SKRIPSI
Oleh :
NABHILA NASUTION
NIM : 140200462
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
Oleh :
NABHILA NASUTION
NIM : 140200462
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum
NIP. 196204211988031004 NIP. 196602021991032002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
Palm Oil (CPO) Antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra
Andalan Putra Buana di PKS Sei Mangkei" yang disusun dan diajukan untuk
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Sumatera Utara, Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III
i
Universitas Sumatera Utara
didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini serta Bapak Syamsul Rizal, SH.,
3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
6. Untuk orang tua saya tersayang Ayah saya H. Abdul Wahid Nasution dan
Ibu saya Hj. Sri Hilda Damayanthi terimakasih atas segala perhatian,
dukungan baik moral maupun materil, doa dan kasih sayang sehingga
Sumatera Utara.
7. Untuk Oma saya tersayang Hj. Yusrah Zainal dan Almarhumah Opung
8. Untuk kakak saya tercinta Moudya Chairina Muchlis, SE, dan adik-adik
saya tersayang Pramoedya Ananta Isa dan Aura Cinta Lubis yang telah
9. Kepada sahabat seperjuangan saya serta sahabat saya dari SMA Siti Afrah
Afifah yang telah menemani saya dari semester awal perkuliahan hingga
10. Kepada sahabat saya beserta teman curhat saya Ridha Faulika Irtiyah yang
ii
Universitas Sumatera Utara
11. Kepada sahabat-sahabat saya tercinta Siti Dyara Aisha Alcaff, Shella Dwi
12. Kepada sahabat saya sejak SD Anggi Wardhani yang telah membantu saya
mengedit daftar isi dan menyemangati saya dalam pembuatan skripsi ini.
13. Kepada teman saya Muhammad Reno Faidzin Lazuardi yang telah
14. Untuk teman-teman saya selama perkuliahan Agus Tri Ichwan, M. Taufiq
15. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
kekurangan saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Penulis
Nabhila Nasution
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Nabhila Nasution*
Tan Kamello**
Rosnidar Sembiring***
Kata kunci : Crude Palm Oil, Perjanjian Pengangkutan, PKS Sei Mangkei
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
B. Permasalahan .................................................................... 8
Pengangkutan ................................................................... 28
(CPO)................................................................................. 36
v
Universitas Sumatera Utara
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PT. PERKEBUNAN
BUANA ................................................................................... 40
Perdata ............................................................................... 79
vi
Universitas Sumatera Utara
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 120
DAFTAR PUSTAKA
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri,
tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan
tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan
nilai. Di sini jelas, meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan dari
pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai di tempat baru itu tidak naik,
merugikan bagi si pedagang. Fungsi pengangkutan yang demikian itu tidak hanya
nasional.
1
Zainal Asikin, Hukum Dagang, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal 153
2
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Buku 3 Hukum
Pengangkutan, Djambatan, Jakarta, 2003, hal 1-2
1
Universitas Sumatera Utara
2
angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara
terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang sesuai dengan
tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat,
teratur, lancar dan dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ)
angkutan, maka tidak sedikit terdapat pelaku usaha yang membutuhkan bentuk
jasa angkutan di dalam ketiga bidang jalur tranportasi yaitu transportasi darat, laut
dan udara, dimana diketahui untuk melakukan pengangkutan orang atau barang
ada izin misalnya untuk pengangkutan penumpang harus memiliki karcis dan di
digunakan perjanjian baik itu tertulis maupun tidak tertulis, hal ini dikenal dengan
perjanjian pengangkutan.
1313 KUHPerdata bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 3
3
R. Subekti dan R. Tjitrosubidio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2009, hal 338
cukup dengan lisan, asal ada persetujuan kehendak (konsensus). 4 Menurut Prof.
Tan Kamello perjanjian adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
didasarkan kepada kata sepakat mengenai objek tertentu dengan tujuan untuk
KUHPerdata yaitu :
yang mengharuskan adanya kata sepakat di antara para pihak yang membuat
orang atau pihak yang mengangkut barang atau orang dengan pihak pengirim atau
dalam Pasal 1320 ayat (1) dapat diterapkan pada perjanjian pengangkutan sebagai
perjanjian selalu didahulu oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dan pihak
bisnis. Sebab bagaimanapun juga bisnis itu bermula dari adanya perjanjian antara
4
H.M.N. Purwosutjipto, Op.cit., hal 10
5
Abulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013,
hal 1
pelaku bisnis itu sendiri. Karena itu, dapat dipastikan bahwa para pebisnis tidak
untuk menghindari hal-hal fatal yang mungkin akan terjadi. 6 Tanpa hukum
perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individual di satu pihak yang tercermin
pada kewajiban pada pihak lawan. Kalau ada hak maka ada kewajiban. Hak dan
sampai saat penyerahannya. Pasal 477 KUHD disebutkan juga bahwa Pengangkut
diserahkannya barang yang diangkut. Dalam pasal ini juga menyebutkan bahwa,
bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan itu terjadi karena peristiwa
Pentingnya hak dan kewajiban karena apabila salah satu pihak tidak
melaksanakan hak dan kewajiban maka salah satu pihak mempunyai hak untuk
menuntut pihak yang lainnya. Penununtutan bisa dilakukan melalui litigasi dan
6
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,
Jakarta, 2001, hal 2
7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Penerbit Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta, 2010, hal 52
"Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselsaikan oleh para pihak melalui
gas energi, insfrastruktur, dan sebagainya dilakukan melalui proses litigasi. Dalam
proses litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain, selain
Sengketa dimulai ketika satu pihak merasa dirugikan oleh pihak lain.
pihak kedua dan pihak kedua tsb menunjukkan perbedaan pendapat maka
cara formal yang berkembang menjadi proses adjudikasi yang terdiri dari proses
melalui pengadilan dan arbitrase atau cara informal yang berbasis pada
1. Negosiasi (Negotiation)
8 Frans Hendra Winata, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal
1-2
9 https://odebhora.wordpress.com/2011/05/17/penyelesaian-sengketa/, diakses Pada
Tanggal 3 Januari 2018 Pukul 00.53
2. Mediasi
ketiga (mediator) sebagai penasihat. Dalam hal mediasi, mediator bertugas untuk
3. Konsiliasi
terbuka tanpa memihak siapa pun. Konsiliator tidak berhak membuat keputusan
akhir dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak karena hal tsb diambil
4. Arbitrase
tertulis yang dibuat para pihak sebelum atau setelah timbul sengeketa.
Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal walaupun disebabkan oleh suatu
5. Pewarisan
5. Peradilan
umum, agama, militer, tata usaha negara, dan oleh sebuah MK.
pengangkutan yang berada di JL. G.B. Yosua Gang Sederhana No. 222 S Medan.
PT. Citra Andalan Putra Buana ini berdiri pada tanggal 28 Juli 2009 yang
diangkut oleh PT. Citra Andalan Putra Buana adalah salah satunya Crude Palm
Perkebunan Nusantara III adalah perusahaan yang memproduksi Crude Palm Oil
pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) dengan PT. Citra Andalan Putra Buana.
pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) mempunyai tanggung jawab yang sudah
ditentukan didalam surat perjanjian pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) tersebut
dan beberapa kesepakatan lainnya yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
pelayanan yang baik dan saling bersaing satu dengan yang lainnya.
penggelapan CPO.
Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis
dalam bentuk skripsi dengan judul “ Perjanjian Pengangkutan Crude Palm Oil
(CPO) Antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra
B. Permasalahan
Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra Buana menurut
Hukum Perdata?
2. Apakah hak dan kewajiban PT. Citra Andalan Putra Buana dan PT.
(CPO)?
C. Tujuan Penulisan
PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Citra Andalan Putra Buana menurut
Hukum Perdata.
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban PT. Perkebunan Nusantara III dan
Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra Buana terkait dengan
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
hukum perdata.
2. Secara Praktis
E. Metode Penelitian
dari bahasa bahasa Inggris yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan
kembali”.11
dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan
10
Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Citapustaka Media, Bandung,
2012, hal 37
11
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal 27
1. Jenis Penelitian
pengangkutan dan sangat berkaitan erat dengan materi penelitian ini, sedangkan
2. Sifat Penelitian
yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang bentuk
dan isi kontrak yang diawali dengan judul kontrak sampai dengan
bagaimana perjanjian antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra
Andalan Putra Buana, hak dan kewajiban antara PT. Perkebunan Nusantara III
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana , serta bagaimana penyelesaian sengketa
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pres, Jakarta, 2013, hal 1.
13
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, hal 17
14
Ibid, hal 10
antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra Buana.
3. Sumber Data
metode penelitian hukum normatif, oleh karena itu maka upaya untuk
undangan atau kaedah hukum yang berkaitan dengan penelitian ini. Bahan atau
atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti: jurnal.
(Library Research). Dalam hal ini mengumpulkan penelitian atas sumber- sumber
atau bahan-bahan tertulis berupa buku-buku karangan ahli hukum yang bersifat
teoritis ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
15
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2013, hal 118 dan 119
skripsi ini. Selain itu dilakukan penelitian lapangan untuk mengambil dokumen
kontrak dari PT. Perkebunan Nusantara III. Alat penelitian yang digunakan adalah
studi dokumen, bukti empiris hanya melakukan wawancara dengan Erwan Soesilo
5. Analisis Data
analisis terhadap dokumen kontrak mengenai hubungan hukum antara para pihak
yang berkontrak. Meliputi kesepakatan para pihak, hak dan kewajiban dan
penyelesaian sengketa.
F. Keaslian Penulisan
namun berdasarkan uji bersih yang dilakukan, penelitian dengan judul “Perjanjian
Pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) Antara PT. Perkebunan Nusantara III
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana di PKS Sei Mangkei” hingga saat ini
NIM : 080200223
NIM : 110200416
masalah yang di atas, namun terdapat perbedaan lokasi penelitian dan substansi
pembahasan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memahami dan lebih mudah menelaah pokok bahasan dalam
skripsi ini, maka penulis menyusun tulisan ini secara sistematis, Keseluruhan
sistematis ini berupa satu kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lain, dimana di dalamnya terdiri dari (5) bab dan masing-masing bab
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
Dalam bab ini membahas tentang pengertian Crude Palm Oil (CPO),
pengertian dan dasar hukum perjanjian pengangkutan, hak dan kewajiban para
Dalam bab ini membahas tentang sejarah dan bidang usaha PT.
Perkebunan Nusantara III dan PT. Citra Andalan Putra Buana, PT. Perkebunan
Nusantara III dan PT. Citra Andalan Putra Buana sebagai organ korporasi,
Oil (CPO) antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra
Buana menurut hukum perdata, hak dan kewajiban PT. Perkebunan Nusantara III
dan PT. Citra Andalan Putra dalam perjanjian pengangkutan Crude Palm Oil
(CPO), penyelesaian sengketa antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT.
Citra Andalan Putra Buana terkait dengan perjanjian pengangkutan Crude Palm
Oil (CPO).
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis berkenaan dengan isi
skripsi ini.
batang bibit kelapa sawit dari Mauritius, Afrika Barat dan Amsterdam masing-
Hallet, seorang warga negara Belgia. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh
Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit mulai berkembang seiring dengan
Sumatera (Deli) dan Aceh. Jenis tanaman sawit yang dikenal saat itu adalah
“Deli Dura” yang berasal dari Bogor dan Deli. Luas areal perkebunan saat itu
ton panda tahini 1919 dan mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton pada
pada tahun 1923. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan sawit maju
16
Zainul Arifin, Buku Pintar PKS, melalui http://www.scribd.com/doc/13559574/Buku-
Pintar-PKS#, diakses tanggal 26 September 2017 pukul 23.07
17
Posman Sibuea, Minyak Kelapa Sawit (Teknologi & Manfaatnya untuk Pangan
Nutrasetikal), Erlangga, Jakarta, 2014, hal 5
16
Universitas Sumatera Utara
17
pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu.
luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit Indonesia hanya
mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/1949, padahal pada tahun 1940
sawit (PKS) untuk menghasilkan CPO dari tandan buah segar (TBS) juga
bertambah dengan pesat. Jika pada tahun 1983 jumlahnya baru mencapai 47
buah pabrik, dengan kapasitas olah 1.160 ton TBS/jam dan lokasinya sebagian
besar ada di Sumatera Utara dan Aceh, maka pada tahun 1991 jumlahnya
diperkirakan bertambah 20-25 buah per tahun sehingga pada tahun 2011
seluas 8,9 juta hektar dan baru menanmi sekitar 5,6 juta hektar. Produktivitas
mendekati 4,0 juta hektar, masih rendah. Perkebunan rakyat baru mampu
memproduksi 10-13 ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit per hektar per
18
Ibid hal 6
Produk utama kelapa sawit adalah tandan buah segar. Produk ini
diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) untuk diambil minyak dan intinya.
Pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah dan inti (kernel)
yang bermutu baik adalah tujuan utama dari pengolahan. Guna mendapatkan
CPO adalah singkatan dari Crude Palm Oil atau Minyak sawit
mentah. Minyak sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang
dapat dikonsumsi, yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit,
umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan sedikit dari spesies Elaeis
oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami berwarna merah
dengan minyak inti kelapa sawit(palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti
buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak
kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada
pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak
berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41%
lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%.
yang tinggi. Minyak sawit berwujud setengah padat pada temperatur ruangan
19
Ibid hal 8
20
Ibid hal 3
dan memiliki beberapa jenis lemak jenuh asam laurat (0.1%), asam
miristat (1%), asam stearat (5%), danasam palmitat (44%). Minyak sawit juga
memiliki lemak tak jenuh dalam bentuk asam oleat (39%), asam
linoleat (10%), dan asam alfa linoleat (0.3%). Seperti semua minyak nabati,
dan lipoprotein densitas tinggi akibat metabolisme asam lemak dalam tubuh.21
setengah jadi. Minyak sawit mentah yang dihasilkan PKS belum dapat
deodorizer. Pada proses daerasi suhu meningkat menjadi 150 oC. Selanjutnya,
bebas, zat bau, aldehid, dan lain-lain, kemudian disaring dengan menggunakan
21
ITPC BUSAN, Apa Itu CPO,melalui http://itpc-busan.kr/2016/02/13/what-is-
cpo/?lang=id, diakses tanggal 26 September 2017 pukul 23.54
Minyak sawit termasuk minyak yang sangat stabil dengan kandungan lemak
jenuh yang cukup tinggi (sekitar 50%) sehingga tidak memerlukan proses
pada minyak kedelai akan menghasilkan lemak trans yang tidak baik untuk
kesehatan. Dengan demikian hal ini merupakan salah satu keunggulan minyak
sawit karena minyak sawit termasuk minyak yang bebas lemak trans.22
tekanan tinggi dan mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh
bahan pelarut lainnya. Bukan hanya itu saja, yang paling menarik adalah tidak
antaranya serat, cangkang, batang, tandan dan pelepah dapat diolah menjadi
kompos dan yang sudah di gunakan sebagai sumber energi terbarukan, yaitu
Biodiesel. 23
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak sawit dan
minyak inti sawit. Kedua jenis minyak ini telah terbukti memiliki keunggulan
sawit sebagai sumber energy tidak mengandung kolestrol, asam lemak trans
22
Posman Sibuea, Op Cit, hal 10
23
Srimaya Investmen, Belajar Tentang Crude Palm Oil (CPO), melalui
http://srimayainvestment.blogspot.co.id/2014/11/belajar-komoditas-crude-palm-oil-cpo.html,
diakses tanggal 27 September 2017 pukul 19.51
Minyak sawit lebih lengkap zat gizinya daripada minyak zaitun dan
minyak sawit tak dapat disaingi oleh minyak sayur seperti jagung dan kacang
tanah.24
merah pun telah dikaji. Hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagi suplemen
seiring dengan perbaikan tingkat pendapatan per kapita. Jika pada tahun 1974
konsumsi lemak hanya sekitar 8,4 kg per kapita per tahun, maka pada tahun
2010 angka ini meningkat menjadi 20 kg per kapita per tahun. Sebagai
24
Posman Sibuea, Op. Cit hal 61
25
Ibid hal 62
26
Ibid hal 70
diperkirakan mencapai 232,4 juta ton. Jumlah tersebut meningkat cukup pesat
dibandingkan tahun 2006 sebesar 166,5 juta ton. Artinya, dalam 14 tahun akan
makan dunia itu, kontribusi minyak sawit (palm oil) cukup besar mencapai
27,5 persen untuk makanan, farmasi, dan oleokimia. Diprediksi bahwa pada
meningkat pesat, tidak hanya untuk pangan nutrasetikal tetapi termasuk untuk
Ditilik dari asas pemanfaatan kelapa sawit, dari satu batang pohon
kelapa sawit bisa dihasilkan berbagai produk yang bernilai tambah tinggi.
Selain CPO, hasil ikutan seperti jenjang kosong, serabut dan cangkang kelapa
sawit dapat digunakan sebagai bahan baku industri kertas, pupuk atau asap
cair. Pelepah dan daun sawit bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan.
Batang sawit bisa diolah menjadi mebel yang indah. Bahkan kelapa sawit pun
sempat „berbuah‟ pesawat tempur sukhoi dan helikopter beberapa tahun yang
bahkan hampir semua kegiatan bisnis diawali oleh adanya perjanjian, meskipun
27
Ibid hal 91
28
Ibid hal 97
perjanjian dalam tampilan yang sangat sederhana sekalipun. Karena itu, memang
tepat jika masalah perjanjian ini ditempatkan sebagai bagian dari hukum bisnis.
Dalam tampilannya yang klasik, untuk istilah kontrak ini sering disebut dengan
atau “overeenkomst” dalam bahasa Belanda. Disamping itu, ada juga istilah yang
sepadan dengan istilah “kontrak”, yaitu istilah Inggris “contract” adalah yang
paling modern paling luas dan paling lazim digunakan, termasuk pemakaiannya
seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut
yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua
orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian
ditulis.30
Memang, perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi
sebagaimana sudah dikatakan tadi, ada juga sumber-sumber lain yang melahirkan
ada perikatan yang lahir dari “perjanjian” dan ada perikatang yang lahir dari
“undang-undang”.
29
Munir Fuady, Op.Cit, hal 9
30
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hal 1
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
B.W. memperbedakan hak terhadap benda (zakelijk recht) dari pada hak terhadap
perhubungan hukum antara orang dan orang, lebih tegas lagi antara seorang
Pasal 1333 B.W. menyebutkan suatu syarat lagi bagi benda agar dapat
menjadi objek suatu perjanjian, yaitu benda itu harus tertentu, paling sedikit
tentang jenisnya. Jumlah benda itu tidak perlu ditentukan dahulu, asal saja
maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan
dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,
31
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hal
7
32
Ibid hal 21
33
Sinta Uli, Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkut Laut,
Angkutan Darat dan Angkutan Udara, Cetakan Pertama, USU Pers, Medan, 2006, hal 20
Dari defini di atas, dapat kita ketahui pihak-pihak yang terkait dalam
1. Pengangkut
Untuk angkutan darat pihak pengangkut terdiri atas perusahaan Oto Bis dan
Perusahaan Kereta Api (PT. Kereta Api). Untuk perusahaan angkutan angkutan
Oto Bis dapat dilakukan oleh, BUMN/BUMD badan usaha milik swasta nasional,
2. Pengirim Barang
Pengirim barang bisa saja bukan sebagai pemilik barang tersebut, tetapi dia
Persetujuan itu sebagai suatu persetujuan yang timbul karena adanya penerimaan
pihak pengirim sebagai pihak yang menerima perintah atau kuasa hukum dari
34
Ibid, hal 58-59
penerima, seperti hak dalam “cessie” yang dianggap berlaku secara diam-diam
surat angkutan.35
surat muatan sebagai yang dimaksud dalam pasal 90 ayat (1) KUHD kepada
pengirim, agar dia dapat meneliti barang-barang apa saja yang diangkut dan
kepada pengirim agar dalam surat muatan itu ditulis hal-hal yang menjadi catatan
pengangkut, karena surat itu hanya ditandatangani oleh pengirim atau ekspeditur
saja (pasal 90 ayat (1) sub 6 KUHD). Bila surat muatan beserta muatannya itu
surat muatan itu, maka surat muatan itu merupakan tanda bukti adanya perjanjian
pengangkutan. 37
35
Ibid, hal 41
36
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal 31
37
Ibid, hal 33
1. Asas konsensual
2. Asas Koordinasi
3. Asas Campuran
ketiga jenis perjanjian itu dapat diberlakukan karena hal ini ada
kewajiban yang diberikan oleh hukum. Hukum harus dibedakan dari hak dan
kewajiban, yang timbul kalau hukum itu diterapkan terhadap peristiwa konkret.
Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu baru menjadi kenyataan apabila
kepada subjek hukum diberi hak dan dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum
yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak
hak, sedang di pihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya
tetapi, pada umumnya yang dimaksud dengan “subjectief recht” hanyalah hak
satu pihak yang tercermin pada kewajiban pada pihak lawan. Kalau ada hak maka
ada kewajiban. Hak dan kewajiban ini merupakan kewenangan yang diberikan
39
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Penerbit Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta, 2010, hal 51
Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum adalah sebagai berikut
1. Hak itu dilekatkan kepada seseorang yang disebut sebagi pemilik atau
subjek dari hak itu. Ia juga disebut sebagai orang yang memiliki titel atas
2. Hak itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang
3. Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan
4. Commission atau omission itu menyangkut sesuatu yang bias disebut objek
dari hak.
5. Setiap hak menurut hukum itu mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa
:215, 216):42
sendiri; yang diminta oleh masyarakat pada umum nya; yang hanya
perjanjian.
Kewajiban khusus adalah yang timbul dari bidang hukum tertentu, seperti
orang lain yang dalam hal ini tidak timbul dari pelanggaran terhadap
lain:44
mengenai “orang” secara umum tidak diatur. Dilihat dari pihak dalam
diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia berhak
juga tidak mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat
43
Suwardjoko Warpani, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB Press, Bandung, 1990,
hal 59
44
Ibid, hal 60
Ada juga mereka yang secara tidak langsung terikat pada perjanjian
pengangkutan dan
pergudangan.46
menyelenggarakan pengangkutan,
(penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah
alat pengangkutnya;
tertulis atau dengan persetujuan lisan saja. Tetapi sebagai bukti bahwa pihak-
tahap, yaitu:
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdapat beberapa kewajiban yang harus
ditetapkan;
sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika
Penumpang;
undang, terdapat juga hak-hak yang diberikan kepada pengangkut. Hak-hak yang
yang akan diangkut, yang disebutkan dalam Pasal 469, 470 ayat (2), 479
jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu
yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan (Pasal 195 ayat (1)
barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan (Pasal
pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban (Pasal 195 ayat (3)
4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai
pada saat yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh perjanjian pengangkutan,
para pihak bersepakat dan setuju untuk menciptakan kerjasama dalam rangka
pengangkutan barang berupa Crude Palm Oil (CPO) untuk keperluan PT.
Perkebunan Nusantara III. Kedua belah pihak dengan saling setuju dan sepakat
untuk mengaitkan diri dan tunduk dalam perjanjian pengangkutan barang berupa
Crude Palm Oil (CPO) untuk kebutuhan PT. Perkebunan Nusantara III, dengan
ketentuan Pasal 1 mengenai ketentuan umum, Pasal 2 mengenai jenis dan lokasi
masa berlaku, Pasal 18 mengenai addendum, Pasal 19 mengenai itikad baik, dan
Perjanjian yang dikaji dalam penelitian ini adalah perjanjian Crude Palm
Oil (CPO). Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak
48
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit, hal 23
nabati yang dapat dikonsumsi, yang di dapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa
sawit.
Perjanjian yang dicapai antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT.
Citra Andalan Putra Buana, diantara para pihak telah terdapat ikatan untuk
melaksanakan isi perjanjian PT. Citra Andalan Putra Buana sebagai pengangkut
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana mengenai isi dari perjanjian pengangkutan
tersebut tentu didahului dengan proses negosiasi atau penawaran dan penerimaan
yang dilakukan oleh masing-masing pihak. Kedua belah pihak disini mempunyai
perjanjian tertulis. Hal ini merupakan perwujudan dari system terbuka dari hukum
PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra Buana telah
undang yang harus dipatuhi/ditaati oleh kedua belah pihak tanpa kecuali.
terjadinya tuntutan hukum bagi pihak lain yang merasa diinginkan dengan
pengikaran tersebut. Klausula dalam perjanjian kerja Kernel kelapa sawit tersebut
tidak lagi mempunyai dampak hukum apabila perjanjian tersebut telah berakhir,
karena jangka waktunya atau karena diakhiri oleh para pihak atas dasar
kesepakatan bersama.
dan pengirim sama tinggi, tidak seperti dalam perjanjian perburuhan, dimana para
pihak tidak sama tinggi yakni, majikan mempunyai kedudukan lebih tinggi dari si
(Geeoordineerd).
khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada
oleh kebiasaan, maka adalah dua macam persetujuan dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya
Berdasarkan hai di atas, ada beberapa pendapat mengenai sifat hukum perjanjian
pengangkutan, yaitu:49
sebab pelayanan itu tidak bersifat tetap, hanya kadangkala saja, bila
49
Audi White, Hukum Tentang Perjanjian Pengangkutan, melalui
http://www.kaskus.co.id/thread/51b0e97b20cb17006e00000a/hukum-tentang-perjanjian-
pengangkutan, diakses tanggal 11 Oktober 2017 pukul 00.31
2. Pemborongan. Seperti yang ditentukan dalam Pasal 1601 (b) KUH Perdata
3. Campuran
diserahkan kepadanya untuk diangkut (Pasal 466, 468 ayat (1) KUHD).
umumnya bersifat lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh dokumen
tempat tujuan. Ada beberapa unsur pengangkutan, yaitu adanya sesuatu yang
diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut dan ada tempat yang dapat
BAB III
A. Sejarah dan Bidang Usaha PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Citra
hukum PNP diubah menjadi PT. Perkebunan (Persero) atau PTP. Pada tahun
1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT. Perkebunan
III berdiri tanggal 11 Maret 1996 (Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 36).
90% saham milik negara atas PTPN I, II, IV s/d XIV ke PTPN III, sehingga
kepemilikan saham di masing-masing PTPN tersebut 90% PTPN III dan 10%
Pemerintah RI.
bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola
berkesinambungan;
komunitas;
lingkungan.
Pengalihan 90% saham atas PTPN I, II, IV s/d XIV ke PTPN III
Luas area yang dikelola PTPN Holding 1,2 Juta Hektar (Inti &
Plasma) dengan karyawan tetap sebanyak 140.000 orang dan karyawan tidak
Luas areal komoditi kelapa sawit mencapai 57,5% (733 Ribu Hektar)
tersebar di 10 PTPN yang total memiliki 73 Unit PKS dengan total Kapastitas
memproduksi Crude Palm Oil (CPO), Inti Kelapa Sawit (Palm Kernel),
Minyak Inti Kelapa Sawit (Palm Kernel Oil), Karet RSS (Ribbed Smoked
Sidodadi, Kecamatan Medan Timur, Medan. 102 PT. Citra Andalan Putra
Buana didirikan di Medan pada tanggal 28 Juli 2009. Yang menjadi dasar
dalam pendirian PT. Citra Andalan Putra Buana adalah Akte Pendirian No. 17
tanggal 28 Juli 2009 yang dibuat oleh Notaris dan Pejabat Pembuat Akta
102
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
Tujuan dari pendirian PT. Citra Andalan Putra Buana ini adalah
perindustrian dan pembangunan. 104 Barang yang diangkut oleh PT. Citra
Andalan Putra Buana adalah produk Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil /
CPO) dalam bentuk curah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik PT.
dipergunakan untuk mengangkut CPO adalah milik sendiri dari PT. Citra
di Balam – Riau.107
Linda, S.T. sebagai Komisaris, Erwan Soesilo S.T., M.M. sebagai Direktur
103
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
104
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
105
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
106
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
107
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
B. PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Citra Andalan Putra Buana
1. Pengertian Korporasi
Seperti halnya dengan kata-kata lain yang berakhir dengan “tio”, maka
“corporare” yang banyak dipakai orang panda zaman abad pertengahan atau
menurut alam.108
hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya itu terdiri dari “curpus”, yaitu
membuat badan itu mempunyai kepribadian. Oleh karena badan hukum itu
108
Soetan K Malikoel Adil, Pembaharuan Hukum Perdata Kita, Pembangunan, Jakarta,
1955, hal 83
109
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hal 110
110
Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1987, hal 74
persoon) dan mungkin pula kumpulan dari badan hukum yang pengaturannya
yaitu, yaitu:112
b. Teori harta karena jabatan atau teori van het ambetelijk vermogen,
yang diajarkan oleh Holder dan Binder. Menurut teori ini badan
hukum ialah suatu badan yang mempunyai harta yang berdiri sendiri,
yang dimiliki oleh badan hukum itu tetapi oleh pengurusnya dan
Brinz dan E.J.J. van der Heyden. Menurut teori ini hanya manusia
yang menjadi subyek hukum dan badan hukum adalah untuk melayani
kepentingan tertentu.
111
C.S.T. Kansil dan Christine S.T, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1996 , hal 13
112
Ibid hal 14-15
badan hukum ialah harta yang tidak dapat dibagi-bagi dari anggota-
diajarkan pleh Oto von Gierke. Menurut teori ini badan hukum
Korporasi atau badan hukum menurut hukum positif diatur dalam Bab
III bagian ketiga Buku 1 KUHD (WvK = Wetboek van Koophandel) atau
113
Chaidir Ali, Op Cit, hal 64
114
Muladi dan Dwi Prijatna, Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana,
Sekolah Tinggi Hukum Bandung Press, Bandung, 1991, hal 14
Istilah badan hukum sudah merupakan istilah yang resmi, istilah ini
anatara lain pasal 1 ayat 9 dan 10, pasal 10, pasal 13, pasal 14, dan lain
sebagainya;
Negara;
ketentuan tentang badan hukum hanya termuat pada Buku III titel IX Pasal
sebagai perjanjian, karena itu diatur dalam Buku III tetntang Perikatan. Kata
hukum) yaitu bahwa badan hukum itu memiliki kedudukan sebagai subyek
hukum. Hal ini menimbulkan keberatan para ahli karena badan hukum adalah
hukum ini antara lain termuat dalam Stb. 1870 No. 64 tentang pengakuan
badan hukum; Stb 1927 No. 156 tentang Gereja dan Organisasi-organisasi
Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang telah diubah dengan
ditemui dan tersebar dalam berbagai buku karangan. Bahkan, dalam beberapa
utang, mempunyai kewajiban dan hak dan dapat bertindak menurut hukum,
korporasi adalah buatan manusia yang tidak sama dengan manusia, maka
harus dijalankan oleh manusia, yang disebut pengurus atau pengelola. Suatu
115
Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis: Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal126
dari korporasi itu ditentukan dalam anggaran dasarnya, panda saat korporasi
Belanda yang sampai saat ini masih dianut oleh sistem, hukum di Indonesia,
maka dikenal sebagai subjek hukum terbagi menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu,
suatu subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum, maka korporasi
a. Perusahaan Perseorangan
b. Persekutuan Firma
c. Perseroan Komanditer
d. Perseroan Terbatas
e. Koperasi
f. Yayasan
a. Perusahaan Perseorangan
Adalah perusahaan yang dikelola dan diawasi oleh satu orang, dimana
116
Moenaf H. Regar, Dewan Komisaris, Peranannya sebagai Organ Perseroan, Bumi
Aksara, Jakarta, 2000, hal 9
117
Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1993, hal 10
memerlukan perjanjian karena hanya didirikan oleh satu orang pengusaha saja.
(SIUP).
b. Firma
Negara atau Tambahan Berita Negara, tidak demikian halnya dengan Firma
118
Solihin, Ismail, Pengantar Bisnis : Pengenalan Praktis dan Studi Kasus, Edisi
Pertama, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2006, hal 24
karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak
usaha yang berbadan hukum karena tidak ada pemisahan harta kekayaan antara
Menteri Kehakiman dan HAM. Firma berakhir apabila jangka waktu yang
ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir. Selain itu, menurut Pasal 26
dan Pasal 31 KUHD Firma juga dapat bubar sebelum berakhirnya jangka
waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar akibat pengunduran diri atau
pemberhentian sekutu.
uangnya sebagai modal perseroan dengan jumlah yang tidak perlu sama
(Akta Pendirian).
119
M. Fuad, dkk, Pengantar Bisnis, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2005, hal 21
CV.
d. Perseroan Terbatas
120
H.M.N. Purwosutjipto, Op. Cit, hal 90
menggambarkan tentang isi dan sifat perseroan secara tepat. Ada istiah
Anonyme.121
pengertian perseroan terbatas. Akan tetapi, dari Pasal-Pasal 36, 40, 42 dan
RUPS.
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
pelaksanaannya”.
suatu badan hkum, yaitu suatu badan hukum yang bertindak dalam lalu
badan hukum. Namun, bila kita perhatikan dalam Pasal 40 ayat (2) dan
saham tidak bertanggung jawab untuk lebih daripada jumlah penuh saham-
2007 tentang Perseroan Terbatas maupun KUHD ciri utama sautu badan
secara pribadi atas segala perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan
itu ada yang disebut ”agent”, yaitu orang yang mewakili perseroan serta
123
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahaan
(Badan Usaha) di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1997, hal 52
bertindak untuk dan atas nama perseroan. Karena itu, perseroan juga
hukum sama seperti manusia biasa atau natural person atau natuurlijke
2) Organ-Organ Perseroan
RUPS serta hal lainnya yang berkaitan dengan RUPS dapat dijumpai pada
124
Ibid
125
H.M.N Purwosutjipto, Op Cit, hal 129
126
A. Chadary ADP, Beberapa Catatan Mengenai Pengaturan Perseroan Terbatas
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Majalah Orientasi Pembinaan dan Pengembangan
Hukum dan Kemasyarakatan Nomor 4 Tahun XXII, Fakultas Hukum Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin
Komisaris”.
angka (3) UU No. 40 Tahun 2007 tersebut, dapat diketahui bahwa RUPS
RUPS wajib untuk ditaati dan dilaksanakan oleh Direksi atau Komisaris
perseroan terbatas.
berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang
terbatas. Instruksi dari organ lain, dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi,
kuasa atau bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada direksi,
undang dan anggaran dasar. Oleh karena itu, RUPS tidak dapat
sumber kekuasaan yang ada dalam suatu perseroan terbatas tidak lain
dari para pemilik modal atau pemegang saham yang dijelmakan dalam
RUPS. Karena itu, wajarlah jiak RUPS selaku organ perseroan terbatas
127
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal 58
atau komisaris.128
No. 40 Tahun 2007 tidak dapat ditidakan selama tidak ada perubahan
disahkan dan disetujui oleh Menteri Kehakiman yang dapat diubah melalui
128
Rahmadi Usman, Op. Cit hal. 129
129
Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1993, hal 65-66
undang, yaitu :
(Pasal 60).
direksi dan komisaris perseroan terbatas (Pasal 80, 81, 91, 92, 95
dan 101).
yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat
130
Rachmadi Usman, Op. Cit, hal 131
komisaris.
e) pertanggungjawaban direksi.
tujuan perseroan.
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota direksi. Dalam hal direksi
terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan
sendiri.131
direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, yaitu dengan
tujuan perseroan.
Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan
komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan
majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-
131
Pasal 92 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
kepentingan masyarakat.
e. Koperasi
badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang
132
Pasal 108 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
133
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas ( UU Nomor 40 Tahun 2007), Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2007
Koperasi).
sumbang, suka rela, hibah dan dana cadangan Sisa Hasil Usaha.
2) Modal Pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau
5) Kemandirian.
dialihkan.
kesejahteraan anggota.
pengurus.
f. Yayasan
Tahun 2004 tentang Yayasan, Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (Menkumham RI) dengan
melampirkan:
2) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama yayasan yang
PNBP baru).
PP).
PP).
kepentingan dan tujuan yayasan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
statutory duty bagi kepentingan yayasan untuk mencapai maksud dan tujuan
yayasan. Setiap tindakan anggota pengurus yayasan yang berada di luar batas
vires) hanya akan mengikat anggota pengurus yang melakukanya. Dan pada
Usaha Milik Negara (BUMN), adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
2. mengejar keuntungan;
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
134
Pasal 1 (ayat 1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)
135
Pasal 2 (ayat 1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)
136
umum, dan/atau kesusilaan. BUMN pada perkembangan selanjutnya terdiri
Perseroan Terbatas dan sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara. Pada
Perseroan Terbatas. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 2 ayat (3) UU No. 9
Tahun 1969 tentang bentuk - bentuk usaha negara , bahwa yang dimaksud
UUPT yang baru yaitu UU No. 40 Tahun 2007 maka ketentuan - ketentuan
yang berlaku bagi Perusahaan Perseroan baik mengenai syarat - syaratnya, car
bagi PT yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007. Maka ketentuan Pasal 36
s/d Pasal 56 KUHD mengenai PT tidak berlaku lagi sepanj ang telah diatur
dalam UU No. 1 Tahun 1995 (UU Perseroan Terbatas) yang telah diganti
136
Pasal 2 (ayat 2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN)
137
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)
Perusahaan Perseroan.
atau sebagian apabila untuk itu telah disediakan modal dari negara
penjelasan keten tuan Pasal 1 PP No. 12 Tahun 1969 diutarakan bahwa pada
kekayaan negara untuk dijadikan modal nominal dari suatu Persero dapat
telah berdiri.
semata - mata. Akan tetapi merupakan bagian dari aparatur negara. Hal ini
dan kegesitan usaha yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan bisnis. Oleh
subsidi oleh pemerintah . PP No. 3 Tahun 1983 mengatur tata cara pembinaan
poko k pengertian dan tata cara pengendalian BUMN (PT Persero) dapat
ditegaskan secara lebih terperinci dan memberi pengarahan yang lebih jelas
bagi para pengelola BUMN (PT Persero) walaupun dinyatakan bahwa peranan
Fungsi peranan BUMN (PT Persero) di negara kita agak unik, disatu
sebagai unit usaha komersial biasa dan mampu berjalan dan beroperasi
berdasarkan prinsip -prinsip usaha yang sehat. Kedua fungsi ini seringkali
tidak dapat berjalan seiring atau saling menunjang dan bahkan tidak jarang
kredit, pajak, bea masuk dan seba gainya maupun dukungan kemudahan
masing BUMN dituntut untuk bertindak efisien, efektif dan dikelola secara
profesional serta wajib bersaing dengan sehat, maka segala bentuk kemudahan
secara berangsur - angsur ditiadakan. Dengan posisi seperti ini maka para
agar mampu memadukan kedua kutub kegiatan tersebut dalam suatu harmoni
mereka dengan baik. BUMN (PT Persero) sebagai pelaku ekonomi merupakan
menjadi kata kunci bagi BUMN Nasional, yang menjadi persoalan pokok
misi kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak tidak lagi
dipertahankan. Pelaksanaan fungsi BUMN tidak bisa lepas dari besarnya aset
kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak. Peranan pemerintah dalam
penguasa untuk dan atas nama rakyat. BUMN hanyalah merupakan pelaksana
dari hak negara untuk menguasai bukan untuk memiliki sumber - sumber
72
Universitas Sumatera Utara
5. PT. Citra Andalan Putra Buana Sebagai Organ Korporasi
beberapa subjek hukum dalam hal pendiriannya tentu saja memiliki organ-
Komisaris.
74
Universitas Sumatera Utara
75
yang akan datang. Beberapa hal yang sering dibahas dalam RUPS menurut
Republik Indonesia.
pemegang saham, karena pada dasarnya pun komponen dari RUPS adalah
87
https://id.wikipedia.org/wiki/Perseroan_terbatas#Pembagian_perseroan_terbatas di
akses pada tanggal 23 Desember 2017 Pukul 22.06 WIB
b. Direksi PT
menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris perseroan lain yang
tersebut, dan belum pernah dihukum karena telah melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dan/ atau yang berkaitan dengan sektor
88
Pasal 92 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun
2007.
menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris perseroan lain yang
tersebut, dan belum pernah dihukum karena telah melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara dan/ atau yang berkaitan dengan sektor
pengangkatannya.89
c. Komisaris PT
pengawasan secara umum dan / atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
89
Pasal 93 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.
90
Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
91
Pasal 108 ayat (3), (4) dan (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas.
DIREKTUR
MANAGER MANAGER
KEUANGAN OPERASIONAL
SUPIR
ADM ADM
KIRIM TEKNISI SUPIR
GUDANG
Korporasi merupakan istilah yang biasa digunakan oleh para ahli hukum
pidana dan kriminologi untuk menyebutkan apa yang dalam bidang hukum lain,
khususnya bidang hukum perdata sebagai badan hukum, atau dalam bahasa
Belanda disebut rechtspersoon atau dalam bahasa Inggris dengan istilah legal
Dari berbagai pendapat yang sudah ada, dapat disimpulkan secara garis
92
Setyono, Kejahatan Korporasi, Bayumedia Publshingi, Malang, 2003, hal 2
besar pengertian dari badan hukum sebagai subjek hukum, yang mencakup unsur-
pendirinya;
sendiri sebagaimana ada pada manusia asal tidak melanggar ketentuan dalam
diperbolehkan dalam anggaran dasar yang tertuang dalam akta pendirian badan
badan hukum itu sendiri yang tampil di dalam proses persidangan dengan
93
Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Hukum di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2010, hal 73
korporasi privat.
Liability (tanggung jawab) menunjukkan kepada akibat yang timbul dari akibat
jawabnya diwujudkan dalam bentuk ganti rugi dan pemulihan sebagai akibat dari
kesalahan atas asas konkordasi yang dituangkan dalam Pasal 1365 KUH
a. adanya unsur perbuatan melawan hukum dari tergugat, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya
tersebut
Prinsip tanggung jawab yang juga didasarkan atas adanya kesalahan, tetapi
94
Juanda, Hukum Pemerintah Daerah: Pasang surut hubungan antara DPRD dan
Kepala Daerah, Bandung 2004, Alumni Hal 105-106 dikutip dari Bahruddin Salam, Etika Moral :
Asas Moral dalam kehidupan sosial Manusia, Renika Cipta Jakarta 1997, hlm 28 dikutip dari Isa
Wahyudi, Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility : Prinsip, Pengaturan dan
Implementasi,Setara press dan Inspire, Malang, 2011 hlm 4
95
Ibid
burden of proof kepada pihak tergugat). Apabila prinsip ini ditarik pada
mengedepankan adanya unsur kesalahan dengan kata lain harus ada ketentuan
semua unsur kesalahan (fault) dapat dibuktikan, bahkan ada yang tidak dapat
ada kepentingan orang lain yang merasa dirugikan. Dengan kata lain bahwa pihak
kerugian yang diderita oleh orang lain tersebut. Hal ini juga berlaku bagi
96
Sentosa, Mas Achmad, Good Governence dan Hukum lingkungan,I CEl,
Jakarta, 2001 hal 301-305
kelalaian. Tanggung jawab perdata dan ganti kerugian yang wajib dipikul oleh
langsung dari perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan dan dirasakan oleh
masyarakat.
Nusantara III dan PT. Citra Andalan Putra Buana menurut Hukum
Perdata
barang berupa Crude Palm Oil (CPO) untuk keperluan PT. Perkebunan Nusantara
III. Kedua belah pihak dengan saling setuju dan sepakat untuk mengaitkan diri
dan tunduk dalam perjanjian pengangkutan barang berupa Crude Palm Oil (CPO)
mengenai ketentuan umum, Pasal 2 mengenai jenis dan lokasi pekerjaan, Pasal 3
Pasal 18 mengenai addendum, Pasal 19 mengenai itikad baik, dan terakhir Pasal
20 mengenai lain-lain.
Perjanjian yang dikaji dalam penelitian ini adalah perjanjian Crude Palm
84
Universitas Sumatera Utara
85
Oil (CPO). Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati
yang dapat dikonsumsi, yang di dapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit.
Perjanjian yang dicapai antara PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT.
Citra Andalan Putra Buana, diantara para pihak telah terdapat ikatan untuk
melaksanakan isi perjanjian PT. Citra Andalan Putra Buana sebagai pengangkut
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana mengenai isi dari perjanjian pengangkutan
tersebut tentu didahului dengan proses negosiasi atau penawaran dan penerimaan
yang dilakukan oleh masing-masing pihak. Kedua belah pihak disini mempunyai
perjanjian tertulis. Hal ini merupakan perwujudan dari system terbuka dari hukum
PT. Perkebunan Nusantara III dengan PT. Citra Andalan Putra Buana telah
undang yang harus dipatuhi/ditaati oleh kedua belah pihak tanpa kecuali.
terjadinya tuntutan hukum bagi pihak lain yang merasa diinginkan dengan
pengikaran tersebut. Klausula dalam perjanjian kerja Kernel kelapa sawit tersebut
tidak lagi mempunyai dampak hukum apabila perjanjian tersebut telah berakhir,
karena jangka waktunya atau karena diakhiri oleh para pihak atas dasar
kesepakatan bersama.
dan pengirim sama tinggi, tidak seperti dalam perjanjian perburuhan, dimana para
pihak tidak sama tinggi yakni, majikan mempunyai kedudukan lebih tinggi dari si
(Geeoordineerd).
khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada
oleh kebiasaan, maka adalah dua macam persetujuan dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya
Berdasarkan hai di atas, ada beberapa pendapat mengenai sifat hukum perjanjian
pengangkutan, yaitu:97
1. Pelayanan berkala.
pengangkutan.
2. Pemborongan.
Seperti yang ditentukan dalam Pasal 1601 (b) KUH Perdata yang
suatu persetujuan bagi pihak yang lain, dengan menerima suatu harga yang
ditentukan.
3. Campuran
diserahkan kepadanya untuk diangkut (Pasal 466, 468 ayat (1) KUHD).
umumnya bersifat lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh dokumen
tempat tujuan. Ada beberapa unsur pengangkutan, yaitu adanya sesuatu yang
diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat angkut dan ada tempat yang dapat
tidak disyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan asal ada persetujuan
kehendak. Dalam bidang perjanjian carter kapal ada dokumen yang disebut
charterpartij (P asal 454 KUHD). Perjanjian carter kapal juga termasuk kelompok
disebut konosemen yakni tanda penerimaan barang yang harus diberikan peng
angkut kepada pengirim barang (Pasal 504 dan 506 KUHD). Dalam bidang
hukum pengangkuan darat ada dokumen yang disebut surat muatan (Pasal 90
perjanjian pengangkutan tetapi hanya merupakan salah satu tanda bukti tentang
sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain
menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil. Oleh karena itu, sangat tepat
dapat dilepaskan dari asas atau prinsip kecermatan, kelayakan dan kepatutan.
kriteria atau ukuran nilai - nilai, hendaknya tidak diartikan akan diperoleh hasil
98
Agus Yudha Hernoko, Op.cit., hal 47
menekankan proporsi pembagian hak dan kewajiban di antara para pihak yang
Dalam dunia bisnis peran sentral aspek hukum kontrak dalam membingkai
pola hubungan hukum para pihak semakin dirasakan urgensinya. Disadari atau
tidak maka setiap langkah bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis pada
dasarnya adalah merupakan langkah hukum yang notabene berada pada ranah
sementara pihak dimana hukum bisnis yang menjadi landasan setiap akt ivitas
bisnisnya sering kali dimaknai sebatas produk aturan yang diterbitkan penguasa. 99
di dalam hukum kontrak, meskipun asas ini tidak dituangkan menjadi aturan
dengan asas kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat
dalam Pasal 1338 (1) KUHPerdata. Hal ini sedasar dengan pendapat Subekti yang
perjanjian itu tidak sah dan juga tidak mengikat sebagai undang - undang.100
Mengikat atau tidak mengikatnya suatu kontrak terhadap para pihak yang
membuatnya tergantung kepada sah atau tidak sahnya kontrak yang dibuat oleh
para pihak tersebut. Sah atau tidak sahnya suatu kontrak dapat dipastikan dengan
99
Ibid hal 96
100
Ibid hal 121
syarat - syarat sahnya suatu kontrak sebagaimana diatur secara sistematis dalam
KUHPerdata
Khusus Pasal 1320 KUHPerdata dapat ditegaskan sebagai instrumen hukum yang
pokok untuk menguji sahnya suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak karena
pasal tersebut menentukan adanya empat syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya
3. Objek atau pokok persoalan tertentu atau dapat ditentukan ( eene bepald
onderwerp objekt )
mengikatkan dirinya) dan syarat kedua (cakap untuk membuat suatu kontrak)
disebut syarat subjektif, karena menyangkut subjek hukum yaitu orang - orang
atau pihak - pihak yang membuat kontrak. Sedangkan syarat ketiga (objek atau
pokok persoalan tertentu atau dapat ditentukan) dan syarat keempat (sebab atau
causa yang tidak dilarang) disebut sebagai syarat objektif, karena menyangkut
objek hukum yang diperjanjikan oleh orang - orang atau subjek hukum yang
dalam awal akta dan syarat objektif dicantumkan dalam badan akta sebagai isi
akta dan perwujudan dari Pasal 1338 KUHPerdata yang merefleksikan asas
hukum terhadap para pihak mengenai kontrak yang mereka buat sesuai dengan
Pasal 1337 KUHPerdata. Jadi, jika dalam awal akta, terutama syarat - syarat para
pihak yang menghadap Notaris tidak memenuhi syarat subjektif, maka atas
permintaan orang tertentu akta tersebut dapat dibatalkan, yang berarti akta
tersebut termasuk ex nunc, yang bermakna perbuatan hukum dan akibat hukum
dari akta tersebut dianggap ada sampai saat dilakukan pembatalan. Selanjutnya,
jika dalam isi akta tidak memenuhi syarat objektif, maka akta tersebut batal demi
hukum, yang berarti akta tersebut termasuk ex tunc, yang bermakna perbuatan
hukum dan akibat hukum dari akta tersebut dianggap tidak pernah ada
(inexistence).
B. Hak dan Kewajiban PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Citra
pengangkut sama tinggi, tidak seperti dalam perjanjian perburuhan dimana para
pihak tidak sama tinggi yakni majikan mempunyai kedudukan lebih tinggi
daripada buruh. Kedudukan para pihak dalam perjanjian perburuhan ini disebut
101
Muhammad Syaifuddin, Op. Cit., hal 110
disebut pelayanan berkala, sebab pelayanan itu tidak bersifat tetap. Perjanjian
atas pendapat ini mengingat Pasal 459 ayat 3, Pasal 468 ayat 1 KUHD, Pasal 1706
dan 1714 ayat 1 KUHPerdata. Memang pada pengangkutan ada unsur melakukan
lain:102
102
Suwardjoko Warpani, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB Press, Bandung,1990,
hal 60
mengenai “orang” secara umum tidak diatur. Dilihat dari pihak dalam
diri untuk membayar biaya pengangkutan dan atas dasar ini dia berhak
juga tidak mengatur defenisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat
menyelenggarakan pengangkutan
(penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah
103
H.M.N Purwosutjipto, Op.Cit, hal. 21-22.
pengangkutnya;
yang diangkut.
tertulis atau dengan persetujuan lisan saja. Tetapi sebagai bukti bahwa pihak-
tahap, yaitu:
pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana di PKS Sei Mangkei. Isi pasal tersebut
tetapi tidak terbatas pada pemenuhan kewajiban upah dan hak-hak buruh /
10.4. PIHAK KEDUA wajib dan bertanggung jawab membayar ganti rugi yang
lapangan.
fasilitas perusahaan.
libur.
j. tidak mempekerjakan ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui untuk
harus melakukan uji emisi dan bukti uji emisi diserahkan kepada
PTPN III.
Selain hak dan kewajiban yang dirumuskan pada surat perjanjian ini
Kewajiban dari PT. Citra Andalan Putra Buana dalam perjanjian pengangkutan
Kelapa Sawit (CPO) sampai diterima dalam keadaan baik dengan jumlah
yang cukup dan mutu yang sesuai persyaratan di tempat yang ditunjuk
pengangkutan.
104
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
tetapi tidak terbatas pada pemenuhan kewajiban upah dan hak-hak buruh /
terbatas pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
yang diserahkan kepadanya, maka PT. Citra Andalan Putra Buana wajib
dari salah satu bank yang ditentukan oleh Keputusan Menteri Keuangan
7. Wajib membayar ganti rugi yang diderita oleh PT. Perkebunan Nusantara
pada :
(Persero).
lapangan.
fasilitas perusahaan.
libur.
v. tidak mempekerjakan ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui untuk
harus melakukan uji emisi dan bukti uji emisi diserahkan kepada
PTPN III.
akibat yang terjadi merupakan tanggung jawab PT. Citra Andalan Putra
Buana.
mulai dari tempat pemuatan sampai tempat tujuan dengan selamat. Kalau tidak
pengangkutan tidak selamat, akan terjadi dua hal, yaitu barangnya sampai di
tempat tujuan tidak ada atau ada, tetapi rusak, sebagian atau seluruhnya. Barang
tidak ada, mungkin disebabkan karena terbakar, tenggelam, dicuri orang, dibuang
di laut dan lain-lain. Barang rusak sebagian atau seluruhnya, meskipun barangnya
Kalau barang muatan tidak ada atau ada, tetapi rusak, menjadi tanggung
barang yang musnah atau rusak tersebut, kecuali kalau kerugian itu timbul dari 4
1. Keadaan memaksa
105
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal 34
keadaan memaksa (pasal 92 KUHD) dalam hal ini barang tidak rusak atau
musnah.
dan pengirim secara timbal balik. Serangkaian perbuatan tersebut dilakukan atas
apabila ada barang yang rusak dalam pengangkutan barang melalui jalur darat.
Menentukan Pihak yang bertanggung jawab. Untuk dapat menentukan pihak yang
dalam pengangkutan. Kedua, apakah kondisi seal tangki minyak dalam keadaan
utuh (seal intact) Ketiga, Bagaimanakah perjanjian yang disepakati oleh pengirim
barang dengan pihak pengangkut yang berkaitan dengan klaim kehilangan barang,
106
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
berisi lengkap nama sopir, no. Pol kendaraan, tanggal pemuatan dan PKS
nya.
(tarra) truk tangki yang ada terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan
truk tangki tersebut (Bruto). Selisih timbang antara Bruto dan Tarra
(Bruto, Tarra, Netto) dan mutu CPO, nomer locis, nomer reservation form
(Bruto) terlebih dahulu dan diperiksa mutu dari CPO tersebut. Apabila
Tanda Terima Penyerahan Kelapa Sawit sebagai bukti bahwa CPO sudah
Terima Penyerahan Kelapa Sawit yang telah ditanda tangani oleh petugas
ganti rugi dan yang diberikan adalah berupa uang sebesar nilai dari
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana, tanggung jawab PT. Citra Andalan Putra
107
Azmi Yusri, Tanggung jawab pengangkut minyak mentah kelapa sawit (cpo) dengan
PT. Kresna duta agroindo di pelabuhan talang duku jambi, melalui http://yusri-
azmi.blogspot.co.id/2011/06/tanggung-jawab-pengangkut-minyak-mentah.html, diakses tanggal 28
November 2017 pukul 20.13
108
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
kepada pihak lain tanpa ijin dari PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).
keadaan layak pakai dan tidak digunakan untuk mengangkut produk lain
dengan baik ditempat yang ditentukan, termasuk tetapi tidak terbatas pada
yakni sebesar 0.30 % (nol koma tiga puluh perseratus) antara berat netto
akan menjadi tanggung jawab PT. Citra Andalan Putra Buana, yang
dengan harga jual rata-rata Minyak Kelapa Sawit (CPO) ekspor yang ada
selama masa pengangkutan, maka Minyak Kelapa Sawit (CPO) tersebut akan
dikembalikan kepada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan selanjutnya PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) akan mengolah ulang agar mutunya sesuai dengan
persyaratan dengan biaya menjadi tanggung jawab PT. Citra Andalan Putra
Buana.
alasan dapat dituntut membyar ganti rugi, biaya dan bunga, kalau dia tidak dapat
tidak dapat diduga lebih dulu dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya,
serta pula tidak ada iktikad buruk padanya. Jadi secara contrario dapat
1. Tidak dilaksanakannya
peristiwa yang tidak dapat diduga lebih dulu dan tidak dapat
berhasil, bila pihak lawan bisa membuktikan adanya iktikad buruk pada
iktikad buruk harus dibuktikan adanya pihak lawan (Pasal 533 dan 1965
KUHPerdata).
pihak lawan bila peristiwa yang menimbulkan kerugian itu disebabkan karena:
3. Keadaan memaksa
Pasal 1244 KUHPerdata dan Pasal 91 KUHD yang berlaku bagi peristiwa
tersebut, maka kita harus mengingat adagium “lex specialis derogat lex generali”,
bila ada perselisihan tentang prestasi, tidak dilaksanakanya sama sekali, kurang
sempurna atau tidak tepat waktu pelaksanaannya yang diajukan dan diperiksa di
bahwa prestasi sama sekali tidak dilaksanakan, kurang sempurna atau tidak tepat
tergugat.109
karena cacat pada barang itu sendiri karena keadaan yang memaksa atau karena
kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur. Dengan cacat ini dimaksudkan
sifat pembawaan dari barang itu sendiri yang menyebabkan rusak atau
terbakarnya barang dalam perjalanan. Lain halnya bila kerusakan atau terbakarnya
barang itu disebabkan karena salah penempatan atau kelalaian pengangkut maka
kerugian ini dibebankan kepada pengangkut. Hal lain yang dapat menjadi alasan
bagi pengangkut untuk menolak tuntutan pengirim ialah kelalaian atau kesalahan
109
H.M.N. Purwosutjipto, Op.cit hal 36
mudah dimasuki air laut. Dalam hal pengangkut mengetahui kesalahan atau
kelalaian pengirim atau akspeditur itu, dia harus menolak atau memperingatkan
atau paling sedikit menyuruh agar dicatat dalam surat muatan bahwa
yaitu: 110
1. Apakah benar-benar sama sekali tidak ada kesalahan atau kelalaian pada
pengangkut debitur. Jalan atau cara ini disebut cara yang obyektif. Jadi
keadaan di sini bersifat obyektif. Cara ini adalah sangat berat bagi
pengangkut debitur.
berhasil. Cara ini disebut cara subyektif dan keadaan memaksa di sini
undang lebih pada cara yng kedua, yakni keadaan memaksa yang
subyektif karena dalam Pasal 468 ayat 2 dan Pasal 522 ayat 2 KUHD
istilah overmacht atau toeval tidak ada. Dalam kedua pasal tersebut istilah
overmacht diganti dengan toeval, dat hij redelijkerwijze niet heeft kunnen
110
Ibid
Luas tanggung jawab pengangkut ditentukan oleh Pasal 1236 dan 1246
ganti rugi atas biaya, kerugian yang diderita dan bunga yang layak diterimanya,
bila dia tidak dapat menyerahkan atau tidak merawat sepatutnya untuk
biaya kerugian dan bunga itu pada umumnya terdiri atas kerugian yang telah
dideritanya dan laba yang sedianya akan diterimanya. Kerugian yang harus
diganti ialah misalnya: harga pembelian barang, biaya pengiriman barang dan laba
Luas tanggung jawab pengangkut tersebut di atas dibatasi oleh Pasal 1247
penghapusan tanggung jawab pengangkut adalah tidak mungkin, bila ada unsur
penghapusan tanggung jawab pengangkut itu boleh saja asal klausula itu disetujui
kedua belah pihak pasal 1320 KUHPerdata yang berbunyi untuk adanya suatu
2. Hal ini mungkin terjadi karena Pasal 91 dan 92 KUHD itu bukan hukum
pengirim atau penerima sudah mengetahuinya bila klausula itu sudah ada
Pemberian ganti rugi dari PT. Citra Andalan Putra Buana dalam perjanjian
1. Dalam hal PT. Citra Andalan Putra Buana atau orang-orang yang bekerja
pada PT. Citra Andalan Putra Buana melanggar satu atau lebih syarat dan
Surat Perjanjian, maka PT. Citra Andalan Putra Buana wajib mengganti
ganti rugi yang akan dikenakan kepada PT. Citra Andalan Putra Buana.
111
Hasil Wawancara Tanggal 20 November 2017 dengan narasumber Erwan Soesilo
sebagai jabatan Direktur Utama PT. Citra Andalan Putra Buana
Perkebunan Nusantara III yang terganggu atau rusak akibat tindakan PT.
Citra Andalan Putra Buana, nilai Minyak Kelapa Sawit (CPO) yang hilang
atau rusak, biaya-biaya hukum apabila akibat tindakan PT. Citra Andalan
produksi.
PT. Citra Andalan Putra Buana wajib membayar ganti rugi tersebut
Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan PT. Citra Andalan Putra Buana di
selesai diangkut sesuai delivery order (DO) dan PIHAK KEDUA telah
Kelapa Sawit (MKS) berupa Delivery Order (DO) lembaran PB-33, resu
timbangan (lembaran ketiga) yang disahkan oleh pejabat PT. Sarana Argo
Nusantara Belawan;
KEDUA dengan cara TRANSFER BANK atas nama PT. Citra Andalan
Medan Kirana;
7.5. Permintaan pembayaran yang menyimpang dari ketentuan Pasal 7.3. diatas,
terbatas pada referensi bank, persetujuan rapat pemegang saham atau rapat
DRT. Apabila terjadi hal yang demikian, maka PIHAK PERTAMA hanya
tersebut dalam pasal 7.3. diatas adalah tanggung jawab PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan hukum dari pihak ketiga terkait
setuju untuk melepaskan haknya atas sisa pembayaran yang tidak diambil
oleh PIHAK KEDUA tersebut dan sisa pembayaran yang tidak diambil
kurang sempurna atau tidak tepat waktu pelaksanaannya, yang diajukan dan
atau tidak tepat waktu pelaksanaannya, dan menuntut ganti kerugian. Penerima-
pengangkut-tergugat.112
hal-hal yang dapat men-diskulpir (memaafkan) dirinya, yakni hal-hal yang dapat
KUHD. Ingat bahwa itikad baik selalu dianggap ada pada setiap perbuatan,
kecuali bila dibuktikan sebaliknya (pasal 533 bsd.1965 KUHPER), ini berarti
mengadakan hubungan karena hak salah satu pihak terganggu atau dilanggar.
Dalam perspektif hukum, sengketa dapat berawal dari adanya suatu wanprestasi
dari salah satu pihak yang terlibat dalam suatu hubungan hukum.
yang melahirkan hak dan kewajiban. Menurut ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata
yang lahir karena perjanjian membebankan kepada para pihak yang melakukan
perjanjian untuk melaksanakan hak dan kewajiban atau yang dikenal dengan
”prestasi”, apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi maka dapat
112
H.M.N. Purwosutjipto, Loc. Cit
113
Ibid
Penyelesaian sengketa dapat saja dilakukan oleh kedua belah pihak secara
kooperatif, dibantu oleh orang lain atau pihak ketiga yang bersifat netral atau
dengan cara lainnya. Pada intinya penyelesaian konflik antara pihak-pihak yang
bersengketa terdapat dua cara yaitu litigasi dan non litigasi. Litigasi merupakan
melalui jalur di luar pengadilan seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase.
bahwa litigasi adalah gugatan atas suatu konflik yang diritulisasikan untuk
formal terkait pada hukum acara, para pihak berhadap-hadapan untuk saling
beragumentasi, mengajukan alat bukti, pihak ketiga (hakim) tidak ditentukan oleh
para pihak dan keahliannya bersifat umum, prosesnya bersifat terbuka atau
pertimbangan hakim. Kelebihan dari litigasi adalah proses beracara jelas dan pasti
sudah ada pakem yang harus diikuti sebagai protap. Adapun kelemahan litigasi
adalah proses lama, berlarut-larut untuk mendapatkan putusan yang final dan
114
Cecep Aziz, Ruang Lingkup Pengangkutan, melalui
http://cecepaziz17.blogspot.co.id/2015/04/rangkuman-hukum-pengangkutan.html diakses tanggal
1 Desember 2017 pukul 23.23
115 Suyud Margono, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2004, hal 23
a) jika para pihak gagal mencapai kespakatan, pernyataan dan pengakuan para
pihak dalam proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat dalam suatu proses
c) Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses perkara yang
bersangkutan.
didalam pengadilan ada juga sengketa diluar pengadilan yang disebut dengan non
litigasi. Yang telah diatur dalam Pasal 70 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
yang mengatur Tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Oleh sebab
Pengadilan, oleh para wasit yang dipilih kedua elah pihak untuk bersengketa.
putusan terakhir dan mengikat. Syarat utuama agar putusan dapat diselesaikan
bahwa sengketa mereka akan diselesaikan melalui arbitrase. Hakikat dari arbitrae
luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
proses interaksi antar manusia. Setiap individu atau pihak yang mengalami
ditempuh itu meliputi dua kemungkinan, yaitu melalui penegakan hukum formal
oleh lembaga peradilan atau proses diluar peradilan yang mengarah pada
pendekatan kompromi.
hukum dan pembentukan asosiasi profesi atau jasa profesional. 117 Pengertian
116
Krisna Harahap, Hukum Acara Perdata, Grafitri, Jakarta, 2003, hal 148
117 Suyud Margono, Op. Cit hal 106
sebagai berikut:
(a) Surat atau dokomen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan
(b) Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
(c) Putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu dalam
berikut :
(1) Para pihak dengan bantuan mediator besetifikat yang berhasil menyelesaikan
(2) Pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disertai atau
d. Dapat dieksekusi;
III dengan Pt. Citra Andalan Putra Buana diatur di dalam Pasal 16 surat perjanjian
pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
dengan PT. Citra Andalan Putra Buana di PKS Sei Mangkei. Isi pasal tersebut
yaitu setiap perselisihan atau perbedaan dalam bentuk apapun yang timbul antara
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan atau sebagai akibat
dari adanya Perjanjian ini, maka akan diselesaikan secarah musyawarah mufakat
yang timbul;
16.2. Musyawarah dianggap tidak mencapai kata sepakat apabila jangka waktu
A. Kesimpulan
Nusantara III dan PT. Citra Andalan Putra Buana sudah sesuai dengan
suatu hal tertentu, sebab yang halal. Apabila hukum perjanjian terhadap
2. Hak dan Kewajiban PT. Perkebunan Nusantara III dan PT. Citra Andalan
Putra Buana adalah PT. Perkebunan Nusantara III wajib membayar biaya
harus tepat waktu. PT. Citra Andalan Putra Buana dalam pengangkutan
sampai diterima dalam keadaan baik dengan jumlah yang cukup dan mutu
120
Universitas Sumatera Utara
121
antara PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan PT. Citra Andalan
sepakat untuk memilih domisili yang tetap dan umum dikantor Panitera
B. Saran
hukum meletakkan hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak secara
pengangkut dan pengguna jasa angkutan, maka dari itu perlu diperbaiki
A. Buku
Achmad, Sentosa Mas , 2001, Good Governence dan Hukum lingkungan,I CEl,
Jakarta.
Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra
Aditya Bakti, Jakarta.
Fuad, M., dkk, 2005 Pengantar Bisnis, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2005.
Hernoko, Agus Yudha 2010, Hukum Perjanjian, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta.
Imaniyati, Neni Sri , 2009, Hukum Bisnis: Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan
Ekonomi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
122
Universitas Sumatera Utara
123
Kansil, C.S.T dan Christine S.T, 1996, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Regar, Moenaf H., 2000, Dewan Komisaris, Peranannya sebagai Organ Perseroan,
Bumi Aksara, Jakarta.
Sibuea, Posman, 2014, Minyak Kelapa Sawit (Teknologi & Manfaatnya untuk
Pangan Nutrasetikal), Penerbit Erlangga, Jakarta. Subekti, 2005, Hukum
Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.
Solihin, Ismail, 2006, Pengantar Bisnis : Pengenalan Praktis dan Studi Kasus,
Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta.
Subekti, R., 1995, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sutopo, H.B., 1998, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif, Bagian II, UNS
Press, Surakarta.
B. Undang-Undang
C. Website
Poernomo,
Yusri, Asri, Tanggung jawab pengangkut minyak mentah kelapa sawit (cpo)
dengan PT. Kresna duta agroindo di pelabuhan talang duku jambi, melalui
http://yusri-azmi.blogspot.co.id/2011/06/tanggung-jawab-pengangkut-
minyak-mentah.html, diakses tanggal 28 November 2017 pukul 20.13