Anda di halaman 1dari 8

Peran Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang P3 Sebagai

Pengharmonisasi Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia


Kelompok I
Oleh: Muhammad Wafa Ariansyah Munir (21103040001), Muhammad Raihan Majid
(21103040006)

Abstract: Sebagai negara hukum, Indonesia tentunya tidak lepas dari politik
hukum dalam pembentukan peraturan perundang-undangan karena politik hukum
memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan hukum dan peraturan di
dalamnya. Konsep Indonesia sebagai negara hukum lebih banyak mengarah pada
tradisi hukum Eropa Kontinental (civil law) yang mengutamakan hukum tertulis
dengan berupa peraturan perundang-undangan sebagai landasan setiap
penyelengaraan kegiatan pemerintahan. Guna menciptakan hukum harmonis yang
dapat melindungi rakyat secara adil, melindungi hak-hak setiap warga agar
terciptanya masyarakat yang sejahtera, tentu harus ada peraturan yang menjadi
pedoman dalam penyusunan peraturan perundang-undangan sebagai aturan pokok
yang berlaku untuk merumuskan peraturan dari proses awal pembentukannya hingga
peraturan tersebut diberlakukan kepada masyarakat. Dengan adanya peraturan yang
baku, maka setiap penyusunan peraturan dapat dilakukan dengan metode yang sama,
standar yang sama, dan mengikat bagi semua lembaga yang berwenang dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian peraturan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atas legislasi yang baik demi terwujudnya
peraturan yang harmonis. Oleh karena itu, politik hukum pembentukan peraturan
perundang-undangan merupakan kebijakan politik yang diambil dalam menentukan
aturan hukum yang berlaku bagi masyarakat luas serta memperkuat pembentukan
peraturan perundang-undangan yang berkelanjutan.
Kata kunci: Peran, Politik Hukum, Harmonisasi, Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pembentukan peraturan perundang-undang di Indonesia kerap kali
terjadi perdebatan mengenai efektifitas serta relevansi undang-undang dalam
mengikuti perkembangan masyarakat. Karena over regulasi peraturan perundang-
undangan di negara Indonesia seringkali mengakibatkan adanya tumpang tindih
peraturan yang mana menyebabkan obesitas peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Di lain itu sering kali terjadi ketidaksinkronan peraturan pusat dengan
1
peraturan daerah yang berimbas pada berbagai hal, seperti; multi tafsir,
inkonstitusional, disharmoni, dsb. sehingga berdampak pada tidak adanya kepastian
hukum dalam berbagai lini. Maka dari itu pembentukan peraturan perundang-
undangan bukanlah kegiatan monodisiplin hukum semata. Melainkan sumbangsih
beberapa ilmu pengetahuan seperti ilmu politik dan sosiologi harus memberikan
saham dalam prosesnya.
Keberadaan Undang-Undang P3 (UU P3) merupakan dasar pokok yang
memiliki peranan penting dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Sebagaimana tertera di dalam huruf a pada Undang-Undang No. 13 Tahun
2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang berbunyi; “Bahwa Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan dalam mendukung tercapainya arah dan tujuan
pembangunan hukum nasional dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan
berkelanjutan untuk mewujudkan kepastian hukum dan kedaulatan berada di tangan
rakyat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945.”1 Maraknya tumpang tindih peraturan perundang-undangan
menandakan adanya disharmoni antara undang-undang satu dengan undang-undang
lainnya, hal demikian di sebabkan oleh keberadaan peranan politik hukum yang
sering di kesampingkan dalam pembentukan UU P3.
METODE KAJIAN
Tulisan ini dibuat berdasarkan metode penelitian kualitatif dengan model
kajian library research. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
menganalisis secara mendalam pada suatu pembahasan yang berkaitan dengan ilmu-
ilmu sosial dan humaniora.2 Adapun kajian library research merupakan metode kajian
dengan memakai hasil dari telaah pustaka baik berupa buku, jurnal, maupun karya
tulis ilmiah lainnya, yang kemudian dijadikan landasan utama pada karya
kepenulisan. Tulisan ini juga di susun berdasarkan Penelitian Normatif Research
(Normatif Legal Research), yakni berupa proses menemukan aturan hukum, doktrin-
doktrin hukum, dan prinsip hukum guna menjawab isu-isu hukum yang sedang di
hadapi.3
PEMBAHASAN

1
Undang-Undang No. 13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
2
Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif, Wal Ashri Publishing, Medan, Sumatera Utara,
Maret 2020, Hal. 22
3
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2020), Hal. 35.
2
A. Peran Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang P3
Politik Hukum secara etimologis merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari
istilah Belanda rechtspolitiek, dan merupakan pecahan dari dua kata yakni recht yang
berarti Hukum sedangkan Politiek berarti Politik.4 Politik hukum adalah suatu
kebijakan oleh penyelenggara negara yang dibuat sebagai pedoman dasar dalam
pembentukan, dan menentukan arah hukum serta berisikan indikator dalam
memberlakukan suatu hukum. Beberapa para ahli mendefinisikan politik hukum ke
dalam berbagai pengertian;
1. Menurut Padmo Wahjono, Politik Hukum adalah kebijakan penyelenggara
negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk, maupun
isi dari hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang dijadikan kriteria
untuk menghukum sesuatu.5
2. Menurut Soedarto, politik hukum adalah kebijakan dari negara melalui
badan-badan negara yang berwenang untuk menetapkan peraturan-
peraturan yang di kehendaki, yang diperkirakan akan digunakan untuk
mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat untuk dan untuk
mencapai apa yang di cita-citakan.6
3. Menurut Mahfud MD, politik hukum adalah legal policy atau garis
kebijakan resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan
pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama dalam
rangka mencapai tujuan negara.7
Berdasarkan beberapa definisi diatas, politik hukum merupakan pemegang
kendali di dalam pembentukan peraturan perundang-undangan demi terciptanya suatu
peraturan perundang-undangan yang harmonis, relevan, dan mampu membangun
kualitas hukum yang efektif. Dari hal itu, politik hukum memiliki pengaruh kuat
terhadap pembentukan, penentuan arah dari pada peraturan perundang-undangan.
Pada keadaan saat ini, Indonesia sering mengalami kecacatan dalam
pengaturan terhadap undang-undang yang akan/sedang berlaku, dalam konteks ini
lebih biasa di sebut sebagai cacat formil. Adanya kecatatan dalam regulasi
memberikan dampak terhadap pemberlakuannya sehari-hari. Dua dampak yang

4
Frenki, “Politik Hukum Dan Perannya Dalam Pembangunan Hukum di Indonesia Pasca
Reformasi”, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 2, Tahun 2011, Hal. 2
5
Eka N.A.M Sihombing, Politik Hukum, (Enam Media, Medan, Sumatra Utara), Hal. 1
6
Soedarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat: Kajian Terhadap Hukum Pidana,
Sinar Baru, Jakarta, 1983, Hal. 20.
7
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, Hal. 1.
3
begitu urgen dalam pembahasan kali ini, yakni efektifitas undang-undang berkurang
dan progresifitasnya dalam kehidupan masyarakat melemah.
B. Berkurangnya Efektifitas Undang-Undang P3
Undang-Undang P3 merupakan serangkaian aturan yang mengatur akan
sistematika penyusunan pembentukan perundang-undangan yang kemudian menjadi
undang-undang. Landasan hukum mengenai UU P3 di atur dalam UU No. 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Maka, oleh sebab itu
Pembentukan UU P3 di perlukan adanya perhatian khusus dalam kinerjanya, sebagai
antisipasi awal adanya cacat formil dalam penyusunan atau bahkan hal lain yang
dapat berpengaruh buruk terhadap pembentukan UU P3 tersebut.
Saat ini Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan telah mengalami pembaharuan atau pergantian berupa Undang-
Undang No. 13 Tahun 2022 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
sebagai sikap tidak lanjut pemerintah atas Putusan Mahkamah Konstitusi No.
91/PUU-XVIIII/2020 tentang pengujian formil Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja. Adanya perubahan terkait Undang-Undang tersebut diperlukan
sebagai alternatif dalam memperbarui iklim usaha, membenahi kebijakan yang
berbenturan antara satu sama lain, mengatasi hyper regulasi, kebijakan yang tidak
efisien, dan UU yang sifatnya sektoral serta sering tidak sinkron. 8 Suatu undang-
undang bilamana di dalam proses pembentukannya mengalami kecacatan secara
formil maka hal demikian akan merambat terhadap berlakunya suatu undang-undang
tersebut. Efektifitas undang-undang diperlukan demi terwujudnya tujuan dari pada
dibentuknya suatu aturan di dalam bernegara. Oleh sebab itulah dalam pembentukan
undang-undang harus terarah sebagaimana pola politik hukum berjalan pada
pembentukannya.
C. Politik Hukum Pembentukan UU P3
Politik hukum mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
hukum dan peraturan. Legislasi adalah bagian atau subsistem dari system hukum.
Oleh karena itu, membahas politik regulasi undang-undang tidak bisa terlepas dari
pembahasan politik hukum. Ketentuan politik hukum atau politik perundang-
undangan berdasarkan prinsip bahwa hukum atau peraturan perundang-undangan
adalah desain dari kelembagaan politik. Undang-undang Pembentukan Peraturan
8
Vina Rahmatul Ummah, Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Staatsrecht, Jurnal Hukum Kenegaraan dan
Politik Islam, Vol. 2, No. 2, Desember Tahun 2022, Hal. 166.
4
Perundang-undangan merupakan master piece dalam legislasi peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Guna tercipta hukum yang dapat melindungi masyarakat,
perlakuan adil, melindungi hukum setiap warga negara agar hak-haknya terjamin
tentu harus ada aturan yang menjadi pedoman dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan sebagai aturan utama yang berlaku untuk menyusun peraturan
dari proses awal pembentukan sampai dengan peraturan ini berlaku untuk publik.
Sehinga dengan adanya aturan yang baku tersebut, maka setiap penyusunan peraturan
bisa dilakukan dengan cara dan metode yang pasti dengan standar mengikat semua
institusi yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan. Maka dari itu
diharapkan dengan adanya proses yang baik inilah tercipta peraturan perundang-
undangan yang harmonis bagi perkembangan hukum di masyarakat.
Ada beberapa perubahan dan pembaharuan dalam Undang-Undang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Proses pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2022 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Peraturan Perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022
dimuatlah konsep Omnibus Law atau Undang-Undang sapu jagat yang dapat
mengganti beberapa norma hukum dalam Undang-Undang terkait, dengan ini
bermacam-macam peraturan perundang-undang yang tidak selaras dapat disinkronkan
menjadi satu dalam memuat bidang-bidang tertentu, kemudian memangkas peraturan
perundang-undangan lainnya agar lebih efisien dan mudah proses pengaturan
berbagai hal di Indonesia.
Konsep ini ke depan diharapkan dapat membangun harmonisasi perundang-
undangan di Indonesia untuk mencapai kepastian hukum. Namun, konsep ini masih
menjadi perdebatan para ahli apabila diterapkan di Indonesia yang menganut sistem
civil law yang mengutamakan adanya kodifikasi hukum. Konsep ini merupakan
konsep yang baru karena biasanya diterapkan di negara common law, sehingga
memerlukan penyesuaian terhadap sistem hukum di negara kita.
D. Arah Politik Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia
Satjipto Rahardjo menyatakan dalam buku ilmu hukumnya bahwa politik
hukum merupakan jalan memilih dan cara yang dapat dipakai dalam mencapai tujuan
sosial dan hukum tertentu di masyarakat. . Sebagaimana Pancasila sebagai landasan
idiil, merupakan norma kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sedangkan
landasan opersional sendiri terdiri dari; Pertama, hukum sebagai sarana pembaruan
5
dalam upaya mensejahterkan rakyat. Oleh karena itu, guna menciptakan hukum yang
berlandaskan keadilan dan kesejahteraan di perlukan adanya pengharmonisasian
peraturan dengan menyesuaikan konsep negara kesejahteraan. Kedua, hukum
memperkuat demokrasi, dimana hukum adalah bangunan yang harus memperkuat
demokrasi dan harus didirikan berdasarkan konsep atau pola pikir tentang bagaimana
landasan cita-cita demokrasi yang memiliki wajah peradaban ke dalam kehidupan
politik, oleh karena itu perlu adanya landasan hukum yang mencerminkan demokrasi
rasional dengan muatan moral yang kental. Ketiga, hukum yang melindungi hak asasi
manusia, Keempat, hukum yang memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Kelima, Hukum Bhineka Tunggal Ika yang merupakan hukum nasional demi
terciptanya perhatian terhadap perbedaan kebutuhan hukum kelompok tertentu,
sembari tetap mengutamakan kesatuan dan persatuan nasional. Keenam, hukum
melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia.9
Kemudian landasan pokok tersebut telah menjadi dasar dalam pelaksanaan
politik hukum nasional, mengingat pentingnya hukum nasional dalam penentuan arah
kebijakan pembangunan nasional dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya politik
hukum merupakan pemikiran yang menjadi dasar intervensi negara pada hukum,
terutama pada beberapa hal yaitu; penciptaan hukum, pelaksanaan hukum dan
perkembangan hukum di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat di ambil sebuah kesimpulan yang
meliputi beberapa hal, diantaranya:
1. Politik hukum berperan penting di dalam pembentukan Undang-
Undang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU P3), sebab
politik hukum ibaratkan pengendali di dalam menentukan arah suatu
perundang-undangan agar tercipta sebuah aturan hukum yang tersusun
di dalam undang-undang yang bersifat efektif, harmonis, dan efisien.
2. Tumpang tindih, disharmoni, merupakan problema yang memberikan
dampak buruk terhadap berlakunya suatu perundang-undangan.
Sehingga undang-undang akan memiliki kecacatan secara formil dan
memerlukan adanya perbaikan untuk diimplementasikan di kemudian
hari.
9
Sopiani, M. (2020), Politik Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pasca
Perubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, Legislasi Indonnesia, Hal. 151
6
DAFTAR PUSTAKA
Anggono, D. B. (2020). OMNIBUS LAW SEBAGAI TEKNIK PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG:
PELUANG ADOPSI DAN TANTANGANNYA DALAM SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN
INDONESIA. Jurnal RechtsVinding, 9(1), 17–37. https://www.hukumonline.com/berita/baca/
Dirdjosisworo, S. (2019). Pengantar Ilmu Hukum. Rajawali Pers.
Fadli, M. (2018). PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG YANG MENGIKUTI
PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Jurnal Legislasi Indoensia, 15(1), 49–58.
http://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_revisi_uu_no._12_tahun___2011.pdf,
Frenki, O. :, & Abstrak, A. P. (n.d.). POLITIK HUKUM DAN PERANNYA DALAM
PEMBANGUNAN HUKUM DI INDONESIA PASCA REFORMASI.
Persetujuan Bersama, D. (n.d.). DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
Rohmatul Ummah, V. (2022). Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Jurnal Hukum Kenegaraan
Dan Politik Islam, 2(2), 166–186.
Saifulloh, P. P. A. (2020). Politik Hukum Pengaturan Organisasi Sayap Partai Politik dalam
Hukum Positif Indonesia. Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum Dan Konstitusi, 3(2), 17–
32. https://doi.org/10.24090/volksgeist.v3i2.3974
Satria Buana, M. (2017). Prosiding Konferensi Nasional Hukum Tata Negara Ke-4. UPT
Penerbitan Universitas Jember.
Sihombing, E. N. (2020). Politik Hukum.
Sopiani, & Mubaroq, Z. (2020). POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PASCA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN. Jurnal Legislasi Indonesia, 17(2), 146–153.

7
8

Anda mungkin juga menyukai