Anda di halaman 1dari 24

AZAS-AZAS HUKUM KEWARISAN ISLAM

DAN
PENERAPANNYA DALAM PRAKTEK

oleh

Syamsiah
Hakim Pengadilan Agama Sleman
HUKUM KEWARISAN
• Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-
siapa yang berhak menjadi ahli waris dan
berapa bagiannya masing-masing.
Dasar Kewenangan PA
Pasal 49 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006
•Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b.
warisan; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g.
infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah.”
• Patokan kewenangan Pengadilan Agama dalam
mengadili perkara kewarisan adalah Agama
Pewaris.

• Apabila Pewaris meninggal dalam keadaan beragama


Islam, maka menjadi kewenangan Pengadilan Agama
untuk mengadilinya, meskipun ahli warisnya non muslim.
• sebaliknya apabila Pewaris non muslim, maka bukan
merupakan kewenangan Pengadilan Agama untuk
mengadilinya, meskipun ahli warisnya muslim.
• Hukum materiil :
Kompilasi Hukum Islam dan yurisprudensi
yang bersumber dari al-Qur’an, Hadis dan
Ijtihad.
Azas-Azas Hukum Kewarisan
dalam KHI
• Asas ijbari
• Asas bilateral/parental
• Asas individual
• Asas keadilan berimbang
• Asas waris karena kematian
• Asas Personalitas Keislaman
Asas ijbari
Pada saat seseorang meninggal dunia, maka
kerabatnya langsung menjadi ahli waris, karena
tidak ada hak bagi kerabat tersebut untuk menolak
sebagai ahli waris atau berfikir lebih dahulu
apakah akan menolak atau menerima sebagai ahli
waris.
• Asas ini berbeda dengan ketentuan dalam
KUH Perdata yang menganut asas
takhayyuri (pilihan) untuk menolak atau
menerima sebagai ahli waris (Pasal 1023
KUH Perdata).
Asas bilateral/parental.
Seseorang menerima hak atau bagian warisan
dari kedua belah pihak, dari kerabat keturunan
laki-laki dan dari kerabat keturunan perempuan.
Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam
1. Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
1. Menurut hubungan darah:
•golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki,
saudara laki-laki, paman dan kakek.
•Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak
perempuan, saudara perempuan dari nenek.
2. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari :
duda atau janda.
Asas individual
•Harta warisan dapat dibagi kepada ahli waris
untuk dimiliki secara perorangan.
•Setiap ahli waris berhak untuk berbuat atau
bertindak atas harta yang diperolehnya bila ia
telah mempunyai kemampuan untuk bertindak.
•Untuk mereka yang tidak dan/atau belum mampu
bertindak, diangkat wali untuk mengurus hartanya
itu menurut ketentuan perwalian.
Asas keadilan berimbang
•Keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara
hak yang diperoleh seseorang dengan kewajiban
yang harus ditunaikannya.
•Perbedaan bagian laki-laki dengan perempuan
adalah karena kewajiban laki-laki dan kewajiban
perempuan dalam rumah tangga berbeda.
• Pasal 183
• Para ahli waris dapat bersepakat melakukan
perdamaian dalam pembagian harta warisan,
setelah masing-masing menyadari bagiannya.
Asas waris karena kematian
Pengalihan harta seseorang kepada orang lain
yang disebut dengan nama kewarisan, terjadi
setelah orang yang mempunyai harta itu
meninggal dunia, baik meninggal secara riil,
maupun dinyatakan meninggal dengan putusan
pengadilan;
• Segala bentuk pengalihan harta seseorang yang
masih hidup kepada orang lain, baik secara
langsung maupun yang akan dilaksanakan
kemudian sesudah meninggalnya, tidak
termasuk ke dalam kategori kewarisan menurut
hukum Islam.
Asas Personalitas Keislaman.
•Peralihan harta warisan hanya terjadi bila antara
pewaris dan ahli waris sama-sama menganut
agama Islam.

•Kerabat karena hubungan darah yang Non


Muslim mendapat wasiat wajibah maksimal 1/3
bagian, dan tidak boleh melebihi bagian ahli waris
yang sederajat dengannya (Yurisprudensi).
Rukun Waris
1. Pewaris
2. Ahli waris
3. Harta waris
Pewaris
Pewaris adalah:
Orang yang pada saat meninggalnya atau yang
dinyatakan meninggal berdasarkan putusan
Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli
waris dan harta peninggalan.
Ahli Waris
Ahli waris adalah:
Orang yang pada saat meninggal dunia pewaris,
mempunyai hubungan darah atau hubungan
perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan
tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli
waris.
Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam
Seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, dihukum karena:
1.dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh atau menganiaya berat pewaris;
2.dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan
pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu
kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara
atau hukuman yang lebih berat.
Ahli Waris Langsung
Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam
1. Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
1. Menurut hubungan darah:
•golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki, saudara
laki-laki, paman dan kakek.
•Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak perempuan,
saudara perempuan dari nenek.
2. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari : duda atau
janda.
2. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak
mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda.
Ahli Waris Pengganti
Pasal 185 KHI;
1.Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada
sipewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh
anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173.
2.Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari
bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.

SEMA 2010 :
Ahli waris Pengganti sebagaimana tersebut dalam Pasal
185 KHI pelaksanaannya dibatasi kepada keturunan garis
lurus kebawah sampai dengan derajat cucu.
Harta Waris
Harta waris adalah:
Harta bawaan + bagian harta bersama -
keperluan pewaris selama sakit sampai
meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz),
pembayaran hutang dan pemberian wasiat.
Anak angkat dan orang tua angkat

Anak angkat dan orang tua angkat secara timbal


balik dapat melakukan wasiat tentang harta
masing-masing, bila tidak ada wasiat dari anak
angkat kepada orang tua angkat atau sebaliknya,
maka orang tua angkat dan/atau anak angkat
dapat diberi wasiat wajibah oleh Pengadilan
Agama secara ex officio maksimal 1/3 bagian dari
harta peninggalan (Pasal 209 KHI)

Anda mungkin juga menyukai