Anda di halaman 1dari 5

Nama : Juanda Yuviant Hafiidh

Kelas : D
NIM : C100190064

Sragen, 31 Maret 2021


No : 01/NP/Pid- /ISP/X/2021
Hal : NOTA KEBERATAN (EXEPTIE)

Kepada
Yth. Ketua Majelis Hakim Perkara No : 197/Pid.Sus/2021/PN.Mrb
Di Pengadilan Negeri Sragen
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan, Jl. Sukowati No.253, Karang Duwo, Sragen Tengah,
Kec. Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57211

Dengan hormat,
Perkenankan saya, Aldi Susanto, S.H, selaku Advokat berkewarganegaraan Indonesia yang
beralamat kantor Kp. Tegalsari, RT. 02/ RW. 16, SRAGEN KULON adalah terletak di Sragen.
Kp. Tegalsari, RT. 02/ RW. 16, SRAGEN KULON. Berdasarkan Penetapan Ketua Majelis
Hakim Perkara No.197/Pid.Sus/2021/PN.Mrb tentang Penunjukan Aldi Susanto, SH dan Eko
Purwanto, SH sebagai Penasihat Hukum Terdakwa secara cuma-cuma. Dalam hal ini bertindak
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membela hak dan kepentingan hukum
Terdakwa, yaitu :
Nama : Joko Darmono
Tempat & Tgl Lahir : Sragen, 10 Juli 1988
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Nglorog, Kec. Sragen, Kab. Sragen, Jawa Tengah
Bahwa dalam hal ini hedak mengajkan Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum No.Reg.Perk: PDM-96/MBNGO/09/2021 tanggal 30 Februari 2021, dengan uraian
sebagai berikut :
Adapun eksepsi ini kami buat dengan sistematika sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Eksepsi
c. Permohonan
d. Penutup

I. PENDAHULUAN
Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa, maka kini perkenankanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa
menyampaikan eksepsi/tangkisan/keberatan dalam perkara yang tengah diperiksa ini.
Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Yang Terhormat, kiranya kami merasa sangat
perlu untuk menyampaikan eksepsi ini demi kepentingan hukum dan keadilan serta
memperoleh jaminan perlindungan hak-hak asasi tersangka/terdakwa atas kebenaran,
kepastian hukum dan keadilan. Selain itu, eksepsi ini perlu kami sampaikan demi
perlindungan hukum yang lebih luas bagi masyarakat pada umumnya maupun pembangunan
hukum dalam proses beracara pada persidangan perkara pidana yang semuanya itu telah pula
dijamin oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai landasan
hukum beracara di negara ini.
II. EKSEPSI
Dasar Hukum
Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, berbunyi sebagai berikut: “Dalam hal
terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak wenang
mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan,
maka setelah diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya,
hakim mempertimbangkan kebenaran tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan”
1. Eksepsi Mengenai Surat Dakwaan
2. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Sah
 Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal
tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka
yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak
mempunyai Penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasihat hukum bagi mereka”
 Bahwa Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu wajib
disediakan (dengan menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa disetiap
tingkat pemeriksaan, baik ditingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
Pengadilan. Terlepas Penasihat Hukum yang ditunjuk menjalankan profesinya atau tidak,
tetapi pejabat yang bersangkutan selaku perwakilan pemerintah telah melaksanakan
kewajibannya menjalankan perintah undang-undang dan tetap menjamin hak asasi
terdakwa. Lantas, bagaimana jika pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap
terdakwa melanggar KUHAP? Maka dapat dikatakan tujuan hukum acara sebagai
landasan bagi aparat penegak hukum untuk menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai aparat penegak hukum telah gagal diterapkan bahkan dapat dikatakan
sebagai suatu penyalahgunaan jabatan (abuse of power).
Bahwa berdasarkan Pasal 137 KUHAP “Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan
terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya
dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan yang berwenang mengadili”
Bahwa berdasarkan BAB XV tentang Penuntutan Pasal 137 sd Pasal 144 UU No 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, Jaksa Penuntut Umum adalah pejabat yang bersangkutan
pada tingkat pemeriksaan tahap penuntutan. Oleh karenanya Jaksa Penuntut Umum
berkewajiban melaksanakan perintah undang-undang yang diatur dalam KUHAP termasuk
ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP
 In casu, Terdakwa telah disangka dipenyidikan dengan melanggar 114 ayat (1) Jo Pasal
132 ayat (1) atau Kedua melanggar Pasal 112 ayat (1) atau Ketiga melanggar Pasal 127
ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana
maksimal 20 tahun, mengharuskan pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap
Terdakwa wajib menunjuk Penasihat Hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud
Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa pada tahap penyidikan ini, pejabat yang bersangkutan
yaitu pihak Kepolisian RI telah menunjuk Advokat Kiki Suratno, SH, MH selaku
Penasihat Hukum tersangka secara Cuma-Cuma
Bahwa, begitu pula pada tahap Pemeriksaan di Pengadilan, Terdakwa yang didakwa
melanggar Pasal 114 ayat (1) Jo Pasal 132 ayat (1) atau Kedua melanggar Pasal 112 ayat (1)
atau Ketiga melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Pejabat yang bersangkutan yaitu Ketua Majelis Hakim telah memperhatikan Pasal 56 ayat (1)
KUHAP dengan menunjuk Penasihat Hukum bagi Tedakwa secara Cuma-Cuma
 Lalu bagaimana pada tahap Penuntutan? Saat pelimpahan berkas perkara atas nama
Terdakwa dari penyidikan di Kepolisian ke tahap Penuntutan di Kejaksaan, Jaksa
Penuntut Umum yang bersangkutan dan yang memeriksa Tedakwa wajib melaksanakan
ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa setelah mempelajari berkas perkara atas
nama Terdakwa termasuk Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa, ternyata Jaksa Penuntut
Umum selaku Pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap Tedakwa, tidak menunjuk
Penasihat Hukum bagi Terdakwa secara Cuma-Cuma. Padahal Jaksa Penuntut Umum
telah mendakwa Tedakwa dengan Dakwaan Pertama melanggar 114 ayat (1) Jo Pasal 132
ayat (1) atau Kedua melanggar Pasal 112 ayat (1) atau Ketiga melanggar Pasal 127 ayat
(1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana maksimal
15 tahun penjara, yang mengharuskan Jaksa Penuntut Umum wajib menunjuk Penasihat
Hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP
 Bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah bagian dari Hukum Acara Pidana
yang wajib ditaati dalam penegakan hukum pidana dan memiliki konsekuensi hukum bila
dengan sengaja mengabaikan atau lalai menerapkan hukum acara sebagaimana kaidah
hukum dibawah ini:
1. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 510 K/Pid/ 1988 tanggal 28 April 1988, yang
menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima
2. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16 September 1993
yang menyatakan : apabila syarat-syarat permintaan dan/atau hak tersangka/terdakwa
tidak terpenuhi seperti halnya penyidik tidak menunjuk penasihat hukum bagi
tersangka sejak awal penyidikan, tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak dapat
diterima
3. Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 03 Pid/2002/PTY tertanggal 07 Maret
2002, menyatakan penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum tidak dapat
diterima karena didasarkan pada penyidikan yang tidak syah, yaitu melanggar Pasal
56 ayat (1) KUHAP;
4. Putusan Pengadilan Negeri Blora, No: 11/Pid.B/2003/PN.Bla tertanggal 13 Februari
2003, menyatakan penuntutan tidak dapat diterima karena dilakukan atas dasar BAP
yang batal demi hukum, karena dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 56 ayat
(1) KUHAP;
5. Putusan Pengadilan Negeri Tegal No: 34/Pid.B/1995/PN.Tgl tertanggal 26 Juni 1995
yang menyatakan penyidikan yang dilakukan oleh Mabes Polri tidak syah karena
Pasal 56 ayat (1) KUHAP tidak diterapkan sebagaimana mestinya, sehingga
penuntutan penuntut umum tidak dapat diterima.
 Bahwa oleh karena Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan pemriksaan terhadap
Tedakwa pada tahap Penuntutan tidak melaksanakan perintah Pasal 56 ayat (1) KUHAP
tersebut. Maka Surat Dakwaan yang dibuat dan disusun oleh Jaksa Penuntut Umum
dengan Reg.Perk: PDM-96/MBNGO/09/2021 tanggal 30 Februari 2021, adalah hasil dari
bentuk pelanggaran formal yuridis dan harus dinyatakan tidak sah dan batalkan demi
hukum.

III. PERMOHONAN
Bahwa atas uraian eksepsi/keberatan yang telah kami sampaikan maka dengan ini kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang
pemeriksa perkara aquo agar berkenan memutuskan :
1. Menerima Keberatan Penasihat Hukum Terdawa Joko Darmono
2. Menyatakan Surat Dakwaan Reg.Perk: PDM-96/MBNGO/09/2021 tanggal 30 Februari
2021, tidak sah dan harus dibatalkan demi hukum.
3. Membebaskan Terdakwa Dari Tahanan
4. Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara
IV. PENUTUP
Demikianlah eksepsi ini kami sampaikan kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim. Atas
perhatian serta terkabulnya eksepsi/keberatan ini kami ucapkan terima kasih dan bila ada
kekurangan atau kesalahan didalamnya kami mohon maaf atas keterbatasan kami selaku
manusia.

Hormat kami,
Penasihat Hukum Terdakwa

Indra Setiawan, SH Eko Purwanto, SH

Anda mungkin juga menyukai