Anda di halaman 1dari 22

SUBYEK HUKUM

PERORANGAN
HUBUNGAN SOSIAL
DALAM KERANGKA HUKUM
 Hukum mengatur hubungan
hukum antara orang dan benda
disekelilingnya.
 Hukum mengatur siapa saja yang
dapat berhubungan dalam
lingkup hukum.
SIAPA SUBYEK HUKUM
Selaku penyandang HAK dan KEWAJIBAN
 ORANG  BADAN
Manusia yang hidup Sifat Imajiner (kreasi imajinatif)
yang dipersamakan dengan orang,
terdiri dari :
- NON BADAN HUKUM

- BADAN HUKUM
KEWENANGAN BERTINDAK
Pembahasan terkait dengan :
A. BATAS KEDEWASAAN

B. KEKUASAAN ORANG TUA

C. PERWALIAN

D. PENGAMPUAN

E. PERKAWINAN
F. ORANG HILANG.
KECAKAPAN BERTINDAK
Dikatakan mampu untuk melakukan perbuatan
hukum secara mandiri :
 Telah Dewasa

 Tidak dalam Pengampuan

 Tidak dilarang oleh UU untuk membuat


perjanjian tertentu
A. KEDEWASAAN
Dasar Hukum
a. KUHPedata (Burgerlijke Wetboek)
b. Undang – undang perkawinan (UU
no. 1 tahun 1974) dan peraturan
pelaksanaannya (PP No. 9 tahun
1975)
c. Pasal 27 ayat 1 Undang-undang
BATASAN : Dasar 1945
d. Undang-undang Kewarganegaraan
 21 thn, atau sudah menikah
No. 12 tahun 2006
sebelum usia tsb. (KUHPerdata)
e. Undang-undang Jabatan Notaris
 18 thn, atau telah melangsungkan No. 30 tahun 2004
pernikahan sebelum usia tsb
(UUPerkawinan)
 Penghadap berusia 18 thn, atau
sudah menikah (UU Jabatan
Notaris)
B. KEKUASAAN ORANG TUA
Orang yang belum dewasa berada dalam
kekuasaan orang tuanya (catatan selama orang tua
terikat dalam perkawinan).

Batasan (Menurut KUHPerdata) :


 Meliputi diri si anak dan harta benda atau kekayaan si
anak.
 Khusus benda-benda tertentu antara lain benda tidak
bergerak dan surat saham terdapat pembatasan yaitu
tidak boleh dijual sebelum mendapatkan izin
(penetapan) dari hakim.

Waktu berlakunya kekuasaan orang tua :


• Anak dalam perkawinan, sejak lahir.
• Anak luar perkawinan, sejak tanggal disahkan
• Anak angkat, sejak tanggal pengangkatan.
.
BERAKHIRNYA KEKUASAAN ORTU
Yaitu ketika :
 Anak menjadi dewasa, atau mengsungkan perkawinan.

 Perkawinan orang tua berakhir.


 Tidak cakap/tidak mampu melakukan tugas sebagai orang tua.
 Dicabut/dibebaskan dari kekuasaan orang tua.

Pihak yang dapat mengajukan pencabutan :


• Oleh istri terhadap suaminya ataupun sebaliknya atau dimintakan oleh
anggota-angota keluarga yang terdekat.
• Oleh dewan perwalian atau kejaksaan.
Alasan Hakim mencabut, berdasarkan undang2, antara lain:
• Orangtua salah mempergunakan atau sangat melalaikan kewajibannya
sebagai orang tua, berkelakuan buruk;
• Dihukum karena melakukan sesuatu kejahatan yang ia lakukan bersama-
sama dengan anaknya;
• Dihukum penjara selama dua tahun atau lebih.
C. PERWALIAN
Orang yang belum dewasa yang tidak dalam
kekuasaan orang tua, berada dalam kekuasaan
wali
Siapa yang berada dibawah kekuasaan wali ?
 Anak sah yang kedua orang tuanya telah
dicabut kekuasaannya sebagai orang tua;
 Anak sah yang orang tuanya telah bercerai;
 Anak yang lahir di luar perkawinan (naturlijk
kind = anak alam).

Lingkup perwalian :
• Pengawasan terhadap anak yang belum dewasa/belum kawin.
• Pengurusan terhadap benda atau kekayaan anak tersebut.
JENIS PERWALIAN
1. Berdasarkan Undang-undang
Tanpa proses:
a. Salah satu orang tua meninggal, orang tua yang masih hidup praktis
sebagai wali.
b. Anak yang lahir di luar perkawinan, berada dalam perwalian ibunya atau
ayah yang mengakuinya.
Melalui proses:
c. Anak yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua dan wali, maka
hakim akan mengangkat wali atas permintaan salah satu pihak yang
berkepentingan atau karena jabatannya. Selanjutnya hakim akan menunjuk
pula wali pengawas, yang tugasnya mengawasi wali.

2. Berdasarkan Wasiat
Seorang ayah atau ibu di dalam surat wasiatnya (testament) mengangkat
seorang wali untuk anaknya.
Pengangkatan demikian berlaku, jika salah seorang dari orang tuanya
sesuai ketentuan yang berlaku tidak dapat menjadi wali.
KRITERIA DAN LARANGAN BAGI WALI
Orang yang dilarang sebagai wali :
 Belum Dewasa.

 Dibawah Pengampuan.
 Dicabut kekuasaannya sebagai orang tua.
 Kepala dan anggota-anggota balai harta
peninggalan juga tidak dapat diangkat menjadi wali,
kecuali untuk anak-anaknya sendiri.

Larangan bagi wali :


Meminjam uang untuk kepentingan si anak, menjual, menggadaikan
benda-benda yang tidak bergerak, surat-surat sero dan surat-surat
penagihan dengan tanpa mendapat izin (penetapan) pengadilan.
BERAKHIRNYA PERWALIAN

1. Orang yang dibawah perwalian telah menjadi dewasa.

2. Dicabut kekuasaannya sebagai wali, bila :


 Sangat melalaikan kewajiban terhadap anak;
 Berkelakuan buruk sekali.

3. Orang yang dibawah perwalian meninggal dunia.


D. PENGAMPUAN
Orang dewasa yang tidak cakap hukum, berada
dibawah pengampuan (curatele).

Orang-orang tersebut adalah :

 Sakit ingatan (lemah akal budi).

 Boros (suka mengobral kekayaan).

 Pemabuk (sering dalam kondisi tidak


sadar).
PENUNJUKAN PENGAMPUAN
Yang dapat memintakan pengampunan :

Tiap anggota keluarga terhadap seorang


yang sakit ingatan. Proses pengajuan :
Anggota keluarga yang sangat dekat saja • Diajukan kepada pengadilan negeri
terhadap seorang yang mengobralkan • Disertai alasan, bukti, dan saksi.
kekayaannya (boros). Atas putusan pengadilan yang
Suami terhadap istrinya atau sebaliknya menyatakan bahwa orang itu ditaruh
dibawah curatele tersebut.
Orang itu sendiri, apabila merasa dirinya • Harus diumumkan dalam berita
kurang cerdas pikirannya/tidak mampu negara dan dilakukan penunjukan
mengurus sendiri kepentingannya. /pengangkatan seorang pengampu
Jaksa, apabila belum ada permintaan dari atau kurator.
sesuatu pihak terhadap seorang seorang • Atas putusan pengadilan tersebut,
yang menderita sakit ingatan hingga orang yang ditaruh dibawah
membahayakan umum. pengampuan berhak memintakan
banding pada pengadilan tinggi.
• Pengadilan akan memerintahkan
Balai Harta Peninggalan sebagai
Pengampu Pengawas.
BERAKHIRNYA PENGAMPUAN
 Apabila sebab-sebab timbulnya pengampuan
sudah hilang.
 Orang yang diampu telah meninggal dunia.
E. PERKAWINAN
Perlu dibahas, karena menyangkut tindakan hukum
atas harta kekayaaan akibat adanya perkawinan.
UU Perkawinan,
Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagi suami istri

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut


hukum masing-masing agama dan kepercayaannya.

Harta bersama (gono-gini), Dalam tindakan hukum,


Adalah harta yang diperoleh selama dilakukan secara
perkawinan. bersama suami dan istri

Harta bawaan,
Adalah harta yang diperoleh Suami atau
Istri : Dalam tindakan hukum,
1.Sebelum perkawinan. dilakukan sendiri tanpa
2.Karena Pewarisan. persetujuan pasangan
kawin.
3.Hadiah (dan lain2) yang diperoleh
masing2 baik sebelum atau sesudah
perkawinan.
PERJANJIAN KAWIN

Adalah perjanjian yang dibuat


dalam rangka pemisahan harta
kekayaan dalam suatu perkawinan.
Syarat : Batasan :
• Dibuat pada saat atau • Tidak boleh membatasi Hak dan Kewajiban
sebelum perkawinan Suami-Istri itu sendiri (sebagai hak azasi dalam
dilangsungkan. perkawinan).
• Atas persetujuan Bersama. • Tidak bertentangan dengan hukum, agama dan
• Dibuat secara tertulis. kesusilaan.
• Disahkan oleh pegawai • Apabila dibuat setelah perkawinan maka batal
pencatat pernikahan. demi hukum.
• Berlaku sejak perkawinan • Tidak dapat diubah, kecuali atas persetujuan
dilangsungkan. kedua belah pihak dan tidak merugikan pihak
ketiga.
PERKAWINAN CAMPUR
Perkawinan yang dilakukan antara dua orang yang tunduk
pada hukum yang berlainan, karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satunya adalah ber-
kewarganegaraan Indonesia.
Sehubungan UU 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
• Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan
Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan isteri mengikuti kewarganegaraan
suami sebagai akibat perkawinan tersebut. (vide pasal 26 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2006).
• Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan
Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan
isteri sebagai akibat perkawinan tersebut. (vide pasal 26 ayat (2) UU No. 12 Tahun 2006).
• Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap
menjadi Warga Negara Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali
pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. (vide pasal 26 ayat (3) UU No. 12 Tahun 2006).
• Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh perempuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya
berlangsung. (vide pasal 26 ayat (4) UU No. 12 Tahun 2006) .
• Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau isteri yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya
status kewarganegaraan dari isteri atau suami (vide pasal 27 UU No. 12 Tahun 2006).
PERKAWINAN YG DILANGSUNGKAN DI LN
Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara 2
orang WNI, atau seorang WNI dengan WNA, sah jika
dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara dimana
perkawinan itu dilangsungkan, dan bagi WNI tidak
melanggar UU Perkawinan (terkait syarat materiil).
PRINSIP :
• Jika perkawinan menurut negeri asing tidak sah karena tidak
dilangsungkan menurut cara-cara yang lazim di negeri asing itu,
maka perkawinan itu menurut hukum Indonesia juga tidak sah.
• Perkawinan semacam ini harus didaftarkan di Kantor Catatan Sipil
di Indonesia (untuk memperoleh keterangan syarat2 perkawinan
telah dipenuhi), yaitu maksimal 1 tahun sekembalinya di Indonesia.
F. ORANG HILANG
Perlu dibahas, menyangkut akibat hukum atas
kekayaan orang yang dianggap hilang.
Jika sesudah lima tahun lewat terhitung sejak hari
keberangkatan orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya tanpa memberikan kuasa untuk mengurus
kepentingannya. Selama itu tidak ada kabar yang
menunjukkan ia masih hidup. Orang-orang yang
berkepentingan atau jaksa dapat meminta pada hakim
supaya dikeluarkan suatu penetapan yang menerangkan
bahwa orang yang meninggalkan tempat tinggalnya
tersebut “dianggap telah meninggal”.

• Hakim dapat memerintahkan balai harta peninggalan untuk mengurus kepentingan


orang yang meninggalkan tempat tinggalnya itu, tetapi sebelum hakim
mengeluarkan suatu penetapan harus dilakukan terlebih dahulu suatu panggilan
umum (dengan melalui surat kabar) yang diulangi paling sedikit tiga kali lamanya.

• Jika orang yang meninggalkan tempat tinggalnya itu meninggalkan suatu


penguasaan untuk mengurus kepentingan-kepentingannya, maka harus ditunggu
selama sepuluh tahun lewat sejak diterimanya kabar terakhir dari orang tersebut
baru dapat diajukan permintaan untuk mengeluarkan suatu penetapan
sebagaimana dimaksud di atas.
AKIBAT HUKUM ORANG HILANG

• Setelah dikeluarkan penetapan oleh hakim itu, para ahli


waris berhak mengoper kekuasaan atas segala harta
kekayaan, dengan memberikan jaminan bahwa mereka
tidak akan menjual benda-benda itu.
• Para ahli waris berhak menguasai benda itu sebagai
orang-orang yang mempunyai hak pemakaian atas
benda-benda tersebut dan mereka berhak untuk
menyuruh membuka surat-surat wasiat yang ada dan
belum terbuka.
• Setelah lewat 30 tahun, terhitung mulai dikeluarkannya
surat penetapan yang dikeluarkan hakim atau apabila
orang yang dianggap telah meninggal itu, seandainya ia
masih hidup sudah mencapai umur 100 tahun, maka
para ahli waris dapat mengadakan suatu pembagian
warisan yang tetap.
DOKUMEN PERORANGAN
 Kartu Tanda Penduduk
Adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi
Pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kartu ini wajib dimiliki WNI dan WNA yang punya ijin tinggal tetap 1 tahun.
(Dasar Hukum UU 23 tahun 2006).
 Kartu Keluarga
Kartu Identitas Keluarga yang memuat data tentang susunan, hubungan dan jumlah
anggota keluarga. Kartu Keluarga wajib dimiliki oleh setiap keluarga. Kartu ini
dikeluarkan oleh Kelurahan setempat.
 Buku Nikah/Akta Nikah
Surat tanda bukti bahwa pernikahan yang dilangsungkan telah dicatatkan pada KUA
(islam) dan Kantor Catatan Sipil (non muslim). Surat ini dikeluarkan oleh instansi
pemerintahan yang berwenang untuk itu.
 Akta Kelahiran
surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan, dsb.) tentang
peristiwa hukum yang dibuat menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan
disahkan oleh pejabat resmi.

Anda mungkin juga menyukai