Anda di halaman 1dari 9

Bab 1.

Ruang Lingkup Hukum Perdata Islam di Indonesia

 Pengertian Hukum Perdata: meliputi semua hukum yang bersifat privat mateeriil,
yaitu selutuh hukum yang mengatur tentang perseorangan, ketentuan-ketentuan yang
mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepeningan dan
kebutuhannya terutama terkait kepentingan perseorangan.
 Menurut Ilmu, hukum perdata dibagi menjadi 4:
a. Tentang diri seseorang
b. Hukum kekeluargaan
c. Hukum kekayaan
d. Dan hukum warisan

 Hukum Perdata di Indonesia menurut Abdoel Jamali:


1. Hukum Perdata Adat : ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan antara
individu dalam masyarakat adat yang berlainan dengan kepentingan-kepentingan
perseorangan. Hukum adat berlaku untuk bangsa Indonesi asli. Hukum adt adalah
hukum yang hidup dalam tindakan2 rakyat yang berkaitan dengan segala hal dalam
kehidupan masyarakat
2. Hukum perdata Eropa: ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum
mengenai kepentingan orang-orang Eropa dan orang-orang yang pada dirinya secara
sukarela berlaku ketentuan itu
3. Hukum perdata bersifat Nasional: bidang-bidang hukum perdata yang bersifat
Nasional, ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hak perseorangan dan berlaku
untuk seluruh penghuni Indonesia.
4. Hukum perdata materiil: ketentuan-ketentuannya mengatur hak dan kewajiban, dan
kedudukan perseorangan , terdiri dari:
a. Hukum keluarga: ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan lahir
dan batin antara dua orang yang berlainan kelamin( dalam perkawinan) dan
akibat hukumnya (dalam pernikahan)\
b. Hukum kekayaan: ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hak-hak
perolehan seseorang dalam hubungannya dgn orang lain yang mempunyai
nilai uang. (jual beli)
c. Hukum waris: ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang cara
pemindahan hak milik seseorang yang meninggal dunia kepada yang berhak
memiliki selanjutnya (warisan)
 Hukum perkawinan dibagi menjadi 2: Hukum Perkawinan dan hukum kekayaan
dalam perkawinan. Hukum perkawinan ialah keseluruhan peraturan yang
berhubungan dengan suatu perkawinan. Sedangkan hukum kekayaan perkawinan
ialah keseluruhan peraturan yang berhubungan dengan harta kekayaan suami dan istri
dalam perkawinan.
 Hukum Perdata Islam: semua hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban warga
negara Indonesia yang beragama Islam.

Latar Belakang lahirnya Hukum Perdata Islam di Indonesia

 Perutukan berbeda bagi setiap golongan:


1. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli, berlaku hukum adat.
2. Untuk golongan bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan Eropa berlaku Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
3. Untuk golongan warganegara bukan asli dan bukan berasal dari Tionghoa atau Eropa
berlaku sebagian dari KUUHP

 Hukum perdata Islam di Indonesia belum lama berlaku seperti BW yang berasal dari
kolonial Belanda. Hukum Perdata Islam yang berlaku di indonesia dan telah di
undang-undangkan, tidak terlepas dari peran serta umat Islam dalam
memperjuangakannya, seperti Undang-Undang Nomor 1/1974 tentang Perkawinan
dan Undang-Undang Nomor 41/2004 tentang Wakaf.
 Hukum adat dibagi menjadi 2:
a. Adat shahih: adat yang merupakan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi (Al-Qur’an), tidak bertentangan
dengan akal sehat manusia
b. Adat fasidah: adat yang rusak, bertentangan dengan Al-Qur’an, hingga
bertentangan dengan akal sehat manusia atau undang-unng yang berlaku , ex:
menyembelih manusia ketika pergantian suku
 Prinsip Perkawinan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974:
“Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (umah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
 Diperjelas oleh KHI Pasal 2 yang menyebut bahw Perkawinan menurut Islam adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan galidzan untuk menaati
perintah Allah melaksanakannya merupakan ibadah.
 Dalil : An-nisa’ ayat 3
 Menurut istilah ilmu fiqh: nikah berati suatu akad yang mengandung kebolehan
melakukan hubungan seksual dengan memakai lafadh nikah atau tazwij. Pergaulan
yang dimaksud berlaku untuk semua makhluk Allah. Makna menikah atau kawin
merupakan semua aktivitas persetubuhan. Hal ini dikarenakan nikah adalah bahasa Arab,
sedangkan kata kawin adalah bahasa Indonesia.
 Aspek dalam perkawinan:
a. Aspek personal
b. Aspek sosial
c. Aspek ritual
d. Aspek moral
e. Aspek kultural

Jenis perkawinan yang hukumnya haram:

1. Nikah mut’ah: kawin kontrak, yaitu kawin dngan jangka waktu tertentu
atau tak tertentu, tidak ada wali atau tidak ada saksi
2. Nikah muhalil: laki-laki mengawini perempuan yang sudah ditalak tiga
kali setelah masa iddanhnya, kemudian menalaknya dengan maksud
mantan suami yang pertama dapat menikahinya kembali.
3. Nikah gadai: suami menyuruh atau mengizinkan istri utuk bergaul dengan
orang-orang bangsawan yang merupakan kebiasaan orang Arab dengan
tujuan mendapat bibig unggul dari hasil hubungan tersebut.
4. Nikah syighar: menikahkan seorang perempuan dibawah kekuasaannya
dengan laki-laki lain, dengan syarat bahwa lelaki ini menikahkan anaknya
tanpa membayar mahar.
5. Nikah kontrak: sama dengan nikah mut’ah
6. Poliandri: pernikahan yang dilakukan oleh seorang perempuan kepada
lebih dari seorang laki-laki.
7. Kawin Paksa: menikahkan seorang laki-laki atau perempuan dengan
dipaksa oleh wali
8. Nikah siri: pernikahan yang dilakukan oleh dua pasangan suami istri
dengan cara tidak memberitahukan kepada orangtua yang menjadi wali
dengan ini, nikah sirri dianggap tidak sah
9. Kawin di bawah tangan: perkawinan yang dialkukan laki-laki dan
perempuan tanpa melalui prosedur yang benar menurut Undng-Undang
Perkawinan.

 Rukun Nikah:
adanya calon istri dan suami, adanya wali, adanya akad nikah dalam bentuk ijab
qabul, adanya saksi dari kedua belah pihak atau cukup saksi dari mempelai wanita,
sebaiknya dua ornag.
 Yang sah untuk menjadi wali mempelai wanita:
a. Bapaknya,
b. kakek,
c. saudara laki-laki yang seibu bapak,
d. saudara laki-laki yang sebapak dengannya,
e. anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu bapak
f. anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak
g. saudara bapak yang laki-laki (paman)
h. anak laki-laki pamannya dari pihak ayah
i. hakim
 sifat wali : Islam, balig, berakal, merdeka, laki, laki, adil
 Syarat saksi menurut Imam Hanfi :
a. Berakal
b. Balig
c. Merdeka
d. Islam
e. Mendengar ijab dan qabul dari keua belah pihak
 Menurut Imam Syafi’i:
a. Dua orang saksi
b. Berakal
c. Balig
d. Islam
e. Mendengar
f. Adil
 Pencatatan perkawinan terletak dalam BAB II Pencataatan perkawinan Pasal 2 Uud
No. 9 Tahun 1974
 Dasar akad nikah:
a. Keyakinan atau keimanan
b. Islam
c. Al-Ihsan: mendasari prinsip taqarrub ila Allah

 Poligami : menurut UUDNomo1 /194 Pasal 3-5, poligami adalah perkawinan seorang
suami dengan lebih dari seorang wanita.

 Syarat Poligami:
a. Adanya persetujuan istri dan dibenarkan melalui persidangan di pengadilan
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan atau hak istri dan anak
c. Jaminan bahwa suami berlaku adil kepada istri-istri dan anak-anknya

 Perceraian dalam hukum Islam:


berarti melepaskan perkawinan. Boleh dilakukan apabia mengandung unsur
kemaslahatan karena perdamaian anatara suami dan istri tidak menghasilkan
kebaikan.

Kewarisan dalam hukum perdata islam di Indonesia

Pengertian waris dalam islam disebut dalam Bahasa lain faraidh artinya bagian tertentu yang
dibagi menurut agami islam kepada semua yang berhak menerimanya.

3 unsur yang berkaitan dengan warisan:


 Seorang peninggal warisan
 Seorang atau beberapa orag ahli waris, yang berhak menerima kekayaan yang
ditinggal
 Harta kekayaan atau harta warisan
Asas hukum kewarisan
1. Asas ketauhidan atau prinsip ketuhanan
2. Asas keadilan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban
3. Asas persamaan
4. Asas bilateral
Sebab sebab memperoleh harta waris
1. Hukum kewarisan
2. Pewaris
3. Ahli waris
4. Harta peninggalan
5. Harta warisan
6. Wasiat
7. Hibah
8. Anak angkat
Sebab sebab orang tidak mendapatkan harta waris
1. Karena seorang hamba sahaya
2. Karena membunuh
3. Perbedaan agama
Kewajiban seorang ahli waris dalam KHI pasal 175 kewajiban ahli waris terhadap pewaris:
1. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai
2. Menyelesaikan baik hutang-hutang berapa pengobatan, perawatan kewajiban pewaris
3. Menyelesaikan wasia pewaris
4. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak
Ahli waris laki-laki
Anak laki-laki
Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah
Ayah
Kakek dari ayah dan terus ke atas
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki seayah
Saudara laki-laki seibu
Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
Anak laki-laki saudara laki-laki seayah
Paman yang sekandung dengan ayah
Paman yang seayah dengan ayah
Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah
Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah
Suami
Orang laki-laki yang memerdekakan budak
Ahli waris perempuan
Anak perempuan
Cucu perempuan dari anak laki-laki,dan terus kebawah
Ibu
Nenek (ibu dari ibu) dan terus ke atas
Nenek (ibu dari ayah), dan terus kebawah
Saudara perempuan kandung
Saudara perempuan seayah
Saudara perempuan seibu
Istri
Orang perempuan yang memerdekakan budak

Hibah Dan Ruang Lingkupnya

Hibah berarti akad tentang pemberian harta milik seseorang kepada orang lain Ketika dia
masih hidup tanpa adanya imbalan

Dasar hukum hibah tidak berbeda dengan dasar hukum infak yaitu sunnah.

Rukun dan syarat hibah

1. Adanya kedua belah pihak yang bertindak sebagai penghibah dan yang diberi hibah
2. Adanya harta yang dihibahkan
3. Adanya akad hibah
4. Adanya manfaat harta yang dihibahkan

Syarat-syarat bagi penghibah yaitu


1. Penghibah memiliki apa yang dihibahkan
2. Penghibah buka orang yang dibatasi haknya karena suatu alas an
3. Penghibah itu orang dewasa
4. Penghibah itu tidak dipaksa, sebab hibah itu akad yang mempersyaratkan keridhaan
dalam keabsahan.

Hibah dalam KHI pasal 210 sebagai berikut

1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa
adanya paksaan dapat mengibahkan sebanyak-banyaknya 113 harta bendanya kepada
orang lain atau lembaga dihadapan dua orang saksi untuk dimiliki
2. Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari penghibah.

Wasiat dan Ruang Lingkupnya

 Wasiat adalah pemberian hak milik secara suka rela yang dilaksanakan setelah
pemberinya mati.
 Hukum wasiat itu wajib, apabila manusia mempunyai kewajiban syara yang
dikhawatirkan akan disia-siakan apabila tidak berwasiat. Sunnah apabila
diperuntukan untuk kebajikan, karib kerabat, orang-orang kafir, dan orang-orang
saleh. Haram apabila merugikan ahli waris. Makruh apabila orang yang berwasiat
sedikit hartanya. Diperbolehkan bagi orang kaya.
 Wasiat dalam kompilasi hukum islam diatur dalam pasal 195 sd pasal 208.
 Di dalam pasal 196 disebutkan bahwasanya dalam wasiat baik secara tertulis atau
lisan harus disebutkan secara tegas dan jelas kepada siapa wasiat itu ditujukan.

Perwakafan

 Wakaf pada umumnya dibagi menjadi dua yakni wakaf ahli dan wakaf khairi. Wakaf
ahli adalah wakaf yang diberikan kepada perseorangan misalnya ahli warisnya. Dan
wakaf khairi adalah wakaf yang sejak ditukarkanya diperuntukan bagi kepentingan
umum.
 Syarat-syarat barang yang diwakafkan
a. Harta yang mempunyai manfaat
b. Barangnya harus diketahui secara pasti sehingga tidak timbul perselisihan
c. Barang tersebut merupakan milik sempurna si wakif
d. Bukan merupakan barang curian.
 Perwakafan di Indonesia diatur dalam Nomor 41 Tahun 2004 yang berisikan

Anda mungkin juga menyukai