Anda di halaman 1dari 5

Catatan

Hari/tanggal: Selasa, 14 Maret 2023


Hukum Perkawinan (Hukum Islam Kontemporer)
Tugas hari ini membaca kompilasi hukum islam (dicari)
Pengertian Perkawinan
Secara etimologi, kata Nikah “ berasal dari Bahasa Arab “Nikaahun”, yang dalam kata
kerjanya “nakaha” dengan istilah lain tazawwaja, kemudian diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia dengan kata “perkawinan”
Secara terminologi
UU No. 1 Tahun 1974
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seseorang pria dengan seorang Wanita
sebagai suami istri untuk membentuk keluarga yang Bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa
Komplikasi Hukum Islam (KHI):
Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
(Misaqon ghaliidzan), untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Seseorang melakukan perkawinan terdapat tiga hukum yang mengatur
- Hukum agama
- Hukum negara
- Hukum adat
Tujuan Perkawinan
- Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang Sakina mawaddah
dan Rahmah
Syarat Sahnya Perkawinan
- UU No. 1/1974, tentang perkawinan Pasal 2 (1) “Perkawinan sah apabila
dlakukan menurut agama dan kepercayaan masing-masing”.
- KHI: “Perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan
pasal 2(1) UU No. 1 Tahun 1974
Rukun Perkawinan
1. Calon Suami
2. Calon Istri
3. Wali Nikah
4. Saksi
5. Ijab kabul
Syarat Calon Mempelai
1. Pria berusia 19 tahun dan Wanita berusia 16 ahun (ketetntuan ini telah
berubah berdasarkan UU No. 16 th 2019, tentang perubahan UU No. Tahun
1974)
2. Jika tidak memenuhi syarat umur pada point 1 maka perkawinan dapat
dilakukan atas izin Pengadilan Agama
3. Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai, yang dapat berupa
pernyataan tegas dan nyata, dengan tulisan, lisan atau syarat dan dapat juga
berupa diam dalam arti tidak ada penolakan yang tegas.
4. Tidak terdapat halangan (larangan menurut) hukum Islam.
Syarat Wali Nikah
1. Yang bertindak sebagai wali nikah ialah seorang muslim, aqil dan baligh
2. Wali nasab, terdiri atas 4 klompok. Dalam urutan kedudukan, kelompok yang
satu didahulukan dari kelompok yang lain sesuai erat tidaknya hubungan
kekerabatan dengancalon mempelai Wanita. Klpok 1: kerabat laki-laki lurus ke
atas
Asas-asas Hukum Perkawinan Islam
Asas-norma-realitas-paradigma Kembali ke asas yang mempengaruhi
Asas berupa pedoman, Tindakan, petunjuk yang dimana beruapa gagasan yang baik
Rukum mempengaruhi keabsahan
Sedangkan syarat tidak mesti mempengaruhi sahnya perkawinan karena diatur
diluar rukun perkawinan
Terdapat 7 asas dalam hukum perkawinan
Kesukarelaan
Setiap Calon mempelai berhak untuk dimintai persetujuan atas pernikahan.
Kemaslahatan
Selaras dengan tujuan perkawinan yakni mewujudkan keluarga dan kehidupan
rumah tangga yang Sakinah, mawaddah dan Rahmah. Q.S Annisah (11)
Menolak mudharat mengambil manfaaat
Hadits Nabiu SAW “Wahai Para Pemuda barang siapa di antara kamu relah sanggup
melaksanakan perkawinan, lakukanlah. Sesungguhnya perkawinan itu dapat dapat
memalingkan pandangan yang liar dan kehormatannya”.
Monogami terbuka
Kebolehan
Perkawinan jika dikaitkan dengan al ahkam al khazam maka asasnya dapat boleh
(ibadah) namun kebolehan ini dapat berupa menjadi sunnah, wajib atau dapat juga
menjadi makruh ataupun haram. Sesuai illah
Kebebasan Memilih
Asas kebebasan memilih pasangan, sepanjang tidak termasuk dalam orang-orang
yang dilarang untuk dinikahi.
Asas Kemitraan Suami Istri
1. Suami adalah kepala keluarga, dan istri ibu rumah tangga.
2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup Bersama dalam
masyarakat.
3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Asas personalitas keislaman
1. Larangan Kain
2. Mahar
3. Iddah
4. Talak
5. Mut’ah kepada bekas istri, dll
Hari/tanggal: Selasa, 21 Maret 2023
Akibat Terhadap Suami Istri
- Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang menjadi sendi dasar susunan masyarakat
- Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dn pergaulan hidup Bersama dalam
masyarakat.
- Suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga.
- Suami-istri harus memiliki kediaman yang tetap.
- Suami-istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi
bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
- Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala keperluan rumah
tangga sesuai dengan kemampuan.
- Istri wajib mengatur segala urusan rumah tangga.
Kewajiban Suami
- Suami adalah pembimbing istri dan rumah tangganya, tetapi mengenai hal-hal
yang penting diputuskan Bersama oleh suami istri.
- Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai kemampuanya.
- Sesuai kemampuan, suami wajib menanggung.
a. Nafkah dan tempat kediaman bagi istri.
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan
anak.
c. Biaya Pendidikan bagi anak-anak.
Akibat Terhadap Harta Benda
- Adanya harta Bersama dalam perkawinan, tidak menutup kemungkinan
adanya harta milik masing-masing.
- Pada dasarnya tidak ada pencampuran harta dalam perkawianan.
- Harta istri tetap menjadi hak istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian
jugaharta suami tetap dikuasai olehnya.
- Harta bawaan dari masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di
bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menetukan
lain.
- Mengenai harta Bersama suami atau istri dapat bertindak atas perjanjian
kedua bela pihak.
- Mengenai harta bawaan, masing-masing suami dan istri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Kedudukan Anak
- Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang
sah.
- Anak yang dilahirkan di luar perkawinan, hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibu dan keluarga ibunya.
- Seorang sumi dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan istrinya
bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan anak itu
akibat perzinaan tesebut.
- Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah menikah,
berada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut
kekuasaanya.
- Wajib dapat ditunjuk oleh salah satu orangtua yang menjalankan kekuasaan
orang tua, sebelum ia meninggal atau dengan surat wasiat atau dengan lisan
dihadapan dua orang saksi.
- Wali sebisa mungkin diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang
sudah dewasa, berpikiran sehat, adil dan jujur serta berkelakuan baik.
Hari/tanggal: Selasa, 21 Maret 2023
Hukum Kewarisan Islam (Al-Faraidi)
Warisan tidak dapat berubah harta benda.
Dalil Al-Qur’an
- Q.S An Nisa Ayat 11
- Q.S Annisa Ayat 12
- Lihat dalil-dalil tentang waris.
Dalam Islam tidak boleh menolak jika diberikan warisan jika ingin menolak maka
harus menerima terlebih dahulu kemudian menyerahkan Kembali kepada pemberi
warisan. Yang dapat mengatur warisan adalah Al-Qur’an. Terdapat dalil Al-Qur’an
yang menyatakan jangan memakan warisan yang artinya harus iklas terhadap harta
warisan. Dalam hadits nabi mengatakan tidak ada hibah bagi alih waris. terdapat
hadits mengatakan jika terdapat warisan maka perlu membagi kepada anak yatim
yang berada disekitarmu. Jatuhnya bukan sebagai warisan tapi sebagai pemberian.
Dalam islam harus yang diutamaka yang ke atas dimana jika anak atau sumi
meninggal maka orangtua dari suami itu mendapat ¼ dan istri mendapat 1/ 8 dan
sisa dari hasil yang telah dibagi tersebut diberikan kepada anak-anak dari suami
tersebut jika anak-anak terdapat yang meninggal dan memiliki anak maka akan
putus ahli warisnya namun pada hukum perdata barat tetap berlanjut cucunya untuk
mendapatkan warisan.
Pengertian
- Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menetukan siapa-siapa yang
berhak menjadi ahli waris.
Jenis-jenis harta kebendaan
- Benda dan sifat-sifat yang mempunyai nilai kebendaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pembagian harta warisan
- Zakat atas harta peninggalan
- Biaya pemeliharaan mayit sebelum meninggal
- Biaya penyelengaraan jenazah
- Biaya/ utang-utang mayit selama hidup yang belum dibayar
- Wasiat
Warisan tidak dapat dibagi jika masih terdapat sangkut pautnya.
Sebab-sebab mendapat warisan
- Karena hubungan darah (nasab)
- Karena perkawinan
- Karena hubungan agama
Kelompok ahli waris yang diragukan
- Anak yang masih dalam kandungan
- Orang yang hilang
- Orang yang mati serentak
- Orang yang tertawan (asir)
- Khutsa (jenis kelamin ganda, atau tidak memepunya kelamin sama sekali)
- Dzawul Arham (keluarga jauh)

Hari/tanggal: Selasa, 18 April 2023


Hukum Kewarisan Islam (Al-Faraidi)
Warisan yang mati serentak

Anda mungkin juga menyukai