Anda di halaman 1dari 8

SUMBER HUKUM TATA NEGARA

A. Pengertian Sumber Hukum


 Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
 Dalam ilmu pengetahuan hukum sumber hukum mempunyai beberpa pengertian:
1. Asalnya hukum: berupa keputusan penguasa yang berwenang untuk
memberikan keputusn terebut.
2. Tempat ditemukannya peraturan-peraturan hukum yang berlaku, bentuknya
berupa UU, kebiasaan, traktat, yurisprudensi, doktrin, yg terdapatnya ada
dalam UUD, UU, Tap MPR, Perppu, PP dll
3. Hal-hal yang dapat atau seyogyanya memegaruhi kepada penguasa didalam
menentukan hukum-hukumnya.
 Dalam ilmu hukum sendiri sumber hukum dibedakan mejadi 2 pengertian:
1. Sumber pengenalan hukum: sumber hukum yang mengharuskan untuk
menyelidiki asal dan tempat ditemukannya hukum.
2. Sumber asal nilai-nilai yang menyebabkan timbulnya atau lahirnya aturan
hukum atau menjadi dasar aturan hukum.
B. Sumber Hukum Tata Negara
 Sumber hukum tata negara Indonesia pada dasarnya adalah segala bentuk dan wujud
peraturan hukum tentang ketatanegaraan yang beresensi dan bereksistensi di
Indonesia dalam suatu sistem dan tata urutan yang telah diatur.
 Secara umum sumber HTN Indonesia dikelompokkan menjadi 2 jenis, sumber hukum
materiil dan sumber hukum formal.
1. Sumber Hukum Materil Pancasila
 Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menetukan isi hukum, yang
diperlukan ketika akan menyelidiki asal-usul hukum dan menentukan isi hukum
 Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa merupakan sumber hukum dalam arti
materiil.
 Pancasila merupakan alat penguji untuk setiap aturan hukum yang berlaku.
 Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, maksudnya bahwa
semua sumber hukum yang berlaku di Indonesia (baik formal maupun materiil)
seluruhnya bersumber pada Pancasila
 Ada beberapa alasan mengapa pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum:
a. Pancasila merupakan isi dari sumber hukum,
b. Pancasila merupakan Pandangan hidup dan falsafah negara.
c. Pancasila adalah jiwa dari setiap peraturan yang dibuat dan diberlakukan, yang
bertentanga dengan jiwa pancasila harus dicabut dan dinytakan tidak berlaku.

2. Sumber Hukum Formal


 Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dikenal dalam bentuknya
sehingga, diketahui dan ditaati dan hukum dapat berlaku umum.
 Sumber hukum formal meliputi: 1) PUU, 2) kebiasaan, 3) Perjanjian antar negara,
4) yurisprudensi, 5) Pendapat atau Pandangan Ahli hukum.

a. Undang-Undang.
 Undang-undang yang dimaksud disini bukanlah UU dalam arti sempit yaitu
produk legislatif presiden bersama DPR.
 Undang-undang disini maksudnya adalah UU dalam arti luas, dalam istilah
belanda disebut “wet”, yakni UU dalam arti meteriil yaitu setiap keputusan
pemerintah yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk.
 Selanjunya berdasarkan Pasal 7 UU No 11 Tahun 2011, hirarki peraturan
PUU meliputi: 1) UUD 1945, 2) Ketetapan MPR, 3) UU/Perpu, 4) PP, 5)
Perpres, 5) Perda provinsi, 6) Perda Kabupaten/Kota.
1. Undang-Undang Dasar.
 UUD merupakan terjemahan dari istilah Belanda gondwet, yang dapay
diartikan dengan konstitusi.
 Isi suatu UUD pada pokoknya menggambarkan cita-cita suatu bangsa,
garis besar, asas, dan tujuan negara, pengaturan tata tertib pelbagai
lembaga negara, penyebutan hak-hak asasi manusia, pengaturan tentang
perundang-undangan, dan segala sesuatu yang bersifat pengaturan
secara dasar yang merupakan suatu frame work of the nation.
2. Ketetapan MPR.
 Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat keluar dan kedalam majlis.
 Ketetapan MPR merupkan salah satu dari bentuk peraturan tata tertib
MPR. Bentuk peraturan lainnya adalah keputusan MPR dimana
mempunyai kekutan hukum menikat kedalam majlis saja.
3. UU/Perpu.
 UU diadakan untuk melaksanakan UUD dan Tap MPR, selain itu juga
mengautur hal-hal yang tidak diatur dalam UUD maupun Tap MPR.
 UU yang dibentuk berdasarkan ketentuan dalam UUD dinamakan UU
Organik.
 UU dibuat oleh DPR bersama pemerintah. Presiden mempunyai hak
untuk mengajukan RUU kepada DPR.
 Suatu UU mulai sah apabila tlah diundang-undangkan dalam lembaran
negara oleh sekretaris negara, dan mulai berlaku sesuai tanggal yang
tertera dalam UU itu.
 Jika tidak disebutkan tanggalnya maka berlaku 30 hari setelah
diundangkan untuk Jawa dan Madura, dan 100 hari untuk daerah lain.
 Terdapat beberapa asas pertauran perundangan:
a. UU tidak berlaku surut,
b. Lex superior derogat lex inferior,
c. Lex specialist derogat lex generalis,
d. Lex posteriori derogat lex priori,
e. UU tak dapat diganggu gugat.
 UU tidak berlaku lagi apabila:
a. Jangka waktu berlakunya yang ditentukan dalam UU tersebut habis,
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu dibuat sudah tidak ada lagi,
c. UU dicabut oleh instansi yang membuat atau yang lebih tinggi,
d. Telah ada UU baruyang isinya bertentangan dengan UU lama.
 Perpu dibentuk dalam hal kegentingan yang memaksa atau karena
keadaan yang mendesak.
 Perpu bisa disamakan dengan dengan UU Darurat dalam Konstitusi RIS
dan UUDS 1950.
 Namun perbedaannya adalah, UU Darurat tidak akan berlaku lagi
karena hukum apabila ditolak, sedangkan Perpu tidak dengan
sendirinya tidak berlaku malainkan harus dicabut terlebih dahulu.
 Suatu Perpu yang telah disetujui dengan atau tanpa perubahan lalu
diberi bentuk UU.
 Secara substansi keberadaan Perpu sederajat dengan UU, maka akibat
hukum yang timbulpun sama.
 Namun antara Perpu dan UU tetap punya perbedaan, Perpu hanya
dibuat oleh Presiden, DPR tidak terlibat dan dibuat hanya dalam
keadaan genting dan mendesak saja.

4. Peraturan pemerintah (PP)


 PP ditetapkan untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP
memuat aturan-aturan yang bersifat umum.
 Maka tidak mungkin ada PP sebelum ada UU.

5. Penetapan Presiden, Peraturan Presiden, Keputusan Preseiden dan


Instruksi Presiden.
 Penpres dan Perpres muncul setelah adanya dekrit 5 Juli 1959.
Keduanya tidak disebutkan dalam UUD.
 Kepres berisi keputusan yang bersifat khusus.
 Inpres berisi petunjuk yang ditujukan kepada para pejabat di
lingkungan pemerintahan. Contoh instruksi untuk mnetri, jaksa agung,
kepala daerah dll.

6. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya.


 Permen adalah suatu peraturan yang dikeluarkan olen mentri, yang
berisi ketentuan-ketentuan tentang bidang tugasnya.
 Kepmen adalah keputusan mentri yang bersifat khusus mengenai
masalah tertentu sesuai dengan bidang tugasnya.

7. Peraturan daerah
 Peraturan Daerah dibuat oleh DPRD bersama pemerintah daerah.
 Perda isinya tidak boleh bertentangan dengan peraturan pusat, bila
bertentangan maka Perda itu dengan sendirinya batal (tidak berlaku).

b. Kebiasaan
 Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama, sehingga tindakan yang berlawanan dengannya
dianggap sebagai pelanggaran perasaan hukum, dengan begitu tibullah suatu
kebiasaan hukum yang selanjutnya dianggap sebagai hukum.
 Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan syarat-syarat tertentu:
1. Pebuatan dilakukan berulang-ulang.
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat,
3. Adanya akibat hukum bila itu dilanggar.
 Ada perbedaan kebiasaan dengan adat. Adat berasal dari suatu yang agak
skaral, yang berhubungan dengan tradisi yang telah turun-temurun.
 Sedangkan kebiasaan adalah hasil akulturasi timur dan barat yang belum
diresepsi sebagai tradisi.
 Menurut UUD 1945, konvensi diartikan sebagai aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis.
 Kebiasaan ketatanegaraan Indonesia misalnya pidato kenegaraan presiden tiap
tanggal 16 Agustus.

c. Traktat
 Traktat adalah perjanjian antar dua negara atau lebih. Ada 3 mavam:
1. Traktat bilateral: diadakan antara dua negara,
2. Traktat multilateral: diadakan oleh lebih dari dua negara; NATO
3. Traktat kolektif atau terbuka : traktat multilateral yang memberikan
kesempatan kepada negara-negara yang pada permulaan tidak turut
mengadakan perjanjian tetapi kemudian juga menjadi pihaknya; PBB
 Traktat akan menjadi bagian dari hukum tata negara apabila menyangkut
ketatanegaraan dan telah mempunyai kekutan mengikat.
 Traktat mempunyai kekuatan hukum mengikat bila telah diratifikasi oleh
pemerintah dari negara yang mengadakan perjanjian.
 Terdapat 2 teori terkait kekuatan hukum traktat mengikat pada penduduk di
suatu wilayah negara:
1. Teori Inkorporasi: traktat harus lebih dahulu diinkorporasikan ke dalam
suasana hukum nasional melalui pengundangan traktat dalam lembaran
negara. (artinya tidak langsung mengikat pada penduduk).
2. Teori Primat Hukum Antarnegara: mengakui hukum antarnegara lebih
tinggi derajatnya daripada hukum nasional. (artinya langsung mengikat
pada penduduk)
 Menurut Pasal 4 ayat 1 dan Pasal 9 UUD 1945, perjanjian dengan negara lain
dilakukan Presiden dengan persetujuan DPR. Artinya Presiden harus
mengingat kepentingan nasional dan berpegang teguh pada isi dan jiwa UUD
1945.
 Denga kata lain traktat harus bersumber pada UUD sebagai sumber hukum
tertulis tertinggi. Maka tidaklah tepat jika Indonesia menganut teori primat
hukum antarnegara.
 Kedudukan dan derajat hukum traktat dapat dikatakan sama dengan UU,
dengan alasan :
1. Presiden membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
2. Traktat bertentagan dengan UUD, maka traktat batal.
3. Apabila traktat baru berbeda dengan UU, maka traktatlah yang berlaku,
sebab DPR dan Presiden menyetujui traktat tersebut dan berlakulah asas
lex posteriori deroget lex priori.

d. Doktrin
 Doktrin adalah pernyataan/pendapat para ahli hukum.
 Dalam kenyataannya pendapat para ahli hukum banyak diikuti orang dan
menjadi dasar atau bahkan pertimbangan dalam penetapan hukum baik oleg
para hakim maupun para pembentuk undang-undang.
ASAS-ASAS HUKUM TATA NEGARA
A. Asas Negara Hukum
 Pemikiran negara hukum dimulai dimulai sejak Plato: “bahwa penyelenggaraan
negara yang baik ialah yang didasarkan peraturan yang baik”.
 Konsep negara hukum selanjutnya berkembang dalam dua sistem hukum:
a. Eropa Kontinental (Rechstaat) yang berciri: 1) pengakuan dan perlindungan
terhadap HAM, 2) negara berdasar pada teori trias politica, 3) pemerintahan
diselenggarakan berdasarkan UU, 4) ada peradilan administrasi.
b. Sistem Anglo Saxon ((Rule of law) yang berciri: 1) supremasi hukum, 2)
persamaan dihadapan hukum, 3) konstitusi yang didasarkan atas hak-hak
perorangan.
 Negara hukum, hakikatnya adalah negara yang menolak melepaskan kekuasaan tanpa
kendali
 Indonesia lebih mendekati konsep hukum kontinental dibandingkan konsep rule of
law.

1. Paham Konstitusi
 Paham konstitusi memiliki makna bahwa pemerintahan berdasarkan atas hukum
dasar, tidak berdasarkan kekuasaan belaka.
 Menurut K.C. Wheare: Konstitusi berarti seluruh peratuturan mengenai
ketatanegaraan suatu negara yang secara keseluruhan akan menggambarkan
sistem ketatanegaraannya.
 Paham konstitualisme menhendaki 2 elemen penting sekaligus:
a. Hukum yang menjadi pembatas bagi kemungkinan kesewenag-wenangan
kekuasaan.
b. Akuntabilitas politik sepenuhnya dari pemerintah kepada yang diperintah.

2. Sistem Demokrasi atau Kedaulatan Rakyat


 Pengertian demokrasi secara harfiah identik dengan makna kedaultan rakyat,
yakni pemerintahan yang seluruh rakyatnya turt serta memerintah.
 Filsuf J.J. Rosseau: Demokrasi perwakilan pada hakikatnya bukanlah demokrasi,
karena lebih banyak memuaskan segelintir orang di legislative. Demokrasi
langsung merupakan satu-satunya demokrasi yang tepat.
 Negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
 Demokrasi, penegakkan hukum dan perlindungan HAM merupakan tri-tunggal
yang tidak dapat dipisahkan.
 Mahfud M.D: 2 alasan dipilihnya sistem demokrasi:
a. Hampir semua negara ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental.
b. Demokrasi memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya.

B. Asas Pembagian Kekuasaan


 Berbicara pembagian kekuasaan selalu dihubungkan dengan teori trias politika nya
Montesquieu yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
 Ivor Jenings mengatakan pemisahan kekuasaan dalam arti materil tidak dianut oleh
UUD 1945. UUD hanya mengenal pemisahan kekuasaan dalam arti formal yakni
pemisahaan kekuasaan tidak dipertahankan secara prinsipiil.
 UUD 1945 hanya mengenal pembagian kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan.
 Walaupun dalam pembagian kekuasaan itu setiap lembaga negara sudah mempunyai
tugas tertentu, namun dimungkinkan adanya kerjasama antar lembaga negara.
 Ismail Sunny mengatakan “ yang penting bukan ada atau tidaknya trias politika, tetapi
dapat atau tidaknya kekuasaan itu dihindarkan dari praktik birokrasi tirani, hal ini
tidak bergantung pada pemisahan kekuasaan namun bergantung adanya sendi negara
demokrasi kedaulatan rakyat”.
 Amandemen UUD 1945 selama 4 kali dilatar belakangi kehendak untuk membangun
pemerintahan yang demokratis dengan check and balances diantara cabang-cabang
kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum dan keadilan serta menjamin dan
melindungi HAM.

C. Asas Negara Pancasila


 Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara.
 Setiap tindakan rakyat dan negara harus sesuai dengan pancasila yang sudah
ditetapkan sebagai dasar negara.
 Pacasila ditetapkan sebagai dasar negara karena didalamnya mengandung lima asas:
1. Asas Ketuhana Yang Maha Esa
 Realisasi asas pertama ini antara lain, dalam bidang:
a. Eksekutif: terdapat departemen agama
b. Legislative: pelaksanaan UU perkawinan
c. Yudikatif: UU kekuasaan kehakiman disebutkan bahwa peradilan dilakukan
Demi Keadilan Dan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan ini
tercermin dalam setiap putusan.
2. Asas Perikemanusiaan
 Legislative: UU perburuhan yang menghilangkan prinsip penghisapan manusia
oleh manusia.
 Eksekutif: adanya departemen sosial yang menanggulangi masalah-masalah
kemanusiaan.
 Pembukaan UUD 1945 dan juga Pasal 34 merupakan perwujudan asas
perikemanusiaan dalam hukm positif Indonesia.
 Dalam kehidupan sehari-hari terlihat adanya lembaga-lembaga untuk menampung
segala yang tidak seimbang dalam kehidupan sosial: panti asuhan.
3. Asas Kebangsaan
 Asas ini menunjukkan bahwa Indonesia bebas untuk menentukan nasibnya
sendiri, dan berdaulat tidak ada campur tangan negara lain dalam hal mengenai
urusan dalam negeri.
 Asas kebangsaan tertuang dalam symbol atau lambing negara Indonesia.
 Asas ini juga tertuang dalam pembukaan UUD dan Pasal 33. “bumi, air…..”
 Dalam hal legislative lahirlah UU kewarganegaraan, UU Agraria.
 Dalam pengadilan berupa keputusan dimana bila terjadi perselisihan antara WNI
dam WNA di Indonesia maka yang berlaku adalah UU Indonesia.

4. Asas Kedaulatan Rakyat


 Dalam legislatif: adanya wewenang yang dimiliki DPR, yang merupakan lembaga
jelmaan sebagai perwakilan rakyat.
 Yudikatif: hakim-hakim baru dapat diangkat setelah ada pengusulan dari KY
kepada anggota DPR untuk mendapatkan penetapan yang selanjutnya diangkat
oleh presiden.
 Dala pembukaan UUD 1945: “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
indonesia itu dalam UUD negara Indonesia yang berkedaultan rakyat…”
 Asas kedaultan rakyat menghendaki agar setiap tindakan dari pemerintah harus
berdasarkan kemauan rakyat yang pada akhirnya tindakan itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya.
 Eksekutif: presiden tidak dapat menetapkan suatu peraturan pemerintah sebelum
adanya UU, artinya harus ada persetujuan rakyat.
 Dilaksanakannya pemilu secara langsung asas kedaulatan rakyat semakin
memperoleh ruhnya.

5. Asas Keadilan Sosial


 Dalam legislative: asas ini pelaksanaanya tertuang dalam rangkamewujudkan uu
tentang jaminan sosial.
 Yudikatif: setiap keputusan hakim selalu berpedomanpada keadilan sosial.
 Dalam bentuk lembaga terlihat adanya lembaga negara yang bergerak dibidang
sosial yang menyelenggarakan masalah-masalah sosial dalam negara.

Anda mungkin juga menyukai