Pembatalan perkawinan dapat dilakukan oleh salah satu pihak selama enam bulan
setelah perkawinan. Jika salah satu pihak melakukannya karena tidak memenuhi syarat atau
persyaratan agama, pihak tersebut dapat mengajukan pembatalan perkawinan ke Pengadilan
Agama.
e. Setiap orang yang punya kepentingan terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya
setelah perkawinan diputus.
c. Perempuan yang dinikahi ternyata masih dalam masa iddah dan suami lain;
d. Perkawinan melanggar batas umum yang disyaratkan Undang-Undang;
j. Perkawinan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang yang memiliki hubungan darah, semenda
dan sesusuan sampai derajat tertentu;
k. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dan isteri atau isteri-
isterinya.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk mengajukan pembatalkan perkawinan di pengadilan
diantaranya sebagai berikut :
b. KTP Pemohon,
c. Buku Nikah/ Akta Perkawinan Pemohon bila yang mengajukan permohonan Isteri
Pertama,
Jangka waktu persidangan dapat memakan waktu 3 (tiga) sampai 4 (empat) bulan bila
tidak ada kendala pemanggilan para pihak.
Hasil Analisis :
1. Bagaimana status Isti jika pembatalan perkawinan tersebut sah dan dikabulkan, apakah ia
memiliki hubungan kewarisan dengan Ryan, atau statusnya anak di luar kawin dan hanya
memiliki hubungan kewarisan dengan ibunya saja?
Perkawinan antara suami dan istri yang dibatalkan dapat dilakukan maksimal dalam
waktu 6 bulan setelah perkawinan, pembatalan perkawinan akan mengakibatkan keduanya
kembali seperti keadaan semula atau antara keduanya dianggap tidak pernah melakukan
sebuah perkawinan. Batalnya sebuah perkawinan tersebut, dimulai setelah keputusan
pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya
perkawinan.
Namun, sebagai konsekuensi hukum, status anak yang dilahirkan menjadi salah satu hal
yang harus diperhatikan oleh pasangan yang pernikahannya dibatalkan. Di Indonesia, hukum
positif membedakan antara keturunan yang sah dan tidak sah. Keturunan yang sah berasal
dari perkawinan yang sah, atau anak di luar nikah.
Dalam pasal 43 UU No. 1 Tahun 1974 juga menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di
luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Dari pernyataan tersebut berarti anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya dapat
mewarisi dari harta benda yang ditinggalkan oleh ibunya dan dari keluarga ibunya.
Anak tidak sah atau anak luar kawin adalah anak yang merupakan hasil dari pembuahan
dan dilahirkan sebelum atau berada di luar perkawinan yang sah antara suami dan istri. Anak
yang dilahirkan akibat hubungan di luar perkawinan tidak memiliki hak waris dan hak
perwalian sampai mendapat pengakuan dari ayah dan persetujuan ibunya.
Hasil analisis :
Berdasarkan kasus pada soal, apabila pembatalan perkawinan yang diajukan oleh Febi
sah dan dikabulkan maka Isti atau anak yang dilahirkan feby selang beberapa waktu setelah
pernikahan tidak memiliki kewarisan dengan Ryan (Ayah Isti) karena sesuai dalam pasal 43
UU No. 1 Tahun 1974, Isti merupakan anak luar kawin atau anak tidak sah yang merupakan
hasil dari pembuahan dan dilahirkan sebelum atau berada di luar perkawinan yang sah antara
suami dan istri Maka dari itu Isti hanya dapat mewarisi dari harta benda yang ditinggalkan
oleh Ibunya. Isti tidak memiliki hak waris dan hak perwalian dari Ryan sampai mendapat
pengakuan dari ayah dan persetujuan ibunya.