HUKUM PEMBUKTIAN
Oleh :
Gabriel Lusia (205170044)
Dosen Pengampu:
Dr. Rahman Amin, S.H.,M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2020
PEMBUKTIAN DALAM HUKUM PIDANA TERHADAP
PEMERIKSAAN PERKARA TINDAK PIDANA
PENGGELAPAN
(Studi perkara putusan Pengadilan Negeri Cilacap Nomor:
337/Pid.B/2018/PN. Clp tanggal 7 November 2018)
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab
terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai
kehidupan dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat sedikit demi sedikit
mulai berubah, penghormatan atas nilai-nilai hukum yang ada mulai bergeser,
masyarakat mulai berfikir materialistis dan egois dalam menghadapi
kehidupan ini, hal ini juga menyebabkan mulai melemahnya rasa kepercayaan
masyarakat terhadap sesama individu.
Penjatuhan sanksi pidana oleh hakim yang terlalu ringan akan memberikan
dampak negatif yaitu akan munculnya pelaku-pelaku yang lain untuk
melakukan tindak pidana, karena penjatuhan pidana yang relatif ringan oleh
hakim, padahal hakim dalam menjatuhkan pidana haruslah menyadari apa
makna pemidanaan itu, serta harus menyadari apa yang hendak dicapai dengan
ia menjatuhkan sanksi kepada seseorang yang telah melanggar ketentuan
Undang-Undang. Hakim juga dalam menetapkan hukum tidak semata-mata
hanya menegakkan hukum dari hukum itu sendiri melainkan untuk mengejar
kemanfaatan sosial.1
1
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Alumni, 1998,hlm.100.
Salah satu kasus penggelapan yang terjadi dalam perkara yang diputus
Pengadilan Negeri Cilacap Nomor 337/PidB/2018/PN.Clp. tentang Tindak
Pidana Penggelapan yang dilakukan terdakwa FREDYNAN SEPTEYANI Bin
BAMBANG JULI BUDIARSO yang mendapatkan hasil Putusan pengadilan
itu menyatakan antara lain:
Hakim sebagai salah satu komponen dari penegak hukum berwenang untuk
mengadili yaitu menerima, memeriksa dan memutuskan perkara pidana
berdasarkan azas bebas, jujur dan tidak memihak di sidang pengadilan. Hakim
dalam mengenai suatu perkara harus dapat berbuat adil sebagai seorang hakim
dalam memberikan putusan kemungkinan dipengaruhi oleh hal yang ada pada
dirinya dan sekitarnya karena pengaruh dari faktor agama, kebudayaan,
pendidikan, nilai, norma, dan sebagainya sehingga dapat dimungkinkan
adanya perbedaan cara pandang sehingga mempengaruhi pertimbangan dalam
memberikan putusan.2
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sistem pembuktian dalam hukum pidana Terhadap
Pemeriksaan Tindak Pidana Penggelapan (Studi kasus putusan
Nomor337/Pid.B/2018/PNClp) ?
2. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara tindak
pidana penggelapan ?
BAB II
3
Hetty Hassanah, 2011, Tindak Pidana Perjudian Melalui Internet (Internet Gambling) Ditinjau
dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Majalah
Ilmiah UNIKOM; Vol. 8 No. 2, hal 231.
PEMBAHASAN
- Keterangan terdakwa
Pasal 189 KUHAP menyatakan bahwa keterangan terdakwa ialah apa yang
terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang
ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Dalam KUHAP menggunakan istilah
keterangan terdakwa, jika ditinjau dari pengertian gramatikal atau tata
bahasa maka terdapat perbedaan antara keterangan dan pengakuan.
Pada pengakuan mengandung suatu pernyataan tentang apa yang
dilakukan seseorang, sedangkan pada keterangan meliputi pernyataan
pengakuan dan pengingkaran, sehingga keterangan terdakwa lebih luas
jika dibandingkan dengan pengakuan terdakwa. Alat bukti keterangan
terdakwa merupakan urutan terakhir dalam ketentuan Pasal 184 KUHAP
tentang alat-alat bukti. Penempatannya pada urutan terakhir inilah salah
satu alas an yang dipergunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan
keterangan terdakwa dilakukan sesudah pemeriksaan saks-saksi.
- Surat
Sudikno Metrokusumo memberikan definisi alat bukti tertulis atau surat
adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan
untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang
dan dipergunakan sebagai pembuktian. Menurut Asser-Anema surat
adalah segala sesuatu yang mengandung tanda-tanda baca yang dapat
dimengerti, dimaksud untuk mengeluarkan isi pikiran. Pitlo
mengemukakan surat adalah pembawa tanda tangan bacaan yang berarti
menerjemahkan suatu isi pikiran, baik dicantumkan di atas, kertas, karton,
kayu, atau kain adalah tidak penting, juga tidak penting apakah tanda
bacaan itu terdiri atas huruf yang kita kenal atau dari huruf Cina, tanda
stenografi, atau dari tulisan rahasia yang disusun sendiri. Tidak termasuk
dalam kata surat adalah foto dan peta, karena barang-barang ini tidak
memuat tanda bacaan.
Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat
keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan
diperuntukkan bagi pembuktian sesuau hal atau sesuatu keadaan. Surat
dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari
padanya. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
Ada keyakinan hakim akan terjadinya tindak pidana dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya;
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem pembuktian dalam hukum pidana Terhadap Pemeriksaan
Tindak Pidana Penggelapan (Studi kasus putusan
Nomor337/Pid.B/2018/PNClp) sama dengan sistem pembuktian pada
umumnya karena pidana penggalapannya tergolong pidana biasa
(Masih diatur didalam KUHP)
2. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan hakim dalam memutus
tindak pidana penggelapan di Pengadilan Negeri Cilacap adalah
pertimbangan fakta persidangan, pertimbangan yuridis, dan
pertimbangan sosiologis. Dan fakta persidangan: berupa keterangan
saksi bersesuaian dengan keterangan terdakwa, keterangan terdakwa
yang barang bukti tersebut memiliki nilai petunjuk benar telah terjadi
tindak pidana penggelapan dan terdakwa sebagai pelakunya, barang
bukti dan keterangan tersebut telah menjadi alat bukti petunjuk oleh
majelis hakim.