PENDAHULUAN
Hukum waris menduduki tempat amat penting dalam Hukum Islam. Ayat –
ayat Al Qur’an mengatur hukum waris dengan jelas dan terperinci,hal ini dapat
dimengerti sebab masalah warisan pasti dialami oleh setiap orang. Kecuali itu
ketentuan – ketentuan pasti, amat mudah menimbulkan sengketa diantara ahli
waris. Setiap terjadi kematian seseorang, segera timbul pertanyaan bagaiman harta
peninggalannya harus diperlakukan dan kepada siapa saja harta itu dipindahkan
serta bagaimana caranya.
Sedemikian penting kedudukan hukum waris dalam hukum Islam, hadits Nabi
riwayat Ibnu Majah dan Addaraquthni mengajarkan: “pelajarilah faraidl dan
ajarkanlah kepada orang banyak, karena faraid adaalah separuh ilmu dan banyak
dilupakan serta merupakan ilmu yang pertama kali hilang dari umatku”.
2. Rumusan masalah
I. Apa saja yang termasuk hak – hak yang berhubungan dengan harta
peninggalan?
II. Siapa saja ahli waris dan ssebutkan bagian – bagiannya.
III. Bagaimana sistem perhitungan waris dan contoh kasusnya?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Biaya penyelenggaraan jenazah
1
Drs. H. M. Anshary MK, S.H., M.H, Hukum kewarisan Islam dalam teori dan praktik, Pustaka
pelajar, Yogyakarta: 2013, hal. 14
2
H. Ahmad Azhar Bzhir, MA, Hukum waris Islam, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta :1990, hal. 12
2
tetapi pada saat itu ia meninggal belum mencapai haul (1 tahun, untuk harta
dagangan, emas dan sebagainya), maka tentu saja zakat untuk harta – harta
tersebut tidak wajib dikeluarkan.
3
3. Melunasi hutang – hutangnya
4. Melaksanakan wasiatnya
Wasiat yaitu pemberian hak kepasa seorang atau badan untuk memiliki
atau memanfaatkan sesuatu, yang pemberian hak tersebut ditangguhkan setelah
pemilik hak meninggal dunia, dan tanpa disertai imbalan – imbalan atau
penggantian berupa apa pun dari pihak yang menerima hak itu. Karena wasiat
adalah merupakan keinginan terakhir dari yang meninggal dunia maka
pelaksanaannya harus didahulukan dari pada hak ahli waris.
5. Pembagian waris
Adapun ahli waris dari seorang pewaris yang telah meninggal dunia
3
Drs. Moh. Anwar, BcHk, Faraidl (Hukum Waris dalam Islam) dan masalah – masalahnya, Al-
ikhlas, Surabaya: 1981, hal. 14
3
adalah sebagai berikut:
1. Pihak laki-laki :4
• Anak laki-laki.
• Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu) dari pihak anak laki-laki, dan
terus kebawah, asal pertaliannya masih terus laki-laki.
• Bapak.
• Kakek dari pihak bapak, dan terus keatas pertalian yang belum putus dari
pihak bapak.
• Saudara laki-laki seibu sebapak.
• Saudara laki-laki sebapak.
• Saudara laki-laki seibu.
• Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak.
• Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak.
• Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak.
• Saudara laki-laki bapak yang sebapak.
• Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak.
• Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak.
• Suami
• Anak laki-laki yang memerdekakannya (mayat)
Jika ke-15 orang diatas itu masih ada, maka yang mendapat harta waris
dari mereka itu ada 3 orang saja, yaitu: Bapak, anak laki-laki, dan suami.
2. Pihak perempuan:5
• Anak perempuan.
4
• Saudara perempuan yang seibu sebapak.
• Saudara perempuan yang sebapak
• Saudara perempuan yang seibu
• Istri
• Perempuan yang memerdekakan si mayit.
Jika ke-10 orang yang diatas itu masih ada, maka yang dapat mewarisi
dari mereka itu hanya 5 orang saja, yaitu: istri, anak perempuan, anak
perempuan dari anak laki-laki, ibu, saudara perempuan yang seibu sebapak.
Sekiranya 25 orang tersebut diatas, baik dari pihak laki-laki maupun dari
pihak perempuan itu masih ada, maka yang pasti mendapat harta waris hanya
salah seorang dari dua suami istri, ibu dan bapak, anak laki-laki dan anak
perempuan.
6
Ibid., 347-350.
5
3. Yang mendapat bagian seperdelapan
Yaitu istri, baik satu atau berbilang. Mendapat pusaka dari suaminya
seperdelapan dari harta apabila suaminya yang meninggal dunia itu
meninggalkan anak, baik anak laki-laki maupun perempuan, atau anak dari
anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan.
4. Yang mendapatkan bagian dua pertiga
a. Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada
anak laki-laki. Berarti apabila anak perempuan berbilang, sedangkan anak
laki-laki tidak ada, maka mereka mendapatkan dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh bapak mereka.
b. Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki. Apabila anak
perempuan tidak ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki yang
berbilang itu, maka mereka mendapat pusaka dari kakek mereka sebanyak
dua pertiga dari harta dari harta.
c. Saudara perempuan yang seibu sebapak apabila berbilang (dua atau
lebih).
d. Saudara perempuan yang sebapak, dua orang atau lebih.
5. Yang mendapatkan bagian sepertiga
a. Ibu, apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (anak
dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua orang saudara, baik
laki-laki maupun perempuan, baik seibu sebapak ataupun sebapak saja,
atau seibu saja.
b. Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik laki-laki
maupun perempuan.
6. Yang mendapatkan bagian seperenam
a. Ibu, apabila ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki, atau beserta
dua saudara atau lebih, baik saudara laki-laki atau saudara perempuan,
seibu sebapak, sebapak saja atau seibu saja.
b. Bapak si mayat, apabila yang meninggal mempunyai anak atau anak dari
anak laki-laki.
c. Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), kalau ibu tidak ada.
6
d. Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, (anak perempuan dari anak
laki-laki). Mereka mendapat seperenam dari harta, baik sendiri ataupun
berbilang, apabila bersama-sama seorang anak perempuan. Tetapi apabila
anak perempuan berbilang, maka cucu perempuan tadi tidak mendapat
pusaka.
e. Kakek (bapak dari bapak), apabila beserta anak atau anak dari anak lakilaki,
sedangkan bapak tidak ada.
f. Untuk seorang saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
g. Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri ataupun berbilang,
apabila beserta saudara perempuan yang seibu sebapak. Adapun apabila
saudara seibu sebapak berbilang (dua atau lebih), maka saudara sebapak
tidak mendapat pusaka (dengan alasan berdasarkan ijma’ ulama).
Setengah (1/2)
Sepertiga (1/3)
Seperempat (1/4)
Seperenam (1/6)
7
Golongan-golongan ahli waris yang mendapat harta warisan
berdasarkan bagian tertentu dari harta waeisan yang prosentasenya
telah ditetapkan dalam Al-Qur-an disebut Dzawil Furudh
Golongan tersebut merupakan pihak pertama yang mendapat harta
warisan setelah pewaris meninggal.
Selain dzawil furud dan hijab dikenal pula adanya Asabah, asabah yaitu
ahli waris yang tidak ditentukan berapa besar bagiannya, namun berhak
menghabiskan semua harta jika mewarisi seorang diri, atau semua sisa
harta jika mewarisi bersama ahli waris dzawil furudh.
1. Asabah bin nafsi : ahli waris laki2 yg sejak semula berkedudukan sbg
asabah
2. Asabah bil Ghairi : ahli waris perempuan yang semula berkedudukan sbg
dzawil furudh, kemudian berubah status menjadi asabah karena tertarik
saudaranya yg laki2, shg ahli waris laki2 dan perempuan bersama-sama
jadi asabah
8
3. Asabah ma’al Ghairi : ahli waris perempuan yg semula bkdudukan sbg
dzawil furudh kmdn berubah mjd asabah karena mewarisi harta bersama
dengan anak perempuan atau cucu perempuan.
C. Perhitungan waris
Hukum Kewarisan Islam diatur dalam KHI pada bagian Buku II tentang Hukum
Kewarisan
Dzawil Furudh dalam KHI diatur dalam pasal 176, 177, 178, 179, 180, 181, dan
182 KHI. Dengan jumlah bagiannya : 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6.
a. Anak perempuan. Menurut pasal 176, bagiannya ½ jika hanya seorang, 2/3
jika dua orang atau lebih, dan bersama sama menghabisi sisa harta jk
bersama anak laki-laki dg perbandingan laki2 : perempuan = 2 : 1
b. Ayah. Menurut pasal 177, bagian ayah 1/3 jk pewaris tidak punya anak
dan 1/6 jika pewaris punya anak.
c. Ibu. Pasal 178 – bagian ibui 1/3 jika pewaris tidak punya anak atau dua
org saudara atau lebih, dan 1/6 jk pewaris punya anak atau dua org saudara
atau lebih, dan 1/3 sisa harta sesudah diambil bagian janda/duda jk
bersama dengan ayah
d. Duda. Pasal 179 – bagiannya ½ harta jk pewaris tdk punya anak, dan ¼ jk
punya anak.
e. Janda. Pasal 180 – bagiannya ¼ harta jk pewaris tidak punya anak, dan 1/8
jk punya anak.
f. Saudara laki2 dan saudara perempuan seibu. Pasal 181 – bagian 1/6 jk
tidak punya anak dan ayah, dan bersama-sama 1/3 jika ada dua org atau
lebih.
9
g. Saudara perempuan sekandung atau seayah. Pasal 182 –jk tidak punya
anak dan ayah bagiannya ½ apabila seorang saja, 2/3 jk ada dua org atau
lebih dan bersama-sama menghabiskan jika bersama-sama dg saudara
laki2 sekandung/seayah dengan perbandingan laki2 : pr = 2:1
h. Kakek dan Nenek dari pihak ayah atau ibu tidak ditentukan dalam KHI.
Contoh 1
Harta waris Rp 24.000,-. Ahli waris: bapak, ibu dan 2 anak laki-laki. Maka;
Contoh 2
Harta waris Rp 24.000,-. Ahli waris: istri, ibu, bapak, 2 anak laki-laki. Maka;
Istri,1/8 x 24.000=3.000
Ibu,1/6 x 24.000=4.000
Bapak,1/6 x 24.000=4.000
Contoh 3
Harta waris Rp 24.000,-. Ahli waris: bapak, kakek dan anak perempuan. Maka;
Bapak,1/6 x 24.000=4.000
10
Anak Perempuan,1/2 x 24.000=12.000
Kakek,mahjub
Contoh 4
Harta waris Rp 15.000,-. Ahli waris: suami, bapak dan ibu. Maka;
Suami,1/2 x 15.000=7.500
Bapak, ashabah
Contoh 5
Harta waris Rp 160.000,-. Ahli waris: kakek, nenek, 2 orang istri. Maka;
Kakek, ashabah
Harta waris Rp 21.000,-. Ahli waris: suami dan 2 saudari sekandung (perlu diingat
bahwa suami mendapat 1/2 bagian, sedang 2 saudari sekandung mendapat 2/3
bagian), maka dengan menyamakan penyebutnya didapat hasil seperti berikut;
Jadi akumulasinya menjadi 7/6. Karena inilah kemudian ditempuh 'aul, yaitu
dengan membulatkan angka penyebutnya sehingga jumlahnya menjadi 7/7 ('aul-
11
nya: 1), sehingga bagian menjadi suami 3/7 bukan 3/6, dan bagian 2 saudari
sekandung 4/7, bukan 4/6. Maka penghitungannya menjadi;
Suami,3/7 x 21.000=9.000
Harta waris Rp 6.000,-. Ahli waris: ibu dan seorang anak perempuan. Maka;
Ibu,1/6 x 6.000=1.000
Dengan penghitungan ini ternyata didapati sisa harta waris Rp 2.000,-. Karena
itulah sisa harta ini kemudian dibagi lagi kepada ibu dan anak perempuan, dengan
perbandingan 1 : 3 (nilai ini didapat dari perbandingan bagian ibu dan anak
perempuan).
1/6 + 1/2 = 1/6 + 3/6 = 4/6, dijadikan 4/4, dengan perbandingan 1 : 3, maka 1/4
untuk ibu dan 3/4 untuk anak perempuan.
Namun dengan catatan, untuk rad ini ada beberapa syarat, yaitu:
***
12
َ ال تَ ْدرُونَ أَيُّهُ ْم أَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا فَ ِري
ضةً ِمنَ هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما
"...kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana."
(An-Nisa': 11)
13