Anda di halaman 1dari 3

NAMA : YUSNA ARSYAD

NIM : 710522
KELAS :B
UAS POLITIK HUKUM “ANALISIS PERPPU NOMOR 1 TAHUN 2022”
Setiap negara terdapat politik hukum yang perannya sebagai kebijakan dasar
bagi penyelenggara negara untuk menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang
akan dibentuk. Politik hukumnya dilakukan dengan lebih sederhana yaitu lebih
dikaitkan pada kebutuhan yang bersifat khusus daripada yang pokok atau asas-
asanya.1
Hakikatnya politik hukum adalah kebijakan politik yang menentukan aturan
hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur berbagai hal kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Hal ini jelas dimaksudkan untuk menjadikan semua
lembaga-lembaga negara dalam UUD 1945 memiliki kedudukan sederajat dan
berjalannya prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances),
serta merupakan upaya untuk menjadikan UUD 1945 sebagai acuan dasar yang
benar-benar hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan
warga negara (the living constitution). Hal ini ditujukan agar supremasi konstitusi
yang memang dikehendaki dalam sebuah negara hukum dapat diwujudkan. Karena
itu pelaksanaan politik hukum perundang-undangan tidak boleh menghadirkan
hukum dan/atau peraturan perundang-undangan yang hanya untuk kepentingan
penguasa.2
Politik Hukum adalah kebijakan pemerintah mengenai hukum mana yang akan
dipertahankan, hukum mana yang akan diganti, hukum mana yang akan direvisi dan
hukum mana yang akan dihilangkan. Dengan demikian melalui politik hukum negara
membuat suatu rancangan dan rencana pembangunan hukum nasional di
Indonesia.3
Perppu merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan dalam
sistem norma hukum negara republik indonesia. Perppu dikonsepsikan sebagai
suatu peraturan yang dari segi sisinya seharusnya ditetapkan dalam bentuk undang-
undang, tetapi karena keadaan kegentingan memaksa diterapkan dalam bentuk
peraturan pemerintah.4 Perppu merupakan salah satu sumber hukum yang posisinya
setingkat keberadaannya dengan undang-undang dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, atau undang-undang/perppu berada pada urutan ketiga
dalam hierarki perundang-undangan. 5

1
Frenki Frenki, ‘‘Politik Hukum Dan Perannya Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia Pasca
Reformasi,’’ ASAS Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Volume 3, no. No 2 (2011): 1–8
2
Andi Mattalatta, ‘‘Politik Hukum Perundang-Undangan,” Jurnal Legislasi Indonesia Volume 6 No 4
(2009)
3
Amelia Haryanti, et.al. Politik Hukum Disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Ibu Kota Nusantara, Jurnal Legislasi Indonesia Vol 19 No. 3 - September 2022: 307-319
4
Jimly Ashiddiqie. 2007. Hukum Tata Negara Darurat, Pt Raja Grafindo, Jakarta. Hal.3.
5
Mukhlis Taib, Dinamika Perundang-Undangan Indonesia, Cet. 1, Pt Fefika Utama, Bandung, 2017,
hal. 121.
Presiden, “sebagai penguasa ranah eksekusi dalam ketatanegaraan Indonesia,
diberikan hak prerogative subjektif untuk membuat perppu. Presidenlah yang
menafsirkan keadaan kegentingan memaksa terkait kondisi pemerintahan yang
sedang dihadapinya. Karena sifatnya sangat subjektif, perppu tidak tertutup
kemungkinan terjadi penyimpangan dari segi maksud dan tujuan, bisa saja
kepentingan presiden sebagai ranah eksekutif secara tersirat dapat termuat dalam
suatu perppu. Oleh karena itu para ahli hukum yang berseberangan dengan ide
hukum darurat sering menetang pengaturan tentang hukum darurat dalm konstitusi. 6
Perppu sendiri memiliki materi muatan seperti undang-undang. Yang
membedakan Perppu dengan Undang-Undang ialah Proses pembentukannya.
Perppu dibuat dan ditetapkan oleh presiden dalam keadaan kegentingan yang
memaksa, sedangkan Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-Undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama
presiden. Perppu ini bukan berarti tidak melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat
selaku yang memiliki fungsi legislagi. Dalam UUD 1945 disebutkan dalam Pasal 22
ayat (2) yang berbunyi “Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut”. 7
Dalam hal Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu). Perppu tersebut
ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 12 Desember 2022, dan
diundangkan pada hari yang sama. Perppu tersebut dibutuhkan bagi penyelenggara
Pemilu sebagai landasan hukum pelaksanaan Pemilu di ibu kota negara (IKN) dan di
empat daerah otonomi baru (DOB). Adapun keempat DOB itu adalah Provinsi Papua
Selatan, Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Pegunungan, dan Provinsi Papua
Barat Daya.
Dalam Pasal 173 ayat (2a) Perppu tersebut diberikan pengecualian bagi
keempat DOB di Papua terkait persyaratan kepengurusan dan kantor tetap Partai
Politik untuk Pemilu 2024. Syarat Parpol calon peserta Pemilu adalah memiliki
kepengurusan dan kantor tetap di setiap provinsi, artinya termasuk di provinsi-
provinsi di wilayah Papua. Maka, Perppu tersebut memberikan pengecualian.
Sementara itu, dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota
Negara (IKN), disebutkan bahwa IKN merupakan setingkat provinsi, sedangkan
warga negara wilayah IKN tak memiliki hak pilih untuk memilih DPRD di tingkat
provinsi, juga termasuk tak memiliki hak pilih di DPRD tingkat kabupaten/kota.
Sebaliknya, warga di wilayah IKN hanya memiliki hak pilih untuk memilih
presiden/wakil presiden.
Kondisi pertumbuhan penduduk di wilayah IKN belum meningkat secara
signifikan. Di sisi lain, apabila ditambahkan anggota DPR dan DPD dari wilayah IKN,
6
Muhammad Siddiq, “ Kegentingan Memaksa Atau kepentingan Penguasa (Analisis Terhadap
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)”, Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol.
48, No. 1, 2014, hal. 274
7
Sari Febriyanti, kosariza. Analisis Yuridis Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
UndangUndang Oleh Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Limbago: Journal of Constitutional Law, Vol. 2 No. 1 (2022) : 123-139
maka akan berpotensi melebihi atau over-representasi politik dibandingkan daerah
lainnya. Mengingat wilayah IKN itu sendiri berada dalam 3 wilayah, yakni Provinsi
Kalimantan Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Kutai
Kartanegara, Perppu lantas memberikan kepastian hukum.

REFERENSI
Amelia Haryanti, et.al. Politik Hukum Disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2022 tentang Ibu Kota Nusantara, Jurnal Legislasi Indonesia Vol 19 No. 3 -
September 2022: 307-319

Andi Mattalatta, ‘‘Politik Hukum Perundang-Undangan,” Jurnal Legislasi Indonesia


Volume 6 No 4 (2009)

Frenki Frenki, ‘‘Politik Hukum Dan Perannya Dalam Pembangunan Hukum Di


Indonesia Pasca Reformasi,’’ ASAS Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Volume 3,
no. No 2 (2011): 1–8

Jimly Ashiddiqie. 2007. Hukum Tata Negara Darurat, Pt Raja Grafindo, Jakarta.

Muhammad Siddiq, “ Kegentingan Memaksa Atau kepentingan Penguasa (Analisis


Terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)”, Jurnal
Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 48, No. 1, 2014

Mukhlis Taib, Dinamika Perundang-Undangan Indonesia, Cet. 1, Pt Fefika Utama,


Bandung, 2017

Sari Febriyanti, kosariza. Analisis Yuridis Penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti UndangUndang Oleh Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Limbago: Journal of Constitutional
Law, Vol. 2 No. 1 (2022) : 123-139

Anda mungkin juga menyukai