Anda di halaman 1dari 3

Judul Buku : SURAT DAKWAAN DAN PUTUSAN HAKIM

1
YANG BATAL DEMI HUKUM
2 Pengarang : Gatot Supramono, S.H.
DESKRIPSI 3 Impersium : Djambatan, Jakarta – Indonesia, 1991.
BIBIOGRAFI Kolasi : Sampul buku berbahan softcover dominasi warna
orange; Daftar pustaka terdiri dari 7 Buku, 16 Majalah; Ukuran
4
buku (pxl) 20 cm x 14 cm; Jumlah halaman VIII + 96 hlm; terdiri
dari 4 Bab; ISBN 979-428-153-0.
Isi Resume :
Surat dakwaan merupakan surat yang memuat rumusan tindak
pidana dan dari rumusan itu dapat diketahui ruang lingkup tindak
pidana yang didakwakan terhadap terdakwa. Setelah masuk ke
pengadilan surat dakwaan merupakan dasar bagi hakim
memeriksa dan mengadili perkara pidana. Untuk memuat surat
dakwaan, KUHAP memperbolehkan penuntut umum melakukan
penggabungan atau pemisahan perkara. Penggabungan dan
pemisahan perkara hanya dilakukan untuk kepentingan
pemeriksaan semata-mata. Isi surat surat dakwan didasarkan pada
ketentuan Pasal 143 ayat (2) KUHAP. Pada pokoknya pasal
tersebut berisi syarat formal dan syarat material. Syarat formal
RESUME 5 berupa identitas lengkap terdakwa, sedangkan syarat material
berupa penguraian tindak pidana yang didakwakan secara cermat,
jelas dan lengkap harus memberi gambaran yang mudah bagi
hakim dan terdakwa, terutama dalam hubunganya dengan unsur-
unsur ketentuan tindak pidana yang didakwakannya. Syarat
material dakwaan (Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP)
merupakan syarat mutlak wajib dipenuhi dalam penyusunannya.
Kelalaian syarat ini mengakibatkan surat dakwaan batal demi
hukum (pasal 143 ayat (3) kuhap). Dalam penyusunan surat
dakwaan dikenal ada 3 bentuk yaitu dakwaan tunggal, dakwaan
alternatip dan dakwaan kumulatip. Dalam praktek surat-surat
dakwaan yang dinyatakan batal demi hukum oleh putusan–
putusan Mahkamah Agung disebabkan: kurang menguraikan

1
secara lengkap mengenai unsur tindak pidana yang didakwakan;
hanya mengutip rumusan tindak pidana dalam pasal peraturan
perundang-undangan yang didakwakan; beberapa tindak pidana
yang disusun dengan dakwaan tunggal, yang seharusnya surat
dakwaan dapat disusun secara alternatip atau kumulatip. Surat
dakwaan yang batal demi hukum oleh pengadilan tingkat pertama
dapat dinyatakan dengan putusan sela atau dengan putusan akhir.
Dengan putusan sela apabila keberatan terdakwa atau penasihat
hukumnya terhadap dakwaan diterima oleh hakim. Sedangkan
putusan akhir apabila terdakwa atau penasihat hukumnya tidak
mengajukan keberatan terhadap dakwaan, tetapi hakim melihat
bahwa dakwaan tidak memenuhi syarat material, sehingga baru
dapat diputus setelah pemeriksaan sidang selesai seluruhnya.
Putusan pengadilan menurut KUHAP dapat berupa putusan
pemidanaan dan putusan bukan pemidanaan (putusan bebas dan
putusan lepas dari segala untutan hukum). Sistematika isi putusan
pemidanaan didasarkan pada ketentuan Pasal 197 Ayat (1)
KUHAP. Pada putusan bukan pemidanaan pun mendasarkan
pasal tersebut sebagaimana diatur Pasal 199 ayat (1) KUHAP
dengan mengecualikan tuntutan pidana, pasal pemidanaan,
keadaan yang meringankan dan memberatkan terdakwa dan
kesalahan terdakwa, diganti dengan persyaratan terdakwa
disbebaskan atau dilepas dari segala tuntutan dengan disertai
alasan dan dasar hukumnya, dan perintah pembebasan terdakwa
jika ditahan. Putusan hakim batal demi hukum disebabkan adanya
kesalahan dalam menyusun putusan dan kesalahan dalam
pemeriksaan sidang. Kesalahan dalam menyusun terjadi karena
tidak terpenuhinya isi putusan sebagaimana Pasal 197 ayat (1)
KHAP yang sifatnya imperatif, berlaku bagi putusan pemidanaan
dan putusan bukan pemindaan. Dari beberapa putusan MA yang
memutus putusan pengadilan dibawahnya batal demi hukum,
karena putusan-putusan pengadilan bersangkutan tidak memuat
dakwaan, tuntutan pidana dan pasal undang-undang yang

2
dilanggar terdakwa. Berhubung yang batal demi hukum hanya
putusan saja dan berita acara masih berlaku serta KUHAP tidak
menentukan lebih lanjut siapa yang berwenang mengadili lagi,
maka menurut MA dalam putusannya nomor 403K/Pid/1987
hakim Kasasi atau banding yang berwenang mengadili lagi.
Selajutnya pada kesalahan pemeriksaan sidang menyangkut
kesalahan dalam pejabat yang bersidan dan kesalahan cara
pemeriksannya, juga mengakibatkan putusan dan berita acara
sidang batal demi hukum, seinga perkara harus diperiksa dan
diputus ulang, begitu juga pelanggaran terjadi pada ketentuan
Pasal 157 Ayat (1) dan ayat (2) KUHAP dan Pasal 153 ayat (2)
dan ayat (3) KUHAP, mengakibatkan putusan dan berita acara
sidang batal demi hukum.
Nama Pembuat Resume:
6
Hanifa Feri Kurnia
7 Kata Kunci : batal demi hukum, dakwaan, putusan.

--00--

Anda mungkin juga menyukai