masalah di kernudian hari. Akan tetapi, apabila salah satu
pihak beritikad buruk, maka tentu mudah berubah menjadi sengketa dan
hukum perjanjian jual beli tanah yang masih beragam. Dalam hubungannya
dengan soal keberagaman norma hukum yang digunakan sebagai acuan dalam
praktek perjanjian jual beli tanah di Indonesia, setidaknya kita akan menernukan
adanya tiga jenis peraturan yang berbeda satu sarna lainnya, yakni UU No 5
Tahun 1960 (UUPA) serta aturan pelaksananya, Hukum Perdata, dan KUH
Perdata. Meskipun dalam konteks perjanjian jual beli tanah KUH Perdata
dinyatakan sudah tidak berlaku lagi, akan tetapi sebagai salah satu bentuk
perjanjian, dalam perjanjian jual beli tanah juga tidak bisa begitu saja diabaikan
keberadaan KUH Perdata yang memang mengatur masalah perjanjian secara lebih
lengkap.
Para pihak yang melakukan perjanjian jual beli menggunakan hukum yang
dalam perjanjian jual beli tanah, di antara masing-masing norma hukum yang
menjadi pegangan.
Dari segi persepsi dasar, misalnya, mentutut KUH Perdata perjanjian jual
beli sudah terjadi manakala ada kesepakatan dari masing-masing pihak, tanpa
menurut UUPA perjanjian jual beli tanah seharusnya dilakukan di depan PPAT.10
mana setelah kesepakatan dibuat kemudian baru ditindak lanjuti dengan perbuatan
hukum penyerahan; sedangkan hukum agraria dan hukum adat memiliki asas
nyata, tunai, dan kontan, sehingga penyerahan dianggap telah terjadi berbarengan
beli tanah juga akan muncul dari corak alas hak atau dokumen kepemilikan yang
dalam hal ini berkaitan erat dengan kewenangan pengalihan hak atas tanah atau
kewenangan bertindak untuk menjual. Dalam hal ini, dokumen kepemilikan tanah
di Indonesia juga masih sangat beragam, seperti ada dokumen kepemilikan yang
berdasarkan Sertifikat tanah dan ada yang hanya berupa dokumen pajak. Lebih
10
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Jakarta: BPHN, 1977, hlm. 10
dari itu, persepsi masyarakat dengan persepsi hukum mengenai kedudukan masinb
sehingga dalam hal ini tidak sedikit masyarakat mernandang bahwa dokumen
dokumen kepemilikan.
pun, dalam banyak hal kewenangan seseorang untuk melal:ukan peralihan hak
atas tanah tidak jarang masih tersandung dengan masalah asal-usul timbulnya hak
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), telah diatur suatu lembaga jaminan hak atas
tanah atau tanah dan bangunan yang disebut dengan Hak Tanggungan, yang
dengan hal tersebut, maka lahirlah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Tanah (UUHT).
lagi. Hal ini dimaksudkan untuk mengantarkan bangsa Indonesia ke era Hak
Tanggungan yang bersifat nasional. Pengertian Hak Tanggungan berdasarkan
Pasal layat (1) UUHT, yaitu11 "Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah
hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagairnana dimaksud dalam
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan
lain."
disebabkan karena hukum memberikan hak kepada pihak yang merasa dirinya
atas jam inan hutang oleh kreditur pada prinsipnya b.ukan merupakan satu-
satunya i cara untuk menyelesaikan kredit macet, karena dalam praktek perbankan
terdapat 2 (dua) cara untuk menyelesaikan kredit macet, yaitu intern dan secara
ekstern. Pada eksekusi secara intern, penyelesaian kredit macet secara intern yang
11
Lihat Pasal I Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
12
Mochammad Dja'is, Pikiran Dasar Hukum Eksekusi; (Semaranp: Pakultas Hukum
Universitas Diponegoro, 2004), hlm. 6
dilakukan oleh bank dapat melalui beberapa tahapan, ekstern, penyelesaian secara
ekstern merupakan upaya terakhir yang dapat ditempuh oleh kreditur apabila
secara ekstern berupa eksekusi, dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, melalui
(KPKNL).13
gugatan terhadap hutang dan jaminan debitur yang tidak diikat dengan Hak
Kasus Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Semarang, Tesis
Negara dan Lelang (KPKNL), terhadap jaminan yang telah dibebani dengan Hak
Tanggungan, tanpa fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri (parate executie).
tersebut diatur dalam UUHT adalah dengan mengatur model eksekusi secara
13
Desiana M., Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang, Eksekusi Hak
"Tanggungna Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, Studi Kasus Pada Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Semarang Tesis Program Studi Magister Konotariatan,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2012, hlm. 17-19.
variasi sehingga para pihak dapat memilih eksekusi sesuai dengan keinginan
berbagai cara. Berdasarkan Pasal 20 UUHT, apabila debitur cidera janji maka
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) menurut tata cara yang ditentukan dalam
pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
perlu meminta persetujuan terlebih dahulu dari pemberi Hak Tanggungan dan
setempat untuk pelaksanaan pelelangan umum dalam rangka eksekusi objek Hak
Tanggungan tersebut.
Tanah (UUHT Nomor 4/1996), hak tanggungan memiliki korelasi yang sangat
kepastian bagi setiap kreditur terhadap debiturnya. Dalam negara modern dan
hukum yang dapat menjamin eksistensi hal: milik pribadinya dalam kaitannya
kepastian hukum tersebut, bukan hanya berlaku bagi kreditur semata. 17 Rangkaian
dialektis pula dituntut oleh Debitur. Pembebanan Hak Tanggungan terhadap suatu
benda milik debitur, baik yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan
16
R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1993, hlm. 1-4
17
Lihat Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
ataupun hak guna usaha, harus diwujudkan ke dalam Akta Pemberian Hak
Berbasis kepada APHT sebagai suatu perjanjian yang tunduk kepada asas,
accesoir, asas pacta sunt servanda dan asas konsensualisme, maka pemegang
kepentingan kreditur.
risk asset bagi bank, karena asset bank itu dikuasai pihak luar bank, yaitu para
debitur. Setiap bank menginginkan dan berusaha keras agar kualitas risk asset ini
sehat dalam arti produktif dan collectable, tetapi kredit yang diberikan kepada
para debitur selalu memiliki resiko berupa kredit tidak dapat kembali tepat pada
(SHT) oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) melalui instrumen hul:um disebut
parate eksekusi.
janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak Umtuk menjual objek
Beranjak dari pemikiran bahwa sifat dari norma yang positif menjadi
menetapkannya sebagai hukum, dalam hal ini adalah negara. Eksistensi negara
Teori Kontrak Sosial yang digagas oleh John Locke dalam bukunya Two Treaties
Hobbes terhadap Teori Kontrak Sosial. Menurut John Locke bahwa manusia pada
dasarnya tidak baik. Negara dalam hal ini adalah pemerintah, diperlukan justru ;
menjaga hak milik pribadi.19 Kepentingan pihak ketiga yang memperoleh hak
milik dari instrumen parate eksekusi atau pelelangan umum, berdasarkan itikad i
Secara fisik objek dari Hak Tanggungan tidaklah dikuasai oleh kreditur dan pihak
pemenang pelelangan umum, namun dikuasai oleh debitur. Negara wajib hadir
19
F. Budi Hardiman, Pemikiran-Pemikiran Yang Membentuk Dunia Modern (Dari
Machiavelli sampai ; Nietzsche), Jakarta: Erlangga, 2011, hlm. 70
adalah hubungan antara dua subyek lurkum atau lebih mengenai hak dan
kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewaj iban dipihak yang
lain.20 Hubungan hukum dapat terjadi diantara sesama subyek hukum dan antara
dengan seorang lainnya, antara seseorang dengan suatu badan hukum, dan antara
suatu badan hukum dengan badan hukum lainnya. Hubungan antara ? subyek
hukum dengan barang berupa hak, baik hak kepemilikan maupun hak penguasaan
subyek hukum atas barang tersebut baik barang berwujud dan barang bergerak
perbedaan kepentingan antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum
kemudian dikenal dengan norma hukum yang sangat penting peranannya dalam
dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui
20
R. Soeroso, Pengantar limit Hukum, .lakarta: Sinar Gratika, 2011, hlm. 269
21
Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan, 2005, hlm. 1.
ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum
kekuasaan, hukum akan berupa kaidah sosial yang berisil:an anjuran belaka.
konsensualisme, asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda. Padahal
disadari atau tidak, kedudukan asas itikad baik sangat penting. Sebelum para
melaksanakan perjanjian, semua harus didasari dengan itikad baik. Tanpa didasari
itikad baik, dapat dipastikan perjanjian jual beli tanah, akan terseret dalam
22
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Bandung:
Citra Adiyta Bakti, 1993, hlm. 1
23
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Apa dan
BagairnanaFilsafat Hukum Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002, hlm. 206-207
sengketa dan merugikan salah satu atau para pihak itu sendiri.
B. Rumusan Masalatr.,
hak tanggungan?
C. Tujuan Penelitian.
sengketa.
D. Kegunaan Penelitian.
Adapun kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis.
beritikad baik atas pembelian objek jaminan hak tanggungan. Hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai masukan (input) bagi pihak-pihak yang ingin
mempelajari lebih lanjut dan mendalam tentang pembeli yang beritikad baik
yuridis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dan masukan
bagi pelaksanaan penelitian di bidang yang sama untuk masa mendatang pada
2. Kegunaan Praktis.
acuan tambahan bagi para peneliti lain maupun pihak yang ingin menemul:an,
Unnum dan para pelaku usaha perbankan dan Badan Lelang sehingga
E. Kerangka Pemikiran
Theory. Manusia umumnya, dilahirkan seorang diri, dan tidak dapat hidup
bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya ingin selalu berkumpul
lahirnya aliran sejarah hukum, ternyata aliran hukm alam tidak hanya
24
J.B. Daliyo, Pengantar [lmu Hukum, Jakarta: Gramedia, 1989, hlm. 12
25
Albert Y. Dien, "Hubungan Hukum dan Moral Menurut Teori Immanuel Kant",
JurnaISupremasi Hukum, Vol. 7, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 133
disajikan sebagai ilmu pengetahuan, tetapi juga diterima sebagai prinsip-
adanya suatu hukum yang lebih tinggi dari hukum positik Hukum alam
dan pendapat para filsuf hukum bermunculan dari masa ke masa. Pada
abad ke-17, substansi hukum alam telah menempatkan suatu asas yang
Tuhan Yang Mafia Esa yang secara kodrati mendapatkan hak dasar yaitu
kebebasan, hak hidup, hak untuk dilindungi, dan hak yang Iainnya. Hal ini
senada dengan prinsip, hukum alam pada abad ke-18 yaitu kebebasan
Locke, menurut John Locke teori hukum beranjak; dari dua hal di atas
adalah manusia yang tertib dan menghargai kebebasan, hak hidup dan
manusia.
bahaya yang mungkin mengancam, baik datang dari dalam maupun dari
sebagai hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya. Dengan
hukum, oleh karena ini, hak-hak dasar itu, tidak boleh dihalangi oleh
Negara.28 Hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati,
universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi
hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan,
kesejahteraan, yang oleh karena itu tidak boleh diabaikan atau dirampas
oleh siapapun.
27
Bernard L.Tanya, Yoan N. Simanjuntak, & Markus Y. Hage, Teori Hukum. Strategi
Tertib Manusia Lintas Ruang Generasi, Jakarta: Genta Publishing, 2010, hlm. 72-73
28
Ibid., hlm. 75.
2. Middle Range Theory, Teori Lelang
wnum) dapat ditemukan dalam Pasal I Vendu Reglement S. 1908 No. 189,
penjualan itu, atau diijinkan untuk ikut serta, dan diberikan kesempatan
penjualan umum dari properti bagi penawar yana tertinggi, dirnana pejabat
umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau lisan yang
perundang-undangan.
sukarela.
29
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Jakarta : Sinar Grafika: 2016, hlm. 21-22
3. Applied Theory, Teori Jaminan
dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga
jumlah, besar, dengan jangka waktu yang lama dan bunJa yang relatif
rendah31.
30
Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung PT. Citra Aditya
Bakti,199G), hal. 5
31
Sri Soedewi Masjhoen Solivan, Hukuin laminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum dan
Jaminan Perorangan, (Jakarta: BPHN Departemen Kehakiman RI. 1980). hal 5
Sofwan ini merupakan sebuah konsep yuridis yang berkaitan dengan
jaminan pada masa yang akan datang. Sedangkan saat ini telah dibuat
ini adalah:
32
Ibid, hal. 6
33
Ibid, hal. 6
34
Salim HS, SH,MS. Perkembangan liulcum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Gratindo Persada, 2007, hal. 6
hukum jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah
bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum
debitur. Penerirna jam man adalah orang atau badan hukum yang
sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hulcum. Badan
c. Adanya jaminan
kebendaan.
pinjamau dan bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau
macam, yaitu sumber hukum formal tertulis dan tidak tertulis. Apabila
35
Ibid, hal.14
36
Ibid, hal.15
KUHDagang; c) Undang-Undang Nonlor 5 tahun 1960 tentang
itu dibagi menjadi 2 macam, yaitu objek materiil dan objek forma.
a. Asas Publicitet, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan,
penerima gadai.
37
Ibid, hal.9
e. Asas horizontal, yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu
kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik
F. Metode Penelitian.
disiplin ilmu hukum, baik secara teori rnaupun praktik. Peter Mahmud Marzuki
isu hukum yang dihadapi. 38 Definisi yang lain diungkapkan oleh Moris Cohen dan
practice. It is process of finding the late that the taverns an activih, and material
dari praktek hukum, meliputi prows penemuan hukum dari menemukan kegiatan
yang cuku,p Lintuk membuat sebuah dokumen atau pembelaan terhadap hak-hak
kliennya di pengadilan. Untuk mencapai tttjuan dari penelitian ini metode yang
38
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian..., Op cit, hlm. 3
39
Morris L. Cohen & Kent C. Olson, Legal Research, West Group, St. Paul, USA. 2000
digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif (normative law research)
hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
lembaga atau pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini memandang I
hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas
1. Pendekatan Penelitian.
kebutuhan analisis hukum yang sesuai dengan karakter ilmu hukum normatif,
yang terdapat dalam suatu norma seperti sejarah hukum dan kasus-kasus
40
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hokum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2005, hlm.37
41
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukun: Normatrf, [3ayumedia
Publishing, Malang, 2010, hlm. 300
a. Pendekatan Perundang-undangan.
bagi Pembeli beritil:ad baik alas pembelian objek jaminan hak tanggungan
b. Pendekatan Konseptual.
c. Pendekatan Kasus.
pendekatan kasus (case approarch) digunakan untuk menganalisis
memperhatikan sistem hukum yang lain untuk diambil prinsip atau asas
ilmiah.
2. Spesifikasi Penelitian
sebab dilandasi oleh sifat khas ilmu hukum yang terletak pada metode
42
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm 29-33
43
Arief Sidharta, Op Cit, hlm. 32
44
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajavali
Press, Jakarta, 1985, hlm. 15
dalam hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha dan bagaimana upaya
tetap.
melalui penelusuran bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
Yaitu, analisis yang berupa kalimat dan uraian. Metode yang digunakan
adalah analisis yuridis yaitu analisis yang berdasarkan pada teori-teori, konsep
G. Daftar Pustaka
BUKU
Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2012.
Andre Ata Ujan, Keadilan Dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John
Rawls,Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, 2016.
Bernard Arief Sidharta, Filsafat Hukum Pancasila, Makalah Bahan Ajar Program
Pascasarjana Universitas Islam Indonesia (Ull), tidak dipublish, Tahun 2012.
Edi Setiadi dan Rena yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
Erna Widjajanti, Itikad Baik Dalam Jual Beli Tanah, dalam Jurnal llmiah Hukum
AI- Qist, Volume l l No 1 Januari - Juni 2010.
Jonaedi Effendy dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian HukUnn Normatif dan
Empiris, Jakarta: Kencana, 2016.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Jakarta:Prenada Media,
2005.
Lili Rasjidi dan LB Wysa Putra, Hul:um Seba,ai Suatu Sistem. Bandung, Remaja
Rusdakarya, 2012.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsatat Hul:um, Penerbit CV.
Mandar Maju, Bandung, 2002.
M. Hatta Ali, Peradilan Sederhana Cepat & Biaya Ringan Menuju Keadilan
Restoratif, Bandung: Alumni, 2012.
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, Biro Hukum -
Sekretariat Jenderal, Jakarta, 18 Februari 2005.
Rochmat Soemitro, "Peraturan dan Instruksi Lelang", ed. ke-2, Bandung: Eresco,
1987.
Sibuea, Hotma P., Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan & Asas-Asas
UmumPemerintahan yang Baik, Jakarta: Erlangga, 20 Sjahdeini, Sutan
Remy., Hak Tanggungan Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Mengenai
Undang-Undang Hak Tanggungan, Bandung:Alwnni,
Sri Soedewi Masjehoen, Hak Jaminan Atas Tanah, Yogyakarta: Liberty, 1975.
Subekti, Hukum Acara Perdata; Jakarta: BPHN, 1977.
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Jakarta : Prenada Media,
2004.
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006.
JURNAL/ARTIKEL
Albert Y. Dien, " Hubungan Hukum dan Moral MenUu-ut Teori Immanuel Kant",
Jurnal Supremasi Hukum, Vol. 7, Nomor 2, Juli 2011.
Fifidiana, Kompetensi Badan Peradilan Umum Dan Peradilan Tata Usaha Negara
Dalam Gugatan Pembatalan Risalah Lelang Study Kasus Willem Irianto
Vs Bank Internasional Indonesia Dan Willem Irianto Vs Kepala Kantor
Lelang Kelas I Kediri, (Tesis Magister Kenotariatan Universitas Indonesia,
Jakarta 2009.
Moh. Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelaln Pemerintahan Yang Baik,
Bahanpada Acara Seminar Nasional "Saatnya Hati Nurani Bicara" yang
diselenggarakan oleh DPP PartaiHANURA. Mahl:amah Konstitusi
Jakarta, 8 Januari 2009.
Muntoha, Demokrasi dan Negara Hukum, Jurnal Hukum No. 3, Vol. 16, Juli
2009. Rocky Marbun, Keterlemparan (gowerfen-sein) Hukum Pidana
Dalam RasioTindakan Instrumental Terhadap Direksi Sebagai Rechts
Persoon Dalam Praktik Peradilan Pidana. Jurnal Hukum Pidana & dan
Pembangunan, Vol. 1, No. 1, 2018. -
Vendu Instructie (instruksi lelan(T) Stb. 1908 No. 190 yang diubahterakhir den-an
Stb. 1930 No. 85.
INTERNET, WEBSITE
BPHN, "Setiap Orang Berhak Atas Pengakuan, Jaminan, Perlindungan, dan
Kepastian Hukum Yang Adil"
https://www.bphn.QO.id/news/2015021110005019/ setiap-orang-berhak-
atas-pengakuan jaminan-perlindungan-dan-kepastian-hukum-yang-adil
Deposite : 11 Februari 2015