Nota Pembelaan
1
KATA PENGANTAR
Nama : NURLELA
Tempat lahir : Sleman
Umur/tanggal lahir : 44 (empat puluh empat tahun) / 2 Februari 1973
2
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Status Terdakwa : Ditahan
Bahwa untuk menguak kebenaran yang hakiki dan sesungguhnya dari perkara
ini, setelah mempelajari Surat Dakwaan dan Tuntutan Penuntut Umum baik terhadap
dasar hukum yang digunakan maupun peristiwa yang diuraikan, kami selaku Tim
Penasihat Hukum Terdakwa akan mengajukan Pembelaan kami.
Pembelaan yang kami susun dan ajukan dengan sistematika yang ilmiah agar
mudah dimengerti dan pada gilirannya dapat mencerahkan para catur wangsa di
persidangan ini, oleh karenanya, kami memutuskan untuk menyampaikan Pembelaan
dengan sistematika:
I. Pendahuluan 3
II. Tentang Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan 6
III. Fakta Persidangan 10
1. Keterangan Saksi A Charge 10
2. Keterangan Ahli A Charge 16
3. Keterangan Saksi A De Charge 18
4. Keterangan Ahli A De Charge 22
5. Keterangan Terdakwa 24
6. Alat Bukti dan Barang Bukti Lainnya 26
IV. Analisis Fakta 28
1. Surat Dakwaan 28
2. Surat Tuntutan 34
3. Alat Bukti 37
V. Analisis Yuridis 43
VI. Analisis Sosiologis 56
VII. Kesimpulan dan Permohonan 60
3
PEMBELAAN
I. PENDAHULUAN
4
sholehah, baik, serta mengabdi kepada suaminya. Terlebih lagi, Terdakwa
NURLELA merupakan korban dari perselingkuhan suaminya yaitu saksi korban Jojo
Sukarjo sendiri. Akibat perselingkuhan yang telah dilakukan oleh suami sekaligus
saksi korban tersebut Terdakwa mengalami gangguan jiwa ditambah lagi
penelantaran yang dilakukan oleh sang suami terhadap kebutuhan rohani Terdakwa
sebagai seorang istri yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang Suami,
tetapi apa yang dilakukan oleh Saksi Korban malahan membiarkan Terdakwa larut
dalam kecemburuan akibat hubungan kerja Saksi Korban dengan wanita lain yaitu
Saksi Ayu Vallen yang merupakan bawahan dari Saksi Korban, apakah hubungan
kerja tersebut menjadi hubungan intim? Hanya Saksi Korbanlah yang tahu
kebenarannya, seorang suami yang beritikad baik menjaga rumah tangga seharusnya
meluruskan kesalahpahaman dalam hubungan mereka.
Bagaimana mungkin keadilan dapat ditegakkan dan dicapai apabila sampai
dengan saat ini Penuntut Umum masih tidak memiliki hatu nurani dan seperti
membabi buta dengan egoisnya memidanakan orang? Masih adakah keadilan di
Negeri ini? Oleh karenanya, tidak henti-hentinya Kami berharap agar Majelis Hakim
yang Mulia dapat kembali membawa perkara a quo ke jalan penegakan hukum yang
benar dan seharusnya sehingga pada gilirannya dapat memutus perkara a quo dengan
seadil-adilnya. Ingatlah bahwa:
Kami meletakkan harapan yang sangat besar kepada Majelis Hakim Yang
Terhormat untuk mempertimbangkan berbagai aspek yang saling berkaitan dalam
menjatuhkan Putusan perkara ini sehingga tidak hanya menjunjung kepastian hukum,
namun juga keadilan dan kemanfaatan baik bagi NURLELA dan seluruh pihak yang
tak mungkin Kami sebutkan satu per satu. Yang terpenting Putusan perkara ini nanti
haruslah benar berasaskan:
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
5
II. TENTANG SURAT DAKWAAN DAN SURAT
TUNTUTAN
Surat Dakwaan
Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya, telah mencoba menggambarkan
suatu peristiwa pidana yang dilakukan oleh Terdakwa Nurlela. Jalinan peristiwa
pidana tersebut, sebagaimana yang telah diuraikan dalam Surat Dakwaan oleh
Saudara Jaksa Penuntut Umum. Dalam persidangan perkara a quo, NURLELA
didudukan sebagai Terdakwa dengan dakwaan tunggal sebagai berikut:
A. DAKWAAN
Bahwa ia TERDAKWA NURLELA, pada waktu antara tanggal 14 Februari
2017, atau setidak-tidaknya pada bulan Februari 2017, atau setidak-tidaknya
pada waktu tertentu dalam tahun 2017; bertempat di rumah Terdakwa yang
beralamat di Jalan Kaliurang Km 5 Gang Jeruk Nomor 10, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, atau setidak-tidaknya di tempat-tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum pada Pengadilan Negeri Sleman; melakukan
kekerasan fisik dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat;
yakni secara melawan hukum melakukan pemotongan terhadap alat kelamin
KORBAN JOJO SUKARJO yang merupakan suami Terdakwa yang dilakukan
TERDAKWA dengan cara-cara sebagai berikut:
6
- Bahwa setelah KORBAN JOJO SUKARJO menjadi anggota dewan direksi
PT. Abebochi Sukses Makmur, KORBAN JOJO SUKARJO jarang kembali
ke rumah dan jarang pula berkomunikasi dengan TERDAKWA serta anak-
anaknya. Sebagai gantinya, KORBAN JOJO SUKARJO memberikan uang
bulanan yang banyak kepada TERDAKWA dan anak-anaknya agar mereka
tetap merasa tercukupi. Tetapi, menurut TERDAKWA apa yang dilakukan
oleh KORBAN JOJO SUKARJO justru tidak membawa kebahagiaan dan
ketentraman dalam rumah tangga mereka;
- Bahwa pada tanggal 12 Februari 2017, TERDAKWA menemukan pesan
singkat Whatsapp yang berisikan kalimat mesra antara KORBAN JOJO
SUKARJO seorang perempuan yang bernama SAKSI AYU VALLEN yang
belakangan diketahui bekerja sebagai Manajer Bagian Kerjasama di kantor
yang sama dengan KORBAN JOJO SUKARJO. Awalnya, TERDAKWA
menanyakan perihal percakapan tersebut kepada KORBAN JOJO
SUKARJO, tetapi KORBAN JOJO SUKARJO mengaku bahwa hubungan
dirinya dan SAKSI AYU VALLEN hanyalah teman kantor biasa;
- Bahwa TERDAKWA marah besar setelah pada tanggal 14 Februari 2017
TERDAKWA menerima sebuah foto dari teman baiknya yang bernama
SAKSI TEJO BASUKI, foto tersebut menunjukkan bahwa KORBAN JOJO
SUKARJO terlihat di lobby Hotel Tentrem pada pukul 15.00 dengan seorang
wanita;
- Bahwa setelah dikirimi foto tersebut oleh SAKSI TEJO BASUKI,
TERDAKWA mengenali bahwa wanita yang ada dalam foto tersebut adalah
SAKSI AYU VALLEN yang pernah didapati terlibat percakapan mesra
melalui Whatsapp dengan KORBAN JOJO SUKARO pada tanggal 12
Februari 2017;
- Bahwa pada malam harinya pada pukul 19.00 WIB tanggal 14 Februari
2017, TERDAKWA menunggu kepulangan KORBAN JOJO SUKARJO di
ruang tamu rumah mereka. Pada pukul 19.15 WIB,KORBAN JOJO
SUKARJO memasuki rumah dan TERDAKWA menyambut KORBAN
JOJO SUKARJO lalu mengajaknya untuk makan malam bersama. Setelah
makan malam, sekitar pukul 21.00 WIB kedua pasang suami istri tersebut
mandi dan bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, mereka bercakap-cakap dan
bersenda gurau sambil makan buah di kamar.
- Bahwa setelah beberapa saat sekitar pukul 22.00 WIB, KORBAN JOJO
SUKARJO pun terpancing untuk melakukan hubungan seksual suami-istri.
KORBAN JOJO SUKARJO mengajak TERDAKWA untuk beranjak ke
ranjang di kamar tidur mereka. Ketika berhubungan seksual tersebut,
7
KORBAN JOJO SUKARJO dalam keadaan ditutup matanya menggunakan
dasi yang diikatkan oleh TERDAKWA.
- Bahwa ditengah hubungan seksual, KORBAN JOJO SUKARJO
menyebutkan kata “Ayu”, mendengar kata “Ayu” tersebut TERDAKWA
pun terkejut serta mengira KORBAN JOJO SUKARJO pernah terlibat
hubungan seksual dengan SAKSI AYU VALLEN dan karena terbakar
cemburu lalu TERDAKWA mendorong KORBAN JOJO SUKARJO dan
sontak meraih pisau yang sebelumnya digunakan untuk memotong buah lalu
menebas alat kelamin KORBAN JOJO SUKARJO.
- Bahwa kemudian sekitar pukul 22.30 KORBAN JOJO SUKARJO pun
berteriak – teriak minta tolong dan SAKSI JAMIL PUTRA pun terbangun
dari tidur. Saat pintu kamar tidur KORBAN JOJO SUKARJO dibuka,
SAKSI JAMIL PUTRA melihat KORBAN JOJO SUKARJO bersimbah
darah. SAKSI JAMIL PUTRA dengan segera mencoba menghentikan
pendarahan yang dialami ayahnya dengan mengikatkan kain dari baju yang
berserakan dibawah kasur. Dalam keadaan yang sangat panik, TERDAKWA
melarikan diri;
- SAKSI JAMIL PUTRA lalu membawa KORBAN JOJO SUKARJO ke
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sardjito untuk mendapatkan pertolongan
pertama.
Surat Tuntutan
Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya, berusaha untuk menjatuhkan
sanksi pidana terhadap Terdakwa Nurlela. Dalam persidangan perkara a quo, dengan
tuntutan sebagai berikut:
MENUNTUT:
8
1. Menyatakan Terdakwa NURLELA terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan kekerasan fisik yang
mengakibatkan luka berat pada alat kelamin korban” sebagaimana dimaksud
dalam Dakwaan: Pasal 44 ayat (2)jo. Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga.
3. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (Satu) buah Pisau dapur merek SHUN
CLASSIC 8” dengan bercak darah, 1 (Satu) buah kain pengikat gaun tidur
milik Nurlela dengan bercak darah, 1 (Satu) buah selimut dengan bercak
darah, 1 (Satu) buah bantal dengan bercak darah, 1 (Satu) buah guling dengan
bercak darah, 1 (Satu) buah sarung bantal dengan bercak darah, 1 (Satu) buah
sarung guling dengan bercak darah dikembalikan kepada Korban Jojo
Sukarjo.
Demikian Surat Tuntutan ini Kami bacakan dan serahkan dalam persidangan
pada hari Senin tanggal 6 Agustus 2017.
9
III. FAKTA PERSIDANGAN
10
Bahwa benar KORBAN JOJO SUKARJO saat itu baru saja pulang dari
kantor karena urusan pekerjaan pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB,
kemudian ketika masuk ke Rumah, TERDAKWA sudah menunggu kehadiran
KORBAN JOJO SUKARJO di ruang tamu rumah mereka dan mengajak
KORBAN JOJO SUKARJO untuk makan malam bersama.
Bahwa benar setelah makan malam, KORBAN JOJO SUKARJO dan
TERDAKWA beranjak ke dalam kamar tidur dan bercakap-cakap di kamar
tidur. Pada saat bercakap-cakap TERDAKWA menyiapkan buah untuk
disantap KORBAN JOJO SUKARJO.
Bahwa benar KORBAN JOJO SUKARJO lalu mengajak TERDAKWA untuk
melakukan hubungan seksual yang disetujui oleh TERDAKWA. Ditengah-
tengah hubungan seksual KORBAN JOJO SUKARJO menyebutkan kata
“Ayu” yang menyinggung TERDAKWA. TERDAKWA yang marah besar
karena cemburu, kemudian mendorong KORBAN JOJO SUKARJO dan
mengambil pisau dapur diatas nakas dan memotong alat kelamin KORBAN
JOJO SUKARJO.
Bahwa benar KORBAN JOJO SUKARJO merasa kesakitan dan beteriak
meminta pertolongan yang menyebabkan anaknya SAKSI JAMIL PUTRA
masuk ke dalam kamar dan berusaha menghentikan pendarahan yang dialami
KORBAN JOJO SUKARJO dan membawa KORBAN JOJO SUKARJO ke
Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Sardjito untuk ditangani lebih lanjut. Bahwa
KORBAN JOJO SUKARJO menyatakan saat SAKSI JAMIL PUTRA
melakukan pertolongan terhadapnya, TERDAKWA berhasil melarikan diri.
Bahwa benar pada sekitar tahun 2014 SAKSI KORBAN pernah melakukan
perselingkuhan dengan wanita lain, tetapi sepengetahuan SAKSI KORBAN
kejadian tersebut telah diselesaikan dan TERDAKWA telah memaafkan
SAKSI KORBAN.
Bahwa SAKSI KORBAN tidak tahu jika TERDAKWA mendapati gangguan
jiwa akibat kejadian perselingkuhan pada tahun 2014 silam akibat kurangnya
waktu SAKSI KORBAN untuk keluarga dikarenakan sibuknya pekerjaan
SAKSI KORBAN
Bahwa SAKSI KORBAN jika ditanya apakah memaafkan perbuatan
TERDAKWA maka SAKSI KORBAN bersedia memaafkan apabila
TERDAKWA berusaha untuk berubah dan memperbaiki hubungan rumah
tangga TERDAKWA dan SAKSI KORBAN kembali.
Tanggapan Terdakwa:
11
Terhadap keterangan Saksi tersebut, TERDAKWA menyanggah bahwa SAKSI
KORBAN mengatakan “ayu” sebagai ucapan “ayo lagi” dan pada waktu kejadian
pendengaran TERDAKWA tidak rusak dan mendengar dengan jelas SAKSI
KORBAN mengatakan “ayu”
12
melihat pertengkaran hebat antara TERDAKWA dan SAKSI KORBAN pada
tahun 2014 silam. Sejak kejadian perselingkuhan tersebut TERDAKWA
menjadi pendiam dan bahkan jarang bergaul dengan teman-temannya.
Bahwa SAKSI sering mendapati TERDAKWA keluar rumah untuk pergi ke
rumah nenek SAKSI yaitu SAKSI TUKIYEM. Sepengetahuan SAKSI,
TERDAKWA pergi ke rumah nenek untuk melepas stress akibat hubungan
rumah tangga yang mulai merenggang.
Bahwa benar KORBAN JOJO SUKARJO belakangan ini sibuk bekerja
sehingga jarang pulang ke rumah.
Bahwa benar saat kejadian, SAKSI JAMIL PUTRA tengah tertidur dalam
kamarnya.
Bahwa benar SAKSI JAMIL PUTRA kemudian terbangun mendengar
keributan yang berasal dari dalam kamar TERDAKWA, awalnya SAKSI
JAMIL PUTRA mengira orang tua SAKSI JAMIL PUTRA sedang bersenda
gurau atau sedang melakukan hubungan seksual, namun setelah didengar
dengan seksama SAKSI JAMIL PUTRA berfikir ada hal yang aneh,
kemudian SAKSI JAMIL PUTRA berlari ke kamar TERDAKWA dan
melihat KORBAN JOJO SUKARJO terbaring diatas ranjang dan merintih
kesakitan dengan alat kelamin yang sudah terpotong dan bersimbah darah.
Bahwa benar SAKSI JAMIL PUTRA dalam keadaan panik mengambil baju
yang berserakan diatas lantai, lalu dengan sigap mengikatkan baju tersebut ke
alat kelamin KORBAN JOJO SUKARJO untuk menghambat pendarahan
yang terjadi.
Bahwa benar SAKSI JAMIL PUTRA menoleh kearah TERDAKWA berniat
untuk menanyakan kejadian tersebut akan tetapi TERDAKWA melarikan diri
keluar rumah.
Bahwa SAKSI JAMIL PUTRA menuntun KORBAN JOJO SUKARJO ke
dalam mobil dan segera membawanya ke Rumah Sakit Umum Pusat
dr.Sardjito.
Bahwa SAKSI lupa kapan persisnya SAKSI berlari menuju kamar
TERDAKWA dan SAKSI KORBAN, tetapi seingat SAKSI sekitar jam 22.00
WIB
Bahwa SAKSI tidak melihat Pisau dapur merk SHUN CLASSIC 8” di tempat
kejadian pada saat SAKSI mencoba menyelamatkan SAKSI KORBAN karena
SAKSI panik dan buru-buru memberikan pertolongan pertama pada SAKSI
KORBAN.
Bahwa SAKSI tidak terpikir untuk menyimpan potongan penis SAKSI
KORBAN dikarenakan saksi tidak melihat potongan penis tersebut ditambah
lagi SAKSI tidak dapat berpikir jernih dikarenakan kepanikan SAKSI.
13
Bahwa ketika SAKSI sedang di Rumah Sakit Sardjito, handphone SAKSI
KORBAN berdering dan SAKSI segera mengangkatnya karena SAKSI ingin
meminta pertolongan kepada kenalan ayah SAKSI yaitu SAKSI KORBAN
sendiri.
Bahwa ketika SAKSI mengangkat panggilan, SAKSI AYU VALLEN
langsung menanyakan apakah bapak JOJO SUKARJO ada? SAKSI langsung
mengabari bahwa SAKSI KORBAN berada di Rumah Sakit Sardjito, SAKSI
AYU VALLEN menanyakan identitas pengangkat handphone dan
menanyakan kondisi SAKSI KORBAN, SAKSI AYU VALLEN mengatakan
bahw ia akan kerumah sakit.
Bahwa sesampainya di rumah sakit, SAKSI AYU VALLEN lansung
menemui SAKSI dan membantu SAKSI mengurus administrasi rumah sakit.
Tanggapan Terdakwa:
c. AYU VALLEN, Tempat tanggal lahir Sleman 4 Mei 1990, Umur 28 tahun,
Jenis kelamin Perempuan, Kebangsaan Indonesia, Alamat Jalan Ringin Harjo
No. 23, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Agama Katholik, Pekerjaan
Karyawan Swasta Memberikan keterangan di bawah sumpah di persidangan
pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN membenarkan keterangan yang telah
diberikan di dalam BAP di Penyidik Polres Sleman.
Bahwa benar saat diperiksa, SAKSI AYU VALLEN dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani serta bersedia untuk dimintai keterangan dan akan
memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN faham dan dapat berbahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN mengerti dan bersedia memberikan
keterangan sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan dialami oleh Saksi.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN bekerja sebagai Manajer Bagian
Kerjasama di PT. Abebochi Sukses Makmur.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN mengenal KORBAN JOJO SUKARJO
yang merupakan direktur eksekutif di PT. Abebochi Sukses Makmur yang
juga merupakan tempat SAKSI AYU VALLEN bekerja.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN tidak memiliki hubungan darah,
semenda, dengan TERDAKWA dan juga Korban.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN tidak mengenal TERDAKWA.
14
Bahwa SAKSI AYU VALLEN belum pernah bertemu dengan TERDAKWA.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO hanyalah
teman kantor biasa yang tidak memiliki hubungan khusus.
Bahwa benar pada tanggal 14 Februari 2017, SAKSI AYU VALLEN bersama
KORBAN JOJO SUKARJO masuk kedalam Hotel Tentrem sekitar pukul
12.30 WIB untuk makan siang bersama di restoran Hotel Tentrem.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO
kemudian keluar dari hotel sekitar pukul 15.00 WIB.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO pada saat itu
hanya melakukan perbincangan ringan seputar pekerjaan di kantor.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO tidak
menyewa kamar ketika memasuki Hotel Tentrem.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO sedang
terlibat sebuah proyek dari tempat mereka bekerja, sehingga SAKSI AYU
VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO sering bertemu untuk membahas
proyek mereka.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN tidak pernah bermaksud untuk mengganggu
rumah tangga korban.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN dan KORBAN JOJO SUKARJO tidak
melakukan perselingkuhan.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN sama sekali tidak mengetahui pertengkaran
rumah tangga yang terjadi antara TERDAKWA dan KORBAN JOJO
SUKARJO.
Bahwa benar SAKSI AYU VALLEN mengetahui kejadian pada tanggal 14
Februari 2017 setelah dihubungi oleh aparat hukum untuk dimintai
keterangan.
Bahwa SAKSI AYU VALLEN pada tanggal 14 Februari 2018 sedang
mengerjakan tugas yang harus diselesaikan berdasarkan perintah SAKSI
KORBAN bersama-sama rekan kerja korban di gerai makanan cepat saji
McDonald di Jalan Kaliurang, KM 5,5, Caturtunggal, Depok, Sleman, karena
kesulitan SAKSI AYU VALLEN mencoba menelpon SAKSI KORBAN
tetapi yang mengangkat ternyata SAKSI JAMIL PUTRA
Bahwa SAKSI JAMIL PUTRA yang mengangkat telpon genggam SAKSI
KORBAN memberitahu kemaluan SAKSI KORBAN baru dipotong oleh
istrinya sehingga SAKSI bermaksud menolong dan membuat janji dengan
SAKSI JAMIL PUTRA untuk bertemu di RS Sardjito
Bahwa SAKSI mengurus administrasi perawatan SAKSI KORBAN pada
waktu SAKSI berada di Rumah Sakit dan SAKSI sempat mendampingi
korban di ICU
15
Bahwa SAKSI melihat langsung kemaluan SAKSI KORBAN yang telah
dipotong.
Tanggapan Terdakwa:
Bahwa saat diperiksa, ahli dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta
bersedia untuk dimintai keterangan dan akan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya.
Bahwa ahli faham dan bisa berbahasa Indonesia.
Bahwa ahli mengerti dan bersedia memberikan keterangan sesuai dengan
keahliannya, sesuai dengan hasil visum yang telah saksi lakukan dengan benar
dan sejujur-jujurnya.
Bahwa riwayat pendidikan ahli dijabarkan sebagai berikut:
a. SD Gunung 05 Mexico Pagi Jakarta, 1981 – 1987
b. SMP Negeri 11 Jakarta, 1987 – 1990
c. SMA Negeri 70 Jakarta, 1990 – 1993
d. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1993 – 1997 (S-1)
e. Pendidikan Spesialis Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada 1997 – 1999
16
f. Master’s Programme of Heidelberg University Faculty of Medicinal
Science 2001 – 2003 (S-2)
g. Doctoral Programme of Heidelberg University Faculty of Medicinal
Science 2003 – 2006
Bahwa Jabatan ahli sebagai kepala bagian I.K. Forensik Rumah Sakit
Sardjito.
Bahwa dari hasil pemeriksaan ahli terhadap KORBAN JOJO SUKARJO yang
tertuang dalam Visum et Repertum, ditemukan bahwa alat kelamin Sdr. Jojo
Sukarjo (penis) putus total hingga pangkalnya (tidak ada sisa), serta luka iris
pada kulit bagian depan testikel/kantung pelirnya.
Bahwa benar ahli merupakan orang yang melakukan visum terhadap
KORBAN JOJO SUKARJO dengan dibantu dengan beberapa rekan-rekan
dokter lainnya.
Bahwa benar ahli dan rekan-rekannya melakukan visum terhadap KORBAN
JOJO SUKARJO pada tanggal 14 Februari 2017 pukul 23.58 WIB dan
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr.Sardjito.
Bahwa luka potong (velnus amputatum) biasanya terjadi karena adanya
gesekan antara permukaan kulit dan otot organ dengan suatu benda tajam
yang menyebabkan permukaan kulit serta otot terpotong dan menyebabkan
pendarahan yang berat karena terjadi kontak antara benda tajam tersebut
dengan pembuluh darah.
Bahwa luka yang dialami oleh KORBAN JOJO SUKARJO merupakan velnus
amputatum. Sdr. Jojo Sukarjo mengalami luka potong pada batang penisnya
(penis shaft) hingga pangkalnya, sehingga tidak menyisakan batang penisnya
(putus total).
Bahwa karena tidak berada di TKP, ahli merasa tidak berhak untuk
mengatakan apakah luka potong terjadi secara sengaja atau alpa, tetapi untuk
dapat menimbulkan luka potong pada sebuah organ yang cukup sulit untuk
diputuskan seperti penis manusia membutuhkan presisi dan juga tenaga yang
cukup besar.
Bahwa menurut ahli, memotong bagian tubuh sebuah organisme vertebrata
besar cukup sulit apabila dilakukan dengan sebuah benda yang memiliki
tingkat ketajaman yang rendah dibandingkan apabila memotong organ tubuh
sebuah binatang vertebrata kecil seperti katak atau invertebrata, maka untuk
melaksanakan hal tersebut dengan mudah dibutuhkan sebuah benda yang
tingkat ketajamannya sangat tinggi, seperti pisau bedah atau pisau dapur
kualitas tinggi.
Bahwa menurut pengalamannya sebagai seorang ahli forensik, terdapat
beberapa kasus dimana seorang korban dipotong dengan benda tajam seperti
17
pisau tetapi bagian tubuh yang dipotong tidak putus secara total, karena benda
tajam yang digunakan memiliki kualitas yang rendah atau tumpul.
Bahwa selain velnus amputatum pada batang penis, terdapat pula luka irisan
pada kulit depan testikel (kantung pelir) kiri KORBAN JOJO SUKARJO.
Luka iris tersebut terjadi karena terjadinya gesekan antara benda tajam dengan
permukaan kulit tersebut.
Bahwa menurut pengetahuannya, luka iris yang terjadi pada testikel
KORBAN JOJO SUKARJO kemungkinan besar tidak akan menyebabkan
disfungsi pada kemampuan reproduksi KORBAN JOJO SUKARJO. Namun
karena testikel memiliki saraf reseptor yang sangat sensitif, maka dapat
dipastikan bahwa KORBAN JOJO SUKARJO mengalami sakit yang luar
biasa pada bagian tersebut.
Bahwa selain di penis dan testikel KORBAN JOJO SUKARJO, ahli tidak
menemukan adanya kejanggalan atau luka pada bagian tubuh lain KORBAN
JOJO SUKARJO.
Bahwa tidak ada kerusakan pada otot, saraf, atau bagian tubuh lain KORBAN
JOJO SUKARJO selain yang disebutkan sebelumnya.
Bahwa tidak ada keterangan lain yang ahli ingin berikan dan sudah cukup.
Bahwa ahli sudah melihat dan meneliti KORBAN JOJO SUKARJO sesuai
dengan bidang keahliannya.
Bahwa terhadap pertanyaan penasihat hukum mengenai apakah terdapat
dampak jangka panjang tentang luka potong pada penis korban, ahli
berpendapat bahwa karena velnus amputatum di lakukan pada batang penis
dan bukan pada kantung zakar, maka kemungkinan berubahnya kepribadian
sangat kecil atau bahkan tidak ada perubahan terhadap kepribadian dapat
terjadi apabila terdapat kerusakan pada bagian testikel, karena organ tersebut
berfungsi sebagai tempat produksi hormon testosteron untuk menimbulkan
karakteristik seorang pria.
Bahwa ahli menerangkan bahwa velnus amputatum yang terjadi pada sebuah
organ yang cukup sulit untuk dijangkau membutuhkan presisi dan juga tenaga
yang cukup besar, namun ia tidak berani menyatakan apakah perbuatan
tersebut dilakukan secara sengaja atau tidak karena ia tidak berada pada TKP.
Tanggapan Terdakwa:
18
Bahwa dalam Persidangan Penasihat Hukum telah mengajukan alat bukti
Keterangan Saksi a de charge berupa:
19
Bahwa semenjak pertengkaran hebat akibat perselingkuhan SAKSI KORBAN
dengan wanita lain TERDAKWA sering merasa depresi dan stress, ditambah
dengan jarangnya waktu SAKSI KORBAN untuk keluarga dikarenakan
kesibukan kerja SAKSI KORBAN
Bahwa Saksi mendapati perubahan perilaku TERDAKWA yang ganjil seperti
merusak-rusak dan memberantakan majalah pada rumah TERDAKWA,
menyentikan kuku tangan TERDAKWA pada saat TERDAKWA sedang
berdiam diri.
Bahwa seiring waktu perubahan perilaku TERDAKWA semakin terlihat,
TERDAKWA yang biasanya sering bergaul dengan teman-temanya seiring
waktu menjadi menutup diri dan jarang bergaul dengan orang lain,
TERDAKWA sempat bercerita kepada SAKSI bahwa berat badannya turun
drastis dari yang semulan 56 Kilogram menjadi 48 Kilogram.
Bahwa SAKSI pernah mendapati TERDAKWA melakukan perbuatan ekstrim
seperti mencekik kucing milik tetangga ketika SAKSI sedang berkunjung
kerumah TERDAKWA, padahal sepengetahuan SAKSI, TERDAKWA
merupakan orang yang menyukai binatang peliharaan dan suka mengelus
kucing.
Bahwa pada Rabu, 15 Februari 2017 TERDAKWA datang ke rumah SAKSI
sekitar pukul 12.30 WIB menggunakan mobil sedan merk Toyota Camry
dengan nomor plat AB 1234 JK
Bahwa SAKSI langsung menanyakan kenapa TERDAKWA datang secara
mendadak pada waktu tengah malam tanpa pemberitahuan sebelumnya,
SAKSI mencurigai ada suatu kejadian yang aneh, TERDAKWA mengatakan
dia sedang stress dengan hubungan rumah tangganya dan ingin menjauhi
suaminya yaitu SAKSI KORBAN untuk sementara.
Bahwa SAKSI sama sekali tidak mencurigai adanya penganiayaan ataupun
tindakan pidana yang dilakukan oleh anaknya karena sebelumnya
TERDAKWA sering mengunjungi rumah SAKSI walaupun biasanya
dilakukan pada sore hari.
Bahwa sekitar kurang lebih dua bulan ketika SAKSI sedang menyiapkan
sarapan pagi, pihak kepolisian datan pada sekitar pukul jam 08.00 WIB dan
menangkap TERDAKWA.
Tanggapan Terdakwa
20
2. Saksi TEJO BASUKI, S.E., Tempat Tanggal Lahir di Banjarnegara pada
tanggal 6 Juli 1972, Umur 45 tahun, Jenis kelamin laki-laki, Agama Kristen,
Pekerjaan karyawan swasta, Kewarganegaraan Indonesia, alamat Jl. Gejayan
Gang Kamboja No. 15, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendidikan
terakhir Strata satu (S-1) Jurusan Manajemen. Memberikan keterangan di
bawah sumpah di persidangan pada pokoknya sebagai berikut::
21
TERDAKWA tentang kejadian tersebut dan memberikan pernyataan
KORBAN JOJO SUKARJO dengan seorang wanita yang diduga bernama
SAKSI AYU VALLEN tersebut, telah menginap di hotel tersebut atau dengan
kata lain telah melakukan perselingkuhan.
Bahwa Foto-Foto tersebut terdiri dari empat foto yang masing-masing
menunjukan kedekatan SAKSI KORBAN dengan AYU VALLEN yang
menunjukkan ketidak-normalan hubungan kerja mereka, SAKSI AYU
VALLEN sangat sering mendekatkan dirinya (fisiknya) dengan SAKSI
KORBAN dan SAKSI KORBAN tidak menunjukkan keberatan atau tindakan
penolakan akibat pendekatan itu.
Bahwa SAKSI membenarkan foto yang ditunjukan oleh Penasihat Hukum
Terdakwa sebagai foto yang diambil oleh SAKSI TEJO BASUKI.
Tanggapan Terdakwa
1. Saksi Ahli dr. SAE MA WON, Sp.KJ, lahir di Wonogiri, 15 September 1970,
umur 47 (empat puluh tujuh) tahun, laki-laki, Warga Negara Indonesia, alamat
di Jalan Godean KM. 5 No. 119, Yogyakarta, agama Buddha, pekerjaan Dokter
Psikiater, pendidikan terakhir Pendidikan Profesi Kedokteran. Memberikan
keterangan di bawah sumpah di persidangan pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa saksi bersedia untuk diperiksa dan memberikan penjelasan mengenai
perkara Terdakwa sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Bahwa hakim meminta saksi untuk memperlihatkan CV dan kartu assosiasi di
persidangan.
Bahwa riwayat pendidikan ahli dijabarkan sebagai berikut:
a. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1988 – 1992 (S-1)
b. Pendidikan Spesialis Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada 1994 – 1996
Bahwa saksi sudah sepuluh kali dipanggil sebagai ahli dalam persidangan.
Bahwa perkara yang pernah diberikan keterangan sebagai ahli yaitu dalam
perkara psikologi, khususnya masalah anak dan wanita.
Bahwa saksi sudah cukup berpengalaman dalam memberikan keterangan
dalam persidangan sebagai saksi ahli.
22
Bahwa adanya indikasi Terdakwa pernah mengalami trauma psikis terlihat
dari hasil kesimpulan berdasarkan pengamatan, pemeriksaan serta wawancara,
baik dengan Terdakwa maupun dengan keluarganya, kemungkinan sangat
besar bahwa terdakwa mengalami trauma psikis dalam kehidupan rumah
tangganya, walaupun dengan pemeriksaan awal tidak diketemukan tanda-
tanda bekas penganiayaan, namun dari hasil kesimpulan tim medis
menyatakan bahwa terdakwa mengalami trauma psikosis atau depresi berat di
dalam hubungan keluarganya.
Bahwa Terdakwa telah mengalami gangguan jiwa ringan yang kondisinya
seringkali disebut Anxiety Disorder yang mana kondisi ini disebabkan akibat
suatu kejadian traumatik yang dialami oleh penderita berupa perselingkuhan
yang dilakukan oleh suaminya pada tahun 2014, yang mana hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dari si penderitanya berupa rasa
takut dan kecemasan yang berlebihan, yang mana hal tersebut terlihat dari
hasil aloanamnesis dan hasil observasi yang dilakukan.
Bahwa Penasihat Hukum meminta izin untuk memperlihatkan alat bukti dan
hakim menyetujui Visum Et Repertum Psikiatrium Nomor: 003/RSS/IV/2017,
disana dapat disimpulkan bahwa Terdakwa mengalami depresi mayor.
Bahwa trauma yang terjadi terhadap Terdakwa yang tidak ditangani dalam
waktu yang lama dan terjadi berulang kali dapat menyebabkan kondisi
Anxiety Disorder karena Anxiety Disorder ini paling sering terjadi terhadap
orang-orang yang mengalami kejadian buruk atau melihat kejadian buruk
yang terjadi pada dirinya ataupun orang lain yang memiliki hubungan
afeksional dengan dirinya secara terus-menerus.
Bahwa Anxiety Disorder yang dialami oleh Terdakwa disebabkan oleh stres
jangka panjang yang dialaminya.
Bahwa kondisi ini dapat menyebabkan perubahan perilaku yang sampai
menyebabkan Penderita melakukan kekerasan terhadap orang lain jika
saudara Penderita dihadapkan pada kondisi traumatic yang sering dialaminya,
dia dapat saja melakukan kekerasan karena goncangan jiwa yang dimilikinya
akibat stres terus menerus yang diterimanya. Hal tersebut sangat wajar bagi
orang-orang yang menderita Anxiety Disorder tersebut melakukan kekerasan
ataupun pemberontakan, terlebih lagi ketika diingatkan mengenai peristiwa-
peristiwa yang menyakitinya.
Bahwa sangat besar kemungkinan penderita Anxiety Disorder melakukan
pemberontakan terhadap hal yang menjadi akibat dari trauma yang ia alami,
namun dalam beberapa kasus hal ini bisa terjadi secara perlahan-lahan,
tergantung faktor lain yang mempengaruhinya.
23
Bahwa pemberontakan yang eksplosif tersebut belum dimungkinkan, perlu
pemeriksaan secara lebih menyeluruh dan mendalam terhadap kasus
Terdakwa.
Bahwa Anxiety Disorder bersifat kasuistis. Terkadang seseorang yang
mengalami mereka sadar dan dapat mengendalikan perbuatannya. Oleh karena
itu diperlukan pemeriksaan yang lebih Anxiety Disorder dapat melakukan hal
yang di luar kendalinya namun terkadang lanjut lagi terhadap diri orang
tersebut.
Bahwa Anxiety Disorder tidak menghilangkan kesadaran sama sekali namun
hanya merubah pola perilaku cenderung murung dan menutup diri
Bahwa penderita Anxiety Disorder tetap bebas bertindak karena control
dirinya masih utuh.
Tanggapan Terdakwa
5. Keterangan Terdakwa
1. Terdakwa NURLELA, lahir di Sleman, 2 Februari 1973, umur 44 (empat puluh
empat) tahun, Perempuan, Warga Negara Indonesia, alamat di Jalan Kaliurang
Km. 5 Gang Jeruk No. 10, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, agama Islam,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas
(SMA). Memberikan keterangan tidak di bawah sumpah di persidangan pada
pokoknya sebagai berikut:
24
Bahwa benar TERDAKWA ditangkap penyidik di rumah orang tuanya di
Jalan Dr. Soetomo Nomor 47, Kecamatan Mangkubumen, Kelurahan
Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57125
Bahwa benar TERDAKWA menerangkan KORBAN JOJO SUKARJO tidak
pernah berada di rumah selayaknya suami dalam rumah tangga.
Bahwa benar TERDAKWA menemukan pesan singkat di whatsapp milik
KORBAN JOJO SUKARJO yang bernada mesra dari nama kontak SAKSI
AYU VALLEN dan TERDAKWA mengetahui bahwa SAKSI AYU
VALLEN adalah Manajer Bagian Kerjasama di kantor yang sama dengan
Korban.
Bahwa benar TERDAKWA tidak mengenal SAKSI AYU VALLEN.
Bahwa benar TERDAKWA pernah menanyakan percakapan yang ditemukan
pada Whatsapp milik KORBAN JOJO SUKARJO kepada KORBAN JOJO
SUKARJO sendiri dan mendapat jawaban bahwa SAKSI AYU VALLEN
adalah teman kantor Korban dan membantah bahwa ada hubungan mesra
antara SAKSI AYU VALLEN dan JOJO SUKARJO
Bahwa benar TERDAKWA menerangkan ia mengetahui dari temannya Tejo
Basuki, bahwa KORBAN JOJO SUKARJO jalan keluar bersama dengan
SAKSI AYU VALLEN keluar dari Hotel Tentrem pada 14 Februari 2017 jam
15.00 WIB.
Bahwa benar TERDAKWA menduga KORBAN JOJO SUKARJO bersama
dengan SAKSI AYU VALLEN melakukan zina, karena sebelumnya
KORBAN JOJO SUKARJO melakukan perselingkuhan dengan wanita lain
dan ketika SAKSI KORBAN ditanyai hubungannya dengan SAKSI AYU
VALLEN, SAKSI KORBAN selalu menghindar dan mengalihkan
pembicaraan.
Bahwa benar TERDAKWA selanjutnya menunggu kepulangan KORBAN
JOJO SUKARJO pada sore harinya tanggal 14 Februari 2017 jam 19.00 WIB
di ruang tamu rumah mereka dengan maksud membicarakan baik-baik saat
makan malam bersama. Namun TERDAKWA tidak beritikad membahas
hubungan KORBAN JOJO SUKARJOdengan SAKSI AYU VALLEN dan
terkesan menghindar dari topik inidan KORBAN JOJO SUKARJO terlihat
berperilaku seakan tidak ada apa-apa sehingga TERDAKWA mengurungkan
niat untuk membicarakan pada saat makan malam.
Bahwa benar selanjutnya setelah makan TERDAKWA pergi ke kamar mandi
untuk mandi sebelum tidur, namun KORBAN JOJO SUKARJO membawa
pisau dapur dan buah nanas ke kamar tidur mereka untuk makan dulu sebelum
tidurnya.
25
Bahwa benar selanjutnya KORBAN JOJO SUKARJO meminta
TERDAKWA untuk melakukan Fellatio kepada KORBAN JOJO SUKARJO
dan TERDAKWA selanjutnya melakukannya dengan persetujuannya. Bahwa
TERDAKWA melakukan Fellatio tersebut menutupi mata KORBAN JOJO
SUKARJO dengan dasi berwarna biru garis-garis sehingga KORBAN JOJO
SUKARJO tidak dapat melihat TERDAKWA dengan jelas.
Bahwa TERDAKWA dan KORBAN JOJO SUKARJO sering melakukan
hubungan seksual dengan cara menutupi mata dan dengan permainan-
permainan seksual lainnya.
Bahwa benar selanjutnya sebelum TERDAKWA dan KORBAN JOJO
SUKARJO mencapai klimaks,KORBAN JOJO SUKARJO meneriakan kata
“ayu” sehingga TERDAKWA menjadi yakin bahwa telah ada
perselingkungan antara KORBAN JOJO SUKARJO dan SAKSI AYU
VALLEN. Setelah itu, TERDAKWA kehilangan kendali atas perilakunya.
Bahwa benar selanjutnya TERDAKWA mengambil pisau yang terdapat di
atas nakas sebelah tempat tidur dan menarik alat kelamin KORBAN JOJO
SUKARJO lalu mencoba untuk memotongnya dengan menebas pangkal alat
kelamin KORBAN JOJO SUKARJO dengan pisau dapur, tetapi potongan
TERDAKWA yang pertama tidak dapat memotong alat kelamin KORBAN
JOJO SUKARJO sehingga TERDAKWA mencoba untuk memotongnya lagi
dengan satu kali tebas hingga alat kelamin KORBAN JOJO SUKARJO putus.
Bahwa benar selanjutnya TERDAKWA menjadi panik dan sadar karena
teriakan KORBAN JOJO SUKARJO sehingga TERDAKWA menjadi
kerguncang suasana hatinya dan terdiam untuk beberapa saat.
Bahwa benar selanjutnya TERDAKWA karena ketakutan TERDAKWA ingin
pulang ke kampung halamannya di Surakarta sehingga TERDAKWA
mengambil kunci mobil Toyota Camry yang memiliki plat kendaraan AB
1234 JK dan pergi ke solo melalui jalur Jalan Raya Solo untuk meminta
pertolongan ayahnya.
Bahwa TERDAKWA ingin meminta maaf kepada SAKSI KORBAN karena
telah melakukan perbuatan pidana yang didakwakan dan mengakui
kesalahannya.
Bahwa benar TERDAKWA tidak lagi hendak memberikan keterangannya.
Bahwa benar TERDAKWA menyatakan apa yang disampaikannya dalam
pemeriksaan ini adalah benar.
Bahwa benar TERDAKWA tidak merasa ada pemaksaan selama pemeriksaan.
26
Alat Bukti dan Barang Bukti Penuntut Umum
Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf c jo. Pasal 187
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, alat bukti surat yang diajukan terkait
perkara a quo adalah sebagai berikut:
- 1 (Satu) lembar KTP atas nama Nurlela
- 1 (Satu) lembar Kartu Keluarga A.n. Kepala Keluarga Jojo Sukarjo S.E. yang
telah di legalisasi dengan No. 1371101004120005
- 1 (Satu) bundel Kutipan Akta Nikah Nurlela dan Jojo Sukarjo yang telah
dilegalisasi dengan No. 129/10/III/1994 tertanggal 6 Juli 1994
- 1 (Satu) lembar KTP atas nama Jojo Sukarjo.
- 1 (Satu) bundel Visum et Repertum Luka Jojo Sukarjo yang telah dilegalisasi
dengan No.370/2322/437.76/2017 tanggal 17 Februari 2017 yang dibuat dan
ditanda tangani oleh Prof. Dr. Med. dr. DOLILA HARTINI, Sp.F. dokter
pada Rumah Sakit Sardjito.
Alat Bukti Tim Penasihat Hukum Terdakwa
Bahwa dalam persidangan, sesuai dengan Surat Pengantar Alat Bukti
tertanggal 6 Juni 2017, Tim Penasihat Hukum Terdakwa mengajukan alat bukti surat
dan elektronik berupa:
27
IV. ANALISIS FAKTA
1. Surat Dakwaan
Bahwa pada awal persidangan ini setelah pembacaan Surat Dakwaan oleh
Penuntut Umum, Tim Penasihat Hukum Terdakwa telah membacakan Keberatan,
yang berbicara mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum Tidak Dapat Diterima
(Niet Onvankelijk Verklaard) dan Surat Dakwaan Penuntut Umum Batal Demi
Hukum (Null and Void). Namun, Majelis Hakim melalui Putusan Sela Nomor Nomor
143/Pid.Sus/2017/PN SMN, yang pada pokoknya memutuskan untuk menolak
Keberatan Tim Penasihat Hukum Terdakwa untuk seluruhnya karena telah
menyentuh pokok perkara dan bukan merupakan ruang lingkup dari materi Eksepsi
atau Keberatan.
Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini pemeriksaan pokok perkara telah
selesai dan sudah memasuki tahap pembelaan. Maka sudah sewajarnya kami selaku
Tim Penasihat Hukum Terdakwa memohon kembali kepada Majelis Hakim untuk
mempertimbangkan kembali hal-hal yang menjadi keberatan Tim Penasihat Hukum
Terdakwa dalam Keberatan sebelumnya.
Kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa kembali mempersoalkan
beberapa hal yang menjadi keberatan Tim Penasihat Hukum Terdakwa dalam
Keberatan sebelumnya, antara lain:
28
Bahwa setelah melakukan perbuatan tersebut Terdakwa Nurlela kemudian
mencari perlindungan di kediaman orang tua di Jalan Dr. Soetomo Nomor 47,
Kecamatan Banjarsari, Kelurahan Mangkubumen, Kota Surakarta, Jawa Tengah,
hingga akhirnya Terdakwa Nurlela ditangkap pada tanggal 2 April 2017.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Jaksa Penuntut Umum telah salah dalam
mengajukan tuntutan ke Pengadilan Negeri Sleman. Sesuai dengan Pasal 84 ayat (2)
KUHAP bahwa Pengadilan Negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa
diketemukan berwenang untuk mengadili perkara tersebut. Sehingga dalam perkara
ini Pengadilan Negeri Sleman tidak berwenang untuk mengadili perkara, seharusnya
perkara ini merupakan kompetensi relatif dari Pengadilan Negeri Surakarta. Oleh
karena itu, PENGADILAN TIDAK BERWENANG MENGADILI.
Mengacu pada Pasal 143 ayat (2) KUHAP yang menentukan bahwa dakwaan
harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap, mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan. Kami
selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa, menemukan hal-hal yang telah tidak cermat,
tidak jelas, dan tidak lengkap diuraikan di dalam Surat Dakwaan oleh Penuntut
Umum.
Yang dimaksud dengan uraian atau rumusan Surat Dakwaan yang cermat,
jelas, dan lengkap merupakan persyaratan materiil Surat Dakwaan memang tidak
ditemukan dalam penjelasan Pasal 143 ayat (2) KUHP, akan tetapi dari beberapa
literatur atau dari beberapa pendapat ahli, yang telah diakui dan diikuti dalam praktik
peradilan serta yurisprudensi tetap Mahkamah Agung dapat diperoleh pengertian
sebagai berikut1:
- Pengertian “cermat” adalah ketelitian dalam merumuskan surat
dakwaan, sehingga tidak terdapat adanya kekurangan atau kekeliruan
yang dapat mengakibatkan tidak dapat dibuktikannya dakwaan itu
sendiri.
- Pengertian “jelas” adalah kejelasan mengenai rumusan unsur-unsur
dari delik yang didakwakan, sekaligus dipadukan dengan uraian
perbuatan materiil atau fakta perubahan yang dilakukan oleh Terdakwa
dalam Surat Dakwaan.
- Pengertian “lengkap” adalah uraian dari Surat Dakwaan yang
mencakup semua unsur-unsur delik yang dimaksud yang dipadukan
dengan uraian mengenai keadaan, serta peristiwa dalam hubungannya
dengan perbuatan materiil yang didakwa sebagai telah dilakukan oleh
Terdakwa.
1
Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan terbitan Kejaksaan Agung RI tahun 1985
29
Berikut kami akan menguraikan ketidakcermatan, ketidakjelasan, dan
ketidaklengkapan Penuntut Umum dalam membuat Surat Dakwaan:
1. Surat Dakwaan Penuntut Umum Batal Demi Hukum Karena Tidak Dapat
Menentukan Tempus dan Locus Secara Pasti
Bahwa dalam Surat Dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum
adalah tidak jelas dan kabur. Hal ini terlihat dengan dipergunakan kata setidak-
tidaknya dalam menentukan locus dan tempus delicti.
Bahwa hal tersebut dalam dakwaan diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum
sebagai berikut:
“Bahwa ia TERDAKWA NURLELA, pada waktu antara tanggal 14
Februari 2017, atau setidak-tidaknya pada bulan Februari 2017, atau setidak-
tidaknya pada waktu tertentu dalam tahun 2017; bertempat di rumah Terdakwa
yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 5 Gang Jeruk Nomor 10, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, atau setidak-tidaknya di tempat-tempat yang masih
termauk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sleman; melakukan kekerasan
fisik dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat...............”
Berdasarkan hal tersebut, maka nyatalah bahwa Jaksa Penuntut Umum
telah:
a. Ragu-ragu terhadap locus dan tempus delicti tindak pidana yang dilakukan
oleh terdakwa;
b. Tidak menguraikan secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana
yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan.
Berikut ini kami kutip Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 sebagai berikut:
30
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).”
Berikut ini kami kutip Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 sebagai berikut:
- Bahwa TERDAKWA merupakan istri dari KORBAN JOJO SUKARJO dan telah
menikah sejak 6 Juli 1994 yang ditunjukkan dengan Kutipan Akta Nikah atas
nama JOJO SUKARJO dan NURLELA dengan Nomor 129/06/VII/1994 serta
memiliki dua orang anak yang bernama SAKSI JAMIL PUTRA dan SRI
PERSIK yang ditunjukkan dengan Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga
JOJO SUKARJO dengan Nomor Kartu Keluarga 1371101004120005;
- Bahwa keluarga TERDAKWA dikenal sebagai keluarga yang harmonis oleh
kalangan sosial dan tetangga;
- Bahwa setelah KORBAN JOJO SUKARJO menjadi anggota dewan direksi PT.
Abebochi Sukses Makmur, KORBAN JOJO SUKARJO jarang kembali ke rumah
dan jarang pula berkomunikasi dengan TERDAKWA serta anak-anaknya.
Sebagai gantinya, ia memberikan uang bulanan yang banyak kepada
TERDAKWA dan anak-anaknya agar mereka tetap merasa tercukupi. Tetapi,
menurut TERDAKWA apa yang dilakukan oleh KORBAN JOJO SUKARJO
justru tidak membawa kebahagiaan dan ketentraman dalam rumah tangga mereka;
- Bahwa pada tanggal 12 Februari 2017, TERDAKWA menemukan pesan singkat
Whatsapp yang berisikan kalimat mesra antara KORBAN JOJO SUKARJO
seorang perempuan yang bernama SAKSI AYU VALLEN yang belakangan
diketahui bekerja sebagai Manajer Bagian Kerjasama di kantor yang sama dengan
KORBAN JOJO SUKARJO. Awalnya, TERDAKWA menanyakan perihal
percakapan tersebut kepada KORBAN JOJO SUKARJO, tetapi KORBAN JOJO
SUKARJO mengaku bahwa hubungan dirinya dan SAKSI AYU VALLEN
hanyalah teman kantor biasa;
31
- Bahwa TERDAKWA marah besar setelah pada tanggal 14 Februari 2017
TERDAKWA menerima sebuah foto dari teman baiknya yang bernama SAKSI
TEJO BASUKI, foto tersebut menunjukkan bahwa KORBAN JOJO SUKARJO
terlihat di lobby Hotel Tentrem pada pukul 15.00 dengan seorang wanita;
- Bahwa setelah dikirimi foto tersebut oleh SAKSI TEJO BASUKI, TERDAKWA
mengenali bahwa wanita yang ada dalam foto tersebut adalah SAKSI AYU
VALLEN yang pernah didapati terlibat percakapan mesra melalui Whatsapp
dengan KORBAN JOJO SUKARO pada tanggal 12 Februari 2017;
- Bahwa pada malam harinya pada pukul 19.00 WIB tanggal 14 Februari 2017,
TERDAKWA menunggu kepulangan KORBAN JOJO SUKARJO di ruang tamu
rumah mereka. Pada pukul 19.15 WIB, KORBAN JOJO SUKARJO memasuki
rumah dan TERDAKWA menyambut KORBAN JOJO SUKARJO lalu
mengajaknya untuk makan malam bersama. Setelah makan malam, sekitar pukul
21.00 WIB kedua pasang suami istri tersebut mandi dan bersiap untuk tidur.
Sebelum tidur, mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau sambil makan buah di
kamar.
- Bahwa setelah beberapa saat sekitar pukul 22.00 WIB, KORBAN JOJO
SUKARJO pun terpancing untuk melakukan hubungan seksual suami-istri.
KORBAN JOJO SUKARJO mengajak TERDAKWA untuk beranjak ke ranjang
di kamar tidur mereka. Ketika berhubungan seksual tersebut, KORBAN JOJO
SUKARJO dalam keadaan ditutup matanya menggunakan dasi yang diikatkan
oleh TERDAKWA.;
- Bahwa ditengah hubungan seksual, KORBAN JOJO SUKARJO menyebutkan
kata “Ayu”, mendengar kata “Ayu” tersebut TERDAKWA pun terkejut serta
mengira KORBAN JOJO SUKARJO pernah terlibat hubungan seksual dengan
SAKSI AYU VALLEN dan karena terbakar cemburu lalu TERDAKWA
mendorong KORBAN JOJO SUKARJO dan sontak meraih pisau yang
sebelumnya digunakan untuk memotong buah lalu menebas alat kelamin
KORBAN JOJO SUKARJO.
- Bahwa kemudian sekitar pukul 22.30 KORBAN JOJO SUKARJO pun berteriak –
teriak minta tolong dan SAKSI JAMIL PUTRA pun terbangun dari tidur. Saat
pintu kamar tidur KORBAN dibuka, SAKSI JAMIL PUTRA melihat KORBAN
bersimbah darah. SAKSI JAMIL PUTRA dengan segera mencoba menghentikan
pendarahan yang dialami ayahnya dengan mengikatkan kain dari baju yang
berserakan dibawah kasur. Dalam keadaan yang sangat panik, TERDAKWA
melarikan diri;
- SAKSI JAMIL PUTRA lalu membawa KORBAN JOJO SUKARJO ke Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Sardjito untuk mendapatkan pertolongan pertama.
32
Memperhatikan uraian kejadian dalam surat dakwaan tersebut dapatlah
dipahami bahwa penuntut umum tidak menguraikan unsur adanya jatuh sakit atau
luka berat yang dialami korban.
Pengertian luka berat pun sudah seharusnya mengikuti pengaturan dalam
Pasal 90 KUHP, yaitu:
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharap akan sembuh lagi dengan sempurna
atau yang dapat mendatangkan bahaya maut;
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencaharian;
c. Tidak dapat lagi memakai salah satu pancaindera;
d. Mendapat cacat besar;
e. Lumpuh (kelumpuhan);
f. Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu;
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
- Bahwa luka yang dialami oleh Korban JOJO SUKARJO merupakan velnus
amputatum. Korban JOJO SUKARJO mengalami luka potong pada batang
penisnya (penis shaft) hingga pangkalnya, sehingga tidak menyisakan batang
penisnya (putus total).
- Bahwa selain velnus amputatum pada batang penis, terdapat pula luka irisan pada
kulit depan testikel (kantung pelir) kiri Korban JOJO SUKARJO. Luka iris
tersebut terjadi karena terjadinya gesekan antara benda tajam dengan permukaan
kulit tersebut.
- Bahwa tidak ada kerusakan pada otot, saraf, atau bagian tubuh lain Korban JOJO
SUKARJO selain yang disebutkan sebelumnya.
Kesimpulan:
Luka iris yang terjadi pada testikel Korban JOJO SUKARJO kemungkinan besar
tidak akan menyebabkan disfungsi pada kemampuan reproduksi.
Melihat pada unsur-unsur yang diuraikan dalam Pasal 44 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004, maka tindak pidana yang terjadi dalam Pasal 44 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 ini secara doktrin adalah ‘tindak pidana
materiil’, dimana tindak pidana hanya akan terjadi dengan adanya akibat dari
perbuatan itu, yaitu ‘korban mendapat jatuh sakit atau luka berat’. Apabila keterangan
dalam Visum et repertum itu disebut sebagai uraian dakwaan untuk menguraikan
unsur mengakibatkan jatuh sakit atau luka berat dari Pasal 44 ayat (2) Undang-
33
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pelarangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Penuntut Umum tidak menunjukkan adanya indikasi luka berat sebagaimana yang
disebutkan dalam Pasal 90 KUHP. Sebab dari kesimpulan visum tersebut tidak
terdapat akibat sebagaimana diterangkan dalam Pasal 90 KUHP yang diakibatkan
luka yang dialami korban. Sehingga, dalam hal ini penuntut umum telah menyusun
surat dakwaannya dengan tidak lengkap dalam menguraikan unsur. Oleh karena itu,
sudah seharusnya SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM BATAL DEMI
HUKUM KARENA TIDAK LENGKAP MENGURAIKAN UNSUR.
2. Surat Tuntutan
Konstruksi Surat Tuntutan
Pada persidangan hari Senin tanggal 27 Juni 2017 yang lalu, kita telah
mendengarkan pembacaan Surat Tuntutan oleh Penuntut Umum yang kemudian
ditutup dengan “Menyatakan Terdakwa NURLELA terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan kekerasan fisik yang
mengakibatkan luka berat pada alat kelamin korban” sebagaimana dimaksud dalam
Dakwaan: Pasal 44 ayat (2)jo. Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga”.
Surat Tuntutan yang cukup tebal dan terkesan “serius” tersebut tidak diimbangi
dengan argumentasi, pertimbangan, dan analisa yang memadai. Hal ini terlihat jelas
ketika Penuntut Umum dengan cerobohnya tanpa mempelajari perkara a quo secara
mendalam dan menyeluruh langsung menuntut Terdakwa dengan pidana yang sangat
berat sebagaimana dalam surat tuntutan yang berbunyi “Menjatuhkan pidana
terhadap Terdakwa berupa pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama
Terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan”.
34
Hal ini dikarenakan, berdasarkan Visum et Repertum Psychiatricum yang telah
dibuat oleh dr. Sae Ma Won, Sp.KJ berdasarkan permintaan kami selaku penasihan
hukum, Terdakwa mengalami gangguan kejiwaan ringan berupa Anxiety Disorder
dikarenakan perbuatan Saksi Korban itu sendiri yaitu perselingkuhan dan pada saat
melakukan hubungan suami istri dengan Terdakwapun masih memikirkan
selingkuhannya.
Meskipun pada akhirnya terjadi percecokan dan berujung pada ditebasnya penis
Saksi Korban oleh Terdakwa, akan tetapi hal ini juga tidak terlepas dari peranan
Saksi Korban itu sendiri yang melakukan perselingkuhan sehingga menyebabkan
Terdakwa mengalami trauma yang berujung pada diidapnya gangguan jiwa ringan.
Semangat filosofis dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah memelihara keutuhan
rumah tangga yang harmonis dan sejahtera, sehingga Penuntut Umum sudah
sepatutnya menghindari pidana yang terlalu berat mengingat TERDAKWA dan
SAKSI KORBAN telah saling memaafkan dalam memberikan keterangannya di
persidangan berdasarkan kutipan ini:
35
proses pemulihan dengan cara memberikan korban kesempatan untuk
bertemu dengan pelaku dan membicarakan pelanggaran dan cara mengatasi
pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku, proses ini mefasilitasi
pemberdayaan secara emosional dan memuaskan kedua belah pihak
sekaligus mengimbangi antara kepentingan publik yang dibela oleh
Penuntut Umum dengan kepentingan pribadi dari mereka yang paling
berdampak oleh pelanggaran yang dilakukan”
36
TERDAKWA yang pelik dan rumit. Hal ini menunjukan ambisi Penuntut Umum
untuk menghukum TERDAKWA dan ketidakmengertian Penuntut Umum akan
semangat UU PKDRT yang memberikan keadilan sebesar mungkin bagi pihak
keluarga yang dalam hal ini TERDAKWA yang telah dimaafkan KORBAN.
Sehingga, hal ini patut menjadi pertimbangan dan renungan masing-masing
dari kita semua yang hadir dalam persidangan yang mulia ini, terutama Majelis
Hakim yang Mulia. Penuntut Umum yang tidak memahami perkara a quo secara jelas
dan juga tidak konsisten dengan dalil yang dibuatnya, layak dan pantaskah hal
tersebut? Lalu, bagaimana mungkin tuntutan Penuntut Umum patut dipertimbangkan
dalam persidangan ini apabila Surat Tuntutannya tidak dibangun dengan baik?
Berdasarkan dalil-dalil yang Kami kemukakan di atas, Majelis Hakim harus
dengan kesungguhan, kejernihan hati dan pikirannya mencermati apakah pantas
apabila Terdakwa dipidana dengan pidana penjara selama 5 (Lima) tahun dimana
perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa yang menebas penis Saksi Korban tersebut
terdapat peranan dari perbuatan yang dilakukan oleh Saksi Korban itu sendiri.
3. Alat Bukti
1. KETERANGAN SAKSI AYU VALLEN, KETERANGAN SAKSI JAMIL
PUTRA TIDAK SAH MENURUT HUKUM.
2
Prof. Dr. Edward Omar Sharief Hiariej, S.H., M.Hum., 2012, Teori dan Hukum Pembuktian, Penerbit
Erlangga, Yogyakarta, hlm. 57-61.
37
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada
mereka”.
b) Terkait dengan hal yang diterangkan saksi. Mengenai hal yang
diterangkan saksi, yang menjadi perhatian adalah substansi keterangan
tersebut dan sumber pengetahuan saksi. Substansi keterangan saksi
berhubungan dengan fakta yang relevan dengan pembuktian tentang suatu
peristiwa hukum yang disidangkan, sedangkan terkait sumber pengetahuan
saksi berkaitan dengan sumber pengetahuannya yang diperoleh karena
keterangan yang ia melihat atau mendengar langsung ataukah mengalami
sendiri. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan istilah
testimonium de auditu atau hearsay (keterangan-keterangan tentang
kenyataan-kenyataan dan hal-hal yang didengar, dilihat, atau dialami bukan
oleh saksi sendiri, tetapi keterangan yang disampaikan oleh orang lain
kepadanya mengenai kenyataan-kenyataan dan hal-hal yang didengar,
dilihat, dan dialami sendiri oleh orang lain tersebut).
Dalam perkara a quo, Penuntut Umum menghadirkan dan mendasarkan
keyakinannya pada keterangan-keterangan dari SAKSI JAMIL PUTRA
dan AYU VALLEN yang bahkan memberikan keterangannya hanya
mendasarkan pada hal-hal yang diberikan pada saat pemeriksaannya
sebagai saksi dan tidak berdasarkan pada hal-hal yang mereka dengar
sendiri, mereka lihat sendiri, dan mereka alami sendiri mengenai suatu
peristiwa pidana yang berupa kekerasan fisik yang dilakukan oleh
TERDAKWA terhadap SAKSI KORBAN, bahkan keterangan SAKSI
AYU VALLEN sama sekali tidak berhubungan dengan unsur pemenuhan
delik Pasal 44 ayat (2) UU PKDRT sekaligus menunjukan tidak
mengertinya Penuntut Umum dalam menguraikan unsur delik.
c) Mengenai penyebab saksi dapat mengetahui kesaksiannya. Artinya,
segala sesuatu yang menjadi sebab seorang saksi melihat, mendengar, atau
mengalami tentang peristiwa yang diterangkan saksi.
Dalam perkara a quo, seluruh keterangan dari SAKSI JAMIL PUTRA dan
AYU VALLEN tidak berdasarkan pada hal-hal yang mereka dengar
sendiri, mereka lihat sendiri, dan mereka alami sendiri mengenai peristiwa
pidana yang berupa kekerasan fisik yang dilakukan oleh TERDAKWA
yang dilakukan terhadap SAKSI KORBAN
Padahal berdasarkan Pasal 1 angka 26 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) menjelaskan bahwa “Saksi adalah orang yang
dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan
dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri”. Kemudian di dalam Pasal 1 angka 27
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menjelaskan
38
bahwa “Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara
pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dan pengetahuannya itu”.
Sehingga, pada akhirnya, keterangan para saksi yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang tidak mendasar pada hal-hal yang mereka dengar
sendiri, mereka lihat sendiri, dan mereka alami sendiri mengenai peristiwa
pidana yang berupa kekerasan fisik yang dilakukan oleh TERDAKWA
terhadap SAKSI KORBAN JOJO SUKARJO tersebut tidak objektif dan
diragukan sebagai alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian.
d) Kewajiban saksi untuk mengucapkan sumpah atau janji sebelum
memberikan keterangan di depan sidang pengadilan. Hal ini
dimaksudkan untuk dapat mencari kebenaran hakiki dalam suatu peristiwa
hukum. Dalam persidangan telah didapati bahwa SAKSI JAMIL PUTRA
tidak dapat diambil sumpahnya dikarenakan keberatan Penasihat Hukum
akan objektifitas keterangan Saksi dikarenakan hubungan keluarga berupa
anak dari SAKSI KORBAN dan TERDAKWA, ditambah lagi berdasarkan
keterangan yang diberikan SAKSI JAMIL PUTRA di berita acara
pemeriksaan di tahap penyidikan, Tim Penasihat Hukum berpendapat
bahwa SAKSI JAMIL PUTRA tidak mengetahui ataupun melihat langsung
kejadian tindak pidana yang dilakukan sehingga sudah sepatutnya
keterangan SAKSI JAMIL PUTRA ditolak dan tidak mengikat Majelis
Hakim.
e) Mengenai adanya hubungan antara isi keterangan saksi dengan isi
keterangan saksi lain atau alat bukti lain. Hal ini berkaitan dengan unus
testis nullus testis yang berarti satu saksi bukanlah saksi. Dengan ini, nilai
pembuktian keterangan saksi tidak terletak pada banyaknya, tetapi
kualitasnya.
Dapat disimpulkan bahwa SAKSI JAMIL PUTRA memang merupakan
orang yang berada pada saat kejadian kekerasan fisik yang dilakukan oleh
TERDAKWA terhadap SAKSI KORBAN sebagaimana yang didakwakan
Penuntut Umum terjadi. Akan tetapi keterangan yang diberikan oleh SAKSI
JAMIL PUTRA terkesan samar-samar dan tidak jelas karena Saksi tidak
melihat dengan mata kepala sendiri atau mengetahui secara jelas apakah
memang yang melakukan kekerasan fisik berupa penusukan terhadap SAKSI
KORBAN JOJO SUKARJO adalah TERDAKWA NURLELA
Dari keterangan yang diberikan oleh saksi a charge yang dihadirkan
Penuntut Umum tidak ada satupun keterangan saksi yang memenuhi Pasal 185
ayat (2) KUHAP, “ Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatana yang
39
didakwakan kepadanya “ sebagaimana terlihat dari keterangan SAKSI JAMIL
PUTRA yang berbunyi:
40
dengan istrinya sekaligus TERDAKWA. Sudah sepatutnya seorang suami yang
kepergok melakukan perselingkuhan menjaga baik-baik kepercayaan yang telah
diberikan dengan susah payah oleh TERDAKWA, namun dalam kasus ini yang
terjadi malah SAKSI KORBAN membakar habis kecemburuan TERDAKWA dengan
cara berdekatan dengan SAKSI AYU VALLEN dan tidak menjaga jarak dengannya
sebagaimana keterangan yang telah diberikan oleh SAKSI TEJO BASUKI.
Majelis Hakim yang kami muliakan, TERDAKWA melakukan perbuatan
pidana ini bukanlah suatu kesengajaan ataupun disertai niat yang bulat, siapakah istri
yang menginginkan kepala rumah tangganya cacat? Apa yang telah dilakukan
TERDAKWA bukan murni karena kesalahan TERDAKWA tetapi juga disertai oleh
gangguan jiwa ringan yang diderita oleh TERDAKWA. Berdasarkan keterangan
SAKSI TUKIYEM dan SAKSI JAMIL PUTRA yang diperkuat oleh AHLI SAE MA
WON, TERDAKWA mengalami depresi dan stress terus menerus sejak
perselingkuhan yang dilakukan SAKSI KORBAN pada tahun 2014 silam dimana
sejak perselingkuhan tersebut keadaan mental TERDAKWA mengalami degenerasi
secara gradual sampai pada titik dimana TERDAKWA tidak tahan dengan perbuatan
TERDAKWA yang dekat dengan wanita lain yaitu AYU VALLEN. TERDAKWA
merupakan seorang ibu rumah tangga yang kuat menahan depresi dan melawan
trauma yang dimilikinya semata-mata untuk keutuhan rumah tangga dan keadaan
anak-anak TERDAKWA dan SAKSI KORBAN.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa TERDAKWA tidak dalam keadaan sadar
sempurna dalam melakukan tindak pidana yang didakwakan dan perbuatan tersebut
terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi TERDAKWA, salah satunya yang
paling berpengaruh yaitu perselingkuhan SAKSI KORBAN dan kedekatan SAKSI
KORBAN dengan SAKSI AYU VALLEN yang menyebabkan kecemburuan yang
luar biasa.
41
ringan berupa Anxiety Disorder yang dialami Terdakwa yang disebabkan oleh
perbuatan Saksi Korban itu sendiri. Namun apabila Majelis Hakim ragu dalam
memutus apakah Terdakwa bersalah atau tidak, maka seyogyanya pula Majelis
Hakim mendasarkan dirinya pada sebuah adagium yang berbunyi:
Adagium tersebut terdiri dari kata IN DUBIO yang berarti dalam keraguan (in
doubt) dan PRO REO yang berarti memihak Terdakwa. Bila disatukan secara utuh,
adagium tersebut menyaratkan bila Hakim ragu-ragu akan suatu kesalahan yang
dituduhkan kepada Terdakwa, maka segala keputusannya harus memihak atau
condong kepada Terdakwa. Adagium yang bersifat universal tersebut kemudian
menjadi asas dalam hukum acara pidana Indonesia ketika diakomodir dalam Pasal
183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi “Hakim
tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
42
V. ANALISIS YURIDIS
43
yang dilakukan oleh suaminya pada tahun 2014, yang mana hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dari si penderitanya berupa rasa
takut dan kecemasan yang berlebihan, yang mana hal tersebut terlihat dari
hasil aloanamnesis dan hasil observasi yang dilakukan.
- Bahwa trauma yang terjadi terhadap Terdakwa yang tidak ditangani dalam
waktu yang lama dan terjadi berulang kali dapat menyebabkan kondisi
Anxiety Disorder karena Anxiety Disorder ini paling sering terjadi terhadap
orang-orang yang mengalami kejadian buruk atau melihat kejadian buruk
yang terjadi pada dirinya ataupun orang lain yang memiliki hubungan
afeksional dengan dirinya secara terus-menerus.
44
berkunjung kerumah TERDAKWA, padahal sepengetahuan SAKSI,
TERDAKWA merupakan orang yang menyukai binatang peliharaan dan
suka mengelus kucing.
3
Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia, hlm 218, sebagaimana dikutip dalam Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum
Pidana, cetakan pertama, 2014, Cahaya Atma Pustaka:Yogyakarta, hlm. 216
45
terdapat alasan yang dapat menghapus kesalahan dari Terdakwa atas suatu tindak
pidana yang dilakukannya. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 44 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai kemampuan bertanggungjawab.
Van Hamel tidak memberikan definisi pertanggungjawaban pidana,
melainkan memberik pengertian mengenai pertanggungjawaban. Secara lengkap Van
Hamel menyatakan:
46
hubungan kausal antara keadaan jiwa dan perbuatan yang dilakukannya. Menurut
uraian di atas, keadaan jiwa Terdakwa dalam melakukan tindak pidana yang
didakwakan oleh Penuntut Umum tidak memenuhi kualifikasi dapat
dipertanggungjawabkannya dia.
Kemudian dalam membahas sebuah perbuatan pidana (strafbaar feit) tidak
dapat memisahkan secara terpisah unsur-unsur perbuatan pidana tersebut, yakni unsur
“pertanggungjawaban pidana kepada pelakunya” dan unsur “perbuatan atau tindakan
yang dapat dipidanakan”. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak akan ada
hukuman pidana terhadap seseorang tanpa adanya hal-hal yang secara jelas
dapat dianggap memenuhi syarat atas kedua unsur itu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa unsur “setiap orang” adalah
orang yang apabila ia terbukti memenuhi unsur perbuatan pidana yang dituduhkan
terhadap Terdakwa. Unsur “setiap orang” tidak dapat langsung ditujukan kepada diri
Terdakwa, karena menentukan unsur ini tidak cukup dengan menghubungkan
Terdakwa sebagai perseorangan sebagaimana manusia pribadi atau subjek hukum
(subject van een recht) yang diajukan sebagai Terdakwa dalam perkara ini, akan
tetapi yang dimaksud setiap orang dalam undang-undang adalah orang yang
perbuatannya secara sah dan meyakinkan terbukti memenuhi semua unsur dari
perbuatan pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut.
Maka dari itu, untuk membuktikan unsur “setiap orang”, maka seluruh unsur
dari perbuatan yang menurut Penuntut Umum terbukti, haruslah dibuktikan terlebih
dahulu dan apabila seluruh unsur-unsur terbukti, barulah dapat dibuktikan unsur
“setiap orang” yang ditujukan kepada Terdakwa sebagai subyek hukum yang
didakwa melakukan tindak pidana. Akan tetapi, apabila unsur-unsur dalam pasal yang
merupakan delik inti atau bestanddeel delict dari tindak pidana yang didakwakan oleh
Penuntut Umum tidak terbukti dilakukan oleh Terdakwa, maka Terdakwa tidak dapat
dimintai pertanggung-jawaban sebagai subyek hukum yang memenuhi unsur “setiap
orang”.
Oleh karenanya, dalam unsur selanjutnya dimana Penuntut Umum
mendakwakan Terdakwa dengan tindak pidana kekerasan, unsur “setiap orang”
sangat berkesinambungan dengan pembuktian unsur tersebut. Walaupun Terdakwa
melakukan perbuatan yang didakwakan Penuntut Umum, kondisi Terdakwa pada saat
itu sedang dalam keadaan tidak stabil dan mengalami gangguan jiwa yang patut
dimasukan ke dalam kualifikasi Pasal 44 ayat 1 KUHP, “ Barangsiapa melakukan
perbuatan yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena jiwanya cacat
dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana.”
Berdasarkan uraian dan fakta-fakta yang terungkap di atas, Kami selaku Tim
Penasihat Hukum Terdakwa dengan yakin menyatakan bahwa UNSUR “SETIAP
ORANG” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.
47
2. Unsur “Melakukan Perbuatan Kekerasan Fisik sebagaimana yang tercantum
dalam Pasal 5 huruf a”
Pada unsur “Melakukan Perbuatan Kekerasan Fisik sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 5 huruf a”, Kami selaku Tim Penasihat Hukum terdakwa
menemukan Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya tidak mencantumkan
kesaksian lain yang membuktikan adanya pemotongan alat kelamin Korban.
Pembuktian Penuntut Umum hanya berdasarkan pada keterangan Saksi Korban Jojo
Sukarjo yaitu:
48
UNSUR “MELAKUKAN PERBUATAN KEKERASAN FISIK
SEBAGAIMANA YANG TERCANTUM DALAM PASAL 5 HURUF A”
TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.
Hal yang disampaikan oleh Duval dan Logan mendefinisikan apa yang
seharusnya dan seperti apa keluarga itu seharusnya. Karena setiap anggota keluarga
harus menjaga keutuhan keluarga dan menjaga kebersamaan satu dan yang lainnya,
tidak saling menyakiti, harus saling menyayangi dan saling melindungi. Dalam Surat
Tuntutan yang disampaikan oleh Penuntut Umum, Kami sebagai Tim Penasihat
Hukum Terdakwa menilai kerenggangan rumah tangga yang terjadi antara Saksi
Korban Jojo Sukarjo dan Terdakwa karena perilaku Jojo Sukarjo yang menyakiti
perasaan dan kondisi psikologis Terdakwa. Perbuatan itu bukan mencerminkan apa
yang seharusnya keluarga itu lakukan untuk menjaga kerukunan dan menjaga
keharmonisan satu dengan lainnya. Terlebih lagi diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan
beberapa peran suami dalam kegiatan rumah tangga yaitu:
Pasal 33
Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat-menghormati setia dan
memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Pasal 34
(1)Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2)Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
49
(3)Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masi dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Sedangkan apa yang dilakukan oleh Saksi Korban Jojo Sukarjo selaku suami
Terdakwa dalam Surat Tuntutan:
Hal tersebut juga diperkuat oleh keterangan Jamil Putra yang merupakan anak
Terdakwa dan Saksi Korban yang sedikit banyak mengetahui kehidupan rumah
tangga antara Saksi dan Terdakwa, yang menyatakan di persidangan bahwa:
50
- Bahwa SAKSI mengetahui kejadian perselingkuhan yang dilakukan
SAKSI KORBAN dengan wanita lain, SAKSI mengetahui kejadian ini
karena SAKSI melihat pertengkaran hebat antara TERDAKWA dan SAKSI
KORBAN pada tahun 2014 silam. Sejak kejadian perselingkuhan tersebut
TERDAKWA menjadi pendiam dan bahkan jarang bergaul dengan teman-
temannya
- Bahwa SAKSI sering mendapati TERDAKWA keluar rumah untuk pergi
ke rumah nenek SAKSI yaitu SAKSI TUKIYEM. Sepengetahuan SAKSI,
TERDAKWA pergi ke rumah nenek untuk melepas stress akibat hubungan
rumah tangga yang mulai merenggang.
Kami memohon kepada Majelis Hakim yang Mulia, agar kiranya hal-hal yang
telah Kami uraikan di atas menjadi bahan pertimbangan Majelis untuk memutus
perkara ini. Kami rasa, Majelis Hakim masih memiliki hati nurani dan keadilan yang
benar-benar berdasarkan rasa kemanusiaan dalam menjatuhkan pidana kepada
Terdakwa yang menjadi korban perselingkuhan Saksi Korban Jojo Sukarjo,
Terdakwa selalu sabar selama 3 (tiga) tahun pernikahannya dengan Jojo Sukarjo,
bahkan Terdakwa berusaha meluruskan kesalahpahaman antara Terdakwa dengan
Saksi Korban terkait hubungan Saksi Korban dengan Saksi Ayu Vallen, tetapi apa
yang dilakukan oleh Saksi Korban? Saksi Korban malah menghindar dari pertanyaan
Terdakwa. Dari uraian Tim Penasihat Hukum di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak pantas apabila seorang suami memperlakukan istrinya seperti yang telah
dilakukan oleh Saudara Jojo Sukarjo mengingat perselingkuhannya dengan wanita
lain 3 tahun silam, tetapi apa yang dilakukan oleh Saksi Korban? Beliau malah
mencari permasalahan dengan cara tidak menjaga jarak dengan Saksi Ayu Vallen
sehingga menimbulkan kecemburuan Terdakwa, dari fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa Saksi Korban
Berdasarkan uraian dan fakta-fakta yang terungkap di atas, Kami selaku Tim
Penasihat Hukum Terdakwa dengan yakin menyatakan bahwa UNSUR “DALAM
LINGKUP RUMAH TANGGA” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN
MEYAKINKAN.
51
dan tujuan harus ada hubungan kausal dalam batin Terdakwa.4 Dapat disimpulkan
bahwa adanya kesengajaan atau dolus dalam perbuatan Terdakwa yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat terhadap Saksi Korban Jojo
Sukarjo, S.E harus terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
di persidangan.
Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan
(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Trauma tajam adalah suatu ruda paksa
yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Trauma
tajam dikenal dalam 3 (tiga) bentuk yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus scissum),
luka tusuk (vulnus punctum), luka bacok (vulnus caesum), dan Luka potong(vulnus
amputatum).5
Derajat perlukaan yang dialami oleh seseorang dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
bentuk yaitu luka ringan, luka sedang, dan luka berat. Pembagian jenis luka menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdiri atas: a) luka derajat pertama
(luka golongan C) yaitu luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian; b) luka derajat kedua (luka
golongan B) yaitu luka yang berakibat penyakit atau halangan untuk sementara
waktu; dan c) luka derajat ketiga (luka golongan A) yaitu luka yang menyebabkan
rintangan atau halangan menjalankan jabatan, pekerjaan atau pencaharian.
Mengenai luka derajat ketiga yang berupa luka berat diatur lebih lanjut dalam
Pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menjelaskan bahwa yang
termasuk luka berat adalah:
1) jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
2) tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
3) kehilangan salah satu pancaindera;
4) mendapat cacat berat;
5) menderita sakit lumpuh;
6) terganggunya daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih;
7) gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
4
Prof. Moeljatno, S.H., 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 187.
5
Alfred C. Satyo, Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik, Majalah Kedokteran Nusantara
Volume 39, Nomor 4, Desember 2006, hlm. 431.
52
oleh Prof. Dr. Med. dr. DOLILA HARTINI, Sp.F. dokter pada Rumah Sakit Sardjito,
dari hasil pemeriksaan ahli terhadap KORBAN JOJO SUKARJO yang tertuang
dalam Visum et Repertum, ditemukan bahwa alat kelamin Sdr. Jojo Sukarjo (penis)
putus hingga pangkalnya (tidak ada sisa), serta luka iris pada kulit bagian depan
testikel/kantung pelirnya.
Terhadap pertanyaan penasihat hukum mengenai apakah terdapat dampak
jangka panjang tentang luka potong pada penis korban, ahli berpendapat bahwa
karena velnus amputatum di lakukan pada batang penis dan bukan pada kantung
zakar, maka kemungkinan berubahnya kepribadian sangat kecil atau bahkan tidak ada
perubahan terhadap kepribadian dapat terjadi apabila terdapat kerusakan pada bagian
testikel, karena organ tersebut berfungsi sebagai tempat produksi hormon testosteron
untuk menimbulkan karakteristik seorang pria. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak akan ada perubahan kepribadian Korban Jojo Sukarjo dan disfungsi kemampuan
reproduksi, selain itu tidak dijabarkan secara jelas oleh Penuntut umum apakah luka
potong korban menyebabkan ataupun memenuhi Pasal 90 KUHP.
Oleh karena itu luka potong pada penis Saksi Korban Jojo Sukarjo tidak
memenuhi rumusan Pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
yang menjelaskan bahwa luka berat salah satunya termasuk tidak mampu
terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian.
Bahwa luka potong pada penis Jojo Sukarjo seharusnya dapat diobati secara
penuh melalui operasi penyambungan penis, Menurut dr Gideon Tampubolon,Sp U
(dokter RS Premier Bintar) jika sudah lewat dari 8 jam, jaringan dalam organ yang
terpotong sudah mati. Syarat untuk operasi penyambungan adalah organ harus dalam
kondisi bersih dan langsung disimpan dalam cairan es atau larutan garam fisiologis
yang dingin supaya steril. Karena itu, pasien harus secepatnya dibawa ke rumah sakit,
berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh tim penasehat hukum tetapi karena
penanganan tidak seharusnya yaitu penyelamatan potongan penis yang tidak disimpan
dalam waktu kurang dari 8 (delapan) jam, maka kemungkinan penis korban untuk
disambungkan kembali menjadi tidak ada sama sekali dan apabila terdapat luka berat
pada Saksi Korban maka hal tersebut bukan karena kesalahan Terdakwa melainkan
karena penanganan yang tidak profesional dari aparat kepolisian.
Apabila penanganan terhadap potongan penis Jojo Sukarjo dilakukan dalam
waktu cepat dan benar, Korban tidak akan mendapati masalah seperti yang telah
diberikan dalam keterangan Saksi Korban, dalam dunia medis penyambungan
kembali penis telah berhasil dilakukan sebagaimana menurut jurnal kesehatan “Penile
amputation and successful reattachment and the role of winter shunt in postoperative
53
viability: A case report and literature review” oleh Michael Fuoco, MD,* Leonard
Cox, MD,† and Thomas Kinahan, MD§6 dengan terjemahan sebagai berikut:
“…Pada Januari 2011 seorang penderita penyakit jiwa
schizophrenic dengan luka potong pada penis yang disebabkan oleh
dirinya sendiri ditangani di UGD Kelowna, British Columbia.
Pasien ditanyai mengenai kronologis kejadian dan didapati bahwa
korban menelan potongan penisnya sendiri, dalam jangka waktu 1
jam setelah penelanan, bidang penyakit sistem pencernaan
melakukan operasi endoscopic untuk mengambil penis dari perut
pasien, eksaminasi menunjukan adanya luka asam perut minimal
dan potongan bersih pada bagian tengah batang penis, dengan
pendapat bagian operasi plastik kami memutuskan untuk
melanjutkan penyambungan penis dengan metode Winter’s Shunt.
Dari uraian dalam jurnal tersebut dapat disimpulkan masih ada harapan untuk
penyambungan kembali penis apabila penanganan luka korba dilakukan secepatnya
dan ditangani oleh pihak yang profesional terhadap hal tersebut.
Oleh karena itu luka potong pada penis yang dialami oleh Saksi Korban Jojo
Sukarjo tidak dapat dikategorikan sebagai luka berat karena masih terdapat
harapan yang besar untuk sembuh seperti sediakala apabila penanganan
potongan penis dilakukan secara profesional.
Delik materiil adalah delik yang perumusannya lebih menekankan pada akibat
yang dilarang, dengan kata lain pembentuk undang-undang melarang terjadinya
akibat tertentu. Dalam delik materiil, akibat adalah hal yang harus ada sehingga
6
Can Urol Assoc J. 2015 May-Jun; 9(5-6): E297–E299., Diterbitkan secara daring pada 2015 Mei,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4439228/ diakses pada 5 Agustus 2017 pukul 18.44
54
bersifat esensial atau konstitutif. Selesainya suatu delik materiil adalah apabila akibat
yang dilarang dalam rumusan delik sudah benar-benar terjadi.7
Perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan
korban mendapat jatuh sakit atau luka berat sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat
(1) dan Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga merupakan delik materiil. Terhadap
perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga harus terdapat akibat korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, karena adanya akibat merupakan hal yang
penting dalam delik materiil. Terhadap perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga akibat yang ditimbulkan yang berupa korban mendapat jatuh
sakit atau luka berat harus benar-benar terjadi sehingga delik materiil tersebut
menjadi selesai.
Bahwa perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang dilakukan
oleh Terdakwa terhadap Saksi Korban Jojo Sukarjo tidak menimbulkan akibat berupa
luka berat sebagaimana diatur dalam Pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Hal ini dikarenakan pekerjaan Saksi Korban sebagai Direktur PT. Abebochi
Sukses Makmur oleh Saksi Korban Jojo Sukarjo tidak terlalu banyak menggunakan
tenaga dan gerak tubuh tetapi hanya sebatas pada mewakili PT. Abebochi Sukses
Makmur sesuai Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Perseroan Terbatas a quo
sehingga luka potong pada penis yang dialami oleh Saksi Korban Jojo Sukarjo tidak
menghambat Saksi Korban untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan menjalankan
pekerjaan mata pencahariannya sebagai Direktur PT. Abebochi Sukses Makmur.
Berdasarkan uraian dan fakta-fakta yang terungkap di atas, Kami selaku Tim
Penasihat Hukum Terdakwa dengan yakin menyatakan bahwa UNSUR
“MENGAKIBATKAN KORBAN MENDAPAT JATUH SAKIT ATAU LUKA
BERAT” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.
7
RB Budi Prastowo, Delik Formil atau Materiil, Sifat Melawan Hukum Formil atau Materiil, dan
Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Kajian Teori Hukum Pidana Terhadap
Putusan Mahkamah Konstitusi RI Perkara Nomor 003/PUU-IV/200, dalam Jurnal Hukum Pro Justitia,
Juli 2006, Volume 24 No. 3.
55
VI. ANALISIS SOSIOLOGIS
Pada hakikatnya, suatu sistem hukum merupakan bagian dari suatu sistem
yang lebih besar lagi, yaitu sistem sosial masyarakat. Oleh karenanya, sangat penting
bagi kita untuk melihat hukum tersebut tidak terbatas hanya pada apa yang tertulis
dan apa yang terlihat secara kasat mata, namun kita perlu melihat hukum dari
perspektif yang lebih luas lagi, yakni dari perpektif masyarakat. Bahwa hukum dan
keadilan tidak dapat ditegakkan dengan kacamata kuda, dimana penegakan
hukum dan keadilan dilakukan tanpa memandang “efek samping” yang timbul
daripadanya dan hanya melihat suatu masalah hukum dalam satu perspektif
pandangan yang sempit.
Oleh karenanya, Tim Penasihat Hukum Terdakwa merasa memiliki kewajiban
untuk mennyampaikan suatu Analisis Sosiologis, suatu analisis yang memandang
masalah hukum ini dari perspektif masyarakat. Analisis ini dibuat bukan semata-mata
sebagai suatu pemaparan biasa yang tidak penting dan hanya merupakan omong
kosong belaka, melainkan analisis sosiologis ini dibuat agar sekiranya mampu
menghadirkan pentingnya aspek sosiologis dari suatu permasalahan hukum sehingga
para caturwangsa dan masyarakat tidak melupakan esensi dari suatu penegakan
hukum yang mampu mencerminkan keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan
hukum.
Hal ini sejalan dengan pendapat Prof. Oemar Seno Adji, S.H. yang
mengatakan bahwa Hakim Pidana bebas dalam mencari hukuman yang dijatuhkan
terhadap Terdakwa secara tepat. Ia harus memperhitungkan sifat dan seriusnya delik
yang dilakukan, keadaan yang meliputi perbuatan-perbuatan yang dihadapkan
kepadanya. Ia harus melihat kepribadian dari pelaku perbuatan, dengan umurnya,
tingkatan pendidikan, apakah ia pria ataupun wanita, lingkungannya, sifatnya sebagai
bangsa dan hal-hal lain.8
Melalui analisis sosiologis ini, Tim Penasihat Hukum Terdakwa ingin
mengajak para caturwangsa serta masyarakat untuk memahami permasalahan hukum
yang dihadapi oleh Terdakwa secara jelas dan luas.
8
Prof. Oemar Seno Adji, S.H., 1980, Hukum Hakim Pidana, penerbit Erlangga, Jakarta, hal 8
56
Nurlela, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari seorang
pengusaha bernama Sutedjo Sukarman, karena putus kuliah sejak usia 19 (sembilan
belas) tahun, Nurlela tidak pernah patah semangat untuk mengubah nasib dirinya dan
keluarganya. Ayahnya meninggalkan hutang sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dari kegiatan usahanya bukanlah nominal yang sedikit pada tahun itu.
Pada usianya yang masih 19 (dua puluh tiga) tahun itu Nurlela sudah harus
mengurus adik- adiknya yang masih berusia 6 (enam) dan 4 (empat) tahun
dikarenakan Ibu dan Ayahnya harus sibuk dengan mata pencaharian keluarga mereka.
Nurlela dikenal sebagi anak yang gigih dan periang dalam menjalankan kegiatan
sehari-harinya. Semua masyarakat di lingkungan tempat tinggal Nurlela pasti
mengenal sosok gadis periang dengan senyum indah diwajahnya. Nurlela merupakan
anak yang berprestasi, sejak pendidikan sekolah dasar sudah meraih beasiswa hingga
menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas. Oleh karena kegigihan dan
keuletannya dalam bekerja, usaha yang dijalankan oleh Nurlela berkembang dengan
pesat dan pada akhirnya menjadi perusahaan yang berbadan hukum. Penghargaan-
penghargaan dan kinerjanya yang dinilai sangat baik dan menjadi teladan bagi
seluruh jajaran pegawai di perusahaannya.
Semenjak itu, Nurlela merupakan direktur yang disegani dan dikagumi oleh
teman sebayanya dan pegawinya. Banyak pegawinya yang sangat senang ketika
Nurlela mejadi direktur mereka karena sosok Nurlela merupakan sesorang yang
pantas menyandang panggilan ibu karena sifatnya yang lembut dan jarang sekali
marah kepada pegawinya.
Kemudian pada tahun 1994, tepatnya tanggal 6 Juli 1994, Nurlela menikah
dengan Jojo Sukarjo. Setelah dua tahun membina rumah tangganya bersama Jojo
Sukarjo, Nurlela mengandung dan melahirkan seorang anak bernama Jamil Putra.
Oleh karena kasih sayangnya sebagai seorang ibu yang sangat besar, Nurlela
mengundurkan diri sebagai direktur dan digantikan oleh suaminya agar bisa
mengurus anaknya.
Kini, Nurlela meskipun sudah sukses mengukur prestasi, ia tidak melupakan
kewajibannya sebagai seorang anak dan sebagai ibu. Selain memiliki tanggungan
seorang anak dan seorang suami, ia juga memiliki tanggung jawab atas ibunya yang
sudah tua. Meskipun ia bukan anak satu-satunya, tetapi ia adalah anak yang paling
sukses diantara mereka tiga bersaudara, sehingga ia memiliki kewajiban lebih untuk
mengurus ibunya.
57
Kegiatan Bakti Sosial Permata Kasih merupakan kegiatan bertujuan untuk
membantu panti asuhan yang memutuhkan dana untuk menyekolahkan anak-anak.
Sudah banyak panti asuhan yang dibantu dari dana yang diberikan kegiatan bakti
sosial ini. Dana yang diberikan berasal dari sumbangan para pengusaha yang berasal
dari seluruh daerah Yogyakarta yang telah membentuk suatu himpunan besar
Pengusaha Regional Yogyakarta.
Selain itu, banyak penghargaan yang sudah ditorehkan oleh kegiatan bakti
sosial Permata Kasih ini adalah The Gift Of Charity Salah satu penghargaannya
antara lain penghargaan melalui pemberian dana bagi panti asuhan yang
membutuhkan dana, membantu renovasi sekolah didaerah yang tidak dijamah oleh
pemerintah dan kegiatan belajar mengajar bagi siswa yang sudah putus sekolah pada
tahun 2007.
Tidak hanya sampai disitu saja, Kegiatan bakti sosial Permata Indah juga terus
mengukir prestasi-prestasi luar biasa, antara lain penghargaan Social Education.
Pada tahun 2014, Kegiatan Permata Indah resmi menjadi sebuah yayasan yang
bergerak di kegiatan social terus berkembang dan telah menjadi yayasan yang sudah
membantu Pendidikan bagi ribuan pelajar di seluruh wilayah Yogyakarta.
58
perpustakaan di beberapa sekolah secara cuma-cuma. Kegiatan ini akhirnya menjadi
sebuah kebiasaan bagi yayasan Permata Indah untuk memberikan beasiswa kepada
100 (seratus) mahasiswa dan 1000 (seribu) pelajar yang tidak mampu melanjutkan
biaya pendidikan.
Berdasarkan uraian singkat tentang Terdakwa, kita dapat melihat betapa
sentralnya peran Terdakwa Nurlela bagi Yayasan Permata Indah. Tidak hanya
Yayasan Permata Indah yang akan merasa kehilangan apabila Sang Penanggung
jawab sekaligus perintis pergi menjalani hukuman dalam jangka waktu lima tahun
yang tidak sepatutnya diberikan kepadanya, tetapi juga para keluarganya terutama
ibu bagi 2 (dua) anak-anaknya yang masih kecil, dan masyarakat sekitar. Mereka
akan kehilangan seorang keluarga, seorang teman, seorang sahabat, seorang
dermawan.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah masalah hukum tidak logis
yang dihadapi oleh Terdakwa. Terdakwa yang bisa memperoleh apapun yang
diinginkan dan bahkan tidak ragu untuk membaginya dengan orang lain yang
membutuhkan, malah dituntut “pidana penjara selama 5 (Lima) tahun”, Terdakwa
yang sudah merintis karir dari nol dengan keringatnya sendiri, merubah nasib
keluarganya dengan susah payah.
Oleh karenanya, melalui Analisis Sosiologis ini, kami selaku Tim Penasihat
Hukum Terdakwa berharap bahwa Majelis Hakim mampu melihat dan meresapi hal-
hal yang telah kami urai agar sekiranya menjadi bahan pertimbangan Majelis Hakim
dalam memutus perkata a quo dengan seadil-adilnya dengan memperhatikan prinsip
kepastian dan kemanfaatan berdasarkan hati nurani. Menutup Analisis Sosiologis ini,
kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa ingin mengutip pernyataan yang pernah
dikatakan oleh Jaksa Agung Basrief Arief:
“Rasa keadilan itu akan lebih terasa apabila kita bekerja dengan hati nurani tanpa
intervensi dimanapun dan oleh siapapun.”
59
VII. KESIMPULAN DAN PERMOHONAN
Pada Bab akhir nota pembelaan ini, perkenankanlah Kami mengutip sesuatu,
bukan mengutip tulisan dari seorang ahli hukum, bukan mengutip sesuatu dari sebuah
literatur hukum, melainkan mengutip tulisan seorang budayawan bernama
Goenawan Mohamad berjudul Hakim9 sebagai berikut:
Hakim yang berani akan menggunakan asas in dubio pro reo, seraya
membebaskan Terdakwa dari Dakwaan yang dituduhkan kepadanya, karena fakta
yuridis yang ada sudah jelas tidak mendukung Surat Dakwaan dari Penuntut Umum
apalagi bila fakta yuridis itu hanya didasarkan kepada bukti-bukti petunjuk saja.
Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana telah disampaikan sebelumnya pada
Nota Pembelaan ini, maka Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa NURLELA
memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sleman agar memutuskan:
PRIMAIR
9
Goenawan Mohamad.1989.Catatan Pinggir (1).Jakarta:PT PUSTAKA UTAMA GRAFITI
60
2. Membebaskan Terdakwa NURLELA dari semua Dakwaan (Vrijspraak) atau
setidak-tidaknya melepaskannya dari semua Tuntutan Hukum (Onstlag van Alle
Rechtsvolvoging).
3. Membebaskan Terdakwa dari tahanan sesegera mungkin;
4. Mengembalikan nama baik, harkat dan martabat Terdakwa NURLELA.
5. Membebankan biaya perkara sebesar Rp5.000,00 kepada Negara.
SUBSIDAIR
61