1. Perkawinan
Perkawinan di Kuwait dilakukan menurut hukum Islam, yang mengacu pada prinsi
p-prinsip hukum dalam Islam, seperti kesuka-rana, persetujuan kedua belah pihak, kebeb
asan memilih, kemitraan suami dan isteri, dan untuk selamanya. Sebagai contoh, dalam h
al perkawinan di Kuwait, perkawinan di bawah umur tidak diterangkan dalam hukum kel
uarga yang berlaku. Perkawinan di Kuwait juga memiliki persyaratan yang berbeda deng
an lainnya, seperti keterangan status perkawinan (Buku nikah) dan keterangan izin keluar
ga seperti orang tua, wali, suami atau istri. selain itu, persyaratan lainnya yang wajib dip
enuhi oleh calon pengantin yaitu:
2. Perceraian
Hukum Kuwait memperbolehkan perceraian karena kekurangan dana, kekurang
an kebanggaan, kekurangan kepercayaan, kekurangan kewirausahaan, kekurangan kei
nginan, kekurangan kepribadian, kekurangan kepribadian, kekurangan kepribadian, ke
kurangan kepribadian, kekurangan kepribadian, kekurangan kepribadian, kekurangan
kepribadian, kekurangan kepribadian, kekurangan kepribadian, kekurangan kepribadia
n, kekurangan kepribadian, kekurangan kepribadian. Untuk menceraikan istri mereka
tanpa alasan apapun dengan hanya dengan menyatakan "aku ceraikan kamu" tiga kali s
ebelum mendapatkan ditarik kembali. Setelah pertama dan kedua perceraian, suami da
1
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Muslim (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
hlm. 162-165
pat membatalkan perceraian dalam waktu 90 hari, namun untuk perceraian yang ketiga
kalinya, disebut talak bain, dan ia tidak dapat menikahinya lagi kecuali dia pertama kal
i menikah dan bercerai dengan pria lain. Hukum dalam madzhab syi’ah menetapkan ba
hwa seorang pria berada di depan hakim untuk bercerai. Sedangkan dalam madzab Su
nni untuk bercerai tidak perlu harus di depan hakim. Jika istri tidak setuju dengan pem
batalan perceraian, dia harus pergi ke pengadilan untuk menerima perceraian formal. 2
Perempuan dalam madzhab Sunni dan Syiah dapat menceraikan suami mereka.
Sebuah perceraian diprakarsai oleh isteri tersebut bersifat final. Dalam madzhab Sunni
istri bisa mengutip berbagai penyebab dalam mendukung perceraian, namun baik Sun
ni dan Syiah hukum tidak memungkinkan seorang wanita untuk menceraikan suaminy
a semata-mata karena ia menikahi wanita lain, kecuali ditentukan dalam kontrak perni
kahan mereka. Dalam kebanyakan kasus perceraian, suami diharuskan membayar pem
bayaran tunjangan bulanan untuk setiap anak yang lahir dari pernikahan mereka. Pemb
ayaran ini didasarkan pada gaji suami dan mempertimbangkan kemampuan keuangan.
Pembayaran untuk anak perempuan sampai menikah , dan anak laki-laki sampai merek
a mencapai 18. Para suami juga harus menyediakan dana untuk menutupi perumahan, t
ransportasi dan lainnya biaya pemeliharaan rumah tangga.
3. Warisan
Kewarisan di Kuwait juga mengacu pada hukum Islam, yang mengatur harta w
arisan wajib didahulukan bagi warisan pilihan, dan ketika almarhum/ahli waris tidak m
ewariskan apa-apa untuk mereka yang wajib menerima warisan, mereka akan mengam
bil warisan dari mereka yang tak berhak menerima warisan. Hal yang paling penting u
ntuk dicatat dalam warisan adalah bahwa muslim tidak dapat mewarisi non muslim da
n sebaliknya. Oleh karena itu seorang istri non muslim harus bisa dikonversi ke Islam
sebelum atau minimal segera setelah pernikahannya dan mendapatkan konversi dicatat
di Kementerian Wakaf dan Urusan Islam. Kementerian akan mengeluarkan sertifikat k
epadanya yang akan bertindak sebagai bukti hukum dalam kasus sengketa warisan. H
ukum Waris 1971 Pada tanggal 4 april keluar hukum “law on obligatory Bequest 197
1-Qanun Wasiyah al wajibah”. Hukum ini ditujukan untuk kepentingan anak cucu baik
2
Tahir Mahmood. 1987. Personal Law in Islamic Countries (History, Text and Comparative Analysis. New
a. Penggunaan hukum waris disetujui oleh anak-anak dalam hal ini anak laki-laki at
au cucu laki-laki dari anak laki-laki ahli waris dan seterusnya.
b. Tersedianya hukum waris juga untuk anak-anak dalam hal ini anak perempuan a
hli waris tapi bukan untuk anak perempuan yang bukan keturunan ahli waris.
b. Jika ahli waris/almarhum telah mewariskan kepada keturunannya lebih dari kew
ajiban yang harus ia lakukan, kelebihan itu dianggap sebagai harta warisan pilih
an. Dan jika dia mewariskan kurang dari itu, itu merupakan kewajiban untuk me
menuhi hak. Sementara wasiat wajib merupakan hak beberapa orang, dan almar
hum telah berwasiat hanya untuk sebagian diantara mereka, tapi tidak untuk seb
agian lainnya diharuskan untuk memberikan pihak yang tidak dapat warisan apa
yang menjadi hak mereka. Mereka yang dapat warisan lebih sedikit dari yang se
harusnya bisa melengkapi jumlahnya dari sisa bagian ketiga yang dapat diwaris
kan atau, jika, cukup, dari situ dan dari yang telah diberikan disitu sebagai waris
an alternatif.
5. Hak Asuh
Hukum Kuwait mengatur hak asuh, yang merupakan hak yang diberikan kepada
wali atau wali hak asuh untuk memelihara hak waris. Dalam hal berkaitan dengan mas
alah hak asuh anak muda / anak-anak umumnya akibat perceraian, baik dalam madzha
b Sunni dan Syiah masalah hak asuh diserahkan ke ibu. Hukum Sunni memungkinkan
anak anak yang telah mencapai pubertas untuk memilih ayah atau ibu untuk tinggal be
rsama. Anak perempuan tinggal bersama ibunya sampai dia menikah. Menurut hukum
Syiah, ibu dapat memiliki hak asuh anak anak sampai usia 7 tahun setelah itu ia tingga
l bersama ayahnya Peradilan agama di Kuwait mengacu pada hukum Islam, yang men
gatur tentang perkawinan, perceraian, dan keluarga.3
6. Arbitrase
7. Pidana Perkawinan
Hukum Kuwait mengatur pidana perkawinan, yang merupakan pidana yang diteri
ma di negara ini. Pidana perkawinan di Kuwait adalah ketentuan hukum yang mengatur t
entang perkara-perkara yang dilarang atau disarankan dalam perkawinan. Berikut adalah
beberapa aspek yang diatur dalam pidana perkawinan di Kuwait:
1. Perkawinan yang tidak sah: Perkawinan yang tidak sah atau yang tidak dilakukan men
urut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya dilarang.
3
Ibid 92
2. Perkawinan yang tidak dilakukan dengan tujuan sejahtera: Perkawinan yang tidak dila
kukan dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan keka
l berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dilarang.
3. Perkawinan yang tidak dilakukan dengan tujuan kekal: Perkawinan yang tidak dilakuk
an dengan tujuan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dilarang.
4. Perkawinan yang tidak dilakukan dengan tujuan sejahtera: Perkawinan yang tidak dila
kukan dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dilarang.
8. Hukum Perorangan
Hukum Kuwait mengatur hukum perorangan, yang merupakan hukum yang meli
puti kepentingan individu dalam kehidupan. Hukum perorangan di Kuwait adalah hukum
yang mengatur tentang hak-hak dan kewajiban individu dalam sosial, ekonomi, dan polit
ik. Hukum perorangan di Kuwait mengacu pada hukum syariah, hukum perundang-unda
ngan, dan hukum peraturan-peraturan. Hukum perorangan di Kuwait mengatur tentang b
eberapa aspek, seperti:
1. Hak Asuh: Hak asuh adalah hak yang diberikan kepada orang yang memiliki hubunga
n keluarga dengan orang yang meninggal atau tidak tersedia. Hukum perorangan di
Kuwait mengatur tentang hak asuh bagi orang yang memiliki hubungan keluarga den
gan orang yang meninggal atau tidak tersedia.
2. Warisan: Warisan adalah hak yang diberikan kepada orang yang memiliki hubungan k
eluarga dengan orang yang meninggal atau tidak tersedia. Hukum perorangan di Kuw
ait mengatur tentang warisan bagi orang yang memiliki hubungan keluarga dengan or
ang yang meninggal atau tidak tersedia.
3. Perkawinan: Hukum perorangan di Kuwait mengatur tentang perkawinan, yang merup
akan hubungan keluarga yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Perkawinan harus dilaku
kan dengan syarat yang diperlukan, seperti umur yang diperlukan, kesadaran, dan kes
ediaan pasangan.4
4
Salma Waheedi, Islamic Sharia in The Legal Orders of Saudi Arabia and Kuwait. Constitutional Review in the
Middle East and North Africa, 2021. 323 - 325