Anda di halaman 1dari 64

HUKUM WARIS ISLAM

(the Islamic Law of Inheritance)

PENGANTAR
HUBUNGAN SISTEM KEWARISAN DENGAN SISTEM
KEKELUARGAAN
• 3 bentuk kekeluargaan:
• Keluarga besar dengan hak kolektif atas harta kekayaan. Harta
adalah milik bersama, sehingga harta tidak boleh dibagi-
bagikan kepada ahli waris. Disebut dengan harta pusaka
(Romawi, Minang)
• Sistem mayorat: Anak tertua bertanggungjawab memelihara
penghidupan seluruh keluarga sebagaimana tanggungjawab
orang tua. Sehingga anak tertua berhak tunggal mewarisi
seluruh harta peninggalan (Lampung, Bali)
• Keluarga kecil dengan hak individual: diakuinya hak
perorangan.
3 golongan sifat kekeluargaan
• Patrilinial: anak-anak dinasabkan pertalian darah
hanya kepada bapaknya, kakeknya dan seterusnya
menurut garis laki-laki. Anak perempuan yang telah
menikah lepas dari orang tuanya dan masuk ke
lingkungan suaminya.
• Matrilinial: anak keturunan dinasabkan pada pertalian
darah dengan ibunya, ayah tidak memiliki kekuasaan
atas anak-anaknya.
• Bilateral/Parental: anak-anak memiliki dua garis
keturunan baik dari ayah maupun ibu.
Sistem kewarisan Islam adalah kategori:
“Individual bilateral”

Dasar:
• An Nisa 7: bagi anak laki laki ada bagian dari ibu bapak dan
kerabatnya, dan bagi anak perempuan ada bagian dari ibu
bapak dan kerabatnya
• “Bilateral” dalam Islam dengan corak khusus, yaitu bagian
laki-laki 2 x bagian perempuan (karena laki-laki dominan
memiliki tanggungjawab materiel dalam keluarga dan
perempuan tanggungjawab non materiel, walaupun tidak
secara mutlak)
BEBERAPA ISTILAH:
1. Mirats (kata tunggal)/mawaris (jamak)/Tarikah =
harta pusaka / harta peninggalan.
• Mirats adalah semua harta peninggalan orang yang
telah meninggal dunia
• Tarikah khusus untuk harta peninggalan yang sudah
bersih sehingga dapat dibagikan
2. Muwaris/pewaris = orang yang meninggal dunia
3. Ahli waris/waris = orang yang berhak menerima
mirats
4. Faraid = bagian
ILMU MAWARIS DAN ILMU
FARAID
• ILMU MAWARIS:
• Adalah ilmu yang menjelaskan tentang kriteria ahli waris,
• siapakah yang berhak menjadi ahli waris,
• apa sebabnya,
• apa persyaratannya agar dapat menerima waris, dan
• permasalahan yang terdapat di dalamnya

• ILMU FARAID:
• Adalah ilmu yang menjelaskan tentang bagian-bagian tertentu yang
telah ditetapkan oleh syara’, yakni Al Quran dan Hadits dalam
membagi harta peninggalan kepada ahli waris, yaitu ada 6 (1/2; ¼;
1/8; 1/3; 2/3; 1/6)
• Merupakan bagian/cabang dari ilmu hisab/ilmu hitung
Hukum waris Islam:
• Hukum yang mengatur tentang siapa yang berhak menerima
warisan/harta orang yang telah meninggal, dan menentukan bagian
masing-masing
• Hukum yang ketentuan materielnya telah digariskan dalam Al Qur’an
dan Al Hadits secara rinci
• Jumlah dan cara pembagian warisannya bukan atas dasar kehendak
orang yang meninggal
HUKUM WARIS SEBELUM ISLAM
1. Pembagian berdasar hubungan darah (nasab) dan
keluarga (qarabah), tetapi hanya berlaku bagi laki-laki
dewasa (anak, saudara, paman)
• Dihapus dengan surat An Nisa’ ayat 7: hak wanita atas warisan
• Dihapus dengan surat An Nisa’ ayat 11: hak anak laki-laki
2. Pembagian berdasar sumpah setia dan ikatan
perjanjian
• Dihapus dengan surat Al Anfal ayat 75: orang yang memiliki
hubungan kerabat lebih berhak
Lanjutan…..
3. Anak angkat berhak atas warisan
• Dihapus dengan surat Al Ahzab ayat 4 dan 5: anak angkat
bukan sebagai anak kandung

4. Persaudaraan antara Muhajirin (umat Islam dari


mekah yang hijrah ke Madinah) dan Anshar (umat
Islam yang bertempat tinggal di Madinah)
• Dihapus dengan surat Al Anfal ayat 75: orang yang memiliki
hubungan kerabat lebih berhak menerima
Beberapa perubahan mendasar dengan
adanya hukum waris Islam
• Tidak menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak
pihak yang mewariskan. Wasiat dan hibah maksimal
1/3 harta
• Tidak melarang bapak/ibu atau leluhur mewaris
bersama dengan istri/suami, anak dan saudara
• Tidak mengistimewakan kepada salah satu pewaris
• Tidak menolak ahli waris yang belum dewasa
• Tidak memberikan harta warisan kepada anak angkat
TUJUAN MEMPELAJARI
HUKUM WARIS DALAM
AJARAN ISLAM

&

HUKUM BELAJAR DAN


MENGAJAR HUKUM WARIS
HR IBNU MAJAH dan DARUQUTHNI
• “Pelajarilah ilmu waris dan ajarkan, karena ilmu waris adalah separuh
ilmu. Ilmu (waris) adalah ilmu yang cepat dilupakan dan yang pertama
kali dicabut dari umatku”
HR AHMAD, AN NASAI dan AL
DARUQUTNIY
• “Pelajari Al Quran dan ajarkan kepada orang-orang, dan pelajari ilmu
Faraid serta ajarkan kepada orang-orang. Karena saya bakal orang
yang direnggut (kematian), sedang ilmu itu bakal diangkat. Hampir-
hampir saja dua orang bertengkar tentang pembagian pusaka, maka
mereka berdua tidak menemukan seorangpun yang sanggup
menfatwakannya kepada mereka”
• HUKUM FARDHU KIFAYAH
Dari Al Ahwash dari Ibnu Mas’ud
“Ilmu itu ada 3, yaitu mukhakamat, sunnah yang
ditegakkan dan ilmu waris yang adil.
Selain ketiga ilmu ini merupakan tambahan”
(HR Abu Daud dan Ibnu Majah)
Kesimpulan:
• Perintah Allah dan nabi Muhammad SAW
• Pemahaman masyarakat yang keliru tentang HUKUM
WARIS
• Ilmu waris adalah suatu ilmu dalam Islam dengan
tingkat kesulitan tinggi (khususnya oleh orang awam),
sehingga dengan mempelajarinya dapat
menyelesaikan masalah harta peninggalan sesuai
dengan ketentuan Islam, dan tidak ada yang dirugikan
atau termakan bagiannya oleh ahli waris yang lain.
LANDASAN PEWARISAN
AN NISAA ayat 7
• “Bagi orang laki-laki ada hak dari harta peninggalan ibu dan bapak
dan bagi orang wanita ada hak dari harta peninggalan ibu bapak, dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak, menurut bahagian yang telah
ditetapkan”
• Laki-laki atau perempuan memiliki hak waris
• Laki-laki atau perempuan sebagai subjek hukum
AN NISAA ayat 11
• “Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-
anakmu. Bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak
perempuan …..
• Bagian anak laki-laki
• Bagian anak perempuan
• Bagian ibu-bapak
AN NISAA ayat 12
• “Dan bagimu (suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan…….”
• Bagian suami
• Bagian istri
• Saudara laki-laki dan perempuan seibu
AN NISAA ayat 176
• “Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah, katakanlah……
Jika seseorang meninggal dunia dan tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, maka….”
• Bagian saudara perempuan
• Bagian saudara laki-laki
PRINSIP, SYARAT DAN
RUKUN

KEWARISAN
ISLAM
1. PRINSIP IJBARI
• Ijbari=paksaan dijalankannya ketentuan hukum berdasar
ketentuan Allah
• Peralihan harta berlaku dengan sendirinya, bukan pada kehendak
pewaris dan ahli waris
• Tidak memberatkan ahli waris (yang dibagi adalah harta setelah
bersih dari kewajiban, sehingga utang tidak diwariskan) =
Tarikah/Tirkah
• Perbedaan dengan KUHPerdata:
• Peralihan harta tergantung pada kehendak dan kerelaan ahli
waris
• Apabila bersedia menerima warisan, berkewajiban menerima
konsekwensi membayar utang
2. PRINSIP INDIVIDUAL
• Dapat dimiliki secara perorangan, tidak terikat oleh ahli
waris lainnya
• Dapat tidak dibagi, apabila dikehendaki ahli waris atau
karena keadaan
• Karena anak2 masih kecil, maka masih dalam kesatuan
dengan hak waris istri dari yang meninggal
• Kesimpulan: kewarisan kolektif tidak sesuai dengan
hukum kewarisan Islam
3. PRINSIP BILATERAL
• Ahli waris, baik laki-laki maupun perempuan dapat
mewaris dari kedua belah pihak garis kekerabatan
• Berlaku dalam garis lurus ke bawah, ke atas maupun ke
samping
4.PRINSIP ADANYA KEMATIAN
• Erat dengan prinsip ijbari. Orang dapat berkendak bebas
atas hartanya hanya pada saat dia masih hidup
• Waris hanya berlaku setelah adanya kematian
• Perbedaan dengan KUHPerdata:
• dikenal kewarisan karena wasiat
• Perbedaan dengan Hukum Waris adat:
• Proses kewarisan dapat dimulai sejak pewaris masih hidup
SEBAB MEWARIS
1. Hubungan kekeluargaan/ hubungan darah/ kekerabatan
1. Furu’: keturunan pewaris
2. Ushul: leluhur pewaris
3. Hawasyi: saudara menyamping
2. Hubungan perkawinan (hanya dari perkawinan yang sah)
3. Wala’ (hubungan hukmiah)
1. hubungan yang ditetapkan oleh hukum Islam, (misalnya sesorang yang telah
memerdekakan budak, maka berhak mewaris dari budak apabila tidak ada ahli waris
lainnya)
2. Pada umumnya budak tidak memiliki harta sehingga kecil kemungkinan menjadi pewaris
4. Baitul Maal/Perbendaharaan Umum
1. Apabila tidak ada seorangpun yang berhak menerima warisan, tidak ada
keluarga (dekat-jauh) yang menjadi ahli waris
RUKUN dan SYARAT
• Rukun:
• Merupakan BAGIAN dari permasalahan yang menjadi
pembahasan, dimana pembahasan TIDAK SEMPURNA apabila
jika salah satu rukun TIDAK ADA
• Syarat:
• Adalah sesuatu yang berada DI LUAR substansi permasalahan
yang dibahas. Tetapi tetap harus dipenuhi, agar sah.
RUKUN MEWARIS
1. Pewaris/muwarits: orang yang hartanya akan
diwariskan

2. Ahli waris/waris: orang yang berhak mendapatkan


warisan

3. Warisan/irts/mirats/mauruts/turats/tirkah: sesuatu
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik
berupa harta bergerak maupun harta tidak bergerak
HARTA PENINGGALAN
• Harta benda almarhum disebut sebagai harta
peninggalan, yang terdiri dari harta benda materiil dan
hak (seperti pensiun dan tabungan hari tua).
• Harta peninggalan harus dibedakan dengan harta
warisan, yang merupakan harta peninggalan setelah
dikurangi hutang, tagihan biaya pengobatan dan hibah
yang dijanjikan kepada sanak keluarga.
• Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau
kewajiban pewaris hanya terbatas pada jumlah atau
nilai harta peninggalannya.
HARTA BAWAAN
• Harta yang diperoleh masing-masing suami dan isteri
sebelum menikah, serta hadiah, hibah atau warisan
yang diterima dari pihak ketiga selama perkawinan.
• Kecuali diatur lain dalam perjanjian perkawinan
(berdasar UU Perkawinan perjanjian bertujuan untuk
menyatukan harta bawaan)
• Jadi harta bawaan tetap merupakan harta milik masing-
masing suami dan isteri dan dibawah penguasaan
masing-masing pihak selama perkawinan.
PEMBERSIHAN HARTA PENINGGALAN
• Harta peninggalan seseorang yang meninggal, sebelum dibagi kepada
ahli waris harus “dibersihkan” dari:
1. Biaya perawatan jenazah (tajhiz):
• memandikan, mengkafani, mengusung, mengubur (sepanjang ma’ruf menurut Islam)
• Perawatan kerabat yang menjadi tanggungannya
2. Biaya pelunasan hutang
• Daenullah (hutang kepada Allah): zakat, kafaroh
• Daenul Ibad (hutang kepada manusia)
Mana yang lebih dahulu? Perbedaan pendapat
3. Pelaksanaan wasiat
• Pengertian: pemberian sesuatu (berupa harta atau manfaat dari harta) yang
pelaksanaannya ditangguhkan setelah si pemberi meninggal dunia
• Jumlah maksimal 1/3 harta
SYARAT KEWARISAN
1. Meninggal dunianya pewaris
• Mati hakiki (sejati)
• Mati hukmi (putusan hakim)
• Mati taqdiri (menurut dugaan)

2. Hidupnya ahli waris

3. Mengetahui status kewarisan:


• hubungan yang jelas antar para pihak (pewaris dan ahli
waris)
PENGHALANG WARISAN
Adalah hal-hal yang menghalangi ahli waris menerima
warisan, walaupun telah terpenuhinya sebab dan
syarat mewaris.
1. Pembunuhan
2. Perbedaan agama (termasuk di dalamnya murtad)
3. Perbudakan
4. Berlainan negara
1. PEMBUNUHAN
• Pembunuhan ahli waris terhadap pewaris menjadi
penghalang mewarisi harta pewaris yang dibunuhnya
• Dasar:
• Hadist Riwayat Ahmad, “barang siapa membunuh seorang
korban, maka ia tidak dapat mewarisinya, walaupun si korban
tidak mempunyai ahli waris selain dirinya, dan walaupun
korban itu bapaknya maupun anaknya. Maka bagi pembunuh
tidak berhak mewarisinya”
• Kaidah Fiqhiyah, “barang siapa yang ingin mempercepat
mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka ia diberi
sanksi tidak boleh mendapatkannya”
Lanjutan…….

• Perbedaan pendapat ulama:


• jenis pembunuhan yang menjadi penghalang
• Pembunuhan yang disengaja (sepakat)
• Pembunuhan tidak sengaja (tidak sepakat)
2. PERBEDAAN AGAMA
• Berlaku baik pewaris muslim dan ahli waris non muslim
atau sebaliknya, pewaris non muslim dan ahli waris
muslim
• Berlaku pula untuk pewaris atau ahli waris yang murtad
• Dasar:
• Hadits riwayat Bukhari Muslim, “Orang Islam tidak dapat
mewarisi harta orang kafir, dan orang kafirpun tidak dapat
mewarisi harta orang Islam”
• Tidak berlaku untuk berlainan mazhab
3. PERBUDAKAN
• Perbudakan menjadi penghalang untuk mewaris, karena
budak tidak memiliki kecakapan untuk bertindak,
termasuk mengurus hak miliknya
• Dasar:
• Surat An-Nahl ayat 75, “Allah telah membuat perumpamaan,
(yakni) seorang budak yang tidak dapat bertindak terhadap
sesuatupun…….”
• Seorang budak jarang menjadi pewaris dan tidak dapat
menjadi ahli waris
4. BERLAINAN NEGARA
• Adalah berlainan atau berbeda pemerintahan yang
diikuti pewaris dan ahli waris, kecuali berbeda negara
antar sesama muslim, karena walau berbeda
pemerintahan dengan jarak yang berjauhan tetap
dipandang sebagai satu kesatuan “negara”
• Dasar:
• Sejarah peperangan pada masa Rasulullah, dimana apabila
berperang dengan orang kafir, harta umat islam yang
meninggal dunia tidak dapat diwarisi oleh orang yang
berperang dengan umat islam, agar tidak memperkuat pihak
musuh Islam.
PENGGOLONGAN
AHLI WARIS

1. SISTEM KEWARISAN PATRILINEAL


2. SISTEM KEWARISAN BILATERAL
• Perbedaan patrilineal dan bilateral: perbedaan penafsiran Al-
Qur’an di bidang kewarisan dan merupakan persoalan ijtihad
• Golongan 1:
• Menafsirkan ayat Al-Qur’an hanya bermaksud mengubah bidang-
bidang hukum kewarisan Arab yang dengan jelas ditegaskan dalam Al-
Qur’an.
• Hukum kewarisan pra Islam diakui sepanjang tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an.
• Tidak terjadi perombakan secara besar-besaran, sehingga hasilnya
bercorak patrilineal.
• Golongan 2:
Al-Qur’an merombak secara besar-besaran terhadap hukum waris adat.
Sehingga hasilnya lebih bercorak bilateral
SISTEM KEWARISAN PATRILINEAL
• Pewarisan patrilineal (a.l. diikuti Imam Syafi’i) adalah
memberikan penafsiran atau interpretasi kepada ayat-ayat
AlQuran yang memungkinkan untuk ditafsirkan secara
patrilineal
• Pokok-pokok pikiran:
1. Selalu memberikan kedudukan yang lebih baik dalam perolehan harta
penggalan kepada pihak laki-laki
2. Urutan keutamaan berdasarkan usbah dan laki-laki (usbah/ushbah adalah
anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah sesamanya berdasarkan
hubungan garis keturunan laki-laki/patrilineal)
3. Istilah-istilah khusus mengenai kewarisan dalam Al Quran disamakan dengan
istilah biasa dalam bahasa sehari-hari / istilah hukum adat
PENGGOLONGAN AHLI WARIS SISTEM
KEWARISAN
1. AHLI WARIS DZUL FARAID
◦ Adalah ahli waris yang mendapat bagian menurut ketentuan yang diterangkan
dalam Al Quran dan hadits
2. AHLI WARIS ASABAH
◦ Ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi:
 Berhak mendapatkan seluruh harta peninggalan jika tidak ada ahli waris dzul faraid
dan
 Berhak atas sisa harta peninggalan setelah dibagikan kepada ahli waris dzul faraid
 Tidak mendapatkan apa-apa, karena habis dibagikan kepada dzul faraid

3. AHLI WARIS DZUL ARHAM


◦ ahli waris yang mempunyai hubungan darah dengan pewaris melalui anggota
keluarga perempuan
 Prof. hazairin: anggota keluarga menantu laki-laki
 Prof. M. Yunus: hubungan keluarga yang jauh
SISTEM KEWARISAN BILATERAL

• Pencetus Prof. Hazairin


• Mengenal penggantian tempat sebagai jawaban atas
permasalahan penganut sistem bilateral
PENGGOLONGAN AHLI WARIS SISTEM
KEWARISAN BILATERAL
1. AHLI WARIS DZUL FARAID
Adalah ahli waris yang mendapat bagian menurut ketentuan yang diterangkan
dalam Al Quran dan hadits.
2. AHLI WARIS DZUL QARABAT
Ahli waris yang mendapat bagian warisan yang tidak tentu jumlahnya atau
mendapat bagian sisa, atau mendapat bagian terbuka, baik dari garis laki-laki
maupun perempuan.
3. AHLI WARIS MAWALI
Adalah ahli waris pengganti, yang menggantikan seseorang untuk
memperoleh bagian warisan yang tadinya akan diperoleh oleh orang yang
digantikan seandainya ia masih hidup
AHLI WARIS YANG
BERHAK MENERIMA
PEMBAGIAN WARISAN
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
14 golongan ahli waris laki-laki:
1 = anak laki-laki
2 = cucu laki-laki dari anak laki-laki
3 = bapak
4 = kakek dari bapak dan seterusnya ke atas
5 = saudara laki-laki sekandung
6 = saudara laki-laki sebapak
7 = saudara laki-laki seibu
8 = anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
9 = anak laki-laki dari saudara sebapak
10 = paman (saudara laki-laki bapak yang sekandung)
11 = paman (saudara laki-laki bapak yang sebapak)
12 = anak laki-laki dari paman yang sekandung dengan bapak
13 = anak laki-laki dari paman yang sebapak dengan bapak
14 = suami
AHLI WARIS LAKI-LAKI = 14 GOL
4

11 3 10

PEWARIS 12
13 7 5 14 6

8 1 9

Orang yang meninggal dunia hub. pernikahan

Perempuan

Laki-laki yang berhak menerima waris

Laki-laki yang tidak berhak menerima waris


Apabila 14 ahli waris tersebut ada (hidup) maka yang
berhak memperoleh bagian dari harta peninggalan
ada 3 golongan, yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. bapak
9 Golongan ahli waris perempuan:
1 = anak perempuan
2 = cucu perempuan (dari anak laki-laki)
3 = ibu
4 = nenek (ibu dari bapak)
5 = nenek (ibu dari ibu dan seterusnya ke atas)
6 = saudara perempuan sekandung
7 = saudara perempuan sebapak
8 = saudara perempuan yang seibu
9 = istri
AHLI WARIS PEREMPUAN = 9 GOL
5 4

8 6 PEWARIS 9 7

Orang yang meninggal dunia hub. pernikahan

Perempuan yang berhak menerima waris

Perempuan yang tidak berhak menerima waris

Laki-laki
Apabila 9 ahli waris tersebut ada (hidup) maka yang
berhak memperoleh bagian dari harta peninggalan
ada 5 golongan, yaitu:
1. Istri
2. Anak perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Ibu
5. Saudara perempuan sekandung
Apabila semua ahli waris tersebut ada (baik laki-laki
maupun perempuan) maka yang berhak memperoleh
bagian dari harta peninggalan ada 5 golongan, yaitu:
1. Suami atau Istri
2. ibu
3. bapak
5 golongan ini SELALU
4. Anak laki-laki menerima warisan
5. Anak perempuan dalam segala hal,
siapapun yang
meninggal
'AUL DAN RADD
‘AUL = MENINGKAT ATAU BERTAMBAH
• Artinya meningkatkan atau membesarkan angka
asal masalah sehingga menjadi sama dengan
jumlah dengan jumlah angka pembilang dari
bagian ahli waris yang ada.
• Dilakukan apabila angka (jumlah) bagian yang
harus diterima ahli waris lebih banyak dengan
jumlah harta warisan yang ada
• Penjumlahan jumlah pembilang lebih besar dari
angka penyebut,
• Keterangan: 7/6 (7 adalah pembilang (di atas) dan 6
adalah penyebut (di bawah))
Sejarah:
• Pertamakali terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab
• Kasus seorang perempuan meninggal, dengan ahli waris
suami dan 2 saudara kandung perempuan
• Suami mendapat ½
• 2 orang saudara kandung perempuan mendapat 2/3
• ½ + 2/3 = 3/6+4/6=7/6
• Zaid bin Tsabit menyarankan penggunaan ‘aul
Contoh kasus:
• Ahli waris adalah suami dan 2 saudara perempuan sekandung
• Harta warisan Rp.42jt.
• Suami : ½
• 2 saudara perempuan sekandung 2/3
• Asal masalah: 6
• Suami 3/6
• 2 saudara perempuan 4/6
• 3/6 + 4/6 = 7/6 (padahal harta yang diwariskan sebagai satu kesatuan adalah 6/6)
Maka asal masalah (penyebut) diperbesar menjadi sama dengan pembilang,
berubah menjadi 7, sehingga suami 3/7 dan 2 saudara perempuan 4/7
PEMECAHAN:
• Suami 3/7
• 2 saudara perempuan 4/7
Bagian masing-masing
• Suami memperoleh 3/7 x Rp.42jt = Rp.18jt
• 2 saudara perempuan 4/7 x Rp.42jt = 24jt
RADD
MENGEMBALIKAN
• Asal kata: kembali atau berpaling
• Yaitu mengembalikan sisa harta warisan
kepada ahli warisnya sesuai dengan bagiannya
masing-masing
• Merupakan kebalikan dari masalah ‘aul,
dimana jumlah/angka semua bagian ahli waris
ternyata lebih sedikit dari pada jumlah harta
warisan yang ada (angka jumlah warisan lebih
banyak dari jumlah bagian ahli waris)
SYARAT RADD

1.Adanya ashabul furudl


2.Tidak adanya ashobah
3.Ada sisa harta waris

Ketiganya bersifat kumulatif.


PANDANGAN TENTANG SIAPA AHLI WARIS
YANG BERHAK MENERIMA RADD
• Ar-Radd DAPAT melibatkan semua ashhabul furudl, KECUALI suami
dan istri. Jadi suami dan istri tidak mendapat bagian dari sisa yang
ada.
• Ayah dan kakek, meskipun ashhabul furudl tidak dapat menerima
Radd. Sebab jika mereka ada, pasti akan menerima sebagai
ashobah
• 8 golongan penerima Radd adalah:
• Anak perempuan
• Cucu perempuan dari anak laki-laki
• Saudara kandung perempuan
• Saudara perempuan seayah
• Ibu
• Nenek sahih (ibu dari ayah)
• Saudara perempuan seibu
• Saudara laki-laki seibu
SUAMI DAN ISTRI TIDAK BERHAK
MENERIMA RADD
• Kekerabatan bukan karena nasab, tetapi karena
hubungan perkawinan/sababiyah
• Putusnya hubungan sababiyah adalah karena
kematian
• Sehingga sisa hanya dibagi kepada 8 golongan
penerima Radd
Contoh:
• Ahli waris: seorang anak perempuan dan ibu dan
harta sebesar Rp.60jt.
• Anak perempuan: ½
• Ibu: 1/6
• Akar masalah: 6
• Anak perempuan 3/6
• Ibu 1/6
• Jumlah 4/6
Maka asal masalah (penyebut) diperkecil
menjadi sama dengan pembilang, berubah
menjadi 4
PEMECAHAN:
• Anak perempuan 3/4
• IBU ¼
Bagian masing-masing:
• Anak perempuan ¾ x Rp.60jt = Rp.45jt
• IBU 1/4 x Rp.60jt = 15jt

Anda mungkin juga menyukai