Anda di halaman 1dari 5

MARHAENDRA LAW FIRM

Jl Pulosari 3E, Dukuh pakis, Surabaya


Telp: (031) 8676666 Email : Mahendraparner@gmail.com

Surabaya, 27 April 2020

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Surabaya
Jalan Raya Arjuno No. 16-18
Surabaya

Perihal : Permohonan Praperadilan

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Bagus Adi Mahendra, S.H. Advokat dan Pembela Umum pada kantor Marhaendra Law
Firm, beralamat di Jl Pulosari 3E, Dukuh pakis, Surabaya selaku penasihat hukum klien
berdasarkan suat kuasa khusus tertanggal 25 April 2020. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama:

Nama : Santi Yuti


Umur : 60 Tahun
Alamat : Jl. Nginden Abadi No. 13B, Surabaya

selaku Wali dari

Nama : Adina Hariadi Ratmojo


Umur : 21 Tahun
Alamat : Jl. Nginden Abadi No. 13B, Surabaya

Selanjutnya keduanya disebut PARA PEMOHON

Terhadap penetapan tersangka dalam dugaan Tindak Pidana Setiap Orang yang Tanpa
Hak atau Melawan Hukum Menawarkan untuk dijual, Menjual, Membeli, Menerima, Menjadi
Perantara Dalam Jual Beli, Menukar atau Menyerahkan Narkotika Golongan I Bukan Tanaman
dan atau Tindak Pidana Seorang Tanpa Hak atau Melawan Hukum Memiliki, Menyimpan,
Menguasai, atau Menyediakan Narkotika Golongan I Bukan Tanaman sebagaaimana dimaksud
dalam rumusan Pasal 114 Ayat (1) dan atau Pasal 122 ayat (1) UU RI No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.
Pemohon yang bertindak sebagaimana tersebut di atas, dengan ini hendak mengajukan
permohonan praperadilan terhadap :
1. PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA c.q. KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK
INDONESIA c.q. KEPALA KEPOLISIAN DAERAH JAWA TIMUR c.q. KEPALA
KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SURABAYA (Termohon )
2. PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA c.q. KEPALA BADAN NARKOTIKA
NASIONAL c.q. KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DAERAH JAWA
TIMUR c.q. KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA BESAR
SURABAYA (Termohon )

Adapun alasan-alasan pengajuan Permohonan Praperadilan adalah sebagai berikut:

I. Dasar Hukum Permohonan Praperadilan


1. Tindakan upaya paksa, seperti penetapan tersangka, penangkapan, penggeledahan,
penyitaan, penahanan, dan penuntutan yang dilakukan dengan melanggar peraturan
perundang-undangan pada dasarnya merupakan suatu tindakan perampasan hak asasi
manusia. Oleh karena hal tersebut, Praperadilan menjadi satu mekanisme kontrol
terhadap kemungkinan tindakan sewenang-wenang dari penyidik atau penuntut umum
dalam melakukan tindakan tersebut. Hal ini bertujuan agar hukum ditegakkan dan
perlindungan hak asasi manusia sebagai tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan
penyidikan dan penuntutan. Selain itu, praperadilan bertujuan sebagai pengawasan
secara horizontal terhadap hak-hak tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan pendahuluan
sebagaimana dinyatakan pada Penjelasan Pasal 80 KUHAP. Sehingga, penyidik atau
penuntut umum dalam melakukan tindakan penetapan tersangka, penangkapan,
penggeledahan, penyitaan, penahanan, dan penuntutan agar lebih mengedepankan asas
dan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan seseorang menjadi tersangka.
2. Bahwa sebagaimana diketahui Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Pasal 1 angka 10 menyatakan :
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:
1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
3. Permintaan ganti kerugian, atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
3. Bahwa permohonan praperadilan ini diajukan berdasarkan Pasal 77 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) :
Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam undang-undang ini tentang :
a. sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau penghentian
penuntutan;
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan
pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Dan pasal 80 KUHAP menyatakan bahwa Permintaan untuk memeriksa sah atau
tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau
penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri
dengan menyebutkan alasannya.
4. Bahwa melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-XII/2014 tanggal 28 April
2015 memperkuat diakuinya lembaga praperadilan juga dapat memeriksa dan dan
mengadili keabsahan penetapan tersangka. sehingga jelas bahwa berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-XII/2014 tanggal 28 April 2015 bahwa Penetapan
Tersangka merupakan bagian dari wewenang Praperadilan. Mengingat Putusan
Mahkamah Konstitusi bersifat final dan mengikat, maka sudah tidak dapat diperdebatkan
lagi bahwa semua harus melaksanakan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap sejak
diucapkan.

II. ALASAN PERMOHONAN PRAPERADILAN

A. PENANGKAPAN OLEH TERMOHON TERHADAP PEMOHON TELAH


DILAKUKAN TANPA MEMPERLIHATKAN SURAT TUGAS DAN TIDAK
MEMBERIKAN SURAT PERINTAH PENANGKAPAN DAN / ATAU SERTA
TEMBUSAN SURAT PERINTAH PENANGKAPAN TERSEBUT TIDAK
DIBERIKAN KEPADA KELUARGA PEMOHON

1. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab-Undang-


Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 18 ayat (1) KUHAP : Pelaksanaan tugas
penangkapan. dilakukan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka Surat Perintah
Penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan
penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia
diperiksa.
2. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab-Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Pasal 18 ayat (3) KUHAP : Tembusan Surat
Perintah Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberikan kepada
keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan.
3. Bahwa berdasarkan Pasal 70 ayat (2) Perkap No. 12 Tahun 2009 Setiap tindakan
penangkapan wajib dilengkapi Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah Penangkapan
yang sah dan dikeluarkan oleh atasan penyidik yang berwenang.
4. Untuk itu, berdasarkan pada Pasal 18 Ayat (3) KUHAP, Petugas Kepolisian
Berkewajiban untuk memberikan Surat Tembusan Penangkapan Kepada keluarga segera
setelah dilakukanya penangkapan, namun Tidak pernah dilakukan oleh Petugas
Kepolisian kepada Para Pemohon. Dikarenakan sifat dari hukum acara pidana adalah
ketentuan-ketentuannya bersifat memaksa guna melindungi kepentingan bersama dalam
menjaga rasa aman, tentram dan damai dalam hidup bermasyarakat. Disamping itu, sifat
hukum acara pidana memiliki dimensi perlindungan hak asasi manusia yang harus
melindungi kepentingan dan hak-hak orang yang sedang dituntut sebagai tersangka atau
terdakwa.
5. Dengan demikian jelas tindakan Termohon dengan atau tanpa Surat Perintah dan
Surat Pemberitahuan terhadap keluarga merupakan tindakan yang tidak sah, dan
harus dibatalkan tentang Surat Perintah terhadap diri Para Pemohon oleh Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara A Quo.

B. ANAK PEMOHON TIDAK PERNAH DIPERIKSA SEBAGAI CALON TERSANGKA


1. Bahwa berdasarkan Putusan MK 21/PUU-XII/2014, Mahkamah menganggap syarat
minimum dua alat bukti dan pemeriksaan calon tersangka untuk transparansi dan
perlindungan hak asasi seseorang agar sebelum seseorang ditetapkan sebagai tersangka
telah dapat memberi keterangan secara seimbang. Hal ini menghindari adanya tindakan
sewenang-wenang oleh penyidik terutama dalam menentukan bukti permulaan yang
cukup itu.
2. Untuk itu, berdasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) bernomor 21/PUU-
XII/2014 Frasa ‘bukti permulaan’, ‘bukti permulaan yang cukup’, dan ‘bukti yang cukup’
dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP harus ditafsirkan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP disertai pemeriksaan calon
tersangkanya. Tidak pernah dilakukan oleh Termohon kepada Pemohon. Dikarenakan
Putusan MK bersifat final dan mengikat, serta berlaku asas Res Judicata (Putusan Hakim
Harus dianggap benar) serta Putusan MK bersifat Erga Omnes (berlaku umum), maka
harus menjadi rujukan dalam setiap proses pemeriksaan oleh Termohon
3. Dengan demikian jelas tindakan Termohon dengan atau tanpa pemeriksaan calon
tersangka merupakan tindakan yang tidak sah, dan harus dibatalkan tentang penetapan
tersangka terhadap diri Pemohon oleh Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara A
Quo.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon ketua pengadilan negeri Surabaya agar segera
mengadakan sidang praperadilan terhadap terhadap TERMOHON sesuai dengan hak-hak Para
Pemohon sebagaimana diatur dalam pasal 77 sampai dengan pasal 83 serta pasal 97 KUHAP dan
mohon kepada ketua pengadilan negeri Surabaya c.q. hakim yang memeriksa permohonan ini
berkenan memeriksa sebagai berikut :

1. Menyatakan diterima permohonan Para Pemohon Praperadilan untuk seluruhnya;


2. Menyatakan tindakan Termohon menetapkan Para Pemohon sebagai tersangka dengan
dugaan Tindak Pidana Tindak Pidana Seorang Tanpa Hak atau Melawan Hukum
Memiliki, Menyimpan, Menguasai, atau Menyediakan Narkotika Golongan I Bukan
Tanaman sebagaaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 114 Ayat (1) dan atau Pasal 122
ayat (1) UU RI No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika oleh Polrestabes Surabaya. adalah
tidak sah dan tidak berdasarkan atas hukum dan oleh karenanya penetapan tersangka a
quo tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
3. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang dikeluarkan lebih lanjut oleh
Termohon yang berkenaan dengan penetapan tersangka atas diri Para Pemohon oleh
Termohon;
4. Memerintahkan kepada Termohon untuk menghentikan penyidikan terhadap perintah
penyidikan kepada Para Pemohon;
5. Memulihkan hak Para Pemohon dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta
martabatnya;
6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara menurut ketentuan hukum yang
berlaku.

Atau
Jika Pengadilan Negeri Surabaya berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo
et bono).

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Pemohon

Bagus Adi Mahendra, S.H.

Anda mungkin juga menyukai