Dan
HUKUM WARIS
Indah Febriani
Theta Murty
HUKUM KELUARGA
1. Perkawinan
2. Keturunan
3. Kekuasaan orang tua
4. Perwalian
5. Pendewasaan
6. Pengampuan
7. Orang hilang
Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita untuk
membentuk rumah tangga yang kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
perkawinan yang diakui di Indonesia adalah
perkawinan yang terjadi antara sorang pria
dengan seorang wanita (heteroseksual) dan tidak
mengakui adanya perkawinan sejenis
(homoseksual). Selain itu tujuan perkawinan
adalah membentuk rumah tangga yang kekal,
sehingga perkawinan yang dilaksanakan dengan
batas waktu juga tidak diakui di Indonesia.
Pengaturan Perkawinan di Indonesia
1. Dasar perkawinan
2. Syarat-sayrat perkawinan
3. Pencegahan perkawinan
4. Batalnya perkawinan
5. Perjanjian perkawinan
6. Hak dan kewajiban suami istri
7. Harta benda dalam perkawinan
8. Putusnya perkawinan serta akibatnya
9. Kedudukan anak
10.Hak dan kewajian orang tua dan anak
11.Perwalian
12.Ketentuan lain ( (1) pembuktian asal usul anak, (2)
perkawinan di luar Indonesia, (3) perkawinan campuran,
dan (4) pengadilan
13.Ketentuan Peralihan
14.Ktentuan penutup
Syarat Perkawinan
Suatu perkawinan adalah sah apabila memenuhi syarat :
1. Dilakukan berdasarkan agama dan kepercayaan
2. Dicatatkan secara administrasi negara
Asas-Asas Perkawinan
1. Dasar tujuan perkawinan adalah ikatan lahir bathin
antara pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa;
2. Sahnya perkawinan berdasarkan hukum masing-masing
agam dan kepercayaan, sehingga tiap-tiap perkawinan
yang sah dapat dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku = tidak ada perkawinan di luar
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu;
Lanjt..
4. Asas monogami, dimana seorang pria hanya boleh
memiliki seorang istri dan seorang wanita hanya boleh
memiliki seorang suami. Asas ini memiliki pengecualian
dimanaseorang suami dapat menikah lagi setelah
mendapat izin dari pengadilan, dan pengadilan dapat
memberi izin setelah terpenuhinya beberapa syarat yaitu
istri tidak dapat melahirkan, istri mendapat cacat badan,
dan istri mengidap penyakit yang tidak dapat
disembuhkan;
5. Calon suami isteri harus masak jiwanya untuk dapat
melangsungkan perkawinan;
6. Mempersukar terjadinya perceraian;
7. Hak dan kewajiban suami isteri adalah seimbang baik
dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam
pergaulan hidup di masyarakat.
Putusnya Perkawinan
Meskipun pada prinsipnya perkawinan bertujuan membantuk
keluarg yang kekal, namun tidak tertutup kemungkinan suatu
perkawinan dapat putus. Putusnya perkawinan dapat disebabkan
oleh dua hal yaitu :
1. Kematian salah satu pihak suami atau istri
2. Karena perceraian