Anda di halaman 1dari 3

Pemanggilan

PENGERTIAN PEMANGGILAN
Yaitu menyampaikan secara resmi (official) dan patut (properly) kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu perkara di pengadilan, agar memenuhi dan melaksanakan hal-hal yang diminta dan
diperintahkan majelis hakim atau pengadilan.
Pemeriksaan persidangan pada tingkat pertama di PN/PA, tingkat banding di Pengadilan Tinggi (PT),
dan tingkat Kasasi di MA, diawali dengan proses pemanggilan (atau biasa disebut panggilan) dan
pemberitahuan.
Pemanggilan tergugat harus dilaksanakan secara patut. Setelah melakukan panggilan, jurusita harus
menyampaikan risalah (relaas) panggilan kepada hakim sebagai bukti bahwa tergugat telah dipanggil.

Dalam Pasal 388 HIR pengertian panggilan mempunyai makna cakupan yang lebih luas, yaitu:
a). Panggilan Sidang Pertama kepada Penggugat dan Tergugat.
b). Panggilan menghadiri sidang lanjutan kepada pihak-pihak atau salah satu pihak apabila pada
sidang yang lalu tidak hadir baik tanpa alasan yang sah atau berdasarkan alasan yang sah;
c). Panggilan terhadap saksi yang diperlukan atas permintaan salah satu pihak berdasarkan pasal 139
HIR (dalam hal mereka tidak dapat menghadirkan saksi yang penting ke persidangan);
d). meliputi juga tindakan hukum pemberitahuan atau aanzegging (notification), antara lain:
- Pemberitahuan putusan PT dan MA;
- Pemberitahuan permintaan banding kepada terbanding;
- Pemberitahuan memori banding dan kontra memori banding, dan;
- Pemberitahuan permintaan kasasi dan memori kasasi kepada termohon kasasi.

TAHAP SEBELUM PEMANGGILAN


1. Penyampaian Gugatan kepada PN
Dalam bentuk surat gugatan, Ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya, dan Dialamatkan kepada
Ketua PN.
2. Panjar Biaya Perkara
Yang taksiran menurut keadaan
- Biaya kantor kepaniteraan dan biaya materai
- Biaya pemanggilan saksi, juru bahasa, dan biaya sumpah
- Biaya pemeriksaan setempat
- Biaya pemanggilan dan pemberitahuan
- Biaya eksekusi
3. Registrasi
Pasal 121 ayat (1) HIR, bahwa
- pendaftaran gugatan dalam buku register perkara, baru dapat dilakukan setelah Penggugat membayar
biaya perkara.
Pemberian Nomor Perkara
- Panitera menyerahkan Perkara kepada Ketua PN (paling lambat 7 hari dari tanggal registrasi).
4. Penetapan Majelis oleh ketua PN
ketua PN segera menetapkan Majelis yang akan memeriksa dan memutus perkara. Jangka waktunya
paling lambat 7 hari dari tanggal penerimaan.
- Penyerahan kepada Majelis, dilakukan segera paling lambat 7 hari dari tanggal surat penetapan
Majelis

1
- Majelis paling sedikit 3 orang
5. Penetapan Hari Sidang
- Pasal 121 ayat (1) HIR, bahwa PHS dilakukan paling lambat 7 hari dari tanggal penerimaan berkas
perkara
- Pasal 121 ayat (3) HIR, bahwa PHS dilampirkan dan menjadi bagian dari berkas perkara.
Panggilan menghadiri sidang lanjutan kepada pihak-pihak atau salah satu pihak apabila pada sidang
yang lalu tidak hadir baik tanpa alasan yang sah atau berdasarkan alasan yang sah.
Panggilan terhadap saksi yang diperlukan atas permintaan salah satu pihak berdasarkan pasal 139 HIR
(dalam hal mereka tidak dapat menghadirkan saksi yang penting ke persidangan).

TAHAP PEMANGGILAN
1. Majelis Memerintahkan Panggilan
Setelah menerima dan melimpahkan berkas dari Ketua PN, Majelis segera menetapkan hari sidang.
Dalam penetapan itu diikuti pencantuman perintah kepada jurus sita untuk memanggil Penggugat dan
Tergugat supaya hadir di depan sidang pengadilan pada waktu yang ditentukan untuk itu. Berdasarkan
Pasal 121 ayat (1) HIR, pemanggilan itu meliputi perintah agar para pihak juga menghadirkan
saksi-saksi mereka.

2. Pejabat Pelaksana Panggilan


Ketentuan Pasal 388 jo Pasal 390 ayat (1) HIR yaitu pejabat yang berwenang melaksanakan panggilan
adalah dilakukan oleh jurusita, sesuai dengan kewenangan relatif yang dimilikinya. Tapi jika orang
yang hendak dipanggil berada di luar wilayah yurisdiksi relatif yang dimilikinya, maka
mendelegasikan pemanggilan kepada jurusita yang berwenang di wilayah hukum tempat pihak yang
akan dipanggil tersebut.

3. Bentuk Panggilan
Berdasarkan Pasal 390 ayat (1) HIR, panggilan dilakukan dalam bentuk :
- Surat tertulis, yang disebut relas panggilan atau berita acara panggilan;
- Panggilan tidak dibenarkan dalam bentuk lisan, karena sulit dibuktikan keabsahannya;
- Apabila yang dipanggil tidak diketahui tempat tinggalnya, maka panggilan dilakukan melalui
pengumuman di surat kabar dan dilakukan sebanyak 2 kali dengan tenggang waktu 1 bulan antara
pengumuman pertama dan kedua (Pasal 27 PP No. 9/1975).

TATA CARA PEMANGGILAN


diatur dalam Pasal 390 jo Pasal 389 dan 122 HIR, Panggilan dilaksanakan secara resmi dan patut,
dengan ketentuan:
1. Dilakukan oleh jurusita/jurusita pengganti yang sah
2. Pemanggilan di sampaikan langsung kepada pihak yang berperkara secara pribadi di tempat tinggal
yang bersangkutan, namun :
- Apabila Jurusita tidak dapat bertemu secara langsung dengan orang yang bersangkutan di tempat
tinggal (kediaman tetap), maka surat panggilan (relaas) disampaikan kepada kepala desa yang wajib,
dan segera memberitahukan panggilan itu kepada pihak yang bersangkutan (Pasal 390 ayat (1) HIR
dan Pasal 718 ayat (1) RBg)
- Apabila yang di panggil telah meninggal dunia maka relaas tersebut disampaikan kepada ahli waris,
dan bila ahli waris tidak di kenal maka disampaikan melalui lurah/kepada desa tempat tinggal terakhir
si mayit.
- Apabila pihak yang di panggil berada di luar negeri maka panggilan disampaikan melalui perwakilan
RI lewat Departemen Luar Negeri RI di Jakarta.

2
3. Antara jarak dan hari pemanggilan dengan hari sidang, ketua pengadilan yang bersangkutan harus
memperhatikan jauh dekatnya letak tempat tinggal atau domilisi kedua pihak di tempat pengadilan
bersidang (Pasal122 HIR) dan waktu antara pemanggilan dengan waktu sidang tidak boleh kurang
dari 3 (tiga) hari.

OTENTIKASI SURAT PANGGILAN


Hanya surat panggilan yang memiliki otentikasi yang sah sebagai surat atau relaas. Yang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Ditandatangani oleh jurusita
Apabila sudah ditandatangani, dengan sendirinya menurut hukum sah sebagai akta otentik yang dibuat
oleh pejabat jurusita. Kepalsuan otentikasinya, hanya dapat dilumpuhkan berdasarkan putusan pidana
pemalsuan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan isi atau tanda tangan yang tercantum di
dalamnya adalah palsu. Itu sebabnya, sangat sulit untuk menolak kebenaran keabsahan surat
panggilan. Sering para pencari keadilan mengeluh dan mengatakan panggilan tidak sah, akan tetapi
keluhan itu terbentur pada sifat otentikasinya, yang hanya didasarkan pada tanda tangan jurusita saja.

2. Berisi keterangan yang ditulis tangan oleh jurusita


Isi keterangan tersebut menjelaskan panggilan telah disampaikan di tempat tinggal yang bersangkutan
secara In Person atau kepada keluarga atau Kepala Desa. Serta untuk menghindari manipulasi atau
pemalsuan pemanggilan dikembangkan praktik yang mengharuskan pihak yang dipanggil ikut
membubuhkan tanda tangan pada surat panggilan.

Anda mungkin juga menyukai