Anda di halaman 1dari 5

Hal : NOTA KEBERATAN (EXEPTIE)

Kepada
Yth. Ketua Majelis Hakim Perkara No :470/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Ut
Di Pengadilan Negeri Jakarta Utara

Dengan hormat,

Perkenankan saya, Lolita Prasetyani S.H. M,H. selaku Advokat berkewarganegaraan


Indonesia yang beralamat kantor Hukum LAW FIRM Beralamat di Jl. Kuta Blang, Kota
Lhokseumawe. Berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim Perkara No :
470/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Ut tentang Penunjukan Lolita Prasetyani S.H. M,H. Nurul Adinda
S.H.,M.H dan Nisa Fatnia S.H.,M.H sebagai Penasihat Hukum Terdakwa. Dalam hal ini
bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk membela hak dan kepentingan
hukum Terdakwa yaitu :
Nama : Raisya Ramadita
Tempat & Tgl Lahir : Lhokseumawe, 20 November 1992
Pekerjaan : Pedagang
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Desa padang sakti,muara satu, Lhokseumawe
Nama : Razul Alfan Zikri
Tempat & Tgl Lahir : Bayu, 09 Januari 1995
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Alamat : Batuphat
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Kewarganegaraan : Indonesia
Bahwa dalam hal ini hedak mengajukan Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum No.Reg.Perk: 470/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Ut, dengan uraian sebagai berikut :
Adapun eksepsi ini kami buat dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Eksepsi
3. Permohonan
4. Penutup

1. PENDAHULUAN
Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa, maka kini perkenankanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa
menyampaikan eksepsi/tangkisan/keberatan dalam perkara yang tengah diperiksa ini.
Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Yang Terhormat, kiranya kami merasa sangat
perlu untuk menyampaikan eksepsi ini demi kepentingan hukum dan keadilan serta
memperoleh jaminan perlindungan hak-hak asasi tersangka/terdakwa atas kebenaran,
kepastian hukum dan keadilan. Selain itu, eksepsi ini perlu kami sampaikan demi
perlindungan hukum yang lebih luas bagi masyarakat pada umumnya maupun pembangunan
hukum dalam proses beracara pada persidangan perkara pidana yang semuanya itu telah pula
dijamin oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai landasan
hukum beracara di negara ini.
1. EKSEPSI
1. Dasar Hukum
Bahwa berdasarkan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, berbunyi sebagai berikut : “Dalam hal
terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak wenang
mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan,
maka setelah diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya,
hakim mempertimbangkan kebenaran tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan”
1. Eksepsi Mengenai Surat Dakwaan
2. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Sah
 Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal
tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau
bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai Penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasihat
hukum bagi mereka”
 Bahwa Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu wajib
disediakan (dengan menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa
disetiap tingkat pemeriksaan, baik ditingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
di Pengadilan. Terlepas Penasihat Hukum yang ditunjuk menjalankan profesinya atau
tidak, tetapi pejabat yang bersangkutan selaku perwakilan pemerintah telah
melaksanakan kewajibannya menjalankan perintah undang-undang dan tetap
menjamin hak asasi terdakwa. Lantas, bagaimana jika pejabat yang melakukan
pemeriksaan terhadap terdakwa melanggar KUHAP? Maka dapat dikatakan tujuan
hukum acara sebagai landasan bagi aparat penegak hukum untuk menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum telah gagal diterapkan
bahkan dapat dikatakan sebagai suatu penyalahgunaan jabatan (abuse of
power).
Bahwa berdasarkan Pasal 137 KUHAP “Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan
terhadap siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya
dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan yang berwenang mengadili”
Bahwa berdasarkan BAB XV tentang Penuntutan Pasal 137 sd Pasal 144 UU No 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana, Jaksa Penuntut Umum adalah pejabat yang bersangkutan
pada tingkat pemeriksaan tahap penuntutan. Oleh karenanya Jaksa Penuntut Umum
berkewajiban melaksanakan perintah undang-undang yang diatur dalam KUHAP termasuk
ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP
 In casu, Terdakwa telah disangka dipenyidikan dengan melanggar , mengharuskan
pejabat yang melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa wajib menunjuk Penasihat
Hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP. Bahwa
pada tahap penyidikan ini, pejabat yang bersangkutan yaitu pihak Kepolisian RI telah
menunjuk Advokat Lolita Prasetyani, SH, MH selaku Penasihat Hukum tersangka
secara Cuma-Cuma
Bahwa, begitu pula pada tahap Pemeriksaan di Pengadilan, Terdakwa yang didakwa
melanggar Pasal 84 ayat (2) KUHAP atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Utara, telah melakukan perbuatan atau
permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narotika yang
dilakukan secara terorganisasi, tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima
Narkotika Golongan I dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima). Lalu
bagaimana pada tahap Penuntutan?, saat pelimpahan berkas perkara atas nama Terdakwa dari
penyidikan di Kepolisian ke tahap Penuntutan di Kejaksaan, Jaksa Penuntut Umum yang
bersangkutan dan yang memeriksa Tedakwa wajib melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (1)
KUHAP. Bahwa setelah mempelajari berkas perkara atas nama Terdakwa termasuk Berita
Acara Pemeriksaan Terdakwa, ternyata Jaksa Penuntut Umum selaku Pejabat yang
melakukan pemeriksaan terhadap Tedakwa, tidak menunjuk Penasihat Hukum bagi Terdakwa
secara Cuma-Cuma. Padahal Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa Tedakwa dengan
Dakwaan Pertama melanggar 114 ayat (1) Jo Pasal 132 ayat (1) atau Kedua melanggar Pasal
112 ayat (1) atau Ketiga melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, dengan ancaman pidana maksimal 15 tahun penjara, yang mengharuskan Jaksa
Penuntut Umum wajib menunjuk Penasihat Hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana
dimaksud Pasal 56 ayat (1) KUHAP
 Bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah bagian dari Hukum Acara Pidana
yang wajib ditaati dalam penegakan hukum pidana dan memiliki konsekuensi hukum
bila dengan sengaja mengabaikan atau lalai menerapkan hukum acara sebagaimana
kaidah hukum dibawah ini:
1. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 510 K/Pid/ 1988 tanggal 28 April 1988, yang
menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima
2. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1565 K/Pid/1991 tanggal 16 September 1993
yang menyatakan : apabila syarat-syarat permintaan dan/atau hak tersangka/terdakwa
tidak terpenuhi seperti halnya penyidik tidak menunjuk penasihat hukum bagi
tersangka sejak awal penyidikan, tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak dapat
diterima
3. Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor: 03 Pid/2002/PTY tertanggal 07 Maret
2002, menyatakan penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum tidak dapat
diterima karena didasarkan pada penyidikan yang tidak syah, yaitu melanggar Pasal
56 ayat (1) KUHAP;
4. Putusan Pengadilan Negeri Blora, No: 11/Pid.B/2003/PN.Bla tertanggal 13 Februari
2003, menyatakan penuntutan tidak dapat diterima karena dilakukan atas dasar BAP
yang batal demi hukum, karena dilakukan dengan melanggar ketentuan Pasal 56 ayat
(1) KUHAP;
5. Putusan Pengadilan Negeri Tegal No: 34/Pid.B/1995/PN.Tgl tertanggal 26 Juni 1995
yang menyatakan penyidikan yang dilakukan oleh Mabes Polri tidak syah karena
Pasal 56 ayat (1) KUHAP tidak diterapkan sebagaimana mestinya, sehingga
penuntutan penuntut umum tidak dapat diterima.
 Bahwa oleh karena Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan pemeriksaan
terhadap Tedakwa pada tahap Penuntutan tidak melaksanakan perintah Pasal
56 ayat (1) KUHAP tersebut. Maka Surat Dakwaan yang dibuat dan disusun
oleh Jaksa Penuntut Umum dengan Reg.Perk: 470/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Ut,
adalah hasil dari bentuk pelanggaran formal yuridis dan harus dinyatakan
tidak sah dan batalkan demi hukum.
1. PERMOHONAN
Bahwa atas uraian eksepsi/keberatan yang telah kami sampaikan maka dengan ini kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang
pemeriksa perkara agar berkenan memutuskan :
1. Menerima Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa Raisya Ramadita
2. Menyatakan Surat Dakwaan Reg.Perk: 470/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Ut, tidak sah dan
harus dibatalkan demi hukum.
3. Membebaskan Terdakwa Dari Tuntutan
4. Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara

1. PENUTUP
Demikianlah eksepsi ini kami sampaikan kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim. Atas
perhatian serta terkabulnya eksepsi/keberatan ini kami ucapkan terima kasih dan bila ada
kekurangan atau kesalahan didalamnya kami mohon maaf atas keterbatasan kami selaku
manusia.
Hormat kami,
Penasihat Hukum Terdakwa
LOLITA PRASETYANI, S.H., M.H.
NISA FATNIA, S.H., M.H.
NURUL ADINDA, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai