Anda di halaman 1dari 147

IMPLEMENTASI PERATURAN KEPALA BPOM NOMOR HK.

03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN


SERTIFIKASI PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
TERHADAP HOME INDUSTRI MAKANAN OLAHAN
(Studi Pada Home Industri Buah Menjadi Keripik Di Desa Bakaran Batu
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

OLEH :

ARMON ALFREDO SINAGA


NIM : 160200034
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Implementasi Peraturan Kepala Bpom Nomor Hk. 03.1.23.04.12.2205 Tahun
2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga Terhadap Home Industri Makanan Olahan
(Studi: Home Industri Buah Menjadi Keripik di Desa Bakaran Batu
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh:
ARMON ALFREDO SINAGA

NIM : 160200034

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Prof.Dr.Bismar Nasution.S.H., M.H


NIP. 195603291986011001

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

Prof.Dr. Bismar Nasution.S.H., M.H Dr.Mahmul Siregar.SH., M.Hum


NIP. 195603291986011001 NIP. 197302202002121001

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Armon Alfredo Sinaga
NIM : 160200034
Departemen : Hukum Ekonomi
Judul : Implementasi Peraturan Kepala Bpom Nomor Hk.
03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga Terhadap Home Industri Makanan
Olahan (Studi: Home Industri Buah Menjadi
Keripik Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar
tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain. Apabila
terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat
hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

pernyataan ini saya buat dengan dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.

Medan, Januari 2021


Penulis

Armon Alfredo Sinaga


NIM : 160200034
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat, kemurahan, ramhat, dan kebaikan-Nya yang selalu melampaui akal dan
pikiran Penulis.Pengetahuan, kebijakan, waktu, kesempatan, dan kesehatan selalui
dilimpahkan-Nya kepada Penulis sehingga Penulisan Skripsi ini dapat
diselesaikan.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas dan syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.Adapun Skripsi ini berjudul Implementasi Peraturan Kepala Bpom Tentang
Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
Terhadap Home Industri Makanan Olahan (Studi: Home Industri Buah Menjadi
Keripik Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang).

Proses perjalanan yang panjang untuk menyelesaikan Skripsi ini tidaklah


mudah dan banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam
mengerjakan Skripsi ini. Berkat tuntunan-Nya, kerja keras dan keseriusan, Penulis
bisa sampai pada titik proses akhir penulisan Skripsi ini.

Dalam penulisan Skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan arahan,


bimbingan, bantuan, motivasi, dan doa. Sehingga pada kesempatan ini, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera


Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman ginting, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Puspa Melati, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum


Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof.Dr.Bismar Nasution, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Departemen


Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku
Dosen Pembimbing I Penulis membimbing, memotivasi, dan memberikan ilmu
yang bermanfaat.

7. Ibu Tri Murti Lubis,S.H.,M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum


Ekonomi di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Dr.Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis,


yang tegas, selalu membantu dan membimbing, dan mempunyai banyak sekali
pengetahuan di bidang ekonomi.

9. Bapak Prof. Dr. Budiman ginting, S.H.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing


Akademik.

10. Bapak/ibu Dosen dan seluruh Staf Pegawai Administrasi Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing Penulis selama delapan
semester perkuliahan yang dijalani Penulis.

11. Kedua orang tua Penulis, Ayahanda Monang Sinaga dan Ibunda Sarmauli br.
Pasaribu yang telah memberi kasih sayang dan pengorbanan yang tak terhingga
sehingga Penulis bisa menyelesaikan perkuliahan.

12. Saudara-saudara Penulis, Kakak New Yearsih yang saat ini bekerja sebagai
Accounting di Medan dan Adek Hizkia Apriluga Sinaga dan Afgi Dayuna Sinaga
yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga Penulis bisa menyelesaikan
pendidikan sampai ke jenjang ini.

13. Kelompok kecilku Bintang Siregar, Bunga Purba, Cici Sitorus, dan abg PKK
Sarmeli Manalu SH, yang selalu menjadi tempat ceritaku, tempat bertumbuh, dan
mendoakan selama perkuliahan.

14. Sahabat dari semester satu sampe sekarang dalam hal bercerita, berselisih dan
bermainku di Hita Namardongan dan THE REDS : Sautmo, Ronaldo, Frans, Ary,
Adi, Jonathan, Andre,Gefri,Nico dan yang lainnya.
15. Teman-teman stambuk 2016 khususnya Kelas D, dan juga Teman-teman
IMAHMI, terima kasih buat semua bantuan dan kebersamaanya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini sangatlah sederhana dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu Penulis meminta maaf kepada pembaca Skripsi ini
karena keterbatasan pengetahuan dari Penulis. Besar harapan Penulis, semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata Penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah
diberikan mendapatkan berkah dari Tuhan.

Medan, Januari 2021

Hormat Saya

Armon Alfredo Sinaga


NIM 160200034
ABSTRAK
Armon Alfredo Sinaga*
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H**
Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.H***
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
ABSTRAK...................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Perumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................
D. Manfaat Penulisan ..............................................................................................
E. Keaslian Penulisan ..............................................................................................
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................................
G. Metode Penelitan.................................................................................................
H. Sistematika Penulisan..........................................................................................

BAB II : SERTIFIKASI PRODUK PANGAN INDUSTRI RUMAH


TANGGA (SPP-IRT) TERHADAP HOME INDUSTRY
MAKANAN OLAHAN BERDASARKAN HUKUM DI
INDONESIA...........................................................................................................
A. Sertifikasi Produk Pangan....................................................................................
1. Pengertian dan dasar hukum.........................................................................
2. Tujuan sertifikasi produk pangan.................................................................
3. Manfaat sertifikasi produk pangan...............................................................

B. Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga terhadap


Home Industri Makanan Olahan..........................................................................
1. Pengertian dan ruang lingkup industry rumah tangga..................................
2. Pengertian makanan olahan..........................................................................
3. Tujuan sertifikasi produk pangan industry rumah tangga
terhadap makanan olahan.............................................................................
C. Proses Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga
terhadap Home Industri Makanan Olahan...........................................................
1. Syarat mendapatkan SPP-IRT......................................................................
2. Jenis Pangan Produksi IRTP yang diizinkan untuk
memperoleh SPP-IRT...................................................................................
3. Masa berlaku SPP-IRT dan Tata cara pemberian SPP-IRT.......................
4. Kendala dalam Pemberian SPP-IRT.............................................................
D. Pelaksanaan Pengawasan Pangan-IRT................................................................
1. Pengawasan/pemeriksaan sarana produksi pangan IRT...............................
2. Pengawasan/pemeriksaan pre-market..........................................................
3. Pengawasan/pemeriksaan post-market.........................................................
E. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
Terhadap Pangan yang Diedarkan.......................................................................

BAB III : PERAN BADAN PENGAWAS OBAT-OBATAN DAN


MAKANAN DALAM PEMBERIAN SERTIFIKASI PRODUK
PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA.........................................................
A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya BPOM..............................................
B. Dasar Hukum Terkait Lembaga BPOM..............................................................
C. Tugas, Fungsi, Wewenang dan Struktur Organisasi BPOM...............................
D. Prinsip Dasar Sistem Pengawasan POM.............................................................
E. Peran Badan Pengawas Obat-Obatan dan Makanan Dalam
Pemberian Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga.........................

BAB IV : IMPLEMENTASI PERATURAN KEPALAN BPOM NOMOR


HK. 03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
PEMBERIAN SERTIFIKASI PRODUKSI PANGAN
INDUSTRI RUMAH TANGGA TERHADAP HOME
INDUSTRI MAKANAN OLAHAN PADA HOME INDUSTRI
BUAH MENJADI KERIPIK DI DESA BAKARAN BATU
KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI
SERDANG................................................................................................................
A. Gambaran Umum Home Industri Buah Menjadi Keripik di Desa
Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli
Serdang................................................................................................................
B. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang............................
C. Prosedur Mendapatkan Ijin Sertifikat P-IRT Bagi Pengusaha
Pangan Industri Rumah Tangga di Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang........................................................................................................
D. Implementasi Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga di Home Industri Buah Menjadi Keripik di Desa Bakaran
Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang...................................

BAB V : PENUTUP.................................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Permohonan Pengajuan SPP-IRT di Kabupaten Deli Serdang.......................................
Tabel. 2 Penyuluhan Keamanan Pangan.......................................................................................
Tabel. 3 Pemberian Nomor P-IRT di Kab. Deli serdang..............................................................
Tabel. 4 Hasil Penyuluhan Keamanan Pangan.............................................................................
Tabel. 5 Pemberian nomor P-IRT di Home Industri Agrowisata Ponti........................................
DAFTAR BAGAN

BAGAN I Struktur Organisasi BPOM.....................................................................................


BAGAN II Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang............................
BAGAN III Struktur Organisasi Home Industry.......................................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Pemberian SPP IRT di Kab. Deli Serdang..........................................................
Gambar 2 Alur Pemeriksaan Rutin IRTP di Kab. Deli Serdang...................................................
Gambar 3 Syarat permohonan Home Industri Agrowisata Ponti..................................................
Gambar 4 Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan....................................................................
Gambar 5 Pemeriksaan industri rumah tangga (IRTP)................................................................
Gambar 6 Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ( Agrowisata Ponti)...................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar terpenting dalam kehidupan

manusia di samping dua kebutuhan dasar lainnya yaitu sandang dan papan. 1

Dalam kehidupan setiap insan pangan dibutuhkan baik secara psikologis,

fisiologis, sosial, maupun antropologis. Pangan selalu terkait dengan upaya

manusia untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia

sangat memperhatikan peranan strategis pangan dalam pembangunan nasional.2

Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi,

dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Mencapai semua

itu perlu diselenggarakan suatu sistem Pangan yang memberikan pelindungan,

baik bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengkonsumsi pangan.

Dalam Pasal 27 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa “Tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Dilanjut lagi dalam Pasal 28I ayat (4) disebutkan bahwa

“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah

tanggung jawab negara, terutama pemerintah.” Dalam konteks hak atas pangan,

negara dibebani kewajiban untuk memenuhinya sebagaimana hak asasi manusia

lainnya. Negara dibebani kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan

pangan dan gizi yang terjangkau dan memadai. Oleh karena itu, pengabaian

1
Irna Nurhayati, “Efektivitas Pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap
Peredaran Produk Pangan Olahan Impor dalam mewujudkan Perlindungan Konsumen”, Mimbar
Hukum, Volume 21 Nomor 2 (2009), hlm 203
2
Sagung Seto, Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi, Industri, dan Perdagangan, (Bogor :
IPB, 2001), hlm 1
terhadap pangan dan gizi ini sendirinya bisa dianggap sebagai pelanggaran hak-

hak asasi manusia oleh negara.

Di era globalisasi ini pemasukan kebutuhan pangan di Indonesia bukan

hanya berasal dari dalam negeri namun juga dari luar negeri sehingga kualitas

pangan tersebut harus diseleksi sedemikian rupa untuk menjamin kelangsungan

hidup masyarakat. Banyak kasus terkait kualitas pangan yang membahayakan

masyarakat, misalnya ratusan jamu berkemasan kotak dengan berbagai merek

mengandung bahan kimia obat (BKO) berdasarkan hasil razia di 25 Apotik, depot

jamu toko obat yang ada di Kota Bengkulu. Banyak efek yang dapat ditimbulkan

dari BKO tersebut contohnya CTM yang jika dikonsumsi terus menerus dapat

mengakibatkan iritasi lambung dan yang paling berbahaya adalah jamu sehat

pria yang mengandung Sildenafil Sitrat dapat mengakibatkan kematian. 3

Selain produk domestik, produk luar negeri pun banyak yang

membahayakan kesehatan masyarakat, contohnya produk daging sapi impor

yang disinyalir mengandung penyakit sapi gila (mad cow), yang tidak memenuhi

standar kesehatan, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Ada juga produk

makanan suplemen impor dari Australia yang setelah beredar beberapa saat di

Indonesia kemudian diumumkan untuk ditarik kembali, karena terkait dengan

masalah implementasi cara-cara produksi yang kurang baik yang berdampak


4
pada keamanan dan mutu produk.

Beberapa Pelaku usaha pangan industri rumah tangga menyadari hal

tersebut tetapi karena usaha mereka sudah berjalan maka banyak pelaku usaha

industri rumah tangga mengelabuhi aparat kepolisian dan BPOM. Sehingga dari
3
https://nasional.tempo.co/read/272723/bpom-temukan-ratusan-jamu-mengandung-
bahan-kimia-obat-di-bengkulu/full&view=ok (diakses pada 17 Juni 2020)
4
Irna Nurhayati, Op.Cit, hlm. 204
perilaku pelaku usaha tersebut banyak ditemui produk pangan yang tidak

memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan (bahan tambahan pangan,

cemaran mikroba, tanggal kadaluarsa), seperti masih banyaknya kasus keracunan,

masih rendahnya pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab produsen

pangan tentang mutu dan keamanan pangan serta rendahnya kepedulian konsumen

itu sendiri.

Pada dasarnya, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri

atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam

kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan

pendaftaran. Hal ini diatur dalam Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (“PP 28/2004”) yang

berbunyi:

Dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap


pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam
kemasan eceran sebelum diedarkan  wajib memiliki surat persetujuan
pendaftaran.5

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 111

ayat (1) bahwa makanan dan minuman yang dipergunakan harus pada standar

dan/atau persyaratan kesehatan. Hal ini dikarenakan makanan merupakan hal yang

penting bagi kesehatan manusia., Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu

merupakan hak asasi setiap manusia.

Oleh karena itu pada ayat (2) Undang- Undang No. 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan dijelaskan bahwa makanan dan minuman hanya dapat diedarkan

5
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan,
(LN No 107 Tahun 2004 TLN Nomor 4424) Pasal 42 ayat (1) 
setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Banyak aspek kehidupan sebagai warga negara diatur melalui sistem

perizinan. Demikian juga perizinan yang terkait dengan dunia usaha. Perizinan

merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik. Suatu Perizinan

walaupun tidak dibutuhkan setiap hari, namun sangat penting bagi kehidupan kita.

Tanpa adanya suatu perizinan, banyak hal yang tak dapat kita lakukan karena izin

adalah bukti penting secara hukum. Tidak ada bagian lain dalam domain publik

tempat interaksi antara pemerintah dan masyarakatnya begitu jelas dan langsung

selain pada bagian pelayanan perizinan.6

Proses pemberian izin pada usaha pangan agar makanan/minuman yang

tersebar di suatu daerah aman untuk dikonsumsi dan mudah diawasi, maka dari itu

untuk melakukan pengawasan setiap makanan yang diproduksi diberi nomor/kode

yang tujuannya supaya dapat dicatat dan diklasifikasikan agar dapat diizinkan

untuk memperoleh SPP-IRT.7

Di Indonesia yang berwenang mengatur registrasi pangan olahan dalam

negeri di seluruh wilayah Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) RI. Di Sumatera Utara sendiri, terdapat Unit Pelaksana Teknis (UPT)

BPOM yaitu Balai Besar POM (BBPOM) Medan yang akan membantu Badan

POM untuk melaksanakan kebijakan pengawasan obat dan makanan salah satunya

adalah dalam hal registrasi produk pangan olahan.8

6
Fahmi Wibawa, Panduan Praktis Perizinan Usaha Terpadu, (Jakarta : Grasindo, 2007),
hlm. 7
7
Sagung Seto,Op.cit, hlm. 2
8
Mawar Dwi Yulianti, Resmi Mustarichie,” Tata Cara Registrassi Untuk Pangan Olahan
Industri Tumah Tangga (PIRT) dan makanan dalam negeri (MD) dalam Rangka Peningkatan Prod
uk yang Aman dan Bermutu di Bandung Jawa”, Farmaka, Volume 15 No. 3 (2018), hlm. 59
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26

Tahun 2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan

Makanan menyebutkan bahwa:

Pasal 1
(1) Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disingkat
BPOM adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan9

Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM mempunyai

kewenangan yaitu:

Pasal 4

(a) menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu, serta pengujian
obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
(b) melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan

(c) pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Sesuai ke dua pasal tersebut di atas bahwa Pemerintah berwenang dan

bertanggung jawab mengatur dan mengawasi produksi, pengolahan,

pendistribusian makanan, dan minuman seperti yang tersurat pada Undang-

Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 112, dalam hal ini termasuk

Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP). Pemberian sertifikat produksi pangan

industri rumah tangga wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota. Sama halnya dengan pelaksanaan Sertifikasi Produksi Pangan

9
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 tahun 2017 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Pasal 1 ayat (1)
Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) di Kabupaten Deli Serdang diselenggarakan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli serdang.

Melihat pentingnya pangan dalam kehidupan manusia, masih banyak

produk pangan yang beredar yang tidak sesuai dengan izin edar yang berlaku yang

dilakukan oleh pelaku usaha. Maka Penulis tertarik untuk menulis skripsi yang

berjudul “Implementasi Peraturan Kepala BPOM Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205

Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga Terhadap Home Industri Makanan Olahan (Studi : Home Industri

Buah Menjadi Keripik di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang)”

B. Rumusan Masalah
Adapun yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pemberian sertifikasi pangan produk pangan industri rumah ta

ngga terhadap home industry makanan olahan berdasarkan hukum di

Indonesia ?

2. Bagaimana peran Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan dalam

pemberian sertifikasi produk pangan industri rumah tangga?

3. Bagaimana implementasi Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.

03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Terhadap Home Industry

Makanan Olahan pada home industry buah menjadi keripik di Desa

Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam rumusan masalah diatas, maka

yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan pemberian sertifikasi pangan prod

uk pangan industri rumah tangga terhadap home industry makanan ola

han berdasarkan hukum di Indonesia

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan peran Badan Pengawas Obat-

obatan dan Makanan dalam pemberian sertifikasi produk pangan

industri rumah tangga

c. Untuk mengetahui dan menjelaskan implementasi Peraturan Kepala

BPOM Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Terhadap Home Industry Makanan Olahan pada home industry buah

menjadi keripik di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang

2. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis.

Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah

ilmu pengetahuan, menganalisis dan menjawab keingintahuan penyusun

skripsi terhadap perumusan masalah dalam penelitian ini. Selain itu

juga untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan

ilmu hukum khususnya mengenai pedoman pemberian sertifikasi


produksi pangan industri rumah tangga terhadap home industri

makanan olahan.

b. Manfaat Praktis

1. sebagai acuan bagi pemerintah untuk dijadikan sebagai

masukan penyusunan produk hukum kaitanya dengan pangan

dan perlindungan konsumen.

2. sebagai acuan bagi perusahaan (industri rumah tangga) untuk

meningkatkan keamanan pangan dan untuk mengikuti aturan

pembuataan sertifikat makanan.

3. sebagai masukan bagi masyarakat umum. Agar dapat dijadikan

sebagai sumber ilmu pengetahuan serta meningkatkan

kesadaran masyarakat sebagai kontrol sosial terhadap

peredaran produk P-IRT yang tidak berlabel.

D. Keaslian Penulisan

Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran sendiri atas masukan yang

berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian yang dimaksud.

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis dan penelusuran petugas

diperpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa

judul skripsi tentang “Implementasi Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.

03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi

Pangan Industri Rumah Tangga Terhadap Home Industri Makanan Olahan (Studi:

Home Industri Buah Menjadi Keripik di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk

Pakam Kabupaten Deli Serdang)” belum pernah diteliti ole peneliti sebelumnya.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa isi dari tulisan ini asli ditulis dan
dibuat oleh penulis, dan telah sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus

dijunjung tinggi secara akademik yaitu kejujuran, rasional, objektif, dan terbuka.

Penulis menyusun skripsi ini melalui referensi buku-buku dan informasi dari

mediacetak maupun media elektronik. Dengan demikian keaslian penulisan

skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun judul yang dikemukakan oleh penulis adalah “Implementasi

Peraturan Kepala BPOM Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Terhadap Home Industri Makanan Olahan (Studi: Home Industri Buah Menjadi

Keripik di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang)”. Dalam tinjauan kepustakaan dicoba untuk mengemukakan beberapa

ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan dalam mengadakan studi

kepustakaan. Hal ini akan berguna untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi

agar tetap berada didalam topik yang diangkat dari permasalahan diatas. Adapun

yang menjadi pengertian secara etimologis daripada judul skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Implementasi

Implementasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau

penerapan. Sebagaimana yang ada didalam kamus besar bahasa indonesia,

implementasi berarti penerapan. Browne dan wildavsky mengemukakan bahwa “

implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan “. Dengan kata

lain pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Suatu mekanisme
dapat mengandung arti bahwa implementasi bukan hanya sekedar aktivitas,

melainkan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 10

Mengacu pada pengertian implementasi yang diuraikan diatas, dibawah ini

merupakan beberapa tujuan implementasi diantaranya sebagai berikut:

a. Agar dapat melaksanakan rencana yang telah atau sudah disusun dengan

cermat, baik itu oleh individu atau juga kelompok.

b. Agar dapat menguji serta juga mendokumentasikan suatu prosedur

didalam penerapan rencana atau juga kebijakan.

c. Agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak akan dicapai di dalam

perencanaan atau juga kebijakan yang telah atau sudah dirancang.

d. Agar dapat mengetahui kemampuan masyarakat didalam menerapkan

suatu kebijakan atau juga rencana sesuai dengan yang diharapkan.

e. Agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana

yang telah/sudah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.11

2. Pangan

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan pada

pasal 1 ayat (1), menjelaskan bahwa Pangan adalah segala sesuatu yang berasal

dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk

10
Arinda Firdianti, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa ( Yogyakarta : Cv.GrePublishing, 2018) hlm 19.
11
https://pendidikan.co.id/implementasi-adalah/ ( diakses pada 9 juli 2020 )
bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau

minuman.12

Dijelaskan lebih lanjut didalam pasal 3 Undang- Undang No. 18 tahun

2012, bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan

berdasarkan Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.13

Dalam pangan terdapat beberapa jenis pangan yang dapat kita ketahui.

Untuk dapat membedakannya, pangan sendiri diklasifikasi menjadi 3 (tiga)

yakni:

a. Pangan segar

Pangan segar yang dimaksud disini adalah pangan yang belum mengalami

pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku

pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan olahan

Makanan atau pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang

diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan

meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan siap saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan

bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar

pesanan. Pangan yang dikonsumsi secara teratur setiap hari tidak hanya sekedar

memenuhi ukuran kuantitas saja namun juga harus memenuhi unsur kualitas.

Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan (LN No 227 Tahun 2012 TLN
12

Nomor 5360 ) pasal 1 ayat (1)


13
Ibid, pasal 3
Unsur kuantitas sering dikaitkan dengan jumlah makanan yang harus dikonsumsi.

Bagi mereka, ukuran cukup mungkin adalah kenyang, atau yang penting sudah

makan. Sedangkan ukuran kualitas adalah terkait dengan nilai - nilai intrinsik

dalam makanan tersebut seperti keamanannya, gizi dan penampilan makanan

tersebut.14

3. Industri rumah tangga ( home industry )

Industri rumah tangga (home industry) atau yang lebih sering dikenal

dengan istilah industri kecil merupakan suatu usaha mencari manfaat bentuk fisik

dari suatu barang sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan

dikerjakan di rumah. Dalam pengertian ini termasuk juga kegiatan kerajinan

tangan. Sehingga industri rumah tangga atau industri kecil dapat diartikan sebagai

suatu usaha untuk memproduksi dimana didalamnya terdapat perubahan bentuk

atau sifat dari suatu barang yang dikelola.15

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) perusahaan atau usaha industri dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan pada banyaknya tenaga kerja

yang digunakan dari perusahaan yang bersangkutan antara lain :

1. Industri kecil/kerajinan rumah tangga, yakni industri yang jumlah


tenaga kerjanya 1-5 orang tenaga kerja.
2. Industri kecil, yakni industri yang jumlah tenaga kerjanya antara 5-19
orang tenaga kerja.
3. Industri sedang, yakni industri yang jumlah tenaga kerjanya antara 20-
99 orang tenaga kerja.
4. Industri besar, yakni industri yang jumlah tenaga kerjanya antara
100/lebih tenaga kerja per perusahaan.16

14
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/07/pengertian-pangan-dan-keamanan-
pangan.html (diakases pada 9 juli 2020)
15
Syahdan & Husnan, “Peran Industri Rumah Tangga (Home industry) Pada Usaha
Kerupuk Terigu Terhadap Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur”,
Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan,Volume 1, Nomor 1,(2019), hlm 49-50
16
Badan Pusat Statistik, (diakses dari https://www.bps.go.id/subject/9/industri-besar-dan-
sedang.html) Pada Tanggal 9 juli 2020
Dalam perkembangannya industri rumah tangga/industri kecil membawa

misi pemerataan yaitu dengan penyebaran kegiatan usaha, peningkatan partisipasi

bagi golongan lemah, perluasan kesempatan kerja serta pemanfaatan potensi

ekonomi terbatas. Dalam rangka menunjang pembangunan daerah, maka

pembangunan industri rumah tangga mempunyai fungsi yang sangat penting

sebagai pusat-pusat pertumbuhan industri yaitu :

1. sebagai pusat pembinaan dan penyuluhan termasuk bantuan bahan baku


dan pemasaran
2. sebagai tempat pelengkap peralatan yang dapat dipergunakan bersama
untuk suatu wilayah guna menyempurnakan produk
3. sebagai sarana kerja untuk sejumlah terbatas pengusaha industri rumah
tangga 17

Suatu usaha industri rumah tangga atau yang dikenal dengan istilah

industri kecil yang memiliki potensi ekonomi dimasyarakat tentu terdapat

kekuatan dan kelemahan dalam menjalankan usahanya. Secara spesifik kekuatan

dan kelemahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Kekuatan industri kecil

Menurut Broorn dan Longnecker menyebutkan ada tiga kekuatan yang

dimiliki industri kecil khususnya dalam menghadapi kompetisi persaingan yakni:

1. Knowledge of Customer and markets

2. product and geographic specialization

3. flexibility in management

Menurut Irianto kekuatan industri rumah tangga dapat dilihat sebagai

berikut :

1. Sangat padat karya, dan persediaan tenaga kerja di indonesia masih


sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk.

17
Rahel Widiawati Kimbal, modal sosial dan ekonomi industri kecil sebuah studi
kualitatif, (yogyakarta : Deepublish, 2015), hlm 39
2. Masih lebih banyak membuat produk sederhana yang tidak terlalu
mebutuhkan pendidikan formal yang tinggi, melainkan hanya keahlian
khusus yang harus dimiliki warga setempat lewat sumber-sumber
informasi.
3. Secara umum, industri rumah tangga diindonesia masih secara
agricultural based, karena memang banyak komoditas-komoditas
pertanian yang dapat diolah dalam skala kecil. Karena sektor pertanian,
paling tidak secara potensial merupakan sektor terbesar di indonesia.
4. Pengusaha-pengusaha industri rumah tangga lebih banya
menggantungkan diri pada uang sendiri, untuk modal kerja investasi
mereka. walaupun banyak juga yang memakai fasilitas-fasilitas kredit
khusus dari pemerintahan.18

b. Kelemahan industri kecil

Kelemahan industri kecil terutama dalam hal kemampuannya untuk

bersaing masih sangat lemah, tidak hanya dipasar domestik terhadap produk-

produk dari industri besar atau impor tetapi juga dipasar ekspor. Tidak hanya

tingkat daya saing globalnya, tetapi tingkat diversifikasi produk dari industri kecil

di indonesia juga rendah. Scarborough juga mencatat sejumlah kelemahan yang

melekat pada ciri pengusaha kecil yaitu : (1). poor management dan (2).

independence financing

Sedangkan sejumlah peneliti menemukan berbagai faktor yang menjadi

penyebab kegagalan usaha kecil, diantaraya sebagai berikut : (1). kurangnya

kemampuan manajerial, (2). kurangnya pengalaman, (3). kurangnya modal, dan

(4). ketidakmampuan menanggapi perubahan dan beradaptasi terhadap

perubahan.19

4. Perizinan

Izin dijelaskan sebagai perkenaan dari pemerintah berdasarkan undang-

undang atau peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada

18
Ibid, hlm 45-48
19
Ibid, hlm 49-50
umumnya memerlukan pengawasan khusus. Dalam memformulasi definisi

perizinan, terlihat sangat sukar dilakukan oleh para ahli dalam membuat definisi

untuk menyatakan pengertian dari perizinan. Hal ini dikarenakan banyak nya

perbedaan pendapat dari para ahli. Masing-masing memiliki pemahaman sendiri

terhadap definisi perizinan. Maka dari itu Berikut pengertian perizinan dari para

ahli :

1. Syahran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi. Negara

bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal kongkrit

berdasarkan persayaratan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Bagir Manan, izin dalam arti luas berarti persetujuan dari penguasa

berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperoleh

melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang

3. Ateng Syafrudin, izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan,

hal yang dilarang menjadi boleh, atau sebagai peniadaan ketentuan

larangan umum dalam peristiwa kongkrit

4. Mr.N.M.Spelt dan Mr. J.B.J.M.Ten Berge, izin merupakan suatu

persetujuan dari penguasa berdasarkan undang atau peraturan

pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan

larangan perundang undangan (arti sempit)20

Dalam sebuah perizinan terdapat istilah-istilah yang digunakan yang dapat

kita lihat sebagai berikut :

20
Teuku Saiful Bahri Johan, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara
Dalam Tataran Reformasi Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm 192
1. Dispensasi, adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan

suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan

tersebut.

2. lisensi,adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan

suatu perusahaan

3. konsesi, adalah suatu izin yang berhubungan dengan pekerjaan yang

besar dimana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga

sebenarnya perkerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah tapi oleh

pemerintah diberikan hak penyelenggaraan kepada konsesionaris

(pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah.21

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Dalam penulisan skripsi metode

penelitian sangat diperlukan agar penelitian skripsi menjadi lebih terarah dengan

data-data yang dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang terhubung

dengan permasalahan dalam skripsi.22 Penulisan skripsi ini, menggunakan

metodologi penulisan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang terdapat

didalam tujuan penyusunan bahan analisis, maka didalam penulisan skripsi ini

menggunakan jenis penelitian yuridis normatife dan penelitian yuridis empiris.

Penelitian yuridis normatife adalah penelitian hukum yang diteliti dengan


21
Ibid, hlm 193
22
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2003), hlm 28
menggunakan bahan pustaka atau data sekunder, yang mencakup bahan hukum

primer, sekunder dan tersier. Penelitian yuridis normatife ini digunakan untuk

menganalisis data sekunder guna mendapatkan kejelasan tentang norma, asas-asas

hukum serta doktrin-doktrin yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti.

Penelitian yuridis empiris yaitu penelitian hukum yang bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan empiris tentang hubungan hukum terhadap masyarakat,

yang dilakukan dengan cara mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum

yang nyata atau yang sesuai dengan kehidupan yang nyata dalam masyarakat dan

dihubungkan pada analisis terhadap peraturan perundang – undangan.23 Berbagai

temuan dilapangan yang bersifat individual atau kelompok akan dijadikan bahan

utama dalam mengungkapkan permasalahan yang diteliti dengan berpegang pada

ketentuan yang berlaku24

2. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian

yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan serta menganalisa suatu

peraturan hukum. 25

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke lapangan

melalui wawancara atau observasi yang dilakukan penulis dengan narasumber.

Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,

meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku yang berhubungan dengan

23
Ibid, hlm 29
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia
Press, 2010), hlm 45.
25
Ibid, hlm 19
objek penelitian, sartikel hukum dari internet, media massa dan kamus serta data

yang terdiri atas:26

a. Bahan hukum primer, yaitu Bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat

dan disahkan oleh pihak berwen terdiri dari peraturan perundang-undangan

yang terkait dengan objek penelitian, seperti Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, Undang-Undang No. 36

tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Badan Pengawas Obat dan

Makanan Nomor 26 tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pengawas Obat dan Makanan dan peraturan lainnya yang berhubungan

dengan penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang bahan

hukum primer seperti pendapat para ahli yang diambil dari berbagai buku,

makalah, surat kabar, harian elektronik, dan lain sebagainya yang memiliki

hubungan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang membantu memberi

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus dan Internet. Selain itu, penelitian ini juga didukung dengan

wawancara kepada narasumber.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a) Studi kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan menganalisis

secara sistematika buku – buku, peraturan perundang – undangan dan


26
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 106.
sumber lainnya yang berkaitan dengan judul skripsi yang dapat

dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-

masalah yang dihadapi.

b) Studi lapangan (field reseacrh), yaitu penelitian yang dilakukan secara

langsung turun kelapangan. Perolehan data ini dilakukan dengan cara

wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait, dengan

menggunakan pedoman wawancara berstruktur yaitu dengan menyiapkan

butir-butir pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber, yaitu

pelaku usaha, pegawai dinas kesehatan, serta Pihak-pihak yang memiliki

otoritas resmi yang akan diwawancarai.

5. Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah:

a. Studi Dokumen

Studi Dokumen merupakan salah satu alat yang digunakan dalam

penelitian untuk mendapatkan data-data yang valid dan relevan. Studi dokumen

yaitu menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen


27
tertulis, gambar, maupun dokumen elektronik. Studi dokumen bertujuan

untuk memperoleh data gambaran umum mengenai home industry buah

menjadi keripik di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten

Deli Serdang terkait dengan pemberian sertifikasi terhadap produksi pangan

industri rumah tangga.

b. Pedoman Wawancara

27
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm 221
Pedoman wawancara adalah pedoman wawancara yang bertujuan sebagai

pedoman agar wawancara berjalan dengan baik, sistematis dan sesuai rencana.

Pedoman wawancara umumnya bersifat berstruktur dan ada yang bersifat tidak

berstruktur. Pedoman wawancara berstruktur adalah pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci, butir-butir pertanyaan telah dipersiapkan dan

pewawancara hanya memberikan tanda cek pada kertas pertanyaan, sedangkan

pedoman wawancara tidak berstruktur adalah pedoman wawancara yang hanya

memuat garis besar saja.28

Wawancara adalah situasi peran pribadi bertatap muka, ketika seseorang

yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada

responden. Dalam proses pengumpulan data untuk mendapatkan informasi

yang diperlukan, dilakukan wawancara terhadap narasumber langsung pada

pelaku usaha, pegawai Dinas Kesehatan, serta pihak-pihak yang memiliki

otoritas resmi yang akan diwawancarai.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu

dengan menentukan keterkaitan antara bagian dan keseluruhan data yang telah

dikumpulkan melalui proses yang sistematis untuk menghasilkan kejelasan

penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal

yang bersifat umum menjadi hal yang bersifat khusus. 29

G. Sistematika Penulisan

28
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi : Memahami dan Mengkaji Masyarakat (Bandung: PT
Grafindo Media Pratama, 2007), hlm 85
29
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm 87
Keseluruhan sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah satu kesatuan

yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya Secara garis besar

skripsi inidibagi dalam 5 (lima) bab dan masingmasing bab dibagi lagi dalam

beberapa sub bagian sesuai dengan kepentingan penulisan, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar

yang didalamnya terurai mengenai latar belakang, perumusan

masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penulisan,

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : SERTIFIKASI PRODUK PANGAN INDUSTRI

RUMAH TANGGA (SPP- IRT) TERHADAP HOME

INDUSTRY MAKANAN OLAHAN BERDASARKAN

HUKUM DI INDONESIA

Bab ini merupakan bab yang membahas tentang pengertian

dan dasar hukum sertifikasi produk pangan, tujuan sertifikasi

produk pangan, manfaat sertifikasi produk pangan,

pengertian dan ruang lingkup industri rumah tangga,

pengertian makanan olahan, tujuan sertifikasi produk pangan

industri rumah tangga terhadap makanan olahan, proses

sertifikasi produk pangan industri rumah tangga,

pelaksanaan pengawasan pangan-irt, dan tanggung jawab

pelaku usaha industri rumah tangga pangan terhadap pangan

yang diedarkan.
BAB III : PERAN BADAN PENGAWAS OBAT-OBATAN DAN

MAKANAN DALAM PEMBERIAN SERTIFIKASI

PRODUK PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

Bab ini merupakan bab yang mebahas tentang Sejarah dan

Latar belakang terbentuknya BPOM, dasar hukum terkait

lembaga BPOM, tugas, fungsi, wewenang dan Struktur

Organisasi BPOM, prinsip dasar sistem pengawasan BPOM

serta peran Badan Pengawas Obat-Obatan dan Makanan

dalam pemberian sertifikasi produk pangan industri rumah

tangga.

BAB IV : IMPLEMENTASI PERATURAN KEPALAN BPOM

NOMOR HK. 03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012

TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN SERTIFIKASI

PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TERHADAP HOME INDUSTRI MAKANAN

OLAHAN PADA HOME INDUSTRI BUAH MENJADI

KERIPIK DI DESA BAKARAN BATU KECAMATAN

LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG

Bab ini merupakan bab yang berisikan tentang gambaran

umum home industri, gambaran umum Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang, prosedur mendapatkan Ijin

Sertifikat P-IRT bagi pengusaha pangan, serta Implementasi

Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor HK.

03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman


Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga.

BAB V : PENUTUP

Bab ini adalah bab penutup, yang berisikan kesimpulan

dan saran dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya yang

mungkin berguna dan dapat dipergunakan untuk

menyempurnakan penulisan skripsi ini.

BAB II

SERTIFIKASI PRODUK PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

(SPP-IRT) TERHADAP HOME INDUSTRI MAKANAN OLAHAN

BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIA


A. Sertifikasi Produk Pangan

1. Pengertian dan Dasar Hukum

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah

jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota, melalui Dinas Kesehatan

terhadap pangan hasil produksi Industri Rumah Tangga yang telah memenuhi

persyaratan dan standar keamanan tertentu, dalam rangka produksi dan peredaran

produk pangan. Dengan kata lain, SPP-IRT memiliki fungsi sebagai izin edar

suatu produk pangan, di mana setelah memiliki SPP-IRT produk tersebut dapat

secara legal diedarkan atau dipasarkan, baik dengan cara dititipkan atau dijual

langsung ke masyarakat luas. Oleh karena itu, pemilik SPP-IRT dapat

mengedarkan produknya dengan jalur distribusi yang lebih luas, khususnya jika

ingin menitipkan produknya di toko-toko modern yang sudah terkenal dan

memiliki basis konsumen tetap yang besar.

SPP-IRT hanya dapat diajukan oleh pelaku usaha yang masih berskala

rumah tangga, dan menghasilkan produk yang diperbolehkan untuk diproduksi

oleh Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP).30

Sertifikasi produk pangan telah diatur oleh pemerintah melalui Undang-

Undang Pangan, Undang-Undang Perikanan dan lainnya. Standar produk dan

proses pengolahan serta prinsip keamanan pangan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembinaan mutu. setiap pangan olahan

baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah

Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib


30
https://www.ukmindonesia.id/baca-izin/384 ( diakses pada 29 juli 2020 )
memiliki surat persetujuan pendaftaran. Hal ini diatur dalam Pasal 42 ayat

(1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan (“PP 28/2004”) yang berbunyi:

Dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap


pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam
kemasan eceran sebelum diedarkan  wajib memiliki surat persetujuan
pendaftaran.
 
Namun, surat persetujuan pendaftaran ini dikecualikan untuk produksi

pangan olahan oleh industri rumah tangga sebagaimana diatur dalam Pasal 43 PP

28/2004 yaitu:

1)    Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42


ayat (1) untuk pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah
tangga.
2)    Pangan olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki
sertifikat produksi pangan industri rumah tangga.
3)    Sertifikat produksi pangan industri rumah tangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh Bupati/Walikota.
4)   Kepala Badan menetapkan pedoman pemberian sertifikat produksi
pangan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
yang meliputi antara lain:
a.    jenis pangan;
b.    tata cara penilaian; dan
c.    tata cara pemberian sertifikat produksi pangan.31

Ketentuan Lebih lanjut Pada tahun 2018 lalu Badan POM menerbitkan

peraturan BPOM No. 22 tahun 2018, memperbaharui peraturan Kepala BPOM

No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. 32

2. Tujuan Sertifikasi Produk Pangan

31
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59e559f732f11/wajib-sertifikasi-
pangan-olahan-produksi-rumah-tangga/ ( diakses pada 29 juli 2020 )
32
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c1f5c0c34705/sertifikasi-yang-
dibutuhkan-jika-ingin-berjualan-rendang-skala-rumah-tangga/ (diakses pada 29 juli 2020 )
Standard kualitas produk ditunjukkan dengan suatu lisensi yang

dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten, sehingga kelayakan kualitas produk

terkait dapat dipercaya. Proses untuk memperoleh lisensi bahwa produk terkait

dinyatakan memenuhi standard mutu dan keamanan pangan adalah melalui

sertifikasi.

Tujuan dilakukan sertifikasi produk pangan adalah :

1. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk pangan buah dan

sayur segar yang dikonsumsi memiliki mutu baik dan aman untuk

dikonsumsi.

2. Meningkatkan daya saing produk, sehingga produk yang dihasilkan memiliki

posisi tawar yang lebih baik.

3. Meningkatkan perekonomian para pelaku usaha buah dan sayur segar dan

wilayah.33

3. Manfaat Sertifikasi Produk Pangan

Pangan segar maupun olahan yang ada, sebagian besar masih dengan

sengaja menggunakan kimia sintetis berlebihan dan bahan tambahan yang tidak

sesuai dengan takaran, dan bahan yang dilarang untuk kepentingan bisnis semata.

Karena itu wajib memiliki sertifikat bagi pengusaha pangan yang mendirikan

usaha industri makanan olahan. Maka Manfaat adanya sertifikasi bagi produk

pangan antara lain adalah :

1. Memberikan jaminan & perlindungan bagi masyarakat dari peredaran

produk pangan segar yg memenuhi persyaratan keamanan & mutunya

https://fyib.com/sertifikasi-prima 3/#: ~:text= Tujuan% 20dilakukan %20sertifikasi


33

%20produk %20pangan,posisi%20tawar%20yang%20lebih%20baik. (diakses pada 30 juli 2020 )


(cemaran fisik, cemaran biologi serta cemaran bahan kimia yang melebihi

batas minimum yang ditetapkan).

2. Memberikan jaminan kepastian hukum bg pelaku usaha yang melakukan

kegiatan produksi & peredaran produk pangan segar.

3. Mempermudah penelusuran kembali dari kemungkinan terjadinya

penyimpangan produksi & peredaran produk pangan segar.

4. Meningkatkan daya saing produk pangan segar34.

Mengawasi keamanan pangan menjadi tanggung jawab bersama, baik

pemerintah maupun lembaga diluar pemerintah dan masyarakat. Pangan yang

tidak aman menjadi penyokong timbulnya berbagai penyakit sehingga masyarakat

akan sulit keluar dari keterpurukan. Oleh karena itu, pembuktian bahwa suatu

produk pangan memang aman dan layak untuk dikonsumsi sehingga bersifat

wajib berdasarkan  Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012, pangan yang

beredar harus memenuhi standar keamanan baik mutu maupun gizi yang

ditentukan Pemerintah.

B. Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga terhadap Home

Industri Makanan Olahan

1. Pengertian dan ruang lingkup industri rumah tangga


Industri adalah bagian dari proses yang mengelola bahan mentah menjadi

bahan baku, atau bahan baku menjadi barang jadi sehingga menjadi barang yang

bernilai bagi masyarakat. Sedangkan industri rumah tangga atau yang sering

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70356/Pentingnya-Sertifikat-Untuk-
34

Peningkatan-Mutu-Dan-Keamanan-Pangan-/ ( diakses pada 30 juli 2020)


disebut dengan (IRTP) adalah perusahaan yang memiliki pekerjaan antara 1

sampai 4 orang35

Selanjutnya dijelaskan bahwa Industri rumah tangga (home industry) atau

yang lebih sering diistilahkan industri kecil merupakan suatu usaha mencari

manfaat atau faedah bentuk fisik dari suatu barang sehingga dapat dipergunakan

untuk memenuhi kebutuhan dan dikerjakan di rumah. Dalam pengertian ini

termasuk juga kegiatan kerajinan tangan.Sehingga industri kecil dapat diartikan

sebagai suatu usaha untuk memproduksi dimana didalamnya terdapat perubahan

bentuk atau sifat dari suatu barang. 36

Home industry atau industri rumah tangga adalah sistem produksi yang

menghasilkan nilai tambah yang dilakukan di lokasi rumah perorangan, dan bukan

di suatu pabrik. Dari skala usaha, industri rumahan termasuk usaha mikro.

Umumnya industri rumahan tergolong sector informal yang berproduksi secara

unik, terkait dengan kearifan local, sumber daya setempat dan mengedepankan

buatan tangan. Home industri bergerak dalam sekala kecil, dari tenaga kerja yang

bukan professional dan modal yang kecil.37

Industri rumah tangga termasuk dalam klasifikasi industri berdasarkan

tenaga kerja, karena didalam industri ini menggunakan tenaga kerja kurang dari

empat orang. Bisa dilihat dari ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola

industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
35
Joko Untoro& Tim Guru Indonesia, Buku Pintar Pelajaran, (Jakarta : WahyuMedia,
2010), hlm. 319
36
Syahdan & Husnan, “ Peran Industri Rumah Tangga (Homeindustry) Pada Usaha
Kerupuk Terigu Terhadap Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok
Timur”, Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, (2019), Hlm 49-50.
37
Riski Ananda,”Peran Home Industri Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (Studi
Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu Gabang)”, Jurnal JPM FISIP,Volume 3,
Nomor 2,( 2016),Hlm 3.
Misalnya: industri kerajinan, industri anyaman, industri makanan ringan, dan

industri tempe/ tahu.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995

tentang Usaha Kecil menyebutkan :

1) Pasal 1 ayat (1), usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi beberapa kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahun serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
2) Pasal 5 ayat (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak rp. 200.000.000,-
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak rp. 1.000.000.000,-, (3) milik warga indonesia, (4)
berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar, (5) berbentuk usaha orang
perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang
berbadan hukum, termasuk koperasi.38
2. Pengertian Makanan Olahan
Makanan olahan  adalah  makanan  siap saji  yang komersial atau (sering

melalui pemrosesan) untuk membantu mengoptimalkan kemudahan konsumsi.

Makanan olahan biasanya siap dimakan tanpa persiapan lebih lanjut, mudah

dibawa bepergian, memiliki masa sebelum kedaluwarsa yang panjang, atau

kombinasi dari beberapa keunggulan tersebut.

Meskipun makanan restoran memenuhi definisi sebagai makanan olahan,

istilah ini jarang diterapkan pada restoran. Makanan olahan sendiri memiliki

beberapa variasi mulai dari makanan kering siap santap, makanan

beku hingga makanan ringan, dan disebutkan bahwa makanan olahan ini

diciptakan agar tampak lebih menarik bagi pelanggan.39

3. Tujuan sertifikasi produk pangan industri rumah tangga terhadap

makanan olahan
38
Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, (LN No
74 Tahun 1995 TLN NO. 3611) Pasal 1 ayat (1) dan pasal 5 ayat (1)
39
https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_olahan (diakses pada 30 juli 2020)
Sertifikasi merupakan salah satu pengakuan terhadap kinerja

pemenuhan persyaratan standar. Adapun penerapan Standar Nasional

Indonesia (SNI) adalah bentuk peran Pemerintah untuk membendung produk-

produk pangan yang tidak bermutu baik produksi dari dalam negeri ataupun

produk berasal dari impor. 40 untuk itu pemerintah perlu membuat rantai

pangan secara terpadu untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak

aman dan membahayakan kesehatan. Proses Sertifikasi merupakan salah satu

cara yang dapat dilakukan guna menjamin produk pangan agar memenuhi

standar yang ditetapkan. Selain menentukan jaminan mutu hasil olahan, tujuan

lain dari sertifikasi produk pangan terhadap makanan olahan juga dapat kita lihat

sebagai berikut :

1. Bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk di pasaran.

2. Produk Sudah Layak Beredar

3. Keamanan dan Mutu Produk Terjamin

4. Kepercayaan Pembeli Meningkat

5. Profesionalitas Produk Terangkat

6. Meningkatkan Nilai Jual Produk41

C. Proses Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga terhadap

Home Industri Makanan Olahan

1. Syarat mendapatkan SPP-IRT


Menurut pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang

Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, pangan olahan yang diproduksi Industri

Rumah Tangga (IRTP) wajib memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah

40
https://bsn.go.id/main/berita/detail/7900/produk-pangan-wajib-tersertifikasi-mutu-dan-
aman (diakses pada 5 agustus 2020 )
41
https://dinaspangan.sumbarprov.go.id/details/pages/24 ( diakses pada 5 agustus 2020 )
tangga (SPP-IRT). maka SPP-IRT dapat berlaku sebagai jaminan pangan produksi

IRTP jika memenuhi persyaratan dalam rangka peredaran pangan produksi.

Pada pasal 2 ayat (2) Peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor

22 tahun 2018 tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri

rumah tangga harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan;

b. hasil pemeriksaan sarana produksi Pangan Produksi IRTP memenuhi syarat.

c. Label Pangan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.42

2. Jenis Pangan Produksi IRTP yang diizinkan untuk memperoleh SPP-

IRT

Untuk memperoleh SPP-IRT, terdapat jenis pangan produksi IRTP yang

diizinkan yang memenuhi persayaratan dan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 tahun 2018 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang tercantum

pada Lampiran I yaitu:43

1. Hasil olahan daging kering (contoh: abon, dendeng, kerupuk kulit dan
sejenisnya).
2. Hasil olahan ikan kering (contoh: abon, ikan asin, ebi dan sejenisnya).
3. Hasil olahan unggas kering (contoh: abon, unggas goreng, dendeng dan
sejenisnya).
4. Hasil olahan sayur (contoh: asinan, sayur kering, keripik sayur dan
sejenisnya).
5. Hasil olahan kelapa (contoh: kelapa parut kering, serundeng dan
sejenisnya).
6. Tepung dan hasil olahnya (contoh: mi kering, biskuit, kerupuk dan
sejenisnya).
7. Minyak dan lemak (contoh: minyak kacang tanah, minyak kelapa dan
sejenisnya).

42
Peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 22 tahun 2018 tentang pedoman
pemberian sertifikat produksi pangan (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1106 Tahun
2018) pasal 2 ayat (2)
43
https://farmasetika.com/2019/05/13/cara-terbaru-sertifikasi-pangan-olahan-produksi-
rumah-tangga-bpom/ ( diakses pada 5 agustus 2020 )
8. Selai, jeli  dan sejenisnya (contoh: selai, jeli, cincau dan sejenisnya).
9. Gula, kembang gula dan madu (contoh: gula merah, permen, madu dan
sejenisnya).
8. Kopi dan teh kering (contoh: kopi biji kering/bubuk, teh daun
kering/bubuk dan sejenisnya).
9. Bumbu (contoh: bumbu masakan kering, kecap, saos cabe dan sejenisnya).
10. Rempah-rempah (contoh: bawang merah kering/bubuk, lada kering/bubuk
dan sejenisnya).
11. Minuman serbuk
12. Hasil olahan buah (contoh: keripik buah, asinan, manisan dan sejenisnya).
13. Hasil olahan biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi.

Adapun jenis pangan yang diizinkan untuk diproduksi dalam rangka

memperoleh SPP-IRT adalah seperti deskripsi yang tercantum pada Lampiran II

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini, dan terdapat

pengecualian produk produk berikut:

a. pangan yang diproses dengan sterilisasi komersial atau pasteurisasi

b. pangan yang diproses dengan pembekuan (frozen food) yang

penyimpanannya memerlukan lemari pembeku

c. pangan olahan asal hewan yang disimpan dingin/beku

d. Pangan diet khusus dan pangan keperluan medis khusus, antara lain MP-ASI,

booster ASI, formula bayi, formula lanjutan, pangan untuk penderita

diabetes.44

3. Masa berlaku SPP-IRT dan Tata cara pemberian SPP-IRT


Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22

Tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan

menyebutkan bahwa SPP-IRT berlaku paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak

diterbitkan. SPP IRT tersebut dapat dperpanjang yang mana permohonan

perpanjangannya dapat diajukan dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum

masa berlaku SPP-IRT berakhir. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa

44
Ibid, lampiran I
konsekuensi dari berakhirnya SPP-IRT tanpa diperpanjang adalah pelarangan

peredaran prdoduksi IRTP.45

Dalam pemberian SPP-IRT ada 4 Tahap yang harus dilaksanakan pelaku

usaha dalam pemberian sertifikat produksi pangan bagi industri rumah tangga.

Pertama, penerimaan pengajuan permohonan SPP-IRT. Pada tahap pertama ini

dikatakan sesuai jika telah memenuhi formulir permohonan SPP-IRT yang harus

dilengkapi sebagai berikut: Nama jenis pangan; Nama dagang; Jenis kemasan;

Berat bersih/isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl); Bahan baku dan bahan lainnya yang

digunakan; Tahapan produksi; Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP;

Nama pemilik; Nama penanggungjawab; Informasi tentang masa simpan

(kedaluwarsa); Informasi tentang kode produksi. Dokumen lain antara lain: Surat

keterangan atau izin usaha dari Camat/Lurah/Kepala desa; Rancangan label

pangan; Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (bagi pemohon baru).

Kedua, tahap penyuluhan keamanan pangan. Pada tahap kedua ini

Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan dikatakan sesuai jika memenuhi

beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan dikoordinasikan oleh

Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah Pegawai

Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat Kompetensi di bidang

penyuluhan keamanan pangan dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

terakreditasi dan ditugaskan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

3. Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga PKP yang


45
Ibid, pasal 1
kompeten dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Balai Besar/Balai

POM setempat atau dari instansi/lembaga lain yang kompeten di

bidangnya.

4. Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah pemilik atau penanggung

jawab IRTP

5. Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari :

a. Materi Utama : (a)Peraturan perundang-undangan di bidang pangan,

(b)Keamanan dan Mutu pangan, (c)Teknologi Proses Pengolahan

Pangan, (d)Prosedur Operasi Sanitasi yang Standar (Standard

Sanitation Operating Procedure/SSOP), (e)Cara Produksi Pangan

Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), (f)Penggunaan

Bahan Tambahan Pangan (BTP), (g)Persyaratan Label dan Iklan

Pangan.

b. Materi Pendukung : (a)Pencantuman label Halal, (b) Etika Bisnis dan

Pengembangan Jejaring Bisnis IRTP

6. Metode Penyuluhan Keamanan Pangan Materi penyuluhan keamanan

pangan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, demonstrasi/peragaan

simulasi, pemutaran video, pembelajaran jarak jauh (e-learning) dan cara-

cara lain yang mendukung pemahaman keamanan pangan.

7. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan. Sertifikat ini diberikan kepada

pemilik/penanggungjawab yang telah lulus mengikuti Penyuluhan

Keamanan Pangan dengan hasil evaluasi minimal nilai cukup (60).

Selanjutnya pada tahap Ketiga yaitu pemeriksaan sarana produksi pangan

industri rumah tangga. Sama halnya pada tahap sebelumnya, pada tahap
Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dikatakan sesuai

jika memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut:

a) Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan setelah pemilik atau

penangungjawab IRTP memiliki Sertifikat penyuluhan keamanan pangan

b) Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan oleh tenaga Pengawas

Pangan Kabupaten/Kota dengan dilengkapi surat tugas yang diterbitkan oleh

Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

c) Kriteria Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota atau DFI (DistrictFood

Inspector) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat

kompetensi Pengawas Pangan Kabupaten/Kota.

d) Pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP sesuai dengan Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

e) Jika hasil pemeriksaan sarana produksi menunjukkan bahwa IRTP masuk

level I – II maka diberikan SPP-IRT.

Keempat, pemberian Nomor P-IRT. Pada tahap ini Pemberian Nomor PIRT harus

berdasarkan sebagai berikut: Nomor P- IRT minimal terdiri dari 15 (lima belas)

digit. sebagai contoh : P-IRT No. 1234567890123–45, Penjelasan 15 (lima belas)

digit tersebut antara lain sebagai berikut : digit ke-1 menunjukkan kode jenis

kemasan, digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut/kode jenis pangan IRTP, digit

ke- 4,5,6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota, digit ke 8 dan 9

menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah memperoleh SPP-IRT, digit

ke- 10,11,12 dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di kabupaten/kota yang

bersangkutan. digit ke 14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku.


Nomor P-IRT diberikan untuk (satu) jenis pangan IRT, Setiap perubahan, baik

penambahan maupun pengurangan provinsi, kabupaten/kota, pemberian nomor

disesuaikan dengan kode baru untuk Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang

diterbitkan oleh instansi yang berwenang dalam penerbitan kode propinsi,

kabupaten dan kota. Selain memenuhi kelima tahap diatas, berdasarkan Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor

Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga bahwa pemberian SPP-IRT harus

dibuktikan dengan sertifikat penyuluhan keamanan pangan dan hasil pemeriksaan

sarana produksi pangan industri rumah tangga.

4. Kendala dalam Pemberian SPP-IRT

Dalam pemberian SPP-IRT Terdapat beberapa kendala yang dialami IRTP

dalam memperoleh SPP-IRT sehingga IRTP tersebut tidak memiliki Nomor P-

IRT. Kendala tersebut yaitu :

1. pemilik IRTP belum memiliki waktu untuk mengikuti pelaksanaan SPP

IRT karena sebagian besar waktu mereka digunakan untuk pekerjaan

utama dibandingkan mengurus IRTP yang hanya sebagai usaha

penunjang.

2. pemilik IRTP belum paham prosedur SPP-IRT seperti merasa terlalu

rumit dan memakan waktu lama serta biaya terlalu mahal. Hal ini

disebabkan mereka mendaftar melalui calo.

3. Kelayakan tempat untuk melakukan usaha produksi.

4. Kurangnya kesiapan dari beberapa pemohon izin sertifikat tersebut


untuk membenahi lokasi yang dimilikinya. 46

Selanjutnya dijelaskan dalam pasal 5 ayat (1) PBOM tahun 2018,

Bupati/Walikota dapat mencabut SPP-IRT apabila :

1. Pemilik dan/atau penanggung jawab perusahaan melakukan pelanggaran


terhadap peraturan di bidang pangan,
2. Pangan produksi IRTP terbukti sebgai penyebab kejadian luar biasa
(KBL) keracunan pangan,
3. Pangan IRTP terbukti mengandung bahan berbahaya dan/atau bahan kimia
obat (BKO)
4. Pangan produksi IRTP mencantumkan klaim selain peruntukannya sebagai
pangan produksi IRTP
5. Lokasi sarana produksi pangan produksi IRTP tidak sesuai dengan lokasi
yang tercantum dalam dokumen pendaftaran pada saat mendapatkan SPP-
IRTP dan/atau dokumen yang didaftarkan pada saat pemberian SPP-IRT
6. Sarana /atau produk pangan olahan yang dihasilkan terbutki tidak sesuai
dengan SPP-IRT yang diberikan.47

D. Pelaksanaan Pengawasan Pangan-IRT


1. Pengawasan/pemeriksaan sarana produksi pangan IRT
Pengawasan atau Pemeriksaan Sarana Produksi dilakukan setelah

Penyuluhan keamanaan pangan (PKP) yang dilakukan oleh petugas

Kabupaten/Kota yang telah memiliki sertifikat inspektur pangan IRT yang

dikeluarkan Badan POM. Pemeriksaan harus mengikuti pedoman yang

dikeluarkan badan POM.48

Pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP sebaiknya didahului dengan

pemeriksaan awal dan diikuti dengan pemeriksaan lanjutan sekaligus melakukan

verifikasi terhadap tindak lanjut perbaikan yang dilakukan oleh IRTP. Selama

46
Andi Hilman Imtiyaz dkk, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT Number on The Food Label IRTP
Production in Kaliwates District Jember Regency), Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
2016
47
https://smartlegal.id/galeri-hukum/pandemi-covid-19/2020/05/12/6-hal-ini-bisa
mengakibatkan-sertifikat-produksi-pangan-industri-rumah-tangga-bakal-dicabut/ ( diakses pada 8
agustus 2020)
48
Sutrisno koswara &astrid daniari, Peningkatan Mutu dan Cara Produksi pada Industri
Minuman Jahe Merah Instan di Desa Benteng, Ciampea, Bogor, Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, volume 1, nomor 2, (2015), hlm 153
pemeriksaan, tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food

Inspector/DFI) didampingi oleh Penanggungjawab IRTP yang diperiksa. Pada

pemeriksaan awal tenaga DFI seharusnya melakukan pemeriksaan yang sifatnya

menyeluruh. Pemeriksaan awal sangat membantu tenaga DFI dalam menyiapkan

strategi pemeriksaan lanjutan/verifikasi tindaklanjut agar tidak ada hal-hal yang

terlupakan selama pemeriksaan dilakukan. Hasil pemeriksaan awal yang

memerlukan pemeriksaan lebih mendalam dan rinci atau verifikasi tindaklanjut

harus dicatat dan didokumentasikan dengan baik.49

Dalam melakukan  Pemeriksaan sarana produksi pangan Industri Rumah

Tangga terdapat ruang lingkup yang mencakup:

a) Lokasi dan Lingkungan Produksi

b) Bangunan dan Fasilitas

c) Peralatan Produksi

d) Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air

e) Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi

f) Kesehatan dan Higiene Karyawan

g) Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

h) Penyimpanan

i) Pengendalian Proses

j) Pelabelan Pangan

k) Pengawasan oleh Penanggungjawab

l) Penarikan Produk

m) Pencatatan dan Dokumentasi


49
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor Hk.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga, No.471 Tahun 2012, Hlm 6.
n) Pelatihan Karyawan50

2. Pengawasan/pemeriksaan pre-market

Pengawasan pre-market dilakukan dengan mengajukan perizinan

pembuatan sarana, izin produksi, dan izin edar produk tergantung

kategori.51Pengawasan pre-market, yaitu adanya evaluasi mutu, keamanan, dan

efektivitas manfaat produk sebelum diizinkan beredar dalam rangka pendaftaran.

Terhadap sediaan makanan sebelum diproduksi dan diizinkan untuk beredar di

wilayah Indonesia, dalam pengawasan pre-market harus terlebih dahulu dilakukan

evaluasi untuk menilai keamanan, mutu, khasiat/kemanfaatan serta label/informasi

produk tersebut. Dalam hal ini hanya produk-produk yang memenuhi kriteria

keamanan, mutu, khasiat/kemanfaatan yang dapat disetujui untuk di produksi dan

dipasarkan di Indonesia. Pengawasan pre market harus lebih ketat dan lebih tegas

sesuai aturan yang berlaku. Uji makanan oleh Balai Besar POM hendaknya juga

secara menyeluruh terhadap semua produk makanan yang akan beredar di

Indonesia baik itu produk impor maupun produk domestik agar dapat diketahui

manfaat secara positif maupun negatif dari makanan tersebut terhadap manusia.

Pengawasan pre market dirasa lebih penting juga dengan pertimbangan yang

dikeluarkan, serta dampak semakin luas yang akan ditimbulkannya.52

3. Pengawasan/pemeriksaan post-market
Pengawasan post-market ialah pengawasan dengan pemeriksaan terhadap

pelaksanaan di tempat/sarana ( inspeksi) produk-produk makanan impor, sehingga


50
https://docplayer.info/34365107-Tata-cara-pemeriksaan-sarana-produksi-pangan-
industri-rumah-tangga.html (diakses pada 26 agustus 2020 )
51
Yovia Rizki Arrahman dkk, “Wewenang Dan Alur Pemeriksaan Oleh Balai Besar
Pengawasan Obat Dan Makanan Bandung Terhadap Kasus Temuan Parasit Cacing Pada Produk
Makerel”, Farmaka, Volume 16, Nomor 1, (2018), hlm 24
52
Mardiah dan Ernawaty, Skripsi : “Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Produk Makanan
Impor Oleh Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan (Bbpom) Di Kota Pekanbaru”, (Pekanbaru:
UR, 2012) hlm. 7-8
dapat diketahui bahwa produk makanan impor tersebut terdapat izin edar maupun

expired/kadaluarsa. Selain itu juga dilakukan kegiatan sampling dan pengujian

produk beredar, dan penyidikan serta tindakan penegakan hukum. Pada tahap ini,

BBPOM melaksanakan kegiatan inspeksi terhadap produk-produk makanan impor

yang tidak memiliki izin edar dan kadaluarsa di pasaran, dengan tujuan

melakukan pengawasan langsung atas kegiatan produksi dan distribusi dan untuk

memastikan apakah pelaku usaha konsisten menerapkan cara-cara produksi atau

distribusi, sesuai dengan izin yang dimohonkan olehnya sewaktu melakukan

pendaftaran produk makanan impor tersebut. Hal ini sangat penting sebagai

sistem pengawasan yang menjamin mutu pada seluruh proses produksi dan

distribusi yang dilakukan.53

Pengawasan post-market dilakukan dengan melaksanakan kegiatan

sampling terhadap produk yang terdapat di pasaran, pemeriksaan penandaan,

pengawasan iklan, serta pemeriksaan sarana produksi ataupun distribusi secara

berkala. Namun demikian, pengawasan post market perlu ditingkatkan agar

pengawasan Balai Besar POM lebih maksimal, karena pemeriksaan terhadap

produk makanan dan minuman beredar hanya dilakukan secara periodik maka ada

kemungkinan pihak pengusaha melakukan kecurangan pada saat pemeriksaan

tidak dilakukan. Perlu adanya peningkatan kinerja dari Balai Besar POM. Pihak

Balai Besar POM hendaknya lebih fokus terhadap masyarakat, misalnya dengan

menyampaikan laporan kemajuan suatu kasus yang terjadi dengan jelas dan cepat

tanggap, atau mempublikasikan setiap hasil penelitian yang dilakukan Balai Besar

POM.54 .

53
Ibid, Mardiah dan Ernawaty, hlm 8
54
Ibid, Mardiah dan Ernawaty, hlm 9
E. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan

Terhadap Pangan yang Diedarkan

Dalam bahasa Inggris kata tanggung jawab adalah responsibility yang

merupakan paduan dari dua kata, yakni response, artinya jawaban, dan ability

berarti kemampuan. Berarti tanggung jawab ialah kemampuan seseorang untuk

memberikan jawaban atas suatu pernyataan.55 Dalam hal pelaku usaha industri

rumah tangga pangan mengedarkan makanan/minuman hasil produksinya, terikat

dengan peraturan perundangan-undangan sehingga dibebani tanggung jawab

hukum.56

Dalam bagian Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan, disebutkan bahwa pelaku usaha pangan bertanggung jawab terhadap

pangan yang di edarkan, terutama apabila pangan yang diproduksi menyebabkan

kerugian baik terhadap gangguan kesehatan maupun kematian orang yang

mengkonsumsi pangan tersebut. Dalam hukum perlindungan konsumen, tanggung

jawab ini disebut dengan tanggung jawab produk. Tanggung jawab produk atau

product liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan

yang menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang bergerak dalam

suatu proses untuk menghasilkan suatu produk, atau dari orang atau badan yang

menjual atau mendistribusikan produk tersebut. 57

Dalam Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, disebutkan

tanggung jawab pelaku usaha yang diantaranya adalah :

55
Kasdin Sihotang , Kerja Bermartabat: Kunci meraih sukses, (Jakarta :Universitas
Atma Jaya, 2019), hlm 114.
56
I Gusti Ngurah Dharma Laksana, Buku Ajar Sosiologi Hukum, (Pustaka Ekspresi,
Tabanan 2017), hlm 9.
57
Celin Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,( Jakarta: Sinar Grafika,
2011) hlm 101.
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberi ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud tersebut dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi.
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan adanya kemungkinan tuntutan pidana berdasarkan pembuktian
lebih lanjut mengenai adanya unsur kesengajaan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut
merupakan kesalahan konsumen.58
Selain itu, Penegasan bahwa Pelaku Usaha yang dapat digugat konsumen

untuk mengganti rugi pada Pasal 24 undang-undang perlindungan konsumen

(UUPK), yaitu :

1) Bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen


pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain
apabila:

a) perubahan atas barang dan/atau jasa yang tidak dilakukan dilakukan


pelaku usaha kepada konsumen tersebut.
b) Tidak diketahuinya adanya perubahan barang/jasa oleh pelaku usaha lain
yang tidak sesuai dengan contoh, komposisi dan mutu

2) Apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan/atau jasa menjual
kembali kepada 53 konsumen dengan melakukan perubahan atas barang
dan/atau jasa tersebut. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan
konsumen .59

Produk pangan olahan kemasan yang diproduksi dan diperdagangkan oleh

pelaku usaha harus memiliki izin edar. Apabila produk pangan olahan kemasan

tidak memiliki izin edar hal itu dianggap melanggar hukum karena dapat
58
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ( LN No.22
Tahun 1999, TLN No. 3821) pasal 19 ayat 1sd 5
59
Ibid, pasal 24
dipastikan produk tersebut belum sesuai standar mutu yang dipersyaratkan dan

diatur dalam peraturan perundang-undangan. Maka dalam hal ini pelaku usaha

memiliki kewajiban yang diantaranya sebagai berikut :

(1) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya

(2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

(3) Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif

(4) menjamin mutu produk (barang) dan/atau jasa yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu produk

(barang) dan/atau jasa yang berlaku

(5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji , dan/atau

mencoba produk (barang) dan/atau jasa tertentu serta member jaminan

dan/atau garansi atas produk (barang) yang dibuat dan/atau

diperdagangkan

(6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan

(7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila produk

(barang) dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian.60

60
Edy Nurcahyo, Pengaturan dan Pengawasan Produk Pangan Olahan Kemasan , Jurnal
Magister Hukum Udayana, Volume. 7 Nomor. 3, 2018, hlm 408-409.
BAB III
PERAN BADAN PENGAWAS OBAT-OBATAN DAN MAKANAN DALAM

PEMBERIAN SERTIFIKASI PRODUK PANGAN INDUSTRI RUMAH

TANGGA

A. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya BPOM

1. Sejarah BPOM

Tonggak sejarah lembaga pengawas obat dan makanan di Indonesia pada

umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan

Hindia Belanda, kemudian berlanjut pada masa penjajahan Jepang dan masa

kemerdekaan. Dimasa orde lama, masalah obat dan makanan belum begitu
menjadi perhatian serius pemerintah karena masih tidak stabilnya kondisi

ekonomi, politik, dan sosial Indonesi.61 Berikut ini adalah sejarah terbentuknya

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) :

1. Periode Zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan

Pada zaman ini diawali dengan pendidikan asisten apoteker yang pada

awalnya dilakukan ditempat kerja yaitu di sebuah apotik oleh apoteker

yang mengelola sebuah apotek. Setelah calon apoteker bekerja dalam

jangka waktu tertentu di apotek tersebut dan telah memenuhi syarat, maka

diadakan ujianpengakuan yang diselenggarankan oleh pemerintahan

Hindia Belanda. Dari buku Verzameling Voorschriften tahun 1936 yang

dikeluarkan oleh Devanahalli Venkataramanaiah Gundappa (DVG) yang

merupakan seorang penulis dan jurnalis. Yang mana diketahui bahwa

sekolah Asisten Apoteker didirikan dengan Surat Keputusan No. 15 (Stb

No.50) tanggal 28 januari 1923 dan No.45 (Stb. No.392) tanggal 28 Juni

1934 dengan nama “Leergang Voor de opleleiding van apotheker-

bedienden onder den naam van apothekers-asisten school”.

Seorang apoteker dalam menempuh ujian harus memiliki ijasah MULO

bagian B, memiliki surat keterangan bahwa telah melakukan pekerjaan

kefarmasian secara terus menerus selama 20 bulan dibawah pengawasan

seorang apoteker di idnonesia.62

Pada masa penjajahan jepang mulai dirintis Pendidikan Tinggi Farmasi di

Indonesia yang diresmikan pada tanggal 1 April 1943 dengan nama

61
Badan POM RI, dalam http://www.pom.go.id/new/index.php/view/latarbelakang,
(diakses 2 september 2020)
62
Eti Asaroh, Skripsi : “ Peran Badan Pengawas Obat dan Makanan Dalam
Menanggulangi Peredaran Obat Non-Halal ( Studi kasus Suplemen Viostin Ds), (Jakarta: UIN,
2019 ) hlm. 42
Yakugaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku pada tahun 1944

berganti nama menjadi Yaku Daigaku.63

2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958

Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker

mulai bertambah dalam jumlah yang relatif besar. Namun pada tahun 1953

tenaga apoteker kekurangan sehingga pemerintah mengeluarkan Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembukaan Apotek. Sebelum

dikeluarkanya Undang-Undang tersebut,untuk membuka apotek boleh

dilakukan dimana saja dan tidak memerlukan izin daripemerintah. Dengan

adanya undang-undang ini, maka pemerintah dapat melarang kota-kota

tertentu untuk mendirikan apotek baru karena jumlahnya sudah dianggap

cukup memadai. Izin pembukaan apotek hanya diberikan untuk daerah-

daerah yang belum ada atau belum memadai jumlah apoteknya. Setelah

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembukaan

Apotek ini kemudian diikuti dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1953 tentang Apotek Darurat, yang membenarkan seorang

asisten apoteker untuk memimpin sebuah apotek. Undang-Undang tentang

apotek darurat ini sebenarnya harus berakhir pada tahun 1958 karena

klausula yang termasuk dalam undang-undang tersebut yang menyatakan

bahwa undang-undang tersebut tidak berlaku lagi 5 tahun setelah apoteker

pertama dihasilkan oleh Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia. Akan

tetapi, karena lulusan apoteker ternyata sangat sedikit, undang-undang ini

63
Ibid, Eti Asaroh, hlm 43.
diperpanjang sampai tahun 1963 dan perpanjangan tersebut berdasarkan

SK Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963.64

3. Periode Tahun 1958 Sampai dengan Tahun 1967

Pada periode ini meskipun usaha untuk memproduksi obat telah banyak

dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi

hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa

dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang

dapat bertahan hanyalah industri yang mendapat jatah atau mereka yang

mempunyai relasi dengan luar negeri. Oleh karena itu, penyediaan obat

menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari import. Sementara

itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik, banyak terjadi

kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi standar. Pada

periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah

kefarmasian Indonesia, yakni berakhirnya apotek-dokter dan apotek

darurat, Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 33148/ Kab/ 176

tanggal 8 Juni 1962, antara lain:

a) Tidak dikeluarkannya lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter.


b) Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1

Januari 196365

4. Periode Orde Baru


Pada masa orde baru stabilitas politik, ekonomi dan keamanan telah

semakin mantap sehingga pembangunan di segala bidang telah dapat

64
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11404/1/158400024%20%20Muhamm
ad%20Ridho%20Al%20Hasymi%20Daulay%20-%20Fulltext.pdf ( diakses pada 9 september
2020 )
65
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42400/Ch?sequence=3 ( diakses
pada 9 september 2020 )
dilaksanakan dengan lebih terarah dan terencana. Dalam Pembangunan

kesehatan sebagai bagian integral Pembangunan Nasional, dilaksanakan

secara bertahap baik pemenuhan sarana pelayanan kesehatan maupun

mutu pelayanan yang semakin baik serta jangkauan yang semakin luas

Pada periode Orde Baru ini pula, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan di bidang kefarmasian telah dapat ditata dan dilaksanakan

dengan baik. Sehingga pada tahun 1975, institusi pengawasan farmasi

dikembangkan dengan adanya perubahan Direktorat Jenderal Farmasi

menjadi Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Berbagai

peraturan perundangundangan telah dikeluarkan oleh Departemen

Kesehatan sebagai basis dan kerangka landasan untuk melanjutkan

pembangunan di masa-masa mendatang. Terhadap distribusi obat telah

dilakukan penyempurnaan, terutama penataan kembali fungsi apotek

melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980

5. Periode tahun 2000

Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap obat dan makanan tersebut

maka pemerintah mengambil kebijakan dengan melakukan perubahan

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, yang mana

memerlukan Direktorat Jenderal Obat dan Makanan yang bertanggung

jawab kepada Departemen Kesehatan, namun sekarang setelah membahas

perubahan maka Badan Pengawasan Obat dan Makanan bertanggung

jawab untuk Presiden. Badan Pengawasan Obat dan Makanan sekarang

merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan Keputusan


Presiden No. 103 tahun 2000 dan telah diubah melalui Keputusan Presiden

No. 166 tahun 2003.

2. Latar belakang terbentuknya BPOM

Berawal dari kemajuan teknologi yang telah membawa perubahan-

perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia,

makanan, kosmetika, dan alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi

modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang

sangat besar mencakup berbagai produk dengan “range” yang sangat luas.

Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus

meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakatnya termasuk pola

konsumsinya.

Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat

memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. dari keresahan

masyarakat mengenai macam-macam berbagai produk makanan serta bahan

impor yang beredar luas di masyarakat membuat pemerintah Republik Indonesia

memberikan payung hukum kepada BPOM untuk mengawasi peredaran bahan

makanan dan produk impor serta memberikan sanksi terhadap produsen ilegal.

Maka dalam hal ini Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien dalam memberikan penaungan

terhadap pelanggan/konsumen terhadap makanan dan produk lain yang beredar di

pasar. berdasarkan Peraturan, dan regulasi, standarisasi, evaluasi produk sebelum

melakukan peredaran produk BPOM berfungsi melakukan pengujian

laboratorium, pemeriksaan sarana produk distributor penyidikan dan penegakkan

huku, dan juga melakukan pengawasan, komunikasi, informasi dan edukasi


melalui badan yang terkait. Karena mengingat masih adanya kasus kerancunan

dan hasil laboratorium yang menunjukkan bahwa masih banyak makanan

mengandung zat berbahaya sebagai indikasi masih lemahnya implementasi fungsi

dan peran BPOM dalam perlindungan Konsumen.66

B. Dasar Hukum Terkait Lembaga BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah lembaga pemerintah yang

bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan dan

obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan

keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Dalam

menjalankan tugasnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM ) banyak

memilki aturan hukum baik dari segi manapun. Maka dari itu Dibawah ini

beberapa dasar hukum terkait lembaga BPOM yaitu :

66
Bahmid Panjaitan, Junindra Martua, Arbiah, “Peranan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Dalam Memberikan Perlindungan Studi Di Kantor Cabang Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) Tanjungbalai”, Jurnal Ilmu Hukum,Volume 5,
Nomor 2, (2020), hlm 3
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 tentang

Badan Pengawas Obat dan Makanan.

2. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 15 Tahun 2020

Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke

Dalam Wilayah Indonesia

3. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 28 Tahun 2018

Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering Di

salahgunakan

4. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 29 Tahun 2017

Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat Dan Makanan Ke Dalam

Wilayah Indonesia

Dasar Hukum terkait Birokrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) :

1. Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan

Pengawas Obat dan Makanan

2. Peraturan BPOM Nomor 33 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan

BPOM Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan

Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM

3. Peraturan BPOM Nomor 30 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja

UPT di Lingkungan Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan

Nasional BPOM

4. Peraturan BPOM Nomor 29 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan

BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di

Lingkungan BPOM
5. Peraturan BPOM Nomor 35 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pemberian

Tunjangan Kinerja Pegawai

6. Nomor 11 tahun 2018 tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis

di Lingkungan Badan Pengawas Obat Dan Makanan 

7. Peraturan BPOM Nomor 12 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM

8. Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata

Kerja BPOM67

Dijelaskan lebih lanjut bahwa berkaitan mengenai Pemberian Sertifikasi

Produk pangan tehadap industri rumah tangga, Badan Pengawas Obat dan

Makanan juga memiliki beberapa dasar hukum yang mengatur diantaranya

sebagai berikut :

1. Peraturan Kepala Bpom Nomor Hk. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012


Tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga Terhadap Home Industri Makanan Olahan
2. peraturan BPOM No. 22 tahun 2018, memperbaharui peraturan Kepala

BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

C. Tugas, Fungsi, Wewenang dan Struktur Organisasi BPOM


BPOM merupakan sebuah lembaga di Indonesia yang berfungsi mengawasi

peredaran obat dan makanan.. BPOM merupakan lembaga nondepartemen yang

dibentuk oleh pemerintah yang bertanggung jawab secara langsung kepada

Presiden dalam menjalankan tugasnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan, diakses dari http://rb.pom.go.id/id/dasar-hukum ,


67

Pada Tanggal 15 september 2020


1. Tugas BPOM

Berdasarkan Pasal 2 Perpres BPOM, tugas utama BPOM yaitu

menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kemudian yang kedua

obat dan makanan sebagaimana dimaksud terdiri atas obat, bahan obat, narkotika,

psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,

kosmetik dan pangan olahan. Kemudian, berdasarkan Peraturan Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis BPOM

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang

pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan68.

2. Fungsi BPOM

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan

Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan,

BPOM mempunyai fungsi:

1. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM


menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan

2) pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan

3) penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar .

4) pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan

Selama Beredar

68
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan
Pengawas Obat Dan Makanan, (LN NO.180 Tahun 2017) pasal 2
5) koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi

pemerintah pusat dan daerah.

6) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

7) pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan

8) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM

9) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

BPOM

10) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM

11) pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan BPOM

2. Pengawasan Sebelum Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai tindakan

pencegahan untuk menjamin Obat dan Makanan yang beredar memenuhi

standar dan persyaratan keamanan,khasiat/manfaat, dan mutu produk yang

ditetapkan.

3. Pengawasan Selama Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pengawasan Obat dan Makanan selama beredar untuk memastikan Obat dan

Makanan yang beredarmemenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/

manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.69

69
Agata Pransiska Laund, Novie Revlie Pioh,Welly Waworundeng, Tugas Dan Fungsi
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Dalam Melindungi Kesehatan Masyarakat Di Kota Manado
(Studi Kasus Tentang Penggunaan Bahan Makanan Berbahaya Di Kota Manado), Jurnal jurusan
Ilmu Pemerintahan, Volume 4,Nomor 4, (2020) Hlm 7-8.
3. Wewenang BPOM

Mengenai kewenangan dari suatu Badan Pom bahwa Kewenangan BPOM

diatur dalam Pasal 4 Perpres BPOM yaitu BPOM berwenang menerbitkan izin

edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan keamanan,

khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, selain itu BPOM juga berwenang

melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan obat dan makanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pemberian sanksi

admnistratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.70

4. Struktur Organisasi BPOM

Struktur organisasi sangat diperlukan sebuah perusahaan untuk

membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang

menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan

pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan efektivitas kerja

dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga

tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja

yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan, maupun kelompok kerja yang

berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata

hubungan secara vertikal. sebagai salah satu instansi pemerintahan Maka dalam

hal ini badan pengawas obat dan makanan ( BPOM ) juga memiliki struktur

organisasi yang dapat dilihat sebagai berikut

70
Siti Ajeng Putriana , Aura Nur Maulida , Reza Matulatan, Restrukturisasi Kewenangan
Bpom Dan Sistem Kooperatif Penanggulangan Peredaran Kosmetik Ilegal Secara Online,
Legislatif, Volume 3, Nomor 2, (2020), Hlm 355,.
Bagan I Struktur Organisasi BPOM

KEPALA BADAN POM

INSPEKTOR UTAMA SEKRETARIS UTAMA


Inspektor I Biro Perencanaan Dan Keuangan
Inspektor II Biro Hukum Dan Organisasi

Biro Kerja Sama

Biro Umum Dan Sumber Daya


Manusia
Biro Hubungan Masyarakat dan
Dukungan Strategis Pimpinan

Pusat Pusat
Pusat Data dan Pusat Riset
Pengembanga Pengembangan
Informasi Obat dan Kajian &
n Sumber Pengujian Obat
& Makanan Makanan
Daya
Deputi IV

Bidang Penindakan
Deputi III
Deputi I Deputi II
Bidang Pengawasan
Bidang Pengawasan Obat, Bidang Pengawasan Obat
Pangan Olahan
Narkotika, Psikotropika, Ttadisional, Suplemen
Prekursor, dan Zat Adiktif Kesehatan dan Kosmetik Direktorat
Pengamanan
Direktorat
Direktorat Standardisasi Obat, Direktorat Standardisasi
Standardisasi Pangan Direktorat Intelijen
Narkotika, Psikotropika, Obat Tradisional, Suplemen
Olahan Obat dan Makanan
Prekursor, dan Zat Adiktif. Kesehatan, dan Kosmetik
Direktorat Registrasi Direktorat
Direktorat Registrasi Obat Direktorat Registrasi Obat Pangan Olahan Penyidikan Obat dan
Tradisional, Suplemen Makanan
Direktorat Pengawasan Kesehatan, dan Kosmetik
Distribusi dan Pelayanan Obat, Direktorat
Narkotika, Psikotropika, dan Pengawasan Pangan
Direktorat Pengawasan Obat
Prekursor Risiko Tingi dan
Tradisional, dan Suplemen
Teknologi Baru
Kesehatan
Direktorat Pengawasan
Direktorat Pengawasan Direktorat
Keamanan, Mutu, dan Ekspor
Kosmetik Pemberdayaan
Impor Obat, Narkotika,
Masyarakat dan
Psikotropika, Prekursor, dan
Zat Adiktif. Pelaku Usaha

Unit Pelaksana Teknis


Sumber: http://www.pom.go.id/new/view/direct/structure ( Diakses pada 9 september
2020 )
D. Prinsip Dasar Sistem Pengawasan POM
Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya

hidup konsumen pada realitasnya meningkatkan risiko dengan implikasi yang luas

pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Oleh sebab itu Indonesia harus

memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang efektif dan

efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk yang

berbahaya untuk melindungi keamanan, keselamatan, dan kesehatan konsumen

baik di dalam maupun diluar negeri. Maka dari itu Prinsip Dasar Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) adalah :

1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan professional.

2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti

ilmiah.

3. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses.

4. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.

5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang

berkolaborasi dengan jaringan global.

7. Memiliki jaringan system informasi keamanan dan mutu produk.71

E. Peran Badan Pengawas Obat-Obatan dan Makanan Dalam Pemberian

Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga

Beredarnya obat dan obat tradisional yang kadaluwarsa dan tidak memiliki

izin edar tidak lepas dari tanggung jawab Pemerintah. Pada 2012-2014

pengawasan obat dan makanan merupakan bagian integral dari upaya


71
Mardi Handono, Ikarini Dani Widiyanti, Pratiwi Puspitho Andini, Perlindungan
Konsumen Terhadap Hasil Produksi Kosmetik Dan Obat Tradisional Melalui Peningkatan Fungsi
Dan Kewenangan Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan (Balai Besar Pom ) Surabaya, Jurnal
Rechtens, Volume 7, Nomor 2, (2018), Hlm 125.
pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Badan POM dalam melindungi

masyarakat dari produk obat dan makanan yang membahayakan kesehatan

dituangkan dalam sistem pengawasan full spectrum mulai dari premarket hingga

post-market control yang disertai dengan upaya penegakan hukum dan

pemberdayaan masyarakat (community empowerment).72Sedangkan di tahun

2015 Pengawasan Obat dan Makanan dilakukan melalui sistem pengawasan

yang komprehensif, berbasis ilmiah, dan berstandar internasional meliputi

pengawasan sejak produk belum beredar (pre-market control) sampai dengan

setelah beredar di pasaran (post market control), termasuk penegakan hukum

terhadap pelaku pelanggaran di bidang Obat dan Makanan.

Oleh karena itu, untuk mendukung tugas Badan POM, sistem

pengawasan Obat dan Makanan sangat penting untuk diperkuat, meliputi

kelembagaannya seperti kualitas sumber daya manusia, profesionalisme,

transparansi, akuntabilitas dan transparansi pelayanan publik, sistem teknologi

informasi, laboratorium, sarana dan prasarana lainnya serta kerjasama dengan

pemerintah daerah dan Kementerian/Lembaga terkait.

Berkaitan dengan pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri

rumah tangga (SPP-IRT), agar standarisasi dan sertifikasi tercapai semaksimal

mungkin maka pemerintah perlu aktif dalam membu.at, menyesuaikan, dan

mengawasi pelaksanaan peraturan yang berlaku. Peranan badan POM dalam

pemberian sertifikasi produk pangan dapat dikategorikan sebagai peranan yang

berdampak jangka panjang sehingga perlu dilakukan secara berlanjut

memberikan penerangan, penyuluhan, bagi semua pihak Sehingga tercipta

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/1106/Johathan%20Manik.pdf?
72

sequence=1&isAllowed=y (diakses pada 15 september 2020 )


lingkungan usaha yang sehat dan berkembangnya pengusaha yang bertanggung

jawab. Karena dalam memproduksi makanan, minuman dan obat-obatan, yang

paling penting adalah memiliki izin dari Dinas Kesehatan. karena berdasarkan

keputusan dari kepala badan pengawas obat dan makanan (BPOM) dan peraturan

daerah setempat, untuk seluruh produksi makanan dan minuman yang diedarkan

secara luas harus memiliki izin produksi, walaupun itu bentuknya adalah industri

rumahan (Home industry)

Di dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, bahwa

yang memberikan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang

selanjutnya disingkat SPP-IRT adalah Bupati/Walikota sebagai jaminan tertulis

terhadap pangan produksi industri rumah tangga pangan di wilayah kerjanya

yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran

pangan produksi industri rumah tangga pangan. Pemberian Sertifikat Produksi

Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) ini diawali dengan memenuhi syarat-

syarat permohonan yaitu mencakup seluruh syarat administrative. Secara umum,

tidak semua permohonan izin makanan dan minuman serta obat tradisional

diterima dan dikabulkan oleh dinas kesehatan. Ada beberapa produk makanan

dan minuman, yang harus mendapatkan izin dari dinas kesehatan dan Badan

POM yaitu : susu dan hasil olahan, unggas dan hasil olahan yang memerlukan

proses penyimpanan beku, pangan kalengan, makanan bayi, minuman

beralkohol dan air minum dalam kemasan, serta pangan lain yang wajib

memenuhi persyaratan SNI dan pangan lain yang ditetapkan Badan POM. jika
syarat administrative sudah dinyatakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

maka pelaku usaha diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan secara

kolektif, sampai benar benar dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat

penyuluhan. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan sarana produksi untuk

memberikan pertimbangan apakah suatu home indutri dapat diberikan izin oleh

Dinas Kesehatan.

Semua persyaratan yang telah ditentukan dan telah dipenuhi oleh pelaku

usaha akan diberikan izin dengan dikeluarkan sertifikat produk pangan industri

rumah tangga oleh pihak yang berwenang, ditandai dengan adanya nomor PIRT

yang terdiri dari 15 digit dan berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang

apabila masih memenuhi ketentuan. Adapun nomor PIRT wajib dicantumkan

pada kemasan pangan produksi industri rumah tangga pangan. Dengan adanya

izin produksi yang telah dimiliki maka pelaku usaha industri rumah tangga akan

memperoleh keuntungan yang bisa menunjang perkembangan usahanya karena

bisa dengan tenang mengedarkan dan memproses produksi pangan yang

dihasilkan secara luas dengan resmi.

BAB IV
IMPLEMENTASI PERATURAN KEPALA BPOM NOMOR HK.
03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN
SERTIFIKASI PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
TERHADAP HOME INDUSTRI MAKANAN OLAHAN
(STUDI: HOME INDUSTRI BUAH MENJADI KERIPIK DI DESA
BAKARAN BATU KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI
SERDANG)
A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

1. Profil Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang terletak dijalan Karya Asih No.

8 Lubuk Pakam, Kompleks Perkantoran Kantor Bupati Kabupaten Deli Serdang.

Dalam Pembangunan kesehatan di Kabupaten Deli Serdang dinas kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap warga masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 17 ayat (1)

menyebutkan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses

terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dinas Kesehatan mempunyai fungsi pelaksana rumah tangga dibidang

kesehatan, pelaksana tugas perbantuan, dan tugas lain-lain yang diberikan oleh

Kepala Daerah. Untuk melaksakan fungsi sebagaimana tersebut diatas Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

1. Menyusunan rencana dan program kebijaksanaan teknis dibidang

kesehatan.
2. Melaksanakan pembinaan umum dibidang kesehatan berdasarkan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati.

3. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan

dasar dan upaya pelayanan kesehatan rujukan dan farmasi berdasarkan

kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati.

4. Melaksanakan pembinaan operasional sesuai kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh Bupati.

5. Memberikan perijinan bidang kesehatan sesuai kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

6. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang kesehatan

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Melaksanakan pengendalian dan pembinaan UPTD dalam lingkup

tugasnya.

8. Melaksanakan pengeloaan rumah tangga dan tata usaha Dinas.

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang

tugasnya.

2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

a. Visi

Secara umum visi didefinisikan adalah merupakan pernyataan atau

gambaran sosok masa depan dari organisasi atau cara pandang jauh kedepan

kemana suatu organisasi dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif yang
berfungsi memberikan inspirasi dan motivasi pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap masa depan organisasi.

Memacu pada nilai-nilai strategis yang termuat pada tugas pokok dan

fungsi dinas kesehatan kabupaten Deli Serdang, maka rumusan visi dinas

kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

"Deli Serdang yang Maju dan Sejahtera Dengan Masyarakatnya yang

Religius dan Rukun dalam Kebhinekaan".

b. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilakukan

untuk mewujudkan visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana

dan berhasil dengan baik. Pernyataan misi merupakan pedoman tentang sasaran

yang ingin dicapai dan dan dilaksanakan oleh organisasi serta memberikan

petunjuk untuk mencapai tujuan sehingga efektif sebagai pengarah kebijakan yang

harus diterima dan didukung pencapaianya . maka dari itu misi dinas kesehatan

kabupaten deli serdang sebagai berikut

1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing

yang mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemandirian dalam memantapkan

struktur ekonomi yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana sebagai pendukung pertumbuhan

ekonomi yang berorientasi kepada kebijakan tata ruang serta

berwawasan lingkungan.
4. Meningkatkan tatanan kehidupan masyarakat yang religius, berbudaya

dan berakhlakul karimah, berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang

Maha Esa serta dapat memelihara kerukunan, ketenteraman dan

ketertiban.

5. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan

tata pemerintahan yang baik dan bersih (good & clean governance)

berwibawa dan bertanggung jawab.73

3. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Untuk mengawasi segala kegiatan secara efektif, manajemen perlu

membentuk suatu badan organisasi dan membentuk struktur organisasi yang

sehat. Struktur organisasi merupakan suatu tata hubungan yang diterapkan secara

formal dari berbagai fungsi dan hubungan antara atasan dengan bawahan serta

gambaran dari siapa dan mengerjakan apa.

Adapun susunan struktur organisasi dinas kesehatan kabupaten deli

serdang yaitu sebagai berikut :

1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Sekretaris Dinas Kesehatan

3. Bidang Kesehatan Masyarakat

4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

5. Bidang Pelayanan Kesahatan

6. Bidang Sumber Daya Kesehatan

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional


73
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, diakses dari
https://dinkes.deliserdangkab.go.id/halaman/tentang-dinas-kesehatan.html, pada tanggal 02
Desember 2020
1. Sekretariat, terdiri dari :

a. Sub Bagian Program, Informasi dan Hubungan Masyarakat

b. Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Asset

c. Sub Bagian Hukum , Kepegawaian dan Umum

2. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :

a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat

b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga

3. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari :

a. Seksi Surveilans dan Imunisasi

b. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan

Kesehatan Jiwa

4. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari :

a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer

b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan

c. Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

5. Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari :

a. Seksi Kefarmasian

b. Seksi Alar Kesehatan dan PKRT

c. Seksi Sumber Daya Kesehatan Manusia


Bagan II Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang


4. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

a. Kepala Dinas Kesehatan

1. Tugas Pokok Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yaitu

Membantu Bupati Melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan

yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan

kepada Kabupaten.

2. Fungsi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yaitu

melaksanakan Perumusan kebijakan dibidang kesehatan, Pelaksanaan

kebijakan dibidang kesehatan, Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dinas

dibidang kesehatan, Pelaksanaan administrasi dibidang kesehatan dan

Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas

dan fungsinya.

3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mempunyai rincian

tugas yaitu sebagai berikut :

a. Menetapkan program kegiatan Dinas Kesehatan berdasarkan hasil

evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait pelaksanaan tugas-

tugas dan urusan kesehatan


c. Mengawasi pelaksanaan tugas kesekretariat yang meliputi

Administrasi Umum, Kepegawaian, Keuangan dan Program

d. Mengawasi pelaksanaan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat,

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Pelayanan Kesehatan serta

Pemanfaatan Sumber Daya Kesehatan, dan Unit Pelayanan Teknis

e. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan baik dari sumber dana APBD,

APBN maupun JKN

f. Melakukan pengawasan pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan

Nasioanal

g. Melakukan pengawasan terhadap Inventaris Barang dan Aset Dinas

dan UPT

h. Menetapkan Standar Operasional Prosedur kegiatan dinas

i. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

b. Sekretaris
1. Tugas Pokok Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yaitu

Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan perumusan rencana

program dan kegiatan, mengkoordinasikan, urusan administrasi umum,

kepegawaian, keuangan dan perencanaan program, evaluasi dan

pelaporan serta monitoring.

2. Fungsi Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yaitu

melaksanakan Penyusunan rencana program dan kegiatan

kesekretariatan, Perumusan kebijakan, pedoman, standarisasi,

pembinaan, dan pengendalian administrasi umum, kepegawaian,

keuangan serta perencanaan program, Pengkoordinasian penyusunan

rencana program dan kegiatan disetiap bidang sesuai dengan peraturan

yang berlaku dan Pengelolaan urusan administrasi umum dan

kepegawaian, keuangan, penyusunan program, evaluasi dan pelaporan.

3. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang mempunyai rincian

tugas yaitu sebagai berikut :

a. Merumuskan program kegiatan kesekretariatan berdasarkan hasil

evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

b. Merumuskan rencana kerja, program, dan kegiatan sekretariat

meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, serta

perencanaan program

c. Menyusun bahan kebijakan, pedoman, pelayanan administrasi

umum, kepegawaian, keuangan, program serta evaluasi dan

pelaporan
d. Merumuskan penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas

bidang secara terpadu

e. Mengendalikan urusan administrasi umum, kepegawaian, keuangan,

serta evaluasi dan perencanaan program

f. Mengkoordinasikan kegiatan pada Dinas Kesehatan pada

Administrasi Umum, Kepegawaian, Keuangan serta Perencanaan

Program

g. Melakukan Pembinaan Disiplin Pegawai sesuai peraturan yang

berlaku

h. Melaksanakan pengawasan terhadap kebersihan, ketertiban, dan

keamanan lingkungan kantor.

i. Melakukan pengendalian terhadap pengadaan barang, dan

pengendalian inventaris serta aset Dinas Kesehatan.

j. Merumuskan Standar Operasional Prosedur kegiatan dinas.

k. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia.

l. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

m. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan

n. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.


c. Kepala Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum .

1. Tugas pokok Kepala Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum yaitu

Membantu Sekretaris dalam melaksanakan penyiapan administrasi surat-

menyurat, kearsipan, perlengkapan rumah tangga, kepustakaan,

administrasi dan disiplin kepegawaian.

2. Kepala Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum mempunyai rincian

tugas yaitu sebagai berikut :

a. Menyusun program kegiatan Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan

Umum berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum dan

kepegawaian

c. Melaksanakan pengelolaan kearsipan dan kepustakaan

d. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan dan pengelolaan

urusan rumah tangga Dinas Kesehatan dan UPT

e. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Pelayanan

(SP) Sub Bagian Hukum, Kepegawaian dan Umum sesuai ketentuan

dan peraturan yang berlaku

f. Melaksanakan pengelolaan kebersihan, ketertiban, dan keamanan di

lingkungan kantor

g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilian

yang tersedia
h. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

i. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan

j. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

d. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Asset

1. Tugas pokok Kepala Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Asset yaitu

Menyiapkan dan melakukan koordinasi penyelenggaraan urusan

keuangan dan pengelolaan aset yang menjadi tanggungjawab Dinas

kesehatan.

2. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan Asset mempunyai rincian

tugas yaitu

a. Menyusun program kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Pengelolaan

Aset berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Memproses dan melaksanakan urusan ruang lingkup yang meliputi

keuangan, perbendaharaan, verifikasi, ganti rugi, penyiapan bahan

atas pengawasan keuangan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan

c. Memproses dan melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjungan,

pengadministrasian dan pembukuan keuangan serta laporan keuangan

dinas
d. Memproses dan melaksanakan penyusunan daftar dan penilaian

aset/perlengkapan/inventaris dinas dan unit pelaksanaan teknis

e. Menyusun dan mengoordinasikan pengawasan dan evaluasi dalam

penyempurnaan dan penyusunan standar operasional prosedur dalam

penanganan urusan sub bagiannya

f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan terkait dengan

bidang tugasnya

g. Menyusun bahan evaluasi pelaporan pelaksanaan tugas jabatan

h. Melakukan pembinaan dan memberikan motivasi, arahan

dan penilaian terhadap kinerja bawahan dan

i. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya dan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

e. Kepala Sub Bagian Program, Informasi dan Hubungan Masyarakat

1. Tugas pokok Kepala Sub Bagian Program, Informasi dan Hubungan

Masyarakat yaitu Menyiapkan dan melakaukan koordinasi

penyelengaraan urusan program, informasi dan hubungan masyarakat

yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan.

2. Kepala Sub Bagian Program, Informasi dan Hubungan Masyarakat

mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kegiatan Sub Bagian Program, Informasi dan

Hubungan Masyarakat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun

sebelumnya dan peraturan perundang-undangan yang berlaku


b. Memproses dan menganalisa data sebagai bahan acuan dalam

penyusunan program kerja

c. Menenyusun daftar usulan kegiatan pelaksanaan tugas

d. Melakukan evaluasi terhadap program kerja sebagai bahan

penyusunan laporan

e. Menyusun Rencana Strategis (RENSTRA), Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah (LKIP), perjanjian Kinerja (PK) dan Rencana Kerja

(RENJA) pada Dinas Kesehatan sestrai dengan peraturan perundang-

undangan

f. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala-kepala Bidang

dan Kepala=kepala Seksi dalam penyusunan Rencana Kerja tahunan

(RENJA)

g. Menyusun laporan LPPD Dinas Kesehatan

h. Menyusun Standar Operasional Prosedur Sub Bagian Program,

Informasi dan Hubungan Masyarakat

i. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

dasar pengambilan kebijakan

k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan


l. Melaksanakan tugas kedinasan iain sesuai dengan perintah atasan.

f. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat

1. Tugas Pokok Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat yaitu Melaksanakan

tugas Dinas Kesehatan Bidang Kesehatan Masyarakat.

2. Fungsi Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat yaitu melaksanakan

Penyiapan bahan perumusan kebijakkan dalam bidang kesehatan

masyarakat, melaksanakan Penyiapan bahan koordinasi perencanaan

program dalam bidang kesehatan masyarakat dan Penyiapan bahan

pembinaaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan teknis dalam

bidang kesehatan masyarakat.

3. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai rincian tugas yaitu

a. Merumuskan program kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Merumuskan bahan pelaksanaan koordinasi pelaksanaan kesehatan

keluarga, gizi masyarakat, promosi, pemberdayaan masyarakat,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga

c. Menyusun bahan pedoman pelaksanaan kesehatan keluarga, gizi

masyarakat, promosi, pemberdayaan masyarakat, kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga

d. Merumuskan bahan pelaksanaan bimbingan dan pengendalian

pelaksanaan kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi dan

pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja

dan olahraga
e. Memfasilitasi kegiatan kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi,

pemberdayaan masyarakat, kesehatan Lingkungan, kesehatan kerja

dan olahraga

f. Merumuskan bahan pelaksanaan kesehatan keluarga, gizi masyarakat,

promosi, pemberdayaan masyarakat dan kesehatan lingkungan,

kesehatan kerja dan olahraga

g. Memantau dan melakukan inventarisasi permasalahan yang

berhubungan dengan bidang kesehatan masyarakat serta menyiapakan

bahan petunjuk pemecahan masalah

h. Merumuskan Standar Operasional Prosedur Bidang Kesehatan

Masyarakat

i. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkanan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan

g. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dann Gizi

1. Tugas pokok Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dann Gizi yaitu

Membantu Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat meliputi: menyusun


program kerja, pedoman kerja dan petunjuk teknis, menginventarisir

data, menyiapkan bimbingan teknis, rapat bulanan dan monitoring

kegiatan di Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat agar

pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar.

2. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dann Gizi mempunyai rincian tugas

yaitu

a. Menyusun program kegiatan Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi

Masyarakat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Menyusun pedoman kerja, Standard Operasional Prosedur (SOP) dan

petunjuk teknis di bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat

c. Menginventarisir data-data Kesehatan Keluarga yang meliputi data

Bayi/Balita, Remaja, Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas/Menyusui,

dan Gizi Masyarakat

d. Menyiapkan kegiatan pertemuan bulanan yang meliputi pertemuan

bulanan petugas program Anak, pertemuan bulanan petugas program

lbu dan pertemuan bulanan petugas program Gizi Masyarakat

e. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis terhadap petugas program

Anak, petugas program lbu, dan petugas program Gizi Masyarakat

f. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

g. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan
h. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan.

i. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

h. Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Tugas pokok Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat yaitu

melakukan Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi

dan pelaporan di bidang promosi dan pemberdayaan masyarakat.

2. Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai

rincian tugas yaitu sebagai berikut :

a. Menyusun program kegiatan Seksi Promosi dan Pemberdayaan

Masyarakat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Menyusun petunjuk operasional pada Seksi Promosi

dan Pemberdayaan Masyarakat

c. Melaksanakan koordinasi, bimbingan, monitoring dan evaluasi pada

perkumpulan yang berbasis pemberdayaan masyarakat (Posyandu,

PKK, dll)

d. Mengkoordinasikan semua kegiatan promosi dan pemberdayaan

masyarakat pada lintas program, lintas sektor, lembaga swadaya

masyarakat dan puskesmas


e. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk

penyusunan rencana dan penyempurnaan dan pelaksanaan

kewenangan daerah pelaksanaan tugas-tugas dinas pada Seksi

Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat

f. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk

penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan program promosi

dan pemberdayaan masyarakat sesuai ketentuan yang ditetapkan

g. Menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan promosi kesehatan

seperti Usaha Kesehatan Anak Sekolah, perbaikan gizi masyarakat,

dll

h. Menyusun Standar Operasional Prosedur Seksi Promosi dan

Pemberdayaan Masyarakat

i. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

i. Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga


1. Tugas Pokok Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan

Olahraga yaitu Membantu sebagian tugas Kepala Bidang Kesehatan

Masyarakat yang meliputi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan

Olahraga.

2. Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga

mempunyai rincian tugas yaitu sebagai berikut :

a. Menyusun program kegiatan Seksi kesehatan lingkungan, Kesehatan

Kerja dan Olahraga berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun

sebelumnya dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Melakukan pengawasan serta penyuluhan Keamanan Pangan dan

Hygiene Sanitasi terhadap pengusaha Industri Rumah Tangga

Pangan(IRTP) serta merekomendasikan penerbitan atau pemberian

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

c. Melakukan pengawasan serta penyuluhan Hygiene sanitasi terhadap

pengusaha tempat-tempat umum(Rumah Makan, Restoran, dll) serta

merekomendasikan penerbitan atau pemberian surat keterangan Laik

Hygiene Usaha

d. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis kepada petugas kesling yang

ada di puskesmas tentang kebersihan lingkungan, limbah medis

rumah sakit/puskesmas, cara produksi makanan yang baik dan benar,

kesahatan kerja dan olahraga

e. Menyususn kegiatan perlindungan kesehatan kerja diperusahaan,

serta kegiatan senam kesegaran jasmani untuk pegawai dan lansia

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur Seksi Kesehatan


Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga

g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

h. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

i. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan.

j. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

j. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

1. Tugas pokok Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

yaitu Melaksanakan penyusunan bahan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit.

2. Fungsi Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yaitu

melaksanakan Penyusunan program kerja Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit, Pelaksanaan kebijakan Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit, Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait

dalam rangka pelaksanaan pencegahan dan pengendlian penyakit dan

Pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan secara intensif di Bidang

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

3. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai

rincian tugas sebagai berikut


a. Merumuskan program kegiatan Bidang Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Merumuskan Standar Operasional kegiatan di Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

c. Menganalisa data kegiatan program bidang pemberantasan dan

pengendalian penyakit

d. Mengoordinasikan kegiatan program Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit terhadap lintas sektor terkait

e. Merumuskan bahan kebijakan program di Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

f. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan program di Bidang Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit

g. Melakukan koordinasi dengan atasan terkait pelaksanaan dan

kebijakan program di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

h. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan
k. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

K. Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi

1. Tugas pokok Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi yaitu Melaksanakan

sebagian tugas kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

dalam melaksanakan tugas Survelans dan Imunisasi.

2. Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi mempunyai rincian tugas yaitu

a. Menyusun program kegiatan Seksi Surveilans dan Imunisasi

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Menyusun Standar Operasional kegiatan di Seksi Surveilans dan

Imunisasi

c. Menginventarisasi dan mengolah hasil data surveilans dan imunisasi

d. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis supervisi kegiatan surveilans

dan imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

e. Melakukan bimbingan teknis ke petugas imunisasi

f. Menyusun bahan koordinasi pelaksanaan dan kebijakan program

di Seksi Surveilans dan Imunisasi

g. Menyusun hasil pemeriksaan data penyimpanan vaksin imunisasi di

COLD CHAIN UPT Puskesmas

h. Melaksanakan penyuluhan pengendalian penyelidikan

penangulangan kejadian Luar Biasa (KLB)

i. Melaksanakan penyuluhan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap

Penyakit Potensial Wabah

j. Menyiapkan kegiatan kesehatan haji


k. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

l. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan.

m. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan .

n. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

l. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular

1. Tugas pokok Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

menular yaitu Melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit.

2. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular

mempunyai rincian tugas yaitu sebagai berikut :

a. Menyusun menetapkan program kegiatan Seksi Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Menular berdasarkan hasil evaluasi kegiatan

tahun sebelumnya dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Menyusun Standar Operasional kegiatan di Seksi Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Menular

c. Melaksanakan penyusunan pedoman pelaksanaan standar teknis

pencegahan dan pengendalian penyakit menular


d. Melaksanakan penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyakit

bersumber binatang

e. Menginventarisasi dan mengolah hasil data hasil di Seksi Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit Menular

f. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis dan supervisi kegiatan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

g. Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait pelaksanaan

dan kebijakan program di Seksi Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Menular

h. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

k. Melaksanankan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

m. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular

1. Tugas pokok Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak

Menular yaitu Membantu sebagian tugas Kepala Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit
2. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular

mempunyai rincian tugas

a. Menyusun program kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tidak Menular berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun

sebelumnya dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Menyusun Standar Operasional kegiatan di Seksi Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tidak Menular

c. Melaksanakan penyusunan pedoman pelaksanaan standar teknis

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan

jiwa

d. Melaksanakan penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyakit

tidak menular dan kesehatan jiwa

e. Menginventarisasi dan mengolah hasil data hasil di Seksi Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

f. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis dan supervisi kegiatan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan

Jiwa

g. Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait pelaksanaan dan

kebijakan program di Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa

h. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia
i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan.

k. Melaksanankan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan

n. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan

1. Tugas pokok Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan yaitu Membantu

sebagian tugas Kepala Dinas Kesehatan dalam Bidang Pelayanan

Kesehatan.

2. Fungsi Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan yaitu melakukan

Pelaksanaan kebijakan di Bidang Pelayanan Kesehatan dan Pelaksanaan

pembinaan dan penyuluhan secara intensif di Bidang Pelayanan

Kesehatan

3. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai rincian tugas yaitu

sebagai berikut

a. Merumuskan program kegiatan Bidang Pelayanan Kesehatan

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Melaksanakan validasi kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Primer,

Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, dan Seksi Pelayanan Kesehatan

Tradisional
c. Melaksanakan validasi, pendampingan dan penilaian kelayakan mutu

fasilitas Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Seksi Pelayanan

Kesehatan Rujukan dan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

d. Melaksanakan validasi pelaporan di Seksi Pelayanan Kesehatan

Primer, Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Seksi Pelayanan

Kesehatan Tradisional

e. Merumuskan kegiatan bimbingan teknis yang termasuk dalam

fasilitas Seksi Pelayanan Kesehatan Primer, Seksi Pelayanan

Kesehatan Rujukan dan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

f. Merumuskan Standar Operasional Prosedur Bidang Pelayanan

Kesehatan

g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

h. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

i. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun terrulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan dan

j. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan


o. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer

1. Tugas pokok Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer yaitu Membantu

sebagian tugas Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dalam seksi

Pelayanan Kesehatan Primer.

2. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer mempunyai rincian tugas

sebagai berikut :

a. Menyusun program kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Primer

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Melaksanakan verifikasi dan membantu pelaksanaan kegiatan

pelayanan kesehatan dasar (promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif) di fasilitas pelayanan kesehatan primer {puskesmas dan

swasta)

c. Melaksanakan verifikasi dan membantu pelaksanaan kegiatan usulan

pembiayaan dan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di

fasilitas pelayanan kesehatan primer (puskesmas dan jaringannya)

d. Melaksanakan verifikasi, membantu pendampingan, penilaian

kelayakan akreditasi dan membantu pelaksanaan kegiatan mutu

fasilitas pelayanan kesehatan prirner di puskesmas dan swasta

e. Melaksanakan verifikasi, membantu pendampingan, penilaian

kelayakan dan membantu pelaksanaan kegiatan persiapan puskesmas

menuju tata kelola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

f. Melaksanakan verifikasi pelaporan di Seksi Pelayanan Kesehatan

Primer
g. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis yang termasuk dalam fasilitas

pelayanan kesehatan primer

h. Menyusun Standar Operasional Prosedur Seksi Pelayanan Kesehatan

Primer

i. monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja pelaksanaan tugas

bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

l. Melaksanankan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan

p. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Tugas pokok Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan adalah

Membantu Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan meliputi menyusun

program kerja, pedoman kerja dan teknis, menginventaris data,

menyiapkan bimbingan teknis, rapat bulanan dan monitoring kegiatan di

Seksi Kesehatan Rujukan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar.

2. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai rincian tugas

sebagai berikut

a. Menyusun program kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku


b. Menyusun data rujukan dengan penggunaan Aplikasi Sijariemas

c. Menyusun Pedoman kerja, Standar Operasional Prosedur [SOP) dan

petunjuk teknis di Seksi Kesehatan Rujukan

d. Menyusun data jumlah rujukan yang menggunakan Jaminan

Kesehatan Nasioanal (JKN) ke Fasilatas Kesehatan Tingkat Lanjut

(FKTL) di wilayah kerja Kabupaten Deli Serdang

e. Menyusun rencana kerja tentang pendataan Gizi Kurang dan Gizi

Buruk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) di wilayah

kerja Kabupaten Deli Serdang

f. Menyusun serta melaksanakan rencana kerja monitoring dan evaluasi

ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) dan Puskesmas yang

ada di wilayah kerja Kabupaten Deli Serdang

g. Menyusun kriteria peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan

pemerintah dan swasta sesuai dengan standar yang dipakai

h. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

k. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.


q. Kepala Seksi Pelayanan kesehatan tradisional

1. Tugas Pokok Kepala Seksi Pelayanan kesehatan tradisional yaitu

Membantu sebagian tugas Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dalam

Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

2. Kepala mempunyai Seksi Pelayanan kesehatan tradisional mempunyaio

rincian tugas yaitu sebagai berikut

a. Menyusun program kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Mempersiapkan bahan-bahan kerja dan pengaturan kegiatan di Seksi

Pelayanan Kesehatan Tradisional

c. Membuat pelaporan di Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional

d. Mempersiapkan kegiatan bimbingan teknis di Seksi Pelayanan

Kesehatan Tradisional

e. Melakukan penilaian atas mutu pelayanan kesehatan tradisional

di wilayah Kabupaten Deli Serdang

f. Menyusun Stadar Operasional Prosedur Seksi Kesehatan Tradisional

g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

h. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

i. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku


sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan dan

j. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.

r. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan

1. Tugas pokok Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan yaitu

Melaksanakan tugas kesehatan di Bidang Sumber Daya Kesehatan.

2. Fungsi Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan yaitu melakukan

Perumusan bahan kebijakan dalam bidang Sarana Kesehatan, Farmasi dan

Alat Kesehatan serta Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pelaksanaan

koordinasi perencanaan program dalam bidang Sarana Kesehatan,

Farmasi dan AIat Kesehatan serta Sumber Daya Manusia Kesehatan,

Penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan

teknis dalam bidang Sarana Kesehatan dan Penyiapan bahan pembinaan,

bimbingan, pengendalian dan pengaturan teknis dalam Farmasi dan Alat

Kesehatan.

3. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai rincian tugas

sebagai berikut :

a. Merumuskan program kegiatan Bidang Sumber Daya Kesehatan

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Merumuskan bahan pelaksanaan koordinasi pelaksanaan jaminan

pemeliharaan dan pembiayaan kesehatan, bina tenaga dan sarana

kesehatan, farmasi, makanan dan minuman, dan alat kesehatan


c. Merumuskan bahan pelaksanaan bimbingan dan pengendalian

pelaksanaan jaminan pemeliharaan dan pembiayaan kesehatan,

farmasi, makanan dan minuman, dan alat kesehatan

d. Memfasilitasi kegiatan jaminan pemeliharaan dan pembiayaan

kesehatan, bina tenaga dan sarana kesehatan, farmasi, makanan dan

minuman, dan alat kesehatan

e. Merumuskan bahan pelaksanaan registrasi, akreditasi, sertifikasi,

sarana kesehatan, farmasi, dan alat kesehatan sesuai peraturan

perundang-undangan

f. Merumuskan Standar Operasional Prosedur Bidang Sumber Daya

Kesehatan

g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

h. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

i. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan dan

j. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

s. Kepala Seksi Kefarmasian

1. Tugas pokok Kepala Seksi Kefarmasian yaitu Membantu sebagian tugas

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dalam Seksi kefarmasian.


2. Kepala Seksi Kefarmasian mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kegiatan Seksi Kefarmasian berdasarkan hasil

evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku

b. Mempersiapkan bahan-bahan kerja dan pengaturan kegiatan di Seksi

Kefarmasian

c. Membuat pelaporan di Seksi Kefarmasian

d. Menyiapkan kegiatan bimbingayn tekniys di Seksi Kefarmasian

e. Melakukan penilaian atas mutu pelayanan kefarmaian di Puskesmas,

Rumah Sakit, dan Apotek

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur Seksi Kefarmasian

g. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

h. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan keputusan

i. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku sebagai

bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan untuk

menghindari penyimpangan dan

j. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.


t. Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

(PKRT)

1. Tugas pokok Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga (PKRT) yaitu Membantu sebagian tugas Kepala Bidang

Sumber Daya Kesehatan dalam Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKPRT).

2. Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

(PKRT) mempunyai rincian tugas

a. Menyusun program kegiatan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKPRT) berdasarkan hasil evaluasi

kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

b. Mempersiapkan bahan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKPRT)

c. Membuat pelaporan di Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKPRT)

d. Menyiapkan kegiatan bimbingan teknis di Seksi Alat Kesehatan dan

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKPRT)

e. Melakukan penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga (PKPRT) baik pemerintah maupun swasta

f. Mengusulkan kalibrasi untuk meningkatkan kualitas Alat Kesehatan

dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

g. Menyusun Standar Operasional Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)


h. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

i. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

j. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukkan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

k. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.

u. Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

1. Tugas pokok Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan yaitu

Membantu kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan meliputi meyusun

program kerja, pedoman kerja dan petunjuk teknis, menginventarisir

data, menyiapkan bimbingan teknis, rapat bulanan dan monitoring

kegiatan di Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.

2. Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai rincian tugas

sebagai berikut

a. Menyusun program kegiatan Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan

berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

b. Memverifikasikan surat izin praktek bagi sumber daya manusia

kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku

c. Melaksanakan survei untuk keperluan penertiban izin


sarana kesehatan setelah melewati verifikasi sesuai dengan

peraturan yang berlaku

d. Menyusun data dan informasi tentang kebutuhan sumber daya

manusia kesehatan sesuai dengan analisis situasi dan ketentuan yang

berlaku

e. Menyususn perencanaan peningkatan kualitas sumber daya manusia

kesehatan

f. Menyiapkan kegiatan sosialisasi dan pembinaan sumber daya

manusia kesehatan

g. Menyiapkan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan di Bidang

Sumber Daya Manusia Kesehatan

h. Menyusun Standar Operasional Prosedur Seksi Sumber

Daya Manusia Kesehatan

i. Melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menilai prestasi kerja

pelaksanaan tugas bawahan secara berkala melalui sistem penilaian

yang tersedia

j. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan

k. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan secara lisan

maupun tertulis berdasarkan kajian dan ketentuan yang berlaku

sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas dan

untuk menghindari penyimpangan dan

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah atasan.


B. Prosedur Mendapatkan Ijin Sertifikasi P-IRT Bagi Pengusaha Pangan

Industri Rumah Tangga di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

Gambar 1: Alur Pemberian SPP IRT di Kab. Deli Serdang


Diadakan
Pemohon Mengajukan permohonan kepada
Penyuluhan
Kepala Dinas Kesehatan dengan Bila persyaratan
lengkap Keamanan
melampirkan :
1. Surat permohonan (kertas Pangan
segel atau bermaterai Rp
6000) Bila dinyatakan
2. Data Produksi (Bahan Baku, Lulus
Bahan Tambahan , Netto, dll)
3. Surat Izin Usaha Industri Diadakan Pemeriksaan
4. Surat Izin Usaha Perdagangan Sarana Produksi Pangan
(SIUP)
Industri Rumah Tangga
5. Tanda daftar Perusahaan
(TDP)
6. Atau Surat Izin Usaha Mikro
dan Kecil Hasil Pemeriksaan
7. Denah Alur Produksi Dinyatakan
8. Rancangan Label atau Layak
Cap/Logo
9. Photo copy KTP Sertifikat Produksi
Pengusaha/Direktur/Pimpinan Pangan Industri Rumah
Pengusaha Tangga (SPP-IRT)
10. Pas Photo Pengusaha Ukuran diberikan
3 X 4 berwarna
11. Rekomendasi dari Camat
setempat

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang

Keterangan :
Dinyatakan layak
1.Dasar Hukum (aturan) Pemberian SPP.IRT
a. peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007
b. peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012
c. SK Bupati Deli Serdang No. 658 tahun 2016

2.Jenis Usaha yang dapat diberikan SPP.IRT


Usaha atau industri makanan minuman berklasifikasi kecil (IRT) yang
produksinya mempunyai masa simpan lebih dari 3 (tiga)hari kecuali :
- Minuman berakohol - Makanan/Minuman untuk Bayi
- Makanan/Minuman kaleng - Air Minum dalam kemasan
- Makanan/Minuman yang berbahan baku dari susu
- Dan lain-lain (sesuai SK Badan POM)
3. Waktu pengurusan : 14 hari kerja
Dalam pelaksanaan pemberian SPP-IRT di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang, Secara keseluruhan ketentuan setiap tahap sudah sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Menurut Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205

Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga pasal 2 ayat (2-3) bahwa SPP-IRT diberikan setelah IRTP

memenuhi persyaratan.

1. Syarat Pengajuan Permohonan SPP-IRT di Kabupaten Deli Serdang

Tabel 1. Permohonan Pengajuan SPP-IRT di Kabupaten Deli Serdang

Syarat Permohonan Pengajuan SPP-IRT

Perka BPOM RI Dinas Kesehatan Deli Serdang


Sesuai Tidak Sesuai

Nama jenis pangan √

Nama dagang √

Jenis Kemasan √

Berat bersih √

Komposisi √

Tahapan Produksi √

Alamat Usaha √

Nama Pemilik √

Nama Penanggung Jawab √

Masa Simpan √

Kode Produksi √
Rancangan label pangan √

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang

Dalam melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

bahwa untuk kelengkapan permohonan dalam mengajukan SPP-IRT di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli serdang harus sesuai dengan diberi tanda centang

menujukkan bahwa syarat Permohonan pengajuan SPP-IRT sudah sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah permohonan Tangga . Semua persyaratan yang

tersurat dalam Perka BPOM sudah tercantum dalam Formulir Permohonan

Pengajuan SPP-IRT di Dinas kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

2. Pelaksanaan Penyuluhan Keamanan Pangan di Kabupaten Deli Serdang

Tabel. 2 Penyuluhan Keamanan Pangan

Penyuluhan Keamanan Pangan


Perka Dinas Kesehatan
BPOM RI Deli Serdang

Sesuai Tidak Sesuai


Penyelenggara keamanan pangan dari Dinas √
Kesehatan Kab/Kota

Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) √


adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki
Sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan
keamanan pangan dari Badan POM
Tenaga PKP yang kompeten dari Dinas Kesehatan √
Kabupaten / Kota dan Balai Besar/Balai POM
setempat.
Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah √
pemilik / penanggung jawab IRTP
Materi Penyuluhan Keamanan Pangan

a. Peraturan perundang-undangan di bidang √


pangan
b. Keamanan dan Mutu pangan √
c. Teknologi Proses Pengolahan Pangan √
d. Prosedur Operasi Sanitasi yang Standar √
(Standard Santitation Operating
Procedure /SSOP)
e. Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk √
Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).
f. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan √
(BTP)
g. Persyaratan Label dan Iklan Pangan √
h. Pencantuman label Halal √
i. Etika Bisnis dan Pengembangan Jejaring √
Bisnis IRTP
Materi penyuluhan keamanan pangan disampaikan √
dalam bentuk ceramah, diskusi,
demonstrasi/peragaan simulasi, pemutaran video
dan cara-cara lain yang mendukung pemahaman
keamanan pangan.
Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan dengan hasil √
evaluasi minimal nilai cukup yaitu 60 dinyatakan
LULUS.
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa beberapa ketentuan

dalam penyelenggaraan penyuluhan keamanan pangan di Kab. Deli Serdang

secara keseluruhan sudah sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012

Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

Hasil evaluasi kegiatan Penyuluhan Keamanan Pangan dinyatakan LULUS dan


mendapatkan sertifikat penyuluhan keamanan pangan dengan nilai tidak kurang

dari 60.

3. Pemeriksaan Rutin Industri Rumah Tangga (IRTP)

Gambar. 2 Alur Pemeriksaan Rutin IRTP di Kab. Deli Serdang


1 2

Pemohon DINAS KESEHATAN BIDANG KESEHATAN


MASYARAKAT
Mengikuti penyuluhan Mengajukan permohonan
keamanan pangan yang SPP- IRT secara tertulis
diselenggarakan oleh
Dinas Kesehatan Deli 3
Serdang Mengisi formulir
4 permohonan dengan
DINAS KESEHATAN dilampiri persyaratan yang
DELI SERDANG ditetapkan
8 persyaratan
5 7
Penerbitan 1. Surat permohonan (kertas
Peninjauan Lokasi segel atau bermaterai Rp
SPP-IRT
produksi oleh petugas 6000)
Masa pengawas pangan 2. Data Produksi (Bahan
berlaku 5 kabupaten didampingi Baku, Bahan Tambahan ,
tahun Petugas puskesmas Netto, dll)
3. Surat Izin Usaha Industri
4. Surat Izin Usaha
T Perdagangan (SIUP)
M
S 5. Tanda daftar Perusahaan
Pemeriksaan (TDP)
9 6
rutin oleh 6. Atau Surat Izin Usaha
puskesmas Melaksanakan saran
Mikro dan Kecil
setempat 2 perbaikan 7. Denah Alur Produksi
kali dalam 8. Rancangan Label atau
setahun Cap/Logo
9. Photo copy KTP
Pengusaha/Direktur/Pimpi
nan Pengusaha
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang 10. Pas Photo Pengusaha
Ukuran 3 X 4 berwarna
11. Rekomendasi dari Camat
setempat
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa alur

pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP seacara rutin di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang sudah sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun

2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga. Setelah melakukan pengecekan awal akan dilakukan pemeriksaan rutin

sarana produksi pangan oleh tenaga pengawas pangan dari puskesmas setempat

yang diberi kewenangan oleh Dinas Kesehatan Deli Serdang. Pemeriksaan

dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu 1 kali pemeriksaan awal dan1 kali

pemeriksaan rutin.

4. Pemberian Nomor P-IRT.

Tabel. 3 Pemberian Nomor P-IRT di Kab. Deli serdang

NAMA Digit Digit Digit Digit Digit Digit (14


dan
IRTP (1) (2dan3) (4,5,6 dan (8 dan 9) (10,11,12
7) Digit 15)
dan 13)

Jenis nomor Kode nomor urut nomor urut Tahun


kema urut/ propinsi pangan IRTP di berakhi
dan
s an kode IRTP yang kabupaten/k r masa
kabupaten/
jenis telah ota yang berlaku
kota
pangan memperole bersangkuta
h
IRTP n.
SPP-IRT

Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Deli Serdang

Penjelasan 15 (lima belas) digit sebagai berikut:

1) digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan sesuai Lampiran 5.


2) digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut jenis pangan IRTP sesuai Lampiran

6.

3) digit ke-4,5,6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota sesuai

Lampiran 4.

4) digit ke 8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah memperoleh

SPP-IRT.

5) digit ke-10,11,12 dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP dikabupaten/kota yang

bersangkutan.

6) digit ke 14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku.74

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa tabel diatas

(Tabel.3) menunjukkan bagaimana cara Pemberian Nomor PIRT yang Sudah

mengikuti prosedur sesuai dengan adanya Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun

2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga.

C. Gambaran Umum Home Industri Buah Menjadi Keripik (Agrowisata

Ponti ) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang

1. Sejarah Home Industri Buah menjadi Keripik (Agrowisata Ponti)

Industri rumahan atau industri rumah tangga adalah suatu unit usaha

yang tidak berbentuk badan hukum dan dilaksanakan oleh seseorang atau

beberapa orang anggota rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja sebanyak

lebih kurang 4 orang, dengan kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi

Wawancara dengan narasumber Ibu Mangatur Gurning, ( petugas puskesmas) tanggal


74

01 desember 2020
atau setangah jadi atau yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi nilainya

dengan tujuan untuk dijual atau ditukar dengan barang lain. Menurut undang-

undang no.5 tahun 1984 tentang perindustrian dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan

baku, bahan setengah jadi menjadi barang yang nilainya lebih tinggi untuk

penggunaan.75

Dijelaskan lebih lanjut bahwa Koperasi Produsen Agrowisata Ponti

adalah sebuah Home industri rumah tangga yang bergerak dalam bidang

produksi Pembuatan Keripik dari buah salak. Home Industri ini sudah ada

semenjak tahun 2019 dimana usaha tersebut pertama kali dibuka oleh Bapak Apen

Barus dengan nama usaha Agrowisata Ponti.

Di latar belakangi oleh Petani Salak yang mana populasi buah salak

tersebut semakin banyak. Sehingga Home Industri menciptakan hal baru pada

tahun 2019 dengan keunikan yaitu membuat salak pondoh menjadi keripik. Salak

pondoh adalah salah satu jenis buah salak yang memiliki rasa manis pada tiap

daging buahnya tanpa ada rasa asam atau pun sepat, walaupun dipetik ketika

waktu masih muda sekalipun rasanya masih tetap manis. Jenis salak ini cocok

diolah menjadi manisan salak juga tepat untuk dijadikan bahan baku keripik salak.

Pemanfaatan buah salak ini sendiri dalam industry makanan olahan belum begitu

banyak ragamnya selain langsung dikonsumsi buahnya, pengelolahan buah salak

yang sering kita jumpain yaitu dibuat menjadi manisan buah salak atau diolah

menjadi keripik salak. Pak Apen Barus Juga Mengatakan Bahwa beliau

menginginkan sebuah produk turunan dari pada buah salak itu sendiri.76
75
Undang-Undang no.5 tahun 1984 tentang Perindustrian, pasal 1
76
Wawancara dengan narasumber Bapak Apen Barus( pemilik home industri ), tanggal 04
Desember 2020
Dari berbagai macam jenis salak yang telah dipaparkan sedikit diatas,

bahwa buah salak yang baik untuk diproduksi menjadi makanan ringan keripik

buah adalah jenis salak pondoh. Karena rasa yang manis dan juga kadar

kandungan air yang lebih sedikit dari pada jenis-jenis lainnya, serta lebih

memudahkan proses pembuatannya.

2. Tujuan Dibentuknya Home Industri Buah menjadi Keripik

Secara umum Home industri mampu memperluas lapangan pekerjaan dan

memberi pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dapat berperan

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat serta pendapatan keluarga,

memngurangi pengangguran dan meningkatka kesejahteraan masyarakat. Maka

tujuan dari home industri Buah Menjadi Keripik adalah Meningkatkan efisiensi

ekonomi, khususnya Para Petani Salak. Dan mensejaterahkan Masyarakat77

3. Visi dan Misi

Penjelasan tentang Penjelasan tentang Penjelasan tentang visi yaitu “Agar

dapat Meningkatkan produktifitas dari buah salak agar buah salak bisa dikenal

dan bisa menjadi produktifitas utama di Kabupaten deli serdang dan menjadi

produk unggulan di Desa Bakaran Batu”.78

Misi : Membenahi system perlakuan petani salak, bagaimana produk dari

buah salak berkualitas agar dapar di ekspor sampai keluar negeri.dan

memperkenalkan produk Indonesia sampai keluar negeri

77
Wawancara dengan bapak Apen Barus (Pemilik Home Industri), Tanggal 04 Desember 2020
78
Wawancara dengan bapak Apen Barus (Pemilik Home Industri), Tanggal 04 Desember 2020
4. Struktur Organisasi
Bagan III Struktur organisasi home industry
PEMILIK
(APEN BARUS)

MANAGER

MANAGER MANAGER
PEMBELIAN PENJUALAN

PRODUKSI

I. Pemilik
Tugasnya sebagai berikut:
a. Mengkoordinasi kegiatan home industri
b. Mengkoordinasi upaya pembuatan surat ijin usaha mikro dan kecil
c. Mengkoordinasi pembuatan sertifikat
d. Mengkoordinasi dalam surat menyurat
e. Mengkoordinasi penyelenggaraan kegiatan home industri
f. Membina penyelenggaraan home industry di Desa Bakaran Batu

II. Manager

Tugasnya sebagai berikut:


a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan pada penjualan dan pembelian
b. Pengkoordinasian perencanaan program home industri
c. Pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan administrasi home industri Desa
Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam yang meliputi administrasi umum
keuangan dan perumah tanggaan home industri tersebut
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia
e. Penyiapan bahan produksi, pengawasan dan pengendalian penjualan serta
pembelian
f. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan

III. Manager Pembelian


Tugasnya sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan produksi atau bertanggung jawab terhadap pembelian
produksi
b. Memilih supplier secara teliti agar tidak merugikan perusahaan
c. Mengurus anggaran pembelian

IV. Manager Penjualan

Tugasnya sebagai berikut:


a. Melakukan pengawasan terhadap bawahannya
b. Memberikan penyelesaian terhadap keluhan dari pelanggan terkait kepuasan
penjualan atau pelayanan yang diberikan
c. Memberikan pelatihan tentang bagaimana mengembangkan program penjualan
dan pelayanan yang baik untuk pelanggan
d. Menganalisa laporan penjualan dan menentukan keuntungan dari proyek
penjualan
e. Menentukan diskon dan harga 79

V.Proses Produksi
Langkah – langkah memproduksi buah salak menjadi keripik

a. Mulai dengan mengupas kulit salak kemudian salak dipisahkan daging serta
bijinya.

b. Setelah itu salak dapat dibelah menjadi dua bagian.

79
Wawancara dengan narasumber Bapak Apen Barus ( Pemilik Industri ), Tanggal 04
Desember 2020
c. Kemudian rendam buah salak yang telah dibelah dua kedalam air yang telah
dicampur dengan air kapur sirih.

d. Biarkan salak direndam kira-kira hingga 5-6 jam

e. Lalu buah salak dicuci dengan air sampai benar-benar bersih dan keringkan
f. Goreng salak ke dalam mesin penggoreng hampa udara yang telah diisi

minyak.

g. Tunggu hingga keripik salak matang dan kadar airnya sudah dihisap semua

oleh mesin vacum frying, angkat lalu tiriskan

h. Keripik salak siap jadi dan siap untuk dinikmati80

D. Implementasi Peraturan Kepala BPOM Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205

Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga di Home Industri Buah Menjadi Keripik di

Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan wawancara tanggal 04 Desember 2020 dengan Bapak Apen

Barus Selaku Pemilik Home industri, Menerangkan bahwa dalam Pelaksanaan

perolehan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga di home industri buah

menjadi keripik di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli

Serdang ada beberapa tahap yang harus diikuti sesuai dengan Peraturan Kepala

BPOM Nomor HK. 03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pemberian Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yaitu:81

80
Wawancara dengan narasumber Ibu Roslina Hutajulu ( bagian Produksi), tanggal 05
Desember 2020
81
Wawancara dengan narasumber Bapak Apen Barus (Penilik Industri ), tanggal 04
Desember 2020
1. Permohonan Untuk Mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga (SPP-IRT)

Gambar 3 . Syarat permohonan Home Industri Agrowisata Ponti


q
sumber : Home industri ( agrowisata ponti)

Bagi pengelola industri rumah tangga pangan yang ingin mendapatkan

Sertifikasi Produksi Pangan Rumah Tangga (SPP-IRT), harus mengajukan

permohonan yang sudah sesuai dengan Perka BPOM RI ke Dinas Kesehatan

kabupaten Deli Serdang. Dari hasil Penelitian yang dilakukan terhadap home

industri bahwa syarat pengajuan permohonan untuk mendapatkan sertfikat


produksi pangan industri rumah tangga ( SPP-IRT) sudah dilakukan dan sudah

memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

Adapun berkas yang sudah dilampirkan dalam pengajuan permohonan

SPP-IRT antara lain : Nama jenis pangan, Nama dagang, Jenis Kemasan, Berat

bersih, Komposisi, Tahapan Produksi, Alamat Usaha, Nama Pemilik/Nama

Penanggung Jawab, Masa Simpan, Kode Produksi dan berkas lain yang sesuai

dengan Perka BPOM RI.

2. Penyuluhan Keamanan Pangan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk

Pakam

Tabel. 4 Hasil Penyuluhan Keamanan Pangan

Nama Hasil No. Sertifikat


Penyuluhan
IRTP Evaluasi
Keamanan Pangan
(PKP)
Agrowisata Ponti 88 440/1212/2019
Sumber: Home industri Agrowisata Ponti

Pada Tahap penyuluhan keamanan pangan yang dilakukan Dinas

Kesehatan Kab. Deli Serdang terhadap home industri milik bapak Apen Barus

sudah berjalan sesuai dengan Peraturan KepalaBadan Pengawas Obat Dan

Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Pada

pelaksanaan penyuluhan terhadap home industri sudah dilakukan evaluasi atau

post-test. Post-test ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hasil


pengetahuan dari peserta penyuluhan kemanan pangan. jika nilai post-test dari

peserta Penyuluhan tidak kurang dari 60, maka Peserta penyuluhan keamanan

pangan dinyatakan LULUS dan mendapatkan sertifikat dalam penyuluhan

keamanan pangan. dan dari hasil Penelitian yang saya telah lakukan bahwa Home

industri milik bapak Apen Barus dinyatakan LULUS dan telah mendapatkan

sertifikat penyuluhan. Adapun sertifikat Penyuluhan keamanan milik bapak Apen

Barus antara lain sebagai berikut :

Gambar 4 Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan

Sumber: Home Industri Agrowisata Ponti


3. Hasil Pemeriksaan IRTP di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam

Kab. Deli Serdang

Gambar 5 Pemeriksaan industri rumah tangga (IRTP)


Sumber : Home Industri Agrowisata Ponti
Kegiatan pemeriksaan berbagai sarana produksi pangan industri rumah

tangga seperti yang tercantum diatas sudah saya lakukan dengan didampingi
petugas puskemas yang dilaksanakan atas pengajuan dari pengelola industri

rumah tangga pangan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dengan dilengkapi beberapa persyaratan

yang sudah ada, termasuk sertifikat penyuluhan keamanan pangan

Dari hasil pemeriksaan tersebut (Gambar.5), dapat disimpulkan bahwa

Hasil Pemeriksaan Hygiene Sanitasi Perusahaan yaitu pertama, keadaan secara

umu memenuhi syarat, tempat/ruang pengelolaan memenuhi syarat, Kesehatan

dan Higiene Karyawan memenuhi syarat dan Higiene Gudang juga memenuhi

syarat. Tidak ada ditemukan Hygiene Sanitasi Perusahaan yang tidak memenuhi

syarat . jika pada Pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP yang ditemukan ada

yang tidak memenuhi persyaratan harus melakukan saran perbaikan untuk

mendapatkan SPP-IRT. Jika sudah sesuai, maka Dinas Kesehatan Kabupaten.

Deli Serdang berhak mengeluarkan SPP-IRT kepada pemilik atau

penanggungjawab IRTP.

Dengan demikian, pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah

tangga pada Home industri agrowisata Ponti milik Bapak Apen Barus sudah

sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

Indonesia Nomor Hk.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 Tentang Tata Cara

Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga


4. Pemberian Nomor P-IRT di Kab. Deli Serdang

Tabel. 5 Pemberian nomor P-IRT di Home Industri Agrowisata Ponti

NAMA Digit Digit Digit Digit Digit Digit Kesesuai


(14 dan
IRTP (1) (2dan3 (4,5,6 dan (8 dan 9) (10,11,12 an
15)
) 7) dan 13)

Jeni nomor Kode nomor urut nomor urut tahun TS S


s
urut/ propinsi pangan IRTP di berakh
kem dan i
a kode IRTP yang kabupaten/
kabupaten k r masa
s an jenis / telah
ota yang berlak
pangan kota memperole
h bersangkuta u
IRTP
SPP-IRT n.

Agro 5 15 1212 01 1138 24 √


Wisata
Ponti

Sumber : Home Industri Agrowisata Ponti

Sejak tahun 2012, nomor P-IRT berjumlah 15 digit dari sebelumnya

hanya 12 digit. Dilihat dari jenis kemasan, jenis kemasan yang digunakan pada

IRTP diatas adalah aluminium foil dengan kode digit (5). Dengan menghasilkan

hasil olahan biji-bijian dan umbi degan kode digit (15). Kode Propinsi dan

Kab/Kota Deli Serdang (1212). Digit 8-13 merupakan kode yang diberikan dari

Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang berdasarkan nomor urut pangan IRTP yang

telah memperoleh SPP-IRT dan nomor urut IRTP di Kabupaten Deli Serdang.

Sedangkan digit terakhir menunjukkan masa berlaku dari SPP-IRT pada tahun

2024 terhitung dari tahun pembuatan SPP-IRT pada tahun 2019. Pemberian

Nomor P-IRT pada IRTP Agrowisata ponti sudah sesuai dengan kertentuan 15

digit pada Perka BPOM RI. Dibawah ini adalah SPP-IRT yang sudah diterbitkan

oleh Dinas Kesehatan Kab.Deli Serdang


Gambar 6 Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ( Agrowisata Ponti)

Sumber :Home industri ( Agrowisata Ponti )

Secara keseluruhan, pelaksanaan Sertifikasi Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga (SPP-IRT) sudah baik, sudah mengikuti prosedur sesuai dengan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

Hk.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Dan sudah terbit sertifikat produk

pangan industri rumah tangga bagi Home Industri Buah Menjadi keripik milik
bapak Apen Barus yang memproduksi Buah salak dengan nama usaha

Agrowisata Ponti di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten

Deli Serdang.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan tersebut,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah

jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota, melalui Dinas

Kesehatan terhadap pangan hasil produksi Industri Rumah Tangga yang

telah memenuhi persyaratan dan standar keamanan tertentu, dalam rangka

produksi dan peredaran produk pangan. Sertifikasi produk pangan telah

diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang Pangan, Undang-

Undang Perikanan dan lainnya. setiap pangan olahan baik yang

diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah

Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum

diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran. Hal ini diatur

dalam Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004

tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Pada pasal 43 menjelaskan

pangan olahan yang diproduksi Industri Rumah Tangga (IRTP) wajib

memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT).

Ketentuan lainnya Pada tahun 2018 lalu Badan POM menerbitkan

peraturan BPOM No. 22 tahun 2018, memperbaharui peraturan Kepala

BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman

Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Pada pasal

2 ayat (2) Peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 22 tahun

2018 tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri

rumah tangga harus memenuhi syarat sebagai berikut :


1. memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan;

2. hasil pemeriksaan sarana produksi Pangan Produksi

IRTP memenuhi syarat.

3. Label Pangan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan sebuah lembaga di

Indonesia yang mempunyai peran dalam pemberian sertifikasi produk

pangan indsutri rumah tangga. melalui Dinas Kesehatan Badan POM

berperan melakukan regulasi, standarisasi, dan sertifikasi produk makanan

dan obat-obatan yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan,

penggunaan, dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk

lainnya. Peranan badan POM dalam pemberian sertifikasi produk pangan

dapat dikategorikan sebagai peranan yang berdampak jangka panjang

sehingga perlu dilakukan secara berlanjut memberikan penerangan,

penyuluhan, bagi semua pihak Sehingga tercipta lingkungan usaha yang

sehat dan berkembangnya pengusaha yang bertanggung jawab. Karena

dalam memproduksi makanan, minuman dan obat-obatan, yang paling

penting adalah memiliki izin dari Dinas Kesehatan. Di dalam Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang dilakukan Dinas

Kesehatan kepada suatu home industry rumah tangga harus melalui 4

tahap yakni :
a. memenuhi syarat- syarat permohonan yaitu mencakup seluruh

syarat administrative

b. mengikuti penyuluhan keamanan pangan

c. pemeriksaan sarana produksi

d. Pemberian nomor P-IRT

jika Semua persyaratan yang telah ditentukan dipenuhi oleh pelaku usaha

maka akan diberikan izin dengan diterbitkan sertifikat produk pangan

industri rumah tangga oleh pihak yang berwenang

3. Industri rumahan atau industri rumah tangga adalah suatu unit usaha yang

tidak berbentuk badan hukum dan dilaksanakan oleh seseorang atau

beberapa orang anggota rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja

sebanyak lebih kurang 4 orang. Dalam hal Pelaku usaha industri rumah

tangga pangan harus bertanggung jawab terhadap setiap pangan yang di

edarkannya. sebagaimana ditentukan dalam bagian Penjelasan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, disebutkan bahwa pelaku

usaha pangan bertanggung jawab terhadap pangan yang di edarkan.

Produk pangan olahan kemasan yang diproduksi dan diperdagangkan oleh

pelaku usaha harus memiliki izin edar. Apabila produk pangan olahan

kemasan tidak memiliki izin edar hal itu dianggap melanggar hukum

karena dapat dipastikan produk tersebut belum sesuai standar mutu yang

dipersyaratkan dan diatur dalam peraturan perundang-undangan. dalam

hal ini pelaku usaha dalam menjalankan usahanya yaitu industri rumah

tangga pangan diwajibkan untuk memiliki sertifikat produksi pangan

industri rumah tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota


atau dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan. Wewenang proses pembuatan

serfikat ini diserahkan pada dinas kesehatan seluruhnya. Maka Dalam hal

ini Home industri yang sudah memiliki sertifikasi yaitu yang sudah lulus

atau layak digunakan salah satunya adalah untuk usaha home industri

buah menjadi keripik dengan nama usaha Agrowisata Ponti dengan

pengolahan bahan dasar buah yaitu buah salak pondo yang di miliki oleh

bapak Apen Barus di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam

Kabupaten Deli Serdang. Dimana usaha tersebut sudah mengikuti

standarirasi kemanan pangan dan sudah memiliki sertififikasi produk

pangan yang diikuti dengan cara yang sesuai dengan peraturan kepala

BPOM nomor hk. 03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman

pemberian sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga terhadap

home industri makanan olahan. Maka pada Usaha ini untuk produk

produk yang di pasarkan sangat aman untuk dikonsumsi dan sangat

bermanfaat juga menguntungkan dalam pemberian pelayanan ekonomi

secara luas baik bagi Bapak Apen sendiri dan seluruh masyarakat.

B. Saran

1. Perlu adanya komunikasi yang lebih baik lagi antara pihak Dinas Kesehatan

dengan produsen, agar penyampaian informasi lebih cepat dan hasil yang

diharapkan lebih cepat selesai dan sesuai keinginan 2 belah pihak dan sesuai

aturan yang ada

2. Hendaknya setiap produsen yang memiliki suatu usaha yang akan

diperdagangkan mendapatkan sertifikat PP-IRT mempersiapkan lokasi yang

akan digunakan untuk usahanya terlebih dahulu agar saat pemeriksaan lokasi
usaha oleh Dinas kesehatan, dapat dengan cepat mendapatkan penilaian baik

untuk segera dibuatkan sertifikat PP-IRT yang dimohonkan oleh produsen

makanan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.


Dharma Laksana, I Gusti Ngurah , Buku Ajar Sosiologi Hukum, Pustaka Ekspresi,

Tabanan , 2017.

Firdianti, Arinda, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Yogyakarta: Cv.GrePublishing,

2018.

Johan, Teuku Saiful, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara

Dalam Tataran Reformasi Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta:

Deepublish, 2018.

Kimbal, Rahel Widiawati, modal sosial dan ekonomi industri kecil sebuah studi

kualitatif, yogyakarta: Deepublish, 2015.

Kristiyanti, Celin Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar

Grafika, 2011.

Murdiyatmoko, Janu, Sosiologi : Memahami dan Mengkaji Masyarakat

,Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2007.

Seto, Sagung, Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi, Industri, dan Perdagangan,

Bogor : IPB, 2001.

Sihotang , Kasdin , Kerja Bermartabat: Kunci meraih sukses, Jakarta :Universitas

Atma Jaya, 2019.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 2010.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 2006.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2008.
Sunggono, Bahri Bambang , Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Grafindo

Persada, 2003.

Tim Guru Indonesia, Joko Untoro, Buku Pintar Pelajaran,Jakarta : WahyuMedia,

2010.

Wibawa, Fahmi, Panduan Praktis Perizinan Usaha Terpadu, Jakarta : Grasindo,

2007.

B. Perundang- undangan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil,

Undang-Undang no.5 tahun 1984 tentang Perindustrian,

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi

Pangan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan

Pengawas Obat Dan Makanan,

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

Nomor Hk.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan

Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 tahun 2017 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan,


Peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 22 tahun 2018 tentang

pedoman pemberian sertifikat produksi pangan

C. Jurnal dan Artikel

Ananda , Riski, Peran Home Industri Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga

(Studi Kasus Home Industry Keripik Di Kelurahan Kubu Gabang)”, Jurnal

JPM FISIP,Volume 3, 2016.

Arrahman , Yovia Rizki dkk, Wewenang Dan Alur Pemeriksaan Oleh Balai Besar

Pengawasan Obat Dan Makanan Bandung Terhadap Kasus Temuan

Parasit Cacing Pada Produk Makerel, Farmaka, Volume 16, 2018.

Asaroh , Eti, Skripsi, Peran Badan Pengawas Obat dan Makanan Dalam

Menanggulangi Peredaran Obat Non-Halal ( Studi kasus Suplemen

Viostin Ds), Jakarta: UIN, 2019.

Dwi Yulianti , Mawar, Resmi Mustarichie, Tata Cara Registrassi Untuk Pangan

Olahan Industri Tumah Tangga (PIRT) dan makanan dalam negeri (MD)

dalam Rangka Peningkatan Produk yang Aman dan Bermutu di Bandung

Jawa, Farmaka, Volume 15, 2018.

Handono , Mardi, Ikarini Dani Widiyanti, Pratiwi Puspitho Andini, Perlindungan

Konsumen Terhadap Hasil Produksi Kosmetik Dan Obat Tradisional

Melalui Peningkatan Fungsi Dan Kewenangan Balai Besar Pengawas

Obat Dan Makanan (Balai Besar Pom ) Surabaya, Jurnal Rechtens,

Volume 7, 2018.

Imtiyaz , Andi Hilman dkk, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi

IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT


Number on The Food Label IRTP Production in Kaliwates District

Jember Regency), Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa, 2016.

Koswara , Sutrisno & astrid daniari, Peningkatan Mutu dan Cara Produksi pada

Industri Minuman Jahe Merah Instan di Desa Benteng, Ciampea, Bogor,

Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, volume 1, 2015.

Laund , Agata Pransiska, Novie Revlie Pioh,Welly Waworundeng, Tugas Dan

Fungsi Badan Pengawas Obat Dan Makanan Dalam Melindungi

Kesehatan Masyarakat Di Kota Manado (Studi Kasus Tentang

Penggunaan Bahan Makanan Berbahaya Di Kota Manado), Jurnal

jurusan Ilmu Pemerintahan, Volume 4, 2020.

Mardiah dan Ernawaty, Skripsi : “Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Produk

Makanan Impor Oleh Balai Besar Pengawas Obat Dan Makanan

(Bbpom) Di Kota Pekanbaru”, Pekanbaru: UR, 2012.

Nurcahyo , Edy, Pengaturan dan Pengawasan Produk Pangan Olahan Kemasan ,

Jurnal Magister Hukum Udayana, Volume. 7, 2018.

Nurhayati, Irna , Efektivitas Pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan

terhadap Peredaran Produk Pangan Olahan Impor dalam mewujudkan

Perlindungan Konsumen, Mimbar Hukum, Volume 21, 2009.

Panjaitan , Bahmid, Junindra Martua, Arbiah, Peranan Badan Pengawas Obat

Dan Makanan Dalam Memberikan Perlindungan Studi Di Kantor Cabang


Badan Pengawas Obat Dan Makanan Badan Pengawas Obat Makanan

(BPOM) Tanjungbalai, Jurnal Ilmu Hukum,Volume 5, 2020.

Putriana , Siti Ajeng , Aura Nur Maulida , Reza Matulatan, Restrukturisasi

Kewenangan Bpom Dan Sistem Kooperatif Penanggulangan Peredaran

Kosmetik Ilegal Secara Online, Legislatif, Volume 3, 2020.

Syahdan & Husnan, Peran Industri Rumah Tangga (Home industry) Pada Usaha

Kerupuk Terigu Terhadap Pendapatan Keluarga Di Kecamatan Sakra

Kabupaten Lombok Timur, Jurnal Manajemen dan Ilmu

Pendidikan,Volume 1, 2019.

B. Internet

https://nasional.tempo.co/read/272723/bpom-temukan-ratusan-jamu-mengandung-

bahan-kimia-obat-di-bengkulu/full&view=ok diakses pada 17 Juni 2020

https://pendidikan.co.id/implementasi-adalah/ diakses pada 9 juli 2020

https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2015/07/pengertian-pangan-dan-keamanan-

pangan.html diakases pada 9 juli 2020

Badan Pusat Statistik, (diakses dari https://www.bps.go.id/subject/9/industri-

besar-dan-sedang.html Pada Tanggal 9 juli 2020

https://www.ukmindonesia.id/baca-izin/384 diakses pada 29 juli 2020

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt59e559f732f11/wajib-

sertifikasi-pangan-olahan-produksi-rumah-tangga/ diakses pada 29 juli

2020

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5c1f5c0c34705/sertifikasi-

yang-dibutuhkan-jika-ingin-berjualan-rendang-skala-rumah-tangga/

diakses pada 29 juli 2020.


https://fyib.com/sertifikasi-prima3/#:~:text=Tujuan%20dilakukan %20sertifikasi

%20produk%20pangan,posisi%20tawar%20yang%20lebih

%20baik.diakses pada 30 juli 2020.

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/70356/Pentingnya-Sertifikat-Untuk-

Peningkatan-Mutu-Dan-Keamanan-Pangan-/ diakses pada 30 juli 2020

https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_olahan diakses pada 30 juli 2020

https://bsn.go.id/main/berita/detail/7900/produk-pangan-wajib-tersertifikasi-mutu-

dan-aman diakses pada 5 agustus 2020

https://dinaspangan.sumbarprov.go.id/details/pages/24 diakses pada 5 agustus

2020

https://farmasetika.com/2019/05/13/cara-terbaru-sertifikasi-pangan-olahan-

produksi-rumah-tangga-bpom/ diakses pada 5 agustus 2020

https://smartlegal.id/galeri-hukum/pandemi-covid-19/2020/05/12/6-hal-ini-bisa

mengakibatkan-sertifikat-produksi-pangan-industri-rumah-tangga-bakal-

dicabut/ diakses pada 8 agustus 2020

https://docplayer.info/34365107-Tata-cara-pemeriksaan-sarana-produksi-pangan-

industri-rumah-tangga.html diakses pada 26 agustus 2020

Badan POM RI, dalam http://www.pom.go.id/new/index.php/view/latarbelakang,

diakses 2 september 2020

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/11404/1/158400024%20%20Mu

hammad%20Ridho%20Al%20Hasymi%20Daulay%20-%20Fulltext.pdf

diakses pada 9 september 2020

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42400/Ch?sequence=3

diakses pada 9 september 2020


Badan Pengawas Obat dan Makanan, diakses dari http://rb.pom.go.id/id/dasar-

hukum , pada 15 september 2020

https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/1106/Johathan

%20Manik.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses pada 15 september

2020

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, diakses dari

https://dinkes.deliserdangkab.go.id/halaman/tentang-dinas-kesehatan.html,

pada tanggal 02 Desember 2020

Lampiran – Lampiran

Anda mungkin juga menyukai