Anda di halaman 1dari 5

PUTUSAN

Nomor Register perkara : 212/Pid.B/2018/PN.BNA


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Banda Ace yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana umum dalam tingkat
pertama telah menjatuhkan putusan sela sebagai berikut dalam perkara terdakwa:

Nama: Firman
Tempat Tanggal Lahir : Makassar,16 Juni 2003
Umur: 27 Tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama: Islam
Tempat tinggal : Jalan Nuri, No. 8 balikpapan
Kota: Makassar
Pekerjaan: swasta

PENAHANAN:

Terdakwa ditahan oleh Penyidik Sejak tanggal 15 Agustus 2018 sampai dengan tanggal
20 Agustus 2018 dan diperpanjang oleh Penuntut Umum Sejak Tanggal 21 Agustus 2018
sampai dengan tanggal 10 September 2018.

Pengadilan Negeri tersebut


Setelah membaca surat-surat yang berkaitan dengan berkas perkara ini ;
Setelah membaca
Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No.Reg.Perk
212/Pid.B/2018/PN.BNA tertanggal 11 September 2018, yang disampaikan pada hari persidangan tanggal 12
September 2018;

Setelah membaca Nota Keberatan Terdakwa / Penasehat Hukumnya yang dibuat pada tanggal
17 September 2018 dan telah disampaikan pada hari persidangan tanggal 19 September 2018
yang pada pokoknya sebagai berikut:

SURAT DAKWAAN OBSCUUR LIBEL (DAKWAAN KABUR)


Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 143 ayat (2) hurufb KUHAP, diatur surat dakwaan Jaksa
Penuntut Umum haruslah memenuhi syarat-syarat antara lain:
a. Syarat formal yaitu :
bahwa surat dakwaan harus menyebutkan identitas lengkap Terdakwa /Tersangka serta bahwa surat dakwaan
harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum.
b. Syarat materil :
bahwa surat dakwaan harus memuat dan menyebutkan waktu, tempt delik dilakukan.
Kemudian surat dakwaan haruslah disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang
didakwakan.

Dalam eksepsi kami in, yang kami ajukan keberatan adalah menyangkut isi Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umm. oleh karena itu berkaitan dengan persyaratan materil sebagaimana diharuskan pasal 143 ayat (2) KUHAP,
khususnya yang mensyaratkan bahwa dakwaan haruslah disusun secara cermat, jelas dan lengkap tentang
tindak pidana yang didakwakan.
Berkenaan dengan maksud ketentuan pasal 143 ayat(2) itu, ijinkan kami mengutip dari buku Pedoman
Pembuatan Surat Dakwaan, terbitan Kejaksaan Agung R.I tahun 1985 hal 14 - 16, dirumuskan pengertian
cermat, jelas dan lengkap adalah sebagai berikut
Yang dimaksud dengan cermat adalah :

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, tahun
2001, halaman 211, mengartikan kata cermat dengan: saksama, teliti. Kata teliti diartikan dengan meneliti. Oleh
karena itu kata cermat tidak lain adalah tindakan untuk meneliti
Berdasarkan Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan, terbitan Kejaksaan Agung Republik Indonesia tahun 1985
halaman 14 menyatakan yang dimaksud dengan cermat
adalah:
* Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada Undang-
undang yang berlaku bagi terdakwa, serta tidak terdapat kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat
mengakibatkan batalya surat dakwaan atau tidak dapat dibuktikan,antara lain misalmya: apakah ada pengaduan
dalam hal delik aduan, apakah penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat, apakah terdakwa dapat
dipertanggung jawabkan, dalam melakukan perbuatan tersebut, apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah
kedaluarsa, apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak nebis in idem. Pada pokoknya kepada Jaksa
Penuntut Umum dituntut untuk bersikap teliti dan waspada dalam semua hal yang berhubungan dengan
keberhasilan penuntutan perkara dimuka sidang pengadilan*

Surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum tidak cermat sebab tidak mengutarakan unsur-unsur perbuatan
pidana yang didakwakan sesuai dengan yang ditentukan dalam Undang-undang atau pasal-pasal yang
bersangkutan. Bahkan Jaksa Penuntut Umum justru menguraikan fakta-fakta perbuatan yang tidak sesuai
dengan unsur-unsur dari pasal yang dilanggar, baik dalam dakwaan PRIMER dan SEKUNDER.

Dalam surat dakwaan yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum dijelaskan dalam dakwaan kesatu bahwa
Firman telah dengan sengaja melakukan penjualan tanah warisan tanpa sepengetahuan berbagau pihak
sebagaimana diatur dalam pasal 363 ayat (1) angka 5 KUHP subsider pasal 362 KUHP.

Namun Jaksa Penuntut Umum telah melakukan kesalahan dengan mendakwa TERDAKWA Firman

Bahwa dalam surat dakwaannya Penuntut Umum tidak jelas menerangkan keadaan yang terjadi dilapangan,
padahal ini merupakan hal yang sangat penting mengingat betapa berbedanya keadaan yang dialami
TERDAKWA dalam melakukan perbuatan tersebut.

Yang dimaksud dengan jelas adalah :


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Tahun
2001, halaman 465 mengartikan kata jelas sebagai berikut: terang, nyata atau gamblang, tegas, tidak ragu-ragu
atau tidak bimbang
Kejaksaan Agung Republik Indonesia dalam Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan, terbitan Kejaksaan Agung
Republik Indonesia tahun 1985 halaman 15 menyatakan:
Jelas adalah Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan sekaligus
mempadukan dengan uraian perbuatan materil (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan.
Dalam hal in harus diperhatikan,jangan sekali-kali mempadukan dalam uraian dakwaan yang hanya menunjuk
pada uraian dakwaan sebelumnya, sedangkan unsur-unsurnya berbeda Ketidak jelasan dari dakwaan Tim
penuntut umum ini berawal dari ketidakceramatan dari penelitian perkara dan sampai perumusan isi dakwaan
tersebut. Dalam dakwaan tersebut terdapat ketidakjelasan mengenai unsur-unsur dari delik yang didakwakan
yang kemudian dipadukan dengan uraian perbuatan material/fakta perbuatan yang dilakukan oleh saudara
firman. Beberapa hal yang tidak diuraikan secara jelas oleh penuntut umum di dalam surat dakwaannya, antara
lain sebagai berikut:

A. DALAM URAIAN FAKTA DAN DAKWAAN PERTAMA:

Dalam surat dakwaan, penuntut umum menyatakan sebagai berikut:


o Bahwa seketika firman menjual tanah tersebut tanpa sepengetahuan pihak keluarga lainnny
o Bahwa pada sat itu TERDAKWA menjual tanah tersebut dengan mengambil semua bagian tanpa ada
pembagian

Berdasarkan uraian dan dalil-dalil tersebut di atas, maka Penasehat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk memutuskan dengan amar sebagai berikut ;
1. Menyatakan menerima EKSEPSI (Nota Keberatan) yang diajukan oleh Penasehat
Hukum Firman untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan Nomor Registrasi Perkara
:212/Pid.B/2018/PN.BNA tertanggal 12 September 2018 tersebut TIDAK DAPAT DITERIMA (niet
onvankelijk verklard); atau setidak-tidaknya, BATAL DEMI HUKUM;
3. Menyatakan melepaskan Terdakwa dari segala Dakwaan hukum;
4. Membebaskan terdakwa IRGUN KURNIAWAN dari Tahanan;
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
Menimbang, bahwa atas dalil-dalil keberatan Penasehat Hukum terdakwa tersebut Majelis Hakim akan
mempertimbangkan sebagai berikut ;

-PERTIMBANGAN HUKUM-

Menimbang, bahwa dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP dirumuskan sebagai berikut " Dalam hal terdakwa atau
Penasehat Hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau

2
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, setelah diberi kesempatan kepada Penuntut
Umum untuk menyatakan pendapatnya hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan", Dan pasal 156 ayat (2)
KUHAP yang berbunyi: "Jika hakim menyatakan keberatan tersebut diterima, maka perkara itu tidak diperiksa
lebih lanjut, sebaliknva dalam hal tidak diterima atau hakim berpendapat hal tersebut baru dapat diputus setelah
selesai pemeriksaan, maka sidang dilanjutkan
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian perkara ini, selengkapnya Eksepsi (Nota Keberatan) Penasehat
Hukum Terdakwa atas Surat Dakwaan Jaksa / Penuntut Umum tersebut

sebagaimana dimuat dalam berita acara persidangan dalam perkara ini dan semuanya telah turut
dipertimbangkan serta telah termasuk juga dari bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan satu kesatuan
dalam putusan ini;
Menimbang, bahwa sehubungan dengan ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP tersebut di atas, maka Majelis
Hakim berpendapat bahwa dalil-dalil keberatan Penasehat Hukum Terdakwa yang layak dipertimbangkan dalam
Putusan Sela ni sebatas pada dalil-dalil dalam keberatan Penasehat Hukum Terdakwa.
Menimbang, bahwa Penuntut Umum telah mendakwa Terdakwa dengan Dakwaan Primer dengan pasal 363
ayat(1)angka (5) KUHP dan Dakwaan subsider dengan pasal 362 KUHP Menimbang, bahwa apabila dikaji,
dianalisis lebih intens, detail dan terperinci terhadap kebenaran Penaschat Hukum sebenarnya bermuara pada
aspek esensial tentang surat
Dakwaan
Jaksa Penuntut Umum yang tidak menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap sesuai pasal 143 ayat (2) huruf
b KUHAP, maka untuk itu Majelis terlebih dahulu harus memberi deskripsi, mempertimbangkan dan menentukan
pendiriannya tentang pengertian cermat, jelas dan lengkap dari Surat Dakwaan ditinjau dari optik redaksionalnya,
doktrin, makna gramatikal, serta surat edaran Jaksa Agung dan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI sehingga
menempatkan persepsi
yang jelas baik untuk visi Jaksa Penuntut Umum, Terdakwa dan Penasehat Hukumnya serta masyarakat luas;
Menimbang, apabila bertitik tolak kepada redaksional ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b
KUHAP beserta penjelasanaannya tidak dapat diketahui lebih detail tentang pengertian
"letterlijke" dan praktik bagaimanakah makna dari uraian secara cermat, jelas, dan lengkap dari Surat Dakwaan
sehingga untuk itu Majelis akan menalaah dari visi doktrin, makna gramatikal / leksikon surat edaran Jaksa
Agung RI dan yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia;-
Menimbang, bahwa Yurisprudensi Mahkamah Agung RI (Vide Putusan Mahkamah Agung RI No. 1289
K/Pid/1986, 26 Juni 1987, termuat dalam Majalah Varia Peradilan, No.41, Edisi Februari 1989, Hal 97 - 123)
ditentukan bahwa suatu Surat Dakwaan tidak cermat, jelas, dan

lengkap apabila surat dakwaan tidak memuat secara lengkap unsur-unsur / bestanddelen daripada
Tindak Pidana yang didakwakan sehingga apabila unsur-unsur tersebut tidak diterangkan secara utuh dan
menyeluruh maka hal in menyebabkan Surat Dakwaan menjadi kabur (obeurum libellum) sehingga
menyebabkan ketidak jelasan terhadap tindak pidana apa yang dilanggar oleh Terdakwa;
Menimbang, bahwa berdasarkan kajian dari optik doktrin, makna gramatikal / leksikon, surat edaran Jaksa
Agung RI dan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI maka Majelis berpendapat bahwa hakekat fundamental dan
esensial dari pengertian Surat Dakwaan Jaksa / Penuntut umum harus cermat, jelas, dan lengkap sebagaimana
diatur dalam pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP yang mengandung arti secara global dan representatif bahwa
suatu Surat Dakwaan tersebut haruslah cermat, jelas, dan lengkap dalam artian agar identitas serta tindak
pidana yang di uraikan dalam Surat Dakwaan harus benar-benar seksama, teliti, terang dan komplit serta
memuat secara lengkap unsur-unsur / bestenddelen daripada tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan Locus dan Tempus Delictinva;
Menimbang bahwa sekarang Majelis akan meneliti dan mempertimbangkan apakah benar
Surat Dakwaan Jaksa / Penuntut Umum jelas-jelas kabur dan tidak memenuhi sarat sebagaimana ditentukan
dalam pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP karena tidak jelas, tidak cermat, dan tidak lengkap untuk itu majelis
akan menetapkan pendiriannya dengan mempertimbangkan tentang aspek aspek sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan aspek teoritis dan praktik peradilan bahwa eksepsi (Nota Keberatan) sebagaimana diatur
dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP merupakan aspek yang bersifat syarat formal dan material dari suatu Surat
Dakwaan sehingga tidaklah bersifat memeriksa pokok perkara (bodem geschill) dan oleh karena itu maka
berdasarkan ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP mensyaratkan Surat Dakwaan harus memperhatikan
aspek syarat material yaitu :
Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu
dan tempt tindak

tersebut di langgar akan mengakibatkan Surat Dakwaan batal demi


AMIRIT

3
Menimbang, bahwa uraian Surat Dakwaan yang menyebabkan ketidakjelasan terhadap tindak pidana apa yang
dilanggar oleh Terdakwa, misalnya Surat Dakwaan yang mencampur adukan unsur pasal yang satu dengan
yang lain, sehingga menyebabkan Terdakwa tidak mengerti apa yang didakwakan terhadap dirinya, maka Surat
Dakwaan tersebut batal demi hukum (van rechtswege nietig) sebagaimana diatur dalam Putusan Mahkamah
Agung Nomor 1289 K/Pid/ 1984 pada tanggal 26 Juni 1987;
Menimbang, bahwa dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 104 K/Kr/1971 pada tanggal
31 Januari 1973, pembatalan dilakukan karena Penuntut Umum dalam merumuskan tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa hanya merumuskan kualifikasi Tindak Pidana yang didakwakan dan juga hanya
merumuskan kualifikasi Tindak Pidana saja, tapa menguraikan perbuatan nyata (fakta) yang memenuhi rumusan
unsur-unsur Tindak Pidana tersebut;
Menimbang, bahwa A. Soetomo dalam bukunya "Pedoman Dasar Pembuatan Surat Dakwaan", dalam
menyusun Surat Dakwaan, kecermatan diperlukan dalam mengutarakan unsur-unsur perbuatan pidana yang
ditentukan di dalam Undang-Undang atau pasal-pasal yang bersangkutan dan dilanjutkan dengan
mengemukakan fakta-fakta perbuatan yang didakwakan sesuai dengan unsur-unsur dari pasal yang dilanggar
ole Terdakwa tersebut
Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: SE-004/J.A/11/1993
tanggal 16 November 1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan, dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas, dan lengkap, tidak saja menyebut seluruh unsur beserta dasar
hukum (pasal) dari peraturan perundang-undangan pidana yang didakwakan, melainkan juga menyebut secara
cermat, jelas dan lengkap tentang unsur-unsur tindak pidana, pasal yang didakwakan juga harus jelas pula
kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa atau kejadian nyata yang didakwakan;
Cermat, bahwa yang dimaksud dengan cermat adalah ketelitian dalam merumuskan Surat Dakwaan, sehingga
tidak terdapat adanya kekurangan atau

kekeliruan yang dapat mengakibatkan tidak dapat dibuktikannya dakwaan itu sendiri;
Jelas, bahwa yang dimaksud dengan jelas adalah kejelasan mengenai rumusan unsur-unsur delik yang
didakwakan, sekaligus dipadukan dengan uraian perbuatan materil / fakta perbuatan yang dilakukan Terdakwa
dalam Surat Dakwaan;
Lengkap, adalah dalam menyusun Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum harus mampu menguraikan unsur-
unsur Tindak Pidana yang dirumuskan dalam undang-undang secara lengkap, dalam arti tidak boleh terjadi
adanya unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan yang tertinggal / tercecer dan tidak tercantum di dalam
Surat Dakwaan, sehingga rumusan delik yang didakwakan mencangkup semua unsur-unsur yang ditentukan di
dalam undang-undang tentang pelanggaran yang didakwakan kepada terdakwa.
Menimbang, bahwa menurut Prof. A. Karim Nasution, S.H,M.H. seorang mantan Jaksa pada Kejaksaan Agung
RI, dalam bukunya "Masalah Surat Tuduhan dalam Proses Pidana". terbitan C.V Pantjuran Tudjuh, Jakarta,
cetakan ke-2, 1981, halaman 110 menyatakan Surat Dakwaan dinyatakan lengkap apabila memuat unsur-unsur
Tindasssk Pidana dan uraian
kronologi peristiwa yang jelas dilakukan oleh terdakwa sehingga Jaksa Penuntut Umum dalam Surat
Dakwaannya wajib menyebutkan unsur-unsur tersebut dengan baik dan lengkap;
Menimbang, bahwa menurut Jokers agar dapat dikatakan cermat jelas dan lengkap Surat Dakwaan harus
memuat. "Selain dari pada perbuatan yang bertentangan dengan hukum pidana, Surat Dakwaan juga harus
memuat unsur-unsur yuridis kejahatan yang bersangkutan.
Hal ini
berarti Surat Dakwaan harus menghubungkan antara perbuatan yang dilakukan dan bagaimana perbuatan
tersebut dilakukan dengan perumusan tindak pidana dalam Undang-undang;
Menimbang, bahwa materi keberatan Penasehat Hukum terdakwa telah menyangkut pokok perkara, maka
Majelis Hakim berpendapat dalil-dalil tersebut harus dibuktikan dalam proses

pembuktian di persidangan dan baru dapat dipertimbangkan bersama-sama dalam Putusan


Menimbang, berdasarkan keberatan Penasehat Hukum terdakwa atas Surat Dakwaan Penuntut Umum,
Penasehat Hukum terdakwa menilai adanya ketidaksesuaian dalam uraian-uraian surat dakwaan.
Menimbang, berdasarkan Beria Acara Penyidikan yang dilimpahkan Penuntut Umum kepada Majelis Hakim,
Majelis hakim berkesimpulan bahwa Penuntut Umum telah teliti dalam merumuskan Surat Dakwaannya karena
perumusan Surat Dakwaan telah sesuai dengan Berita Acara Penyidikan, serta Surat Dakwaan yang telah dibuat
oleh Penuntut Umum telah mencantumkan keseluruhan keadaan yang berkaitan dengan unsur- unsur pasal
yang didakwakan dan tidak memiliki kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalya Surat
Dakwaan, dimana pembuktiannya adalah di dalam persidangan; Dakwaannya;
Menimbang, dengan demikian Penuntut Umum telah cermat dalam mempersiapkan Surat
Menimbang, bahwa dalam Surat Dakwaannya, Penuntut Umum telah merumuskan unsur-unsur delik yang
didakwakan, dan memadukannya dengan uraian perbuatan materil (fakta) yang dilakukan ole terdakwa, serta
Penuntut Umum telah menentukan dengan jelas dan
feraile

4
sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan dan kekaburan tentang pihak mana yang menjadi terdakwa di dalam
Surat Dakwaannya;
Menimbang, dengan demikian Surat Dakwaan Penuntut Umum telah memenuhi kriteria yang lengkap;
Menimbang, bahwa dari uraian di atas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum
telah memenuhi syarat materiil sahnya suatu Surat Dakwaan, yaitu uraian yang cermat, jelas dan lengkap
tentang tindak pidana yang didakwakan serta menyebutkan waktu dan tempt tindak pidana itu dilakukan ole
terdakwa sebagiamana diatur dalam pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP;

Menimbang, bahwa oleh karena Surat Dakwaan Penuntut Umum dalam perkara ini telah memenuhi syarat formil
maupun syarat materil, sesai dengan pasal 143 ayat 2 huruf (a) dan
(b) KUHAP, bahwa eksepsi (not keberatan) dari Penasehat Hukum terdakwa dinyatakan tidak berdasar;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa
dalil-dalil keberatan Penasehat Hukum terdakwa harus ditolak.
Menimbang, bahwa ole karena keberatan Penasehat Hukum terdakwa harus ditolak maka persidangan ini
haruslah dilanjutkan.
Menimbang, ole karena pemeriksaan perkara harus dilanjutkan, maka penghitungan dan pembebanan biaya
perkara harus ditangguhkan hingga Putusan Akhir.
Memperhatikan Pasal 143 dan Pasal 156 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana serta Ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan perkara ini.
MENGADILI
1. Menyatakan bahwa Nota Keberatan dari Penasehat Hukum Terdakwa tersebut tidak dapat diterima;
2. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No.Reg.Perk:
212/Pid.B/2018/PN.BNA telah disusun secara cermat, jelas, dan lengkap menurut
3. Pasal 143 ayat (2) huruf a dan huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
4. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan tersebut adalah sah untuk diadikan dasar untuk melakukan
pemeriksaan perkara pidana atas diri Terdakwa IRGUN KURNIAWAN;
5. Menyatakan pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa IRGUN KURNIAWAN segera dilanjutkan, dengan
menghadirkan terdakwa, saksi-saksi, dan barang bukti di persidangan, atau alat bukti lainnya;
6. Menangguhkan biaya perkara hingga dijatuhkan putusan akhir.

Demikian diputuskan,pada hari Rabu 26 September 2018,oleh Dio Tegar Kurniawan S.H.M.H,
ASMARA JUNAIDI PUTRA,S.H.,M.H., Hakim pada Pengadilan Negeri Banda Aceh,yang mana putusan
dibacakan pada sidang yang terbuka untuk mum pada hari itu juga dengan dihadiri..NINI
AFRIANI,S.H.,sebagai Panitera Pengganti,ADIA NANDA PUTRA,S.H.,sebagai Jaksa Penuntut Umum,serta
terdakwa dan Penasehat Hukum terdakwa.

HAKIM KETUA

DIO TEGAR KURNIAWAN S.H.M

HAKIM ANGGOTA 1. HAKIM ANGGOTA 2

ASMARA JUNAIDI PUTRA S.H.M.H. SHAFIRA S.H.M.H

PANITERA PENGGANTI

NINI AFRIANI S.H

Anda mungkin juga menyukai