NPM : B1A019101
KELAS : A
Nomor : 01/Pid.Sus.TPK/2017/PN.Mdn.
IDENTITAS TERDAKWA
Nama Lengkap : LONGSER SIHOMBING, SH. MH.
Tempat Lahir : Lintong Nihuta
Umur/Tanggal lahir : 54 tahun/12 Maret 1962
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Dusun IV Jl. Karya V Ujung No.08 Kel.Helvetia Kec. Sunggal Kab.
Deli Serdang
A g a m a : Kristen
Pekerjaan : Polri
Pendidikan : S-2
MASA PENAHANAN
2. Perpanjangan Penahanan Penuntut Umum oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut, tanggal
22 September 2016, Nomor
SPP/4739/N.2.4/Epp.1/09/2016,sejak tanggal 25
September 2016 s/d 03 Nopember 2016.
3. Perpanjangan Penahanan oleh Ketua PN Tipikor pada PN Medan I, tanggal 21 Oktober
2016 Nomor 3531/Pen.Pid/2016/PN.Mdn, sejak
tanggal 4 Nopember 2016 s/d 03 Desember 2016
TUNTUTAN
- Pasal 362KUHP jo pasal 53 KUHP
- 5 tahun penjara
- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat
PLEDOI TERDAKWA
- Terdakwa belum pernah dihukum
- Terdakwa bersikap sopan selama dipersidangan
BUKTI-BUKTI PERSIDANGAN
- 1(satu) unit HP merk Motorola type L6i warna abu metalik
PUTUSAN PENGADILAN
4) Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu
rupiah)
Demikian Tuntutan Pidana ini kami bacakan dan serahkan dalam sidang hari…………
tanggal………2009.
PENGANTAR
Di dalam Pasal 378 KUHP, penipuan diartikan sebagai suatu perbuatan
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.
hakikat penipuan adalah suatu perilaku atau perbuatan membujuk dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain yang dilakukan secara melawan
hukum dengan nama palsu, keadaan atau martabat palsu, akal cerdik atau tipu
muslihat, ataupun rangkaian perkataan bohong untuk menggerakkan orang lain agar
menyerahkan sesuatu barang kepada si penipu atau supaya memberi utang maupun
menghapus piutang.
Keadaan dalam masyarakat akhir – akhir ini, membuktikan bahwa tindak
pidana sekarang ini semakin berkembang. Meskipun pada kenyataannya tanpa terasa
dan tidak disadari kriminalitas semakin meningkat. Salah satunya adalah tindak
pidana penipuan yang hampir sama dengan tindak pidana penggelapan. Untuk itu
akan diuraikan terlebih dahulu pengertian dari penipuan.
P.A.F. Lamintang dan C. Djisman Samosir dalam bukunya yang berjudul
Hukum Pidana Indonesia menguraikan dan menjelaskan secara lengkap isi dari Pasal
378 KUHP yang bunyinya: “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan
dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan mempergunakan
sebuah nama palsu atau suatu sifat palsu, dengan mempergunakan tipu muslihat
maupun dengan mempergunakan susunan kata-kata bohong, menggerakkan seseorang
untuk menyerahkan sesuatu benda, untuk mengadakan perjanjian hutang ataupun
untuk meniadakan piutang, karena salah telah melakukan penipuan, dihukum dengan
hukuman penjara selamalamanya empat tahun.”
Jika tahap yang harus dilalui seorang Hakim untuk membuat putusan di atas
(konstatir, kualifisir dan konstituir) dijadikan alat ukur untuk menilai pertimbangan
hukum suatu putusan, maka dapat disimpulkan apabila Hakim tidak melakukan salah
satu proses dari tahapan tersebut atau gagal melakukan, misalnya Hakim tidak
berhasil melakukan tahap konstatir, karena tidak menetapkan beban pembuktian dan
tidak menilai alat bukti, atau tidak berhasil melakukan tahap kualifisir, karena tidak
menyimpulkan mana fakta hukum yang terbukti dan apa saja dasar hukum yang
berkaitan dengan pokok perkara. Ketidak berhasilan pada dua tahap sebelumnya di
atas, sangat berpotensi mengakibatkan ketidak berhasilan dalam dalam menjatuhkan
amar putusan yang merupakan tahap konstituir ini.