“UNTUK KEADILAN”
I. PENDAHULUAN
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih atas perkenan Majelis Hakim yang
diberikan kepada kami untuk mengajukan dan membacakan "PENDAPAT" dalam
rangka menanggapi keberatan/eksepsi yang diajukan saudara Penasehat Hukum
terdakwa MUHAMMAD ANGGA atas surat dakwaan.
Bahwa sesuai ketentuan Pasal 156 (1) KUHAP, maka kepada terdakwa atau
penasehat hukumnya diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan terhadap surat
dakwaan penuntut umum, dan kesempatan itu telah dimanfaatkan oleh terdakwa
MUHAMMAD ANGGA melalui Penasehat Hukumnya dan kini kesempatan yang
sama telah pula diberikan kepada kami guna menyampaikan pendapat untuk
menanggapi keberatan/eksepsi dimaksud.
Sebagai bahan yang diperlukan guna menanggapi keberatan/eksepsi tersebut,
perlu kiranya kami menguraikan secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan
syarat-syarat keberatan/eksepsi sebagaimana diatur dalam KUHAP dengan maksud
agar kita semua bertindak diatas landasan hukum yang tepat dan benar.
1. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang tidak cermat dan salah menerapkan
hukum.
2. Perbuatan terdakwa meminta bantuan modal kepada saksi korban untuk
tujuan pekerjaan dan pembayaran yang seharusnya dilakukan terdakwa.
Bahwa berdasarkan aspek teoritik dan praktek peradilan bahwa keberatan atau
eksepsi sebagaimana ketentuan pasal 156 ayat (1) KUHAP merupakan aspek yang
bersifat formal dan material dari suatu surat dakwaan sehingga tidaklah bersifat
memasuki dan memeriksa pokok perkara kemudian berdasarkan ketentuan Pasal
143 ayat (2) hurup b KUHAP mensyaratkan surat dakwaan harus memperhatikan
aspek syarat materiil yaitu " uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana yang dilakukan" dan akan mengakibatkan batal demi hukum kalau
ketentuan tersebut dilanggar (Pasal 143 ayat (3) KUHAP). Bahwa karena wadah
keberatan/eksepsi hanya mengenai formalitas surat dakwaan dan bukan
mengenai kebenaran kejadian materiil dari perkara yang dimaksud, maka
tidak pada tempatnya apabila keberatan sebagaimana Pasal 156 ayat (1)
KUHAP dijadikan sebagai wahana untuk menilai ketidak benaran penerapan
Undang- Undang yang didakwakan.
Untuk itu kiranya pada persidangan yang mulia ini, kita hendak sepakat agar
Majelis Hakim melakukan penilaian yang sangat menjunjung tinggi objektifitas agar
Surat Dakwaan penuntut Umum diuji dengan melanjutkan pemeriksaan pokok perkara
karena Surat Dakwaan penuntut Umum masih pada koridor KUHAP.
II. KESIMPULAN
Untuk itu, kami Jaksa Penuntut Umum mohon kepada Majelis Hakim yang
terhormat, yang memeriksa dan mengadili perkara ini kiranya berkenan memutuskan :
Demikian Pendapat ini kami sampaikan dengan segala hormat kehadapan Majelis
Hakim, Saudara Penasehat Hukum Terdakwa dan segenap hadirin.