Pengertian asas berasal dari bahasa Arab, yaitu asasun. Arti dari kata
asasun adalah dasar, basis, dan fondasi sehingga asas dalam hukum
adalah landasan berpikir yang paling mendasar. Asas dalam hukum adalah
kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan pendapat
yang berakibat pada penegakan dan pelaksanaan hukum.
1. Asas-Asas Umum
a. Asas Keadilan
c. Asas Kemanfaatan
Penegakan kedua asas di atas harus dilengkapi dengan asas
kemanfaatan. Asas kemanfaatan maksudnya adalah dalam
melaksanakan atau menegakkan hukum, sebuah peraturan harus
memiliki manfaat bagi seluruh masyarakat. Misalnya, terdapat kasus
pembunuhan. Hukum Islam mengajarkan bahwa perbuatan
pembunuhan seharusnya dihukum mati. Pelaksanaan aturan tersebut
memang memenuhi asas kepastian hukum. Kemudian, yang harus
dilakukan oleh para penegak hukum adalah memastikan apakah
hukuman tersebut akan memberikan manfaat bagi pelaku, korban,
keluarga korban, dan masyarakat pada umumnya. Jika iya, sudah
seharusnya hukuman itu diterapkan. Akan tetapi, jika malah
merugikan salah satu pihak, aturan tersebut dapat disimpangi dengan
membayar denda kepada keluarga korban.
a. Asas kesukarelaan
c. Kebebasan Memilih
Asas ini berasal dari sunah Nabi SAW yang diceritakan oleh
Ibnu Abbas bahwa pada suatu ketika, seorang gadis bernama Jariyah
dinikahkan oleh ayahnya dengan orang yang tidak disukainya.
Berdasarkan aduan Jariyah tersebut, Nabi SAW menegaskan bahwa
Jariyah boleh memilih apakah ia mau meneruskan perkawinan atau
membatalkan perkawinannya dengan laki-laki tersebut. Artinya, dalam
melangsungkan perkawinan, calon mempelai wanita dalam hukum
Islam memiliki hak untuk memilih siapa yang berhak menjadi
suaminya.
d. Kemitraan Suami-Istri
f. Monogami Terbuka
c. Ijbari
d. Individual
e. Keadilan Berimbang
h. Wasiat Wajibah
Anak angkat dan ayah angkat dapat secara timbal balik
melakukan wasiat tentang harta masing-masing. Apabila tidak ada
wasiat dari ayah angkat atau anak angkatnya, pengadilan agama dapat
memberikan wasiat wajibah secara ex-officio maksimal 1/3 bagian
(Vide Pasal 209 KHI). Dalam perkembangannya, wasiat wajibah tidak
hanya untuk ayah angkat dan anak angkat saja.
i. Egaliter
Kerabat karena hubungan darah yang memeluk agama selain
Islam mendapat wasiat wajibah maksimal 1/3 bagian dan tidak boleh
melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengannya.
j. Retroaktif Terbatas