Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM PEMBUKTIAN

Oleh :
Gabriel Lusia (205170044)
Dosen Pengampu:
Dr. Rahman Amin, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2020
PEMBUKTIAN DALAM HUKUM PIDANA TERHADAP
PEMERIKSAAN PERKARA TINDAK PIDANA
PENGGELAPAN
(Studi perkara putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor:
337/Pid.B/2018/PN. Clp tanggal 7 November 2018)

BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab
terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai
kehidupan dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat sedikit demi sedikit
mulai berubah, penghormatan atas nilai-nilai hukum yang ada mulai bergeser,
masyarakat mulai berfikir materialistis dan egois dalam menghadapi
kehidupan ini, hal ini juga menyebabkan mulai melemahnya rasa kepercayaan
masyarakat terhadap sesama individu.

Tindak pidana penggelapan merupakan suatu tindak pidana yang berhubungan


dengan kepercayaan dan harta kekayaaan. Tindak pidana penggelapan diatur
dalam Buku Kedua Bab XXIV Pasal 372, 373, 374, 375, 376, dan 377 KUHP.
Penggelapan dengan segala macam bentuknya merupakan suatu jenis tindak
pidana yang cukup berat bila dilihat dari akibat yang ditimbulkan dan
pengaruhnya terhadap masyarakat. Hal tersebut berbanding lurus dengan
upaya pemberantasannya, yang semakin berat untuk dilakukan.

Pemberantasan tindak pidana penggelapan harus dituntut dengan cara yang


sesuai dengan yang terdapat di dalam KUHP, serta melibatkan potensi yang
ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan aparat penegak hukum.
Penegakkan hukum di Indonesia dilakukan oleh aparat negara yang
berwenang. Aparat negara yang berwenang dalam pemeriksaan perkara pidana
adalah aparat Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Polisi, Jaksa, dan Hakim
merupakan tiga unsur penegak hukum yang masing-masing mempunyai tugas,
wewenang, dan kewajiban sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku. Aparat penegak hukum merupakan unsur yang menjalankan tugasnya
sebagai subsistem dari sistem peradilan pidana. Para penegak hukum ini
masing-masing mempunyai peranan yang berbeda-beda sesuai dengan
bidangnya. Ketiganya secara bersamasama mempunyai kesamaan dalam
tujuan pokoknya yaitu pemasyarakatan kembali para narapidana.

Penjatuhan sanksi pidana oleh hakim yang terlalu ringan akan memberikan
dampak negatif yaitu akan munculnya pelaku-pelaku yang lain untuk
melakukan tindak pidana, karena penjatuhan pidana yang relatif ringan oleh
hakim, padahal hakim dalam menjatuhkan pidana haruslah menyadari apa
makna pemidanaan itu, serta harus menyadari apa yang hendak dicapai dengan
ia menjatuhkan sanksi kepada seseorang yang telah melanggar ketentuan
Undang-Undang. Hakim juga dalam menetapkan hukum tidak semata-mata
hanya menegakkan hukum dari hukum itu sendiri melainkan untuk mengejar
kemanfaatan sosial.1

1
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Alumni, 1998,hlm.100.
Salah satu kasus penggelapan yang terjadi dalam perkara yang diputus
Pengadilan Negeri Cilacap Nomor 337/PidB/2018/PN.Clp. tentang Tindak
Pidana Penggelapan yang dilakukan terdakwa FREDYNAN SEPTEYANI Bin
BAMBANG JULI BUDIARSO yang mendapatkan hasil Putusan pengadilan
itu menyatakan antara lain:

- Menyatakan Terdakwa FREDYNAN SEPTEYANI Bin BAMBANG JULI


BUDIARSO tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “PENGGELAPAN” sebagaimana dalam dakwaan
alternative Pertama;

- Terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 1 (Satu) Tahun dalam masa


percobaan selama 8 (delapan) bulan. Memerintahkan bahwa pidana tersebut
tidak akan dijalankan kecuali kalau dikemudian hari ada perintah;

- Menetapkan masa Penangkapan dan Penahanan yang telah dijalani Terdakwa


dikurangkan seluruhnya dari Pidana yang dijatuhkan;

- Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

- Menyatakan barang bukti berupa:


 4 (empat) lembar Surat perjanjian kerja sama antara SUTARNO
dengan FREDYNAN SEPTEYANI tertanggal 7 Pebruari 2018.
 2 (dua) lembar surat perjanjian pembiayaan multiguna dari Sinarmas.
 2 (dua) lembar Polis standar kendaraan bermotor ikhtisar
pertanggungan
 1 (satu) unit kendaraan roda empat merk daihatsu AYLA, tahun 2016,
nomor Polisi R- 8458-GK, nomor rangka: MHKS4DA3JGJ055245
nomor mesin: 1KRA318590, warna putih, atas nama STNK ERNA
BUDIAWAN alamat Jl. Kalidonan Rt.04 Rw.14 Kelurahan Donan,
Kec. Cilacap Tengah, Kab. Cilacap;
 1 (satu) lembar STNK mobil Daihatsu AYLA, tahun 2016, nomor
Polisi R8458-GK, nomor rangka: MHKS4DA3JGJ055245, nomor
mesin : 1KRA318590, warna putih, atas nama STNK ERNA
BUDIAWAN alamat Jl. Kalidonan Rt.04 Rw.14 Kelurahan Donan,
Kec. Cilacap Tengah, Kab. Cilacap :

- kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp2500,00 (dua ribu


lima ratus rupiah);

Hakim sebagai salah satu komponen dari penegak hukum berwenang untuk
mengadili yaitu menerima, memeriksa dan memutuskan perkara pidana
berdasarkan azas bebas, jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan. Hakim
dalam mengenai suatu perkara harus dapat berbuat adil sebagai seorang hakim
dalam memberikan putusan kemungkinan dipengaruhi oleh hal yang ada pada
dirinya dan sekitarnya karena pengaruh dari faktor agama, kebudayaan,
pendidikan, nilai, norma, dan sebagainya sehingga dapat dimungkinkan
adanya perbedaan cara pandang sehingga mempengaruhi pertimbangan dalam
memberikan putusan.2

Dalam pembuktian hakim perlu memperhatikan kepentingan korban,


terdakwa, dan masyarakat. Kepentingan korban berarti bahwa seseorang yang
mendapat derita karena suatu perbuatan jahat orang lain berhak mendapatkan
keadilan dan kepedulian dari Negara, kepentingan masyarakat berarti bahwa
demi ketentraman masyarakat maka bagi setiap pelaku tindak pidana harus
mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Membuktikan berarti
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan
dalam suatu persengketaan, dan pembuktian hanya diperlukan pada proses
persidangan di pengadilan saja. Sementara itu membuktikan menurut arti
yuridis berarti memberi dasar yang cukup kepada hakim dalam memeriksa
2
Adami Chazawi, 2005, Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.161-
162
suatu perkara, untuk mendapatkan keyakinan bagi hakim tentang kebenaran
peristiwa dalam suatu perkara.

Pembuktian merupakan titik sentral pemeriksaan perkara dalam sidang


pengadilan. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan
dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang untuk
membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, melalui alat-alat
bukti yang dibenarkan undang-undang untuk selanjutnya dipergunakan hakim
dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Oleh karena itu, hakim tidak dapat
mempergunakan alat bukti yang bertentangan dengan undang-undang, karena
kebenaran atas suatu putusan harus teruji dengan alat bukti yang sah secara
hukum serta memiliki kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat
bukti yang ditemukan.3

B.  Perumusan Masalah   
Dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sistem pembuktian dalam hukum pidana Terhadap
Pemeriksaan Tindak Pidana Penggelapan (Studi kasus putusan
Nomor337/Pid.B/2018/PNClp) ?
2. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak
pidana penggelapan ?

BAB II

3
Hetty Hassanah, 2011, Tindak Pidana Perjudian Melalui Internet (Internet Gambling) Ditinjau
dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Majalah
Ilmiah UNIKOM; Vol. 8 No. 2, hal 231.
PEMBAHASAN

A. Sistem pembuktian dalam hukum pidana terhadap pemeriksaan


Tindak Pidana Penggelapan.

Dalam sejarah perkembangan hukum di Indonesia, konteks Pembuktian


Pidana merupakan inti persidangan perkara pidana dalam sistem peradilan
umum di Indonesia, untuk mencari kebenaran materiil. Pembuktian Pidana
tersebut telah dimulai sejak tahap penyelidikan guna menemukan dapat
tidaknya dilakukan penyidikan dalam rangka membuat terang suatu tindak
pidana dan menemukan tersangka dari tindak pidana tersebut.

Pembuktian adalah perbuatan membuktikan. Membuktikan berarti 


memberikan atau memperlihatkan bukti, melakukan sesuatu kebenaran,
melaksanakan, menandakan menyaksikan dan meyakinkan.

Pembuktian (bewijs) dalam bahasa Belanda memiliki dua arti, bisa


diartikan sebagai perbuatan dengan mana diberikan suatu kepastian, bias juga
diartikan sebagai akibat dari perbuatan tersebut yaitu terdapatnya suatu
kepastian.

Pembuktian menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana berdasarkan


pasal 183 KUHAP, sistem yang dianut oleh KUHAP adalah sistem
pembuktian  menurut Undang-Undang secara  negatif  dimana  dalam  isinya
berbunyi: hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya  dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dengan kata lain untuk
menjatuhkan pidana kepada terdakwa harus memenuhi hal-hal berikut:

 Alat bukti yang sah;


- Keterangan Saksi
Pasal 1 butir 26 KUHAP memberikan definisi, saksi adalah orang yang
dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidik, penuntut umum
dan peradilan tentang suatu perkara yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
65/PUU/VIII/2010 tanggal 8 Agustus 2011,pengertian saksi termasuk pula
orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang tidak selalu ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri. Keterangan saksi di atur
dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP bahwa keterangan saksi adalah salah satu
alat bukti dalam perkara pidana berupa keterangan dari saksi mengenai
suatu. Dalam hal ini Saksi yang terlibat adalah Saksi Supinah & Saksi
Ruswanto alias Aril alias Gondrong.

- Keterangan terdakwa
Pasal 189 KUHAP menyatakan bahwa keterangan terdakwa ialah apa yang
terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang
ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Dalam KUHAP menggunakan istilah
keterangan terdakwa, jika ditinjau dari pengertian gramatikal atau tata
bahasa maka terdapat perbedaan antara keterangan dan pengakuan.
Pada pengakuan mengandung suatu pernyataan tentang apa yang
dilakukan seseorang, sedangkan pada keterangan meliputi pernyataan
pengakuan dan pengingkaran, sehingga keterangan terdakwa lebih luas
jika dibandingkan dengan pengakuan terdakwa. Alat bukti keterangan
terdakwa merupakan urutan terakhir dalam ketentuan Pasal 184 KUHAP
tentang alat-alat bukti. Penempatannya pada urutan terakhir inilah salah
satu alas an yang dipergunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan
keterangan terdakwa dilakukan sesudah pemeriksaan saks-saksi.

- Surat
Sudikno Metrokusumo memberikan definisi alat bukti tertulis atau surat
adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan
untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang
dan dipergunakan sebagai pembuktian. Menurut Asser-Anema surat
adalah segala sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapat
dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran. Pitlo
mengemukakan surat adalah pembawa tanda tangan bacaan yang berarti
menerjemahkan suatu isi pikiran, baik dicantumkan di atas, kertas, karton,
kayu, atau kain adalah tidak penting, juga tidak penting apakah tanda
bacaan itu terdiri atas huruf yang kita kenal atau dari huruf Cina, tanda
stenografi, atau dari tulisan rahasia yang disusun sendiri. Tidak termasuk
dalam kata surat adalah foto dan peta, karena barang-barang ini tidak
memuat tanda bacaan.

JENIS-JENS ALAT BUKTI


Pasal 187 KUHAP, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah yaitu :

Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan
diperuntukkan bagi pembuktian sesuau hal atau sesuatu keadaan. Surat
dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari
padanya. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
 Ada keyakinan hakim akan terjadinya tindak pidana dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya;

Pertimbangan yang digunakan hakim dalam memutus tindak pidana


penggelapan kendaraan bermotor adalah sebagaimana lazimnya dalam
peraktik peradilan pidana, yaitu mempertimbangkan fakta persidangan,
pertimbangan yuridis, dan pertimbangan sosiologi. Fakta-fakta
persidangan berorientasi pada dimensi tentang locus dan tempus delicti
dan modus operandi bagaimanakah tindak pidana tersebut dilakukan,
penyebab atau latar belakang mengapa terdakwa sampai melakukan tindak
pidana, kemudian bagaimana akibat langsung ataupun tidak langsung dari
perbuatan terdakwa, barang bukti apa yang dipergunakan terdakwa dalam
melakukan tindak pidana, dan sebagainya.

Pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim atas alasan yang logis


(conviction raisonee) teori  ini  hampir  sama  dengan  teori Conviction in
Time, yaitu pembuktian berdasarkan keyakinan hakim tetapi dibatasi oleh
alasan-alasan yang jelas, dimana hakim harus menguraikan dan
menjelaskan alasan- alasan yang mendasari keyakinan atas kesalahan
terdakwa. Alasan-alasan yang dimaksud harus dapat diterima dengan akal
yang sehat. Hakim tidak terkait kepada alat-alat bukti yang diterapkan oleh
Undang- Undang. Dengan demikian hakim dapat mempergunakan alat-alat
bukti lain yang di luar ketentuan perundang-Undangan.

Berdasarkan uraian tentang urutan proses atau prosedur pemeriksaan


perkara tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor di Pengadilan
Negeri Surakarta dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: pembukaan
sidang, pemeriksaan identitas terdakwa, memperingatkan terdakwa,
pembacaan surat dakwaan, menanyakan isi surat dakwaan kepada
terdakwa, menanyakan hak untuk mengajukan eksepsi kepada terdakwa,
pembuktian atau pemeriksaan alat-alat bukti, penuntutan oleh penuntut
umum (requisitoir), pembelaan (pleidoi) penasehat hukum, tanggapan dari
jaksa penuntut umum atas pleidoi penasihat hukum (replik), tanggapan
dari penasihat hukum atas replik dari jaksa penuntut umum (duplik), dan
pembacaan putusan majelis hakim Tahapan pemeriksaan perkara tersebut
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), khususnya Pasal 153, 155, 156, 182,183, dan
191. Pelaksanaan proses pemeriksaan perkara seperti yang diatur dalam
hukum acara pidana di atas adalah untuk mencari dan mendapatkan atau
setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat. ”Tujuannya adalah
untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan
dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.” Tahapan paling penting dalam mencari dan mendapatkan
atau setidaktidaknya mendekati kebenaran materiil diterapkan pada sidang
pemeriksaan perkara pidana di pengadilan yaitu pada tahap pembuktian.
Pada tahap ini merupakan tahap yang penting dalam proses pemeriksaan di
sidang pengadilan. Dikatakan penting karena pada tahap ini dapat
ditentukan apakah terdakwa benarbenar bersalah atau tidak. Pembuktian
dilakukan dengan mendatangkan alat-alat bukti yang telah ditentukan oleh
undang-undang. Dengan begitu dapat membantu hakim dalam
menjatuhkan putusan.

B. Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pidana


penggelapan.
Selanjutnya pertimbangan merujuk pada dakwaan Jaksa Penuntut Umum
bahwa Terdakwa telah melanggar Pasal 372 KUHP: “Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan,
dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak sembilan ratus rupiah”. Bahwa dalam menentukan kesalahan
terdakwa Majelis Hakim memecahkan unsur pada pasal 372 KUHP yang
menjadi dasar bagi hakim untuk memutus suatu perkata.

Unsur ”Barang siapa” di sini adalah Terdakwa Fredynan Septeyani Bin


Bambang Juli yang menurut keterangan saksi-saksi terdakwalah yang
melakukan tindak pidana penggelapan.

Unsur “Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu


yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain.” Dalam hal
ini terdakwa melakukan tindak pidana penggelapan terhadap Saksi korban
yang menurut Majelis adalah melawan hukum, Karena mobil Saksi korban
yang dipercayakan kepada Terdakwa, oleh Terdakwa dianggap sebagai
miliknya sendiri yaitu dengan dijaminkan kepada Orang dan perbuatan
terdakwa tersebut telah melanggar Pasal 372 KUHP dan diancam dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.

Selanjutnya pertimbangan sosiologis adalah, Majelis Hakim


mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan dari perbuatan tersebut, yaitu:
(a) Hal-hal yang memberatkan: Tidak Ada

(b) Hal-hal yang meringankan: Terdakwa berterus terang dalam


memberikan keterangan; - Terdakwa sopan di Persidangan

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1. Sistem pembuktian dalam hukum pidana Terhadap Pemeriksaan
Tindak Pidana Penggelapan (Studi kasus putusan
Nomor337/Pid.B/2018/PNClp) sama dengan sistem pembuktian pada
umumnya karena pidana penggalapannya tergolong pidana biasa
(Masih diatur didalam KUHP)
2. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan hakim dalam memutus
tindak pidana penggelapan di Pengadilan Negeri Cilacap adalah
pertimbangan fakta persidangan, pertimbangan yuridis, dan
pertimbangan sosiologis. Dan fakta persidangan: berupa keterangan
saksi bersesuaian dengan keterangan terdakwa, keterangan terdakwa
yang barang bukti tersebut memiliki nilai petunjuk benar telah terjadi
tindak pidana penggelapan dan terdakwa sebagai pelakunya, barang
bukti dan keterangan tersebut telah menjadi alat bukti petunjuk oleh
majelis hakim.

Anda mungkin juga menyukai