Anda di halaman 1dari 7

KANTOR ADVOKAT & KONSULTAN HUKUM

ARG LAW FIRM


SK. MENTRI HUKUM DAN HAM NOMOR D.200.KP.09.01-TH. 2019
Alamat Kantor : Jalan Rajawali No. 9 Kecamatan Ilir Barat I Palembang
Sumatera Selatan - Indonesia

Telp. +62 813 7878 9999 - Fax. 0512-229908 - Email : Arglawfirm@gmail.com - Website: https://www.arglawfirm.co.id
“Pro Justitia”
NOTA KEBERATAN
(EKSEPSI)
Dalam Perkara Pidana No.123/Pid.Sus/2021/PN.PLG
Atas Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
No. DAK/005/A/I/2021/KN.PLG

Atas Nama
Terdakwa I
Advenata Tambunan, S.IP
DIDAKWA
------Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat
(1) jo Pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan
Kesehatan--------------------------------------------------------------------------------------------

Terdakwa II
David William Siregar, S.E.
DIDAKWA
------Sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat
(1) jo Pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan
Kesehatan dan Pasal 216
KUHP-----------------------------------------------------------------

Diajukan oleh Tim Penasihat Hukum


Gideon Sihombing, S.H., LL.M.,
Annisa Putri Nauli, S.H., M.H.,
Randicho, S.H., M.H.,

Disampaikan pada
Sidang Pengadilan Negeri Palembang
Hari Senin, 6 Maret 2021
I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim yang kami muliakan;
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati;
Saudara Terdakwa dan hadirin yang kami hormati;
Serta Persidangan yang kami muliakan.

-----Terlebih dahulu perkenankan kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa


berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 5 Januari 2021 bertindak dan atas nama
terdakwa Advenata Tambunan, S.IP dan Terdakwa David William Siregar, S.E,
pada kesempatan ini kami mengucapkan puji serta syukur kepada Allah, Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala nikmat dan karunianya, sehingga kita semua bisa hadir di
persidangan yang mulia ini dengan keadaan sehat walafiat, semoga Tuhan akan
memberikan jalan yang terbaik kepada kita semua. Kami Tim Penasihat Hukum juga
menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Yang Mulia Majelis
Hakim, yang telah memeriksa dan mengadili perkara ini secara adil dan bijaksana
terhadap semua pihak dalam persidangan ini dan atas kesempatan yang diberikan untuk
mengajukan Nota Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum dalam
perkara atas nama ADVENATA TAMBUNAN, S.IP selanjutnya disebut sebagai
Terdakwa I dan saudara DAVID WILLIAM SIREGAR S.E selanjutnya disebut
sebagai Terdakwa II, yang dibacakan dan disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum
dipersidangan pada tanggal 6 Maret 2021.
-------------------------------------------------------------------------------

-----Dalam kesempatan ini kami hendak menyampaikan Eksepsi, bahwa selaku Tim
Penasihat Hukum Terdakwa kami akan menggunakan hak yang diberikan oleh
ketentuan Pasal 156 KUHAP untuk mengajukan Keberatan atas Surat Dakwaan dari
Penuntut Umum sebelumnya, adapun keberatan ini kami ajukan karena secara
faktual, kami banyak menemukan adanya kekurangan dan/atau kekeliruan dan/atau
keganjalan yang bersifat yuridis formil maupun materil dalam Surat Dakwaan yang
dimaksud tersebut.-
-----Bertitik tolak dengan prinsip yang kami yakini bahwa peradilan yang baik, jujur,
dan adil haruslah ditunjang oleh kekayaan yang optimal dari seluruh unsur aparat dan
pilar penegak hukum yang berperan di Pengadilan, bahkan sudah dilakukan dengan
secara dan kaidah yang dibenarkan oleh perundang-undangan sejak tahapan
penyelidikan dan penyidikan sampai penyusunan Surat Dakwaan, maka melalui
keberatan ini kami yakin bahwasannya Majelis Hakim akan memberikan penilaian serta
pertimbangan secara objektif Nota Keberatan untuk kami demi terangnya kebenaran
formil maupun kebenaran materil perkara a quo. -----------------------------------------------
-----Sebelum kami masuk ke dalam materi Nota Keberatan ini, tentunya kami akan
menyampaikan beberapa hal pokok dalam pembukaan Nota Keberatan, yang kami
anggap penting untuk membuka wawasan dan keyakinan kita terhadap asas dan prinsip
hukum universal yang seharusnya berlaku juga di negeri tercinta ini, dimana
pengakuan terhadap asas hukum yang sangat hakiki, yaitu asas presumption of
innocence, atau asas praduga tidak bersalah, yang berarti seorang baru dianggap
bersalah setelah adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap
(inkracht van gewijisde) dimana sudah mulai tergerus dan tergeser oleh opini atau
asumsi. Maka pada kesempatan ini, kami Tim Penasihan Hukum Terdakwa akan
menyampaikan EKSEPSI / KEBERATAN-KEBERATAN terhadap Surat Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum tersebut sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 156
ayat (1) juncto Pasal 143 ayat (2) huruf (b) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 156 KUHAP, Terdakwa atau Penasihat
Hukum diberikan hak untuk mengajukan Eksepsi / Kebaratan-keberatan dalam hal :
A. Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya;
B. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima;
C. Surat Dakwaan harus dibatalkan atau batal demi hukum (null and void);

Sebagaimana diketahui dalam perkara ini, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh
Jaksa Penuntut Umum dengan Dakwaan yakni:
DAKWAAN KUMULATIF :

KESATU : Pasal 9 ayat (1) juncto Pasal 93 Undang-Undang Nomor 26 Tahun


2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan

KEDUA :Pasal 216 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


Majelis Hakim yang kami muliakan;
Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati;
Saudara Terdakwa dan hadirin yang kami hormati;
Serta Persidangan yang kami muliakan.

Bahwa didalam ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP dikatakan bahwa Surat
Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum harus memenuhi syarat Formil dan
syarat Materil;
a) Syarat Formil (Pasal 143 ayat 2 huruf (a) KUHAP);
1. Surat Dakwaan diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa / Penuntut
Umum;
2. Surat Dakwaan berisi nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;

b) Syarat Materil
1. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“cermat” mengenai tindak pidana yang didakwakan;
2. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“jelas” mengenai tindak pidana yang didakwakan;
3. Surat Dakwaan harus dibuat dan dirumuskan dengan memuat uraian secara
“lengkap” mengenai tindak pidana yang didakwakan;
4. Surat Dakwaan menyebut secara terang atau alternatif tentang “waktu”
(tempus) dan “tempat” tindak pidana dilakukan (locus delictie).

Bahwa berdasarkan ketentuan yuridis Hukum Acara Pidana Indonesia


sebagaimana yang dimaksud oleh M. Yahya Harahap, S.H.; (Mantan Hakim Agung -
RI) dalam Bukunya yang berjudul : “Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan
KUHAP” juncto “Buku Suplemen Hasil Rapat Kerja Tekhnis Mahkamah Agung - RI
dengan Para Ketua Pengadilan Tingkat Banding dari 4 (empat) Lingkungan Badan
Peradilan Seluruh Indonesia”, yang diterbitkan oleh TUADA PIDUM Mahkamah
Agung - RI Tahun 1998 juncto “Buku Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan yang
diterbitkan oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia”, dimana dijelaskan :
● Yang dimaksud dengan “ CERMAT ” adalah :
Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan yang
didasarkan kepada undang-undang yang berlaku bagi Terdakwa, serta tidak
terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang mengakibatkan batalnya Surat
Dakwaan atau tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya :
1. apa ada pengaduan, dalam hal delik aduan;
2. apakah penerapan hukum ketentuan pidananya sudah tepat?;
3. apakah terdakwa dapat dipertanggung jawabkan dalam melakukan
tindak pidana tersebut;
4. apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah kadaluwarsa;
5. apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak nebis in idem;

● Yang dimaksud dengan “ JELAS ” adalah :


Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari delik
pidana yang didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan
materil (fakta) yang dilakukan oleh Terdajwa dalam Surat Dakwaannya.
Dengan kata lain Surat Dakwaan harus jelas memuat semua unsur tindak
pidana yang didakwakan (voldoende en duidelijke opgave van het feit)

● Yang dimaksud dengan “ LENGKAP ” adalah :


Uraian Surat Dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang
ditentukan undang-undang secara lengkap. Rumusan dari
perbuatan-perbuatan yang didakwakan harus dirumuskan secara tegas, dan
dijelaskan unsur-unsur objektif dan unsur subjektifnya;
Unsur Objektif, yaitu mengenai bentuk atau macam tindak pidana dan cara-
cara terdakwa melakukan tindak pidana tersebut.
Unsur Subjektif, yaitu mengenai masalah pertanggungjawaban seseorang
menurut hukum;
● Selain merumuskan dan memuat uraian secara “cermat”, “jelas” dan
“lengkap” sebagaimana syarat materil tersebut diatas, Surat Dakwaan
juga harus menyebut secara terang atau alternatif tentang “waktu”
dan “tempat” tindak pidana dilakukan ( lex temporis et locus
delictie );

Bahwa didalam ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, dinyatakan bahwa Surat
Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan salah satu unsur syarat - syarat materil
sebagaimana tersebut diatas yang dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
adalah “HARUS DIBATALKAN” atau “BATAL DEMI HUKUM” (null and void),
yang berarti secara yuridis dari sejak semula tidak ada tindak pidana seperti yang
dimaksudkan dalam Surat Dakwaan yang dibatalkan tersebut;

Bahwa setelah kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa meneliti dan mempelajari
dengan seksama Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa dan
disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), menurut hemat kami
Tim Penasihat hukum Syarat Formil dari Surat Dakwaan (Pasal 143 ayat 2 huruf (a)
KUHAP) tidak terpenuhi sehingga dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat
diterima, dan Syarat Materilnya (Pasal 143 ayat 2 huruf (b) KUHAP) Tidak
Terpenuhi. Sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, Surat
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang demikian haruslah dibatalkan atau dinyatakan
Batal Demi Hukum.

Bahwa untuk lebih jelasnya kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa akan
menguraikan materi atau inti dari EKSEPSI / KEBERATAN-KEBERATAN atas
Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum adalah sebagai berikut :

I. EKSEPSI / KEBERATAN MENGENAI URAIAN PERISTIWA HUKUM


DALAM SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK LENGKAP,
TIDAK CERMAT DAN KABUR (OBSCUUR LIBEL)
Bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ternyata secara fakta hukum
dibuat tidak lengkap, tidak cermat dan kabur (obscuur libel) yaitu unsur-unsur
Pasal yang diuraikan dalam dakwaan terdakwa sdr. ADVENATA TAMBUNAN,
S.IP dan sdr. DAVID WILLIAM SIREGAR, S.E yang mana dalam dakwaan
Jaksa Penuntut Umum tersebut, pelaku tindak pidananya lebih dari satu orang dan
didakwa dengan dakwaan kumulatif melakukan tindak pidana penyelengaraan
kekarantinaan dan dengan sengaja melawan petugas.

Hal ini dapat dibaca secara jelas dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum tersebut, dan Terdakwa didakwa dalam dakwaan Kumulatif melanggar Pasal
9 ayat (1) yang berisi “Setiap Orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan” juncto Pasal 93 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2018
yang berisi “Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-
halangi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta
rupiah).” Dan Pasal 216 KUHP yang berisi “Barang siapa dengan sengaja tidak
menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh
pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-
halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang-undang
yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak Rp
9.000”

Bahwa dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang telah dibuat dan
dibacakan pada tanggal 6 Maret 2021 tidak menguraikan dengan secara jelas
mengenai unsur-unsur tindak pidana Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan
dan Melawan Petugas seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 9 ayat (1) juncto Pasal
93 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2018 dan Pasal 216 KUHP jika dihubungkan
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 46 dalam dakwaan a quo,
maka sudah jelas dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum dibuat secara tidak cermat
dan tidak jelas (OBSCUUR LIBEL). maka sudah sepatutnya Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum tersebut dibatalkan demi hukum (null and void). Sebagaimana
diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP dan Pasal 143 ayat (3) KUHAP,
yang bunyinya:
Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP
“Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan”
Pasal 143 ayat (3) KUHAP
“Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum”

II. EKSEPSI / KEBERATAN MENGENAI URAIAN PERISTIWA HUKUM


DALAM SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK JELAS DAN
TIDAK CERMAT
Bahwa sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP
dikatakan bahwa “Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan”. Dan sudah sepatutnya Surat Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut
Umum harus memenuhi syarat formil maupun syarat materil.

III. SURAT DAKWAAN TIDAK JELAS DALAM MENYEBUTKAN FAKTA


DALAM URAIAN PERBUATAN
Kecerobohan Penuntut Umum tidak memasukkan fakta yang sangat penting,
terlihat didalam surat dakwaan bahwa tidak jelasnya dakwaan Pasal 216 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tidak ada terdapatnya
uraian-uraian fakta dan kronologis yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa II.

Ternyata secara fakta hukum surat dakwaan Kumulatif Jaksa Penuntut


Umum tidak menguraikan secara cermat perbuatan-perbuatan Terdakwa II yang
dikatakan melakukan tindak pidana melawan petugas. Maka dapat kami tim
Penasihat Hukum Terdakwa simpulkan dakwaan kumulatif Jaksa Penuntut Umum
adalah batal demi hukum.

Bahwa berdasarkan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP mengenai uraian
dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum harus jelas, cermat dan lengkap Sehingga
menurut kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa sesuai dengan apa yang telah kami
uraian diatas. Surat dakwaan dari sdr. Penuntut Umum tidak lengkap, tidak cermat,
dan kabur (Obscuur Libelle). dan sesuai dengan Pasal 143 ayat (3) KUHAP Jo
Yurisprudensi tetap MAHKAMAH AGUNG RI No: 104 K/Kr/1971 Tertanggal 31
Januari 1973 maka sudah sepatutnya surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut
dibatalkan demi hukum (null and void)

Bahwa berdasarkan seluruh uraian yuridis dan fakta dalam Eksepsi/Nota


Keberatan Penasihat Hukum tersebut di atas, maka kami selaku Penasihat Hukum
terdakwa memohon kepada Majelis Hakim yang terhormat untuk berkenan
mengadili perkara ini dengan memberikan putusan sela yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:

MENGADILI:
1. Menerima Keberatan Penasihat Hukum terdakwa secara keseluruhan;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor : DAK-/2021 adalah
BATAL DEMI HUKUM dan / atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.
3. Menyatakan Terdakwa tidak dapat dihukum dengan Surat Dakwaan yang Batal
Demi Hukum tersebut;
4. Menyatakan perkara aquo tidak diperiksa lebih lanjut;
5. Menyatakan dan memerintahkan agar Terdakwa ADVENATA TAMBUNAN,
S.IP dan Terdakwa DAVID WILLIAM SIREGAR, S.E dikeluarkan dari
tahanan demi hukum;
6. Menyatakan membebankan biaya perkara ini kepada negara.

ATAU :
Apabila Yang Mulia Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang diberikan
merupakan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)
Di akhir dari Nota Keberatan ini, perkenankanlah kami mengutp definisi
keadilan tertua yang dirumuskan oleh para ahli hukum zaman Romawi, berbunyi
demikian:
“Justitia est constans et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi”
Bermakna bahwa :
“Keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada
setiap orang apa yang semestinya”
Akhirnya, kami serahkan nasib dan masa depan sdr. ADVENATA
TAMBUNAN, S.IP dan sdr. DAVID WILLIAM SIREGAR, S.E. kepada Yang
Mulia Hakim, karena hanya Hakimlah yang akan menentukan suara ketukan palu
akan berarti kebahagian atau bahkan berarti kesedihan serta apakah suara ketukan
palu tersebut dapat memberikan pertanggungjawaban yang benar demi keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hormat kami
Kuasa Hukum TERDAKWA,

(GIDEON SIHOMBING, S.H., LL.M.)

(ANNISA PUTRI NAULI, S.H., M.H.)

(RANDICHO, S.H., M.H.)

Anda mungkin juga menyukai