Anda di halaman 1dari 6

KIRANI ADELYA PUSPITASARI

3020210155

Uraian pasal 102-105 KUHAP tentang proses penyelidikan :

Pasal 102 : penyelidik yg menerima laporan tentang peristiwa pidana wajib segera melakukan
penyelidikan, jika tertangkap tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik
wajib melakukan penyelidikan sebagaimana pada pasal 5 ayat (1) huruf b. lalu membuat
berita acara dan melaporkannya kepada penyidik.

Pasal 103 : laporan yg diajukan lisan harus dicatat penyelidik dan tanda tangan pelapor dan
penyelidik.

Pasal 104 : penyelidik wajib menunjukkan tanda pengenalnya saat bertugas.

Pasal 105 : dalam penyelidikan, penyelidik koordinasi, diawasi dan diberi petunjuk oleh penyidik
pejabat polisi.

Uraian pasal 106-137 KUHAP tentang proses penyidikan :

Pasal 106 : jika penyidik sudah menerima laporan/pengaduan peristiwa tindak pidana wajib segera
melakukan penyidikan.

Pasal 107 : penyidik polisi memberikan pentunjuk kepada penyidik tertentu dan memberikan
bantuan penyidikan yg diperlukan. dalam penyidikan bila penyidik tertentu menemukan
bukti yg kuat untuk diajukan kepada PU, maka dapat melaporkan hal itu kepada
penyidik polisi. jika penyidikan telah selesai disidik oleh penyidik tertentu, makan
segera menyeahkan hasilnya kepada PU melalui pejabat polisi

Pasal 108 : siapapun yg melihatn mengalami peristiwa tindak pidana berhak mengajukan
pengaduan kepada penyelidik/penyidik baik lisan/tertulis

(2) siapapun yg mengetahu melakukan peristiwa tindak pidana terhadap keamanan


umum langsung melaporkan hal tersebut kepada peyelidik/penyidik.
(3) setiap pegawai negeri saat bekerja lalu mengetahui peritiwa tindak pidana wajib
langsung melaporkan hal itu kepada penyelidik/penyidik.

(4) pengaduan diajukan tertulis wajib tanda tangan pelapor.

(5) pengaduan diajukan lisan lalu dicatat penyidik + tanda tangan pelapor dan peyidik.

(6) penyidik menirima laopran dan wajib menyerahkan kepada pihak bersangkutan.

Pasal 109 : penyidikan dihentikan demi hukum jika peristiwa tindak pidana tidak terdapat cuku
bukti, lalu penyidik memberitahukan hal tersebut kedapa PU, tersangka/keluarganya.

Pasal 110 : jika penyidikan telah selesai, maka penyidik wajib memberikan berkas perkara tersebut
kepada PU, apabila hasil penyidikan kurang lengkap PU mengembalikan hasil berkas
perkara kepada penyidik dan disertai petunjuk untuk dilengkapi.

Pasal 111 : jika ada yang terciduk melakukan kejadian tindak pidana maka setiap orang wajib
mempunya wewenang menangkap tersangka dan diserahkan ada atau tidak barang bukti
kepada penyelidik/penyidik, lalu penyelidik/penyidik melakukan melakukan
pemeriksaan (penyidikan), ia datang ke tempat kejadian dan berhak melarang orang
untuk meninggalkan tempat itu selama pemeriksaan belum selesai, bila orang melanggar
dapat dipaksa tinggal sampai pemeriksaan selesai.

Pasal 112 : (1) saat penyidik sedang melakukan pemeriksaan dengan alasan jelas, berwewenang
memanggil tersangka dan saksi untuk diperiksa dengan surat panggilan sah dengan
memperhatiakn tenggang waktu yang wajar.

(2) jika orang yang dipanggil wajib tidak datang, maka penyidik dapat menggil sekali
lagi dengan perintah kepda petugas untuk dibawa.

Pasal 113 : jika tersangka/saksi saat dipanggil tidak bisa datang dengan alasan yang wajar maka
penyidik datang ke tempat kediamannya.

Pasal 114 : jika seorang tersangka melakukan peristiwa tindak pidana sebelum dimulai
pemeriksaan, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya mendapatkan
bantuan hukum, dalam perkaranya itu ia wajib didampingi PH sebagaimana dalam pasal
56.
Pasal 115 : (1) PH dapat melihat dan mendengar pemeriksaan berlangsung oleh penyidik kepada
tersangka.

(2) PH hanya bisa melihat pemeriksaan saja tidak dapat mendengar saat pemeriksaan
tentang hal kejahatan terhadap keamanan negara.

Pasal 116 : (1) saat saksi diperiksa tidak bisa hadir dalam pemeriksaan di pengadilan maka saksi
disumpah.

(2) saat saksi diperiksa sendiri, lalu boleh bertemu dengan saksi lain maka mereka wajib
memberikan keterangan yg sebenarnya.

(3) saat pemeriksaan tersangka ditanya jika ia menghendaki didengarnya saksi yg dapat
menguntungkan baginya dan benar maka hal itu dicatat dalam berita acara.

(4) jika di dalam ayat 3 benar penyidik wajib menggil dan memeriksa saksi tersebut.

Pasal 117 : tersangka dan saksi memberikan keterangan kepada penyidik tanpa tekanan dari
sapapun / bentuk apapun. tersangka harus memberikan keterangan sebn=enarnya sesuai
apa yg telah dilakukan sehubungan dengan tindak pidana yg dipersangkakakn, lalu
penyidik mencatat dengan teliti dalam berita acara sesuai dengan kata yg dipergunakan
oleh tersangka sendiri.

Pasal 118 : keterangan tersangka/saksi dicatat penyidik dalam berita acara lalu di tanda tangani
penyidik setelah mereka menyetujui isinya. jika tersangka/saksi tidak mau
membubuhkan tanda tangannya, penyidik mencatat itu dalam berita acara dengan
menyebut alasannya.

Pasal 119 : jika tersangka/saksi yg harus didengar keterangannya tinggal diluar daerah hukum
penyidik yg menjalan penyidikan, maka pemeriksaan tersebut dapat dibebankan kepada
penyidik di tempat tinggal tersangka/saksi tersebut.

Pasal 120 : jika penyidik memang perlu orang ahli maka dapat minta pendapat orang yg memiliki
keahlian khusus. ahli tesebut bersumpah di depan penyidik bahwa ia anak memberikan
keterangan meneurut pengetahuannya kecuali bila karena martabat, pekerjaan yg wajib
ia simpan rahasianya dapat menolak untuk memberikan keterangan yg diminta.
Pasal 121 : penyidik segera membuat berita acara yg diberi tanggal dan tindak pidana yg
dipersangkakan terdiri dari waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana
dilakukan, nama dan tempat tinggal dari tersangka dan saksi, keterangan mereka, catatan
mengenai akta dan atau benda dan sesuatu yg dianggap perlu untuk kepentingan
penyelesaian perkara.

Pasal 122 : tersangka ditahan 1 hari setelah perintah penahanan dijalankan dan harus mulai
diperiksa penyidik.

Pasal 123 : keluarga tersangka/PH dapat mengajukan keberatan atas penahanan kepada penyidik.
Jika penyidik mengabulkan permintaannya dengan pertimbangan yang kuat / tetap ada
dalam jenis penahanan tertentu. Jika dalam 3 hari permintaan belum dikabulkan
penyidik, maka keluarga/PH dapat mengajukan hal itu kepada atasan penyidik. Dan
atasan penyidik dapat mengabulkannya dengan pertimbangan yg kuat dan dapat disertai
dengan syarat atau tidak.

Pasal 124 : dalam hal apa penahanan sah atau tidak menurut hukum, tersangka, keluga/PH dapat
mengajukan hal ini kepada pengadilan negeri setempat untuk diadakan praperadilan
apakah putusan penahanan atas tersangka sah atau tidak menurut UU.

Pasal 125 : penyidik menunjukkan tanda pegenalnya kepada tersangka/keluarganya sebelum


melakukan penggeledahan rumah, selanjutnya berlaku ketentuan yg ada didalam pasal
33 dan pasal 34

Pasal 126 : penyidik membuat berita acara dari hasil penggeledahan rumah sesuai dalam pasal 33
ayat(5). Penyidik membacakannya lebih dahulu kepada yg bersangkutan, kemudian
diberi tanggal, tanda tangan penyidik maupun tersangka/keluarganya, kepala desa, 2
orang saksi. Jika tersangka dan keularganya tidakmau membubuhkan tandatangannya,
hal ini dicatat penyidik dalam berita acara dengan alasannya.

Pasal 127 : untuk keamanan penggeledahan rumah, penyidik dapat mengadakan


penjagaan/penutupan tempat yg bersangkutan.

Pasal 128 : sebelum melakukan penyitaan penidik menunjukkan tanda pengenalnya terlebih dahulu
kepada orang dari mana benda itu disita.
Pasal 129 : penyidik melihatkan benda yg akan disita kepada orang darimana benda itu
disita/kepada keluarganya lalu minta keterangan dengan disaksikan kepala desa/2 orang
saksi. Jika orang itu/keluarganya tidak mau membubuhkan tanda tangan maka akan
dicatat dalam berita acara. Berita acara akan disampaikan oleh penyidik kepada
atasannya, keluarganya, dan kepala desa.

Pasal 130 : benda sitaan dicatat berat dan jumlah, ciri maupun sifat khas, tempat, hari tanggal
penyitaan, identitas orang tersebut kemudian di hak/cap dan tanda tangan oleh penyidik.
Jika benda tidak bisa dibungkus, penyidik mencatat yang ditulis diatas label dan
ditempelkan pada benda tersebut.

Pasal 131 : ada dugaan rupa sifatnya yang dapat memberi keterangan dari berbagai surat,
buku/kitab dalam suatu tindak pidana, lalu penyidik segera ke tempat yang
dipersangkakan untuk melakukan pemeriksaan/menggeledah dan jika perlu ada barang
yang disita sesuai pasal 129.

Pasal 132 : jika ada pengaduan bahwa suatu surat palsu/dipalsukan/diduga palsu oleh penyidik
maka untuk kepentiang penyidikan, penyidik dapat minta keterangan mengenai hal itu
kepada orang ahli. Timbul dugaan kuat bahwa surat palsu/dipalsukan , penyidik dengan
suart izin ketua pengadulan negeri dapat datang kepada pejabat penyimpan umum
supaya mengirimkan surat asli yg ia simpan untuk dipergunakan penyidik sebagai bahan
perbandingan. Jika surat perlu pemeriksaan, penyidik dapat minta daftar itu seleruhnya
dikirimkan kepadanya untuk diperiksa, dengan menyerahkan tanda penerimaan. Surat
yang dimaksud pada ayat 2 tidak menjadi bagian dari daftar, penyimpan membuat
Salinan sebagai penggantinya dan alasan apa sebab Salinan itu dibuat sampai surat asli
diterima Kembali. Jika surat asli tidak dikirimkan dalam waktu yg ditentukan tanpa
alasan yg sah maka penyidikk berwenang mengambilnya. Dan pengeluaran untuk
penyelesaian dalam pasal ini diben=bankan pada biaya perkara.

Pasal 133 : untuk kepentinagn peradilan, penyidik menangani korban baik luka, keracunan ataupun
mati karena peristiwa tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan pada ahli
kedonteran kehakiman atau ahli lainnya. Permintaan keterengan ahli dilakukan secara
tertulis, dalam surat tersebut disebutkan untuk pemeriksaan luka/mayat. Rumah sakit
yang menerima mayat kepada ahli dokter harus diperlakukan secara baik dan penuh
penghormatan lalu diberi identitas berupa label dengan cap yang dilekatkan pada ibu
jari mayat atau bagian badan lainnya.

Pasal 134 : dalam melakukan bedah mayat sangat penting untuk pembuktian, penyidik wajib
memberitahukan dahulu kepada keluarga korban. Jika keluarga keberatan penyidik
wajib menjelaskan kepadanya dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan
dilakukan pembedahan. Bilamana dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga maka penyidik segera melaksanakan ketentuan ini sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3).

Pasal 135 : untuk kepentingan peradilan, penyidik perlu melakukan penggalian mayat sesuai
ketentuan dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal 134 ayat (1).

Pasal 136 : semua biaya yg dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan ini ditanggung oleh
negara.

Pasal 137 : PU berwenang melakukan penuntutan terhadap yg didakwa melakukan tindak pidana
dan melimpahkan perkara ke pengadilan yg berwenang mengadili.

Anda mungkin juga menyukai