Anda di halaman 1dari 111

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Hukum Skripsi Sarjana

2018

Aspek Hukum Kontrak Antara Debitur


dengan Kreditur dalam Perjanjian
Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi Informasi

Manullang, Intani Kristin


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7144
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ASPEK HUKUM KONTRAK DEBITUR DENGAN KREDITUR DALAM
PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

INTANI KRISTIN MANULLANG


NIM : 140200436
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAK ULTAS HUKUM


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 8

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala

rencanamu (Amsal 16 : 3). Segala puji syukur dan hormat saya ucapkan kepada

Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan berkat yang begitu besar telah diberikan

kepada saya sampai saat ini, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini berjudul “Aspek Hukum Kontrak Antara Debitur

Dengan Kreditur Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi

Informasi”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak

terlepas dari bimbingan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis berterimakasih kepada orang tua penulis yaitu Bapak Togap Manullang

dan Ibu Nurhaida Sianipar yang selalu memberikan fasilitas serta senantiasa

mendukung dan mendoakan penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga

turut menghanturkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum., Selaku Pemabantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., Selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., Selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.,MH, selaku ketua Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus

Dosen Pembimbing penulis yang memberikan bantuan serta arahan kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H. M.H, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

8. Ibu Detania Sukarja, S.H. M.H, selaku Dosen pembimbing penulis

sekaligus yang menjadi dosen favorit penulis yang telah banyak

memberikan waktu, bimbingan, serta bantuan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

9. Almarhum Bapak Malem Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dosen PA

pertama penulis yang telah menjadi dosen panutan saya atas integritas dan

jiwa kepemimpinannya serta ilmu yang diberikan kepada saya selama di

perkuliahan

10. Bapak Mulhadi, S.H., M.Hum, selaku Dosen PA kedua penulis yang telah

memberikan bimbingan terhadap saya dalam perkuliahan

11. Seluruh Dosen pengajar yang mengabdikan diri mengajar di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala

perkuliahan penulis selama menjalani urusan perkuliahan

ii

Universitas Sumatera Utara


12. Seluruh Pegawai, dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara untuk setiap Pelayanan yang di berikan

13. Yang tercinta keluarga besar Opung Tunas dan Keluarga Besar Opung

Mangiring, khususnya untuk opungku yang selalu baik kepadaku serta

kedua adikku tersayang Alwin Septana Manullang dan Tongam Wesly P.

Manullang

14. Saudari terkasih penulis Roma Rotua G. Nainggolan selaku sahabat

penulis yang selalu setia padaku dan siap mendengar curhatku di saat aku

sedih dan orang yang selalu disampingku saat pengerjaan skripsi

15. Yang tercinta “SAYANG”ku yaitu Kakak/ abang Roma Nainggolan,

Maria Tambunan, Evan Munthe, Ronald Simanjuntak, David Tambunan,

Windy Nainggolan, Yudhi Hutauruk dan Wesdi Hutabarat. Dan terkhusus

kepada yang terkasih Almarhum Samuel Eben Haezer Pasaribu

terimakasih untuk motivasi, teguran dan bantuanmu dalam pengerjaan

skripsiku, kau akan tetap menjadi sahabat kami, sam

16. Kepada teman tersayang yang selalu menyemangatiku dan memberiku

motivasi Farha Audina, Ratna Kurniati dan Fairoza Nasution

17. Yang terkasih UKM KMK USU yang karena perkumpulan ini penulis

dapat bertemu dengan saudara saudari yang selalu mendukung dan

menyemangatiku yaitu Kakak Rumondang Siagian, Kak Saidibot

Panjaitan, dan Kak Kristy Emelia Pasaribu, Saut Hutagalung, Gita

Sitinjak, Sylvia Rouse, Delvina Nova, Herbet Manalu, David Pasaribu,

Sun Manurung dan Waristo Ritonga. Terimakasih juga kepada Farida

iii

Universitas Sumatera Utara


Panjaitan yang meskipun bukan satu kelompok kecilku, namun tetap ada

dalam pengerjaan skripsi dan revisiku

18. Kepada Upilers tersayang Suci Puspita Ningrum, Bima Prayoga dan Islah

Nasution yang telah menjadi teman seperjuangan dan memberikan hari-

hari paling menyenangkan selama di perkuliahan serta kepada Goklas

Mario Sitindaon, Melviany Tobing, Rohani Ruth, Yunisa Riana

Panggabean, M. Wildan Wahyudi, Dearman Saragih, Rapijay Sinaga,

Ninir Siagian, Dhea Kemala Sari yang juga menjadi sahabat penulis

selama di perkuliahan ini

19. Kepada Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Ut Omnes Unum

Sint!

20. Kepada partner kerja tim tari Bona Jeges Nauli yaitu Kardashian’s team

dan Todik Girls terkhusus Manager yang selalu bijaksana dalam mengatasi

kami yaitu Sarah Citra A. Hutasoit, SH dan Dokter Amanda Ezra

Napitupulu. Terimakasihku pada kalian Sylvia Hutabarat, Schastri Hizkia,

Elsa Sihombing, Krisna Grace, Hanna Viona, Judith Situmeang, Ruth

Sibuea.

21. Kepada Naposo Laskar Kristus RN- HKBP Parsaoran Nauli yaitu Todik

dan Juntos yang selalu menanyakan “kapan tamat?” padaku, dan akhirnya

aku tamat juga, terimakasih. Serta kepada Amang T. Simamora dan

Amang A. Lumbanraja atas semangat dan motivasi yang selalu kalian

berikan.

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

ABSTRAKSI ......................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................ 6

D.Keaslian Penulisan ........................................................................... 7

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8

F. Metode Penelitian ............................................................................ 10

G. Sistematika Penulisan...................................................................... 15

BAB II. TINJAUAN UMUM MENGENAI ELECTRONIC COMMERCE ................ 17

A. Pengertian, Asas, Manfaat E- Commerce......................................... 17

B. Sejarah Perkembangan E- Commerce .............................................. 35

C. Jenis- Jenis E- Commerce ................................................................ 44

D. Pihak- Pihak dalam E- Commerce ................................................... 48

BAB III. PENGATURAN KONTRAK BISNIS ELEKTRONIK (E-


CONTRACT) DALAM E- COMMERCE................................................................ 51

A. Pengertian E- Contract .................................................................... 51

B. Bentuk- Bentuk E- Contract ............................................................ 56

C. Pengaturan E- Contract.................................................................... 65

Universitas Sumatera Utara


BAB IV. ASPEK HUKUM KONTRAK ANTARA DEBITUR DAN
KREDITUR DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI ............................................ 76

A. Prosedur Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi Informasi ............. 76

B. Hubungan Kontraktual dalam Pelaksanaan Pinjam Meminjam


Berbasis Teknologi Informasi ....................................................... 77

C. Keabsahan Kontrak Elektronik dalam Pinjam Meminjam Berbasis


Teknologi Informasi...................................................................... 85

D. Berakhirnya Perjanjian Pinjam Meminjam dalam E- Contract......... 87


E. Penyelesaian Sengketa dalam Kontrak Pinjam Meminjam Berbasis
Teknologi Informasi ............................................................................ 90

BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 93

A. Kesimpulan .................................................................................... 93

B. Saran ............................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 96

vi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAKSI

ASPEK HUKUM KONTRAK DEBITUR DENGAN KREDITUR DALAM


PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.*
Dr. Detania Sukrja, SH.,LLM.**
Intani Kristin Manullang.***

Transaksi e- commerce di dunia nyata memungkinkan terjadi sengketa


seperti halnya sengketa yang terjadi dalam suatu hubungan hukum yang dilakukan
secara konvensional. Semakin banyak dan luas kegiatan perdagangan maka
frekuensi terjadinya sengketa semakin tinggi, hal ini berarti akan semakin banyak
sengketa yang harus diselesaikan. Sengketa ini dapat terjadi karena adanya
wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum. kontrak yang dilaksanakan
hanya menggunakan media elektronik saja, maka dalam hal pembuktian akan
lebih sulit diselesaikan apabila terdapat sengketa antara kreditur dan debitur dalam
pinjam meminjam berbasis teknologi informasi karena tidak adanya alat bukti
dalam bentuk nyata.

Teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, telah dimanfaatkan


dalam kehidupan sosial masyarakat dan telah memasuki berbagai sektor
kehidupan, baik sektor pemerintahan, sektor bisnis, perbankan, pendidikan,
kesehatan dan kehidupan pribadi. Manfaat teknologi informasi dan komunikasi
selain memberikan dampak positif juga disadari memberi peluang untuk dijadikan
sarana melakukan tindak kejahatan- kejahatan baru, sehingga diperlukan upaya
proteksi.Dalam perjanjian elektronik, terdapat defenisi perjanjian baku elektronik.
Perjanjian baku merupakan konsep janji tertulis yang disusun tanpa
membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan ke dalam sejumlah tak terbatas
perjanjian yang sifatnya tertentu, yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam
formulir.

Proses transaksi elektronik antara konsumen dan pelaku usaha terjadi pada
saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pelaku usaha telah diterima dan
disetujui oleh konsumen, sedangkan bukti kesepakatan atau persetujuan
penawaran yang dikirim konsumen haruslah dilakukan dengan adanya pernyataan
penerimaan secara elektronik. Pernyataan inilah yang menjadi suatu kontrak
elektronik dalam transaksi elektronik.

Kata Kunci : Kontrak Elektronik, Pinjam meminjam, dan Transaksi Elektronik

* Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


** Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai teknologi informasi dan komunikasi tidak terlepas

dari internet. Pemahaman terhadap internet setidaknya memerlukan adanya suatu

loncatan konseptual, karena internet bukan hanya sekedar sebuah jaringan, tetapi

juga jaringan dari himpunan beragam jaringan. Konsekuensi dari hal ini ialah

orang- orang diseluruh dunia mempunyai pilihan dan fleksibelitas untuk dapat

masuk dan melakukan aktivitas di dalamnya. 1

Internet juga mengandung pengertian adanya lingkungan dan dimensi baru

yang berbeda dari realitas secara fisik. Istilah ini merupakan ungkapan yang lazim

digunakan untuk menyebut kompleksitas fenomena yang diciptakan oleh jaringan

kerja komputer global yang menggunakan infrastruktur telekomunikasi untuk

mengirim pesan dan data.2

Internet digambarkan pula sebagai perangkat yang mampu melakukan

“pengembangan diri”. Alasannya adalah karena komputer yang masuk ke dalam

jaringan dihubungkan oleh suatu metode, dimana arus informasi dan komunikasi

dijalankan ke berbagai arah dan secara berulang (reroute).3

Demikian pesatnya perkembangan internet dan kemajuan teknologi

informasi yang terus melahirkan berbagai inovasi, khususnya yang berkaitan

1
Yusran Isnaini, Hak Cipta Dan Tantangannya Di Era Cyber Space (Perpustakaan
Nasional: Katalog Dalam Terbitan Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 1.
2
J. Higgins, Net Profit- How to use Internet to Improve Your Business, Auckland, New
Zealand: Penguin Books, 1997, hlm. 21.
3
Ibid, hlm. 15.

1
Universitas Sumatera Utara
dengan financial technology (fintech), sehingga mendorong manusia untuk

menggunakan teknologi informasi dalam mempermudah kegiatan transaksi dan

bisnis. Pada masa kini sering dikenal sebagai electronic commerce.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (yang selanjutnya disingkat UU ITE) adalah

wujud dan tanggung jawab yang harus diemban oleh Negara, untuk memberikan

perlindungan maksimal pada seluruh aktivitas pemanfaatan teknologi informasi

dan komunikasi di dalam negeri agar terlindung dengan baik dari potensi

kejahatan dan penyalahgunaan teknologi. Dalam konsideran UU ITE, dinyatakan

bahwa pembangunan nasional yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia

dimulai pada era orde baru hingga orde saat ini, merupakan proses yang

berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap terhadap berbagai dinamika yang

terjadi di masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat itu, akibat pengaruh

globalisasi informasi, telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari

masyarakat informasi dan transaksi elektronik ditingkat nasional sehingga

pembangunan teknologi informasi dapat dilakukan secara optimal, merata, dan

menyebar ke seluruh lapisan masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa. 4

Pada saat ini penerapan teknologi informasi di sektor ekonomi yang paling

menonjol adalah electronic commerce sebagai sarana pendukung utama sistem

perekonomian dan perdagangan. Akibatnya, orang- orang mulai melakukan

revolusi secara besar- besaran di sektor ini. Bentuk e- commerce telah terbukti

4
Siswanto Sunarso, Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), hlm. 40.

2
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu sistem perdagangan yang sangat praktis sekaligus menguntungkan

di antara sistem perdagangan yang ada. 5

Transaksi perdagangan melalui internet memang sangat menguntungkan

bagi para masyarakat sehingga banyak perdagangan yang dilakukan melalui

kontrak dalam internet. Sebelum transaksi dan pencatatan dalam bentuk elektronik

ini mendapat pengakuan secara hukum, maka yang terlebih dahulu harus

dibangun adalah tata cara dan prosedur pelaksanaannya, atau paling tidak harus

ekuivalen secara hukum dengan transaksi dan pencatatan manual. 6

Masalah pengakuan secara hukum ini timbul di berbagai bidang hukum,

antara lain hukum perjanjian (kontrak), hukum pembuktian, hukum administrasi

negara dan peraturan tata negara, hukum pidana, hukum perdata (mengenai hak

milik) dan hukum acara.

Melihat banyaknya transaksi elektronik yang mendorong berkembangnya

kontrak berbasis teknologi informasi di dunia bisnis, diketahui bahwa dalam

kontrak tersebut mempengaruhi informasi elektronik dan/ atau dokumen

elektronik telah diakui keberadaannya sebagai alat bukti hukum yang sah baik

dalam bentuk originalnya yang elektronik maupun dalam bentuk hasil cetaknya.

Beberapa ahli hukum berbeda pendapat dalam memandang UU ITE,

kebanyakan ahli hukum positifistik menyatakan informasi elektronik dan

dokumen elektronik hanyalah merupakan perluasan alat bukti saja. Padahal

informasi elektronik dan dokumen elektronik selayaknya juga dapat menjadi alat

5
Dikdik M. Arief Mansur, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009).,hlm. 166.
6
Asril Sitompul, Hukum Internet Pengenalan mengenai Masalah Hukum di Cyberspace,
PT. Citra Aditya, 2001, hlm. 53.

3
Universitas Sumatera Utara
bukti tersendiri sebagai konsekuensi yang mengakui informasi elektronik dan

dokumen elektronik dalam bentuk originalnya yang elektronik dan perumusan

yang menyatakan bahwa keberadaan baru dapat dianggap sah jika memenuhi

ketentuan yang diatur dalam UU ITE.7

Bila kita bandingkan dengan pembentukan kontrak secara tertulis, maka

bila sudah ditandatanganinya kontrak, maka kontrak itu akan berlaku mengikat

sejak ditandatangani kontrak.

Lalu dalam perdagangan lewat internet belum diketahui secara pasti

bagaimana pemenuhan unsur- unsur hukum yang diwajibkan dalam perjanjian,

karena bagaimanapun, perdagangan tidak akan terlepas dari masalah perjanjian.8

Baru ini OJK mengeluarkan peraturan baru yaitu Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 77/ POJK.01/2016 Tentang layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi (selanjutnya disebut POJK LPMUBTI). Latar

belakang munculnya peraturan ini sendiri berawal dari adanya sejumlah problem

yang dialami para pihak ketika melakaukan pinjam meminjam secara

konvensional. Dimana praktik pinjam meminjam yang dahulu dilakukan secara

langsung sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pihak sesuai kesepakatan

yang diperjanjiakan. Praktik seperti itu menimbulkan sejumlah kelemahan antara

lain subjektifitas terhadap penilaian resiko gagal bayar, kesulitan dalam penagihan

7
Edmom Makarim, Notaris dan Transaksi Elektronik (Jakarta:Rajawali Pers,2013), hlm.
27.
8
Asril Sitompul, op.cit.,hlm. 56.

4
Universitas Sumatera Utara
pembayaran, hingga tidak adanya sistemasi pencatatan pelunasan pinjaman yang

telah dilakukan.9

Sebagaimana seperti yang terdapat dalam Pasal 18 UU ITE berbunyi:

“transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik


mengikat para pihak.”

Mengenai perjanjian pinjam meminjam uang dapat dilihat dalam BAB IV

POJK LPMUBTI yang di dalam pasal 19 ayat (1) disebutkan:

“perjanjian penyelenggaraan pelayanan pinjam meminjam uang berbasis


teknologi informasi antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman
dituangkan dalam dokumen elektronik.”

Melihat daripada syarat- syarat perjanjian dalam KUHPerdata, maka

timbul berbagai pertanyaan bagaimana perjalanan kontrak tersebut dapat

terlaksana, khusunya dalam transaksi pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi. Lalu bagaimana kontrak terkait suatu hal tertentu serta suatu sebab

yang halal yang diperjanjikan dalam transaksi pinjam meminjam, terlebih lagi

dalam POJK LPMUBTI hanya mengatur mengenai pinjam meminjam uang,

sedangkan dalam kenyataannya sudah banyak beredar juga pinjam meminjam

berbasis teknologi informasi dalam bentuk barang.

Kemudian, karena kontrak yang dilaksanakan hanya menggunakan media

elektronik saja, maka dalam hal pembuktian akan lebih sulit diselesaikan apabila

terdapat sengketa antara kreditur dan debitur dalam pinjam meminjam berbasis

teknologi informasi karena tidak adanya alat bukti dalam bentuk nyata.

Oleh sebab itu dapat diketahui kontrak berperan penting dalam perjanjian

pinjam meminjam berbasis teknologi informasi.

9
Hukum Online. “16 Hal yang wajib dipenuhi ‘pemain’ peer to peer lending dalam
fintech”, Diakses dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt586e1f6a2e0a2/16-hal-yang-
wajib-dipenuhi-pemain-peer-to-peer-lending- dalam-fintech pada tanggal 14 Juli 2018, pukul
03.14

5
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengangkat

judul dari penulisan skripsi ini yaitu, “Aspek Hukum Kontrak Antara Debitur

Dengan Kreditur Dalam Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi Informasi”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan praktek e- commerce di Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaturan kontrak bisnis elektronik (e- contract)

dalam e- commerce di Indonesia?

3. Apakah kontrak baku antara debitur dan kreditur dalam perjanjian

pinjam meminjam berbasis teknologi informasi yang dibuat oleh

PT. Home Credit Indonesia, PT. InFin Tech dan PT. Digital Tunai

Kita telah memenuhi syarat?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah untuk:

1. Mengetahui perkembangan prakteke- commerce di Indonesia

2. Mengetahui pengaturan kontrak bisnis elektronik (e- contract)

dalam e- commerce di Indonesia

3. Mengetahui pemenuhan syarat perjanjian dalam kontrak baku

antara debitur dan kreditur dalam perjanjian pinjam meminjam

berbasis teknologi informasi yang dibuat oleh PT. Home Credit

Indonesia, PT. InFin Tech dan PT. Digital Tunai Kita

6
Universitas Sumatera Utara
D. MANFAAT PENULISAN

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan

tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta

memberikan masukan dan solusi bagi para masyarakat yang ingin melakukan

transaksi pinjam meminjam berbasis teknologi informasi.

2. Secara Praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada

penulis maupun pada pembaca mengenai aturan hukum antara kreditur dan

debitur dalam pinjam meminjam berbasis teknologi informasi. Sehingga dapat

memberikan pemahaman terkait hubungan kontraktual antara kreditur dan debitur.

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terkait apa saja

hal-hal yang berkenaan dengan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi.

E. KEASLIAN PENULISAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di perpustakaan pusat di

Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai

“Aspek Hukum Kontrak antara Kreditur dengan Debitur dalam Pinjam Meminjam

Berbasis Teknologi Informasi”.

7
Universitas Sumatera Utara
F. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. E- Commerce
Perdagangan elektronik (bahasa Inggris: electronic commerce atau e-

commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa

melalui sistem elektronikseperti internet atau televisi, www, atau jaringan

komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan transfer dana elektronik,

pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem

pengumpulan data otomatis.

Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-commerce ini sebagai

aplikasi dan penerapan dari e-bisnis (e-business) yang berkaitan dengan transaksi

komersial, seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain

management), pemasaran elektronik (e-marketing), atau pemasaran online (online

marketing), pemrosesan transaksi online (online transaction

processing), pertukaran data elektronik (electronic data interchange /EDI), dll.

E- commerce merupakan kumpulan teknologi aplikasi dan business

process yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas melalui

transaksi elektronik dan pertukaran barang, servis, dan informasi seccara

elektronik.10

10
Jack Febrian, Farida, Andayani, Kamus Komputer dan Istilah Teknologi Informasi,
(Bandung: Penerbit Informatika,2002)

8
Universitas Sumatera Utara
2. Kontrak Elektronik (e- contract)

Kontrak secara terminologi berasal dari bahasa Inggris “contract” yang

berarti perjanjian atau kontrak.11 Kontrak dalam Pasal 1313 KUHPerdata disebut

perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih. 12

Dalam Pasal 1 angka 17 UU ITE disebutkan bahwa:

“Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui


sistem elektronik”

Kontrak elektronik (e-contract) termasuk dalam kategori “kontrak tidak

bernama” (innominaat) yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam

KUHPerdata tetapi terdapat dalam masyarakat akibat perkembangan zaman dan

tuntutan kebutuhan bisnis. Namun demikian kontrak semacam ini harus mengikuti

aturan Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian.

Kontrak elektronik sebagaimana kontrak konvensional, juga memiliki kekuatan

hukum layaknya undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. (Pasal 1338

KUHPerdata).13

3. Pinjam Meminjam

Pada pasal 1754 KUHPer berisi:

“Pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu


memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang
yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang
belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam
dan keadaan yang sama pula.”

11
Jhon. M. Echols & Hasan Sadily, dalam buku Joni Emirzon, Hukum Bisnis Indonesia,
Proyek Pengingkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
12
Indonesia (burgerlijk wetboek), Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Staatsblaad
Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1313.
13
Suwardi, Hukum Dagang Suatu Pengantar (Yogyakarta: Depublish, 2015) hlm. 180.

9
Universitas Sumatera Utara
Menurut pasal 1 ayat (3) POJK LPMUBTI:14

“layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi adalah


penyelenggaraan layanan jasa secara langsung melalui sistem elektronik
dengan menggunakan jaringan internet.”

4. Kreditur

Kreditur adalah pihak (Perorangan, organisasi, perusahaan atau

pemerintah) yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti

atau layanan jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau

perjanjian) dimana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan

mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut

sebagai peminjam atau yang berhutang. 15

5. Debitur

Debitur adalah orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau
16
lembaga lain. Kreditur mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib

memenuhi pelaksanaan prestasi. 17

G. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada

dalam suatu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, 18 tujuannya adalah

agar setiap penulisan dapat memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti.

14
Indonesia (POJK LPMUBTI), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor. 77/
POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, LN
Tahun 2016 Nomor 324, TLN Nomor 6005.
15
Jonaedi Efendi, Kamus Istilah Hukum Populer (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 241.
16
KBBI Online, https://kbbi.web.id/debitur, Diakses pada 14 Juli 2018, Pukul 16.16
WIB.
17
Sukarmi, Cyber Law Kontrak Elektronik dan Bayang- Bayang Pelaku Usaha
(Bandung: Pustaka Sutra, 2016), hlm. 27.
18
Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 7.

10
Universitas Sumatera Utara
Dalam usaha pengumpulan data- data untuk melengkapi dan menyusun skripsi ini,

penulis telah mengumpulkan bahan- bahan yang dirasa perlu untuk dapat

mendukung penulisan skripsi dan pada akhirnya hasil yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Spesifikasi Penelitian

a. Tipe Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah dan untuk melengkapi penulisan skripsi

ini agar dapat mencapai tujuan dan dapat lebih terarah serta dapat

dipertanggungjawabkan, maka penulis menggunakan jenis penelitian hukum

normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji kaidah – kaidah

atau norma- norma dalam hal iniadalah norma perundang- undangan. Menurut

Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif atau kepustakaan mencakup: 19

1. Peneltian terhadap asas- asas hukum

2. Peneltian terhadap sistematika hukum

3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical dan horizontal

4. Penelitian sejarah hukum

5. Penelitian perbandingan hukum

b. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan masalah

dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis, faktual dan akurat. 20

Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang berusaha

19
Soerjono Soekanto, op.cit.,hlm. 5.
20
Bambang Sunggono, Metode Penulisan Hukum (Jakarta: PT. Rajawali Press,2001),
hlm. 36.

11
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau

hubungan baik yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan

yang tengah berlangsung.

2. Data penelitian

Lazimnya di dalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh

langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. 21 Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan jenis data primer atau data dasar dan data sekunder. Data

primer didapat langsung dari sumber pertamanya, yakni perilaku masyarakat,

melalui penelitian. Data sekunder antara lain mencakup dokumen- dokumen

resmi, hasil- hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya. 22

a. Bahan hukum primer, yaitu dokumen- dokumen yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak berwenang seperti Peraturan Dasar Perundang-

undangan. Maka dari itu, penelitian ini akan menggunakan penelitian

sistematika hukum dimana dalam sistematika hukum ditelaah dengan

mengkaji perundang- undangan yang antara lain Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 77/ POJK.01/2016 Tentang layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi dimana peraturan ini erat

hubungannya dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi Teknologi dan Elektronik. Untuk melengkapi bahan hukum

primer penulis juga melakukan wawancara secara kualititatif terhadap Ibu

Chiristina Hakim dan Bapak Evan Munthe.

21
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 11.
22
Ibid.,hlm. 12.

12
Universitas Sumatera Utara
b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku- buku yang berkaitan dengan

judul skripsi seperti koran, majalah, karya tulis ilmiah, naskah akademik

peraturan, artikel- artikel, hasil- hasil penelitian, laporan- laporan dan lain-

lain yang diperoleh baik dari media cetak maupun elektronik atau internet

yang berkaitan dengan skripsi ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan- bahan yang mencakup petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus hukum, jurnal ilmiah dan bahan- bahan lain yang berkaitan

dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam

penulisan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian pada umumnya dikenal 3 (tiga) jenis teknik

pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau

observasi dan wawancara atau interview.23

Teknik pengumpulan data penulisan skripsi ini dilakukan dengan teknik

studi pustaka (literature research atau library research) yakni mengumpulkan dan

menghimpun informasi dan peraturan yang relevan dengan penelitian yang sedang

diteliti dan juga melalui bantuan media elektronik. Hal ini dilakukan terhadap

peraturan perundang- undangan yang mengatur bidang tertentu atau beberapa

bidang yang berkaitan. Disini penulis tidak meninjau peraturan perundang-

undangan dari sudut penyusunannya secara teknis, akan tetapi penulis akan

menelaah pengertian dari sistem hukum yang terdapat di dalam peraturan

23
Ibid., hlm. 21.

13
Universitas Sumatera Utara
perundang- undangan tersebut. Penulis juga akan melakukan wawancara pada

masyarakat yang memiliki peran khusus yang berkaitan dengan judul yang penulis

angkat.

4. Analisis data

Dalam penelitian normatif, maka pengolahan data pada hakekatnya berarti

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan- bahan hukum tertulis

tersebut.24 Umumnya, penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder

penyajian datanya dilakukan sekaligus dengan analisanya. 25

Data sekunder yang sudah diperoleh melalui penelitian kepustakaan ini

kemudian disusun secara sistematis, selanjutnya akan dilakukan metode analisis

data secara kualitatif, yaitu penguraian, menghubungkan dengan peraturan dan

pendapat para pakar hukum, dan hasil yang diperoleh dari analisis berbentuk

deskripsi. 26

Analisa yang akan dilakukan penulis hanya terhadap pasal- pasal isinya

merupakan kaedah hukum serta hubungan antara peraturan dengan

pelaksanaannya di masyarakat. Selanjutnya penulis mengumpulkan, memadukan,

menafsirkan dan membandingkan buku- buku dan bacaan dengan setiap

permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

24
Ibid., hlm. 251.
25
Ibid., hlm. 69.
26
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika,2009), hlm. 107.

14
Universitas Sumatera Utara
H. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulis, skripsi ini maka

diperlukan suatu sistematika penulisan yang teratur yang penulis bagi dalam bab

per bab, dimana masing- masing bab ini saling berkaitan antara satu sama lain.

Oleh karena itu, penulis membagi skripsi ini ke dalam 5 (lima) bab, selanjutnya

setiap bab terbagi atas beberapa sub bab tersendiri yang tujuannya adalah untuk

mempermudah dalam menguraikan dan mendeskripsikan setiap permasalahan

yang dikaji yang salingberkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I merupakan bab PENDAHULUAN. Pada bab ini merupakan

gambaran umum dan menyeluruh yang disusun secara sistematis berkaitan dengan

judul skripsi “Aspek Hukum Kontrak antara Debitur dengan Kreditur dalam

Perjanjian Pinjam Meminjam Berbasis Teknologi Informasi. Pada bab ini

dikemukakan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II diberikan judul : TINJAUAN UMUM MENGENAI

ELECTRONIC COMMERCE. Pada bab ini berisi mengenai pengertian, asas,

manfaat e- commerce, sejarah perkembangan e- commerce, jenis- jenis e-

commerce, pihak- pihak dalam e- commerce.

15
Universitas Sumatera Utara
BAB III diberikan judul : PENGATURAN KONTRAK BISNIS

ELEKTRONIK (E- CONTRACT) DALAM E- COMMERCE. Pada bab ini berisi

pengertian e- contract, bentuk- bentuk e- contract dan pengaturan e- contract.

BAB IV diberikan judul : ASPEK HUKUM KONTRAK ANTARA

DEBITUR DAN KREDITUR DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI. Pada bab ini berisi prosedur pinjam

meminjam berbasis teknologi informasi, hubungan kontraktual dalam pelaksanaan

pinjam meminjam berbasis teknologi informasi, keabsahan kontrak elektronik

dalam pinjam meminjam berbasis teknologi informasi, berakhirnya perjanjian

pinjam meminjam dalam e- contract, penyelesaian sengketa dalam kontrak pinjam

meminjam berbasis teknologi informasi.

BAB V merupakan bab PENUTUP yang berisikan kesimpulan dan saran.

16
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN UMUM E- COMMERCE

A. Pengertian, Asas Dan Manfaat E- Commerce

Peranan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi telah

menempatkan pada posisi yang amat strategis karena menghadirkan suatu dunia

tanpa batas, jarak, ruang dan waktu yang berdampak pada peningkatan

produktivitas dan efisiensi. Pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana

teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat dan

berkembang dalam tatanan kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan

sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan dan penegakan hukum. 27

Teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, telah dimanfaatkan

dalam kehidupan sosial masyarakat dan telah memasuki berbagai sektor

kehidupan, baik sektor pemerintahan, sektor bisnis, perbankan, pendidikan,

kesehatan dan kehidupan pribadi. Manfaat teknologi informasi dan komunikasi

selain memberikan dampak positif juga disadari memberi peluang untuk dijadikan

sarana melakukan tindak kejahatan- kejahatan baru (cyber crime) sehingga

diperlukan upaya proteksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi informasi

dan komunikasi bagaikan pedang bermata dua, dimana selain memberikan

kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban

manusia juga menjadi sarana potensial dan sarana efektif untuk melakukan

perbuatan melawan hukum. 28

27
Siswanto Sunarso, op.cit, hlm. 39.
28
Ibid.
17

17
Universitas Sumatera Utara
E- commerce adalah singkatan dari Electronic Commerce, yaitu

pembelian, penjualan dan pertukaran barang atau layanan dan informasi secara

elektronik, yaitu melalui jaringan komputer terutama internet. E- commerce dapat

diartikan dengan sangat luas, tidak hanya pembelian atau penjualan barang, tetapi

juga layanan terhadap pelanggan, kerja sama dengan rekan bisnis serta

membangun transaksi secara elektronik antara organisasi. 29

Julian Ding memberikan defenisi tentang e- commerce sebagai berikut:

“Electronic commerce , or E- Commerce it is also known, is a commercial


transaction between a vendor and purhaser or parties in similar
contractualrelationship for the suplay of goods, services or the acquisition
of right. This commercial transaction is executed or entered into in an
electronic medium (or digital medium) where the physical presence of the
parties is not required and the medium exist in a public or system as
opposed to a private network (closed system). The public network or
system must be considered and open system (e.g. tge internet or the world
wide web) the transaction are concluded regardless of national bondaries
or local requiretments”
Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:

“Electronic Commerce Transaction adalah transaksi dagang antara penjual


dengan pembeli untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih hak.
Kontrak ini dilakukan dengan media elektronik (digital medium) dimana
para pihak tidak hadir secara fisik. Medium ini terdapat di dalam jaringan
umum dengan sistem terbuka yaitu internet atau World Wide Web.
Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan syarat nasional.” 30

Defenisi e- commerce sangat beragam, bergantung pada perspektif atau

kacamata yang memanfaatkannya. Chissick dan Kelman memberikan defenisi

yang sangat global terhadap E- Commerce sebagai:

“a broad term described business activities with associated data that are

conductet ellectronically” atau istilah yang luas menggambarkan aktivitas-

29
Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) hlm. 209.
30
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung:PT Citra Aditya
Bakti, 2001) hlm. 283.

18
Universitas Sumatera Utara
aktivitas dengan data teknis yang terasosiasi yang dilakukan secara atau dengan

menggunakan media elektronik. 31

Sebagai suatu bentuk terobosan dalam bidang teknologi informasi dan

komunikasi, internet memiliki beberapa karakteristik yang berdampak terhadap

berbagai bidang kehidupan manusia termasuk bidang hukum. Karakteristik yang

mempengaruhi pembentukan hukum (legal design) di internet ialah sebagai

berikut:32

1. Tidak adanya batasan geografis

Karakteristik yang paling signifikan dari internet dan berdampak pada

design hukum adalah tidak relevan batas- batas geografis yang ada, sebab

internet sendiri menyangkut komunikasi elektronik lintas negara.

Kehadiran tidak dapat dibatasi oleh loksi, sehingga sangat tepat komentar

D. G. Post yang mengatakan bahwa internet bukan lagi sekedar multi

yurisdiksi, tetapi hampir tanpa yurisdiksi. 33

Pemahaman selama ini terhadap batas- batas teritorial adalah area tertentu,

di mana aturan- aturan hukum diterapkan secara berbeda antara negara

satu dengan negara lainnya. 34 Dengan demikian, terdapat kaitan yang erat

antara kekuasaan negara (state power) dan otoritas hukum. Hadirnya

internet sebagai bentuk komunikasi global menjadi tantangan bagi praktik

31
M. Arsyad Sanusi, E- Commerce Hukum dan Solusinya, (P.T Mizan Grafika, 2001)
hlm. 14.
32
Yusran Isnaini, op.cit., hlm. 25.
33
D. G. Post, Anarchy, State and the Internet:The Rise of Law in Cyberspace, Journal of
Online Law, 1995, hlm. 2.
34
D. R. Johnson and D.G. Post, Law and Borders: The Rise of Law in Cyberspace,
http://www.cli.org/X0025_LBFIN.html,1966, hlm.2.

19
Universitas Sumatera Utara
penerapan hukum yang notabene didasarkan pada sesuatu yang riil dengan

batas- batas geografis yang melingkupinya. 35

Konsekuensi atas hal ini, menurut D.G. Post, adalah kemampuan untuk

menjatuhkan sanksi kepada pelanggar hukum tidak dapat dilakukan lagi

secara mutlak. Diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk menerapkan

hukum suatu nnegara di luar teritorialnya dan mengharmonisasikannya

dengan hukum rezim penguasa lain. 36

Ketika komunikasi elektronik ini merusak batasan geografis, maka batas

baru telah dibuat oleh layar monitor dan password. Batas baru ini

menjelaskan pula adanya suatu tantangan bagi internet untuk dapat

membuat hukum beserta institusi yang baru bagi dirinya.

2. Anonimitas dalam internet

Terdapat gambaran lain yang dapat meruntuhkan pemahaman hukum

secara ytradisional, di mana internet memungkinkan penggunanya untuk

tetap tidak dikenal atau melakukan aktivitasnya tanpa identitas. Mobilitas

pengguna yang tinggi di internet, sangat memungkinkan seorang pengguna

internet dapat membuat sebuah identitas atau profil cyber yang sangat

berbeda dari identitas fisiki atau keadaan sebenarnya. Bukan mustahil

teknik ini kemudian dapat digunakan untuk melakukan pelanggaran

hukum.

35
Henry H. Perritt jr., Jurisdiction inCyberspace:The Role of Intermediaries,
http://www.law.vill.edu/harvard/article/harv96k.html,hlm.1.
36
Post, Anarchy, State and the Internet, op.cit., hlm. 14.

20
Universitas Sumatera Utara
3. Kemampuan untuk lepas dari pengawasan

Terdapat sudut pandang lain terhadap mobilitas pengguna dalam kaitan

dengan banyaknya pilihan website dan protocol diinternet yang dapat

dikunjungi.

Menurut David Post, internet dapat membuat penggunanyamelakukan

perubahan yurisdiksi relatif lebih mudah atau pun keluar dari bermacam

kontrol aturan hukum yang ada.

4. Adanya struktur hierarki

Internet secara hierarki memiliki tiga dimensi di dalam strukturnya, yaitu

sistem pendaftaran nama domain, termasuk jasa perantara yang berfungsi

melakukan kontrol terhadap gateways, struktur protokol jaringan dan

penyimpanan data. Gambaran struktur internet ini sangat penting untuk

membangun kerangka hukum masa depan. Sebab, melalui struktur operasi

dan bangunan ini, nantinya akan menjadi salah satu sumber bagi

munculnya desentralisasi hukum internet. Hal ini berperan penting

terutama untuk menentukan hukum negara mana yang akan digunakan

berdasarkan jaringan komunikasi individu,.

5. Sifat dinamik dan interaktif

Komunikasi di internet bersifat dinamis dan interaktif merupakan

karakteristik lain yang sangat signifikan. Dokumen ataupun data- data

elektronik lain dapat dioperasikan secara interaktif, sehigga memiliki

keunggulan tertentu bila dibandingkan dengan dokumen kertas yang

mudah sobek atau rusak. Dengan kecepatan untuk melakukan pembaruan

21
Universitas Sumatera Utara
informasi dan adanya komunikasi interaktif, bukan mustahil suatu saat

perubahan ini nantinya akan menjadi sebuah norma. 37

6. Terhubung secara elektronik

Implikasi dari ciri dan sifat internet dapat dilihat pula dengan munculnya

kontrak elektronik. Sebagai dokumen yang dynami danc hypertextual,

kontrak elektronik dapat menghubungkan para pihak dan informasi data

secara bersamaan dalam satu rangkaian yang tidak mungkin dilakukan

melalui media kertas.38

Menurut Pasal 1 angka (2) UU ITE menyebutkan Transaksi Elektronik

adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer dan/

atau media elektronik lainnya.39

Menurut Cita Yustisia Serfani, di dalam kontrak elektronik selain terkandung

ciri – ciri kontrak baku juga terkandung ciri – ciri kontrak elektronik sebagai

berikut :40

 Kontrak elektronik dapat terjadi secara jarak jauh, bahkan melampaui

batas – batas negara melalui internet.

 Para pihak dalam kontrak elektronik pada umumnya tidak pernah bertatap

muka (faceless nature), bahkan mungkin tidak akan pernah bertemu.

Adapun asas- asas yang terkandung dalam e- commerce dapat dilihat dalam

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, yaitu: 41

37
Elizabeth Longworth, The Possibilities for a Legal Framework for Cyberspace-
including a New Zealand Perspective, Hlm. 17
38
E. M. katsh, Law in a Digital World, Oxford Oxford University Press, 1995, Hlm. 4
39
Indonesia (ITE), Undang- Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU
No. 19 Tahun 2016, LN Tahun 2008 Nomor 58, TLN Nomor 4843.
40
Cita Yustisia Serfiani dkk., Buku Pintar Bisnis Online dan Transaksi
Elektronik, Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2013. hlm. 100.

22
Universitas Sumatera Utara
“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati- hatian, itikad baik, dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.”
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam transaksi elektronik

memiliki asas sebagai berikut:42

1. Asas kepastian hukum

Berarti landasan hukum bagi pemanfaatan teknologi informasi dan

transaksi elektronik serta segala sesuatu yang mendukung

penyelenggaraannya yang mendapatkan pengakuan hukum di dalam dan di

luar pengadilan.

2. Asas manfaat

Berarti asas bagi pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi

elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3. Asas kehati-hatian

Berarti landasan bagi pihak yang bersangkutan untuk

memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian

baik bagi dirinya maupun bagi pihak lain dalam pemanfaatan teknologi

informasi dan transaksi elektronik.

4. Asas iktikad baik

Berarti asas yang digunakan para pihak dalam melakukan transaksi

elektronik tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa sepengetahuan

pihak lain tersebut.

41
Indonesia (ITE), op.cit., Pasal 3.
42
Soemarno Partodihardjo, Tanya Jawab Sekitar Undang- Undang No. 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 9-10.

23
Universitas Sumatera Utara
5. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi

Berarti asas pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi

elektronik tidak berfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga

dapat mengikuti perkembangan teknologi pada masa yang akan datang.

Sebagaimana subsistem dari hukum perjanjian, maka kontrak elektronik

memiliki asas yang sama dengan hukum perjanjian seperti: 43

1. Asas kebebasan berkontrak

Asas ini terkenal dengan istilah Open System atau Freedom of

Contract. Berdasarkan asas ini para pihak berhak menentukan apa saja

yang ingin diperjanjiakan dan sekaligus untuk menentukan apa yang tidak

dikehendaki untuk dicantumkan di dalam perjanjian, namun, tidak berarti

tidak tanpa batas. Dalam hal ini, negara turut campur untuk melindungi

pihak yang lemah atau untuk mencapai tujuan- tujuan kepentingan umum

yang lebih luas, kepatutan dan kesusilaan. Asas kebebasan berkontrak

diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata. Selain dibatasi oleh pasal 1338

KUHPerdata, juga terdapat bidang bidang tertentu yang tidak

memungkinkan diterapkan asas kebebasan berkontrak, seperti future

trading. Future trading merupakan suatu perjanjian dimana penjual akan

menyerahkan kepada pembeli dan pembeli akan menerima dari penjual

sejumlah komoditas dengan jumlah dan kualitas yang telah distandarisasi

pada waktu yang akan datang. Dengan demikian setiap perjanjian yang

disepakati tetap akan sah apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan

perundang- undangan.

43
Joni Emirzon, Hukum Bisnis Indonesia, Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan
Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2002.

24
Universitas Sumatera Utara
2. Asas konsensualisme

Asas ini juga dikenal dengan prinsip “penawaran dan penerimaan”

diantara para pihak. Dalam sistem Anglo Saxon, lembaga ini mirip dengan

prinsip “offer & acceptance”. Suatu perjanjian timbul apabila telah ada

konsensus atau persesuaian kehendak antara para pihak, maka perjanjian

tidak akan ada. Dalam praktek asas ini tetap dipertahankan. Namun,

konsensus tersebut tidak boleh dilatar belakangi unsur paksaan, penipuan

dan kekeliruan. Di dalam naskah perjanjian, asas konsensus dapat kita

lihat ada pernyataan kata sepakat kedua belah pihak dengan membuat

ketentuan- ketentuan atau janji- janji yang akan dilaksanakan.

3. Asas itikad baik

Suatu perjanjian harus dilandasi oleh tujuan yang baik dari para

pihak, tidak bermaksud merugikan ataupun mencelakakan pihak yang

lainnya.

4. Asas keseimbangan

Suatu perjanjian harus mengandung keseimbangan bagi para pihak.

Sehingga tidak ada pihak yang terlalu dirugikan atau terlalu diuntungkan.

5. Asas kepatuhan

Para pihak yang mengadakan perjanjian, harus mematuhi isi dari

perjanjian yang mereka buat.

6. Asas kebiasaan

Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal- hal yang diatur

secara tegas dalam peraturan perundang- undangan, yurisprudensi dan

25
Universitas Sumatera Utara
sebagainya, tetapi juga hal- hal yang menjadi kebiasaan yang diikuti

masyarakat umum.

7. Asas ganti rugi

Suatu perjanjian, memuat kewajiban mengganti kerugian oleh

salah satu pihak yang melakukan kesalahan terhadap pihak lain yang

dirugikan.

8. Asas keadaan memaksa

Baik kontrak internasional maupun nasional selalu mencantumkan

klausula keadaan darurat atau force majaur dalam perjanjian. Hal ini

penting apabila terjadi hal- hal diluar kemampuan manusia atau

diakibatkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, banjir, angin topan

dan sebagainya. Namun dalam praktek ada juga apabila adanya perubahan

kebijaksanaan pemerintah dimasukkan sebagai keadaan darurat, misal

perubahan penetapan kurs rupiah.

9. Asas kepastian hukum

Suatu perjanjian harus memuat aturan hukum negara mana yang

akan diikuti bila terjadi sengketa.

10. Asas kepercayaan

Kepercayaan sangat penting dalam mengadakan perjanjian, oleh karena

itu, terlebih dahulu para pihak harus menumbuhkan kepercayaan diantara

kedua pihak, bahwa satu sama lain akan memenuhi janji- janji yang

disepakati atau prestasinya dikemudian hari. Dengan kepercayaan kedua

belah pihak mengikatkan dirinya kepada perjanjian yang mempunyai

26
Universitas Sumatera Utara
kekuatan mengikat sebagai undang- undang sesuai pasal 1338

KUHPerdata.

11. Asas kekuatan mengikat

Setiap perjanjian yang telah disepakati dan telah memenuhi

ketentuan perundang- undangan, kebiasaan, kepatutan, akan mengikat para

pihak, misalnya, semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang- undang bagi yang membuat, dengan kata lain perjanjian yang

demikian memiliki kekuatan mengikat kedua belah pihak. Untuk itu asas

kekuatan mengikat sangat penting dalam pelaksanaan perjanjian.

12. Asas persamaan hukum

Pada dasarnya para pihak diberikan kedudukan dan mempunyai

kedudukan yang sama, diberikan hak dan mempunyai kewajiban

sebagaimana sesuai yang diperjanjikan. Kalau kepada satu pihak diberikan

hak untuk melakukan pemutusan perjanjian, seharusnya pihak yang lain

juga diberikan hak untuk melakukan pemutusan perjanjian. Apabila suatu

pihak diberikan kemungkinan untuk menuntut ganti rugi dalam hal pihak

lain memutuskan perjanjian, hak yang serupa harus juga diberikan kepada

pihak lainnya.

13. Asas moral

Suatu perjanjian, tidak boleh bertentangan dengan moral yang

berlaku secara umum.

14. Asas kepatuhan

Asas kepatuhan ini sangat erat kaitannya dengan isi perjanjian

yang disepakati para pihak. Apa saja yang akan dituangkan dalam

27
Universitas Sumatera Utara
perjanjian harus memperhatikan asas kepatutan, karena melalui asas ini

ukurang mengenai hubungan hukum ditentukan juga oleh rasa keadilan,

terutama para pihak yang terlibat di dalam perjanjian tersebut. Secara tegas

asas ini dituangkan dalam pasal 1339 KUHPerdata.

15. Asas kerahasiaan

Pada dasarnya perjanjian yang dibuat hanya untuk kepentingan

kedua belah pihak, oleh karena itu, para pihak diwajibkan untuk menjaga

kerahasiaan daripada ketentuan- ketentuan dan contoh- contoh data yang

tersangkut di dalam perjanjian dan tidak dibenarkan untuk

menyebarluaskan ataupun memberitahukan pihak ketiga. Namun biasanya

juga diatur tentang pengecualian- pengecualian yaitu suatu pihak dapat

memberikan data tersebut kepada pihak lain.

16. Asas penyerahan

Asas ini berarti bahwa, perjanjian harus ditaati sampai barang telah

diserahkan.

17. Asas pilihan hukum

Asas ini berlaku bagi kontrak Internasional, yang mempunyai

aspek transnasional, yaitu para pihak berbeda kewarganegaraan dan

memiliki sistem hukum yang berbeda. Dalam penyusunan kontrak

Internasional, pilihan hukum menjadi penting, karena tidak semua pihak

asing merasa senang bahwa perjanjiannya diatur dan ditafsir menurut

hukum negara lain. Oleh karena itu, sebelum para pihak menyepakati

ketntuan- ketentuan perjanjian yang lain harus menyelesaikan terlebih

dahulu hukum mana yang akan mereka gunakan dalam melaksanakan

28
Universitas Sumatera Utara
perjanjian tersebut. Untuk menentukan hukum mana yang berlaku ada

beberapa teori lama yang dapat dipergunakan, seperti lex loci contractus,

lex loci solution and the proper law of the contract atau ajaran tentang

aanknopingspunten.

18. Asas penyelesaian perselisihan

Setiap perjanjian atau kontrak harus ditegaskan bagaimana

penyelesaian perselisihan diantara para pihak. Hal ini penting untuk

menentukan forum atau pengadilan mana yang berwenang untuk

menyelesaikan sengketa, apabila sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan

oleh kedua belah pihak atau badan arbitrase mana yang mereka pilih.

Asas- asas lain yang mendukung terhadap pelaksanaan kontrak elektronik

yaitu: asas pengamanan, asas standar kontrak, asas elektronik, asas domain, asas

kuasa, asas internasional, asas yurisdiksi di dalam ruang maya dan asas informasi.

Dalam pembentukan perangkat perundang- undangan tentang teknologi

informasi mampu mengarahkan segala aktivitas dan transaksi di dunia cyber

sesuai dengan standar etik dan hukum yang disepakati maka proses pembuatannya

diupayakan untuk menetapkan prinsip- prinsip dan pengembangan teknologi

informasi antara lain sebagai berikut:44

a. Melibatkan berbagai unsur yang terkait: pemerintah, swasta,

profesional dan perguruan tinggi;

b. Menggunakan pendekatan yang moderat (jalan tengah) untuk

mensintesiskan antara prinsip- prinsip hukum konvensional dan

norma- norma hukum baru yang akan terbentuk;

44
Atip Latifulhayat, ”Cyber law” dan Urgensinya Bagi Indonesia(1), Pikiran Rakyat, 11
Januari 2001.

29
Universitas Sumatera Utara
c. Memperhatikan keunikan dari dunia maya (cyberspace);

d. Mendorong adanya kerjasama internasional mengingat sifat

internet yang beroperasi secara virtual dan lintas batas;

e. Menempatkan sektor swasta sebagai leader dalam persoalan-

persoalan yang menyangkut industri dan perdagang;

f. Pemerintah harus mengambil peran dan tanggung jawab yang jelas

untuk persoalan yang menyangkut kepentingan publik;

g. Aturan hukum yang akan dibentuk tidak bersifat restriktif,

melainkan harus bersifat diterktif dan futuristik

Dalam manfaat transaksi elektronik atau E- Commerce dapat dilihat dalam

Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu:

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan

dengan tujuan untuk:45

a) Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

informasi dunia;

b) Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik

d) Membuka kesempatan seluas- luasnya kepada setiap ornag untuk

memajukan pemikiran dan kemampuas di bidang penggunaan dan

pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung

jawab;

45
Indonesia (ITE), op.cit., Pasal 4.

30
Universitas Sumatera Utara
e) Memberikan rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dan

penyelenggara Teknologi Informasi.

Berdasarkan tujuan di atas, jelaslah bahwa UU ITE, ingin membangun

masyarakat informasi untuk kepentingan pergaulan dalam tata kehidupan bangsa

Indonesia agar kukuh sebagai satu kesatuan yang dirakit melalui pengembangan

sistem informasi elektronik dengan diciptakan melalui kondisi transaksi

elektronik, yang pada akhirnya bangsa Indonesia menjadi cerdas dan menjadi

bagian dari masyarakat informasi dunia. Tidak dapat dipungkiri, bahwa

perkembangan informasi dan transaksi elektronik telah menjadi unggulan dalam

perkembangan perdagangan dan perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia. Namun demikian, dalam nyatanya menimbulkan kendala

penyalahgunaan sehingga berpotensi terjadinya pelanggaran tindak pidana. 46

Keuntungan e- commerce beraneka ragam dibagi berdasarkan

pihak yang diuntungkan, seperti di uraikan berikut ini: 47

1. Untuk Organisasi

 Memperluas pasar perusahaan ke pasar nasional, bahkan

internasional;

 Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh barang atau

layanan dari perusahaann lain secara cepat dengan biaya yang

minimal;

 Mempersingkat atau mengurangi jalur distribusi pasar (marketing

distribution channel). Barang menjadi lebih murah dan keuntungan

menjadi lebih tinggi;

46
Siswanto Sunarso, op.cit., hlm. 47.
47
Sutarman, op.cit., hlm 211.

31
Universitas Sumatera Utara
 Dapat mengurangi inventori barang dengan memfasilitasi pull type

supply chain management. Ini memungkinkan modifikasi produk

dan mengurangi biaya inventori;

 Membantu bisnis kecil untuk bersaing dengan perusahaan-

perusahaan besar;

 Mengurangi (sebanyak 90%) biaya pembuatan, proses, penyaluran,

penyimpanan, dan mendapatkan informasi dengan adanya proses

digital.

2. Untuk pelanggan

 Menyediakan produk produk dan layanan yang tidak mahal

memungkinkan konsumen untuk melakukan perbandingan onlin;

 Memberikan konsumen lebih banyak pilihan;

 Memungkinkan konsumen untuk melakukan transaksi dalam 24

jam sehari, hampir dimana saja;

 Memberikan informasi yang relevan dalam hitungan detik;

 Memungkinkan konsumen untuk mendapatkan produk yang dapat

dimodifikasi dengan harga yang bersaing;

 Memungkinkan bagi orang untuk bekerja dan belajar dirumah

 Memungkinkan lelang secara elektronik;

 Memungkinkan konsumen untuk berinteraksi pada komunitas

elektronik dan untuk bertukar pikiran dan membandingkan

pengalaman.

32
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk masyarakat

 Memungkinkan tiap individu untuk bekerja dirumah dan

mengurangi mobilitas sehingga mengurangi kepadatan jalan raya,

polusi udara;

 Memungkinkan barang- barang dijual dengan harga yang rendah

sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat

 Memungkinkan orang untuk membangun negara dan daerah-

daerah desa untuk menikmati produk- produk dan layanan yang

tidak ada jika tidak melalui e- commerce. Hal ini termasuk

kesempatan untuk mempelajari profesi dan memperoleh gelar

sekolah atau untuk mendapatkan perawatan kesehatan;

 Memfasilitasi pemberian pelayanan umum, hal ini mengurangi

biaya distribusi dan kesempatan terjadinya penipuan, serta

meningkatkan kualitas layanan sosial, kerja polisi, layanan

kesehatan dan pendidikan.

Menurut Joseph Luhukay (Presiden Director, Capital Market Society)

sebagaimana dikutip oleh majalah Infokomputer edisi Oktober 1999, keuntungan

dari penggunaan e- commerce antara lain:48

1. Keuntungan bagi pedagang (Merchant)

a. Dapat digunakan sebagai lahan untuk menciptakan pendapatan

(revenue generation) yang sulit atau tidak dapat diperoleh melalui

cara konvensional, seperti memasarkan langsung produk atau jasa;

menjual informasi; iklan; membuka cybermall, dan sebagainya;

48
Dikdik. M. Arief Mansur, op.cit, hlm. 149.

33
Universitas Sumatera Utara
b. Menurunkan biaya operasional. Berhubungan langsung dengan

pelanggan melalui Internet dapat menghemat kertas dan biaya

telepon, tidak perlu menyiapkan tempat ruang pamer (outlet), staf

operasional yang banyak, gudang yang besar, dan sebagainya

c. Memperpendek produk cycle dan management supplier.

Perusahaan dapat memesan bahan baku atau produk ke supplier

langsung ketika ada pemesanan sehingga perputaran barang lebih

cepat dan tidak perlu gudang besar untuk menyimpan produk-

produk tersebut;

d. Melebarkan jangkauan (global reach). Pelanggan dapat

menghubungi perusahaan penjual dari manapun di seluruh dunia;

e. Waktu operasi tidak terbatas. Bisnis melalui internet dapat

dilakukan selama 24 jam per hari;

f. Pelanyanan ke pelanggan lebih baik. Melalui Internet pelanggan

bisa menyampaikan kebutuhan maupun keluhan secara langsung

sehingga perusahaan dapat meningkatkan pelayanannya.

2. Keuntungan bagi pembeli:

a. Home shopping. Pembeli dapat melakukan transaksi dari rumah

sehingga dapat menghemat waktu, menghindari kemacetan dan

menjangkau toko- toko yang jauh dari lokasi;

b. Mudah melakukan. Tidak perlu pelatihan khusus untuk bisa

belanja atau melakukan transaksi melalui internet;

c. Pembeli memiliki pilihan yang sangat luas dan dapat

membandingkan produk maupun jasa yang ingin dibelinya;

34
Universitas Sumatera Utara
d. Tidak dibatasi waktu. Pembeli dapat melakukan transaksi kapan

saja selama 24 jam per hari.

e. Pembeli dapat mencari produk yang tersedia atau sulit diperoleh di

outlet/ pasar tradisional.

Keuntungan- keuntungan di atas apabila dipergunakan dengan sebaik

mungkin akan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat e- commerce yang

pada akhirnya dapat pula meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional.

B. Sejarah dan Perkembangan E- Commerce

E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat

pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di

suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik

menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 miliar pada 2003. Menurut laporan

yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat

non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar

US pada tahun 2011.49

Dalam bukunya, Sutarman menjelaskan sejarah e- commerce dimana ia

menyatakan bahwa aplikasi e- commerce telah ada sejak awal tahun 1970 dengan

inovasi sebagai transfer dana secara elektronik. Pada saat itu aplikasi e- commerce

tersebut digunakan masih terbatas untuk perusahaan- perusahaan besar dan hanya

sedikit perusahaan kecil yang memiliki keberanian untuk menggunakan aplikasi

e- commerce. Selanjutnya dengan adanya pertukaran data secara elektronik atau

dikenal dengan Electronik Data Interchange (EDI), menambah berbagai macam

49
Tata Sutabri, Konsep Sistem Informasi (Yogyakarta: PT. Andi Offset, 2012), hlm. 108.

35
Universitas Sumatera Utara
proses transaksi lainnya dan memoerluas jumlah pihak yang menggunakan e-

commerce. Sejak maraknya penggunaan internet dan pengenalan web di awal

tahun 1990, pengguna e- commerce semakin meluas. Terdapat berbagai macam

aplikasi e- commerce, diantaranya home banking, shopping in electronic malls,

buying stocks, finding a job, lelang, kerja sama secara elektronik, dan lain

sebagainya. Implementasi dari berbagai macam aplikasi e- commerce tergantung

atas empat kategori utama, yaitu manusia, kebijakan umum, pemasaran/

periklanan, dan logistik (supply chain logistic).

Kehadiran internet, walaupun masih merupakan industri baru dan masih

dalam fase pertumbuhan, telah memperkokoh keyakinan tentang pentingnya

peranan teknologi dalam pencapaian tujuan finansial. Sebagai salah satu sarana

guna melakukan transaksi perdagangan (penjualan, pembelian, promosi, dan lain-

lain), internet dirasakan manfaatnya pada saat sejumlah situs yang menyajikan

breaking news mulai menarik para pemasang iklan. 50

Secara singkat, ada hal yang cukup menarik untuk dipelajari, yaitu

bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada secara signifikan

mempengaruhi persaingan antar perusahaan- perusahaan di dunia. Secara garis

besar ada empat periode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai

dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era tersebut

terjadi tidak hanya karena dipicu oleh pertimbangan teknologi komputer

50
Dikdik M. Arief Mansur, op.cit., hlm 147.

36
Universitas Sumatera Utara
yangdemikian pesat namun juga didukung oleh teori- teori baru manajemen

perusahaan modern. 51

Era pertama yaitu disebut dengan “era komputerisasi”. Periode ini dimulai

tahun 1960-an ketika komputer mini dan mini frame dikenalkan perusahaan,

seperti IBM ke dunia industri. Kemampuan menghitung yang sedemikian cepat

menyebabkan banyak sekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk

pengolahan data, meningkatkan efisiensi dari segi waktu dan biaya dibandingkan

dengan memperkerjakan berpuluh SDM untuk hal serupa. 52

Era kedua disebut dengan era teknologi informasi. Kemajuan teknologi

digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah membawa komputer memasuki

masa- masa revolusinya. Diawali tahun 1970-an, teknologi PC atau personal

komputer mulai diperkenalkan sebagai alternatif pengganti minicomputer tidak

seperti halnya pada era komputerisasi ketika komputer hanya menjadi “milik

pribadi” divisi EDP (Electronic Data Processing) perusahaan, diera kedua ini

setiap individu di organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer seperti

database, spreadsheet maupun data processing. Pada era inilah komputer

memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu fasilitas yang dapat memnerikan

keuntungan komputer bagi perusahaan, terutama yang bergerak dibidang

pelayanan atau jasa.53

Ketiga, pada “Era Sistem Informasi” mulai diperkenalkan diawal tahun

1980-an. Tidak seperti era kedua sebelumnya yang lebih menekankan pada unsur

51
Richardus Eko Indrajit, Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi (Jakarta: Elex Media Computindo, 2000) Hlm. 8.
52
Ibid.
53
Ibid., hlm. 11

37
Universitas Sumatera Utara
teknologi, pada era ini lebih ditekankan adalah sistem informasi, karena komputer

dan teknologi sistem informasi merupakan komponen sistem tersebut.54

Pada era keempat, sering disebut dengan era terakhir dari evolusi

teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi, sedemikian pesatnya sehingga

kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara

eksponensial.

Pada era globalisasi informasi ini ada fakta yang dapat disimpulkan yaitu

tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi.

Keberadaannya telah menghilangkan garis batas antar negara dalam hal flow of

Informasi. Penerapan teknologi seperti internet semakin hari semakin merata dan

membudaya dimasyarakat. Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat

hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk menangkal segala hal berhubungan

dengan penciptaan dan aliran informasi. Perusahaan pun tidak terbatasi secara

fisik. Transaksi- transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di

cyberspace melalui transaksi elektronik (e- commerce) dengan memanfaatkan

pembayaran secara elektronik pula. 55

Dalam manfaat penggunaan internet ada kenyataan bahwa sejumlah

entrepeneur baru mulai membuat net companies setelah terinspirasi dengan

kesuksesan yang diraih oleh para digital entrepreneur di banyak negara maju.

Kemudian pada awal tahun 2000, peluang internet sebagai media bisnis baru

secara meluas menjadi sebuah inspirasi dan kesadaran para pelaku.

54
Ibid., hlm. 12
55
Ibid., hlm. 14.

38
Universitas Sumatera Utara
Di indonesia, keberadaan situs- situs yang menwarkan berbagai produk

barang dan jasa belum sebanyak di negara- negara lain, tetapi perkembangannya

menunjukkan arah menggembirakan. Tercatat beberapa situs yang mempelopori

e- commerce.

Sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa ide pertama munculnya

bisnise- commerce yang dilakukan oleh Sanur.co.id adalah berupa toko buku

online yang diilhami oleh adanya bisnis serupa, yaitu www.amazone.com. Sanur

merupakan suatu uji coba dan pada saat itu menjadi toko buku pertama di

Indonesia yang menjual buku melalui internet. Saat ini Sanur telah memiliki 2.500

transaksi per bulan, menawarkan 30.000 judul buku, 85% berbahasa Indonesia,

sisanya berbahasa Inggris dan mempunyai 11.000 pelanggan. Bahkan menurut

Head Of Business Development Sanur, Rudi Susilo, dalam upaya meraih pasar

regional, Sanur tengah membangun cabang di Singapur bekerja sama dengan

penerbit buku ternama seperti McGraw Hill dan John Willey & Son

(Infokomputer Oktober 1997)56

Salah satu pelaku bisnis e- commerce lainnya di Indonesia adalah

Indonesia Interactive, atau I-2. I-2 dibangun sebagai portal dan menyediakan

sebuah virtual shopping mall, I-2 saat ini sudah berkembang dan memiliki 10

online store, yang menjual buku, komputer, handicraft dan t-shirt.

Menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh Forrester Research, di

Indonesia, volume pendapatan yang diperoleh dari transaksi e- commerce kurang

memadai jika dibandingkan dengan total transaksi dunia. Transaksi e- commerce


56
Ester Dwi Magfire, Perlindungan Konsumen Dalam E- Commerce, akses tanggal 26
Desember 2004.

39
Universitas Sumatera Utara
Indonesia hanya mencapai USD 100 milyar atau hanya 0,026%, sekalipun jumlah

ini diprediksikan akan meningkat secara drastis. 57

Rendahnya daya serap e- commerce di Indonesia sebenarnya bukan

disebabkan oleh kurang peluang, tetapi kepada ketidaksiapan faktor- faktor

pendukung. Sebagaimana dikemukakan oleh Budi Raharjo, seorsang pakar

Teknologi Informasi dan Institut Teknologi Bandung dalam wawancaranya di

Majalah Infokomputer Spesial (1999), perkembangan e- commerce di Indonesia

dihambat antara lain oleh penguasaan teknologi yang masih kurang, infrastruktur

yang belum memadai (link ke internet masih lambat), mahalnya akses ke internet,

keamanan, undang- undang dan sumber daya manusianya.58

Adapun faktor- faktor yang mendorong perkembangan yang sangat pesat

dari e- commerce itu sendiri antara lain: 59

1. E- commerce memiliki kemampuan untuk menjangkau lebih banyak

pelanggan dan setiap saat pelanggan dapat mengakses seluruh informasi

secara terus menerus;

2. E- commerce dapat mendorong kreatifitas dari pihak penjual secara cepat

dan tepat pendistribusian informasi yang disampaikan berlangsung secara

periodik;

3. E- commerce dapat menciptakan efisiensi yang tinggi, murah serta

informatif;

57
Ibid.
58
Ahmad Ramli, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-
Commerce”. Dalam jurnal Hukum Bisnis, Volume 18, Maret 2002, Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, hlm 15.
59
Dikdik M. Arief Mansur, op.cit,hlm. 166.

40
Universitas Sumatera Utara
4. E- commerce dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan pelayanan

yang cepat, mudah aman dan akurat60

E- commerce (perniagaan elektronik) sebagai bagian dari electronic business

(bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para

ahli dari pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi e-

commerce. Secara umum e- commerce dapat didefenisikan sebagai segala bentuk

transaksi perdagangan/ perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service)

dengan menggunakan media elektronik. 61

Adapun pengaruh pembentukan UU ITE adalah sebagai berikut:62

1. Jaminan kepastian dan keamanan dalam berusaha. Di negara- negara

berkembang seperti Indonesia masalah kepastian dan keamanan berusaha

merupakan prioritas utama yang perlu diwujudkan. Ketakutan terjadinya

nasionalitas seperti yang pernah terjadi beberapa puluh tahun silam

merupakan pengalaman buruk yang sedapat mungkin dihindarkan oleh

setiap perusahaan yang akan menanamkan investasinya di Indonesia. Oleh

karena itu, diharapkan melalui pembentukan UU ITE, jaminan keamanan

dan kepastian dalam berusaha khususnya berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan yang berbasiskan teknologi informasi menjadi terwujudkan;

2. Memasuki era teknologi informasi sudah tentu barang aktivitas

perekonomian yang sifatnya konvensional sedikit demi sedikit dapat

dihindarkan. Kenyataan ini sudah mulai diterapkan dalam perdagangan

60
Riyeke Ustadianto, Framework E- Commerce, Andi, Yogyakarta, 2001, hlm 138.
61
Arianto Mukti Wibowo, S.Kom, amwibowo@excite.com
62
Dikdik M. Arief Mansur, op.cit., hlm. 139.

41
Universitas Sumatera Utara
saham dilantai bursa, yang mana perdagangan sudah dilakukan tanpa

warkat (paperless). Hal yang sama akan dijumpai ketika media internet

dipergunakan dalam kegiatan perdagangan (e- commerce). Pertemuan

secara fisik antara para pihak tidak akan dijumpai, perjanjian tidak lagi di

atas sehelai kertas dan tidak berbentuk tulis tangan. Karena kecenderungan

sudah mengarah pada fenomena virtual, maka pembentukan UU ITE

memberikan dasar keabsahan kontrak secara elektronis akan berdampak

pada penigkatan jumlah transaksi karena mitra bisnis dapat melakukan

negosiasinya hanya lewat perangkat komputer tidak perlu datang ke

Indonesia;

3. Perlindungan terhadap hak- hak pribadi baik perorangan maupun

perusahaan yang selama ini belum diatur dalam perundang- undangan

yang ada (the existing law) dapat menjadi faktor pendorong masuknya

investasi asing. Dan diharapkan dalam pembentukan undang- undang

teknologi informasi pengaturan tentang hak- hak pribadi masuk dalam sah

satu ketentuannya;

4. Aktivitas ekonomi baik yang sifatnya domestik maupun internasional

selalu dihantui dengan kemungkinan munculnya sengketa. Mekanisme

penyelesaian sengketa yang selama ini deitempuh para pihak seringkali

tidak memuaskan, sekalipun bukti- bukti penunjang sudah tersedia.

Masalah yang muncul adalah bagaimana kedudukan alat bukti dalam

transaksi dengan internet yang banyak berbentuk kode dan serba digital

dapat dipersamakan dengan bukti- bukti yang selama ini dikena, seperti

bukti surat/ tulisan. Disinilah peran UU ITE yang akan memberikan

42
Universitas Sumatera Utara
kepastian terhadap bukti- bukti tersebut, sehingga para pihak dapat

mengantisipasinya manakala sengketa dikemudian hari;

5. Penentuan yurisdiksi pun rentan memunculkan masalah. Masing- masing

pihak selalu ingin agar setiap sengketa yang muncul dapat diselesaikan di

negaranya sendiri, dengan harapan akan lebih menguntungkan pihaknya.

Masalah yang muncul berkenaan dengan penentuan yurisdiksi adalah

menentukan pengadilan mana yang berwenang dengan menyelesaikan

sengketa apabila sengketa muncul akibat adanya suatu transaksi yang

dilakukan melalui internet, apakah pengadilan dimana penerima berada

atau pengirim berada atau bagaimana jika transaksi dilakukan di wilayah

internasional.

6. Bidang perpajakan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan ketika

akan melakukan suatu kegiatan usaha, karena masalah ini akan sangat

berpengaruh pada berjalannya suatu kegiatan usaha. Pajak merupakan

suatu kewajiban bagi pelaku usaha. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaannya para pihak cenderung sedapat mungkin mengurangi

pengeluaran pajak. Dalam transaksi dengan internet dimungkinkan

terjadinya pengenaan pajak secara berganda karena subyek pajak di

negaranya telah dipungut ajak sementara di negara lain pun dikenai pajak

atas transaksi yang dilakukannya. Begitu pula perlunya kejelasan kegiatan-

kegiatan apa saja yang dapat menjadi objek pajak, aspek pajak pun

memerlukan kejelasan pengaturan dari undang- undang teknologi

informasi, sehingga jangan sampai terjadi pelaku usaha di bidang

43
Universitas Sumatera Utara
teknologi informasi mengurungkan niatnya berinvestasi di Indonesia

karena ketidakjelasan pengaturan perpajakan.

C. Jenis- jenis E- Commerce

Terdapat 3 (tiga) hal yang tidak dapat terlepas dari e- commerce, yaitu:63

1. Terjadinya transaksi antara 2 belah pihak;

2. Adanya pertukarang barang, jasa atau informasi;

3. Internet sebagai media utama dalam proses atau mekanisme transaksi

tersebut.

Pada dasarnya, perdagangan/ transaksi e- commerce dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu: transaksi Business to Business (B to B) dan

Business to Consumer (B to C). dijelaskan bahwa Business to Consumer e-

commerce berhubungan dengan customer Life Cycle dari awareness sebuah

produk pada prospek customer sampai dengan order dan pembayaran atau juga

sampai dengan pelayanan dan dukungan kepada customer. Alat yang digunakan

dalam cycle ini adalah business to customer web site. Sedangkan Business to

Business e- commerce melibatkan cycle dari awarenness, riset produk,

perlindungan, pemulihan supplier sourching. 64

Dua kelompok tersebut di atas hampir semua transaksi e- commerce yang ada.

Business to Business merupakan sistem komunikasi bisnis online antar pelaku

63
Dikdik M. Arief Mansur, op.cit,hlm. 170.
64
Ibid.,hlm. 150.

44
Universitas Sumatera Utara
bisnis. Para pengamat e- commerce mengakui akibat terpenting adanya sistem

komersial yang berbasis web tampak pada transaksi Business to Business.

Dilihat dari karakteristiknya transaksi e- commerce B to B, mempunyai

karakteristik sebagai berikut:65

a) Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah

terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama. Pertukaran informasi

hanya berlangsung di antara mereka dn karena sudah sangat mengenal,

maka pertukaran informasi tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan dan

kepercayaan.

b) Pertukaran data dilakukan secara berulang- ulang dan berskala dengan

format data yang telah disepakati. Jadi, service yang digunakan antara

kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standar yang sama.

c) Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk

mengirim data.

d) Model yang umum digunakan adalah pear to pear, dimana processing

intelegence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.

Business to Consumer (B to C) merupakan transaksi jual- beli melalui internet

antara penjual barang dengan konsumen (end user), Business to Consumer dalam

e- commerce relatif banyak ditemui dibandingkan dengan Business to Business.

Dalam transaksi e- commerce jenis B to C, hampir semua orang dapat melakukan

transaksi baik dengan nilai transaksi kecil maupun besar dan tidak dibutuhkan

persyaratan yang rumit. Konsumen dapat memasuki internet dan melakukan

65
Ibid.,hlm. 151.

45
Universitas Sumatera Utara
(search) terhadap apa saja yang akan dibeli, menemukan web site, dan melakukan

transaksi.

Dalam transaksi ini. Konsumen memiliki bargaining position yang lebih baik

dibanding dengan perdagangan konvensional karena konsumen memperoleh

informasi yang beragam dan mendetail. Kondisi tersebut memberi banyak

manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan

dapat terpenuhi. Selain itu juga terbuka kesempatan untuk memilih aneka jenis

dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan finansial

konsumen dalam waktu yang relatif efisien. 66

Karakteristik transaksi e- commerce Business to Consumer adalah sebagai

berikut:

a) Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara umum pula;

b) Service yang dilakukan juga bersifat umum sehingga mekanismenya dapat

digunakan oleh banyak orang. Contohnya, karena sistem web sudah umum

dikalangan masyarakat, maka sistem yang digunakan adalah sistem web

pula;

c) Service yang diberikan berdasarkan permintaan dimana konsumen

berinisiatif sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap

inisiatif konsumen;

d) Sering dilakukan pendekatan client- server, yang mana konsumen di pihak

klien menggunakan sistem yang minimal berbasis web dan pihak penyedia

barang atau jasa (business procedure) berasda di pihak server.

66
Ibid.

46
Universitas Sumatera Utara
E- commerce terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:67

1. Collaborative Commerce (c- commerce) yaitu kerja sama secara elektronik

antara rekan bisnis. Kerja sama ini biasanya terjadi antara rekan bisnis

yang berada pada jalur penyediaan barang (supply chain).

2. Business to costumer (B2C) yaitu penjual adalah suatu organisasi dan

pembeli adlah individu

3. Costumer to Business, dimana konsumen memberitahukan barang atau

layanan yang dibutuhkannya, selanjutnya organisasi- organisasi bersaing

untuk menyediakan barang atau layanan tersebut kepada konsumen.

4. Costumer to costumer yaitu penjualan atau layanan antara individu

5. Intrabusiness (Intra organizational) Commerce yang merupakan organisasi

menggunakan e- commerce untuk meningkatklan kegiatan operasi

organisasinya. Hal ini dikenal juga dengan sebutan Business to Employee

(B2E)

6. Government to citizens (G2C) and to others dimana pemerintah

menyediakan layanan kepada masyarakat melalui teknologi e- commerce.

Pemerintah juga dapat melakukan bisnis dengan pemerintah lain

(Government to Government/ G2G), demikian juga dengan organisasi lain

(Government to Business/ G2B)

7. Mobile Commerce (m- commerce) yaitu e- commerce uyang dilaksanakan

pada lingkungan tanpa kabel (wireless environment) seperti menggunakan

telepon seluler untuk akses internet.

67
Sutarman, op.cit,hlm. 209.

47
Universitas Sumatera Utara
D. Pihak- Pihak Dalam Transaksi E- Commerce

Transaksi e- commerce melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat

secara langsung maupun tidak langsung, tergantung komplesitas transaksi yang

dilakukan. Artinya apakah semua proses transaksi dilakukan secra online atau

hanya beberapa tahap saja yang dilakukan secara online. Apabila seluruh transaksi

e- commerce dilakukan secara online, mulai dari proses terjadinya transaksi

sampai dengan pembayaran, maka pihak yang terlibat terdiri dari: 68

a) Penjual atau merchant yaitu perusahaan/ produsen yang menawarkan

produknya melalui internet. Untuk menjadi penjual, maka seseorang harus

mendaftarkan diri sebagai merchant account pada sebuah bank, tentunya

ini dimaksudkan agar penjual dapt menerima pembayaran dari costumer

dalam bentuk credit card.

b) Konsumen/ Card holder, yaitu orang- orang yang ingin memperoleh

produk (barang/ jasa) melalui pembelian secara online. Konsumen yang

akan berbelanja di internet dapat berstatus perorangan atau perusahaan.

Apabila konsumen merupakan perorangan, maka yang perlu diperhatikan

dalam transaksi e- commerce adalah bagaimana sistem pembayaran yang

dipergunakan, apakah pembayaran dilakukan dengan menggunakan kredit

card atau dimungkinkan pembayaran dilakukan secara manual atau cash.

Hal ini penting untuk diketahui, mengingat tidak semua konsumen yang

akan berbelanja du internet adalah pemegang kartu kredit atau card holder.

Pemegang kartu kredit adalah seseorang yang namanya tercetak pada kartu

68
Dikdik M. Arief Mansur, op.cit. hlm. 152.

48
Universitas Sumatera Utara
kredit yang dikeluarkan oleh penerbit berdasarkan perjanjian yang telah

dibuat.

c) Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan antara penjual dan penerbit dan

perantara pembayaran antara pemegang dan penerbit. Perantara penagihan

adalah pihak yang meneruskan tagihan kepada penerbit berdasarkan

tagihan yang masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual barang/ jasa.

Pihak perantara penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada

penjual. Pihak perantra pembayaran abtara pemegang dan penerbit adalah

bank dimana pembayaran kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit,

selanjutnya bank yang menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang

pembayaran tersebut kepada penerbit kartu kredit.

d) Certification Authorities. Pihak ketiga yang netral yang memegang hak

untuk mengeluarkan sertifikasi kepada merchant, kepada issuer dan dalam

beberapa hal diberikan pula kepada card holder. Certification authorities

dapat merupakan suatu lembaga pemerintah atau lembaga swasta.

Apabila transaksi e- commerce tidak sepenuhnya dilakukan secara

onlinedengan kata lain hanya prosesi transaksinya saja yang online, sementara

pembayaran tetap dilakukan secara manual/ cash, maka pihak acquirer, issuer dan

certification authority tidak terlibat di dalamnya.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam bab ini, dapat ditarik

kesimpulan bahwa terdapat 4 (empat) periode dalam perkembangan e- commerce

yaitu, pertama, era komputerisasi dimana perusahaan memanfaatkannya untuk

pengolahan data karena lebih efisien dan praktis dalam pelaksanaannya. Era kedua

49
Universitas Sumatera Utara
adalah era teknologi informasi dimana suatu komputer digunakan untuk

memberikan keuntungan bagi perusahaan dibidang pelayanan atau jasa. Era ketiga

yaitu era sistem informasi dimana teknologi komputer telah menjadi suatu sistem

informasi. Lalu era terakhir yaitu evolusi teknologi informasi dimana siapa saja

sudah dengan bebasnya menggunakan teknologi informasi sebagai media bahkan

telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kini.

50
Universitas Sumatera Utara
BAB III

PENGATURAN KONTRAK BISNIS ELEKTRONIK (E- CONTRACT)


DALAM E- COMMERCE

A. PENGERTIAN E- CONTRACT

1. Pengertian e- contract

Istilah kontrak sering disebut dengan istilah “perjanjian”, sebagai

terjemahan dari “agreement” dalam bahasa Inggris, atau “evereenkomst” dalam

bahasa Belanda. Disampiing itu, ada juga istilah yang sepadan dengan istilah

kontrak, yaitu “transaksi” yang merupakan terjemahan dari istilah “transaction”.

Namun demikian, istilah “kontrak” (sebagai terjemahan dari istilah “contract”)

adalah yang paling modern, paling luas dan paling lazim digunakan, termasuk

pemakaiannya dalam dunia bisnis. Dan hukum yang mengatur tentang kontrak itu

disebut dengan “hukum kontrak”.69 Dalam Black’s Law Dictionary mengartikan

kontrak adalah:

”Contract: An agreement between teo or more persons which creates an


obligation to do or not to do a peculiar thing. Its essentials are competent
parties, subject matter, a legal consideration, mutuality of agreement and
mutuality of obligation”

Dari pengertian di atas, Contract diartikan sebagai suatu perjanjian antara

dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu hal yang khusus. Melihat batasan dari kontrak yang diberikan ini

dapat dikatakan bahwa antara perjanjian dan kontrak mempunyai arti yang sama.

Dari pemakaian sehari- hari apabila diperhatikan, kontrak yang dilakukan oleh

69 51 (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2012), hlm 9.


Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis

51
Universitas Sumatera Utara
seseorang biasanya dibuat secara tertulis. Dengan demikian, tampak bahwa yang

dimaksudkan dengan kontrak adalah perjanjian tertulis. 70

Terjemahan bebas dari pengetian di atas bahwa kontrak diartikan sebagai

suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk

berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus.

Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata Indonesia perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang atau lebih lainnya. Prinsipnya kontrak terdiri dari satu atau serangkaian janji

yang dibuat para pihak dalam kontrak. Esensi dari kontrak itu sendiri adalah

perjanjian (agreement). Atas dasar itu, Subekti71 mendefinisikan kontrak sebagai

peristiwa dimana seorang berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Janji sendiri

merupakan pernyataan yang dibuat oleh seseorang kepada orang lain yang

menyatakan suatu keadaan tertentu atau affair exist, atau akan melakukan suatu

perbuatan tertentu. 72 Orang terikat pada janjinya sendiri, yakni janji yang

diberikan kepada pihak lain dalam perjanjian. Janji itu mengikat dan janji itu

menimbulkan utang yang harus dipenuhi. 73

Berdasarkan Ketentuan Umum Hukum Kontrak Belanda, Pengertian

kontrak adalah suatu perbuatan hukum (juridical art), yang dibuat dengan

formalitas yang memungkinkan dan diijinkan oleh hukum yang berwenang dan

dibuat bersesuaian dan harus ada ungkapan niat dari satu atau dua pihak secara

bersama- sama yang saling bergantung satu sama lain (interdependent). Kontrak

70
L.G.Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak (Jakarta : Kesaint Blanc, 2008), hlm 12
71
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta : Intermasa, 1984), hlm. 36.
72
A. G. Guest (ed), Anson’s Law of Contract (Oxford: Clarendon Press, a979) hlm.2.
73
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Lahir dari Perjanjian, Buku II (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1955, hlm. 146.

52
Universitas Sumatera Utara
ini bertujuan untuk menciptakan akibat hukum untuk kepentingan satu pihak dan

juga untuk pihak lain. Kontrak merupakan golongan dari perbuatan hukum yaitu

suatu perbuatan yang menghasilkan perbuatan hukum dikarenakan adanya niat

dari perbuatan satu orang atau lebih. Sehingga dapat dikatakan bahwa beberapa

perbuatan hukum adalah kontrak.74

Istilah kontrak elektronik dalam bahasa Inggris dikenal sebagai electronic

contract (e- contract) atau online contract.Concise Oxford Dictionary

memberikan definisi electronic, online dan contract sebagai berikut:75

Electronic: carried out using a computer, especially over a network.

Online: controlled by or connected to a computer.

Contract: a written ir spoken agreement intended to beenforceable by law.

E- contract diartikan sebagai kontrak yang terdapat di dunia maya dan

ditunjukkan dengan adanya dukungan sarana elektronik dan bukan dalam bentuk

tertulis.76

Menurut penjelasan umum UU ITE Pasal 1 angka 17 menyebutkan bahwa

kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem

elektronik.77 Menurut Johannes Gunawan, kontrak elektronik adalah kontrak baku

yang dirancang, dibuat, ditetapkan, digandakan dan disebarluaskan secara digital

melalui situs internet (website) secara sepihak oleh pembuat kontrak (dalam hal

ini pelaku usaha), untuk ditutup secara digital pula oleh penutup kontak (dalam

74
Arthur S Hartkamp and Marianne M. M. Tillema, Contract Law in Netherlands
(London: Kluwer Law International, 1995) hlm. 33.
75
Judy Pearsall, Concise Oxford Dictionary, 10th Edition (New York: Oxford University
Press, 1999) hlm 461, 995, 308.
76
Roger Leroy Miller dan Gaylord A. Jentz, Law for E- Commerce (United States of
America: West Legal Studies in Business, 2002), hlm. 146.
77
Indonesia (ITE), op.cit., Pasal 1 angka 17.

53
Universitas Sumatera Utara
hal ini konsumen). Sedangkan menurut Edmon Makarin menggunakan istilah

kontrak online (online contract) bagi kontrak elektronik (e- contract) dan

mendefinisikan kontrak online sebagai perikatan atau hubungan hukum yang

dilakukan secara elektronik dengan memadukan haringan (networking) dari sistem

informasi berbasiskan komputer (computer based information system) dengan

sistem komunikasi yang berdasarkan atas jaringan dan jasa telekomunnikasi

(telecommunication based), yang selanjutnya difasilitasi oleh keberadaan jaringan

komputer global internet (network of network). 78

Sama seperti perjanjian dalam KUHPerdata, dalam suatu kontrak

elektronik harus memenuhi syarat- syarat untuk sahnya suatu kontrak. Syarat ini

dapat ditemukan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Adapun syarat- syarat tersebut

yaitu:79

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya. Kata sepakat di dalam

perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau persesuaian kehendak

antara para pihak di dalam perjanjian. Seseorang dikatakan memberikan

persetujuannya dan kesepakatannya jika ia memang mengkehendaki apa

yang disepakati.80 Pengertian sepakat sebagai persyaratan kehendak yang

disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak- pihak. Pernyataan

pihak yang menawarkan dinamakan (offerte). Pernyataan pihak yang

Sylvia Christina Aswin, “Keabsahan kontrak dalam transaksi elektonik,” (Tesis,


78

Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2006), hlm 66.


79
Heru Soepraptomo, Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis,
2001, Volume 12- 16, hlm. 59.
80
J. Satrio, Op.Cit. hlm. 164.

54
Universitas Sumatera Utara
menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). 81 Kesesuaian

kehendak antara dua saja belum melahirkan perjanjian, karena kehendak

itu harus dinyatakan, harus nyata bagi pihak yang lain. Apabila pihak yang

lain tersebut telah menyatakan menerima atau menyetujuinya, maka

timbullah kata sepakat.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang cakap

untuk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut Undang- Undang

dinyatakan tidak cakap. Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk

membuat perjanjian dapat kita temukan dalam pasal 1330 KUH Perdata,

yaitu:

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Mereka yang berada dibawah pengampuan

c. Wanita yang bersuami. Ketentuan ini dihapus dengan berlakunya

Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan. Karena pasal 31

Undang-Undang ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami istri

adalah seimbang dan masing-masing berhak untuk melakukan

perbuatan hukum.

3. Suatu hal tertentu

Suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu benda yang paling

sedikit dapat ditentukan jenisnya. J. Satrio menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi

81
Mariam Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Alumni: Bandung, 1994), hlm. 24.

55
Universitas Sumatera Utara
perjanjian. Isi prestasi tersebut harus tertentu atau paling sedikit dapat

ditentukan jenisnya. 82

4. Suatu sebab yang halal

Menurut Pasal 1335 jo 1337 KUHPerdata bahwa suatu kausa

dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan

dan ketertiban umum. Kausa hukum yang halal ini di dalam sistem

common law disebut legality yang dikaitkan dengan public policy. Suatu

kontrak dapat menjadi tidak sah (illegal) jika bertentangan dengan public

policy. Walaupun sampai sekarang belum ada definisi public policy yang

diterima secara luas, tapi hal ini diperlukan ada dalam kontrak untuk

kesejahteraan masyarakat (public safety welfare)83

B. BENTUK- BENTUK KONTRAK ELEKTRONIK

Untuk mengetahui bentuk- bentuk kontrak elektronik, maka perlu terlebih

dahulu diketahui bagaimana ciri- ciri suatu kontrak tersebut merupakan kontrak

elektronik. Adapun kontrak elektronik memiliki ciri sebagai berikut: 84

1. Cara berkomunikasi

Kedua belah pihak harus memperhatikan bahwa situs untuk

memberikan informasi untuk hal yang tidak pantas (ilegal). Dalam

kebanyakan perjanjian dengan internet Service Provider atau di dalam

perjanjian standar terdapat klausul bagi klien untuk tidak menggunakan

82
J. Satrio. op.cit. hlm. 41.
83
Henry R Cheseeman, Business Law: The Legal, Ethical and International Environment
(Prentice Hall. New Jersey, 1995). Hlm. 205.
84
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2001)

56
Universitas Sumatera Utara
situs yang melanggar ketertiban umum, pelanggaran terhadap karya- karya

yang dilindungi Undang- Undang Hak Milik Intelektual, mengadakan

pengumuman yang menyesatkan, menyebarkan dokumen terlarang,

bertindak melawan peraturan internasioal yang terkait.

2. Garansi dan Vrijwaring

Bahwa dalam kontrak tersebut harus dinyatakan jaminan yang

harus dibuat oleh pengembang website atas hasil karya yang dibuat harus

bebas dari unsur penjiplakan, memperhatikan hak intelektual dan tidak

melanggar ketentuan hukum yang ada.

3. Biaya

Para pihak dapat mengadakan kesepakatan bahwa kewajiban untuk

membayar ganti rugi dilakukan dengan risk sharing (pembagian risiko).

4. Pembayaran

Mengenai harga dan cara pembayaran, apakah pembayaran

dilakukan secara sekaligus, kredit, ataupun pembayaran berdasarkan

jumlah tertentu dari tugas yang telah diselesaikan.

5. Kerahasiaan

Dalam hal kontrak elektronik perlu dibuat untuk memastikan agar

pengembang terikat untuk menjaga segala kerahasiaan informasi yang

terdapat di dalam kontrak.

6. Kaitan dengan hak milik intelektual

Kepemilikan dari perangkat lunak untuk menciptakan dan

mendesain website tersebut terkait dengan peraturab hak milik intelektual

(software) yang digunakan di Indonesia Undang- Undang Nomor 19

57
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2002 yang merupakan perubahan dari Undang- Undang Nomor 12

Tahun 1997 Tentang Hak Cipta

7. Pengumuman

Agar website mempunyai kemampuan untuk melampaui batas-

batas yuridiksi nasional oleh karena itu kontrak- kontrak internasional

yang terjadi dalam e- commerce mengandung komponen hukum.

8. Perjanjian campuran (Contractus Sui Generis)

Kontrak elektronik merupakan perjanjian campuran, yang

mengandung beberapa unsur KUHPerdatan antara lain:

 Perjanjian jual- beli;

 Perjanjian pembuktian;

 Sewa;

 Kuasa;

 Lisensi.

Ciri- ciri kontrak elektronik (e-contract) adalah sebagai berikut:85

a. Kontrak elektronik dapat terjadi secara jarak jauh, bahkan

melampaui batas- batas negara melalui internet.

b. para pihak dalam kontrak elektronik pada umumnya tidak pernah

bertatap muka (faceless nature), bahkan mungkin tidak akan

pernah.

E- contract menggunakan digital sebagai pengganti kertas. Penggunaan

data digital akan memberikan efisiensi yang sangat besar terutama begi

85
Cita Yustisia Serfiani, op.cit., hlm. 99.

58
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang menjalankan bisnis online melalui jaringan internet. Di dalam e-

contract, para pihak tidak perlu bertatap muka secara langsung bahkan tidak akan

pernah bertemu sama sekali. 86

Jenis e- contract dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 87

a. Kontrak elektronik yang memiliki objek transaksi berupa

barang/jasa yang bersifat fisik atau bersifat nyata, contoh barang

berupa buku, atau jasa les privat. Kontrak jenis ini, para pihak

(penjual dan pembeli) melakukan komunikasi pembuatan kontrak

melalui jaringan internet. Jika telah terjadi kesepakatan, pihak

penjual akan mengirimkan barang/jasa yang dijadikan objek

kontrak secara langsung ke alamat pembeli (Physical delivery).

Jasa les privat dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk kunjungan

guru les privat kerumah konsumen, jadi bukan les privat berbentuk

digital atau yang berbentuk interaksi online.

b. Kontrak elektronik yang memiliki objek transaksi berupa

informasi/jasa non fisik. Pada kontrak jenis ini, para pihak pada

awalnya berkomunikasi melalui jaringan internet untuk kemudian

membuat kontrak secara elektronik. Jika kontrak telah disepakati,

pihak penjual akan mengirimkan informasi/jasa yang dijadikan

objek kontrak melalui jaringan internet (cyber delivery).

Contohnya: kontrak pembelian buku elektronik (e-book), surat

kabar elektronik (e-newspaper), majalah elektronik (e-magazine),

86
Ibid.,hlm 100.
87
Ibid.

59
Universitas Sumatera Utara
atau kontrak untuk mengikuti les privat bahasa Inggris melalui

jaringan internet (e-school).

Menurut Cita Yustisia Serfiani, bentuk kontrak elektronik mencakup: 88

1. Kontrak melalui komunikasi e-mail. Penawaran dan penerimaan

dilakukan melalui e-mail atau dikombinasikan dengan

komunikasi elektronik lainnya misalnya melalui faksimili;

2. Kontrak melalui web yang menawarkan penjualan barang dan jasa

dimana konsumen dapat menerima tawaran dengan cara mengisi

forulir yang terpampang dihalaman website;

3. Kontrak melalui chatting dan video conference.

Adapun bentuk kontrak elektronik yang umum dilakukan dalam transaksi

perdagangan online, yaitu: 89

a) Kontrak melalui elektronik mail adalah suatu kontrak yang dibentuk

secara sah melalui komunikasi email. Penawaran dan penerimaan

dapat dipertukarkan melalui email atau dikombinasi dengan

komunikasi elektronika lainnya, dokumen tertulis atau faks.

b) Suatu kontrak dapat juga dibentuk melalui wesites dan jasa online

lainnya, yaitu suatu website menawarkan penjualan barang dan jasa,

kemudian konsumen dapat menerima penawaran dengan mengisi

suatu formulir yang terpampang pada layar monitor dan

mentransmisikannya.

88
Ibid., hlm. 101.
89
Suwardi, op.cit,hlm. 170.

60
Universitas Sumatera Utara
c) Kontrak yang mencakup direct online transfer dari informasi dan

jasa. Website digunakan sebagai medium of communication dan

sekaligus sebagai medium of exchange.

d) Kontrak yang berisi Electronic Data Interchange (EDI), suatu

pertukaran informasi bisnis melalui secara elektronik melalui

computer milik para mitra dagang (trading partners)

e) Kontrak melalui internet yang disertai dengan lisensi click wrap dan

shrink wrap. Software yang didownload melalui internet lazimnya

dijual dengan suatu lisensi click wrap. Lisensi tersebut mucul pada

monitor pembeli pada saat pertama kali software akan dipasang

(Iinstall) dan calon pembeli ditanya tentang kesediannya menerima

persyaratan lisensi tersebut. Pengguna diberikan alternative “ I

accept” atau “I don’t accept”. Sedangkan shrink wrap lazimnya

merupakan lisensi software yang dikirim dalam suatu bungkusan

(package) misalnya disket atau compact disc.

Kontrak online dalam e- commerce menurut Santiago Cavanillas dan A.

Martinas Nadal, seperti yang dikutip oleh Arsyad Sanusi memiliki banyak tipe

dan variasi berdasarkan sarana yang digunakan untuk membuat kontrak, yaitu: 90

1. Kontrak melalui chatting dan video conference

Chatting dan video conference merupakan alat komunikasi yang

disediakan internet yang biasa digunakan untuk dialog interaktif

secara langsung. Dengan chatting seseorang dapat berkomunikasi

90
Roy Marten Moonti, Pengaruh Internet dan Implikasinya Terhadap Perjanjian Jual Beli,
https://media.neliti.com/media/publications/12520-ID-pengaruh-internet-dan-implikasinya-
terhadap-perjanjian-jual-beli.pdf, diakses pada 14 Juli 2018, Pukul 13.42 WIB.

61
Universitas Sumatera Utara
secara langsung dengan orang langsung dengan orang lain seperti

layaknya telepon, hanya saja komunikasi lewat chatting ini adalah

tulisan atau peryataan yang terbaca pada komputer masing-

masing. Sesuai dengan namanya video conference adalah alat

untuk berbicara dengan beberapa pihak dengan melihat gambar dan

mendengar suara secara langsung pihak yang dihubungi dengan

alat ini. Dengan demikian melakukan kontrak dengan

menggunakan jasa chatting dan video conference ini dapat

dilakukan secara langsung antara beberapa pihak dengan

menggunakan sarana komputer;

2. Kontrak melalui e-mail

E-mail adalah salah satu kontrak online yang sangat populer karena

pengguna e-mail saat ini amat banyak dan mendunia dengan biaya

yang sangat murah dan waktu yang efisien. Untuk memperoleh

alamat e-mail dapat dilakukan dengan cara mendaftarkan diri

kepada penyedia layanan e-mail gratis atau dengan mendaftarkan

diri sebagai subcriber pada server ISP tertentu. Kontrak e-mail

dapat berupa penawaran yang dikirimkan kepada seseorang atau

kepada banyak orang yang te rgabung dalam sebuah mailing list,

serta penerimaan dan pemberitahuan penerimaan yang seharusnya

dikirimkan melalui e-mail. Disamping itu kontrak e-mail dapat

dilakukan dengan penawaran barangnya diberikan melalui situs

web yang memposting penawarannya, sedangkan penerimaannya

dilakukan melalui e-mail.

62
Universitas Sumatera Utara
3. Kontrak melalui web

Kontrak melalui web terjadi dimana pihak e- merchant memiliki

deskripsi produk atau jasa dalam suatu halaman web dan dalam

halaman web tersebut terdapat form pemesanan, sehingga e-

custommer dapat mengisi formulir tersebut secara langsung apabila

barang/ atau jasa yang ditawarkan hendak dibeli oleh e-

custommer.

Dalam perjanjian elektronik, terdapat defenisi perjanjian baku elektronik.

Perjanjian baku merupakan konsep janji tertulis yang disusun tanpa

membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan ke dalam sejumlah tak terbatas

perjanjian yang sifatnya tertentu, yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam

formulir.91

Perjanjian baku mengandung sifat yang banyak menimbulkan kerugian

terhadap konsumen. Perjanjian baku yang banyak terdapat dimasyarakat dapat

dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain: 92

a. Perjanjian baku sepihak, merupakan perjanjian yang isinya ditentukan oleh

pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat adalah

pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi kuat dibandingkan

dengan pihak debitur. Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi misalnya

perjanjian buruh kolektif.

91
Karjono, Perjanjian Lisensi Pengolahan Hak Cipta Program Komputer Transaksi
Elektronik, (Bandung, PT. Alumni, 2012), hlm. 232.
92
Ibid.

63
Universitas Sumatera Utara
b. perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah, merupakan perjanjian baku yang

isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu, misalnya

perjanjian yang mempunyai objek hak atas tanah dan;

c. perjanjian baku yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokat, merupakan

perjanjian yang konsepnya sejak semula disediakan, untuk memenuhi

pemerintahan anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris atau advokat

yang bersangkutan.

Adapun yang dimaksud dengan perjanjian baku adalah suatu perjanjian

yang isinya telah diformulasikan oleh suatu pihak dalam bentuk formulir.

Terdapat beberapa pendapat mengenai kedudukan perjanjian baku itu. Sluijter

berpendapat bahwa perjanjian baku bukan lagi perjanjian. Pelaku usaha sudah

bertindak sebagai pembentuk undang- undang swasta (legio particuliere

wetgever) sebaliknya, Pitlo berpendapat “perjanjian baku itu memang

menlanggar undang- undang tetapi dibutuhkan masyarakat dalam praktik.

Hondius memberi toleransi dengan alasan perjanjian baku merupakan “kebiasaan

(gebruik) dalam perdagangan”. Kemudian Stein memberikan jalan tengan “tetap

ada perjanjian karena fiksi adanya kemauan dan kepercayaan (fictie van wil en

vertrouwen) dengan menerima konsumen telah setuju”. 93

Menurut hukum yang dimaksud, klausula baku adalah “setiap aturan atau

ketentuan dan syarat- syarat yang telah disiapkan dan diterapkan terlebih dahulu

93
Ibid., hlm. 235

64
Universitas Sumatera Utara
secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/ atau

perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.94

Secara sederhana, klausula baku mempunyai ciri berikut:95

a. sebuah klausula dalam suatu perjanjian dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha

yang posisinya relatif lebih kuat dibandingkan konsumen

b. konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi klausula

c. klausula dibuat dalam bentuk tertulis dan massal

d. konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong kebutuhan.

Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat- syarat yang

telah disiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan / atau perjanjian yang mengikat dan

wajib dipenuhi oleh konsumen. Klausula baku sepihak dicantumkan dalam

kwitansi, faktur, bon, perjanjian atau dokumen laindalam transaksi jual beli

dengan tidak boleh merugikan konsumen. 96

D. Pengaturan E- Contract

Menurut Siswanto Sunarso dalam bukunya menjelaskan pengaturan

tentang materi informasi dan transaksi elektronik. Dimana Ia menerangkan bahwa

94
Ibid.
95
Ibid.
96
Ibid.

65
Universitas Sumatera Utara
kontrak elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah. Adapun hal- hal yang

merupakan pengaturan tersebut ialah: 97

1. Merupakan Alat Bukti Hukum Yang Sah

Dalam Bab III UU ITE tentang informasi, dokumen dan tanda tangan

elektronik, pada pasal 5 diatur tentang informasi elektronik dan dokumen

elektronik, yang bunyinya: 98

Pasal 5

1) Informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik dan/ atau hasil


cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah;
2) Informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti
yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia;
3) Informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang di atur
dalam undang- undang ini;
4) Ketentuan mengenai informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a. Surat yang menurut undang- undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis; dan
b. Surat beserta dokumennya yang menurut undang- undang harus
dibuat dalam bentuk akta notariil atau akta yang dibuat oleh
pejabat pembuat akta.

Informasi elektronik sebagai suatu data atau sekumpulan data elektronik

yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya. Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang

dapat dilihat, ditampilkan dan/ atau didengar melalui komputer atau sistem

elektronik yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang

mampu memahaminya. Informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik,


97
Siswanto Sunarso, Op.cit. Hlm. 48.
98
Indonesia (ITE), op.cit., Pasal 5.

66
Universitas Sumatera Utara
termasuk hasil cetaknya adalah sebagai alat bukti hukum, bilamana menggunakan

sistem elektronik.

Yang dimaksud sistem elektronik menurut undang- undang ini, ialah

serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,

mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengolah,

mengumumkan, mengirimkan dan/ atau menyebarkan informasi elektronik.

Bilamana dihubungkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan, bahwa

menurut UU ITE, informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik, dan/ atau

hasil cetaknya baru sah dianggap sebagai alat bukti, apabila dihasilkan dari sistem

elektronik.99

Berdasarkan pengertian ini, informasi elektronik merupakan alat bukti

hukum yang sah. Ketentuan KUHAP tentang pembuktian dalam acara

pemeriksaan biasa, dalam pasal 183 KUHAP dinyatakan bahwa: “Hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar- benar terjadi dan bahwa suatu tindak pidana benar- benar terjadi

dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Sedangkan apa ynag dimaksud dengan alat bukti yang sah, KUHAP

mengatur dalam pasal 184 KUHAP, yakni:

1) Alat bukti yang sah ialah:


 Keterangan saksi;
 Keterangan ahli;
 Surat;
 Petunjuk;

99
Siswanto Sunarso, op.cit.,hlm. 49.

67
Universitas Sumatera Utara
 Keterangan terdakwa.
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Berdasarkan Pasal 5 UU ITE, bahwa informasi elektronik merupakan alat

bukti hukum yang sah meliputi informasi elektronik dan/ atau dokumen

elektronik, dan/ atau hasil cetaknya; ketentuan ini, merupakan perluasan dari alat

bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. Bagaimana

dengan informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik apabila menggunakan

sistem elektronik dan dianggap sah, akan diatur sesuai ketentuan dalam undang-

undang ini. 100

Ketentuan diatas dapat kekecualian, bahwa ketentuan mengenai informasi

dan/ atau dokumen elektronik tidak berlaku untuk surat yang menurut undang-

undang harus dibuat dalam bentuk tertulis, dan surat beserta dokumennya yang

menurut undang- undang harus dibuat dalam bentuk akta notariil atau akta yang

dibuat oleh pejabat pembuat akta. Demikian pula, dalam hal terdapat ketentuan

lain, dalam pasal 6, yang mensyaratkan suatu informasi harus berbentuk tertulis

atau asli maka informasi elektronik dan/ atau dokumen elktronik dianggap sah,

sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan,

dijamin keutuhannya dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga menerangkan

suatu keadaan.

Dalam penjelasan dalam pasal 6 UU ITE, dijelaskan bahwa selama ini

bentuk tertulis identik dengan informasi dan/ atau dokumen yang tertuang di atas

kkertas semata, padahal pada hakikatnya informasi dan/ atau dokumen dapat

dituangkan dalam media apa saja, termasuk media elektronik. Dalam lingkup

100
Ibid. hlm. 50.

68
Universitas Sumatera Utara
sistem elektronik, informasi yang asli dengan salinannya tidak relevan lagi untuk

dibedakan, sebab sistem elektronik pada dasarnya beroperasi dengan cara

penggandaan yang mengakibatkan informasi yang asli tidak dapat dibedakan lagi

dari salinannya.

Setiap orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau

menolak orang lain menurut pasal 7, berdasarkan adanya informasi elektronik,

dan/ atau dokumen elektronik harus memastikan bahwa informasi elektronik dan/

atau dokumen elektronik yang ada padanya berasal dari sistem elektronik yang

memenuhi syarat berdasarkan peraturan perundang- undangan. Dalam penjelasan

pasal 7 UU ITE dijelaskan bahwa ketentuan ini, dimaksudkan bahwa suatu

informasi elektronik dan/ atau dokumen elektronik dapat digunakan sebagai

alasan timbulnya suatu hak.

2. Sertifikasi Elektronik dan Sistem Elektronik

Penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan sistem elektronik diatur dalam

Bab IV Pasal 13 tentang penyelenggaraan sertifikasi elektronik, yaitu: 101

1) Setiap orang berhak menggunakan jasa penyelenggaraan sertifikasi

elektronik untuk pembuatan tanda tangan elektronik;

2) Penyelenggaraan sertifikasi elektronik harus memastikan

keterkaitan suatu tanda tangan elektronik dengan pemiliknya;

3) Penyelenggaraan sertifikasi elektronik terdiri atas:

a. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik Indonesia; dan

b. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik asing.

101
Indonesia (ITE), op.cit., Pasal 13.

69
Universitas Sumatera Utara
4) Penyelenggaraan sertifikasi elektronik Indonesia berbadan hukum

Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

5) Penyelenggaraan sertifikasi elektronik asing yang beroperasi

beroperasi di Indonesia harus terdaftar di Indonesia.

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara sertifikasi

elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 10 yang dimaksud dengan

penyelenggara sertifikasi elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai

pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit keandalan dalam

transaksi elektronik. Penyelenggara sertifikasi elektronik adalah setiap orang

berhak menggunakan jasa sertifikasi elektronik untuk pembuatan tanda tangan

elektronik. Lembaga sertifikasi keandalan sebagaimana yang dimaksud dalam

pasal 1 angka 11, adalah lembaga independen yang dibentuk oleh profesional

yang diakui, disahkan dan diawasi oleh pemerintah dengan kewenangan

mengaudit, dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam transaksi elektronik.

Fungsi penyelenggara sertifikasi elektronik harus memastikan keterkaitan

suatu tanda tangan elektronik dengan pemiliknya. Penyelenggara sertifikasi

elektronik ini, meliputi penyelenggara sertifikasi elektronik Indonesia dan asing,

serta harus berbadan hukum Indonesia dan berdomisili di Indonesia. Sedangkan

penyelenggara sertifikasi elektronik asing yang beroperasi di Indonesia harus

terdaftar di Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggara sertifikat

elektronik diatur dengan Peraturan Pemerintah.

70
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggara sertifikasi elektronik harus menyediakan informasi yang

akurat, jelas, dan pasti, kepada setiap jasa, (Pasal 14 UU ITE) meliputi: 102

a. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi penandatangan;

b. Hal yang dapat digunakan untuk mengetahui data diri pembuat

tanda tangan elektronik;

c. Hal yang dapat digunakan untuk menunjukkan keberlakuan dan

keamanan elektronik

Apa yang dimaksud penanda tangan, dalam pasal 1 angka 13 adalah

subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan tanda tangan elektronik.

Dalam penjelasan pasal 14 UU ITE, dijelaskan bahwa informasi sebagaimana

dimaksud dalam pasal ini, adalah informasi yang minimum harus dipenuhi oleh

setiap penyelenggara tanda tangan elektronik.

Setiap penyelenggara sistem elektronik sesuai pasal 15, harus

menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung

jawab terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya,

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan sistem elektroniknya. Ketentuan

ini, tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa,

kesalahan, dan atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik. Yang dimaksud

dengan sistem elektronik (pasal 1 angka 5 UU ITE) adalah serangkaian perangkat

dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan,

mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,

mengirimkan, dan/ atau menyebarkan informasi elektronik.

102
Ibid., Pasal 14.

71
Universitas Sumatera Utara
Pengertian andal dalam peyelenggaraan sistem elektronik ini (penjelasan

pasal 15 ayat 1 UU ITE) artinya sistem elektronik memiliki kemampuan yang

sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Pengertian aman artinya sistem elektronik

terlindungi secara fisik dan non fisik. Sedangkan beroperasi sebagaimana

mestinya artinya sistem elektronik memiliki kemampuan sesuai dengan

spesifikasinya. Pengertian bertanggung jawab (penjelasan pasal 15 ayat 2) artinya

subjek hukum yang bertanggung jawab secara hukum terhadap penyelenggaraan

sistem elektronik tersebut.

Sepanjang tidak ditentukan lain dengan undang- undang tersendiri setiap

penyelenggara sistem elektronik wajib mengoperasikan sistem elektronik yang

memenuhi persyaratan minimum, dimana ketentuan lebih lanjut diatur dengan

peraturan pemerintah. Persyaratan minimum tersebut (pasal 16 ayat 1 UU ITE)

sebagai berikut:103

a. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan/ atau

dokumen elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang

ditetapkan dengan peraturan perundang- undangan;

b. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan,

kerahasiaan, dan keteraksesan informasi elektronik dalam

penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;

c. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam

penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;

d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan

dengan bahasa, informasi, atau simbol, yang dapat dipahami oleh

103
Ibid., Pasal 16.

72
Universitas Sumatera Utara
pihak yang bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem

elektronik tersebut;

e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga

kebaharuan, kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau

petunjuk.

Pengaturan tentang kontrak elektronik (e- contract) dituangkan dalam

Pasal 1 angka 17 UU ITE, yaitu “kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak

yang dibuat melalui sistem elektronik. 104 Dalam bab V UU ITE juga mencakup

pengaturan mengenai kontrak elektronik, dimana kontrak elektronik dikategorikan

sebagai suatu transaksi elektronik, yakni termuat dalam Pasal 18, 19, 20.

Pasal 18 UU ITE yang berbunyi: 105

1. Transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik

mengikat para pihak;

2. Para pihak memilih kewenangan untuk memilih hukum yang

berlaku bagi transaksi elektronik internasional yang dibuatnya;

3. Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi

Elektronik Internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada

asas Hukum Perdata Internasional;

4. Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum

pengadilan arbitrase atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif

lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul

104
Ibid., Pasal 17.
105
Ibid., Pasal 18.

73
Universitas Sumatera Utara
dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata

Internasional.

Pasal 19 UU ITE berbunyi: 106

“Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik harus menggunakan


Sistem Elektronik yang disepakati.”

Pasal 20 UU ITE berbunyi: 107

1. kecuali ditentukan lain oleh para pihak, Transaksi Elektronik terjadi pada

saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan

disetujui penerima;

2. persetujuan atas penawaran Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara

elekktronik.

Kontrak elektronik sebagaimana kontrak konvensional, juga memiliki

kekuatan hukum layaknya Undang- Undang bagi para pihak yang membuatnya

(Pasal 1338 KUHPerdata).108

Adapun dasar hukum yang mengatur tentang kontrak elektronik adalah

sebagai berikut:

1. Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang merupakan perubahan atas

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik;

106
Ibid., Pasal 19.
107
Ibid., Pasal 20.
108
Cita Yustisia Serfiani, op.cit., hlm. 103.

74
Universitas Sumatera Utara
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik;

3. Buku III Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUHPerdata;

4. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen;

5. Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam bab ini, dapat ditarik

kesimpulan bahwa E- contract diartikan sebagai kontrak yang terdapat di dunia

maya dan ditunjukkan dengan adanya dukungan sarana elektronik dan bukan

dalam bentuk tertulis dan adapun pengaturan tentang kontrak elektronik (e-

contract) dituangkan dalam Pasal 1 angka 17 UU ITE, yaitu kontrak elektronik

adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.

Pengaturan mengenai kontrak elektronik mencakup Undang- Undang

Nomor 19 Tahun 2016 yang merupakan perubahan atas Undang- Undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik; Buku III Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864

KUHPerdata; Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen; Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa.

75
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

ASPEK HUKUM KONTRAK ANTARA DEBITUR DENGAN KREDITUR

DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI

INFORMASI

A. Prosedur pinjam meminjam berbasis teknologi informasi

Pada transaksi pinjam meminjam berbasis teknologi informasi terdapat

aplikasi TunaiKita yang merupakan aplikasi dari PT. Digital Tunai Kita, aplikasi

Go Rupiah dari PT. Fin InTech dan aplikasi My Home Credit Indonesia dari PT.

Home Credit Indonesia.

Dalam Bab IV POJK LPMUBTI tentang Perjanjian Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi dalam Pasal 20 dijelaskan mengenai

perjanjian pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman, yaitu: 109

(1) Perjanjian pemberian pinjaman antara Pemberi Pinjaman dengan Penerima


Pinjamandituangkan dalam Dokumen Elektronik.
(2) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib paling sedikit
memuat:
a. nomor perjanjian;
b. tanggal perjanjian;
c. identitas para pihak;
d. ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak;
e. jumlah pinjaman;
f. suku bunga pinjaman;
g. nilai angsuran;
h. jangka waktu;
i. objek jaminan (jika ada);
j. rincian biaya terkait;
k. ketentuan mengenai denda(jika ada); dan
l. mekanisme penyelesaian sengketa.
(3) Penyelenggara wajib menyediakan akses informasi kepada Penerima Pinjaman
atas posisi pinjaman yang diterima.

109
Indonesia (POJK LPMUBTI), op.cit., Pasal 20.

76
76
Universitas Sumatera Utara
(4) Akses informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk
informasi terkait identitas Pemberi Pinjaman.

Adapun mekanisme perjanjian pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi adalah sebagai berikut:110

1. Pendaftaran

a) Mendownload aplikasi pinjam meminjam. (Contoh: Credivo, UangTeman,

Tunaiku, GoRupiah, TunaiKita, Amartha.com, Home Credit dll)

b) Melakukan pendaftaran di aplikasi pinjam meminjam uang

c) Mengisi data diri dan memfoto KTP serta mencantumkan nomor rekening

yang akan dikirimkan uang

d) Mengklik nominal uang/ barang yang ingin dipinjamkan

e) Lalu setelah transaksi dilaksanakan akan masuk pemberitahuan melalui

SMS ke nomor handphone debitur bahwa uang telah dikirim ke nomor

rekening debitur tersebut.

B. Hubungan Kontraktual dalam Pelaksanaan Pinjam Meminjam Berbasis

Teknologi Informasi

Dalam suatu kontrak, saat terpenuhinya syarat- syarat perjanjian maka

kreditur dan debitur akan memiliki hubungan kontraktual atas perbuatan hukum

yang mereka laksanakan. Hal ini berkaitan dengan akibat hukum yaitu hak dan

kewajiban kreditur serta debitur dalam perjanjian pinjam meminjam berbasis

teknologi informasi.

110
Berdasarkan hasil wawancara dengan Evan Tamaro Arianda Munthe, di Jalan Pasar 1
Setia Budi, 29 Juni 2018

77
Universitas Sumatera Utara
Transaksi elektronik adalah suatu bentuk perikatan dalam pengertiannya

disebut hubungan hukum yang terjadi karena adanya perjanjian, karena hubungan

hukum tersebut mengikat suatu kewajiban- kewajiban yang timbul dari adanya

perikatan itu makadapat dipaksakan secara hukum, jadi suatu perjanjian yang

tidak mengikat atau tidak dipaksakan adalah bukan suatu perikatan. Oleh karena

itu, perjanjian menimbulkan dan berisi ketentuan- ketentuan hak dan kewajiban

antara 2 (dua) pihak, atau dapat dikatakan perjanjian berisi perikatan. 111

Berkembangnya e- commerce yang merupakan bentuk dari perdagangan

dunia maya yang dilakukan berdasarkan proses dan transmisi data secara

elektronik melalui media internet (Interconnection Networking) dibangun atas

dasar nilai kejujuran dan kepercayaan sebagaimana dimaksud pada alinea di atas.

Dalam Longman Dictionary, “Internet is a computer system that allows millions

of computer users araound the world to exchange information”.112

Para pihak dalam membuat kontrak harus sama- sama memberikan dan

meminta dipenuhinya hak dan kewajibannya pada pihak yang lain, sehingga

didapatkan pemenuhan kebutuhan. Perjanjian dapat menimbulkan adanya

perikatan di antara kedua belah pihak. Perjanjian yang mengakibatkan adanya

perikatan di antara kedua belah pihak yang membuat dan menyetujuinya memuat

asas- asas yang telah disebutkan pada skripsi ini di bab sebelumnya.

Transaksi elektronik dikatakan sebagai suatu perbuatan hukum

dikarenakan oleh adanya hubungan hukum diantara para pihak yang mengikatkan

111
J. Satrio, op.cit. hlm. 3.
112
Randolph Quirk and Della Summer, Longman Dictionary of Contemporary English
(International Student Edition), Longman Corpus Network., BNC, hlm. 746.

78
Universitas Sumatera Utara
dirinya dalam suatu kontrak/ perjanjian. Sama halnya dengan transaksi dagang

secara konvensional, transaksi elektronik atau e- commerce terjadi karena adanya

kesepakatan yang dituangkan dalam suatu kontrak/ perjanjian secara elektronik

dan pada akhirnya mengikat para pihak untuk memenuhi semua prestasi yang

telah disepakati. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam UU ITE

Pasal 18 bahwa transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik

mengikat para pihak.

Proses transaksi elektronik antara konsumen dan pelaku usaha terjadi pada

saat penawaran transaksi yang dikirim oleh pelaku usaha telah diterima dan

disetujui oleh konsumen, sedangkan bukti kesepakatan atau persetujuan

penawaran yang dikirim konsumen haruslah dilakukan dengan adanya pernyataan

penerimaan secara elektronik. Pernyataan inilah yang menjadi suatu kontrak

elektronik dalam transaksi elektronik.

Dalam perjanjian yang sebagaimana disepakati debitur dalam suatu

aplikasi pinjam meminjam berbasis teknologi informasi terdapat ruang lingkup

perjanjian yaitu:113

1. Pihak Kedua sepakat untuk memberikan Data Pribadi Pihak Kedua kepada dan

mengizinkan Pihak Pertama untuk mengumpulkan, menggunakan, serta

menyimpan Data Pribadi Pihak Kedua untuk keperluan verifikasi calon penerima

pinjaman;

2. pihak pertama sepakat untuk menerima dan akan mengumpulkan,

menggunakan, menyimpan serta menjaga kerahasiaan Data Pribadi Pihak Kedua

113
Berdasarkan Lampiran 1.

79
Universitas Sumatera Utara
guna melakukan verifikasi identitas Pihak Kedua sebagai calon penerima

pinjaman.

Dalam hubungan kontraktual antara pihak kreditur (pihak pertama: yaitu

Penyelenggara) dan debitur (pihak kedua) antara lain:

1. PERNYATAAN DAN JAMINAN PIHAK DEBITUR

1. Pihak Kedua menyatakan dan menjamin:

a) terkait dengan kapasitasnya mengikatkan diri dalam Perjanjian:

- Bahwa Pihak Kedua adalah perusahaan yang didirikian berdasarkan hukum

Indonesia yang telah mendapatkan izin usaha sebagaimana dipersyaratkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akan menjaga keberlakuan izin

usaha tersebut sampai dengan berakhirnya Perjanjian; atau

- Bahwa Pihak Kedua adalah warga negara Indonesia yang cakap hukum serta

mampu bertindak untuk dan atas namanya sendiri berdasarkan hukum Indonesia.

b) Pihak Kedua telah mendapatkan persetujuan rapat umum pemegang saham

untuk menandatangani Perjanjian;

c) Pihak Kedua merupakan pemilik Data Pribadi dan berhak mengungkapkan

Data Pribadi Pihak Kedua kepada Pihak Pertama;

d) Pihak Kedua adalah satu-satunya pihak yang dapat menggunakan akun Tunai

Kita milik Pihak Kedua;

e) Pihak Kedua akan menjaga kerahasiaan kata sandi Akun Tunai Kita milik

Pihak Kedua;

80
Universitas Sumatera Utara
f) Pihak Kedua bertanggung jawab sendiri untuk semua tindakan dan pernyataan

yang dibuat dengan menggunakan Akun Tunai Kita dan kata sandi Akun Tunai

milik Pihak Kedua;

g) Pihak Kedua memberikan Data Pribadi yang akurat, benar, valid, terkini dan

lengkap sesuai dengan persyaratan pendaftaran Akun Tunai Kita;

h) Pihak Kedua menaati semua instruksi, syarat dan ketentuan yang berlaku pada

saat mengajukan permohonan melalui Website Pihak Pertama;

i) Pihak Kedua tidak akan mengajukan permohonan ganti nama asli untuk tujuan

apa pun yang melanggar hukum atau dilarang oleh Perjanjian ini. Pihak Kedua

tidak akan menggunakan Layanan Real Name Verification dengan cara apapun

yang dapat merusak, melumpuhkan, mengganggu atau menyebabkan kerusakan

ke website lain atau Website Pihak Pertama atau mengganggu penggunaan

aplikasi pembuktian keaslian nama sebenarnya di Akun Tunai Kita; dan

j) Pihak Kedua tidak akan memperoleh atau berusaha memperoleh informasi

selain yang disediakan pada Website Pihak Pertama terkait Layanan Pihak

Pertama, dengan cara melanggar hukum atau Perjanjian ini.

2. PERNYATAAN DAN JAMINAN KREDITUR

Pihak Pertama menjamin dan menyatakan bahwa:

a) Pihak Pertama telah memiliki izin dari OJK dan otoritas terkait lainnya;

b) Dengan tetap tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, Pihak Pertama akan menjaga kerahasian Data Pribadi Pihak Kedua dalam

sistem elektronik Pihak Pertama; dan;

81
Universitas Sumatera Utara
c) Pihak Pertama akan menggunakan Data Pribadi Pihak Kedua untuk

kepentingan permohonan pinjaman dan pemutakhiran Layanan Pihak Pertama

kepada Pihak Kedua.

Pihak Kedua wajib melindungi, mengganti rugi dan membebaskan Pihak

Pertama dari dan terhadap segala klaim, kerugian, pertanggungjawaban, tuntutan,

gugatan serta putusan (termasuk biaya hukum) yang timbul karena adanya:

a) Kerugian Pihak Ketiga;

b) Penyalahgunaan Data Pribadi oleh pihak selain Pihak Pertama;

c) Penggunaan Akun Tunai Kita oleh Pihak Kedua;

d) Penggunaan dana pinjaman oleh Pihak Kedua;

e) Pengungkapan Kata Sandi kepada Pihak Ketiga yang dilakukan bukan

oleh Pihak Pertama;

f) Tautan terhadap Website selain Website Pihak Pertama;

g) Masalah yang terdapat pada sistem bank yang digunakan dan dipilih

Pihak Kedua;

h) Masalah jaringan operasi terkait koneksi bank atau faktor Keadaan

Kahar lainnya;

i) Penggunaan atau kegagalan Pihak Kedua dalam menggunakan Layanan

Pihak Pertama;

j) Biaya dan kerugian karena pembelian atau pengambilalihan barang,

sampel, data, informasi atau transaksi yang sah oleh Pihak Kedua melalui

Layanan Pihak Pertama;

k) Kesalahpahaman Pihak Kedua atas Layanan Pihak Pertama;

82
Universitas Sumatera Utara
l) Kerugian lain yang timbul dari Layanan Pihak Pertama yang tidak

disebabkan oleh Pihak Pertama;

m) Setiap kerusakan yang disebabkan oleh serangan peretas, gangguan

atau serangan virus pada komputer, penyesuaian teknis di sektor telekomunikasi,

penutupan sementara karena peraturan pemerintah, dan kerusakan lainnya yang

bukan merupakan kesalahan informasi yang telah diotentikasi Pihak Pertama

bocor, hilang, dicuri atau dirusak;

n) Segala risiko yang timbul akibat devaluasi mata uang;

o) Tidak terpenuhinya faktor validitas, akurasi, ketepatan, keandalan,

kualitas, stabilitas, kelengkapan atau ketepatan waktu dari informasi dan teknologi

pada Layanan Pihak Pertama.

Dalam pinjam meminjam berbasis teknologi informasi bukan hanya

sebatas pinjam meminjam uang. Kini telah dihadirkan pinjam meminjam barang

berbasis teknologi informasi. Ibu Christina Hakim, selaku debitur (peminjam)

suatu barang berbasis teknologi mengaku bahwa dirinya meminjam sebuah

handphone yang dipinjam dari PT. Home Credit Indonesia yang merupakan

penyelenggara daripada aplikasi Home Credit Indonesia.114

Dalam perjanjian pinjam meminjam tersebut, terdapat lampiran

perjanjian pembiayaan multiguna. Adapun isi lampiran tersebut mencakup syarat

dan ketentuan umum, aplikasi pembiayaan, penggunaan pembiayaan hanya untuk

penggunaan tertentu, pengakuan utang, penyerahan barang/ jasa, bunga, angsuran

dan biaya- biaya lain, pelunasan lebih awal , produk tambahan, pembiayaan dan

persetujuan di masa mendatang, cidera janji, dan lain- lain.

114
Berdasarkan hasil wawancara dengan Christina Hakim, di Jalan Asam Kumbang
Medan, 30 Juni 2018

83
Universitas Sumatera Utara
Dalam peminjaman handphone tersebut, terdapat penegasan

kembali terhadap peminjaman handphone yaitu mengenai debitur dilarang untuk

memindahtangankan barang, menggunakan data identitas orang lain,

menggadaikan, menjaminkan atau menjual barang, menerima uang sebagai ganti

barang, selain itu kreditur akan melakukan pengecekan atas keberadaan barang,

dan debitur bertanggungjawab secara pribadi untuk membayar angsuran serta

bunga wlaupun barang hilang, rusak atau terjadi kegagalan dipihak penjual.

Dalam hal untuk melakukan pembayaran dapat dilakukan dengan cara

melalui ATM atau melalui kasir indomaret/ alfa mart/ alfa midi/ alfa express/

lawson/ dandan/ pos Indonesia.

Bapak Evan Munthe selaku debitur dalam pinjam meminjam uang

berbasis teknologi informasi dalam layanan TunaiKita dan GoRupiah. Bapak

Evan mengaku bahwa setelah ia mendaftarkan dirinya dalam layanan TunaiKita

dan ia mendapati adanya perjanjian yang berisi syarat dan ketentuan dalam

kontrak tersebut yang dikirimkan ke email beliau. Bapak Evan meminjam uang

dengan layanan GoRupiah dan meminjam uang sebesar Rp. 1.000.000,00, ia

langsung menerima sms dan uang pinjamannya direkeningnya namun menurut

pengakuan saudara Evan saat ia melakukan pinjaman tersebut tidak menerima

uang pinjaman sebesar Rp. 1.000.000,00 direkeningnya, melainkan ia menerima

uang sebesar Rp. 800.000,00. Meskipun ia mengklik nominal sebesar RP.

1000.000,00, namun uang yang dikirimkan hanyalah Rp. 800.000,00 dalam

peminjaman pertama. Dan dalam pelunasan hutang, saudara Evan membayar

sebesar Rp. 1.180.000,00. Lalu saat melakukan transaksi peminjaman yang kedua

dan seterusnya, saudara Evan tetap mengklik nominal pinjaman uang sebesar

84
Universitas Sumatera Utara
Rp.1.000.000,00 dan menerima uang sebesar Rp. 900.000,00 direkeningnya. Ia

mengaku untuk peminjaman setelah itu selalu dikirimkan Rp. 900.000,00 setiap

mengklik nominal Rp. 1.000.000,00, dan dengan bayaran pelunasan yang sama

yaitu Rp. 1.180.000,00.115

Dan setelah transaksi itu dilakukan, Evan mengaku bahwa dirinya tidak

pernah bertatap wajah terhadap kreditur. Selain itu juga saudara Evan mengakui

bahwa transaksi mereka berjalan semata- mata karena berdasarkan kepercayaan

yang ada karena saudara Evan tidak pernah sekalipun melakukan tanda tangan

pada secarik kertas apapun selama transaksi itu berlangsung.

Hal tersebut membuktikan bahwa dalam kasus Ibu Christina memiliki

adanya perangkat keras (kontrak baku) yang nyata selain dari layar handphone

atau gadget yang digunakan untuk transaksi pinjam meminjam dalam transaksi

elektronik. Sedangkan dalam kasus Bapak Evan benar- benar sepenuhnya

dilaksanakan dalam bentuk transaksi elektronik tanpa adanya alat bukti yang

nyata.

C. keabsahan kontrak elektronik dalam pinjam meminjam berbasis

teknologi informasi

Keabsahan kontrak elektronik (e-contract) jelas merupakan perkembangan

baru dalam jenis kontrak yang modern sehingga membutuhkan pengaturan yang

tepat dan berdasar hukum jelas. Karena sistem transaksi perdagangan yang semula

berbasis kertas bergeser ke sistem transaksi yang berbasis non kertas (digital).

Kehadiran teknologi informasi sekarang ini sedikitnya membawa dua implikasi.

Implikasi tersebut berdampak di sektor ekonomi dan sektor hukum. Di sektor

115
Berdasarkan hasil wawancara dengan Evan Tamaro Arianda Munthe, di Jalan Pasar 1
Setia Budi, 29 Juni 2018

85
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, kehadiran internet cenderung membawa iklim yang makin transparan,

efektif dan efisien. Di lain pihak, kehadiran internet pada sektor hukum

memunculkan berbagai persoalan yang mendasar. Salah satu persoalan hukum

tersebut adala berkaitan dengan hukum kontrak. Sampai saat ini diakui bahwa

aturan hukum kontrak konvensional belum mampu menjangkau sepenuhnya

secara elektronik. 116

Pada pasal 1 angka 17 UU ITE memberikan pengakuan kontrak elektronik

ini merupakan perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.

Disebutkan serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi

mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,

menampilakan, mengumumkan, mengirimkan dan/ atau menyebarkan informasi

elektronik.

Dalam keabsahan kontrak elektronik pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi dapat dilihat pada Pasal 11 UU ITE, yaitu:117

1) Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum

yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Data pembuat tanda tangan elektronik terkait hanya pada saat

proses penanda tangan;

b. Data pembuat tanda tangan elektronik pada saat proses

penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa penanda

tangan;

116
Ridwan Khairandy, Pembaharuan Hukum Kontrak sebagai Antisipasi Transaksi
Elektronik Commerce (Yogyakarta: Artikel Jurnal Hukum UII, 2001), hlm. 43
117
Indonesia (ITE), op.cit.,Pasal 11.

86
Universitas Sumatera Utara
c. Segala perubahan terhadap tanda tangan elektronik yang terjadi

setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;

d. Segala perubahan terhadap informasi elektronik yang terkait

dengan tanda tangan elektronik tersebut setelah waktu

penandatanganan dapat diketahui;

e. Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa

penandatangannya;

f. Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa penandatangan

telah memberikan persetujuan terhadap informasi elektronik yang

terkait.

2) Ketentuan lebih lanjut tentang tanda tangan elektronik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

D. Penyelesaian sengketa dalam kontrak pinjam meminjam berbasis

teknologi informasi

Transaksi e- commerce di dunia nyata memungkinkan terjadi sengketa

seperti halnya sengketa yang terjadi dalam suatu hubungan hukum yang dilakukan

secara konvensional. Semakin banyak dan luas kegiatan perdagangan maka

frekuensi terjadinya sengketa semakin tinggi, hal ini berarti akan semakin banyak

sengketa yang harus diselesaikan. Sengketa ini dapat terjadi karena adanya

wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum. 118

Menurut penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga internasional,

telah banyak kasus yang merugikan konsumen sebagai akibat dari penggunaan

Rahadi Wasi Bintoro, “Tuntutan Hak Dalam Persidangan Perkara Perdata”, Jurnal
118

Dinamika Hukum, Vol. 10 No. 2, Mei 2010, Purwokerto. hlm. 156.

87
Universitas Sumatera Utara
media internet dalam transaksi perdagangan. Satu dari setiap sepuluh kasus

pengiriman barang dapat dipastikan terlambat atau tidak sampai kepada

konsumen.119

Sekalipun pengguna internet dalam transaksi bisnis menjanjikan berbagai

kemudahan tidak berarti e- commerce sebagai suatu sistem perdagangan bebas

dari permasalahan, karena bagaimanapun majunya suatu teknologi tetap akan

menyisakan berbagai permasalahan, khususnya bagi negara yang belum mampu

sepenuhnya menguasai teknlogi tersebut, seperti Indonesia. 120 Jika biasanya

kebanyakan kasus e- commerce pihak konsumen rentan terhadap kerugian,

namun dalam kontrak perjanjian pinjam meminjam uang berbasis teknologi, justru

lebih beresiko terhadap kreditur untuk mengalami kerugian dalam transaksi e-

commerce.

Kompleksitas transaksi perdagangan dengan mempergunakan internet

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: tidak bertemunya pihak penjual dan

pembeli secara fisik, tempat kediaman para pihak saling berjauhan, sistem hukum

yang berbeda antara para pihak. Kondisi ini tentunya berpotensi menimbulkan

berbagai permasalahan yang memerlukan penyelesaian secara tepat. Oleh karena

itu, masalah penyelesaian sengketa yang efektif dan efisien dalam transaksi e-

commerce merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai dalam upaya

menciptakan iklim perdagangan yang kondusif. 121

119
M. Arsyad Sanusi, “Transaksi Bisnis dalam E- Commerce; Studi Tentang
Permasalahan Hukum dan Solusinya”, dalam Jurnal Hukum Ius Quia Iustum No. 16 Vol. 8, 2001.
120
Dikdik M. Arief Mansur, op.cit, hlm. 167.
121
Ibid.

88
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, ada beberapa bentuk mekanisme yang dikenal dalam sisem

penyelesaian sengketa, yaitu melalui Proses Ajudikasi (adjudicative process),

yang meliputi peradilan dan arbitrase serta proses konsensus (consensus process),

seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi.

Sekalipun bentuk mekanisme penyelesaian sengketa (ADR) banyak

macamnya, tetapi diupayakan agar mekanisme penyelesaian yang dipilih adalah

sistem penyelesaian yang efektif, adil, tidak menyita waktu serta biaya yang

murah. Sebagaimana dinyatakan dalam Guidelines for Consumer Protection in the

Context of Electronic Commerce, yang dikeluarkan oleh Organisation for

Economic Co- Operation and Development (OECD):

“Business, consume representative and governments should work together

to continue to provide consumers with the option of alternative dispute resolution

mechanism that provide effective resolution of the dispute in a fair and timely

manner and without undue cost or burden to the consumer.”

Dalam perjanjian yang dilaksanakan melalui aplikasi pinjam meminjam

uang TunaiKita menyebutkan: “Setiap sengketa yang timbul dari atau sehubungan

dengan Perjanjian dan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat oleh

Para Pihak dalam jangka waktu tiga puluh (30) hari setelah pemberitahuan

sengketa pertama kali akan di selesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) dan tunduk pada prosedur BANI Rules yang berlaku pada saat

permohonan arbitrase didaftarkan.”

Pada dasarnya, ODR (Online Dispute Resolution) sama seperti

penyelesaian sengketa konvensional lainnya, perbedaannya terletak pada

89
Universitas Sumatera Utara
medianya yang menggunakan media Internet (International Network). ODR

termasuk ke dalam ADR, dimana ADR memiliki 3 (tiga) tipe penyelesaian

sengketa, yaitu negosiasi, mediasi dan arbitrase. 122

Pada kontrak yang dilaksanakan Ibu Christina dijelaskan bahwa jika

terjadinya suatu perselisihan sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini, para

pihak sepakat memilih domisili hukum yang tetap dikantor Panitera Negeri

Jakarta Selatan. Meskipun demikian, konsumen dengan ini mengakui dan

menyetujui bahwa kreditur berhak untuk mengajukan gugatan terhadap konsumen

di setiap pengadilan negeri lainnya yang memiliki yurisdiksi atau kewenangan

atas konsumen dan aset konsumen.

E. berakhirnya perjanjian pinjam meminjam dalam e- contract

Berakhirnya perjanjian sama dengan hapusnya perikatan dalam Perdata

yang terdapat dalam Pasal 1381 KUHPerdata yang berisi:

Perikatan- perikatan hapus:

1. Karena pembayaran;

2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan

atau penitipan;

3. Karena pembaharuan utang;

4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

5. Karena percampuran utang;

6. Karena pembebasan utangnya;

122
Paustinus Siburian, 2004, Arbitrase Online Alternatif Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Secara Elektronik, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2004) hlm. 110.

90
Universitas Sumatera Utara
7. Karena musnahnya barang yang terutang;

8. Karena kebatalan atau pembatalan;

9. Karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab ke

satu buku ini;

10. Karena lewatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab

tersendiri.

Berakhirnya perjanjian pinjam meminjam berbasis teknologi informasi ini

apabila sudah dibayar oleh debitur kepada kreditur yang merupakan perusahaan

daripada aplikasi pinjam meminjam uang. Dalam pelaksanannya akan

menggunakan buku tabungan atau ATM sebagai alat pembayaran dimana debitur

mentransfer uang angsuran sesuai nominal terhadap pihak perusahaan.

Dalam perjanjian pinjam meminjam berbasis terknologi informasi,

berakhirnya perjanjian juga disebutkan dalam perjanjian pada aplikasi TunaiKita.

Yaitu:

1. Pihak Pertama dapat secara sepihak mengakhiri Perjanjian lebih awal

dengan pemberitahuan tiga (3) hari sebelumnya apabila Pihak Kedua

melanggar syarat dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Perjanjian;

2. Dalam hal Pihak Pertama mengakhiri Perjanjian lebih awal sebagaimana

dimaksud dalam poin di atas, Pihak Pertama berhak menangguhkan atau

menghentikan Layanan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua baik sebagian

atau seluruhnya;

3. Dalam hal pengakhiran Perjanjian, Para Pihak sepakat mengesampingkan

ketentuan Pasal 1266 Kitab UndangUndang Hukum Perdata.

91
Universitas Sumatera Utara
Ibu Christina dan Bapak Evan menyatakan bahwa berakhirnya perjanjian

pinjam meminjam mereka berakhir karena telah terlaksananya kewajiban mereka

dalam pembayaran utang tersebut.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam bab ini, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kontrak baku antara debitur dan kreditur dalam perjanjian

pinjam meminjam berbasis teknologi informasi yang dibuat oleh PT. Home Credit

Indonesia, dan PT. Digital Tunai Kita telah memenuhi syarat, namun pada PT.

InFin Tech belum memenuhi syarat karena tidak adanya kontrak baku yang

dilaksanakan antara kreditur dan debitur. Namun dalam pemenuhan syarat

perjanjian dalam Pasal 1320 serta perlindungan konsumen pada PT. Home Credit

Indonesia, PT. Digital Tunai Kita dan PT. InFin Tech sudah terpenuhi. Dalam

pelaksanaannya, debitur dapat mempercayai PT. InFin Tech karena adanya unsur

kepercayaan bahwasannya aplikasi pinjam meminjam berbasis teknologi

informasi yang digunakan sudah dilindungi oleh OJK dan adanya data pribadi atas

debitur itu sendiri sehingga debitur meskipun tanpa adanya kontrak baku tetapi

tetap mempercayai aplikasi Go Rupiah dalam transaksi pinjam meminjam.

92
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah membahas permasalahan yang berkenaan dengan aspek hukum

kontrak debitur dengan kreditur dalam perjanjian pinjam meminjam berbasis

teknologi informasi, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan e- commerce dapat dibagi kebeberapa era. Era Pertama

yaitu era komputerisasi dimana perusahaan memanfaatkannya untuk

pengolahan data karena lebih efisien dan praktis dalam pelaksanaannya.

Era kedua adalah era teknologi informasi dimana suatu komputer

digunakan untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan dibidang

pelayanan atau jasa. Era ketiga yaitu era sistem informasi dimana

teknologi komputer telah menjadi suatu sistem informasi. Lalu era terakhir

yaitu evolusi teknologi informasi dimana siapa saja sudah dengan

bebasnya menggunakan teknologi informasi sebagai media bahkan telah

menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kini. Pengaturan tentang

kontrak elektronik (e- contract) dituangkan dalam Pasal 1 angka 17 UU

ITE, yaitu kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat

melalui sistem elektronik.

2. Adapun pengaturan tentang kontrak elektronik (e- contract) dituangkan

dalam Pasal 1 angka 17 UU ITE, yaitu kontrak elektronik adalah

perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. Pengaturan

mengenai kontrak elektronik mencakup Undang- Undang Nomor 19

93
93
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2016 yang merupakan perubahan atas Undang- Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik; Buku III Pasal 1233

sampai dengan Pasal 1864 KUHPerdata; Undang- Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen; Undang- Undang Nomor

30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

3. Kontrak baku antara debitur dan kreditur dalam perjanjian pinjam

meminjam berbasis teknologi informasi yang dibuat oleh PT. Home Credit

Indonesia, dan PT. Digital Tunai Kita telah memenuhi syarat, namun pada

PT. InFin Tech belum memenuhi syarat karena tidak adanya kontrak baku

yang dilaksanakan antara kreditur dan debitur. Namun dalam pemenuhan

syarat perjanjian dalam Pasal 1320 serta perlindungan konsumen pada PT.

Home Credit Indonesia, PT. Digital Tunai Kita dan PT. InFin Tech sudah

terpenuhi. Dalam pelaksanaannya, debitur dapat mempercayai PT. InFin

Tech karena adanya unsur kepercayaan bahwasannya aplikasi pinjam

meminjam berbasis teknologi informasi yang digunakan sudah dilindungi

oleh OJK dan adanya data pribadi atas debitur itu sendiri sehingga debitur

meskipun tanpa adanya kontrak baku tetapi tetap mempercayai aplikasi Go

Rupiah dalam transaksi pinjam meminjam.

94
Universitas Sumatera Utara
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, pengamatan penulis selama proses

pengerjaan skripsi ini maka penulis memberikan saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Sebagaimana diketahui bahwa POJK telah menerbitkan peraturan yang

khusus yang mengatur pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi dalam POJK LPMUBTI, namun belum diatur secara khusus

mengenai pinjam meminjam barang berbasis teknologi informasi. Oleh

sebab itu untuk lebih menciptakan perlindungan terhadap kreditur dan

debitur dalam transaksi pinjam meminjam barang berbasis teknologi

informasi, perlu diterbitkannya peraturan khusus tentang pinjam

meminjam barang berbasis teknologi informasi.

2. Hendaknya pemerintah di dalam suatu perjanjian pinjam meminjam lebih

mengatur secara jelas mengenai fungsi kontrak dan tanda tangan

elektronik dalam perjanjian elektronik supaya tiap- tiap layanan pinjam

meminjam berbasis teknologi informasi untuk lebih peduli terhadap

keabsahan kontrak dan tanda tangan elektronik dalam hal pembuktian.

Serta lebih menegaskan keberadaan kontrak dalam wujud nyata (bukan

digital) atau kontrak baku, yang akan diterima oleh debitur sejak

terjadinya perjanjian. Dengan kata lain, harus adanya perjanjian di atas

kertas yang menandakan bahwa telah terjadinya suatu perjanjian. Hal ini

berguna dalam hal pembuktian dalam suatu sengketa baik kepada debitur

maupun kreditur.

95
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, H. Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Badrulzaman, Mariam Darus. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni.

Badrulzaman, Mariam Darus. 2001 Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung:

PT Citra Aditya Bakti.

Efendi, Jonaedi. 2016. Kamus Istilah Hukum Populer .Jakarta: Kencana.

Febrian, Jack, Farida, Andayani. 2002. Kamus Komputer dan Istilah

Teknologi Informasi, Penerbit Informatika: Bandung.

Fuady, Munir. 2012. Pengantar Hukum Bisnis.Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.

Guest, A. G. (ed), Anson’s Law of Contract (Oxford: Clarendon Press, a979)

Hartkamp, Arthur S and Marianne M. M. Tillema. 1995 Contract Law in

Netherlands (London: Kluwer Law International.

Higgins, J. 1997. Net Profit- How to use Internet to Improve Your Business,

Auckland, New Zealand: Penguin Books.

Indrajit, Richardus Eko. 2000. Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem

Informasi dan Teknologi Informasi Jakarta: Elex Media Computindo.

Isnaini, Yusran. 2009. Hak Cipta Dan Tantangannya Di Era Cyber Space

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan Ghalia Indonesia.

96
Universitas Sumatera Utara
Karjono. 2012. Perjanjian Lisensi Pengolahan Hak Cipta Program Komputer

Transaksi Elektronik, Bandung: PT. Alumni.

Latifulhayat, Atip. 2001. ”Cyber law” dan Urgensinya Bagi Indonesia(1),

Pikiran Rakyat.

Longworth, Elizabeth. The Possibilities for a Legal Framework for

Cyberspace- including a New Zealand Perspective

Makarim, Edmom. 2013. Notaris dan Transaksi Elektronik .Jakarta:Rajawali

Pers.

Mansur, Dikdik M. Arief. 2009. Cyber Law Aspek Hukum Teknologi

Informasi (Bandung: PT Refika Aditama.

Miller, Roger Leroy dan Gaylord A. Jentz. 2002. Law for E- Commerce

(United States of America: West Legal Studies in Business.

Partodihardjo, Soemarno. 2008. Tanya Jawab Sekitar Undang- Undang No.

11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jakarta:

Gramedia.

Sanusi, M. Arsyad. 2001. E- Commerce Hukum dan Solusinya, P.T Mizan

Grafika.

Satrio, J. 1955. Hukum Perikatan, Perikatan Lahir dari Perjanjian, Buku II.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

Serfiani, Cita Yustisia dkk. 2013. Buku Pintar Bisnis Online dan Transaksi

Elektronik, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

97
Universitas Sumatera Utara
Siburian, Paustinus. 2004. Arbitrase Online Alternatif Penyelesaian Sengketa

Perdagangan Secara Elektronik, Jakarta: Penerbit Djambatan.

Sitompul, Asril. 2001. Hukum Internet Pengenalan mengenai Masalah Hukum

di Cyberspace, PT: Citra Aditya.

soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.

Soepraptomo, Heru. 2001. Jurnal Hukum Bisnis, Yayasan Pengembangan

Hukum Bisnis, Volume 12- 16.

Subekti. Hukum Perjanjian (Jakarta : Intermasa, 1984)

Sukarmi. 2016. Cyber Law Kontrak Elektronik dan Bayang- Bayang Pelaku

Usaha. Bandung: Pustaka Sutra.

Sunarso, Siswanto. 2009. Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sutabri. , 2012. Tata Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: PT. Andi Offset.

Sunggono, Bambang. 2001. Metode Penulisan Hukum. Jakarta: PT. Rajawali

Press.

Sutarman. 2012. Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ustadianto. 2001. Riyeke Framework E- Commerce, Andi, Yogyakarta.

Widjaya, L.G.Rai. 2008. Merancang Suatu Kontrak. Jakarta : Kesaint Blanc.

98
Universitas Sumatera Utara
Jurnal/ Artikel/ Laporan Penelitian

Echols, Jhon. M. & Hasan Sadily, dalam buku Joni Emirzon, Hukum Bisnis

Indonesia, Proyek Pengingkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Post, D. G., Anarchy, State and the Internet:The Rise of Law in Cyberspace,

Journal of Online Law, 1995, hlm. 2.

Katsh, E. M., Law in a Digital World, Oxford Oxford University Press, 1995.

Emirzon, Joni. Hukum Bisnis Indonesia, Proyek Peningkatan Penelitian

Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen

Pendidikan Nasional, 2002

Ramli, Ahmad. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi

E- Commerce”. Dalam jurnal Hukum Bisnis, Volume 18, Maret 2002,

Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, hlm 15.

Pearsall, Judy. Concise Oxford Dictionary, 10th Edition (New York: Oxford

University Press, 1999) hlm 461, 995, 308.

Aswin, Sylvia Christina. “Keabsahan kontrak dalam transaksi elektonik,”

(Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2006),

Cheseeman, Henry R. Business Law: The Legal, Ethical and International

Environment (Prentice Hall. New Jersey, 1995).

99
Universitas Sumatera Utara
Quirk, Randolph dan Della Summer, Longman Dictionary of Contemporary

English (International Student Edition), Longman Corpus Network., BNC,

page 746.

Khairandy, Ridwan. Pembaharuan Hukum Kontrak sebagai Antisipasi

Transaksi Elektronik Commerce (Yogyakarta: Artikel Jurnal Hukum UII,

2001)

Bintoro, Rahadi Wasi. “Tuntutan Hak Dalam Persidangan Perkara Perdata”,

Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 10 No. 2, Mei 2010, Purwokerto.

Sanusi, M. Arsyad. “Transaksi Bisnis dalam E- Commerce; Studi Tentang

Permasalahan Hukum dan Solusinya”, dalam Jurnal Hukum Ius Quia Iustum

No. 16 Vol. 8, 2001

Internet

Roy Marten Moonti, Pengaruh Internet dan Implikasinya Terhadap Perjanjian

Jual Beli, https://media.neliti.com/media/publications/12520-ID-pengaruh-

internet-dan-implikasinya-terhadap-perjanjian-jual-beli.pdf, diakses pada 14

Juli 2018, Pukul 13.42 WIB.

Hukum Online, 16 hal yang wajib dipenuhi ‘pemain’ peer to peer lending,

Diakses dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt586e1f6a2e0a2/16-

hal-yang-wajib-dipenuhi-pemain-peer-to-peer-lending- dalam-fintech pada

tanggal 14 Juli 2018, pukul 03.14

100
Universitas Sumatera Utara
KBBI Online, https://kbbi.web.id/debitur, Diakses pada 14 Juli 2018, Pukul

16.16 WIB.

Johnson, D. R. and D.G. Post, Law and Borders: The Rise of Law in

Cyberspace, http://www.cli.org/X0025_LBFIN.html,1966, hlm.2.

Perritt, Henry H.. Jurisdiction inCyberspace:The Role of Intermediaries,

http://www.law.vill.edu/harvard/article/harv96k.html,hlm.1.

Lampiran

Lampiran 1 Perjanjian pembiayaan Multiguna PT. Home Credit

Indonesia

Lampiran 2 Perjanjian Privasi dan Otorisasi dalam Perjanjian Tunai

Kita

101
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai