Anda di halaman 1dari 9

KANTOR ADVOKAT & KONSULTAN HUKUM

AGUSTAN , S.H,M.H & REKAN


Jln. Aki Babu Rt. 20 / 78, Kel. Karang Anyar Pantai Kec.Tarakan Barat
Telp. Hp. 081254645123 Email: Agustan077@Gmail.com
Kota Tarakan , Kalimantan Utara

EKSEPSI
DALAM PERKARA PIDANA ATAS NAMA
TERDAKWA : ANDI RIDWAN RAHMAN Bin H.ABDUL RAHMAN
Dalam perkara No.133 /Pid. B/2022/PN.Tjs

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang kami Hormati………!!!


Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati…….!!!
Saudara Panitera, serta……..!!!
Pengadilan Yang kami Muliakan……..!!!

Pertama-tama perkenankanlah kami baik untuk diri sendiri maupun


untuk dan atas nama klien kami yakni saudara ANDI RIDWAN
RAHMAN Bin H.ABDUL RAHMAN , mengucapkan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan Majelis Hakim kepada kami untuk
mengajukan keberatan/eksepsi terhadap dakwaan saudara Jaksa
Penuntut Umum, bertindak untuk dan atas nama kepentingan hukum
Terdakwa, perlu untuk menyampaikan Eksepsi atas surat Dakwaan
dari Jaksa Penuntut Umum Nomor Reg. Perkara:
PDM-31/T.Selor/Eoh.2/06/2022, tanggal 22 Juni 2022 dan
dibacakan pada persidangan Tanggal 13 Juli 2022 pekara a quo.

Merupakan suatu kehormatan bagi kami yang secara bersama-sama


dengan Jaksa Penuntut Umum dalam menegakkan supremasi
hukum, mendampingiTerdakwa ANDI RIDWAN RAHMAN Bin
H.ABDUL RAHMAN, dimana kami dan Jaksa Penuntut Umum adalah
sama-sama beranjak dari hukum yang berlaku, namun dalam
perkara ini kami berbeda pendapat dengan Jaksa Penuntut Umum
yang menyatakan Terdakwa didakwa melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud di bawah ini :====
2
Melanggar Pasal 378 yang berbunyi;
"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi hutang ataupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Majelis Hakim yang kami muliakan,


Penuntut Umum yang kami hormati,,

Kegagalan dalam penegakan keadilan (miscarriage of Justice) adalam


merupakan persoalan universal dan actual yang dihadapi oleh hampir semua
bangsa dalam menegakkan system peradilan pidananya (Criminal Justice
System). Seseorang pejabat yang mempunyai kuasa dan wewenang yang ada
padanya untuk memberikan keadilan, ternyata mengunakan kuasa dan
wewenangnya yang ada padanya justru untuk memberi ketidak adilan.
Demikian parahnya ketidakadilan tersebut, sehingga situasi hukum di
Indonesia digambarkan dalam kondisi DESPERATE, berada pada titik paling
rendah (titik nadir).

Persoalan ini juga merupakan issue penting ditengah upaya memajukan dan
menegakkan hak-hak asasi manusia dan demokrasi yang merupakan pilar
penting dari penegakkan pemerintahan yang baik (good governance).
Kegagalan dalam penegakkan keadilan dalam sistem peradilan pidana diulas
oleh Clive Walker ; dijelaskan suatu penghukuman yang lahir dari ketidak
jujuran atau penipuan atau tidak berdasarkan hukum dan keadilan bersifat
korosif atau klaim legitimasi Negara yang berbasis nilai-nilai sistem peradilan
pidana yang menghormati hak-hak individu. Dalam konteks ini kegagalan
penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi integritas moral proses
hukum pidana. Lebih jauh lagi hal ini dapat merusak keyakinan masyarakat
akan penegakan hukum;

Bahwa dihadapan majelis Hakim yaitu sebagai “Dominus Litis” yang tidak
berpihak, saat ini ada dua pihak yang berperkara yaitu : Jaksa Penuntut
Umum sebagai penuntut dan Terdakwa ANDI RIDWAN RAHMAN Bin
H.ABDUL RAHMAN yang didampingi oleh Penasehat Hukumnya yang
melihat hukum tersebut dari fungsinya yang berbeda, dan selanjutnya Majelis
Hakim memandang kedua belah pihak sama tinggi dan sama rendah, Majelis
hakim memeriksa dan mengadili perkara ini tanpa mempunyai kepentingan
pribadi di dalamnya;

Dengan demikian, majelis hakim akan dapat menempatkan dirinya pada posisi
yang netral dan tetap eksis sebagai pegayom keadilan dan kebenaran dalam
usaha terwujudnya kepastian hukum (reachable to legal certainity) seperti
yang didambakan oleh masyarakat secara luas pada waktu
ini;============================================

3
Mengacu kepada maksud yang terkandung dalam Pasal 156 (1) KUHAP, atas
nama Terdakwa ANDI RIDWAN RAHMAN Bin H.ABDUL RAHMAN,
maka kami sampaikan EKSEPSI/Keberatan atas surat dakwaan Sdr. Jaksa
Penuntut Umum dengan alasan-alasan yuridis sebagai berikut :

Bahwa pada kesempatan ini, tepat sekali kiranya Majelis Hakim menyoroti
kualitas dakwaan yang telah disampaikan oleh sdr. Jaksa Penuntut Umum,
apakah tindakan hukum yang dilakukan, rumusan delik dan penerapan
ketentuan undang-undang yang dimaksud oleh KUHP dalam perkara ini
apakah sudah tepat dan benar serta apakah telah sesuai dengan norma-norma
hukum, fakta dan bukti kejadian yang sebenarnya, ataukah rumusan delik
dalam dakwaan itu hanya merupakan suatu ‘imaginer” yang sengaja
dikedepankan sehingga membentuk suatu “konstruksi hukum” yang dapat
menyudutkan Terdakwa pada posisi lemah secara yuridis ;

Jika ditinjau dari sudut pasal 143 ayat (2) KUHAP yang menuntut bahwa
surat dakwaan harus jelas, cermat, dan lengkap memuat semua unsur-unsur
tindak pidana yang didakwakan, maka terlihat bahwa dakwaan sdr. Jaksa
Penuntut Umum masih belum memenuhi persyaratan yang dimaksud oleh
Undang-undang tersebut baik dari segi formil maupun dari segi materilnya.
Keterangan tentang apa yang dimaksud tentang dakwaan yang jelas, cermat
dan lengkap apabila tidak dipenuhi mengakibatkan batalnya surat dakwaan
tersebut karena merugikan Terdakwa dalam melakukan pembelaan ;

Memperhatikan bunyi pasal 143 ayat (2) KUHAP terdapat 2 (dua) unsur yang
harus dipenuhi dalam surat dakwaan, yaitu :

Syarat Formil (Pasal 143 ayat (2) huruf a.


Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat tanggal, ditandatagani
oleh Penuntut Umum serta memuat nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan Terdakwa.

Syarat Materil (Pasal 143 ayat (2) HURUF b.


Maksudnya adalah suatu surat dakwaan harus memuat uraian secara cermat,
jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Selanjutnya Pasal 143 ayat (3) huruf b KUHAP secara tegas memyebutkan
bahwa tidak dipenuhinya syarat-syarat materil ; surat dakwaan menjadi batal
demi hukum atau “null and void” yang berarti sejak semula tidak ada tindak
pidana seperti yang dilukiskan dalam surat dakwaan itu.
Berikut ini kami kutip apa yang dimaksud dengan “cermat, jelas dan lengkap”
oleh Pedoman pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan
Agung RI halaman 12,
menyebutkan :======================================
============

Yang dimaksudkan dengan cermat adalah ;

Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang


didasarkan kepada undang-undang yang berlaku, serta tidak terdapat
kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengkibatkan batalnya surat
dakwaan atau tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya :

- Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan ;


- Apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat ;
- Apakah terdakwa dapat dipertanggung jawabkan dalam melakukan
tindak pidana tersebut ;
- Apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah kadaluarsa ;
- Apakah tindak pidana yang didakwakan tidak nebis in idem ;

Yang dimaksud dengan jelas adalah :


Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari delik yang
didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan materil (fakta)
yang dilakukan oleh Terdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus
diperhatikan jangan sekali-kali mempadukan dalam uraian dakwaan antara
delik yang satu dengan delik yang lain yang unsur-unsurnya berbeda satu
sama lain atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan
sebelumnya (seperti misalnya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan
unsurnya berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur atau tidak jelas (obscuur
libel) yang diancam dengan pembatalan.

Yang dimaksud dengan lengkap adalah :


Uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsure-unsur yang ditentukan
undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi adanya unsure delik
yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan
materilnya secara tegas dalam dakwaan, sehingga berakibat perbuatan itu
bukan merupakan tindak pidana menurut undang-undang.

1. KEBERATAN TERHADAP SURAT DAKWAAN JAKSA


PENUNTUT UMUM

Bahwa berdasarkan Surat Dakwaan yang disusun oleh Jaksa


Penuntut Umum maka menurut hemat kami ada beberapa hal yang
perlu ditanggapi secara seksama mengingat di dalam Surat
Dakwaan tersebut terdapat berbagai kejanggalan dan
ketidakjelasan yang menyebabkan kami mengajukan keberatan.
Berdasarkan uraian di atas kami selaku Penasihat Hukum======

Terdakwa ingin mengajukan keberatan terhadap Surat Dakwaan


yang telah didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan alasan
sebagai berikut ;

SURAT DAKWAAN TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS DAN TIDAK


LENGKAP
- Bahwa berdasarkan Pasal 143 ayat (2) KUHAP surat
dakwaan harus memenuhi syarat formil dan materil dan
apabila surat dakwaan tidak memenuhi syarat materil, maka
surat dakwaan yang demikian adalah batal demi hukum.
- Bahwa setelah mempelajari surat dakwaan Penuntut Umum
terhadap Terdakwa dalam perkara a quo, maka sudah
seharusnya surat dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum
karena :
1)Uraian perbuatan di Dakwaan hanya berdasakan dugaan-
dugaan. Atas dakwaan Penuntut Umum yang demikian,
berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Nomor:
600/K/Pid/1982 menyebabkan batalnya surat dakwaan
tersebut karena obscuur libele atau kabur. Bahkan
Kejaksanaan Agung sendiri melalui surat No.
B-108/E/EJP/02/2008 tanggal 4 Februari 2008 juga telah
mengingatkan agar Penuntut Umum dalam menguraikan
dakwaan terdakwa harus jelas.
Oleh sebab itu sudah sepatutnya dakwaan Penuntut Umum
batal demi hukum.
2)Dakwaan Penuntut Umum juga tidak cermat, dimana unsur
tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Kesatu dan
Kedua adalah sama, sedangkan pasal pidana yang didakwakan
berbeda. Rumusan

tindak pidana dalam Dakwaan tidak sama atau berlainan


dengan unsur tindak pidana yang terdapat dalam pasal 143
KUHP yang dinyatakan Penuntut Umum telah dilanggar oleh
Terdakwa. Atas fakta rumusan dakwaan Penuntut Umum pada
Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua tersebut, maka jelaslah
dakwaan Penuntut Umum adalah dakwaan yang kabur dan
tidak cermat serta cacat hukum dan karenanya sudah
seharusnya batal demi hukum.

KESIMPULAN :
Setelah kami menguraikan panjang lebar baik hal-hal yang
berkenaan dengan aspek-aspek prosesuil formal dan materiil,
maupun yang berkenaan dengan===

aspek-aspek substansial yang kesemuannya adalah merupakan


prinsip-prinsip hukum universal yang harus ditegakkan dalam
persidangan ini, maka kami tiba pada kesimpulan-kesimpulan yang
selanjutnya berdasarkan kesimpulan itu , kami yakin yang
Terhormat Majelis Hakim akan sependapat dengan kami
sebagaimana permohonan pada akhir Keberatan ini.

1. Bahwa Surat dakwaan batal demi hukum karena disusun


berdasarkan penyidikan yang melanggar ketentuan hukum
acara pidana cacat formal Untuk itu surat Jaksa Penuntut
Umum dalam perkara ini haruslah
dinyatakan batal demi hukum atau setidak tidaknya tidak dapat
diterima ;----------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------

2. Bahwa kami selaku penasehat hukum dari terdakwa


mencermati dakwaan yang telah diajukan oleh Jaksa Penuntut
umum, terdapat banyak kekurangan dalam penguraian fakta-
fakta dan materi dakwaan yang tidak diuraikan secara jelas
dan cermat (obscurr lible). Hal ini sesuai dengan pasal 143
ayat(2) huruf b yang menyatakan bahwa”uraian secara
cermat, jelas dan lengkap, mengenai tindak pidana yang di
dakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana yang dilakukan” dan sesuai dengan pasal 143 ayat (3)
surat dakwaan dinyatakan batal demi hukum.

Dan sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim Yang


Terhormat, disini kami magutip pula beberapa putusan
Mahkamah Agung RI mengenai surat dakwaan, sebagai
berikut:

· Putusan Mahkamah Agung RI No. 808


K/Pdn/1984/tanggal 29 Juni 1985: Bahwa dakwaan yang
tidak cermat, tidak jelas, tidak lengkap harus dinyatakan
batal demi hukum.

· Putusan Mahkamah Agung RI No. 33 K/Mil/1985/tanggal


15 Febuari 1986:, Karena surat dakwan tidak
dirumuskan secara lengkap dan tidak secara cermat,
dakwaan dinyatakan batal demi hukum.

3. Untuk menanggapi dan menyatakan pendapatnya, dimohonkan


kepada Majelis Hakim untuk mempetimbangkan mengenai
kebenaran tersebut dan untuk selanjutnya mengambil
keputusan sesuai dengan pasal 156 KUHAP.-----

PENUTUP

Berdasarkan pada pokok-pokok Eksepsi yang kami uraikan di


atas, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa ANDI
RIDWAN RAHMAN Bin H.ABDUL RAHMAN memohon kepada
Hakim Yang Mulia untuk menjatuhkan Putusan dengan Amar
Putusan yang pada pokoknya menyatakan sebagai berikut:

1.Menerima Eksepsi dari penasihat hukum ANDI RIDWAN


RAHMAN Bin H.ABDUL RAHMAN untuk
seluruhnya;-----------------------------------

2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor


Register Perkara: PDM-31/T.Selor/Eoh.2/06/2022, tanggal 22
Juni 2022 Batal Demi Hukum;
----------------------------------------------------------
3. Menetapkan pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa ANDI
RIDWAN RAHMAN Bin H.ABDUL RAHMAN tidak dilanjutkan;
------------------------------

4. Membebaskan Terdakwa dari segala


dakwaan;---------------------------------------------------------

5. Memulihkan hak Terdakwa ANDI RIDWAN RAHMAN Bin


H.ABDUL RAHMAN dalam hal kemampuan, kedudukan, harkat
serta martabatnya;----------------------

6. Membebankan biaya perkara kepada


negara;------------------------------------------------------

Atau :
Bilamana Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon
agar diberikan putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et
Bono) ;===========

Di akhir dari Nota Keberatan ini, perkenankanlah kami mengutip


definisi keadilan tertua yang dirumuskan oleh para ahli hukum
zaman romawi, berbunyi demikian: “Justitia est constans et
perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi”, artinya: “Keadilan
adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada
setiap orang apa yang semestinya”. Selanjutnya Prof. Mr. Wirjono
Prodjodikoro, seorang ahli hukum berpesan sebagai berikut:
“sebelum memutus perkara, supaya berwawancara dahulu dengan
hati nuraninya”. Oleh karena itu, kami yakin dan percaya bahwa
Hakim Yang Mulia akan menjatuhkan putusan yang adil dan benar
berdasarkan fakta hukum dan keyakinannya. Akhirnya, kami
serahkan nasib dan masa depan ANDI RIDWAN RAHMAN Bin
H.ABDUL RAHMAN kepada Hakim Yang Mulia, karena hanya
Hakimlah yang dapat menentukannya dengan bunyi ketukan palu,
mudah- mudahan ketukan palu tersebut memberikan
pertanggungjawaban yang benar demi keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikian Keberatan ini kami sampaikan, atas perkenaan dan
dikabulkannya keberatan ini oleh Majelis Hakim, kami ucapkan
terima kasih.

Tanjung selor, 20 Juli 2022


Penasehat Hukum Terdakwa,

A G U S T A N, S.H, M.H

Anda mungkin juga menyukai