Anda di halaman 1dari 39

Prinsip

HUKUM
Prinsip
Hukum dan Administrasi Perencanaan
MEET OUR TEAM

Sonia Catarina A. Luvi Septiana H. Andre Saputra D.


08211740000042 08211740000047 08211740000059
TABLE OF CONTENTS

01 02 03 04 05 06
Masyarakat Pengertian Unsur, Tujuan Sumber Berakhirnya
dan Kaidah Hukum Sifat, dan Hukum Hukum kekuatan
Hukum Ciri Hukum berlaku suatu
Undang-undang

07 08 09 10 11 12
Asas-asas Syarat- Hierarki Jenis Peran dan Studi Kasus
Peraturan syarat peraturan Peradilan di Fungsi
perundang- Undang- perundangan Indonesia Hukum
undangan undang
01
Masyarakat dan Kaidah Hukum
❏ Menurut kodrat alam, dimanapun dan pada zaman apapun, manusia selalu
hidup berkelompok, karena itu disebut makhluk sosial.

❏ Sebagai individu, manusia tidak bisa mencapai segala apa yang


diinginkannya tanpa bantuan atau bekerjasama dengan orang lain –
manusia satu dengan yang lain dan saling membutuhkan.

❏ Kehidupan sosialnya berbeda-beda untuk berbagai tingkatan:


rumah-desa-wilayah-negara-tingkat internasional.

❏ Manusia dipengaruhi oleh peraturan-peraturan hidup bersama.


Peraturan-peraturan tersebut memberi batasan perbuatan mana yang
boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Peraturan-peraturan hidup
itu disebut peraturan hidup kemasyarakatan.

❏ Peraturan hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa


untuk menjamin tata tertib dalam masyarakat, dinamakan kaidah hukum.
02
Pengertian Hukum
Menurut Utrecht (1953), hukum adalah himpunan peraturan
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang


menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap
peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu (Tirtaamidjaja).

Kumpulan peraturan dan aturan yang terdiri dari norma dan sanksi
(Amin, SM).
03
Sifat, Unsur, dan Ciri Hukum
Unsur Hukum

● Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.


● Peraturan itu diadakan oleh badan resmi yang berwajib.
● Peraturan itu bersifat memaksa.
● Sanksi terhadap pelanggaran peraturan adalah tegas.
Sifat Hukum

● Mengatur dan memaksa


● Hukum sebagai pelengkap, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan
apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri
dalam suatu perjanjian.
Ciri-ciri Hukum

● Adanya perintah dan/atau larangan.


● Perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.
● Jika tidak akan terkena pidana. (pidana pokok atau pidana tambahan)
04
Tujuan Hukum
Tujuan Hukum
Tujuan hukum - menjamin kehidupan bermasyarakat yang teratur.

Teori Utilities -
Teori Etis - mencapai memberikan manfaat
keadilan dan bagi
memberikan ke setiap sebanyak-banyaknya
orang (hak) orang

Aristoteles (Teori Etis ) Jeremy Bentham (Teori Utilities )


Tujuan hukum sepenuhnya untuk Tujuan hukum untuk mencapai
mencapai keadilan. Artinya memberikan kemanfaatan. Artinya hukum akan
kepada setiap orang apa yang telah menjamin kebahagiaan bagi
menjadi haknya. sebanyak-banyaknya orang (1990).
05
Sumber-sumber Hukum
Sumber-Sumber Hukum
Sebagai tempat ditemukannya peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Ini membawa pada penyelidikan tentang macam-macam, jenis-jenis, dan
bentuk-bentuk dari peraturan dan ketetapan.

Sumber hukum formal, ialah apa Sumber hukum materiil, ialah apa
yang dimaksud sebagai tempat di yang dimaksud sebagai sumber
mana ditemukan hukum dalam pengertian sebagai
peraturan-peraturan hukum positif, hal-hal yang dapat mempengaruhi
yaitu menunjuk pada bentuk-bentuk penguasa dalam menentukan
peraturan dan ketetapan. hukumnya.

Formele determinante van de


rechtsvorming
Sumber-sumber Hukum Formal
1. Peraturan Perundang-undangan 4. Yurisprudensi
Dalam artian formal - bentuk ketetapan Putusan hakim (pengadilan) yang
yang dibuat oleh badan legislatif pusat. memuat peraturan sendiri, kemudian
diikuti dan dijadikan dasar putusan oleh
2. Kebiasaan hakim yang lain dalam perkara yang
Perbuatan yang tetap dilakukan sama.
berulang-ulang dalam masyarakat
mengenai suatu hal tertentu. 5. Doktrin
Pendapat ahli-ahli hukum yang ternama,
3. Traktat yang mempunyai pengaruh dalam
Perjanjian yang diadakan oleh dua pengambilan putusan pengadilan.
negara atau lebih. Dibedakan menjadi
Treaty dan Agreement
Sumber-sumber Hukum Materiil

Sumber hukum yang menentukan isi dari suatu peraturan atau


kaidah hukum yang mengikat setiap orang. Bermula dari
perasaan hukum masyarakat pendapat umum, kondisi
sosial-ekonomi, sosiologi, hasil penelitian ilmiah, agama,
moral, perkembangan internasional, filsafat tradisi, serta
politik hukum.

Faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi


pembentukan hukum pengaruh terhadap pembuat
keputusan hakim dan lainnya.
06
Berakhirnya kekuatan berlaku suatu
Undang-undang
Berakhirnya Kekuatan Berlaku
Suatu Undang-Undang

Ditentukan sendiri Jangka waktu Bertentangan


dalam UU itu UU sudah lampu yurisprudensi tetap

UU dengan tegas
dicabut oleh instansi
yang membuat atau
lebih tinggi
Terdapat UU baru Bertentangan Suatu keadaan
yang bertentangan dengan UUD 1945 yang diatur UU
tidak ada lagi

Sumber: Buku Pengantar Ilmu Hukum oleh


Muhammad Sadi Is, S.HI., M.H.
07
Asas-asas Peraturan
Perundang-undangan
Asas-Asas
Perundang-Undangan
Amiroedin Sjarief, dengan mengajukan lima asas, sebagai berikut
1. Asas tingkatan hierarki;
2. Peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu gugat;
3. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan
undang-undang yang bersifat umum (lex specialis derogate lex generalis);
4. Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut;
5. Undang-undang yang baru menyampingkan undang-undang yang lama (lex
posteriori derogat lex periori).
08
Berlakunya Hukum
Asas Fictie Hukum
Asas Fiksi Hukum adalah asas yang
menganggap semua orang
mengetahui tentang sebuah hukum
(presumptio iures de iure) tanpa
terkecuali. Adagium ignorantia jurist
non excusat, ketidaktahuan hukum
tidak bisa dimaafkan. Di Indonesia hal
ini diatur dalam Putusan MA No.
645K/Sip/1970 dan Putusan MK No.
001/PUU-V/2007 serta Putusan MA
No. 77 K/Kr/1961

https://www.indonesiare.co.id/id/kn
owledge/detail/217/Pentingnya-Me
ngetahui-Fictie-Hukum
09
Hierarki Peraturan Perundangan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
UUD Negara Republik Indonesia 1945

Ketetapan MPR

UU atau Peraturan Pemerintah Pengganti UU

Peraturan Pemerintah

Peraturan Presiden

Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota


Perbandingan Jenis Peraturan Perundang-undangan menurut :
TAP MPRS XX/MPRS/1966, TAP MPR III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun
2011
TAP MPRS TAP MPR UU No.10 Tahun
UU No.12 Tahun 2011
XX/MPRS/1966 III/MPR/2000 2004

UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945

Ketetapan MPR Ketetapan MPR UU/Perpu Ketetapan MPR

UU/Perpu UU PP UU/Perpu

PP Perpu Perpres PP

Keppres PP Perda Provinsi Perpres

Peraturan pelaksanaan
lainnya seperti Peraturan
Keppres Perda Kabupaten Perda Provinsi
Menteri, Instruksi
Menteri, dan lain-lain.

--- Perda Perdes Perda Kabupaten


Hierarki Peraturan Perundangan
dalam Perencanaan Tata Ruang

UU/PP
Pengganti Peraturan Peraturan Perda Perda
UU Pemerintah Presiden Provinsi Kab/Kota

UU No. 26 Tahun RTRW Nasional RTR Pulau/ RTRW Provinsi RTRW Kab/Kota
2007 Tentang Kepulauan
Penataan Ruang RTR Kawasan
Strategis Nasional
10
Jenis Peradilan di Indonesia
Jenis Peradilan di Indonesia

Peradilan Umum
Perkara pidana dan Peradilan Militer
perdata secara umum perkara pidana dan sengketa
tata usaha bagi kalangan
Peradilan Agama militer
Khusus perkara tertentu bagi
masyarakat beragama Islam
Peradilan Konstitusi
pengujian kesesuaian isi
Peradilan Tata Usaha undang-undang dengan
Negara Undang-Undang Dasar 1945
khusus perkara gugatan
terhadap pejabat administrasi
negara https://yuridis.id/kepo-in-jenis-jeni
s-pengadilan-di-indonesia/
Peradilan Umum

Pengadilan Anak Pengadilan Tipikor Pengadilan Perikanan


Mengadili perkara anak Mengadili tindak pidana Mengadili di bidang
usia dibawah 18 tahun korupsi perikanan

Pengadilan Hubungan
Pengadilan HAM Pengadilan Niaga
Industrial
Mengadili perkara Mengadili perkara Mengadili perkara
pelanggaran HAM yang berat utang-piutang ketenagakerjaan (labour
relation)
11
Peran dan Fungsi Hukum
Peran dan Fungsi Hukum

Prof. Dr. Soerjono Soekanto Prof. Dr. Sunaryati Hartono


● Alat ketertiban dan ketentraman ● Sarana pemelihara ketertiban dan
masyarakat keamanan
● Sarana untuk mewujudkan ● Sarana pembangunan
keadilan sosial lahir batin
● Sarana penegak keadilan
● Sarana penggerak pembangunan
● Sarana pendidikan masyarakat
12
Studi Kasus
PENEGAKAN HUKUM AGRARIA DAN PENYELESAIAN
SENGKETA PERTANAHAN DALAM PROSES
PERADILAN

Oleh : Sarah D.L. Roero


Studi Kasus

Sengketa tanah tidak dapat dihindari di zaman sekarang, ini disebabkan karena berbagai kebutuhan
tanah yang sangat tinggi di zaman sekarang sementara jumlah bidang tanah terbatas. Hal tersebut menuntut
perbaikan dalam bidang penataan dan penggunaan lahan untuk kesejahteraan masyarakat dan terutama
kepastian hukumnya. Untuk itu berbagai usaha yang dilakukan pemerintah yaitu mengupayakan penyelesaian
sengketa tanah dengan cepat untuk menghindari penumpukan sengketa tanah, yang dapat merugikan
masyarakat misalnya tanah tidak dapat digunakan karena tanah tersebut dalam sengketa.
Selama konflik berlangsung tanah yang menjadi obyek konflik biasanya berada dalam keadaan status
quo sehingga tanah yang bersangkutan tidak dapat dimanfaatkan. Akibatnya terjadi penurunan kualitas
sumber daya tanah yang dapat merugikan kepentingan banyak pihak dan tidak tercapainya asas manfaat
tanah.
Studi Kasus

PERUMUSAN MASALAH
1. Gejala Umum Sengketa Pertanahan Di Indonesia
2. Mediasi Sebagai Solusi Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan
3. Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum Tetap Harus Dilaksanakan
Studi Kasus

1. Gejala Umum Sengketa Pertanahan Di Indonesia


Secara umum, sengketa tanah timbul akibat adanya beberapa faktor, faktor-faktor ini yang sangat dominan
dalam setiap sengketa pertanahan dimanapun, adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Peraturan yang belum lengkap;
b. Ketidaksesuaian peraturan;
c. Pejabat pertanahan yang kurang tanggap terhadap kebutuhan dan jumlah tanah yang tersedia;
d. Data yang kurang akurat dan kurang lengkap;
e. Data tanah yang keliru;
f. Keterbatasan sumber daya manusia yang bertugas menyelesaikan sengketa tanah;
g. Transaksi tanah yang keliru;
h. Ulah pemohon hak atau
i. Adanya penyelesaian dari instansi lain, sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan
Studi Kasus

2. Mediasi Sebagai Solusi Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertanahan


Sebagai upaya penyelesaian sengketa pertanahan, maka sebaiknya diupayakan menggunakan dengan
sebaik-baiknya jalur mediasi, sehingga tercapailah win win solution diantara para pihak yang berperkara.
Mediasi adalah salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat, murah, dan juga dapat memberikan
akses keadilan yang lebih besar kepada pihak-pihak dalam menemukan jalan penyelesaian sengketa yang
memuaskan dan memberikan rasa keadilan. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan
dapat menjadi salah satu instrumen yang cukup efektif dalam mengatasi masalah penumpukan perkara di
pengadilan dan juga memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga non-peradilan untuk penyelesaian
sengketa di samping proses acara pengadilan yang bersifat ajudikatif (memutus).
Studi Kasus

3. Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum Tetap Harus Dilaksanakan


Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang
untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau
sengketa antara para pihak. Bukan hanya diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyataan
yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh hakim di persidangan. Putusan yang
diucapkan di persidangan tidak boleh berbeda dengan yang tertulis (vonis).
KESIMPULAN

Kompleksitas penegakan hukum agraria menjadi persoalan serius, hal ini didasarkan pada fungsi tanah yang
sangat strategis dalam menunjang aktivitas kemajuan ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan informasi.
Dengan demikian harus ada kemauan dan komitmen bersama untuk mencari solusi alternatif konflik
pertanahan di Indonesia yang telah memakan banyak korban jiwa, baik Pemerintah Daerah, Aparat Penegak
Hukum, Perguruan Tinggi dan seluruh masyarakat agar mendahulukan penyelesaian secara kekeluargaan,
namun apabila belum tercapai dapat dilakukan melalui mediasi, apabila masih belum tercapai, maka
pengadilan merupakan jalan terakhir yang harus ditempuh. Sehingga putusan hakim sebagai Ultimum
remedium (jalan terakhir) dalam sengketa pertanahan, dan siapapun wajib melaksanakan putusan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai