Kelas : A
NPM : 2021010187
1
LEGAL DRAFTING.
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. (Pasal 1
angka 1 UU No. 15 Tahun 2019).
2
Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat dan
bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundangundangan berati dasar atau sesuatu yang
dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan kata asas adalah
prinsip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir, berpendapat dan
bertindak.
3
Selain salah satu asas yang telah disebutkan diatas Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan
bahwa asasasas pokok negara hukum ada tiga, yakni:
(1) Asas monopoli paksa (Zwangmonopoli);
(2) Asas persetujuan rakyat;
(3) Asas persekutuan hukum (rechtsgemeenschap).
4
Asas monopoli paksa berarti, bahwa: monopoli penggunaan kekuasaan negara dan
monopoli penggunaan paksaan untuk membuat orang menaati apa yang menjadi keputusan
penguasa negara hanya berada di tangan pejabat penguasa negara yang berwenang dan berwajib
untuk itu. Jadi siapapun yang lain dari yang berwenang/berwajib dilarang, artinya barang siapa
melakukan penggunaan kekuasaan negara dan menggunakan paksaan tanpa wewenang
sebagaimana dimaksud di atas disebut 'main hakim sendiri'.
Asas persetujuan Rakyat berarti, bahwa orang (warga masyarakat) hanya wajib tunduk, dan
dapat dipaksa untuk tunduk, kepada peraturan yang dicipta secara sah dengan persetujuan
langsung (Undang-Undang formal) atau tidak langsung (legislasi delegatif, peraturan atas kuasa
Undang-Undang) dari Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi bilamana ada peraturan (misalnya:
mengadakan pungutan pembayaran atau "sumbangan wajib") yang tidak diperintahkan atau
dikuasakan oleh undang-undang, maka peraturan itu tidak sah, dan Hakim Pengadilan wajib
membebaskan setiap orang yang dituntut oleh karena tidak mau menaatinya, dan bilamana
Pejabat memaksakan peraturan tersebut, maka dia dapat dituntut sebagai penyalahgunaan
kekuasaan negara, minimal digugat sebagai perkara "perbuatan penguasa yang melawan hukum".
Asas persekutuan hukum berarti, bahwa: 5Rakyat dan penguasa Negara bersama- sama
merupakan suatu persekutuan hukum (rechtsgemeenschap, legal partnership), sehingga para
Pejabat Penguasa Negara di dalam menjalankan tugas dan fungsi beserta menggunakan
kekuasaan negara mereka tunduk kepada hukum (sama dengan Rakyat/warga masyarakat).
Berarti baik para pejabat penguasa negara maupun para warga masyarakat berada di bawah dan
tunduk kepada hukum (Undang-Undang) yang sama.
2
MH. DR. ROY MARTHEN MOONTI SH., ‘Ilmu & Ilmu’, Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan Ilmu Perundang-Undangan,
4.1 (2000), 1–131 <https://osf.io/preprints/inarxiv/5r6fp/>.
3
Erina Pane, ‘Legal Legal Drafting Drafting Legal Drafting’, 2019.
4
Mekanisme D A N Dasar and Betha Rahmasari, ‘Keberlakuan Legal Drafting’, Istinbath, 13 (2016).
5
DR. ROY MARTHEN MOONTI SH.
Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33 UUD 1945 menjadi dasar konstitusional bagi warga negara
Indonesia untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selanjutnya, Pasal 44 UU
No. 32 Tahun 20095 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan
bahwa setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan daerah wajib
memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini. Penyusunan
produk hukum daerah khususnya Peraturan Daerah (untuk selanjutnya disingkat Perda) harus
memenuhi tiga aspek yaitu: aspek yuridis, filosofis dan sosiologis. Seringkali penyusunan Perda
mengabaikan aspek sosiologis yaitu hukum yang berlaku di masyarakat, dan karena tidak
melihat potensi dan karakteristik masyarakat, 6implementasi Perda banyak terganggu. Sebagian
besar Perda bermasalah umumnya bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi, terjadi tumpang
tindih antara kebijakan Pusat dan Daerah. Perda memiliki kedudukan yang strategis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara atau dengan kata lain peran Perda dalam melaksanakan
urusan pemerintahan menjadi sangat besar. Kedudukan yang strategis dari Perda dalam
menjalankan urusan pemerintahan dapat menjadi baik jika pembentukan Perda tersebut
dilakukan dengan baik dan menjadi bumerang jika dilakukan dengan tidak baik. Jika dilihat
dalam peraturan perundang-undangan, Perda memiliki posisi yang unik karena meski kedudukan
Perda berada di bawah undangundang, tetapi tidak terdapat kesatuan pendapat antara para pakar
mengenai siapa sebenarnya yang berwenang mengujinya. 7Dalam rangka pemberdayaan otonomi
daerah, pemerintah pusat berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan8 Daerah sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan UU No. 9 Tahun
2015.6 Mengenai kedudukan Perda Kabupaten/Kota dan Perda Provinsi bisa dilihat pada Pasal 7
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan. Jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas: a. UUD NRI Tahun 1945; b. Ketetapan
MPR; c. UU/Perppu; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Perda Provinsi; g. Perda
Kabupaten/Kota.7 Kekuatan hukum suatu peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarki.
Ini sejalan dengan asas ‘kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan’, yang mengandung
arti peraturan perundang-undangan harus memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai
dengan jenis dan hierarki. Dalam tataran teoritis dikenal asas lex superiori derogat legi inferiori,
peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih rendah. Peraturan yang lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Pembentukan Produk
hukum daerah diperlukan untuk menunjang terwujudnya pembentukan produk hukum daerah
secara sistemik dan terkoordinasi. Optimalisasi fungsi DPRD khususnya fungsi legislasi DPRD
melalui hak inisiatif merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam rangka percepatan
implementasi tata kelola pemerintahan yang baik di daerah.
DAFTAR PUSTAKA
6
I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, ‘Formulasi Legislative Drafting Yang Ideal Dalam Rangka Mewujudkan Negara Hukum Yang
Demokratis Dan Menjunjung Nilai-Nilai Lingkungan’, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 22.3 (2015), 373–93
<https://doi.org/10.20885/iustum.vol22.iss3.art3>.
7
Ika Ariani Kartini, ‘Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Legal Drafting (Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan) Di Tingkat Desa Sesuai
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa’, Kosmik Hukum, 18.1 (2018) <https://doi.org/10.30595/kosmikhukum.v18i1.2336>.
8
Fakultas Hukum Universitas Udayana, ‘Pemahaman Dasar Hukum Perundang-Undangan’, Risalah Bahan Kuliah Hukum Perundang-
Undangan, 2016, 1–17.
Dasar, Mekanisme D A N, and Betha Rahmasari, ‘Keberlakuan Legal Drafting’, Istinbath, 13
(2016)
DR. ROY MARTHEN MOONTI SH., MH., ‘Ilmu & Ilmu’, Perpustakaan Nasional RI Katalog
Dalam Terbitan Ilmu Perundang-Undangan, 4.1 (2000), 1–131
<https://osf.io/preprints/inarxiv/5r6fp/>
Handayani, I Gusti Ayu Ketut Rachmi, ‘Formulasi Legislative Drafting Yang Ideal Dalam
Rangka Mewujudkan Negara Hukum Yang Demokratis Dan Menjunjung Nilai-Nilai
Lingkungan’, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 22.3 (2015), 373–93
<https://doi.org/10.20885/iustum.vol22.iss3.art3>
Kartini, Ika Ariani, ‘Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Legal Drafting (Penyusunan Peraturan
Perundang-Undangan) Di Tingkat Desa Sesuai Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang
Desa’, Kosmik Hukum, 18.1 (2018) <https://doi.org/10.30595/kosmikhukum.v18i1.2336>
LEGAL DRAFTING
Pane, Erina, ‘Legal Legal Drafting Drafting Legal Drafting’, 2019
Udayana, Fakultas Hukum Universitas, ‘Pemahaman Dasar Hukum Perundang-Undangan’,
Risalah Bahan Kuliah Hukum Perundang-Undangan, 2016, 1–17