INDONESIA
PENGANTAR
1. PENGERTIAN
PTHI : OBYEK STUDI : Hukum yang sedang berlaku di Indonesia ( ius constitutum)
PHI : Obyek lebih luas dari PTHI, tidak terbatas pada hukum positip Indonesia, tetapi juga hukum
yang pernah berlaku, hukum yang akan datang dan hukum yang masih merupakan cita cita (ius
constituendum)
ASAL KATA:
HUKM (BHS. ARAB)
RECHT (BHS BELANDA, JERMAN)
LAW (BHS. INGGRIS)
LE’I (BHS. PERANCIS)
PENGERTIAN UMUM:
NORMA, KAIDAH, PERATURAN, UU, PATOKAN YANG MENGIKAT
Baik PIH maupun PHI keduanya merupakan m k dasar. PIH memberikan gambaran secara umum tentang
seluruh ilmu hukum, sedang PHI memberikan gambaran secara umum seluruh hukum yang berlaku di
INDONESIA
SISTEM HUKUM POSITIF DI INDONESIA
1. PENGERTIAN SISTEM DAN SISTEM HUKUM
Sistem adalah suatu susunan terfiri dari komponen yang berhubungan, melengkapi, mempengaruhi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Hukum sebagai suatu sistem adalah suatu susunan atau tatanan teratur dari aturan-aturan hidup,
dimana keseluruhan bagian atau komponennya berkaitan satu dengan lainnya
Hukum adat adalah hukum yang berasal langsung dari masyarakat bumi putra dan
memiliki sanksi / kebiasaan hukum yang berasal dari kebiasaan masyarakt bukan bumi putera.
3. KONFLIK HUKUM ; idelanya tidak terjadi konflik hukum, jika terjadi maka harus diselesaikan
dengan asas asas hukum
4. Konflik antara peraturan perundangan dengan hukum adat dan hukum kebiasaan
a. Untuk penyelesaiannya harus memperhatikan sifat hukum : apabila peratutan
perundangannya bersifat imperatif (memaksa) maka hukum adat yang
dikesampingkan, berarti tidak mempunyai kekuatan mengikatdan yang berlaku
peraturan perundangan
b. Apabila peraturan perundangan bersifat mengatur (aanvullenrecht) peraturan
perundangan yang dikesampingkan berarti tidak mempunyai kekuatan mengikat
dan yang berlaku hukum adatnya
5. KEKUASAAN KEHAKIMAN
Berdasar UU 4 TAHUN 2004 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 yaitu :
Kekuasan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia.
POLITIK HUKUM
1. Pengertian ;
Meneliti perubaha yang ada untuk memenuhi kebutuhan, merumuskan arah perkembangan tertib
hukum dari ius constitutum, berdasar kerangka landasan terdahulu maka politik hukum berupaya
menyusun ius constituendum
Kebijakan di bidang hk; siapa mendpt apa, kapan dan bilamana yg diatur oleh hk; pembagian nilai
ekonomis yg ada dlm masy scr otoritatif yg diatur dlm hk; kemampuan utk mengendalikan dan
memanipulasi tingkah laku orang yg diatur oleh hk
Ketentuan lain :
o pasal 109 (4) RR : Bumi Putera (kristen) masuk Gol. Bumi Putera
o Orang Amerika, Afrika,Australia dan Persia (kristen) termasuk golongan yang
dipersamakan dengan Golongan Eropa
o Untuk orang asing lain : Tionghoa, Pakistan, India tidak diatur secara tegas,
akibatnya timbul 2 pendapat: masuk gol. Eropa yang disamakan , masuk gol. Bumi
Putera yang disamakan ukuran agama
Akibat : pasal 109 RR ditinjau kembali : berdasarkan Stb. 1919 : 622 pasal 109 RR (lama) diubah menjadi
pasal 109 RR (baru)
b. Sukarela ; Politik hukum pemerintah Belanda yang tidak ada unsur paksaan
Dasar hukum: Pasal 131 (4) IS: “bagi orang BP dan TA sepanjang mereka belum diletakkan di bawah satu
peraturan dengan golongan Eropa diperbolehkan menundukkan diri kepada hukum yang berlaku untuk
golongan Eropa”
Tujuan: memberikan keamanan dan keuntungan bagi orang Belanda apabila melakukan perjanjian
dengan gol. Lain, karena kepastian hukum pada hukum tertulis. Pada mulanya hanya berlaku untuk yang
beragama Kristen
i. PENUNDUKAN DIRI PADA SELURUH HUKUM PERDATA BARAT (PASAL 1-17 STB. 1917:12) ;
Mengajukan permohonan kepada pemerintah setempat denganSyarat:
1. Cakap bertindak hukum (dewasa, tidak dibawah pengampuan, perempuan yang tidak terikat
perkawinan)
2. Mempunyai seorang istri (monogami)
3. Bagi yang telah beristri harus dengan persetujuan istrinya
ii. PENUNDUKAN DIRI PADA SEBAGIAN HUKUM PERDATA BARAT (PASAL 18-25 STB. 1917:12) ;
Sebagian: hukum kekayaan barat dan hukum waris testamen barat; Tidak berlaku untuk TA (lihat stb
1855 no. 79 dan Stb 1917:129, bagi TA berlaku seluruh hukum perdata); Mengajukan permohonan,
syarat:
1. Cakap bertindak dalam hukum
2. Ada persetujuan dari istri atau istri-istrinya
Akibat hukum:
1. Ybs, istri, anak-anak yang belum dewasa serta keturunan selanjutnya berlaku hukum kekayaan
barat dan hukum waris testamen barat.
2. Di luar hukum tersebut berlaku hukium adat
iii. PENUNDUKAN DIRI PADA PERBUATAN HUKUM TERTENTU (PASAL 26 STB 1917: 12) ;
Tidak harus ada permohonan; Cukup adanya kata sepakat dengan pihak yang melakukan per buatan
hukum tertentu; Terbatas pada hukum kekayaan
1. 2 orang BP melakukan perbuatan jual beli atau sewa dengan menggunakan KUHPerdata
2. TIDAK BOLEH: laki-laki dan perempuan BP sepakat tunduk pada hukum perkawinan barat
2. Hukum Perantara
3. Peralihan Golongan ; Beralihnya atau berpindahnya orang-orang yang semua termasuk dalam
satu golongan tertentu ke golongan penduduk lainnya apabila telah memenuhi syarat-syarat
Ada tiga macam peralihan golongan penduduk yaitu :
1. Persamaan (GELIJKSTELLING) TA + BP = E
Dasar hukum : 109 RR, diubah dengan 109 RR baru, dioper 131 IS
Pengertian : perpindahan golongan penduduk dari BP atau TA ke golongan Eropa
Cara : mengajukan permohonan persamaan hak kepada Gubernur Jenderal, Diumumkan
dalam berita negara (staatblad), Ybs disebut “ORANG EROPA STAATBLAAD”
Syarat :
RR – 1893 Beragama Kristen, Fasih bercakap dan menulis dalam bahasa
Belanda, Berpendidikan dan beradat istiadat belanda, Mempunyai kecakapan
bergaul dengan masyarakat Eropa
1894 – 1913 Mempunyai kecakapan bergaul dengan masyarakat Eropa
Setelah 1914 Kebutuhan hukum dari ybs menghendaki
Akibat Hukum : Ybs beserta anak-anaknya yang lahir kemudian (semua BP atau TA) termasuk ke dalam
go. Eropa (istri dan anak-anak yang lahir terdahulu golongan tidak berubah). Berlaku hukum privat
(perdata) barat dan hukum publik barat
2. Peleburan(OPPLOSING) E + TA = BP
Pengertian : Peralihan golongan penduduk dari gol. Eropa atau TA ke gol BP ; Tidak
memerlukan permohonan; Dianggap telah terjadi apabila ybs telah memenuhi
syarat peleburan
Syarat : Beragama Islam (tidak mutlak), Hidup dalam masyarakat BP, Meniru kebiasaan
BP, merasa dirinya sebagai orang BP (lisan)
Akibat Hukum :Tunduk kepada hukum adat BP
HUKUM PIDANA
1. PENGERTIAN
Hukum Pidana adalah hukum yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :
menentukan perbuatan-perbuatan mana yg tidak boleh dilakukan, yg dilarang, dg disertai ancaman atau
sanksi berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tsb. Disebut Criminal Act
menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yg telah melanggar larangan-larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan. Disebut Criminal Liability/
Criminal Responsibility)
Menurut MEZGER hukum pidana dapat didefinisikan sebagai berikut : “aturan hukum, yang mengikatkan
kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana”.
Jadi definisi itu hukum pidana berpokok pangkal pada : perbuatan yang memenuhi syarat tertentu;
Pidana ; penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang
memenuhi syarat- syarat perbuatan itu. Pengertian “hukum pidana” tersebut juga dikenal dengan “Ius
poneale”.
Pengertian “ hukum pidana” tersebut juga dikenal dengan Ius poneale. Di samping Ius poneale ada Ius
puniendi.
2. MACAM DELIK
Asal kata : delictum (latin); delict (Jerman); delit (Perancis); delict (Belanda).
KBBI (Kamus Bebas Bahasa Indonesia) Delik = tindak pidana
PROF. MOELJATNO delik = perbuatan pidana
E.UTRECHT delik = peristiwa pidana
MR. TIRTAAMIDJAJA delik = pelanggaran pidana
Para pakar hukum pidana yg lain : VAN HAMEL, SIMONS delik = strafbaar feit
3. PEMIDANAAN
Di dalam KUHP yang sekarang berlaku jenis-jenis pidana yang dapat diterapkan seperti yang tercantum
pada pasal 10 KUHP, yaitu dalam hukuman pokok dan hukuman tambahan:
Pidana Pokok
a. Pidana mati
b. Pidana penjara
c. Pidana kurungan
d. Pidana bersyarat
e. Pidana denda
Pidana Tambahan
a. pencabutan hak2 ttt
b. perampasan barang ttt
c. pengumuman putusan hakim
4. ASAS
ASAS LEGALITAS (PASAL 1 KUHP)
Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-
undangan pidana yang telah ada sebelumnya.
Jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap
terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkan .
ASAS TIDAK BERLAKU SURUT
ASAS LARANGAN PENGUNAAN ANALOGI
5. ALASAN
ALASAN PEMBENAR ; Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa
yg dilakukan o/ terdakwa lalu mjd perbuatan yg patut & benar.
Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg dipandang orang sbg alasan pembenar adalah pasal2 sbb :
6. KRIMINOLOGI
MOELJATNO :
Kriminologi adalah Ilmu tentang kejahatannya sendiri
PEMBAGIANNYA ;
Etiologi Kriminil (Criminal Etiology) mempelajari sebab2 timbulnya suatu
kejahatan (aethos = sebab2).
Pemberantasan atau pencegahan kriminil (penology atau criminal policy atau
criminele politiek) menemukan cara2 memberantas kejahatan
PEMBAGIANNYA ;
Ilmu kemasyarakatan dr hukum atau pemasyarakatan hukum (the sociology of law)
yaitu usaha u/ menganalisa keadaan secara ilmiah yg akan turut memperkembangkan hukum
pidana;
Etiologi kriminil yaitu penelitian scr ilmiah mengenai sebab2 dr kejahatan; dan
Pemberantasan atau pencegahan kejahatan (control of crime).
HUKUM PERDATA
1. PENGANTAR
Pengertian :
Ketentuan hukum materiil yang mengatur hubungan antara orang/ individu yang satu dengan yang lain.
Sumber :
Aturan- aturan hukum adat, Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPdt)/ Burgerlijk Wetboek/ BW,
Kompilasi Hukum Islam
DALAM PEMBERLAKUANNYA SEKARANG INI TIDAKLAH SECARA UTUH DIKARENAKAN SEMA NO 3
TAHUN 1963 YANG MENCABUT BERAPA PASAL YAITU 108, 110, 1238, 1460, 1579,1603, 1683 YANG
DIANGGAP MEMBAWA KETIDAK ADILAN, DAN PERUPAHAN STATUS ISTRI MENJADI CAKAP HUKUM.
BUKU KE-1 MASIH BERLAKU KECUALI BAGIAN PERKAWINAN YANG TELAH DIATUR DALAM UU
PERKAWINAN NO 1 TAHUN 1974
BUKU KE-2 MASIH BERLAKU KECUALI TANAH YANG TELAH DIATUR BERDASAR UUPA YAITU UU NO 5
TAHUN 1960, DAN UU NO 4 TAHUN 1946 MENGENAI HAK TANGGUNGAN
Perkawinan : Ikatan lahir batin antara pria dan wanita untuk membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
Asas dalam hukum keluarga : Asas Monogami tapi tidak mutlak (pasal 3 dan pasal 4 UU No. 1/ 1974),
Asas Proporsional(Pasal 31 UU No.1/1974), Asas Alimentasi (Pasal 104 KUHPdt, baca lebih lanjut dalam
KUHPdt dan UU No. 1/ 1974)
PERJANJIAN Persetujuan antara dua pihak yang melahirkan hak dan kewajiban diantara keduanya
dalam lapangan hukum kekayaan.
Syarat sahnya Perjanjian, Pasal 1320 BW :
Sepakat
Cakap Syarat Subjektif
Obyek tertentu
Syarat Objektif
Causa yang halal
Jika syarat subjektif tidak dipenuhi maka dapat dibatalkan melalui permohonan, jika syarat objektif
tidak terpenuhi maka dibatalkan demi kepentingan hukum.
Asas Hukum Perjanjian ; Asas Konsensualisme, Asas Kebebasan Berkontrak, Asas Iktikad Baik, Asas
Kepribadian
PERIKATAN PERJANJIAN
HUBUNGAN HUKUM ABSTRAK HUBUNGAN HUKUM KONKRIT
BELUM TENTU PERJANJIAN MERUPAKAN PERIKATAN
Tiap orang, meskipun bayi yg baru lahir, adalah cakap untuk mewarisi, kecuali apabila orang tsb
onwaardig (tidak patut menerima warisan).
Mengatur hubungan antara pewaris, harta warisan, ahli waris dan proses peralihannya.
Proses peralihannya :
1. Waris testamentair Berdasarkan surat wasiat (testament)
Isi testament dapat berupa : erfstelling penunjukan 1 / beberapa orang mjd a.w. yg
akan mendapat seluruh atau sebagian warisan, legaat suatu pemberian kpd
seseorang
Terhadap suatu erfstelling atau legaat, dpt disertai/digantungkan suatu : beban (last);
syarat (voorwaarde); ketetapan waktu
Macam-macam testament : Openbaar testament, Olographis testament, Testament
tertutup / rahasia
KUHAPER
1. PENGERTIAN
“Rangkaian kaidah hukum yang mengatur tata cara yang harus ditempuh untuk mengajukan suatu
perkara perdata ke muka badan peradilan serta cara- cara hakim memberikan putusan”
“hukum yang mengatur cara melaksanakan dan mempertahankan hukum perdata materiil, mulai dari
pengajuan tuntutan hak, cara memeriksa, memutus sampai pada pelaksanaan putusan”
2. SUMBER
HIR (Het Herziene Indonesische Reglement)/ RIB (Reglemen Indonesia Baru)
RBg (Rechts Reglement Buitengewesten)
Buku ke IV BW
UU No 4 Th 2004,
UU No 14 th 1985 Jo UU No 5 th 2004
UU No 2 th 1986 Jo UU no 8 th 2004
UU no 5 th 1986 Jo UU no 9 th 2004
UU No 20 th 1947
UU No 1 th 1974
B. Rv (Burgelijke Rechts Veordering)
Ilmu Pengetahuan
Jurisprudensi
3. ASAS
a. Asas Hakim bersifat menunggu hakim tidak berbuat apa- apa, karena :
Inisiatif melakukan gugatan dan acara perdata diserahkan kepada para pihak yang
berkepentingan.
Hakim dilarang menolak perkara
d. Asas Mendengar kedua belah pihak (Audit et alteram partem); Untuk memberikan
putusan yang adil hakim harus mendengar dari kedua belah pihak agar para pihak dapat
mengemukakan jawaban, bantahan, serta bukti yang menguatkan kedudukannya
masing- masing. (Pasal 5 (1) UU N0 4 th 2004) : Pengadilan mengadili menurut hukum
dengan tidak membedakan orang.
Jika tergugat sudah dipanggil secara patut, tapi tidak mau hadir, maka hakim dapat
memutuskan secara verstek. Jika penggugatnya yang tidak hadir, maka gugatannya
dinyatakan gugur.
e. Asas dikenakan biaya ; Tidak bebas dari biaya acara yang dipikul oleh para pihak dalam
berperkara : biaya pendaftaran, biaya pemanggilan saksi, administrasi lainnya.Bagi yang
tidak mampu, dapat beracara secara gratis atau prodeo. Dasar hukum : Pasal 4 (2), 5(2)
UU 4/ 2004, Pasal 182 HIR, Psl 237 HIR/ 273 Rbg.
f. Asas tidak ada keharusan mewakilkan ; Dapat secara lisan atau tulisan, tapi sekarang
lebih ke arah yang tertulis. Pemeriksaan dilakukan secara langsung, kalau diwakilkan
dengan surat kuasa khusus (Psl 123 HIR/ 147 Rbg)
g. Asas putusan hakim memiliki alasan ; Pemberian dasar dalam putusan hakim, baik
secara fakta maupun hukum, yang dijadikan pertimbangan bagi hakim untuk
menjatuhkan putusan, dan bagi para pihak, merupakan pedoman untuk melakukan
upaya hukum berikutnya atau tidak.
4. TAHAPAN
1) Pendahuluan ; Pencatatan, Pentetapan Biaya, Penetapan Hari Sidang, Pemanggilan, Sita Jaminan
Untuk pemanggilan berdasar Ps 121, 122, 388, 390 HIR.
Secara patut berita acara pemanggilan (relaas) ; dilakukan juru sita, yang bersangkutan bertempat
tinggal diam, tenggang waktu 3 hari kerja
Untuk Sita Jaminan ;
CB (Conservatrir Beslaag) Sita terhadap barang milik tergugat baik bergerak mapun
tetap dengan tujuan pelaksanaan putusan
RB (Re-Vindicatsir Beslaag) Sita terhadap barang milik penguggat yang merupakan
benda bergerak yang dikuasai tergugat
Marital Beslaag Sita terhadap harta akibat pernikahan
Pand Beslaag Sita terhadap barang milik menyewa dalam perjanjian sewa menyewa
PUTUSAN GUGUR
Apabila penggugat tdk datang pd hari sidang yg ditetapkan & tdk pula mengirim wakilnya
menghadap meski telah dipanggil scr patut o/ Juru Sita, maka dapat dilakukan pemanggilan kedua. (Ps.
126 HIR; Ps. 150 Rv)
Apabila setelah pemanggilan kedua, penggugat/wakilnya tdk hadir sedang tergugat hadir, maka
u/ kepentingan tergugat, haruslah dijatuhi putusan. Dalam hal ini gugatan penggugat dinyatakan gugur
serta dihukum membayar biaya perkara (Ps. 124 HIR; Ps. 148 Rbg).
Dlm putusan gugur, isi gugatan tdk diperiksa, shg putusan gugur itu tdk mengenai isi gugatan.
Kpd penggugat diberi kesempatan u/ mengajukan gugatan lg dgn membayar biaya perkara.
Apabila penggugat pd hr pertama sidang hadir, tp pd hr sidang berikutnya tdk hadir, mk perkara
diperiksa scr contradictoir.
Ps. 126 HIR; Ps. 150 Rbg memberi peluang pemanggilan kedua.
“HIR tidak mewajibkan tergugat untuk datang di persidangan.”
Putusan verstek tidak berarti selalu dikabulkannya gugatan penggugat. Krn pd hakekatnya
lembaga verstek bertujuan merealisir asas “audi et alteram partem”, sehingga seharusnya secara ex
officio hakim harus mempelajari isi gugatan.
Jika gugatan tdk bersandarkan hukum, yaitu apabila peristiwa2 sbg dasar
tuntutan tdk membenarkan tuntutan, mk gugatan akan dinyatakan tdk diterima.
Putusan tdk diterima ini bermaksud menolak gugatan diluar pokok perkara, shg
di kmd hr penggugat masih dpt mengajukan lg gugatannya.
Jika gugatan tdk beralasan, yaitu apabila tdk diajukan peristiwa2 yg
membenarkan tuntutan, mk gugatan akan ditolak. Penolakan mrpk putusan stl
hakim mempertimbangkan pokok perkara, shg tdk terbuka lg kesempatan u/
mengajukan gugatan tsb u/ kedua kalinya kpd hakim yg sama (nebis in idem).
Dlm putusan verstek dimana penggugat dikalahkan, penggugat dpt mengajukan banding.
Dalam putusan verstek, kalau tergugat hadir pd sidang pertama tp tdk hadir pd sidang berikutnya, mk
perkaranya diperiksa scr contradictoir.
Perdamaian
Apabila pd hr sidang pertama kedua belah pihak hadir, maka hakim harus berusaha mendamaikan
mereka (Ps. 130 HIR; Ps. 154 Rbg)
Demi perdamaian ini, hakim akan mengundur sidang, & pada hari sidang berikutnya apabila
terjadi perdamaian, maka harus dinyatakan dalam surat perjanjian dibawah tangan yang ditulis di atas
kertas bermeterai. Demikian sebagai dasar bagi hakim menjatuhkan putusan, yg isinya menghukum
kedua belah pihak untuk memenuhi isi perdamaian yg telah dibuat diantara para pihak.
Apabila tjd perdamaian, mk tdk dimungkinkan untuk dilaksanakan banding. Usaha perdamaian
terbuka sepanjang pemeriksaan di persidangan.
Perubahan Gugatan & Kumulasi Pembuktian (asas pembuktian 163 HIR/ 1864 BW),
Putusan (Pernyataan hakim didepan persidangan sebagai pejabar negara yang diberi
wewenang guna mengakhiri perkara)
Ps. 185 ayat 1 HIR (Ps. 196 ayat 1 Rbg), jenis – jenis putusan :
Putusan akhir adalah putusan yg mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu
tingkatan peradilan ttt.
o Putusan Condemnatoir adalah putusan yg bersifat menghukum pihak yg
dikalahkan u/ memenuhi prestasi.
o Putusan Constitutif adalah putusan yg meniadakan atau menciptakan suatu
keadaan hukum, misal : pemutusan perkawinan, pengangkatan wali, pemberian
pengampuan, pernyataan pailit, pemutusan perjanjian, dsb.
o Putusan Declaratoir adalah putusan yg isinya bersifat menerangkan atau
menyatakan apa yg sah, misal : putusan dalam sengketa mengenai anak sah.
Jenis Pelaksanaan ;
Eksekusi putusan yg menghukum pihak yg dikalahkan u/ membayar sejumlah uang. (Ps.
196 HIR; Ps. 208 Rbg)
Eksekusi putusan yg menghukum orang u/ melakukan suatu perbuatan. Orang tdk dpt
dipaksakan u/ memenuhi prestasi yg brp perbuatan. Akan tetapi pihak yg dimenangkan
dpt meminta kpd hakim agar kepentingan yg akan diperolehnya dinilai dgn uang. (Ps.
225 HIR; Ps. 259 Rbg)
Eksekusi Riil, mrpk pelaksanaan prestasi yg dibebankan kpd debitur o/ putusan hakim
scr langsung. (Ps. 1033 RV; Ps. 200 ayat 11 HIR; Ps. 218 ayat 2 Rbg)
Eksekusi langsung (Parate Executie), tjd apabila seorang kreditur menjual barang2 ttt
milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial (Ps. 1155. 1175 ayat 2 KUHPerdata)
KUHAP
1. PENGERTIAN
Hukum acara pidana adalah hukum yang mengatur tentang cara bagaimana atau menyelenggarakan
Hukum Pidana Material, sehingga memperoleh keputusan Hakim dan cara bagaimana isi keputusan itu
harus dilaksanakan
Diatur dalam undang-undang yang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
yakni Undang-Undang No.8/1981, berlaku sejak 31 Desember 1981
ISTILAH :
• Tersangka, adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan, patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Tersangka belumlah dapat
dikatakan sebagai bersalah atau tidak (presumption of innocence) azas praduga tak
bersalah
• Terdakwa, adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili dipersidangan
pengadilan.
• Terpidana adalah yang dijatuhi hukuman oleh Pengadilan pidana
2. ASAS
Insonamia/ Equality before the law : Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka
hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.
Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan
dengan cara yang diatur dengan UU
Praduga Tak Bersalah/ Pressumtion of innocent : setiap orang yang disangka, ditangka,
ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap
Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan UU atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib
diberi ganti rugi dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak
hukum yang dengan sengaja atau karena lalai menyebabkan asas hukum itu dilanggar,
dituntut, dipidanakan dan dikenakan hukuman administrasi
Peradilan harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur
dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekwen dalam seluruh tingkat peradilan.
Setiap Orang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi kesempatan memperoleh
bantuan hukum.
Kepada seorang tersangka, sejak dilakukan penangkapan, dan atau penahanan selain
wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum apa yang didakwakan kepadanya, juga wajib
diberitahu haknya itu termasuk hak untuk menghubungi dan minta bantuan penasehat
hukum.
Pengadilan memeriksa perkara dengan hadirnya terdakwa
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali dalam hal yang
diatur dalam UU
Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan oleh ketua pengadilan negeri
ybs.
3. TAHAPAN
1) Sumber tindakan :
a. Laporan ; (Pasal 1;21) Pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena
hak atau kewajiban berdasarkan UU kepada pejabat yang berwenang ttg telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana, Pihak yang berhak
mengajukan laporan dipasal 103. Pengaduan ; (Pasal 1;25) Pemberitahuan
disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang
berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan
tindak pidana aduan yang merugikannya, Pihak yang berhak membuat
pengaduan (Pasal 108)
b. Tertangkap tangan ; (Pasal 1;19) Tertangkapnya seorang pada waktu sedang
melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat TP itu
dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang
yang melakukannya atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda
yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan TP itu yang
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu.
2) Tindakan
a. Penyelidikan ; serangkaian tindakan penyelidik untuk : Mencari dan menemukan
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, Menentukan dapat tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang ditentukan KUHAP.
Penyelidik pejabat polisi negara RI yang diberi wewenang oleh UU untuk
melakukan penyelidikan, semua polisi mulai pangkat terendah sampai yang
tertinggi.
b. Penyidikan ; Serangkaian tindakan penyidik untuk : mencari serta
mengumpulkan barang bukti, dengan bukti itu membuat terang tentang pidana
yang terjadi , menemukan tersangkanya
Penyidik Pejabat POLRI dalam pangkat tertentu (dulu Serma s/d Serda),
Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU.
Badan Tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk
mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita.
f. Penyitaan ; (Pasal 1;16) serangkaian tindakan penyidik mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktiaan dalam
penyidikan, penuntutan dan peradilan.
g. Pengurusan benda sitaan
h. Pemeriksaan surat- surat
8) Upaya Hukum ; Hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan PK dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP.
a. Upaya hukum biasa: Banding, Kasasi
b. Upaya Hukum Luar Biasa: Pemerksaan kasasi demi kepentingan umum,
Peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
9) Pelaksanaan Putusan Pengadilan. (KUHAP mengatur pelaksanaan putusan pengadilan
pasal 270 – 276) ; Pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang
dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam KUHAP.
Putusan bebas (Vrijspraak) pasal 191 (1) KUHAP Tidak terbukti adanya
kesalahan, Tidak adanya 2 alat bukti, Tidak adanya keyakinan hakim,
Tidakterpenuhinya unsur tindak pidana
Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum (onslaag van alle) pasal 191 (2)
KUHAP Terbukti, tetapi bukan tindak pidana. Adanya alasan pemaaf, pembenar
atau keadaan darurat
Putusan Pemidanaan dijatuhkan oleh hakim jika ia telah memperoleh
keyakinan, bahwa terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan dan ia
menganggap bahwa perbuatan dan terdakwa dapat dipidana
HTN
1. PENGERTIAN
“sekumpulan peraturan hukum yang mengatur Organisasi Negara, Hubungan antar alat kelengkapan
negara dalam garis horisontal dan vertikal, serta kedudukan warga negara dan hak-hak asasinya”.
ISTILAH ; Constitutional Law (State Law) (bahasa Inggris), Droit Contitutionalle (bahasa Perancis),
Staatrecht (bahasa Belanda)
2. SUMBER
Hukum Tertulis ; (UU No 10 Tahun 2004 pasal 7)
Hukum Adat/Kebiasaan
Yurisprudensi Kumpulan keputusan pengadilan mengenai persoalan ketatanegaraan
Ajaran-ajaran tentang Hukum Tata Negara
3. RUANG LINGKUP
Bentuk Negara (Kesatuan atau Federasi)
Bentuk Pemerintahan (Kerajaan atau Republik)
Sistem Pemerintahan (Presidentil, Parlementer, Monarki absolute)
Corak Pemerintahan (Diktator Praktis, Nasionalis, Liberal, Demokrasi)
Sistem Pendelegasian Kekuasaan Negara (Desentralisasi, meliputi jumlah, dasar, cara
dan hubungan antara pusat dan daerah)
4. ASAS
ASAS NEGARA KESATUAN
Negara Kesatuan yaitu suatu bentuk negara dimana untuk mengatur daerah berada di tangan pusat,
terdapat hubungan antara pusat dan daerah kepala negara dan konstitusi hanya tunggal kedalam dan
keluar merupakan satu kesatuan
HAN
1. PENGERTIAN
Menurut VAN WIJK KONIJNENBELT, Hukum Administrasi adalah : “Hukum administrasi mrpk instrumen
yuridis yg memungkinkan masyarakat berpartisipasi dalam pengendalian tsb dgn tujuan terdapatnya
suatu perlindungan hukum”
HAN: himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab maka negara berfungsi atau bereaksi,
maka peraturan-peraturan itu mengatur hubungan antara tiap-tiap warga negara dengan
pemerintahnya (De la Bassecour Caan).
Rangkaian aturan-aturan hukum yang mengatur tentang cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara
menjalankan tugasnya (Hartono Hadisoeprapto)
ISTILAH HAN
Civil Law berasal dr kata “Administratief Recht” atau “Bestuurs Recht”
Common Law berasal dr kata “Administrative Law”
Administratief Bestuurs; lingkungan kekuasaan/kegiatan atau tindakan pemerintahan di luar
kegiatan/kekuasaan atau tindakan yg bersifat legislatif dan yudisiil.
HUBUNGAN HAN DAN HTN
VVH badan2 kenegaraan memperoleh wewenang dr HTN & menggunakan
wewenangnya harus berdasar pd HAN
ROMEYN HTN menyinggung dasar2 dr negara HAN mengenai pelaksanaan
tehnisnya
HAN & HTN sama2 mempelajari negara, akan tetapi HAN scra khusus
mempelajari negara dlm kedaan bergerak, sedangkan HTN mempelajari negara dlm
keadaan diam.
Dr segi historis, bahwa sebelum abad ke 19, HAN menyatu dgn HTN, akan tetapi
setelah abad ke 19, HAN berdiri sendiri.
PERBUATAN PEMERINTAH
o Golongan yg bukan perbuatan hukum (Feitelijke Handelingen)
Adalah suatu tindakan penguasa (pemerintah) thd masyarakat yg tdk mempunyai akibat hukum.
Misal : Walikota mengundang masyarakat menghadiri HUT kotanya; Presiden mengunjungi panti
asuhan
Terdiri dr 2 golongan :
Perbuatan hukum bersifat privaat; ada 2 pendapat :
PAUL SCHOLTEN badan/pejabat TUN tdk bs menggunakan hk privat dlm menjalankan tgs
pemerintahan, krn sifat hk. Privat mengatur hub. Hk antara 2 pihak yg bersifat perorangan & seimbang
kedudukannya, misal : JB, TM, SM, dll
KRANENBURG, KRABBE, VEGTING, DONNER, HUART badan/pejabat TUN dapat menggunakan hk
privat dlm menjalankan tgs pemerintahan ttt.
administrasi atau tata usaha negara yg dilakukan oleh badan/pejabat TUN, & bukan
perbuatan/tindakan hukum publik laiinya, misal tindakan dlm hk. Pidana.
ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
Di Indonesia pertama kali diperkenalkan o/ Prof. Kuntjoro Purbopranoto, yg tdr dr 13 asas :
Asas kepastian, Asas keseimbangan, Asas kesamaan, Asas bertindak cermat, Asas motivasi, Azas jangan
mencampuadukkan kewenangan, Asas fair play, Asas keadilan dan kewajaran, Azas menangapi
pengharapan yang wajar, Azas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal, Azas perlindungan
atas pandangan hidup, Azas kebijaksanaan, Azas penyelenggaraan kepentingan umum
Prasyarat Implementasi ;
Pertama, perubahan internal organisasi, yang meliputi:
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup HAN bergantung pd perkembangan sistem pemerintahan sejak zaman terdahulu sampai
saat ini, atau dr pendapat para sarjana dlm bidang hk. Administrasi.
Setiap negara berbeda dlm mengatur ruang lingkup HAN, disebabkan o/ ide negara yg dianutnya yg akan
mewujudkan bentuk negara & sistem pemerintahan
RUANG LINGKUP HAN DI INDONESIA
Dasar :
o Pembukaan UUD 1945 alinea IV
o Indonesia menganut prinsip Negara Hukum yg dinamis atau “Welfare State”
(Negara kesejahteraan), dgn kewajiban menjamin kesejahteraan sosial
masyarakat;
o Prinsip keadilan sosial bg seluruh rakyat Indonesia.
Ps. 33 & 34 UUD 1945
o Pemerintah menjamin setinggi-tingginya kemakmuran rakyat serta memelihara
fakir miskin & anak terlantar juga BARA-K yg terkandung didalamnya serta yg
mjd hajat hidup orang banyak dikuasai o/ negara dlm menjalankan tugas
membangun kesejahteraan sosial.
4. ASAS
ASAS HUKUM TERTULIS
o Asas legalitas setiap perbuatan administrasi negara berdasarkan hukum
ini berdasarkan asas negara hukum.
o Asas persamaan hak semua warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat
(1) UUD 45)
o Asas Kebebasan khusus untuk eksekutif diberikan kebebasan untuk
menyelesaikan atas inisiatif sendiri tanpa menunggu adanya undang-
untuk menjalankan fungsi administrasinya, yakni menyelenggarakan
kesejahteraan umum asas freis ermessen (pasal 22 ayat (1) UUD 45).
ASAS HUKUM NASIONAL
o Asas nasionalisme ada di hukum agraria (pasal 21 ayat (1) UUPA) hak milik itu
merupakan hak turun-temurun terkuat, terpenuh yang dapat dipunyai oleh
orang atas tanah.
o Asas domein negara pasal 1 Agrarisch Besluit SB 1870-118 Semua tanah yang
tidak terHukti hak eigendomnya merupakan Kepunyaan negara UUPA
Mengubah asas ini.
o Asas perlekatan (natreking beginsel) benda tetap adalah pekarangan-
pekarangan dan apa yg didirikan di atasnya. pipa-pipa dan got-got untuk saluran
air dari rumah/pekarangan menjadi satu dengan rumah atau pekarangannya
o Asas pemisahan horisontal horizontale scheidins beginsel ; Kedudukan hukum
benda-benda dipisah dengan tanahnya (hk adat)
o Asas non diskriminasi sesuai dengan asas persamaan hak.
Berapa asas lain dalam HAN; Kepastian hukum, Keseimbangan, Kesamaan dalam pengambilan
keputusan, Bertindak cermat, Motivasi/alasan, Larangan mencampur-adukkan kewenangan, Perlakuan
yang jujur, Keadilan atau kewajaran , Penghargaan yang wajar,Meniadakan akibat keputusan yang batal
Perlindungan atas pandangan/cara hidup, Kebijaksanaan, Penyelenggaraan kepentingan umum
HUKUM INTERNASIONAL
1. PENGERTIAN
Menurut Mochtar Kusumaatmadja Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara:
negara dengan negara;
negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu
sama lain
Menurut J.G. Starke, Hukum Internasional dirumuskan sebagai kumpulan (body law) yang sebagian
besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antara negara-negara satu
sama lain, yang juga meliputi;
Peraturan-peraturan hukum mengenai pelaksanaan fungsi lembaga-lembaga dan
organisasi itu masing-masing serta hubungannya dengan negara-negara dan individu-
individu.
Peraturan-peraturan hukum tersebut mengenai individu-individu dan kesatuan-
kesatuan bukan negara, sepanjang hak-hak atau kewajiban-kewajiban individu dan
kesatuan itu merupakan masalah persekutuan internasional
Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan
perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para
pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan.
Sedangkan Hukum Internasional (publik) adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat
perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya (obyeknya).
Istilah : Hukum Bangsa Bangsa (Law of Nations, droits de gens, Voelkerrecht) , Hukum Antar Bangsa
atau Hukum Antar Negara (Inter State Law), Hukum Dunia (World Law), Hukum Internasional
(Internasional Law)
SIFAT HAKEKAT MENGIKATNYA HI
TEORI HUKUM ALAM (NATURAL LAW THEORIE)
Tokoh : HUGO GROTIUS, EMMERICH VATTEL
Hk. Alam diartikan sbg hk. ideal yg didasarkan a/ hakikat manusia sbg makhluk yg berakal atau kesatuan
kaidah yg diilhamkan alam pd akal manusia.
Ajaran :
masyarakat bangsa2.
staatsrecht).
erkembang di
benua Eropa trtm Jerman pd abad ke-19.
kehendak negara mempunyai titik pertemuan dgn teori alam ttg perjanjian.
Ajaran : berusaha membuktikan bahwa HI itu mengikat bg negara, bukan krn kehendak mereka 1 per 1
u/ terikat, melainkan krn adanya suatu kehendak bersama (vereinbarung) yg lebih tinggi dr kehendak
masing2 negara u/ tunduk pd HI
Ajaran :
-lah yg mrpk dasar terakhir kekuatan mengikat HI.
didasarkan pula pd suatu kaidah yg lebih tinggi lg & demikian seterusnya, hingga akhirnya
sampailah pd puncak piramida kaidah hukum yaitu tempat terdapatnya kaidah dasar
(Grundnorm) yg tdk dpt lg dikembalikan pd suatu kaidah yg lebih tinggi, melainkan harus
diterima adanya sbg suatu hipotese asal (Ursprungshypothese) yg tdk dpt diterangkan scr hk.
sar (Grundnorm) HI.
Kelemahan/keberatan a/ teori ini : ajaran ini memang dpt menerangkan scr logis drmn kaidah HI
itu memperoleh kekuatan mengikatnya, tetapi tdk dpt menerangkan mengapa kaidah dasar itu sendiri
mengikat.
SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL
Negara
Takhta Suci (Vatican)
Peninggalan atau sejarah jaman dahulu ketika Paus bukan hanya merupakan kepala
gereja Roma tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Tahta suci merupakan subyek
Hukum Internasional yang setara dengan negara. Entitas ini hanya diakui oleh beberapa
negara sebagai subyek Hukum Internasional
Palang Merah Internasional
Dikarenakan unik karena awalanya merupakan organisasi nasional (Swiss) dalam bidang
kemanusiaan yang kemudian mendapat tanggapan positif sehingga didirikan di berbagai
negara. PMI berdiri mandiri sebagai subyek HI. PMI Disebut juga organisasi internasional
non-pemerintah.
Organisasi Internasional
o organisasi internasional itu merupakan suatu persekutuan antar negara –negara
yang bersifat permanen, dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku, serta dilengkapi dengan organ-organnya ;
o adanya suatu pemisahan atau pembedaan dalam kewenangan hukum maupun
maksud dan tujuan dari organisasi internasional itu sendiri pada satu pihak
dengan negara – negara anggotanya ;
o adanya suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan oleh organisasi
internasional itu sendiri, tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum
nasional dari satu atau lebih negara – negara, tetapi juga pada tingkat
internasional
Orang Perorangan (Individu)
Dapat diperlakukan sebagai subyek Hukum Internasional, apabila :
o sebagai penjahat kemanusiaan
o sebagai penjahat perang
o sebagai perusak perdamaian
Pemberontak & Pihak dalam sengketa (Belligerent)
Kaum pemberontak yang memiliki pribadi sebagai subyek Hukum Internasional, dengan
syarat :
o kaum pemberontak itu terorganisir secara teratur di bawah pimpinan
yang bertanggung jawab
o mereka memakai tanda-tanda pengenal yang jelas dapat dilihat
o membawa senjata secara terang-terangan
o mengindahkan cara-cara berperang yang sudah lazim (mengikuti kaidah
hukum perang/hukum humaniter internasional)
o menguasai suatu wilayah secara efektif.
2. Teori Dualisme
Memandang bahwa Hukum Internasional dan hukum nasional adalah merupakan dua bidang hukum
yang berbeda dan berdiri sendiri satu dengan yang lainnya. Perbedaan antara Hukum Internasional
dengan hukum nasional adalah :
o subyek hukum nasional berbeda dengan Hukum Internasional. Hukum
Internasional subyeknya negara kalau hukum nasional subyeknya indvidu.
o Ruang lingkup hukum nasional berlaku dalam batas-batas wilayah negara,
sedangkan Hukum Internasional berlaku antar negara.
o Sumber hukum nasional adalah kehendak negara sedangkan Hukum
Internasional bersumber pada kesepakatan antar negara
3. Teori Transformasi
Menurut teori ini peraturan-peraturan Hukum Internasional untuk dapat berlaku dan dihormati
sebagai norma hukum nasional harus melalui proses transformasi atau alih bentuk, baik secara
formal maupun substansial. Secara formal maksudnya mengikuti bentuk sebagaimana peraturan
perundang-undangan nasional. Sedangkan secara substansial artinya materi dari Hukum
Internasional itu harus sesuai dengan materi dari hukum nasional negara yang bersangkutan.
4. Teori Delegasi
Implementasi dari Hukum Internasional diserahkan kepada negara – negara atau hukum
nasional itu masing-masing.
5. Teori Harmonisasi
Hukum Internasional dan hukum nasional harus diartikan sedemikian rupa bahwa antara
keduanya itu terdapat keharmonisan.
2. SUMBER
a. Sumber Hukum Formil
Prosedur hukum dan metode bagi pembentukan mengenai aturan untuk pengenaan secara umum
mengikat secara hukum kepada pihak-pihak yang dituju (Pasal 38 Piagam Mahkamah
Internasional),yaitu:
1. Perjanjian internasional (international convention), baik yang bersifat umum maupun
khusus yang mengandung ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang
bersengketa. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
Misal: traktat, Resolusi Majelis Umum, putusan hukum, proposal dari the International Law Commision ,
sebuah restatement yang dinyatakan oleh sekelompok orang terpelajar dan lain-lain
3. ASAS
ASAS TERITORIAL
Menurut azas ini negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya sedangkan terhadap semua barang atau orang yang berada di luar wilayah tersebut, berlaku
hukum asing (internasional) sepenuhnya.
ASAS KEBANGSAAN
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya, menurut asas ini setiap warga
negara di manapun juga dia berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini
mempunyai kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga
negaranya, walaupun ia berada di negara lain.
EGALITY RIGHTS yaitu pihak yang saling mengadakan hubungan memiliki kedudukan
yang sama.
RECIPROSITAS yaitu tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal,
baik tindakan yang bersifat negatif ataupun positif.
ASAS KETERBUKAAN
Dalam hubungan antar bangsa yang berdasarkan hukum internasional diperlukan adanya kesediaan
masing-masing untuk memberikan informasi secara jujur dan dilandasi rasa keadilan. Sehingga masing-
masing pihak mengetahui secara jelas manfaat, hak, serta kewajiban dalam menjalin hubungan
internasional
H. ISLAM
1. PENGERTIAN
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian agama Islam.
HUKUM TAKLIFI ; AL AHKAM AL KHAMSAH Hukum yang mengandung wajib, sunah, mubah/ jaiz/
ibahah, makruh dan haram yaitu :
2. SUMBER
Berdasarkan hadis pecakapan rasul dengan Mu’az bin Jabal disimpulkan bahwa sumber hukum Islam
ada tiga, yaitu : Al – Quran, As – Sunnah, Akal Pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk beritjtihad
disebut juga dengan istilah ar-ra’yu atau pendapat orang yang memenuhi syariat untuk menentukan
nilai dan norma.
Berdasarkan Imam Syafi’I dalam buku Kitāb al- Risāla fi Usūl al fiqh yang berlandaskan dari surat An –
Nisa ayat 59 :
Maka terdapat empat sumber hukum Islam yaitu : Al – Quran, As – Sunnah atau Al – Hadis, Al – Ijmā, Al
– Qiyās
Kesimpulannya Sumber Hukum Islam adalah :
Al – Quran (Kitab Suci Umat Islam)
As – Sunnah / Al – Hadis (Perkataan (sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah), dan
sikap diam (sunnah taqririyah) Rasul yang tercatat dan menjadi penjelasan otentik Al-Quran
dimana
o Banyaknya yang meriwayatkan As – sunnah / Al – Hadist ;
MutawatiR, Masyhur, Ahad
o Kualitas pribadi yang meriwayatkan; Sahih, Hasan, Da’if
Akal Pikiran (Ra’yu) yang memenuhi syarat untuk berikhtiar untuk memahami kaedah
hukum fundamental dalam al-quran dan kaedah hukum umum dalam as-sunnah kemudian
merumuskan garis hukum untuk kasus tertentu atau garis hukum yang pengaturannya tidak di
dua sumber utama hukum islam. Dimana memiliki metode ijtihad didalamnya yaitu : ijmak
(persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli disuatu masa), qiyas (menyamakan hukum
dengan dua sumber utama hukum islam), istidal (menarik kesimpulan), al – masālih al –
mursalah (menemukan hukum dengan pertimbangan kepentingan umum), istihsān
(menyimpang dari ketentuan demi keadlian dan kepentingan sosial dimana mengesampingkan
analogi), istihāb (menetapkan hukum menurut keadaan yang terjadi sebelumnya), ‘urf (adat-
istiadat yang tidak bertentangan dengan hukum islam).
3. RUANG LINGKUP
Hukum Perdata Islam adalah munakāhāt mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya ; wirāsah mengatur masalah
mengenai pewaris, ahli waris, harta peninggalan sera pembagian warisan. Hukum
kewarisan Islam ini disebuh juga hukum farā’id ; muamālat dengan arti khusu mengatur
masalah kebendaan dan hak hak atas benda, hubungan manusia dalam masalah jual –
beli, sewa – menyewa, pinjam – meminjam, dll.
Hukum Publik Islam adalah jināyat memuat aturan mengenai perbuatan yang diancam
dengan hukuman baik dalam jarīmah hudūd maupun jarīmah ta’zir. Maksud dari jarīmah
adalah perbuatan pidana dimana jarīmah hudūd batas hukumnya adalah Al-Quran dan
Sunah Nabi Muhammad dan jarīmah ta’zir bentuk sanksinya ditentukan oleh penguasa
sebagai pelajaran bagi pelaku pidana ; ah-ahkām as-sulthāniyah mengenai hubungan
kepala negara, pemerintahan, tentara, pajak, dsb. ; siyār mengenai perang dan damai,
tata hubungan pemeluk agama dan negara lain ; mukhasamat mengatur soal peradilan,
kehakiman, dan hukum acara.
4. ASAS
Asas Hukum Islam adalah landasan yang digunakan dalam penegakan dan pelaksanaan hukum islam
dimana menurut Tim Pengkajian Hukum Islam Badan Pembinaan Hukum Nasional Departement
Kehakiman dalam laporannya tahun 1983/1984 menyebutkan asas hukum islam yaitu :
1. Asas Umum ; Asas keadilan, Asas kemanfaatan, Asas kepastian hukum
2. Asas Hukum Pidana ; Asas legalitas, Asas larangan memindahkan kesalahan kepada
orang lain, Asas praduga tidak bersalah
3. Asas Hukum Perdata ; Asas kebolehan atau mubah, Asas kemaslahatan hidup, Asas
kebebasan dan kesukarelaan, Asas menolak mudarat dan mengambil manfaat, Asas
kebajikan, Asas kekeluargaan, Asas adil dan berimbang, Asas mendahulukan kewajiban
dari hak, Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain, Asas kemampuan berbuat,
Asas kebebasan berusaha, Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa, Asas
perlindungan hak, Asas hak milik berfungsi social, Asas yang beritikad baik harus
dilindungi, Asas risiko dibebankan pada benda atau harta, tidak pada tenaga atau
pekerja, Asas mengatur sebagai petunjuk, Asas perjanjian tertulis atau diucapkan
didepan saksi, Asas dalam hukum perkawinan (Kesukarelaan, Persetujuan kedua belah
pihak, Kebebasan memilih, Kemitraan suami-istri, Untuk selama-lamanya, Monogami
terbuka), Asas dalam hukum kewarisan, Ijbari/ wajib dilaksanakan(Bilateral, Individual,
Keadilan yang berimbang, Akibat kematian)
H. ADAT
1. PENGERTIAN
Soekanto (1955) mengemukan bahwa “hukum adat adalah kompleks adat-adat yang tidak dikitabkan,
tidak dikodifisir dan bersifat paksaan, jadi mempunyai akibat hukum.
Menurut teori Receptie dari Snouck Hurgronye dan Van Vollen Hoeven
Tidak semua Hukum Agama diterima/ diresepsi dalam hukum adat, hanya bagian tertentu saja dari
hukum agama yang mempengaruhi Hukum Adat terutama bagian hukum keluarga.
perkembangan.”
2. SUMBER
Adat atau kebiasaan yang merupakan tradisi masyarakat
Kebudayaan tradisional
Ugeran
Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat
Pepatah adat
Yurisprudensi adat
Dokumen yang hidup di waktu sesuatu yang memuat ketentuan hukum tertentu
Kitab – kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh raja
Doktrin tentang hukum adat
Hasil penelitian tentang hukum adat nilai yang tumbuh dan berlaku dalam
masyarakat.
3. RUANG LINGKUP
Menurut van Vollenhoven ruang lingkup hukum adat adalah :
Bentuk – bentuk masyarakat hukum adat
Tentang pribadi
Pemerintahan dan peradilan
Hukum keluarga
Hukum perkawinan
Hukum waris
Hukum tanah
Hukum utang piutang
Hukum delik
Sistem delik
Menurut Ter Haar didalam Beginselen en Stelsel van het Adat – Recht ruang lingkup hukum adat :
Tata masyarakt
Hak – hak atas tanah
Transaksi – transaksi tanah
Transaksi – transaksi dimana tanah tersangkut
Hukum utang piutang
Lembaga / yayasan
Hukum pribadi
Hukum kekeluarga
Hukum perkawinan
Hukum delik
Pengaruh lampau waktu
Asas Kebersamaan
Setiap individu dalam masyarakat adalah keluarga. Sehingga selalu menyediakan dirinya dan hartanya
untuk kesejahteraan masyarakat, mempunyai rasa senasib seperjuangan, segala tugas dipikul bersama.
Asas Totaliteit
Segala tingkah laku harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perhubungan yang harmonis antara
masyarakat dengan semesta (termasuk alam ghaib) tetap terpelihara.
2. SUMBER
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang disahkan di Jakarta dan
diundangkan pada tanggal 24 September 1960, Lembaran Negara No. 104 tahun 1960, atau dikenal
dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Dengan tujuan :
meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan
merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi
Negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan
makmur.
meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan.
meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.
3. ASAS
Asas nasional dalam ps.1 UUPA
pasal 1 (1)
seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai
Bangsa Indonesia
pasal 1 (2)
Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam
wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional
pasal 1 (3)
Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termasuk dalam ayat (2) pasal ini
adalah hubungan yang bersifat abadi
Asas semua hak atas tanah mempunyai fungsi social, terdapat dalam 6 UUPA
hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan
dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya,. Penggunaan
tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi
kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.
Asas perlindungan
Ps. 9 (1) jo. pasal 21 ayat 1 :
Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan
ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan 2.
Ps. 11 (2) :
Perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan hukum golongan rakyat dimana perlu dan tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional diperhatikan, dengan menjamin perlindungan terhadap
kepentingan golongan yang ekonomis lemah.
Hak milik tidak dapat dipunyai oleh orang asing dan pemindahan hak milik kepada orang asing dilarang
(pasal 26 ayat 2). Orang-orang asing dapat mempunyai tanah dengan hak pakai yang luasnya terbatas
Badan Hukum yang pada tidak dapat mempunyai hak milik atas tanah, tetapi mengingat akan keperluan
masyarakat yang sangat erat hubungannya dengan faham keagamaan, sosial dan hubungan
perekonomian, maka diadakanlah suatu "escape-clause" yang memungkinkan badan-badan hukum
tertentu mempunyai hak milik berdasarkan penunjukan dari pemerintah
Pasal 13.
(1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur sedemikian rupa,
sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3)
serta menjamin bagi setiap warga-negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat
manusia, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.
(2) Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dari organisasi-organisasi dan
perseorangan yang bersifat monopoli swasta.
(3) Usaha-usaha Pemerintah dalam lapangan agraria yang bersifat monopoli hanya dapat
diselenggarakan dengan Undang-undang.
(4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial, termasuk bidang perburuhan,
dalam usaha-usaha di lapangan agraria.
Pasal 11 (1) :
Hubungan hukum antara orang, termasuk badan hukum, dengan bumi, air dan ruang angkasa serta
wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan hukum itu akan diatur, agar tercapai tujuan
yang disebut dalam pasal 2 ayat (3) dan dicegah penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan orang lain
yang melampaui batas.
HAK MILIK
Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
Dasar Hukum : 20 s.d. 27 UUPA
Sifat :
-menurun, terkuat dan terpenuh
Subyek HM :
(1) warga negara Indonesia (2) badan-badan hukum yang memenuhi ketentuan PP 38/1963 tentang
PENUNJUKAN BADAN BADAN HUKUM YANG DAPAT MEMPUNYAI HAK MILIK ATAS TANAH, yi :
a. Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut Bank Negara);
b. Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yg didirikan berdasar UU 79/1958;
c. Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Agama;
d. Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/ Agraria, setelah mendengar
Menteri Kesejahteraan Sosial.
& perpanjangan berakhir dapat diberikan pembaharuan HGU di atas tanah yang sama.
Subyek HGU :
(1) Warga Negara Indonesia; (2) Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
Subyek HGB :
(1) Warga Negara Indonesia; (2) Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
HAK PAKAI
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian
dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA
Dasar Hukum : 41 s.d. 43 UUPA jo. Ps. 39 s.d. 56 PP 40/1996
Sifat :
jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. ;
& setelah jangka waktu & perpanjangan berakhir dapat diberikan pembaharuan HGU di atas
tanah yang sama.
Subyek HP :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
c. Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah;
d. Badan-badan keagamaan dan sosial;
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
f. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia;
g. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan Internasional.
HP hapus karena :
1. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau
perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya;
2. dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang
Hak Milik sebelum jangka waktunya berakhir karena:
a. tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau dilanggarnya
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Pasal 51 dan
Pasal 52; atau
b. tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang tertuang dalam
perjanjian pemberian Hak Pakai antara pemegang Hak Pakai dan pemegang Hak
Milik atau perjanjian penggunaan Hak Pengelolaan; atau
c. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
3. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir;
4. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 1961;
5. ditelantarkan;
6. tanahnya musnah;
7. ketentuan Pasal 40 ayat (2) PP 40/1996 ttg tdk terpenuhinya syarat selaku subyek HP