Pengertian Hukum Perdata: meliputi semua hukum yang bersifat privat mateeriil,
yaitu selutuh hukum yang mengatur tentang perseorangan, ketentuan-ketentuan yang
mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepeningan dan
kebutuhannya terutama terkait kepentingan perseorangan.
Menurut Ilmu, hukum perdata dibagi menjadi 4:
a. Tentang diri seseorang
b. Hukum kekeluargaan
c. Hukum kekayaan
d. Dan hukum warisan
Hukum perdata Islam di Indonesia belum lama berlaku seperti BW yang berasal dari
kolonial Belanda. Hukum Perdata Islam yang berlaku di indonesia dan telah di
undang-undangkan, tidak terlepas dari peran serta umat Islam dalam
memperjuangakannya, seperti Undang-Undang Nomor 1/1974 tentang Perkawinan
dan Undang-Undang Nomor 41/2004 tentang Wakaf.
Hukum adat dibagi menjadi 2:
a. Adat shahih: adat yang merupakan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi (Al-Qur’an), tidak bertentangan
dengan akal sehat manusia
b. Adat fasidah: adat yang rusak, bertentangan dengan Al-Qur’an, hingga
bertentangan dengan akal sehat manusia atau undang-unng yang berlaku , ex:
menyembelih manusia ketika pergantian suku
Prinsip Perkawinan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974:
“Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (umah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Diperjelas oleh KHI Pasal 2 yang menyebut bahw Perkawinan menurut Islam adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan galidzan untuk menaati
perintah Allah melaksanakannya merupakan ibadah.
Dalil : An-nisa’ ayat 3
Menurut istilah ilmu fiqh: nikah berati suatu akad yang mengandung kebolehan
melakukan hubungan seksual dengan memakai lafadh nikah atau tazwij. Pergaulan
yang dimaksud berlaku untuk semua makhluk Allah. Makna menikah atau kawin
merupakan semua aktivitas persetubuhan. Hal ini dikarenakan nikah adalah bahasa Arab,
sedangkan kata kawin adalah bahasa Indonesia.
Aspek dalam perkawinan:
a. Aspek personal
b. Aspek sosial
c. Aspek ritual
d. Aspek moral
e. Aspek kultural
1. Nikah mut’ah: kawin kontrak, yaitu kawin dngan jangka waktu tertentu
atau tak tertentu, tidak ada wali atau tidak ada saksi
2. Nikah muhalil: laki-laki mengawini perempuan yang sudah ditalak tiga
kali setelah masa iddanhnya, kemudian menalaknya dengan maksud
mantan suami yang pertama dapat menikahinya kembali.
3. Nikah gadai: suami menyuruh atau mengizinkan istri utuk bergaul dengan
orang-orang bangsawan yang merupakan kebiasaan orang Arab dengan
tujuan mendapat bibig unggul dari hasil hubungan tersebut.
4. Nikah syighar: menikahkan seorang perempuan dibawah kekuasaannya
dengan laki-laki lain, dengan syarat bahwa lelaki ini menikahkan anaknya
tanpa membayar mahar.
5. Nikah kontrak: sama dengan nikah mut’ah
6. Poliandri: pernikahan yang dilakukan oleh seorang perempuan kepada
lebih dari seorang laki-laki.
7. Kawin Paksa: menikahkan seorang laki-laki atau perempuan dengan
dipaksa oleh wali
8. Nikah siri: pernikahan yang dilakukan oleh dua pasangan suami istri
dengan cara tidak memberitahukan kepada orangtua yang menjadi wali
dengan ini, nikah sirri dianggap tidak sah
9. Kawin di bawah tangan: perkawinan yang dialkukan laki-laki dan
perempuan tanpa melalui prosedur yang benar menurut Undng-Undang
Perkawinan.
Rukun Nikah:
adanya calon istri dan suami, adanya wali, adanya akad nikah dalam bentuk ijab
qabul, adanya saksi dari kedua belah pihak atau cukup saksi dari mempelai wanita,
sebaiknya dua ornag.
Yang sah untuk menjadi wali mempelai wanita:
a. Bapaknya,
b. kakek,
c. saudara laki-laki yang seibu bapak,
d. saudara laki-laki yang sebapak dengannya,
e. anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu bapak
f. anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak
g. saudara bapak yang laki-laki (paman)
h. anak laki-laki pamannya dari pihak ayah
i. hakim
sifat wali : Islam, balig, berakal, merdeka, laki, laki, adil
Syarat saksi menurut Imam Hanfi :
a. Berakal
b. Balig
c. Merdeka
d. Islam
e. Mendengar ijab dan qabul dari keua belah pihak
Menurut Imam Syafi’i:
a. Dua orang saksi
b. Berakal
c. Balig
d. Islam
e. Mendengar
f. Adil
Pencatatan perkawinan terletak dalam BAB II Pencataatan perkawinan Pasal 2 Uud
No. 9 Tahun 1974
Dasar akad nikah:
a. Keyakinan atau keimanan
b. Islam
c. Al-Ihsan: mendasari prinsip taqarrub ila Allah
Poligami : menurut UUDNomo1 /194 Pasal 3-5, poligami adalah perkawinan seorang
suami dengan lebih dari seorang wanita.
Syarat Poligami:
a. Adanya persetujuan istri dan dibenarkan melalui persidangan di pengadilan
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan atau hak istri dan anak
c. Jaminan bahwa suami berlaku adil kepada istri-istri dan anak-anknya
Pengertian waris dalam islam disebut dalam Bahasa lain faraidh artinya bagian tertentu yang
dibagi menurut agami islam kepada semua yang berhak menerimanya.
Hibah berarti akad tentang pemberian harta milik seseorang kepada orang lain Ketika dia
masih hidup tanpa adanya imbalan
Dasar hukum hibah tidak berbeda dengan dasar hukum infak yaitu sunnah.
1. Adanya kedua belah pihak yang bertindak sebagai penghibah dan yang diberi hibah
2. Adanya harta yang dihibahkan
3. Adanya akad hibah
4. Adanya manfaat harta yang dihibahkan
1. Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat dan tanpa
adanya paksaan dapat mengibahkan sebanyak-banyaknya 113 harta bendanya kepada
orang lain atau lembaga dihadapan dua orang saksi untuk dimiliki
2. Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari penghibah.
Wasiat adalah pemberian hak milik secara suka rela yang dilaksanakan setelah
pemberinya mati.
Hukum wasiat itu wajib, apabila manusia mempunyai kewajiban syara yang
dikhawatirkan akan disia-siakan apabila tidak berwasiat. Sunnah apabila
diperuntukan untuk kebajikan, karib kerabat, orang-orang kafir, dan orang-orang
saleh. Haram apabila merugikan ahli waris. Makruh apabila orang yang berwasiat
sedikit hartanya. Diperbolehkan bagi orang kaya.
Wasiat dalam kompilasi hukum islam diatur dalam pasal 195 sd pasal 208.
Di dalam pasal 196 disebutkan bahwasanya dalam wasiat baik secara tertulis atau
lisan harus disebutkan secara tegas dan jelas kepada siapa wasiat itu ditujukan.
Perwakafan
Wakaf pada umumnya dibagi menjadi dua yakni wakaf ahli dan wakaf khairi. Wakaf
ahli adalah wakaf yang diberikan kepada perseorangan misalnya ahli warisnya. Dan
wakaf khairi adalah wakaf yang sejak ditukarkanya diperuntukan bagi kepentingan
umum.
Syarat-syarat barang yang diwakafkan
a. Harta yang mempunyai manfaat
b. Barangnya harus diketahui secara pasti sehingga tidak timbul perselisihan
c. Barang tersebut merupakan milik sempurna si wakif
d. Bukan merupakan barang curian.
Perwakafan di Indonesia diatur dalam Nomor 41 Tahun 2004 yang berisikan