Anda di halaman 1dari 11

Upaya paksa

Penggeledahan, Penyitaan, Pemeriksaan Surat

ADZRA RAYHANA
Penggeledahan

Pasal 1 angka 17 KUHAP : “Tindakan Pasal 1 angka 18 KUHAP : “Tindakan


penyidik untuk memasuki rumah tempat penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk badan dan atau pakaian tersangka untuk
melakukan tindakan pemeriksaan dan/atau mencari benda yang diduga keras ada pada
penyitaan dan/atau penangkapan dalam badannya atau dibawanya serta, untuk
hal dan menurut cara yang diatur dalam disita”
undang-undang ini”

*dalam melaksanakan penggeledahan, penyidik tidak sepenuhnya melakukan sendiri. Penyidik juga diawasi dan
dikaitkan dengan Ketua Pengadilan Negeri dalam melakukan penggeledahan
Penggeledahan rumah
“keadaan biasa atau normal”

1) Harus ada “surat izin" Ketua Pengadilan Negeri


Setempat
Untuk melakukan penggeledahan, penyidik diharuskan
terlebih dahulu meminta surat izin Ketua Pengadilan
Negeri. (Pasal 33 ayat (1) KUHAP)

2) Petugas Kepolisian Membawa dan Memperlihatkan


“Surat Tugas”
Surat izin Ketua Pengadilan Negeri, penyidik yang akan
melakukan penggeledahan juga harus membawa serta
memperlihatkan “surat tugas” penggeledahan kepada
penghuni atau pemilik rumah yang hendak digeledah. (Pasal
33 ayat (2) KUHAP)
3) Setiap Penggeledahan Rumah Tempat Kediaman Harus Ada Saksi
Dalam hal seorang Tersangka ataupun penghuni rumah menyetujui
dilakukannya penggeledahan, maka harus disaksikan minimal oleh 2 (dua)
orang saksi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 33 ayat (3) KUHAP,
yang menyatakan bahwa “Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh
dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya”. (Pasal 33
ayat (4) KUHAP)

4) Kewajiban Membuat Berita Acara Penggeledahan


Apabila penggeledahan telah selesai dilakukan, maka penyidik dalam waktu
paling lambat “dua hari” diharuskan membuat berita acara penggeledahan.
(Pasal 33 ayat (5) KUHAP) 
Penggeledahan rumah dalam “keadaan sangat perlu dan mendesak”

1) Penggeledahan Dapat Langsung Dilaksanakan Tanpa Lebih Dulu Izin Ketua Pengadilan Negeri
Pasal 34 ayat (1) KUHAP :
“Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan
tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, dengan tidak mengurangi
ketentuan Pasal 33 ayat (5) penyidik dapat melakukan penggeledahan”.

2) Penyidik Membuat Berita Acara Hasil Penggeledahan


Dalam hal penggeledahan telah selesai dilakukan. Penyidik harus membuat berita acara
penggeledahan dalam tempo waktu paling lama “dua hari” dan setelahnya penyidik
berkewajiban untuk segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri dan sekaligus meminta
“persetujuan” Ketua Pengadilan Negeri dalam hal penggeledahan dilakukan dalam keadaan
mendesak.
 
Penyitaan

Pasal 1 butir 16 KUHAP : “Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk


mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaan benda bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dipengadilan.”
Tata cara pelaksanaan penyitaan yaitu :
1. Harus ada Surat Izin penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri.

2. Memperlihatkan atau menunjukkan Tanda Pengenal.

3. Memperlihatkan Benda yang akan disita.

4. Penyitaan dan memperlihatkan benda sitaan harus disaksikan oleh Kepala Desa atau Ketua Lingkungan dengan
dua orang saksi.

5. Membuat Berita Acara Penyitaan.

6. Menyampaikan turunan berita acara penyitaan.

7. Membungkus benda sitaan.

*Tindakan penyitaan dapat pula dilakukan tanpa izin dari Ketua Pengadilan yaitu apabila dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu.
BENDA YANG DAPAT DIKENAKAN PENYITAAN : BENDA SITAAN DAPAT DIJUAL LELANG :

1. Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang 1. Benda sitaan yang dapat cepat rusak atau biaya
seluruhnya atau sebagian diperoleh/hasil dari tindak penyimpanannya terlalu tinggi menunggu putusan
pidana, atau pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap dapat
dijual lelang oleh kantor lelang negara dan sejauh
2. Benda yang telah digunakan atau alat untuk
mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya;
melelakukan tindak pidana;
2. Hasil pelelangan bempa uang dipakai sebagai barang
3. Benda lain yang digunakan menghalang-halangi
bukti disertai dengan berita acara lelang;
penyidikan;
3. Guna kepentingan pembuktian sebagian kecil barang
4. Benda yang khusus dibuat untuk diperuntukkan
yang dilelang disisihkan untuk diajukan ke pengadilan;
melakukan tindak pidana;
4. Benda sitaan yang membahayakan atau benda
5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan
terlarang atau dilarang beredar tidak boleh dijual lelang
tindak pidana yang dilakukan;
tapi diamankan sambil menunggu putusan pengadilan.
6. Benda yang ada dalam sitaan perkara perdata atau
karena pailit dapat juga disita untuk kepentingan
pembuktian dalam perkara pidana yang sedang diperiksa.
7. Benda elektronik
PENGEMBALIAN BENDA SITAAN
1. Kepentingan penyidikan atau penuntutan Dalam hal perkaranya telah diputus dan telah
tidak diperlikan lagi karena tidak dapat mempunyai kekuatan hukum tetap maka di

dijadikan alat bukti; eksekusi oleh Jaksa sesuai bunyi putusan:

2. Perkara tersebut tidak jadi dituntut : 1. Dikembalikan kepada orang yang disebut
dalam putusan, atau;
 Dihentikan penyidikannya
2. Dirampas untuk negara;
 Dihentikan penuntutannya
3. Dirampas untuk dimusnahkan / dimsak
3. Perkara tersebut dikesampingkan untuk sampai tidak dapat digunakan lagi, atau
kepentingan umum oleh Jaksa Agung;
4. Dikembalikan kepada penuntut umum
4. Perkara ditutup demi hukum karena untuk digunakan sebagai barang bukti dalam
penuntutannya menjadi hapus perkara lain.
Pemeriksaan Surat
(Pasal 47 dan 48 KUHAP)
 (1) Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim
melalui kantor pos dan teIekomunikasi, jawatan atau pcrusahaan komunikasi
atau pengangkutan jika benda tersebut dicurigai dengan alasan yang kuat
mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang diperiksa, dengan
izin khusus yang diberikan untuk itu dari ketua pengadilan negeri.
 (2) Untuk kepentingan tersebut. penyidik dapat meminta kepada kepala
kantor pos dan telekomunikasi, kepala jawatan atau perusahaan komunikasi
atau pengangkutan lain untuk menyerahkan kepadanya surat yang dimaksud
dan untuk itu harus diberikan surat tanda penerimaan.
 (3) Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dapat
dilakukan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan menurut
ketentuan yang diatur dalam ayat tersebut
Referensi

 www.hukumonline.com
 https://litigasi.co.id/

Anda mungkin juga menyukai