Anda di halaman 1dari 19

PRINSIP, SYARAT DAN

RUKUN

KEWARISAN
ISLAM
1. PRINSIP IJBARI

• Ijbari=paksaan dijalankannya ketentuan hukum berdasar


ketentuan Allah
• Peralihan harta berlaku dengan sendirinya, bukan pada
kehendak pewaris dan ahli waris
• Tidak memberatkan ahli waris (yang dibagi adalah harta
setelah bersih dari kewajiban, sehingga utang tidak
diwariskan) = Tarikah/Tirkah
• Perbedaan dengan KUHPerdata:
• Peralihan harta tergantung pada kehendak dan kerelaan ahli
waris
• Apabila bersedia menerima warisan, berkewajiban menerima
konsekwensi membayar utang
2. PRINSIP INDIVIDUAL

Dapat dimiliki secara perorangan, tidak terikat oleh


ahli waris lainnya
Dapat tidak dibagi, apabila dikehendaki ahli waris
atau karena keadaan
Karena anak2 masih kecil, maka masih dalam kesatuan dengan
hak waris istri dari yang meninggal
Kesimpulan: kewarisan kolektif tidak sesuai dengan
hukum kewarisan Islam
3. PRINSIP BILATERAL

Ahli waris, baik laki-laki maupun perempuan dapat


mewaris dari kedua belah pihak garis kekerabatan
Berlaku dalam garis lurus ke bawah, ke atas
maupun ke samping
4.PRINSIP ADANYA KEMATIAN

Erat dengan prinsip ijbari. Orang dapat berkendak


bebas atas hartanya hanya pada saat dia masih
hidup
Waris hanya berlaku setelah adanya kematian
Perbedaan dengan KUHPerdata:
dikenal kewarisan karena wasiat
Perbedaan dengan Hukum Waris adat:
Proses kewarisan dapat dimulai sejak pewaris masih hidup
SEBAB MEWARIS
1. Hubungan kekeluargaan/ hubungan darah/ kekerabatan
1. Furu’: keturunan pewaris
2. Ushul: leluhur pewaris
3. Hawasyi: saudara menyamping
2. Hubungan perkawinan (hanya dari perkawinan yang sah)
3. Wala’ (hubungan hukmiah)
hubungan yang ditetapkan oleh hukum Islam, (misalnya sesorang
yang telah memerdekakan budak, maka berhak mewaris dari budak
apabila tidak ada ahli waris lainnya)
Pada umumnya budak tidak memiliki harta sehingga kecil
kemungkinan menjadi pewaris
4. Baitul Maal/Perbendaharaan Umum
1. Apabila tidak ada seorangpun yang berhak menerima warisan, tidak
ada keluarga (dekat-jauh) yang menjadi ahli waris
RUKUN dan SYARAT

Rukun:
Merupakan BAGIAN dari permasalahan yang menjadi
pembahasan, dimana pembahasan TIDAK SEMPURNA apabila
jika salah satu rukun TIDAK ADA
Syarat:
Adalah sesuatu yang berada DI LUAR substansi permasalahan
yang dibahas. Tetapi tetap harus dipenuhi, agar sah.
RUKUN MEWARIS

1. Pewaris/muwarits: orang yang meninggal dunia

2. Ahli waris/waris: orang yang berhak mendapatkan


warisan

3. Warisan/irts/mirats/mauruts/turats/tirkah: sesuatu
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik
berupa harta bergerak maupun harta tidak
bergerak
HARTA PENINGGALAN

Harta benda almarhum disebut sebagai harta


peninggalan, yang terdiri dari harta benda materiil
dan hak (seperti pensiun dan tabungan hari tua).
Harta peninggalan harus dibedakan dengan harta
warisan, yang merupakan harta peninggalan setelah
dikurangi hutang, tagihan biaya pengobatan dan
hibah yang dijanjikan kepada sanak keluarga.
Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau
kewajiban pewaris hanya terbatas pada jumlah atau
nilai harta peninggalannya.
HARTA BAWAAN

Harta yang diperoleh masing-masing suami dan


isteri sebelum menikah, serta hadiah, hibah atau
warisan yang diterima dari pihak ketiga selama
perkawinan.
Kecuali diatur lain dalam perjanjian perkawinan,
harta bawaan tetap merupakan harta milik masing-
masing suami dan isteri dan dibawah penguasaan
masing-masing pihak selama perkawinan.
PEMBERSIHAN HARTA PENINGGALAN
Harta peninggalan seseorang yang meninggal, sebelum dibagi
kepada ahli waris harus “dibersihkan” dari:
1. Biaya perawatan jenazah (tajhiz):
memandikan, mengkafani, mengusung, mengubur (sepanjang ma’ruf menurut
Islam)
Perawatan kerabat yang menjadi tanggungannya
2. Biaya pelunasan hutang
Daenullah (hutang kepada Allah): zakat, kafaroh
Daenul Ibad (hutang kepada manusia)
Mana yang lebih dahulu? Perbedaan pendapat
3. Pelaksanaan wasiat
Pengertian: pemberian sesuatu (berupa harta atau manfaat dari harta) yang
pelaksanaannya ditangguhkan setelah si pemberi meninggal dunia
Jumlah maksimal 1/3 harta
SYARAT KEWARISAN

1. Meninggal dunianya pewaris


Mati hakiki (sejati)
Mati hukmi (putusan hakim)
Mati taqdiri (menurut dugaan)

2. Hidupnya ahli waris

3. Mengetahui status kewarisan:


hubungan yang jelas antar para pihak (pewaris dan ahli waris)
PENGHALANG WARISAN

Adalah hal-hal yang menghalangi ahli waris


menerima warisan, walaupun telah terpenuhinya
sebab dan syarat mewaris.
1. Pembunuhan
2. Perbedaan agama (termasuk di dalamnya murtad)
3. Perbudakan
4. Berlainan negara
1. PEMBUNUHAN

Pembunuhan ahli waris terhadap pewaris menjadi


penghalang mewarisi harta pewaris yang
dibunuhnya
Dasar:
Hadist Riwayat Ahmad, “barang siapa membunuh seorang
korban, maka is tidak dapat mewarisinya, walaupun si korban
tidak mempunyai ahli waris selain dirinya, dan walaupun korban
itu bapaknya maupun anaknya. Maka bagi pembunuh tidak
berhak mewarisinya”
Kaidah Fiqhiyah, “barang siapa yang ingin mempercepat
mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka ia diberi sanksi
tidak boleh mendapatkannya”
Lanjutan…….

Perbedaan pendapat ulama:


jenis pembunuhan yang menjadi penghalang
Pembunuhan yang disengaja (sepakat)
Pembunuhan tidak sengaja (tidak sepakat)
2. PERBEDAAN AGAMA

Berlaku baik pewaris muslim dan ahli waris non


muslim atau sebaliknya, pewaris non muslim dan
ahli waris muslim
Berlaku pula untuk pewaris atau ahli waris yang
murtad
Dasar:
Hadits riwayat Bukhari Muslim, “Orang Islam tidak dapat
mewarisi harta orang kafir, dan orang kafirpun tidak dapat
mewarisi harta orang Islam”
Tidak berlaku untuk berlainan mazhab
3. PERBUDAKAN

Perbudakan menjadi penghalang untuk mewaris,


karena budak tidak memiliki kecakapan untuk
bertindak, termasuk mengurus hak miliknya
Dasar:
Surat An-Nahl ayat 75, “Allah telah membuat perumpamaan,
(yakni) seorang budak yang tidak dapat bertindak terhadap
sesuatupun…….”
Seorang budak jarang menjadi pewaris dan tidak
dapat menjadi ahli waris
4. BERLAINAN NEGARA

Adalah berlainan atau berbeda pemerintahan yang


diikuti pewaris dan ahli waris, kecuali berbeda
negara antar sesama muslim, karena walau berbeda
pemerintahan dengan jarak yang berjauhan tetap
dipandang sebagai satu kesatuan “negara”
Dasar:
Sejarah peperangan pada masa Rasulullah, dimana apabila
berperang dengan orang kafir, harta umat islam yang meninggal
dunia tidak dapat diwarisi oleh orang yang berperang dengan
umat islam, agar tidak memperkuat pihak musuh Islam.

Anda mungkin juga menyukai