Pengertian :
• Orang yang sehat jasmani dan rohani atau dalam keadaan sehat fisik maupun psikis,
orang yang melihat, mendengar dan/atau mengalami langsung peristiwa kejahatan
Syarat (a) dan (b) bersifat kumulatif.
• Orang yang tidak melihat, mendengar, dan mengalami langsung peristiwa kejahatan,
namun mengetahui peristiwa sebelum terjadinya kejahatan yang diduga berkaitan
dan merupakan rangkaian kejahatan. (Dalam KUHAP masuk dalam alat bukti
"petunjuk").
Dalam hal Penyidik/Penyidik Pembantu yang akan melakukan pemanggilan, maka terlebih
dahulu harus menyiapkan/menerbitkan :
• Terhadap tersangka atau saksi yang tidak memenuhi panggilan atau menolak tanpa
alasan yang patut dan wajar untuk menerima dan menandatangani surat panggilan
untuk kedua kalinya dengan mencantumkan “ke II” pada baris Surat Panggilan
dengan disertai Surat Perintah Membawa.
• Dalam hal tersangka atau saksi yang dipanggil untuk kedua kalinya, tetapi tidak
memenuhi atau menolak untuk menerima dan menandatangani Surat Panggilan ke II,
maka diberlakukan Surat Perintah Membawa.
• Dalam hal tersangka atau saksi yang dipanggil tidak dapat memenuhi panggilan
dengan alasan yang patut dan wajar, maka penyidik datang ketempat kediamannya
untuk melakukan pemeriksaan.
• Mengenai alasan yang patut dan wajar dapat dimintakan surat keterangan dari
dokter/pejabat kesehatan atau kepala desa/ketua lingkungan dari tempat tinggal
tersangka/saksi.
Surat Perintah Membawa tersangka/Saksi
Dalam hal Penyidik/Penyidik Pembantu akan membawa saksi/tersangka, maka terlebih
dahulu harus menyiapkan / menerbitkan :
• Dalam hal tersangka atau saksi yang dipanggil untuk didengar keterangannya berdiam
atau bertempat tinggal diluar daerah hukum Penyidik yang menjalankan penyidikan,
maka pemanggilan dan pemeriksaan terhadapnya dapat dimintakan bantuan kepada
Penyidik dimana tersangka dan atau saksi tersebut bertempat tinggal.
• Dalam hal penyidikan dilakukan diluar daerah hukum, maka pemanggilan dilakukan
oleh Penyidik setempat dan pada waktu pemeriksaan wajib didampingi oleh Penyidik
setempat tersebut.
• Dalam hal yang dipanggil adalah anggota MPR, DPR, DPD, Anggota DPR Provinsi harus
mendapatkan persetujuan tertulis Presiden RI.
• Untuk pemanggilan terhadap anggota Pimpinan/Anggota DPR Provinsi, Penyidik
mengajukan permohonan kepada Kapolri untuk mendapatkan persetujuan tertulis
dari Menteri Dalam Negeri.
• Untuk pemanggilan terhadap Pimpinan/Anggota DPRD Kabupaten/Kota, penyidik
mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan tertulis dari Gubernur
Kepala Daerah.
• Untuk Pemanggilan terhadap Ketua dan Majelis Hakim, penyidik mengajukan
permohonan kepada Ketua Mahkamah Agung RI melalui untuk mendapatkan
persetujuan tertulis dari Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia.
• Untuk pemanggilan pejabat aparatur pemerintah, Penyidik mempedomani ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku.
• Dalam mengajukan Surat Permohonan tersebut, harus dicantumkan alasan
pemanggilan dan dilampiri Laporan Kemajuan dan Resume.
Supaya panggilan yang dilakukan aparat, penegak hukum pada semua tingkat pemeriksaan
dapat dianggap sah dan sempurna, harus dipenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
undang-undang. Ketentuan syarat sahnya panggilan pada tingkat pemeriksaan penyidikan
diatur dalam Pasal 112, Pasal 119, dan Pasal 227 KUHAP.
Pemanggilan oleh penyidik pada tingkat pemeriksaan penyidikan, pada prinsipnya berlaku
untuk semua tingkat pemeriksaan bagi seluruh jajaran aparat penegak hukum, yang berlaku
untuk pemanggilan pada tingkat pemeriksaan penuntutan dan persidangan. Itu sebabnya kita
berpendapat tata cara pemanggilan yang diatur Pasal 227 KUHAP harus dipedomani dalam
tingkat pemeriksaan penyidikan.