Anda di halaman 1dari 10

PENINJAUAN KEMBALI

Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan

No : 439/PID/2013/PT-MDN Tanggal 11 Oktober 2013

jo.

Putusan Pengadilan Negeri Medan

No : 564/Pid.B/2013/PN.Mdn Tanggal 17 Juli 2013

Kepada Yth :

KETUA MAHKAMAH AGUNG R.I.


Di-
Jakarta

Melalui :

KETUA PENGADILAN NEGERI MEDAN


Di-
Medan

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :

MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG Als. IYAN, laki laki, umur 38 Tahun,


kebangsaan Indonesia, pekerjaan Wiraswasta, beralamat di
jalan Makmur No.123 kelurahan Silalas Kota Medan, semula
disebut sebagai Terdakwa/Pembanding dan selanjutnya
disebut PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI.

Bahwa dengan ini Pemohon Peninjauan Kembali menyatakan keberatan


terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan No : 439/PID/2013/PT-MDN
tanggal 11 Oktober 2013 jo. Putusan Pengadilan Negeri Medan No :
564/Pid.B/2013/PN.Mdn Tanggal 17 Juli 2013 yang amarnya berbunyi
sebagai berikut :

Hlm 1 dari 10
M E N G A D I L I

1. Menerima permintaan banding dari Penasihat Hukum Terdakwa ;


2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor :
564/pid.B/2013/Pn.Mdn ;
3. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
4. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara
dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding
sebesar Rp. 2500.- (dua ribu lima ratus rupiah) ;

Jo. Putusan Pengadilan Negeri Medan No : 564/Pid.B/2013/PN.Mdn


tanggal 17 Juli 2013 yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

M E N G A D I L I

1.Menyatakan terdakwa MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG Alias IYAN


tersebut diatas telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana : “Tanpa Hak dan melawan
Hukum memiliki menyimpan, menguasai atau menyediakan
narkotika Golongan I bukan Tanaman ;
2.Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut dengan pidana
penjara selama 5 (lima) Tahun dengan denda sejumlah Rp
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila
tidak dibayar, harus diganti dengan pidana penjara selama 1
(satu) Bulan ;
3.Menetapkan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
4.Memerintahkan supaya terdakwa tetap ditahan ;
5.Menetapkan barang bukti berupa :
- 39 (Tiga puluh Sembilan) butir pil/Tablet ekstasi/Inex,
warna hijau seberat 10 (sepuluh) gram ;
- 4 ½ (empat setengah) butir Pil/Tablet Ekstasi/Inex
warna merah seberat 1,3 (satu koma tiga) gram ;
- Dirampas untuk dimusnahkan ;
6.Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 1.000,-
(seribu rupiah )

Bahwa Peninjauan Kembali ini diajukan setelah adanya Putusan


Pengadilan Tinggi Medan No : 439/Pid/2013/Pt-Mdn tertanggal 11
Oktober 2013 Jo. Putusan Pengadilan Negeri Medan No :
564/Pid.B/2013/Pn.Mdn tertanggal 17 Juli 2013 yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) berdasarkan

Hlm 2 dari 10
Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Medan No. 439/Pid/2013/PT.Mdn
jo. No. 564/Pid.B/2013/PN.Mdn jo. No. 78/Akta Pid/2013/PN.Mdn jo.
No.81/Akta Pid/2013/PN.Mdn tertanggal 29 Januari 2014.

Bahwa Peninjauan Kembali ini diajukan oleh Pemohon Peninjauan


Kembali karena ditemukannya KEADAAN BARU (NOVUM) dalam perkara a
quo yaitu : SURAT PERNYATAAN PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA
tertanggal 06 Nopember 2013, oleh karenanya Peninjauan Kembali ini
telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dan karenanya
peninjauan kembali ini MOHON DAPAT DITERIMA.

Bahwa adapun alasan-alasan keberatan Pemohon Peninjauan Kembali


terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan akan diuraikan sebagai
berikut :

1. BAHWA JUDEX FACTIE TELAH SALAH DAN KELIRU DALAM PENERAPAN HUKUM
KARENA TIDAK SESUAI DENGAN SYARAT–SYARAT BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

Bahwa setiap hakim dalam menjalankan tugasnya (yustisia dan non


yustisia) haruslah mengacu pada peraturan perundang – undangan
yang berlaku, khususnya dalam membuat putusan pemidanaan diatur
dalam pasal 197 ayat (1) Kitab Undang – Undang Hukum Acara
Pidana ;

Bahwa putusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Medan hanya


menganulir / mengadopsi seluruh pertimbangan hukum Pengadilan
Negeri Medan dengan menguatkan putusan a quo.

Bahwa padahal terdapat kekeliruan yang nyata didalam


pertimbangan hukum judex factie Pengadilan Negeri Medan tentang
hukum pembuktian dan pasal yang semestinya diterapkan.

Bahwa perlu pemohon Peninjauan Kembali sampaikan tentang adanya


perkara ini karena terdapat dugaan menyimpan dan memiliki
narkotika yang dituduhkan kepada Pemohon Peninjauan Kembali.
Setelah melalui berbagai pemeriksaan baik di Kepolisian dan
Pengadilan terdapat fakta hukum bahwasannya Pemohon Peninjauan
Kembali bukanlah Pemakai Narkotika (hasil tes urine negatif dan
tidak dilampirkan dalam berkas perkara).

Bahwa selain itu pada persidangan sebelumnya Jaksa Penuntut


Umum tidak pernah dapat membuktikan barang haram berupa
Narkotika tersebut siapa pemiliknya, fakta hukum yang ditemukan
saat persidangan mengungkapkan bahwa barang haram narkotika
tersebut adalah milik Edi dan Adi yang saat ini tidak diketahui
keberadaannya (DPO).
Hlm 3 dari 10
Bahwa akan tetapi Judex Factie Pengadilan Negeri Medan dan
dianulir oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Medan telah
memutuskan Pemohon Peninjauan Kembali bersalah dengan melanggar
Pasal 112 ayat (2) UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Bahwa Esensi (unsur) Pasal 112 UU RI No. 35 Tahun 2009 adalah


“Setiap Orang” - “Tanpa hak atau melawan hukum” - Memiliki,
menyimpan, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman”
sementara fakta hukum yang sebenarnya Pemohon Peninjauan
Kembali sama sekali tidak terbukti memenuhi unsur-unsur pasal
yang diputuskan.

Bahwa bila mengacu pada pada fakta-fakta hukum dipersidangan


tidak ada satupun unsur pasal tersebut terpenuhi dilakukan oleh
Pemohon Peninjauan Kembali, sebab barang bukti berupa Narkotika
dimaksud bukan milik Pemohon Peninjauan Kembali namun milik
orang lain, yaitu Adi dan Edi (masih buron).

Bahwa akan tetapi Judex Factie Pengadilan Tinggi Medan telah


menerapkan peraturan hukum yang salah dengan menyatakan bahwa
Terdakwa/Pemohon Peninjauan Kembali bersalah melanggar Pasal
112 ayat (2) UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Bahwa oleh karena Putusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Medan


jo Pengadilan Negeri Medan telah salah dalam menerapkan hukum,
maka Putusan a quo sepatutnya layak untuk dibatalkan pada
pemeriksaan peninjauan kembali ini.

2. BAHWA JUDEX FACTIE TELAH SALAH MENERAPKAN HUKUM KARENA TIDAK


MELAKSANAKAN PRINSIP HUKUM PEMBUKTIAN BAHWA PENGAKUAN TERDAKWA
TIDAK MENGHAPUSKAN KEWAJIBAN PENUNTUT UMUM MEMBUKTIKAN
KESALAHAN TERDAKWA

Bahwa dalam pasal 184 Kitab Undang – Undang Hukum acara Pidana,
salah satu alat bukti yang sah adalah keterangan terdakwa dan
selanjutnya dalam pasal 189 ayat (1) Kitab Hukum Undang –
Undang Acara Pidana keterangan terdakwa adalah “ apa yang
terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan
atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri “.

Bahwa selanjutnya dalam pasal 189 ayat (4) Kitab Hukum Undang –
Undang Acara Pidana yang berbunyi : “ Keterangan terdakwa saja
tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai
dengan alat bukti lainnya ”.

Hlm 4 dari 10
Bahwa berdasarkan keterkaitan ketentuan pasal 184 KUHAP dan
pasal 189 ayat (4) KUHAP maka dapat dinyatakan bahwa keterangan
terdakwa ( Pengakuan Terdakwa) yang dinyatakan di persidangan
dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah apabila dapat
dibuktikan oleh jaksa penuntut umum di dalam persidangan. Hal
ini merupakan prinsip pembuktian yang sering dilakukan
berdasarkan KUHAP, bahwa pengakuan terdakwa tidak menghapuskan
kewajiban penuntut umum membuktikan kesalahan terdakwa.

Bahwa prinsip pembuktian tersebut sudah sepatutnya dilaksanakan


dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan di negeri ini, dan
untuk mencegah tindakan–tindakan oknum–oknum kepolisian yang
tidak bertanggung jawab dengan seenaknya menjebak orang lain
dengan menitipkan / menyelipkan narkoba kepada seseorang, lalu
ditangkap dan dijebak dengan pasal 112 ayat (2) Undang–Undang
No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Menguasai Narkotika tanpa
hak atau melawan hukum) ;

Bahwa pemohon Peninjauan Kembali keberatan dengan penerapan


hukum yang dilakukan oleh Judex Factie pengadilan tinggi medan
dalam halaman 8 putusan nomor : 439/PID/2013/PT-MDN yang
berbunyi :

Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi setelah mempelajari dengan


seksama keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa dengan
keterangan saksi – saksi Polisi dan pengakuan Terdakwa sendiri
dipersidangan dihubungkan pula dengan barang – barang bukti Pil
– Pil Ekstasi yang diketemukan Terdakwa , berpendapat bahwa
keberatan dari penasihat hukum terdakwa diatas haruslah ditolak
karena terdakwa sendiri mengakui bahwa pil – pil ekstasi
tersebut diketemukan di kamar Terdakwa tetapi pil – pil
tersebut adalah titipan dari Edi dan Adi yang buron bukan
miliknya :

Tetapi secara jelas Terdakwa mengakui bahwa barang titipan


tersebut adalah pil – pil ekstasi, sesuai dengan pengakuan
terdakwa sendiri pada waktu pemeriksaan dipersidangan pada
tanggal 27 mei 2013 dan lebih lanjut terdakwa menerangkan bahwa
sebelumnya 50 ( lima puluh ) butir ekstasi berwarna merah sudah
dibagi-bagikannya kepada teman – temannya.

Bahwa keberatan Pemohon Peninjauan Kembali terhadap alasan


menimbang judex factie tersebut bahwasanya pengakuan terdakwa
tidak pernah dibuktikan oleh jaksa penuntut umum secara
objektif sebagai pemilik pil – pil ekstasi yang diketemukan di
kamar pemohon Peninjauan Kembali.

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dalam pemeriksaan penyidikan


mendapat tindakan pemaksaan atau tekanan dari oknum – oknum
Hlm 5 dari 10
kepolisian yang tidak bertanggung jawab untuk mengakui bahwa
pil–pil ekstasi yang diketemukan di kamarnya adalah miliknya,
sehingga dengan mudahnya polisi menduga Pemohon Peninjauan
Kembali melakukan perbuatan tanpa hak dan melawan hukum
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
sesuai yang didakwakan kepada Pemohon Peninjauan Kembali di
dalam pengadilan.

Bahwa karena kuatnya tekanan/pemaksaan yang dialami Pemohon


Peninjauan Kembali sejak pemeriksaan penyidikan sehingga
situasi kebatinan Pemohon Peninjauan Kembali dalam memberikan
keterangan di persidangan adalah sama dengan ketika Pemohon
Peninjauan Kembali memberikan keterangan di pemeriksaan
penyidikan. oleh karena itu, seharusnya jaksa penuntut umum
lebih objektif membuktikan di persidangan bahwa pil – pil
ekstasi yang diketemukan di kamarnya adalah milik Pemohon
Peninjauan Kembali dan seharusnya juga judex factie lebih
berusaha untuk menggali secara objektif kebenaran materil
perkara a quo ini dan bukan semata – mata mengadili berdasarkan
pengakuan terdakwa di persidangan tanggal 27 mei 2013.

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali melalui permohonan Peninjauan


Kembali ini menyatakan mencabut keterangan pemohon Peninjauan
Kembali di dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sesuai Surat
Pernyataan Pencabutan Keterangan tertanggal 6 Nopember 2013.

Bahwa berdasarkan fakta hukum di persidangan bahwa tidak


diterapkannya prinsip hukum pembuktian tersebut dalam perkara a
quo ini, maka sangat patut dan beralasan secara hukum jika
Pemohon Peninjauan Kembali menyimpulkan bahwasanya keterangan
Pemohon Peninjauan Kembali di persidangan tidak mempunyai
kekuatan pembuktian secara sah berdasarkan pasal 184 KUHAP,
karena tidak dapat dibuktikan oleh jaksa penuntut umum bahwa
pil-pil ekstasi yang diketemukan di kamar Pemohon Peninjauan
Kembali adalah milik Pemohon Peninjauan Kembali.

Bahwa dalam pasal 183 KUHAP yang berbunyi “ hakim tidak boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang – kurangnya dua alat bukti yang sah dan ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar – benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya “ seharusnya
diterapkan dalam perkara a quo, sementara dalam fakta hukum di
persidangan keterangan Pemohon Peninjauan Kembali tidak
mempunyai kekuatan pembuktian secara sah berdasarkan pasal 184
KUHAP.

Bahwa keterkaitan antara pasal 183 KUHAP dan fakta hukum di


persidangan maka dapat Pemohon Peninjauan Kembali simpulkan
judex factie menerapkan hukum dalam perkara a quo Cacat hukum,
Hlm 6 dari 10
oleh karenanya Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan mengadili
Peninjauan Kembali ini dapat membatalkan putusan atas perkara a
quo.

3. BAHWA JUDEX FACTIE SALAH MENERAPKAN HUKUM DALAM MEMUTUSKAN


PASAL – PASAL YANG DIDAKWAKAN

Bahwa dalam mengadili perkara pidana, tugas setiap hakim adalah


mencari kebenaran materiil / kebenaran sejati ( omkering van
bewijs lacht ) agar tercapai kepastian hukum dan keadilan
berdasarkan cara – cara yang diatur di dalam KUHAP.

Bahwa selanjutnya judex factie mengadili perkara a qou dengan


memutuskan bahwa Muhammad Syahril Matondang alias IYAN / telah
Pemohon Peninjauan Kembali terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud melanggar
Pasal 112 UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika: “ tanpa
hak dan melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman ” dan
menjatuhkan pidana penjara selama 5 ( lima ) tahun dan denda
sejumblah Rp. 1.000.0000.000,- ( satu milyard rupiah ) dengan
ketentuan apabila denda tidak dibayar, harus diganti dengan
pidana penjara selama 1 ( satu ) bulan.

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali keberatan dengan Putusan judex


factie dalam menerapkan hukum perkara a quo, karena secara
formil pasal 112 ayat (2) yang didakwakan kepada Pemohon
Peninjauan Kembali tidak diatur oleh undang – undang batasan
sifat tanpa hak atau melawan hukum pasal tersebut. Fakta hukum
dalam persidangan judex factie tidak pernah menjelaskan sifat
tanpa hak atau melawan hukum secara materiil yang dilakukan
oleh pemohon peninjauan kembali.

Lebih lanjut berdasarkan fakta persidangan terungkap bahwa


Pemohon Peninjauan Kembali adalah orang yang dititipi paket
oleh Adi dan Edi yang isinya sama sekali tidak diketahui oleh
terdakwa, saksi – saksi juga menyatakan kalau pil – pil ekstasi
yang diketemukan di kamar Pemohon Peninjauan Kembali bukanlah
milik pemohon Peninjauan Kembali melainkan milik Adi dan Edi.

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali tidak sependapat dengan judex


factie dalam menerapkan hukum berdasarkan pasal 112 ayat (2) UU
RI No. 35 Tahun 2009.

Hlm 7 dari 10
Bahwa adapun unsur kwalifikasi yuridis terhadap perkara a quo
dikaitkan dengan fakta hukum di persidangan dapat Pemohon
Peninjauan Kembali sampaikan sebagai berikut :

 Unsur memiliki berarti : mempunyai hak atas benda/barang.


Berdasarkan fakta persidangan Pemohon Peninjauan Kembali
bukanlah pemilik atas pil ekstasi tersebut, pemiliknya adalah
Edi dan Adi.
 Unsur menyimpan berarti : menempatkan suatu barang/ benda di
tempat yang merupakan milik sendiri.
Bahwa terdakwa tidak punya niat untuk menyimpan barang
tersebut, karena barang tersebut hanya dititipkan oleh Edi dan
Adi dalam sebuah paket, dan sebelumnya Pemohon Peninjauan
Kembali tidak mengetahui isi di dalam paket tersebut.
 Unsur menguasai berarti : menempatkan suatu barang untuk
dikuasai menjadi hak atau kepemilikan.
Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Pemohon Peninjauan Kembali
bukan orang yang berkeinginan/ berkehendak untuk menguasai
barang tersebut. karena, barang tersebut adalah milik edi dan
adi yang dititipkan kepada Pemohon Peninjauan Kembali.
 Unsur menyediakan berarti : menyediakan suatu barang untuk
dapat didistribusikan.
Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Pemohon Peninjauan Kembali
bukan orang yang berperan untuk menyediakan barang tersebut dan
tidak dapat dituduh selaku orang yang menyediakan narkotika
untuk orang lain.

Bahwa unsur pasal 112 ayat (2) UU No.35 Tahun 2009 adalah unsur
yang kesemuanya harus dibuktikan, artinya apabila salah satu
unsur tidak terbukti maka unsur lainnya tidak terbukti secara
sempurna (vide Yurispundesi MA-RI Nomor 2089 K/Pid.Sus/2011
[ Widyawati ] dan Nomor 1540 K/Pid.Sus/2011 [ Jonaidi dan
Mulyadi ] ).

Bahwa fakta persidangan tidak dapat membuktikan bahwa pil – pil


ekstasi tersebut adalah milik Pemohon Peninjauan Kembali,
sehingga apabila unsur memiliki tidak terbukti maka kwalifikasi
yuridis unsur – unsur lainnya ( menyimpan, menguasai, dan
menyediakan ) berakibat gugur.

Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka sangat beralasan hukum


bagi Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung untuk menyatakan
unsur “ memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan

Hlm 8 dari 10
narkotika golongan I bukan tanaman “ Tidak Terbukti dan Tidak
Terpenuhi terhadap diri Pemohon Peninjauan Kembali”

Bahwa berdasarkan uraian mengenai pasal – Pasal yang didakwakan


kepada Pemohon Peninjauan Kembali dengan mengaitkannya pada
fakta persidangan, maka Pemohon Peninjauan Kembali tidak pantas
dihukum berdasarkan pasal 112 ayat (2) undang – undang nomor 35
tahun 2009 tentang narkotika. Dan meskipun Pemohon Peninjauan
Kembali beranggapan bahwasanya Pemohon Peninjauan Kembali tidak
bersalah akan tetapi quadnon berdasarkan ketentuan hukum yang
berlaku seharusnya terhadap terdakwa lebih tepat digunakan
pasal 131 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang isinya
sebagai berikut :

“setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya


tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 111, pasal 113,
pasal 114, pasal 115, pasal 116, pasal 117, pasal 118, pasal
119, pasal 120, pasal 121, pasal 122, pasal 123, pasal 124,
pasal 125, pasal 126, pasal 127 ayat (1), pasal 128 ayat (1),
dan pasal 129 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah)

Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah Pemohon Peninjauan Kembali


kemukakan diatas, maka sangat beralasan hukum bagi Majelis
Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk
menerima Peninjauan Kembali oleh Pemohon Peninjauan Kembali dan
membatalkan putusan No 439/PID/2013/PT.MDN tanggal 11 Oktober
2013 jo putusan No 564/Pid.b/2013/PN.mdn tanggal 17 Juli 2013
jo dan selanjutnya pula berkenan untuk mengadilli sendiri
dengan amarnya sebagai berikut :

1. Menerima Peninjauan Kembali oleh Pemohon Peninjauan Kembali


untuk seluruhnya ;

2. Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Medan No :


439/PID/2013/PT-MDN Tanggal 11 Oktober 2013 jo. Putusan
Pengadilan Negeri Medan No : 564/Pid.B/2013/PN.Mdn Tanggal
17 Juli 2013.

MENGADILI :

1. Menyatakan Terdakwa MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG als. IYAN


tidak berbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana sebagaimana yang telah didakwakan oleh Jaksa Penuntut
Umum dalam surat dakwaan dan tuntutanya ;

Hlm 9 dari 10
2. Membebaskan Terdakwa MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG als. IYAN
dari segala Dakwaan dan Tuntutan Pidana ;

3. Memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum dengan segera


mengeluarkan terdakwa MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG als. IYAN
dari Rumah Tahanan Negara ;

4. Memulihkan harkat dan martabat serta nama baik Terdakwa


MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG als. IYAN dalam keadaan semula ;

5. Membebankan biaya perkara ini kepada Negara ;

Atau :

Apabila Majelis Hakim Agung berpendapat lain, mohon putusan


seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikian Peninjauan Kembali ini disampaikan, atas perkenaan dan


penerimaan Ketua Mahkamah Agung R I cq. Majelis Hakim Agung RI
kami ucapkan terima kasih.

Medan, 22 Mei 2014


Hormat saya,
PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI

MUHAMMAD SYAHRIL MATONDANG Als. IYAN

Hlm 10 dari 10

Anda mungkin juga menyukai