Kepada Yth,
Hakim Pemeriksa Perkara Praperadilan
Nomor: 3/Pra.pid/2018/PN.Sampit
Pada Pengadilan Negeri Sampit
Di-
SAMPIT
Dengan hormat,
1
keberadaan lembaga Praperadilan itu sendiri. Hal
itu dikarenakan Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP
tersebut malah memberikan celah untuk membuat
gugurnya Praperadilan sehingga dapat merugikan
tersangka. Seharusnya dengan adanya putusan
Praperadilan dapat memberikan kepastian hukum
terhadap Tersangka, tetapi dengan gugurnya
Praperadilan justru mengingkari ketentuan hukum
yang tidak memberikan kepastian hukum dalam suatu
persidangan. Dengan adanya pemberhentian
pemeriksaan praperadilan karena terbentur pada
ketentuan Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP
tersebut secara tidak langsung dapat merusak
citra hukum di kalangan pencari keadilan;
2
tidak pernah diberikan surat pemberitahuan
penangkapan, penahanan dan penggeledahan;
3. Bahwa melalui Putusan Nomor: 21/PUU-XII/2014,
Mahkamah Konstitusi menganggap syarat minimum
dua alat bukti dan pemeriksaan calon tersangka
untuk transparansi dan perlindungan hak asasi
seseorang agar sebelum seseorang ditetapkan
sebagai tersangka telah dapat memberi
keterangan secara seimbang. Hal ini menghindari
adanya tindakan sewenang-wenang oleh penyidik
terutama dalam menentukan bukti permulaan yang
cukup;
4. Bahwa tindakan Termohon tersebut bertentangan
dengan Pasal 1 angka 14 KUHAP, Pasal 17 KUHAP,
danPasal 21 ayat (1) KUHAP;
5. Tidak pernah ada penyelidikan atas diri
Pemohon;
6. Bahwa sebagaimana diakui oleh Pemohon, bahwa
penetapan Tersangka atas diri pemohon tidak ada
surat panggilan sebagai calon tersangka untuk
dilakukan penyelidikan, penyidikan, tiba-tiba
saja ditetapkan sebagai tersangka tanpa adanya
pemeriksaan sebagai calon tersangka;
7. Bahwa menurut Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya
yang berjudul “Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: “Penyidikan” dan Penuntutan
(hal. 101), bahwa penyelidikan merupakan
tindakan tahap pertama permulaan “Penyidikan”.
Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukan
tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari
fungsi “penyidikan”. Penyelidikan merupakan
bagian yang tak terpisah dari fungsi
penyidikan. Kalau dipinjam kata-kata yang
dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan
KUHAP, penyelidikan merupakan salah satu cara
atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan
yang mendahului tindakan lain, yaitu penindakan
berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan,
tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas
kepada penuntut umum.
8. Bahwa tindakan Termohon tersebut bertentangan
dengan Pasal 1 angka 1 dan 4 KUHAP;
9. Pemohon ditetapkan sebagai tersangka, akan
tetapi terus-menerus dilakukan peyidikan;
3
10. Bahwa Pemohon ditetapkan sebagai tersangka pada
tanggal 29 Agustus 2018, sekitar satu minggu
Pemohon didalam tahanan jaksa, Pemohon
diperiksa kembali oleh Penyidik Pemohon masih
dipanggil untuk diminta keterangan;
11. Bahwa hal tersebut merupakan salah satu bentuk
kesewenang-wenangan Penyidik, dimana berkas
perkara telah dinyatakan lengkap (P-21), akan
tetapi masih dilakukan pemanggilan untuk
diminta keterangan, dengan demikian sangat
bertentangan dengan makna sesungguhnya dari
pengertian “PENYIDIKAN” itu sendiri. Hal mana
dalam proses penyelidikan belum ada tersangka,
kalaupun ada orang yang diduga pelaku tindak
pidana. Sedangkan penetapan tersangka merupakan
proses yang terjadi kemudian, letaknya di akhir
proses penyidikan. Menemukan tersangka menjadi
bagian akhir dari proses penyidikan. Bukan
penyidikan baru ditemukan tersangka;
4
14 KUHAP, Pasal 17 dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP
oleh Mahkamah Konstitusi dinyatakan harus
dimaknai sebagai “minimal dua alat bukti” sesuai
dengan Pasal 184 KUHAP;
5
Permohonan Praperadilan ini untuk menjatuhkan putusan
yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
- Menolak dalil-dalil TERMOHON untuk seluruhnya;
- Menerima dan mengabulkan Permohonan PEMOHON untuk
seluruhnya;
- Menyatakan tindakan TERMOHON menetapkan PEMOHON
sebagai Tersangka dengan dugaan Tindak Pidana
Penjualan Lahan Milik Warga di Desa Bagendang
Tengah Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kabupaten
Kotawaringin Timur, kepada Investor yang tidak
memiliki perizinan perkebunan seluas 198 Hektar
dengan cara menerbitkan Surat Pernyataan Tanah
(SPT) sebanyak 98 surat Atas Nama M. SAINI ARIF
yang diduga melanggar Pasal 9 UU RI No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas UU RI No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
atau Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b UU RI
No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi oleh Kejaksaan Negeri Kotawaringin
Timur adalah tidak sah dan tidak berdasarkan atas
hukum dan oleh karenanya penetapan tersangka a
quo tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
- Menyatakan tidak sah segala keputusan atau
penetapan yang dikeluarkan lebih lanjut oleh
TERMOHON yang berkenaan dengan penetapan
Tersangka atas diri PEMOHON oleh TERMOHON;
- Memerintahkan kepada TERMOHON untuk menghentikan
penyidikan terhadap perintah penyidikan kepada
PEMOHON;
- Memulihkan hak Pemohon dalam kemampuan, kedudukan
dan harkat serta martabatnya;
- Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara
menurut ketentuan hukum yang berlaku;
ATAU,
6
“Penyelidikan dan Penyidikan yang sesat, akan
menghasilkan putusan yang sesat”.
Hormat kami,
Kuasa Hukum PEMOHON