(Voogdiij)
• Perwalian adalah pengawasan terhadap anak yang dibawah umur, yang tidak
berada dibawah kekuasaan orang tua.
• Pada umumnya dalam setiap perwalian hanya ada seorang wali saja, kecuali
apabila seorang wali ibu (moerdervoogdes) kawin lagi, dalam hal mana
suaminya menjadi wali ayah.
• Jika salah satu dari orang tua tersebut meninggal, maka menurut undang-
undang orang tua yang lainnya dengan sendirinya menjadi wali bagi anak-
anaknya.
1. anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai
orang tua;
2. anak sah yang orang tuanya telah bercerai;
3. anak yang lahir di luar perkawinan (natuurlijk kind)
• Seorang anak yang lahir di luar perkawinan berada di bawah
perwalian orang tua yang mengakuinya.
• Apabila seorang anak yang tidak berada di bawah orang tua
ternyata tidak mempunyai wali, hakim akan mengangkat
seorang wali atas permintaan salah satu yang berkepentingan
atau karena jabatannya (datieve voogdij).
• Ada pula kemungkinan orang tuanya dalam surat wasiat
mengangkat seorang wali untuk anaknya.
• Ada beberapa macam wali, yaitu:
1. Wali yang ditunjuk oleh orang tua semasa ia masih hidup (melalui surat
wasiat). Pada masa orang tua masih hidup telah menunjukkan wali dari
anakanaknya kalau ia meninggal sebelum anak itu dewasa melalui akte
notaris.
2. Wali menurut undang-undang. Siapa yang terlama hidup maka ia yang akan
menjadi wali (ayah atau ibunya) (Pasal 345 KUH Perdata).
3. Wali yang diangkat oleh hakim. Orang tuanya meninggal sehingga wali
ditunjuk oleh hakim. Seseorang yang diangkat menjadi wali oleh hakim, harus
menerima pengangkatan itu, kecuali jika ia seorang isteri yang kawin atau jika
ia mempunyai alasan-alasan menurut undang-undang untuk minta dibebaskan
dari pengangkatan itu. Alasan-alasan itu antara lain jika ia, untuk kepentingan
negara harus berada (luar negeri, jika ia seorang anggota tentara dalam dinas
aktif jika ia sudah berusia 60 lebih, jika ia sudah menjadi wali untuk seorang
anak lain atau jika sudah mempunyai 5 (lima) orang anak yang sah.
• Ada golongan yang tidak dapat menjadi wali adalah:
1. orang yang sakit ingatan,
2. orang yang belum dewasa,
3. orang berada di bawah curatele,
4. orang yang telah dicabut kekuasaanya sebagai orang
tua, dicabut perwaliannya, kecuali untuk anak-
anaknya.
• Cara penunjukkan wali, menurut ketentuan
Pasal 51 KUH Perdata ada 3 (tiga) macam,
yaitu:
1. secara lisan di hadapan dua orang saksi;
2. secara tertulis dengan surat wasiat;
3. secara tertulis dengan penetapan hakim, dalam
hal terjadi pencabutan kekuasaan wali.
• Pasal 51 ayat (2) UUP, menegaskan bahwa yang dapat ditunjuk sebagai wali
adalah keluarga anak atau orang lain. Namun siapa yang dimaksud dengan
keluarga atau orang lain tidak terdapat penjelasannya.
• Menurut Pasal 49 ayat (1) UUP mengenai orang yang dapat mengajukan
permohonan pencabutan kekuasaan orang tua. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah :
1. keluarga anak dalam garis lurus ke atas, misalnya kakek baik dari pihak bapak
maupun dari pihak ibu.
2. saudara kandung yang telah dewasa, yaitu kakak anak tersebut.
• Di samping kemungkinan orang lain dengan alasan tertentu ditunjuk oleh
orang tua sebagai wali anaknya. Penunjukan dapat dilakukan secara lisan di
muka dua orang saksi atau dengan wasiat.
• Syarat-syarat seseorang dapat ditunjuk sebagai
wali (Pasal 51 ayat (2) UUP) sebagai berikut:
1. dewasa
2. berpikiran sehat;
3. berperilaku adil
4. jujur
5. berkelakuan baik.
• Seorang wali diwajibkan mengurus harta benda anak yang berada di bawah
pengawasannya dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab tentang
kerugian-kerugian karena pengurusan yang buruk.
• Dalam kekuasaan wali dibatasi oleh Pasal 393 KUH Perdata yang melarang
seorang wali meminjam uang untuk si anak. Tidak diperkenankan pula menjual,
menggadaikan benda-benda yang tak bergerak, surat-surat sero dan surat-
surat penagihan dengan tidak mendapat izin lebih dahulu dari hakim.
• Selanjutnya seorang wali diwajibkan memberikan suatu penutupan
pertanggungjawaban, apabila tugasnya telah berakhir. Pertanggungjawaban ini
dilakukan pada si anak, apabila ia telah menjadi dewasa atau pada warisnya
jikalau anak itu telah meninggal.
• Kewajiban wali di dalam Pasal 51 UUP, yaitu:
1. Wali wajib mengurus anak yang berada dibawah kekuasaannya dan harta
bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama kepercayaan anak itu.
2. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah
kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua peru
bahan-perubahan harta benda anak tersebut .
3. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah
perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan kesalahan dan kelalaiannya.