Anda di halaman 1dari 110

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PENGGUNA JASA TITIP ONLINE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum


Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELISABETH MUSTIKA SITUMORANG


NIM: 150200436
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristusatas


karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H) di Fakultas Hukum Sumatera Utara dengan judul penelitian
yaitu,”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA TITIP
ONLINE”.Penelitian ini dapat dikerjakan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Sehubungan dengan ini dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas,

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.

Budiman Ginting, S.H., M.Hum dan sekaligus selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan sangat

mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini;

2. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak

Prof. Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum

3. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

IbuPuspa Melati, S.H., M.Hum

4. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak

Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum

5. Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H

6. Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H

7. Terima kasih kepada Pembimbng IIbu Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, CN,

M.Hum yang telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang

bermanfaat dan sangat mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


8. Terima kasih kepada Pembimbng IIIbu Dr. Detania Sukarja, S.H, LL.M

yang telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan

sangat mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini.

9. Bapak/ Ibu dosen pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah berjasa menyumbangkan Ilmunya yang sangat berarti

bagi masa depan saya,

10. Dalam kesempatan ini, dengan penuh sukacita, Penulis mengucapkan

terima kasih kepada Orangtua tercinta ayahanda Sunggul H Situmorang,

juga ibunda S Juliana Pakpahan atas segala jerih payah dan

pengorbanannya yang tiada terhingga dalam mengasuh, mendidik,

membimbing Penulis sejak lahir, serta senantiasa mengiringi Penulis

dengan doa yang tiada putus.

11. Terima kasih kepada Adik Penulis satu-satunya Megumi Prisilia

Situmorang yang senantiasa menemani Penulis.

12. Terima kasih kepada Abang Daniel Manullang yang senantiasa menemani

dan membimbing Penulis selama masa penulisan skripsi.

13. Senior-senior teman berdiskusi, Yudika Sormin, Imanuel Sembiring,

Winda Gultom, Kiki Butar-Butar.

14. Teman berbagi cerita dari semester I, Kwartaria Gultom dan Ekinia

Sebayang.

15. Kepada Bella Anastacia, Agnes Greselda, Ester Hutagaol, Devani Claudia,

Yuli Christina, Fani Diasty, Audrey Isbella, Christy Ardelia, Maria

Napitupulu, Abraham Sitompul, Jhony Haloho, David Situmorang,

Universitas Sumatera Utara


Markus Manullang, Terima kasih sudah senantiasa menemani hari-hari

Penulis.

16. Teman-teman sepermejaan Penulis Bung Yogi Sidabutar, Sarinah

Sarimawati Tambunan, Bung Handry Sinaga, dan Sarinah Sarti Sonia

Panjaitan.

17. Terima kasih kepada Bou Wamar dan Mami Wamar yang menyediakan

makanan dan minuman selama Penulis dalam masa penulisan skripsi.

18. Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan Gerakan Mahasiswa

Nasional Indonesia stambuk 2015 Bung Jetro, Bung Agus, Bung Sandra,

Bung Kevin, Bung Parhorasan, Bung Yohannes, Bung Zulfikar, Bung

Jisandi, Bung Theofeni, Bung Yabes, Bung Agung, Sarinah Fauziah,

Sarinah Bintang, Sarinah Pray, Sarinah Yanti.

19. Terima kasih kepada adik-adik teman bercerita selama perkuliahan Irna

Simbolon, Dini, Erma Manullang, Angel Gultom, Nurhazlina, Nabila,

Gusman, Samuel, Rio, Ferdinand, Chrismo, Buntora, Darwin, Albert dan

yang lainnya yang tidak bisa Penulis sebutkan namanya satu persatu.

Demikianlah sebagai kata pengantar, mudah-mudahan penelitian ini

memberi manfaat bagi semua pihak dalam menambah dan memperkaya wawasan

Ilmu Pengetahuan. Khusus kepada penulis, mudah-mudahan dapat memadukan

dan mengimplementasikan ilmu serta mampu menjawab tantangan atas

perkembangan hukum yang ada dalam maasyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari pula, bahwa substansi Skripsi ini tidak luput dari

berbagai kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa

bantuan, nasehat, bimbingan, arahan, kritikan. Oleh karenanya, apapun yang

disampaikan dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini, penuh sukacita Peneliti

terima dengan tangan terbuka.

Semoga Skripsi ini dapat memenuhi maksud penulisannya, dan dapat

bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat

dipergunakan untuk kepentingan bangsa.

Medan, Februari 2019


Penulis,

Elisabeth Mustika Situmorang

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Dr. T. Keizerina Devi A., S.H., CN, M.Hum 1


Dr. Detania Sukarja, S.H., LL.M 2
Elisabeth Mustika Situmorang 3

Pada era globalisasi saat ini berbagai aspek kehidupan masyarakat banyak
dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.Perkembangan dunia
teknologi semakin maju dan memiliki banyak inovasi.Berkaitan dengan hal ini, jasa
berbasis aplikasi online merupakan tuntutan persaingan yang mengharuskan peran
teknologi di dalam mempermudah mobilitas masyarakat. Dalam perkembangannya
transaksi dalam jual beli secara online telah diatur melalui peraturan yuridis, yakni
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Elektronik
(UU ITE) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE)
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: 1.Bagaimana pandangan hukum atas jasa titip online ?, 2. Bagaimana
perlindungan terhadap pengguna jasa titip online ?
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan
yuridis empiris.Metode penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang
mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-
undangan.yuridis empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi
untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum
di lingkungan masyarakat.
Kesimpulan, Pandangan hukum pada transaksi berbasis aplikasi online yang
melibatkan jasa titip online pada hakekatnya adalah sebuah perikatan.Perikatan suatu
perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak.Pandangan hukum asal
menitipkan belanjaan online kepada seseorang atau jasa pengguna titip online adalah
diperbolehkan.Perlindungan terhadap pengguna jasa titip online dalam transaksi jual
beli atau belanja online menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen pada Pasal 4. Transaksi bahwa jual beli secara online pada
prinsipnya adalah sama dengan jual beli secara faktual pada umumnya.
Saran, Pemerintah Republik Indonesia perlu membuat dan/atau merevisi
peraturan pemerintah tentang sistem transaksi elektronik dari setiap isinya mengenai
pengguna jasa titip online agar kedepannya pengguna jasa titip online adanya
legalitas. Pemerintah Republik Indonesia perluadanya tindakankongkrit,sejauh
inisangatlahsedikitaturanhukumyang membahastentangpedagang
perantara,haltersebutperludiadakanagarterjaminnya hakdan
kewajibansertaperlindunganbagipedagangperantaradanuntuk menghindari
kecuranganyangselama initerjadiyangdapatmerugikan semuapihakdalamjualbeli
tersebut.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Jasa Titip, Online

1
Dosen Pembimbing I, Depertemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
2
Dosen Pembimbing II, Depertemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
3
Mahasiswa Depertemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................... 8

D. Keaslian Penulisan ......................................................................... 9

E. Tinjauan Kepustakaan .................................................................... 10

F. Metode Penelitian .......................................................................... 25

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 28

BAB II : PANDANGAN HUKUM ATAS JASA TITIP ONLINE ................ 30

A. Jual Beli Dalam Hukum Perdata .................................................... 30

B. Jual Beli Dalam E-Commerce ........................................................ 33

C. Penitipan Dalam Hukum Perdata ................................................... 43

D. Perjanjian Dalam Hukum Perdata dan E-Commerce ..................... 50

E. Pandangan Hukum Atas Jasa Titip Online .................................... 59

BAB III : PERLINDUNGAN TERHADAP PENGGUNA JASA TITIP


ONLINE .............................................................................................. 64

A. Proses Jual Beli Pada Jasa Titip Online ......................................... 64

B. Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli ...................................... 68

Universitas Sumatera Utara


C. Perlindungan Terhadap Pengguna Jasa Titip Online Apabila
Terjadi Produk Cacat...................................................................... 74

BAB IV : PENUTUP ........................................................................................... 83

A. Kesimpulan .................................................................................... 83

B. Saran............................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.HumDr. Detania Sukarja, S.H., LL.M


NIP. 196302151989032002 NIP. 198309112006042002

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Jumlah Kegiatan Jual Beli Secara Online Di Indonesia Dari Tahun


2016 Sampai Tahun 2018…......……………………………….. 2

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini berbagai aspek kehidupan masyarakat banyak

dipengaruhi oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.Perkembangan

dunia teknologi semakin maju dan memiliki banyak inovasi.Adanya ponsel

canggih dan berbagai fasilitas pendukung lainnya menambah kemudahan bagi

masyarakat dalam berinteraksi maupun mencari sesuatu yang diinginkan.

Kegiatan bisnis yang pada umumnya dilakukan secara konvesional mulai perlahan

beralih secara elektronik dan menggunakan jaringan-jaringan computer yaitu

internet yang dikenal dengan istilah Electronic-Commerce atau disingkat E-

Commerce. 4

Saat ini teknologi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam aspek

global karena dunia semakin cepat berubah kearah modernisasi berbagai aspek,

oleh karena itu setiap negara harus mampu bersaing dengan pemanfaatan

teknologi serta mengaplikasikannya di dalam aktivitas.Berkaitan dengan hal ini,

jasa berbasis aplikasionline merupakan tuntutan persaingan yang mengharuskan

peran teknologi di dalam mempermudah mobilitas masyarakat. 5

Teknologi aplikasi yang digunakan untuk memesan barang dan jasa

menggunakan sistem dan jaringan elektronik untuk menghubungkan konsumen.

4
Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm 10.
5
Andika Wijaya, Aspek Hukum Bisnis Transportasi Jalan Online, (Jakarta: Sinar Grafika,
2016), hlm 27.

Universitas Sumatera Utara


Akses ke pasar yang secara mudah dan cepat, menjadi nilai jual dari

teknologi aplikasi.Karenanya, penggunaan teknologi juga tidak lepas dari unsur-

unsur seperti penggunaan uang elektronik, penyimpanan data elektronik, dan

unsur-unsur lain yang merupakan bagian dari perdagangan elektronik atau e-

commerce.

Sekarang ini sedang marak berbagai jenis bisnis bermunculan berasal dari

hobi atau kegiatan sehari-hari diiringi dengan pemenuhan kebutuhan membuat

teknologi dalam jual beli semakin berkembang.Toko online kelas rumahan yang

tidak terhitung banyaknya memanfaatkan saluran media sosial untuk menawarkan

berbagai produk. Dengan kemajuan teknologi saat ini tidak hanya kebutuhan

primer seperti makanan dan pakaian, namun kebutuhan lain seperti kebutuhan alat

rumah tangga, permainan anak, dan barang-barang kebutuhan manusia lainnya

dapat didapatkan dengan mudah.

Kegiatan jumlah jual beli secara online di Indonesia dapat dilihat dari tabel

1 (satu) dibawah ini yakni, sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Kegiatan Jual Beli Secara Online Di Indonesia dari Tahun
2016 Sampai Tahun 2018

No Kegiatan Jual Beli Pertahun Persentase (%)

1 Tahun 2016 9,6

2 Tahun 2017 10,7

3 Tahun 2018 11,9

Sumber: CupoNation yang diterima kompas.com pada Jumat tanggal 7 September 2018

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan jual beli secara online yang didorong oleh pertumbuhan industri

e-commerce di tanah air turut meningkatkan jumlah pembeli melalui platform

tersebut. Salah satu portal kode diskon untuk situs-situs belanja online di

Indonesia, CupoNation, memprediksi jumlah pembeli online sampai akhir tahun

ini akan tumbuh signifikan. "Jumlah online shopper di Indonesia terus meningkat

selama beberapa tahun terakhir. Di tahun 2018, jumlah online shopper

diperkirakan mencapai 11,9 persen dari total populasi di Indonesia. Public

Relations and Communications Manager CupoNation, Olivia Putri, menjelaskan,

dari studi internal pihaknya, didapati pertumbuhan pembeli secara online atau

online shopper di Indonesia terjadi dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2016,

jumlah pembeli online mencapai 9,6 persen dari jumlah populasi dan meningkat

menjadi 10,7 persen pada tahun 2017. 6

Keterbatasan waktu yang dimiliki konsumen untuk dapat berbelanja secara

konvensional, karena banyaknya pekerjaan, kondisi jalan yang sangat ramai

hingga terjadi kemacetan menyebabkan timbulnya keinginan konsumen untuk

dapat berbelanja kebutuhannya secara cepat. 7

Pengguna Internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Keadaan

tersebut tentulah merupakan peluang bisnis yang sangat besar bagi pelaku usaha

dengan membuat toko online untuk menawarkan produk-produk barang atau jasa

yang akan dijual. Pelaku usaha dalam melakukan bisnis online biasanya

6
Andri Donnal Putera, "Jumlah Pembeli Online", http://www.ekonomi.kompas-jumlah-
pembeli-online-indonesia-capai-119-persen-dari-populasi-html, diakses pada tanggal 10 Maret
2019.
7
Ambar Wariati dan Nani Irma Susanti, “E-Commerce Dalam Prespektif Perlindungan
Konsumen”, Jurnal Ekonomi&Bisnis, Vol. 1, No.2, Nopember 2014, hlm 2.

Universitas Sumatera Utara


memanfaatkan aplikasi media sosial untuk menjalankan usahanya.Salah satu

aplikasi media sosial yang popular adalah Instagram.

Aplikasi Instagram merupakan aplikasi media sosial yang beroperasi di

smartphone yang memungkinkan penggunanya dapat mengambil gambar foto,

video, menambahkan efek/filter digital serta menguploadnya kepada pengguna

media sosial lainnya baik di milik Instagram sendiri maupun media sosial lainnya

yang dapat terhubung seperti facebook, tumblr, twitter, foursquare, dan flickr.

Dengan jumlah total pengguna aktif sebanyak 200 juta pada awal tahun 2014,

Instagram menjadi salah satu media sosial untuk menerapkan strategi paling

efektif dan efisien dalam bisnis dan pemasaran. 8

Menjamurnya sistem belanja online memunculkan peluang bisnis baru

yang salah satunya oleh masyarakat dikenal sebagai jasa titip beli.Jasa titip adalah

sebuah pekerjaan keluar masuk toko, mall atau pedagang besar dengan beberapa

brand tertentu sesuai dengan keinginan para pelanggan yang percaya pada jasa

mereka.Barang yang dicari tidak hanya ditingkat lokal jasa, tidak jarang ada

permintaan untuk barang-barang dari luar negeri. 9

Profesi jasa titip menggunakan mekanisme kerja yang sangat sederhana.

Kedudukan seorang jasa titip merupakan pihak ketiga antara penjual dan pembeli,

namun tugas utama jasa titip merupakan pembelanjaan bagi para penitip dimana

8
Bayu Indrayana, Kudang Boro Seminar & Bagus Sartono, “Faktor Penentu Minat
Penggunaan Instagram Untuk Pembelian Online Menggunakan Techhnology Acceptance Model
(TAM) dan Theory Of Planned Behavior (TPB)”, Jurnal Aplikasi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2,
Mei 2016, hlm. 139.
9
Gita Arwana Cakti, “Jasa Titip”, http://www.jastip/jasa-titip.html, pada tanggal 20
Januari 2019.

Universitas Sumatera Utara


cara kerja dari profesi jasa titip hanya dengan mengambil gambar yang ada di mall

atau pusat perbelanjaan tertentu lalu mepublikasikannya pada media sosial yang

marak saat ini terdapat pada Instagram yang membuat perbedaan antara jasa titip

dan bisnis online lainnya yakni pemberian keterangan berupa besarnya upah

(imbalan) atau tarif atas jasa membelikan setiap barangnya.

Dalam hal jasa titip penjual barang tidak mengetahui mengenai

pengambilan gambar barang yang diperjual-belikannya, dimana orang yang

mengerjakan jasa titip tersebut mengambil foto atau gambar dari barang si penjual

atau toko dan mempublikasikannya baik dengan media sosial atau sistem

komunikasi lainnya.Sedangkan dalam prinsip jual beli kejujuran dan kepercayaan

merupakan modal utama bagi si penjual barang dalam memperdagangkan

barangnya.

Salah satu resiko bagi pengguna jasa titip atau orang yang memakai jasa

titip dalam memberi barang yaitu tingginya tingkat kerusakan barang atau cacat

barang yang diterima oleh si pengguna jasa titip.Dalam prakteknya, tentu barang

yang diterima tersebut tidak dapat dikembalikan lagi, terlebih dikarenakan tidak

adanya suatu perjanjian tertulis antara si pengguna jasa titip dan pelaku jasa titip

perihal pembelian barang tersebut.Pengguna jasa titip hanya berkomunikasi dan

melihat barang yang ingin dibelinya melalui media sosial atau personal contact

pelaku jasa titip secara online.

Dalam perkembangannya transaksi dalam jual beli secara online telah

diatur melalui peraturan yuridis, yakni Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008

tentang Informasi dan Teknologi Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah

Universitas Sumatera Utara


Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik

(PP PSTE).UU ITE sebagai suatu transaksi elektronik yang dapat

dipertanggungjawabkan. Persetujuan atas transaksi merupakan bentuk penerimaan

dalam kesepakatan pada transaksi elektronik, ditandai dengan pernyataan

persetujuan atas syarat dan ketentuan secara online sebagai salah satu bentuk

Kontrak Elektronik menurut Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik dianggap sah apabila :

a. Terdapat Kesepakatan para pihak.

b. Dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang

mewakili sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, kesusilaan dan ketertiban umum. 10

Selanjutnya dalam Pasal 48 ayat (3) PP PSTE dalam transaksi jual beli

online harus memuat hal-hal sebagai berikut : 11

a. Identitas para pihak

b. Objek dan spesifikasi

c. Persyaratan Transaksi Elektronik

d. Harga dan biaya

Jasa titip dapat dilakukan antar kota maupun antar Negara. Namun pada

umumnya masyarakat Indonesia yang mengguna jasa tiitp untuk membeli barang
10
Indonesia (Penyelenggaraan Sistem) Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, Pasal 47 ayat (2).
11
Ibid., Pasal 48 ayat (3).

Universitas Sumatera Utara


yang berasal dari luar negeri. Berbeda dengan impor, impor adalah proses

transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal,

umumnya dalam proses perdagangan. 12Sedangkan Barang atau benda yang

diimpor adalah “barang kiriman” yang mempunyai arti barang yang dikirim oleh

pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di Indonesia. 13Letak

perbedaan jasa titip dengan kegiatan Impor ada pada kuantitas barang yang masuk

kedalam negeri dan pelakunya, dimana pada skala titip beli dilakukan oleh

individu dan pada proses impor dilakukan oleh perusahaan khusus yang bergerak

pada bidang jasa ekspor maupun impor. 14

Jual beli secara online pada prinsipnya adalah sama dengan jual beli secara

faktual pada umumnya. Pembedanya hanya pada penggunaan sarana internet atau

sarana telekomunikasi lainnya.Akibatnya adalah dalam transaksi jual beli secara

online sulit dilakukan eksekusi ataupun tindakan nyata apabila terjadi sengketa

maupun tindak pidana penipuan.Sifat siber dalam transaksi secara elektronik

memungkinkan setiap orang baik penjual maupun pembeli menyamarkan atau

memalsukan identitas dalam setiap transaksi maupun perjanjian jual beli. 15

Di Indonesia perkembangan transaksi dalam jual beli secara online telah

diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronik dan Peraturan

12
Amir, Ekspor-Impor, (Jakarta:Pustaka Binaman Pesindo, 1996), hlm 43.
13
Sugianto, Pengantar Kepabeanan dan Cukai, (Jakarta: Cikal Sakti, 2008), hlm 173.
14
Ibid, hlm 173.
15
Teguh Afriyadi “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Belanja Online”,
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50bf69280b1ee/perlindungan-konsumen-dala-e-
commerce/diakses tanggal 9 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara


Pemerintah Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik.Transaksi Elektronik

harus dapat dipertanggungjawabkan.Dianggap sahnya suatu Kontrak Elektronik

dan hal-hal yang harus ada dalam transaksi jual beli online secara jelas diatur

dalam Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

Fenomena yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk

mengkaji pandangan hukum mengenai jasa titip online serta perlindungan

terhadap pengguna jasa titip online apabila terjadi cacat produk setelah melakukan

tranksaksi jual beli menggunakan jasa titip online.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis akan menguraikan

secara lengkap dan cermat dalam sebuah skripsi yang berjudul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA TITIP

ONLINE”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan hukum atas jasa titip online ?

2. Bagaimana perlindungan terhadap pengguna jasa titip online ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah agar memenuhi

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Namun, berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah

diuraikan penulis, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Untuk mengetahui Jasa Titip Online dalam berbagai pandangan

hukum, seperti dalam pandangan hukum Perdata mengenai Perjanjian

dan Jual Beli, dan pandangan hukum secara Undang Undang Informasi

Teknologi Elektronik mengenai Jasa Titip Online.

b. Untuk mengetahui proses jual beli pada jasa titip online dan bagaimana

bentuk perlindungan terhadap pengguna jasa titip online, terutama

apabila terjadi cacat produk.

2. Manfaat Penulisan

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan akan dapat bermanfaat

dan dapat memberikan kontribusi baik dalam bentuk masukan,

pemikiran, serta menambahkan khasanah ilmu pengetahuan dan

literature dalam dunia akademis serta menambah kepastian hukum

pada khususnya dan menjadi bahan masukan bagi mahasiswa serta

dapat memperluas dan menambah pengetahuan mengenai hukum

ekonomi.

b. Secara Praktis

Secara praktis uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan

secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi masyarakat tentang

perlindungan hukum terhadap pengguna jasa titip online, dan juga

sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan peneliti lainnya.

Universitas Sumatera Utara


D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Titip

Online”. Sepanjang pengamatan dan penelusuran penulis di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara belum ada yang membahasnya ataupun pembahasan

dengan judul yang sama. Penulisan ini berdasarkan hasil dari analisis undang-

undang dan literatur-literatur yang berkaitan dengan jasa titip online.Tulisan ini

merupakan sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur,

rasional, objektif, dan terbuka. Semua ini merupakan hasil implikasi etis dari

proses kebenaran ilmilah sehingga tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak dimensi yangsalah

satunya adalah perlindungan hukum.Perlindungan hukum bagi setiapWarga

Negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-undangDasar

Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), untuk itu setiapproduk yang

dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikanjaminan

perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampumenangkap aspirasi-

aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang dimasyarakat.Hal tersebut, dapat

Universitas Sumatera Utara


dilihat dari ketentuan yang mengatur tentangadanya persamaan kedudukan hukum

bagi setiap Warga Negara Indonesiatanpa terkecuali. 16

Perlindunganhukumbisaberartiperlindunganyangdiberikanterhadaphukuma

gar

tidakditafsirkanberbedadantidakcederaiolehaparatpenegakhukumdanjugabisaberart

perlindunganyangdiberikanolehhukumterhadapsesuatu.Perlindunganhukumjugada

pat

menimbulkanpertanyaanyangkemudianmeragukankeberadaanhukum.Hukumsejati

nya

harusmemberikanperlindunganterhadapsemuapihaksesuaidenganstatushukumnya

karenasetiaporang memilikikedudukan yang

samadihadapanhukum.Setiapaparatpenegak

hukumjelaswajibmenegakkanhukumdandenganberfungsinyaaturanhukum,makase

cara

tidaklangsungpulahukumakanmemberikanperlindunganterhadapsetiaphubunganhu

kum atau segalaaspek dalam kehidupan masyarakatyangdiatur olehhukum itu

sendiri.

Ada beberapa pendapat yang dapat dikutip sebagai suatu patokanmengenai

perlindungan hukum, yaitu :

16
Joven Andis Hamdani, Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu Terhadap Pelanggaran
Melalui Download Pada Website Penyedia Lagu Gratis, (Medan: USU, 2015), hlm 20.

Universitas Sumatera Utara


a. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah adanya

upayamelindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan

suatukekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannyatersebut. 17

b. Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untukmelindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

penguasayang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan

ketertiban danketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk

menikmatimartabatnya sebagai manusia. 18

c. Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan

untukmelindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai

ataukaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan

dalammenciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar

sesama manusia. 19

d. Menurut Hetty Hasanah, perlindungan hukum yaitu merupakan

segalaupaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga

dapatmemberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang

bersangkutanatau yang melakukan tindakan hukum. 20

17
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
2003), hlm 121.
18
Setiono, Tesis: “Rule of Law (Supremasi Hukum)”, (Surakarta : Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), hlm 3.
19
Muchsin Tesis: “Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia”,
(Surakarta :Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hlm
14.
20
Hetty Hasanah, “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen atas
Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”, http//www//perlindungan-konsumen-html.,diakses tanggal
26 Januari 2019.

Universitas Sumatera Utara


e. CST Kansil, perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang

harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa

aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai

ancaman dari pihak manapun. 21

Menurut Pjilipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat

sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. 22Perlindungan

hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang

mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan

keputusan berdasrkan diskresi dan perlindungan yang resprensif bertujuan untuk

mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan. 23

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-

subyekhukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku

dandipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum

dapatdibedakan menjadi dua, yaitu : 24

1. Perlindungan Hukum Preventif

21
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), hlm 38.
22
Pjilipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1987), hlm 2.
23
Maria Alfons, Implentasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk-Produk
Masyarakat Lokal Dalam Perspektif Hak Kekayaan Intelektual, (Malang:Universitas Brawijaya,
2010), hlm 18.
24
Agnes Vira Ardian, Tesis: “prospek perlindungan hukum hak kekayaan intelektual
dalam kesenian tradisional di Indonesia”, (Semarang: Program Magister Ilmu Hukum Program
PascasarjanaUniversitas Diponegoro, 2008), hlm 28.

Universitas Sumatera Utara


Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan

untukmencegah sebelumterjadinya pelanggaran.Hal ini terdapat

dalamperaturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah

suatupelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan

dalammelakukan suatu kewajiban.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa

sanksiseperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan

apabilasudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia,

sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan

manusia yang perlu diatur dan dilindungi.Perlindungan hukum didapatkan dengan

penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan tujuan

peraturan itu dibuat.Perlindungan hukum mencakup banyak hal yang harus

dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. 25

MenurutLiliRasjididanI.BWysaPutrabahwa

hukumdapatdidifungsikanuntukmenghujudkanperlindunganyangsifatnyatidakseke

daradaptifdanfleksibel,melaikanjugapredektifdanantipatif. 26Perlindunganhukumm

erupakan gambarandaribekerjanyafungsihukumuntukmewujudkantujuan-

tujuanhukum,yakni

25
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung:Citra Adytia Bakti, 2000), hlm 69.
26
LiliRasjidi dan I.BWysaPutra, HukumSebagaiSuatuSistem,(Bandung: Remaja
Rusdakarya, 1993), hlm 118.

Universitas Sumatera Utara


keadilan,kemanfaatandankepastianhukum.Perlindunganhukumadalahsuatuperlindu

ngan

yangdiberikankepadasubyekhukumsesuaidenganaturanhukum,baikituyangbersifat

preventifmaupundalambentukyangbersifatrepresif,baikyangsecaratertulismaupunti

daktertulisdalamrangkamenegakkanperaturanhukum.Hakekatnyasetiaporangberha

mendapatkanperlindungandarihukum.Hampirseluruhhubunganhukumharusmenda

pat perlindungan darihukum.Oleh karenaituterdapat banyak macamperlindungan

hukum. 27

2. Pengertian Pengguna Jasa Melalui E-Commerce

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini adalah

internet (interconnection network). Internet sebagai suatu media informasi dan

komunikasi elektronik telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, antara

lain untuk menjelajah (browsing), mencari data dan berita, saling mengirim pesan

melalui e-mail, komunikasi melalui situs jejaring social, dan termasuk untuk

perdagangan. Kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan media internet ini

dikenal istilah electronic commerce atau disingkat e-commerce. 28

E-Commerce merupakan suatu proses jual beli barang dan jasa yang

dilakukanmelaluijaringan komputer, yaituinternet.Kata online yang dalam bahasa

Indonesia sering diterjemahkan sebagai “dalam jaringan” atau yang lebih dikenal

27
Ibid, hlm 118.
28
AhmadMRamli, CyberLawdan HAKIdalamSistemHukumIndonesia,
(Jakarta:RefikaAditama, 2004), hlm1.

Universitas Sumatera Utara


dalam singkatan “daring”. Pengertian online adalah keadaan komputer yang

terkoneksi atau terhubung ke jaringan internet, jika komputer online maka dapat

mengakses internet atau browsing mencari informasi-informasi di internet. 29

E-commercememiliki beberapa karakteristik, yaitu

terjadinyatransaksiantaraduabelah pihak; adanya pertukaranbarang, jasa, atau

informasi, dan menggunakanmediainternet. Semua jenis transaksipadae-

commercedilakukantanpaadanyatatap muka antarapihakpenjualdanpembeli,

sehinggayangmenjadidasardari transaksi e-commerce adalah kepercayaan satu

sama lain. 30 Sedangkan jika diuraikan dalam istilah lain, e-commerce disebut juga

sebagai bisnis online. Istilah bisnis online lebih sering digunakan masyarakat

pada umumnya dalam menyebut jenis perdagangan berbasis internet. 31

MenurutHooper,dalamDudung, bisnismerupakankeseluruhanyang

kompleks pada bidang-bidang industridan penjualan,industridasar, proses, industri

manufaktur dan jaringan, asuransi, perbankan, distribusi,transportasidanlainnya

yang kemudian masuk secara menyeluruh dalam dunia bisnis. 32

Pengguna jasa merupakan faktor penting dalam kehidupan kita sehari-

hari.Manusia dalam melakukan aktifitas ataupun dalam memenuhi kebutuhan dan

keinginannya banyak dibantu oleh jasa.Jenis jasa sangat beragam, seperti jasa

telekomunikasi, transportasi, hiburan, pendidikan, finansial, kesehatan dan lain-

lain.

29
Andika Wijaya, op.cit, hlm 9.
30
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perpesktif Islam, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004), hlm 15-17.
31
Ibid, hlm 18.
32
Diponogoro, “Dunia Bisnis” Law Journal, Volume5, Nomor 3, Tahun 2016, hlm 2.

Universitas Sumatera Utara


Pengguna jasa online yang berkualitas tidaklah mudah, karena sifat dasar

jasa adalah tidak berwujud (intangible). Jasa yang berkualitas tidak lepas dari

service atau pelayanan yang baik, oleh karena itu pelayanan jasa secara total

terhadap pelanggan jasa sangatlah diperlukan untuk memenuhi kepuasan

pelanggan jasa tersebut. 33

Sifat dasar pengguna jasa yang tidak berwujud (intangible) dan lebih

merupakan proses yang dialami pelanggan secara subyektif, dimana produksi dan

konsumsi berlangsung secara bersamaan, membuat kualitas jasa lebih sulit

didefinisikan dan diukur bila dibanding dengan kualitas pada produk barang.

Proses pembentukan kualitas jasa dipengaruhi oleh interaksi antara penyedia jasa

dan konsumen. Pada dasarnya kualitas jasa yang diberikan penyedia jasa

bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pelanggan

jasa tersebut. 34

Menurut Pasal 1 Ayat 6UU ITE No. 11 tahun 2008 adalah pemanfaatan

sistem elektronik oleh penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau

masyarakat. 35 Penyedia aplikasi jasa berbasis aplikasi online merupakan

penyelenggara sistem elektronik sebagai penghubung driver kendaraan dengan

para pengguna jasa, yang merupakan bagian inti dari lahirnya jasa berbasis

aplikasi online ini, sebagai penyedia aplikasi memiliki peranan kunci dalam

keberhasilan dalam sistem jasa berbasis aplikasi online, dikarenakan penyedia

33
Haris Faulidi Asnawi, op.cit, hlm 19.
34
Ibid, hlm 19.
35
Indonesia (Sistem Informasi) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 ayat (6).

Universitas Sumatera Utara


layanan aplikasi merupakan penghubung antara supply and demand (permintaan

dan penawaran) yakni penyedia aplikasi atau perusahaan aplikasi, driver, dan

pengguna jasa berbasis aplikasi online.

Penyedia jasa berbasis aplikasi online selaku penyelenggara sistem

elektronik memiliki tanggung jawab yang diatur dalam Pasal 15 UU ITE No. 11

tahun 2008, sebagai berikut: 36

1) Setiap penyelenggara sistem elektronik secara andal dan aman serta


bertanggung jawab terhadap beroperasinyasistem elektronik
sebagaimana mestinya.
2) Penyelenggara sistem elektronik bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan sistem elektroniknya.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam
hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau
kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.

Penyedia jasa berbasis aplikasi online ini adalah penghubung antara driver

dengan pengguna jasa melalui telepon pintar yang telah memiliki aplikasi jasa

transportasi tersebut.

Pengguna layanan jasa berbasis aplikasi onlineadalah masyarakat yang

umumnya membutuhkan pelayanan transportasi yang cepat, aman, nyaman dan

murah.Pengguna jasa berbasis aplikasi online ini harus mengunduh dan

menginstal lebih dahulu aplikasi jasa transportasi didalam telepon pintar yang

dimilikinya yang tentunya sudah terhubung dengan jaringan internet serta

36
Ibid, Pasal 15.

Universitas Sumatera Utara


melakukan pendaftaran layanan berupa mengisi data diri yang nantinya akan

diterima dan diproses oleh server perusahaan jasa transportasi online tersebut. 37

Pengertian jasa (service) adalah setiap tindakan atau kinerja yang

ditawarkanoleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan

tidakmenyebabkan perpindahan kepemilikan. 38Menurut Undang-Undang No. 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,Jasa adalah setiap layanan yang

berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakanbagi masyarakat untuk

dimanfaatkan oleh konsumen. 39

Jasa titip dikenal juga dengan istilah Personal Shopper adalah

sebuahpekerjaan keluar masuk toko, mall atau pedagang besar dengan

beberapabrand tertentu sesuai dengan keinginan para pelanggan yang percaya

padajasa mereka. Barang yang dicari tidak hanya ditingkat lokal jasa, tidak

jarangada permintaan untuk barang-barang dari luar negeri. 40Jadi jasa titip

belionline adalah sebuah transaksi jual beli online dalam bentuk jasa titipan

yangobjeknya adalah barang-barang dengan merek tertentu untuk dititip

belikanoleh pihak penjual dengan ketentuan bahwa setiap barangnya di

kenakanbiaya atas jasa tersebut.

37
GeistiarYoga Pratama “Transportasi Online Wajib Sediakan Sarana Keamanan”,
http://infonitas.com/komuter /transjakarta/4-tahun-grab-investasi-rp-93-triliun/35781 diakses pada
tanggal 14 Februari 2019.
38
Oka A Yoeti, Psikology Pelayanan Wisata, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1999),
hlm 107.
39
Indonesia (Konsumen), Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 1 ayat (5).
40
Gita Arwana Cakti, “Jasa Titip”,http://www.jastip/jasa-titip.html, diakses pada tanggal
28 Januari 2019.

Universitas Sumatera Utara


Para ahli yang telah mendefinisikan pengertian jasa sesuai dengan sudut

pandang mereka masing-masing, diantaranya:

Definisi jasa menurut Supranto 41menyebutkan bahwa “Jasa adalah setiap

tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain

yang secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan

apa pun”.

Definisi jasa menurut Rambat Lupiyoadi 42mengatakan bahwa “Jasa adalah

semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk

fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan

waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya

kenyamanan, hiburan kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan akan masalah

yang dihadapi konsumen”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka jasa pada dasarnya merupakan

proses aktivitas yang diberikan kepada konsumen yang tidak berwujud dan

memiliki nilai bagi konsumen karena dapat memenuhi kebutuhannya.Pengguna

jasa merupakan suatu yang khusus, karena merupakan sesuatu yang tidak nyata

dan tentu saja berbeda dengan barang (produk fisik). 43

3. Pengertian Online

41
Supranto, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa Pasar,
(Jakarta:PT. Reinika Cipta, 2011), hlm 227.
42
Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi,
(Jakarta:Salemba Empat, 2013), hlm 5.
43
Gita Arwana Cakti, “Jasa Titip”,http://www.jastip/jasa-titip.html, diakses pada tanggal
28 Januari 2019.

Universitas Sumatera Utara


Online sudah menjadi sebuah kata yang menjadi sebuah kegiatan rutin

setiap harinya.Online juga banyak dilakukan setiap orang untuk berjualan via

online dengan beberapa aplikasi seperti Buka Lapak; Tokopedia dan lain

sebagainya.Online menjadi sebuah kata yang seakan wajib dilakukan orang setiap

hari terasa hampa jika tidak online.Secara umum pengertian online adalah sebuah

kegiatan yang menjadikan sambungan internet sebagai inti dari koneksi yang

dibuat. 44

Pengertian online menurut para ahli yang bisa kita pahami dan dimengerti

tentunya bukan hanya memahami akan bentuk dari kegiatan online yang sudah

terjadi dalam kehidupan kita. Namun tentunya kini kita memiliki penjelasan

dengan kalimatnya tentang apa yang dimaksud dengan online. Menurut Jasmadi

dan Solusindo mengatakan bahwa “online juga bisa digunakan untuk sebuah

komunitas dan itu dapat diartikan menjadi sebuah tempat berbagai informasi

dimana anda bisa menyumbangkan kemampuan anda untuk membuat komunitas

yang solid melalui via internet”. 45

Menurut Yudhi Wicaksono mengatakan bahwa” online juga bisa menjadi

media untuk berbisnis yang menjadikan pemahaman online sebagai kegiatan jual

beli dalam sambungan internet dan fitur belanja online yang sdudah tersedia”.

Media online disebut juga dengan digital media adalah media yang tersaji

secaraonline di internet. Pengertian media online dibagi menjadi dua pengertian

yaitu secara umum dan khusus.


44
Dedik Kurniawan “Pengertian Online”, http//www.pengertian-online-menurut-para-
ahli/html, diakses pada tanggal 10 Maret 2019.
45
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


Pengertian media online secara umum, yaitu segala jenis atau format

mediayang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan

suara.Dalam pengertian umum ini, media online juga bisa dimaknai sebagai

saranakomunikasi secara online.Dengan pengertian media online secara umum

ini, makaemail, mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial

(sosial media)masuk dalam kategori media online. 46

Pengertian media online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian

mediadalam konteks komunikasi massa. Media adalah singkatan dari media

komunikasimassa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai

karakteristik tertentu,seperti publisitas dan periodisitas. 47

Berdasarkan pengertian online menurut para ahli maka dapat disimpulkan

bahwa kita mengerti tentang online yang disampaikan menurut para ahli mengenai

online bisa menjadi sebuah wawasan yang bermanfaat untuk bisa kita sama-sama

sampaikan atau di share ke orang-orang banyak yang juga penting akan

memahami akan arti kata online tersebut.

4. Pengertian Jual Beli Menurut KUHPerdata

Perkataan jual beli sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan

beli. Sebenarnya kata “jual” dan “beli” mempunyai arti yang satu sama lainnya

bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual,

46
Ibid.
47
M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media
Online, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2012), hlm 34.

Universitas Sumatera Utara


sedangkan kata beli adalah adanya perbuatan membeli. 48Dengan demikian

perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu

satu pihak menjual dan dipihak yang lain membeli, maka dalam hal ini terjadilah

peristiwa hukum jual beli.Jual beli secara garis besar diartikan sebagai proses

pemindahan hak milik atau barang atau harta kepada pihak lain dengan

menggunakan uang sebagai alat tukarnya.

Menurut Pasal 1457 KUHPerdata 49, jual beli adalah suatu perjanjian

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu

kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

Sedangkan menurut MuhammadAbdulkadir, perjanjian jual beli adalah perjanjian

dengan mana penjual memindahkan atau setuju memindahkan hak milik atas

barang kepada pembeli sebagai imbalan sejumlah uang yang disebut harga. 50

Perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat antara pihak

penjual dan pihak pembeli. 51Jual beli diatur dalam buku III KUHPerdata, bab ke

‛. Dalam Pasal 1457 KUHPerdata dijelaskan bahwa jual


lima tentang ‚Jual beli

beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya

untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga

yang telah dijanjikan. 52

48
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 1994),
hlm 33.
49
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1457
50
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perjanjian, (Bandung: PT Alumni, 2010), hlm 243.
51
Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2003), hlm 49.
52
Ibid, hlm 49.

Universitas Sumatera Utara


Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana

antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang

menjadi objek jual beli.Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua

belah pihak telah setuju tentang harga dan barang.Terdapat beberapa unsur

penting dalam jual beli, yaitu:

a. Barang/benda yang diperjualbelikan

Bahwa yang harus diserahkan dalam persetujuan jual beli adalah barang

berwujud benda/zaak.Barang adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek

harta benda atau harta kekayaan.

Menurut ketentuan Pasal 1332 KUHPerdata, hanya barang-barang yang

biasa diperniagakan saja yang boleh dijadikan objek persetujuan. 53

KUHPerdata mengenal tiga macam barang dalam Pasal 503-505

KUHPerdata yaitu: 54

1) Ada barang yang bertubuh dan ada barang yang tak bertubuh.

2) Ada barang yang bergerak dan ada barang yang tak bergerak.

3) Ada barang yang bergerak yang dapat dihabiskan, dan ada yang tidak

dapat dihabiskan, yang dapat dihabiskan adalah barang-barang yang

habis karena dipakai.

Penyerahan barang-barang tersebut diatur dalam KUHPerdata yaitu

sebagai berikut:

53
op.cit, Pasal 1332
54
Ibid, Pasal 503-505

Universitas Sumatera Utara


1) Untuk barang bergerak cukup dengan penyerahan kekuasaan atas

barang itu. 55

2) Untuk barang tidak bergerak penyerahan dilakukan dengan

pengumuman akta yang bersangkutan yaitu dengan perbuatan yang di

namakan balik nama di muka pegawai kadaster yang juga dinamakan

pegawai balik nama. 56

3) Untuk barang tidak bertubuh dilakukan dengan membuat akta otentik

atau di bawah tangan yang melimpahkan hak-hak atas barang-barang

itu kepada orang lain. 57

b. Harga

Harga berarti suatu jumlah yang harus dibayarkan dalam bentuk

uang.Pembayaran harga dalam bentuk uang lah yang dikategorikan jual beli.Harga

ditetapkan oleh para pihak. 58Pembayaran harga yang telah disepakati merupakan

kewajiban utama dari pihak pembeli dalam suatu perjanjian jual beli. Pembayaran

tersebut dapat dilakukan dengan memakai metode pembayaran sebagai berikut:

1) Jual Beli Tunai Seketika

Metode jual beli dimana pembayaran tunai seketika ini merupakan

bentuk yang sangat klasik, tetapi sangat lazim dilakukan dalam

melakukan jual beli.Dalam hal ini harga rumah diserahkan semuanya,

55
Ibid, Pasal 612
56
Ibid, Pasal 616 dan Pasal 620
57
Ibid, Pasal 613
58
Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: PT Alumni, 1986), hlm 182.

Universitas Sumatera Utara


sekaligus pada saat diserahkannya rumah sebagai objek jual beli

kepada pembeli.

2) Jual Beli dengan Cicilan/Kredit

Metode jual beli dimana pembayaran dengan cicilan ini dimaksudkan

bahwa pembayaran yang dilakukan dalam beberapa termin, sementara

penyerahan rumah kepada pembeli dilakukan sekaligus di muka, meski

pun pada saat itu pembayaran belum semuanya dilunasi.Dalam hal ini,

menurut hukum, jual beli dan peralihan hak sudah sempurna terjadi,

sementara cicilan yang belum dibayar menjadi hutang piutang.

3) Jual Beli dengan Pemesanan/Indent

Merupakan metode jual beli perumahan dimana dalam melakukan

transaksi jual beli setelah indent atau pemesanan (pengikatan

pendahuluan) dilakukan, maka kedua belah pihak akan membuat suatu

perjanjian pengikatan jual beli yang berisi mengenai hak-hak dan

kewajiban keduanya yang dituangkan dalam akta pengikatan jual

beli. 59

F. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dan

yuridis empiris.Metode penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang

mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan.

Dalam penelitian yuridis normatif yang dipergunakan adalah merujuk pada

59
Munir Fuady, op.cit., hlm 25.

Universitas Sumatera Utara


sumber bahan hukum, yakni penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum

yang terdapat dalam berbagai perangkat hukum yang dapat digunakan untuk

menganalisa permasalahan yang dibahas, 60 sedangkan yuridis empiris adalah

suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian

nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.

Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di

masyarakat artinya dengan cara wawancara kepada informan, maka metode

penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. 61

Adapun beberapa langkah yang digunakan dalam metode penelitian ini

adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif dan yuridis empiris.Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian

yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan. 62yuridis empiris adalah suatu metode penelitian hukum

yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana

bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat.

2. Sifat Penelitian

60
Soerjono Soekanto dan Sri Mahudji, Perlindungan Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 13.
61
Ibid., hlm 14.
62
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm 1.

Universitas Sumatera Utara


Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis.Penelitian ini

melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami

dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud

untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap

pengguna jasa titip online

3. Sumber Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini meliputi data sekunder.Kemudian

diolah dan di analisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif,

yaitu dengan menguraikan semua data dan sifat serta peristiwa hukumnya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan

(Field Research) dan kepustakaan (Library Research), yaitu:

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke lapangan

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, penelitian

ini dilakukan melalui :

1) Observasi (Pengamatan Langsung), yaitu melakukan pengamatan

secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

2) Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

Universitas Sumatera Utara


memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. 63 Pedoman wawancara

dalam penelitian ini adalah wawancara terstuktur, yaitu wawancara

dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis

dan pertanyaan yang diajukan telah disusun. 64

3) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat data yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-

dokumen dimiliki oleh pemiliki akun yang telah dipublikasikan.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

membaca buku-buku diperpustakaan dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan

masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah secara kualitatif. Kualitatif diartikan

sebagai kegiatan menganalisis data secara komprehensif, yaitu data sekunder dari

berbagai kepustakaan dan literatur, baik yang berupa buku, peraturan

perundangan, dan hasil penelitian lainnya maupun informasi dari media massa.

Analisis data ini dilakukan setelah setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan,

pengelompokkan, pengolahan dan evaluasi, sehingga diketahui reliabilitas data

63
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010),
hal 186.
64
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


tersebut, lalu dianalisis secara kualitatif untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada. 65

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar

memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dari penulisan

skripsi ini. Keseluruhan sistematika itu merupakan suatu kesatuan yang saling

berhubungan antara yang satu dengan yang lain yang dapat dilihat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan

masalah, keaslian penulisan, manfaat penulisan,

tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan yang

terakhir sistematika penulisan.

BAB II PANDANGAN HUKUM ATAS JASA TITIP

ONLINE

Pada bab ini akan membahas mengenai jual beli

dalam hukum perdata, jual beli dalam e-commerce,

penitipan dalam hukum perdata, perjanjian dalam

hukum perdata dan e-commerce, dan pandangan

hukum atas jasa titip online

65
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm 7

Universitas Sumatera Utara


BAB III PERLINDUNGAN TERHADAP PENGGUNA

JASA TITIP ONLINE

Dalam bab ini akan dibahas tentang proses jual beli

pada jasa titip online, hak penjual dan pembeli, dan

perlindungan terhadap pengguna jasa titip online

apabila terjadi cacat produk

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab

Kesimpulan dan Saran. Merupakan ringkasan dari

bab-bab yang berisi kesimpulan mengenai

permasalahan yang dibahas dan saran-saran dari

penulis berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB II
PANDANGAN HUKUM ATAS JASA TITIP ONLINE

A. Jual Beli Dalam Hukum Perdata

Setiap manusia tidak akan luput dari kebutuhan hidupnya.

Untukmemenuhi kebutuhan hidup tersebut, manusia mengembangkankemampuan

dan akalnya masing-masing saling memberikan (ataumempertukarkan) satu hal

dengan hal yang lain, agar kehidupan individudalam kelompok dapat terpenuhi

secara efisien, berimbang bagi individudan kelompok tersebut.Manusia mulai

mempergunakan perkembanganakalnya dengan menyatakan suatu bentuk alat

tukar yang berlaku secarauniversal, mulai dari logam-logam mulai hingga pada

akhirnyamemperoleh bentuk alat tukar dalam wujud uang.Pertukaran

antarakebutuhan dan uang dinamakan jual beli.Jual beli merupakan

suatukebutuhan hidupnya sehari-hari yang paling sederhana.

Jual beli menurut undang-undang Hukum Perdata adalah suatupersetujuan

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untukmenyerahkan suatu

kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar hargayang telah ditetapkan. 66

Jual beli biasanya dapat terjadi sedikit banyak tanpa syarat-

syaratformal.Sebagian besar jual beli tunai dilakukan semata-mata dengan

lisan,seperti jual beli barang di Toko, jual beli makanan dan minuman diRestoran

atau di tempat umum, jual beli mobil secara tunai.Apabiladiperkenankan jual beli

66
Gunawan Wijaya dan Kartini Mulyadi, Jual Beli, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), hlm 7.

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan secara kredit dengan pembayaranyang berangsur. Perjanjian harus

dibuat secara

Universitas Sumatera Utara


tertulis, baik berdasarkanundang-undang kredit konsumen maupun

berdasarkan tata tertib sewa belidan perjanjian jual beli kredit. 67

Jual beli adalah suatu perjanjian konsesuil artinya ia sudahdilahirkan

sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyaikekuatan Hukum)

pada detik tercapainya sepakat antara penjual danpembeli.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa untuk terjadi perjanjianjual beli,

cukup jika kedua pihak sudah mencapai persetujuan tentangbarang dan harganya

meskipun barang itu belum diserahkan maupunharganya belum dibayar sesuai

dengan Pasal 1458 KUH Perdata. 68

Jual beli dilihat dari segi pelaksanaannya dibagi menjadi tigamacam yaitu:

1. Jual beli dengan percobaan (coop of proof) yaitu jual beli yang

berlakunya masih ditangguhkan pada hasil-hasil percobaan dalam satu

masa. 69

2. Jual beli percobaan diatur dalam Pasal 1463 KUH Perdata 70, jual beli

percobaan berarti pembeli baru akan memberi kepastian jadi atau

tidaknya jual beli. Setelah pembeli melakukan percobaan atau

mencoba barang yang hendak dibeli, setelah melakukan percobaan

barulah pembeli memberi penegasan tentang sesuai atau tidaknya

barang yang akan dibeli. Jual beli dengan percobaan dapat terjadi

67
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1980), hlm 243.
68
op.cit, Pasal 1458
69
C.S.T. Kansil, Hukum Perdata I, (Jakarta: Pradya Paramita, 1997), hlm 237.
70
op.cit, Pasal 1463

Universitas Sumatera Utara


secara tegas atau diam-diam, tergantung pada suatu benda. Apabila

terhadap benda itu, kebiasaan telah menentukan harus dicoba lebih

dahulu tanpa disebut secara tegas, dianggap jual beli dengan syarat

percobaan asalkan kebiasaan telah menentukan. 71Sebagai contoh

mengenai jual beli sebuah lemari es, meskipun barang dan harga sudah

disetujui, baru jadi kalau barang sudah dicoba dan memuaskan. Begitu

juga dengan jual beli pesawat radio dan televisi.

3. Jual beli dengan contoh (coop op monster) yaitu jual beli yang disertai

dengan contoh-contoh jenis barang yang ditawarkan. 72

Mengenai jual beli dengan contoh/monster tidak disebutkan dalam

undang-undang kecuali disebut dalam Pasal 69 Kitab Undang- Undang Hukum

Dagang.Padahal dalam praktek sehari-hari, banyak sekali terjadi jual beli dengan

contoh. 73 Contoh-contoh ini maksudnya untuk disamakan dengan barang-barang

yang akan diterimanya nanti. Jika barang-barang yang diterima pembeli tidak

sama jenisnya dengan monster, maka pembeli dapat menuntut pada penjual untuk

melakukan pembatalan jual beli tersebut.

Jual beli sewa (huru coop) adalah perjanjian jual beli dimana sipembeli

menjadi pemilik mutlak dari barang yang dibelinya itu, padasaat pencicilan

terakhir telah dibayar. Sedangkan selama barang itubelum lunas dibayar,

71
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), hlm 186.
72
C.S.T. Kansil, op. cit, hlm 237.
73
M. Yahya Harahap, op. cit, hlm 186.

Universitas Sumatera Utara


kedudukan si pembeli sama dengan seorangpenyewa. Jika si pembeli sewa tidak

mau membayar sewanya,perikatan dapat diputuskan. 74

Apabila barang yang disewa hilang, maka dengan sendirinyamenurut

Hukum perjanjian sewa itu gugur.Sehingga tidak perludiminta pernyataan batal,

resiko kerugian dibagi dua antara pihak yangmenyewakan dengan pihak penyewa.

Tetapi apabila terjadi kerusakanpada barang yang disewa mewajibkan si penyewa

membayar ganti rugi, atau bisa diperbaiki langsung oleh orang yang menyewakan

tasbeban rekening si penyewa.

Dari ketiga bentuk jual beli di atas yang cocok digunakanpada masa

sekarang adalah jual beli percobaan dan jual beli sewa,karena jual beli yang

terjadi dalam lalu lintas kehidupan masyarakatsehari-hari adalah jual beli dari

tangan ke tangan yakni jual beli yangdilakukan antara penjual dan pembeli tanpa

campur tangan pihakresmi.Kecuali mengenai benda-benda tidak bergerak yang

selalumemerlukan bentuk akte jual beli.

B. Jual Beli DenganE-Commerce

E-Commerce merupakan suatu proses jual beli barang dan jasa yang

dilakukan melalui jaringan komputer, yaitu internet. Jual beli secara online dapat

mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat melakukan

transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun. Semua transaksi

jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa ada tatap muka antara para pihaknya,

mereka mendasarkan transaksi jual beli tersebut atas rasa kepercayaan satu

74
C.S.T. Kansil, op. cit, hlm. 238.

Universitas Sumatera Utara


samalain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun

dilakukan secara elektronik. 75

Melalui e-commerce semua formalitas-formalitas yang biasa digunakan

dalam transaksi konvensional dikurangi, di samping tentunya konsumen pun

memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan membandingkan informasi

seperti barang dan jasa secara lebih leluasa tanpa dibatasi oleh batas wilayah

(borderless).E-commerce tidak hanya memberikan kemudahan bagi konsumen,

namun perkembangan ini memudahkan produsen dalam memasarkan produk yang

berpengaruh pada penghematan biaya dan waktu. 76

Pasal 1 angka 6 UU ITE No. 11 Tahun 2008 mengatur bahwa

penyelenggaraan sistem elektronik adalah pemanfaatan sistem elektronik oleh

penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat. Selanjutnya,

Pasal 15 ayat (1) UUITE mengatur bahwa setiap penyelenggara sistem elektronik

harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta

bertanggungjawab terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana

mestinya. 77

Jual beli secara online (e-commerce) pada dasarnya sama dengan jaul beli

pada umumnya, dimana suatu jual beli terjadi ketika ada kesepakatan mengenai

barang atau jasa yang diperdagangkan serta harga atas barang atau jasa tersebut.

Jual beli secara online dan jaul beli pada umumnya (konvensional) yang

75
Herniwati, Tesis: “Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata Terhadap Jual Beli Secara
Online (E-Commerce)”, (Padang:UNP, 2013), hlm 3.
76
Ibid, hlm 3.
77
Indonesia (Sistem Informasi) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, Pasal 15 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara


membedakan hanya pada media yang digunakan. Jika ada jual beli konvensional

para pihak harus bertemu langsung disuatu tempat guna menyepakati mengenai

apa yang diperjual belikan serta berap harga atas barang atau jasa tersebut. 78

Sedangkan pada jual beli secara online (e-commerce), proses transaksi yang

terjadi memerlukan sutu media internet sebagai media utamanya, sehingga proses

transaksi perdagangan terjadi tanpa perlu adanya pertemuan langsung atau face to

face antar para pihak. Proses transaksi tawar menawar harga dapat dilakukan

dimana saja tanpa harus mempertemukan pihak penjual dan pembeli di dalam

suatu tempat yang sama untuk menyepakati harga dari suatu barang. 79

Jual beli secara online menggunakan ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata

sebagai dasar pengaturannya sehingga apa yang menjadi syarat sahnya perjanjian

dalam KUHPerdata dapat diterapkan serta perjanjian jual beli secara online dapat

diakui keabsahannya sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata

yaitu : 80

1. Kesepakatan

Dalam transaksi bisnis yang menggunakan e-commerce, pihak yang

memberikan penawaran adalah pihak penjual dalam hal ini adalah yang

menawarkan barang dan jasa melalui website.Semua pengguna internet dapat

dengan bebas masuk untuk melihat penawaran tersebut untuk membeli barang

yang ditawarkan tersebut. Jika pembeli tertarik untukmembeli sutu barang atau

78
Herniwati, op.cit,hlm 4.
79
Herniwati, Ibid, hlm 12.
80
Op.cit, Pasal 1320.

Universitas Sumatera Utara


jasa maka pembeli hanya perlu mengklik barang atau jasa yang sesuai dengan

keinginannya, biasanya setelah pesanan sampai kepada penjual maka penjual akan

mengirim e-mail atau melalui telpon untuk mengkomfirmasikan pesanan tersebut

terhadap customer 81

2. Kecakapan

Kecakapan adalah salah satu syarat sah pejanjian.Cakap dalam hukum

adalah orang dewasa, anak-anak dianggap belum cakap.Tapi dalam perjanjian

anak-anak yang membuat perjanjian tetap dianggap sah jika tidak merugikan

kedua belah pihak.Dalam jual beli secara konvensional, seorang anak SD yang

membeli suatu barang dianggap sah jika tidak merugikan kedua belah

pihak.Demikian juga dalam transaksi online, seorang anak juga bisa membeli

suatu barang atau jasa yang ditawarkan oleh pedagang karena antara pembeli

dengan penjual tidak bertemu secara langsung.

3. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu adalah tentang objek atau benda atau barang yang jelas

wujudnya. Dalam transaksi konvensional barang yang ditawarkan oleh penjual

jelas dan dapat dilihat secara langsung dan penyerahannya juga dilakukan secara

langsung, tapi secara online, barang yang ditawarkan adalah dalam bentuk gambar

atau foto dan pembeli akan melihat secara langsung jika sudah terjadi penyerahan

barang oleh penjual dengan mengklik penawaran barang oleh penjual. Baik jual

81
Yahya Ahmad Zein, Kontrak Elektronok & Penyelesain Sengketa Bisnis E-Commerce,
(Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm 56.

Universitas Sumatera Utara


beli secra konvensional atau secara online harus memenuhi syarat sesuatu hal

tertentu.

4. Sebab yang dihalalkan

Sebab yang dihalalkan adalah isi perjanjian tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang, kesusilaan dan kepentingan umum.Sebab yang halal

dimaksudkan bahwa perjanjian harus dilakukan dengan iktikad baik.Perjanjian

secara online harus menganut prinsip iktikad baik.

Akibat hukum dari jual beli secara online adalah sah menurut hukum jika

memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yang harus memenuhi ke empat

syarat tersebut.Syarat satu dan dua disebut syarat subjektif karena menyangkut

orang, jika syarat 1 dan 2 tidak ada maka perjanjian tetap sah hanya saja dapat

dibatalkan.Yang membatalkan adalah pihak-pihak yang merasa

dirugikan.Sedangkan syarat 3 dan 4 disebut syarat objektif karena menyangkut

tentang barang, jika objektif tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum

artinya perjanjian dianggap tidak pernah ada. 82

Hubungan hukum yang terjadi dalam jual beli secara konvensional hanya

melibatkan antara dua pihak saja yaitu pihak penjual dan pembeli.Hubungan

tersebut berupa perjanjian yang menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan

kewajiban penjual juga hak dan kewajiban pembeli. Baik perjanjian jual beli

secara konvensional atau secara online para pembeli dan penjual akan dilindungi

oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

82
Yahya Ahmad Zein, Ibid, hlm 58-59.

Universitas Sumatera Utara


Dalam undang-undang ini mengatur tentang hak dan kewajiban para konsumen

dan pelaku usaha.

Sebagaimana ditentukan pada Pasal 18 ayat (1) UU ITE No. 11 tahun 2008

sebagai berikut:

“Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik


mengikat para pihak”.

Pasal 19 UU ITE menyatakan bahwa “para pihak yang melakukan

transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati”.Jadi,

sebelum melakukan transaksi elektronik, para pihak harus bersepakat untuk

menggunakan sistem elektronik untuk melakukan transaksi.

Setelah para pihak bersepakat, pihak pembeli harus cukup mempelajari

term of condition (ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan) pihak penjual.Apabila

term of conditions-nya telah disetujui dan dipenuhi oleh pihak pembeli, maka

langkah terakhir adalah dengan dilakukan pengeklikan tombol “Send” atau

dengan memberi tanda √”


“ oleh pihak pembeli yang menandakan suatu syarat

persetujuan untuk perjanjian yang ditawarkan oleh pihak penjual.

Pada transaksi e-commerce ini pembayaran dapat dilakukan dengan

menggunakan kartu kredit (credit card), kartu debit (debet card), cek pribadi

(personal check), atau transfer antar rekening. Langkah selanjutnya adalah pihak

pembeli berhadapan dengan sebuah halaman situs yang menanyakan berbagai

informasi sehubungan dengan proses pembayaran yang ingin dilakukan. Informasi

yang biasa ditanyakan sehubungan dengan aktifitas ini adalah sebagai berikut: 83

83
Harisma Agung, “Perjanjian Jual beli” http:///makalah-perjanjian-jual-beli-dalam.html,
diakses pada tanggal 9 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara


1. Cara pembayaran yang ingin dilakukan, seperti: transfer, kartu kredit,
kartu debit, cek personal, dan lain sebagainya. Jika menggunakan kartu
kredit misalnya, informasi lain kerap ditanyakan, seperti nama yang
tercantum dalam kartu, nomor kartu, expire date, dan lain sebagainya.
Contoh lain adalah jika menggunakan cek personal, biasanya selain nomor
cek, ditanyakan pula nama dan alamat bank yang mengeluarkan cek
tersebut;
2. Data atau informasi pribadi dari yang melakukan transaksi, seperti: nama,
alamat, nomor telepon, alamat penagihan, dan lain sebagainya. Jika
konsumen ingin melakukan pembayaran dengan metoda lain, seperti
digital cash atau electronic check misalnya, konsumen diminta untuk
mengisi user name dan password terkait sebagai bukti otentik transaksi
melalui internet. Setelah pihak pembeli mengisi formulir elektronik
tersebut, maka perusahaan yang memiliki situs akan melakukan
pengecekan berdasarkan informasi pembayaran yang telah dimasukkan ke
dalam sistem. Melalui sebuah sistem gateway (fasilitas yang
menghubungkan dua atau lebih sistem jaringan komputer yang berbeda),
perusahaan akan melakukan pengecekan terhadap bank yang dipilih oleh
pihak pembeli untuk melakukan pembayaran (misalnya menghubungi Visa
atau Master card untuk jenis pembayaran kartu kredit).
Hasil dari proses pengecekan di atas secara otomatis akan
“diinformasikan” kepada penjual melalui situs perusahaan. Jika berhasil,
maka pembeli dapat melakukan proses berikutnya (menunggu barang
dikirimkan secara fisik ke lokasi konsumen atau konsumen dapat
melakukan download terhadap produk-produk digital). Jika proses
pengecekan tadi gagal, maka pesan kegagalan tersebut akan diberitahukan
melalui situs yang sama atau langsung ke e-mail pembeli.

Berbagai cara biasa dilakukan oleh perusahaan maupun bank untuk

membuktikan kepada konsumen bahwa proses pembayaran telah dilakukan

dengan baik, seperti:

1. Pemberitahuan melalui email mengenai status transaksi jual beli

produk atau jasa yang telah dilakukan.

2. Pengiriman dokumen elektronik melalui email atau situs terkait yang

berisi “berita acara” jual-beli dan kuitansi pembelian yang merinci

jenis produk atau jasa yang dibeli berikut detail mengenai metode

pembayaran yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Pengiriman kuitansi pembayaran melalui kurir ke alamat atau lokasi

konsumen. Secara umum, suatu transaksi perdagangan seyogyanya dapat

menjamin:

1. Kerahasiaan (confidentiality): data transaksi harus dapat disampaikan

secara rahasia, sehingga tidak dapat dibaca oleh pihak-pihak yang

tidak diinginkan;

2. Keutuhan (integrity): data setiap transaksi tidak boleh berubah saat

disampaikan melalui suatu saluran komunikasi;

3. Keabsahan atau keotentikan (authenticity), meliputi:

a) Keabsahan pihak-pihak yang melakukan transaksi: bahwa sang

konsumen adalah seorang pelanggan yang sah pada suatu

perusahaan penyelenggara sistem pembayaran tertentu (misalnya

kartu kredit Visa dan Master card), atau kartu kredit seperti

Kualiva dan Stand Card (misalnya) dan keabsahan keberadaan

pedagang itu sendiri.

b) Keabsahan data transaksi: bahwa data transaksi itu oleh penerima

diyakini dibuat oleh pihak yang mengaku membuatnya (biasanya

sang pembuat data tersebut membutuhkan tanda tangannya). Hal

ini termasuk pula jaminan bahwa tanda tangan dalam dokumen

tersebut tidak bisa dipalsukan atau diubah

4. Dapat dijadikan bukti/tak dapat disangkal (non-repudation) catatan

mengenai transaksi yang telah dilakukan dapat dijadikan barang bukti

di suatu saat jika ada perselisihan

Universitas Sumatera Utara


Dalam jual beli secara online ditambahkan dengan adanya UU ITE No. 11

Tahun 2008 didalam undang-undang ini diatur tentang hak dan kewajiban

konsumen serta pelanggaran dalam dunia maya dengan menggunakan elektronika.

Dalam praktek jual beli secara e-commerce ataupun online, terdapat

beberapa tindakan yang berbeda dengan jual beli yang dilakukan secara tidak

online. Tindakan-tindakan tersebut antara lain : 84

1. Antara penjual dan pembeli tidak melakukan tatap muka (secara


langsung)
2. Kesepakatan dicapai secara tertulis dalam media elektronik
3. Dalam transaksi online, tanggung jawab (kewajiban) atau perjanjian
dibagi kepada para pihak yang terlibat dalam jual beli tersebut
4. Sedikitnya ada empat pihak yang terlibat di dalam transaksi online.
Pihak tersebut antara lain perusahaan penyedia barang (penjual),
pembeli, perusahaan penyedia jasa pengiriman, dan jasa pembayaran
5. Dalam transaksi online terdapat bagian-bagian tanggung jawab
pekerjaan yaitu untuk penawaran, pembayaran, pengiriman. Pada
proses penawaran dan proses persetujuan jenis barang yang dibeli,
maka transaksi antara penjual dan pembeli selesai. Penjual menerima
persetujuan jenis barang yang dipilih dan pembeli menerima
konfirmasi bahwa pesanan atau pilihan barang telah diketahui oleh
penjual
6. Terdapat perjanjian-perjanjian khusus yang disepakati keduanya,
diantaranya:
a) Barang dikirim setelah pembayaran dilunasi seluruhnya di muka
b) Barang yang telah diterima pembeli sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pembeli dan lepas dari tanggung jawab penjual
c) Apabila terdapat cacat-cacat pada barang yang telah diterima,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembeli
d) Apabila setelah jangka waktu tertentu pembayaran tidak dilakukan,
kesepakatan batal dan barang dialihkan pada pembeli lain

Dalam transaksi jual beli dikenal proses pembayaran dan penyerahan

barang. Konsep dari jual beli tersebut tetap ada dimana dengan adanya internet

84
Mariana Izen “Hukum Perdata dalam jual beli”, http://hukum-perdata-dalam-jual-
beli/2011/12/html, diakses pada tanggal 6 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara


atau e-commerce hanya membuat transaksi jual beli atau hubungan hukum yang

terjadi menjadi lebih singkat, mudah dan sederhana. Kapankan suatu perjanjian

dalam transaksi e-commerce tersebut berlangsung, akan berhubungan dengan para

pihak yang melakukan transaksi tersebut. Dalam transaksi jual beli biasa,

perjanjian berakhir pada saat masing-masing pihak melakukan kewajibannya

masing-masing, pembeli menyerahkan uang dan penjual menyerahkan barang. 85

Dapat dikatakan bahwa transaksi antara penjual dan pembeli dalam

tahapanpersetujuan barang telah selesai sebagian sambil menunggu barang yang

telah dipesan tadi tiba atau diantar ke alamat pembeli. Dalam transaksi yang

melibatkan pihak bank, maka bank baru akan mengabulkan permohonan dari

pembeli setelah penjual menerima konfirmasi dari Bank yang ditunjuk penjual

dalam transaksi e-commerce tersebut. Setelah penjual menerima konfirmasi

bahwa pembeli telahmembayar harga barang yang dipesan, selanjutnya penjual

akan melanjutkan atau mengirimkan konfirmasi kepada perusahaan jasa

pengiriman untuk mengirimkan barang yang dipesan ke alamat pembeli.

Setelah semua proses tersebut dilakukan, di mana ada proses

penawaran,pembayaran, dan penyerahan barang maka perjanjian tersebut

dikatakan selesaiseluruhnya atau perjanjian tersebut telah berakhir. Pihak yang

terkait langsung dalam transaksi paling tidak ada empat pihak yang terlibat, diatas

telah disebutkan antara lain; penjual, pembeli, penyedia jasa pembayaran,

penyedia jasa pengiriman.

85
Raharjo Handri, Buku Pintar Transaksi Jual Beli Dan Sewa Menyewa, Cet. Kesatu,
(Jakarta:Penerbit Pustaka Yustisia, 2010), hlm 37.

Universitas Sumatera Utara


Sama seperti sahnya perjanjian/kontrak pada umumnya, keabsahan suatu

transaksi elektronis sebenarnya tidak perlu diragukan lagi sepanjang terpenuhinya

syaratsyarat kontrak. 86 Dalam sistem hukum Indonesia, sepanjang terdapat

kesepakatan diantara para pihak; cakap mereka yang membuatnya; atas suatu hal

tertentu; dan berdasarkan suatu sebab yang halal, maka transaksi tersebut

seharusnya sah, meskipun melalui proses elektronis.

C. Penitipan Dalam Hukum Perdata

Salah satu kebutuhan hidup manusia adalah terpenuhinya rasa

amanterhadap diri sendiri secara pribadi maupun terhadap barang-barang

miliknya.Termasuk rasa aman terhadap barang yang dititipkan kepada jasa

penitipanbarang.Dalam Hukum Perdata mengatur adanya ketentuan

mengenaipenitipan yang diatur dalam Bab XI tentang Penitipan Barang yaitu

Pasal1694-1793 Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) 87.

Menurut Buku Ketiga Bab XI KUHPerdata yang mengatur

tentangpenitipan dalam Pasal 1694 disebutkan bahwa penitipan adalah

terjadi,apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain dengan syarat

bahwa ia akan menyimpanya dan mengembalikannya dalamwujud asalnya.

Menurut Pasal 1694 KUHPerdata 88, dapat diartikan bahawa titip

adalahperjanjian antara seseorang yang menitipkan/menyerahkan suatubarang

86
Raharjo Handri, Ibid, hlm 38-39.
87
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1694-1793
88
Ibid, Pasal 1694

Universitas Sumatera Utara


kepada orang lain (penerima titipan) dengan syarat agar oranglain itu

menyimpannya dan mengembalikannya dalam keadaan aslikepada yang

menitipkannya (pemberi titipan).

Penitipan barang terjadi bila orang menerima barang orang lain dengan

janjiuntuk menyimpannya dan kemudian mengembalikannya dalam keadaan

yangsama, penitipan juga terbagi atas dua jenis yaituPenitipan Sekestrasi dan

Penitipan Sejati.

Penitipan Sekestrasi adalah penitipan barang yang berada

dalampersengketaan kepada orang lain yang mengikatkan diri untuk

mengembalikan barang itu dengan semua hasilnya kepada yang berhakatasnya

setelah perselisihan diputus oleh Pengadilan. Penitipan demikianterjadi karena

perjanjian atau karena perintah hakim, seperti penyimpananbarang sitaan atas

adanya perikatang hutang piutang.

Penitipan barang sekestrasi diatur dalam Buku III Bab Ke-sebelas Bagian

Ke-tiga, mulai dari Pasal 1730 sampai dengan Pasal 1739 KUHPerdata. Definisi

dari sekestrasi disebutkan dalam Pasal 1730 ayat (1) KUHPerdata yang

berbunyi: 89

”Sekestrasi ialah penitipan barang tentang mana ada perselisihan,


diatangannya seorang pihak ketiga yang mengikat diri untuk, setelah
perselisihan itu diputus, mengembalikan barang itu kepada siapa yang
akan dinyatakan berhak, beserta hasil-hasilnya.”

Penitipan barang sekestrasi ini terdiri atas dua macam, yaitu:

1. Sekestrasi yang terjadi dengan perjanjian atau persetujuan

89
Ibid, Pasal 1730

Universitas Sumatera Utara


Sekestrasi yang terjadi dengan perjanjian atau persetujuan adalah apabila

barang yang menjadi sengketa diserahkan kepada seorang pihak ketiga oleh satu

orang atau lebih secara sukarela. 90Sekestrasi dapat mengenai baik barang-barang

bergerak maupun barang-barang tak bergerak, 91jadi berlainan dari penitipan

barang yang sejati, yang hanya dapat mengenai barang yang bergerak saja. 92

Si penerima titipan yang ditugaskan melakukan sekestrasi tidak dapat

dibebaskan dari tugasnya, sebelum persengketaan diselesaikan, kecuali apabila

semua pihak yang berkepentingan menyetujuinya atau apabila ada suatu alasan

lain yang sah. 93

2. Sekestrasi atas perintah hakim

Sekestrasi atas perintah hakim terjadi apabila Hakim memerintahkan supaya suatu

barang tentang mana ada sengketa, dititipkan kepada seorang. 94Selanjutnya

mengenai sekestrasi ini dijelaskan dalam Pasal 1737 KUHPerdata sebagai

berikut: 95

“Sekestrasi guna keperluan Pengadilan diperintahkan kepada seorang yang


disetujui oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau kepada seorang yang
ditetapkan oleh Hakim karena jabatan”.

Dalam kedua-duanya hal, orang kepada siapa barangnya telah

dipercayakan, tunduk kepada segala kewajiban yang terbit dalam halnya

sekestrasi dengan persetujuan, dan selainnya itu ia diwajibkan saban tahun, atas

90
Ibid , Pasal 1731
91
Ibid , Pasal 1734
92
Ibid, Pasal 1696
93
Ibid, Pasal 1735
94
Ibid, Pasal 1736
95
Ibid, Pasal 1737

Universitas Sumatera Utara


tuntutan Kejaksaan, memberikan suatu perhitungan secara ringkas tentang

pengurusannya kepada Pengadilan, dengan memperlihatkan ataupun menunjukkan

barang-barang yang dipercayakan kepadanya, namunlah disetujuinya perhitungan

itu tidak akan dapat diajukan terhadap para pihak yang berkepentingan. 96

Hakim dapat memerintahkan sekestrasi: 97

1. Terhadap barang-barang bergerak yang telah disita ditangannya

seorang berutang (debitor).

2. Terhadap suatu barang bergerak maupun tak bergerak, tentang mana

hak miliknya atau hak penguasaannya menjadi persengketaan;

3. Terhadap barang-barang yang ditawarkan oleh seorang berutang

(debitor) untuk melunasi utangnya. 98

Penyitaan yang disebutkan poin pertama diatas adalah penyitaan

conservatoir yang telah dilakukan atas permintaan seorang penggugat, sedangkan

penawaran barang-barang oleh seorang debitor kepada kreditornya untuk

melunasi utangnya, sebagaimana disebutkan poin ke-3, dilakukan dalam hal

kreditor itu menolak pembayaran yang akan dilakukan debitornya, sehingga

debitor ini terpaksa meminta bantuan seorang jurusita atau notaris untuk

menawarkan barang atau uang tersebut (secara resmi) kepada kreditor tersebut.

Apabila penawaran tersebut ditolak oleh kreditor, maka barang atau uang tersebut

dapat dititipkan dikepaniteraan Pengadilan atau kepada seorang yang ditunjuk

96
Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hlm 117.
97
Subekti, Ibid, hlm 117.
98
op.cit, Pasal 1738

Universitas Sumatera Utara


oleh Hakim. Perbuatan ini akan disusul oleh suatu gugatan dari debitor tersebut

untuk menyatakan sah penitipan tersebut, dan dengan disahkannya penitipan itu,

maka si debitor dibebaskan dari utangnya. 99

Sedangkan Penitipan Sejati adalah penitipan barang terjadi secarasukarela

atau secara terpaksa, penitipan barang dengan sukarela terjadi karenaada

perjanjian timbal balik antar pemberi titipan dan penerima titipan.Penitipan secara

terpaksa ialah penitipan yang terpaksa dilakukan oleh karenaterjadinya suatu

malapetaka.Penitipan murni dapat dijumpai dalamkeseharian kita seperti penitipan

kendaraan. 100

Penitipan barang yang sejati diatur dalam Buku III Bab Ke-sebelas Bagian

Ke-dua, mulai dari Pasal 1696 sampai dengan Pasal 1729 KUHPerdata. 101Pasal

1696 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa penitipan barang yang sejati

dianggap telah dibuat dengan cuma-cuma, jika tidak diperjanjikan

sebaliknya.Kemudian ayat (2) nya menyatakan bahwa penitipan barang yang

sejati ini hanya dapat mengenai barang-barang yang bergerak.Selanjutnya Pasal

1697 KUHPerdata 102 menyatakan bahwa perjanjian tersebut tidaklah telah

terlaksana selainnya dengan penyerahan barangnya secara sungguh-sungguh atau

secara dipersangkakan.Ketentuan ini mengambarkan lagi sifatnya rill dari

99
Ibid.
100
Asevy Sobari “Penitipan Menurut Pasal 1694 KUHPerdata”, http://hukumonline.com-
pengertian-penitipan-pasal-1694-KUHPerdata-html, diakses pada tanggal 10 Februari 2019
101
op.cit, Pasal 1696-1729
102
Ibid, Pasal 1697

Universitas Sumatera Utara


perjanjian penitipan, yang berlainan dari sifat perjanjian-perjanjian lain yang pada

umumnya adalah konsesual.

Penitipan barang yang sejati ada dua macam, yaitu sebagai berikut:

1. Penitipan Barang dengan Sukarela

Dari ketentuan Pasal 1699 KUHPerdata 103, dapat diketahui bahwa

penitipan barang dengan sukarela terjadi karena sepakat bertimbal balik antara

pihak yang menitipkan barang dan pihak yang menerima titipan.Penitipan barang

dengan sukarela hanyalah dapat terjadi antara orang-orang yang mempunyai

kecakapan untuk membuat perjanjian-perjanjian. Namun jika itu seorang yang

cakap untuk untuk membuat perjanjian, menerima penitipan suatu barang dari

seorang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian, maka tunduklah ia pada

semua kewajiban yang dipikul oleh seorang penerima titipan yang sungguh-

sungguh. 104Yang dimaksudkan oleh ketentuan tersebut adalah bahwa meskipun

penitipan sebagai suatu perjanjian yang sah hanya dapat diadakan antara orang-

orang yang cakap menurut hukum, namun apabila seorang yang cakap menerima

suatu penitipan barang dari seorang yang tidak cakap maka si penerima titipan

harus melakukan semua kewajiban yang berlaku dalam suatu perjanjian penitipan

yang sah. 105

103
Ibid, Pasal 1699
104
Ibid, Pasal 1701
105
Subekti, op.cit, hlm 108.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian Pasal 1702 KUHPerdata 106 mengatakan jika penitipan

dilakukan oleh seorang yang berhak kepada seorang yang tidak cakap untuk

membuat perjanjian, maka pihak yang menitipkan hanyalah mempunyai hak

terhadap pihak yang menerima titipan untuk menuntut pengembalian barang yang

dititipkan, selama barang ini masih ada pada pihak yang terakhir itu; atau, jika

barangnya sudah tidak ada lagi pada si penerima titipan, maka dapatlah ia

menuntut pemberian ganti rugi sekadar si penerima titipan itu telah memperoleh

manfaat dari barang tersebut. 107 Maksudnya adalah, bahwa jika seorang yang

cakap menurut hukum menitipkan barang kepada seorang yang tidak cakap, maka

ia memikul risiko kalau barang itu dihilangkan. Hanyalah, kalau si penerima

titipan itu ternyata telah memperoleh manfaat dari barang yang telah dihilangkan,

maka orang yang menitipkan dapat menuntut pemberian ganti rugi. Si penerima

titipan dapat dikatakan telah memperoleh manfaat dari barang yang telah

dihilangkan itu umpamanya kalau ia telah menjualnya dan uang pendapatan

penjualan telah dipakainya. Jadi kalau barangnya hilang dicuri orang karena si

penerima titipan tidak menyimpannya dengan baik, tidak ada tuntutan ganti

rugi.Dengan sendirinya tuntutan pemberian gani rugi ini harus dilakukan terhadap

orangtua atau wali dari si penerima titipan. 108

2. Penitipan Barang Karena Terpaksa

106
op.cit, Pasal 1702
107
Ibid, hlm 108.
108
Ibid, hlm 109

Universitas Sumatera Utara


Menurut Pasal 1703 KUHPerdata 109, yang dinamakan penitipan barang

karena terpaksa adalah penitipan yang terpaksa dilakukan oleh seseorang karena

timbulnya suatu malapetaka, misalnya: kebakaran, runtuhnya gedung,

perampokan, karamnya kapal, banjir, dan lain-lain peristiwa yang tak

tersangka. 110Kemudian disebutkan dalam Pasal 1705 KUHPerdata 111, penitipan

barang karena terpaksa ini diatur menurut ketentuan seperti yang berlaku terhadap

penitipan sukarela.Maksudnya adalah bahwa suatu penitipan yang dilakukan

secara terpaksa itu mendapat perlindungan dari undang-undang yang tidak kurang

dari suatu penitipan yang terjadi secara sukarela.

Berdasarkan Pasal 1699 KUHPerdata, bahwa penitipan barang dengan

sukarela terjadi karena sepakat bertimbal-balik antara pihak yang menitipkan

barang dengan pihak yang menerima titipan, di samping pasal tersebut terdapat

pula pasal berikutnya yang mendasari hukum penitipan barang. 112 Menurut Pasal

1706 KUHPerdata, mewajibkan si penerima titipan, mengenai perawatan barang

yang di percayakan kepadanya, memeliharanya dengan minat yang sama seperti

memelihara barang kepunyaan sendiri. 113

Apabila tidak adanya kontrak atau perjanjian kerjasama yang berbentuk

tertulis dan pasti mengikat kedua belah pihak dalam kontrak kerjasama

konsinyasi, maka apabila terjadi sengketa kedua belah pihak akan sulit untuk
109
op.cit, Pasal 1703
110
op.cit, hlm 109
111
op.cit, Pasal 1705
112
Ibid.
113
op.cit, Pasal 1706

Universitas Sumatera Utara


melakukan tindakan-tindakan hukum jika terjadi sengketa, dikarenakan tidak

adanya hubungan hukum kontrak atau perjanjian kerjasama yang pasti dan

berbentuk tertulis, walaupun telah ada unsur kesepakatan bertimbal balik dalam

kesepakatan kedua belah pihak tersebut.

D. Perjanjian Dalam Hukum Perdata dan E-Commerce

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

menyatakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” 114

Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa suatu perjanjian

adalah:

1. Suatu perbuatan.

2. Antara sekurangnya dua orang.

3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang

berjanji tersebut.

Perbuatan yang disebutkan dalam rumusan awal ketentuan Pasal 1313

KUHPerdata menjelaskan kepada kita semua bahwa perjanjian hanya mungkin

terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk ucapan, maupun

tindakan secara fisik, dan tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata. 115

114
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT.
Pradnya Paramita, 2008), hlm 338.
115
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
(Jakarta: Rajawali, 2010), hlm 7-8.

Universitas Sumatera Utara


Menurut MuhammadAbdulkadir, ketentuan Pasal 1313 sebenarnya kurang

tepat karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi, yaitu sebagai

berikut: 116

1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari rumusan

kata kerja “mengikatkan diri”, sifatnya hanya datang dari satu pihak

saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu ialah

“saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara dua pihak;

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus. Dalam pengertian

“perbuatan” termasuk juga tindakan penyelenggaraan kepentingan

(zaakwaarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad)

yang tidak mengandung suatu konsensus. Seharusnya dipakai istilah

“persetujuan”;

3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Perngertian perjanjian mencakup

juga perjanjian kawin yang diatur dalam bidang hukum keluarga.

Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur

mengenai harta kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam buku III

KUHPerdata sebenarnya hanya meliputi perjanjian yang bersifat

kebendaan, bukan bersifat kepribadian (personal); dan

4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan Pasal itu tidak disebutkan

tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri

itu tidak jelas untuk apa.

116
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya,
2000), hlm 224-225.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling

mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal yang bersifat kebendaan yang

terletak di dalam lapangan harta kekayaan.Dari definisi tersebut jelas terdapat

konsensus antara pihak-pihak, untuk melaksanakan sesuatu hal, mengenai harta

kekayaan, yang dapat dinilai dengan uang. 117Secara sederhana, pengertian

perjanjian adalah apabila dua pihak saling berjanji untuk melakukan atau

memberikan sesuatu yang mereka perjanjikan mengenai harta kekayaan yang

dapat dinilai dengan uang.

Perjanjian jual beli adalah Suatu Perjanjian yang dibuat antara pihak

penjual dan pihak pembeli. 118Jual beli diatur dalam buku III KUHPerdata,bab ke

lima tentang Jual beli. Dalam Pasal 1457 KUHPerdata dijelaskan bahwa jual beli

adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang

telah dijanjikan. 119

Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga, dimana

antara penjual dan pembeli harus ada kata sepakat tentang harga dan benda yang

menjadi objek jual beli.Suatu perjanjian jual beli yang sah lahir apabila kedua

belah pihak telah setuju tentang harga dan barang. Sifat konsensual dari perjanjian

117
Muhammad Abdulkadir, Ibid, hlm 225.
118
H.Bahiyah, Jual Beli dalam Hukum Islam dan Hukum Perdata, (Surabaya:Unair), hlm
30.
119
op.cit, Pasal 1457.

Universitas Sumatera Utara


jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 KUHPerdata adalah jual beli itu

dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang

ini mencapai sepakattentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun

kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar. 120

Perjanjian pada umumnya merupakan perjanjian konsensual karena

mengikat para pihak saat terjadinya kesepakatan para tersebut mengenai unsur

esensial dan aksidentalia dari perjanjian tersebut.Dikatakan adanya kesepakatan

mengenai unsur esensial dan aksidentalia, karena walaupun para pihak sepakat

mengenai barang dan harga, jika ada hal-hal lainnya yang tidak disepakati yang

terkait dengan perjanjian jual beli tersebut jual beli tetap tidak terjadi karena tidak

tercapai kesepakatan. 121

Akan tetapi, jika para pihak telah menyepakati unsur esensial, unsur

naturalia dari perjanjian jual beli tersebut, yaitu tentang barang yang akan dijual

dan harga barang tersebut, dan para pihak tidak mempersoalkan hal lainnya,

klausul-klausul yang dianggap berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan

ketentuan-ketentuan tentang jual beli yang ada dalam perundang-undangan.

Adapun perjanjian mengandung unsur-unsur sebagai berikut, yakni: 122

1. Essentialia, ialah unsur yang mutlak harus ada bagi terjadinya

perjanjian. Unsur ini mutlak harus ada agar perjanjian itu sah,

merupakan syarat sahnya perjanjian.

120
H. Bahiyah, op.cit, hlm 31.
121
Ibid.
122
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


Unsur essentialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan

berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu atau lebih

pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang

membedakankannya secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya.Unsur

essentialia ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan

rumusan, definisi, atau pengertian dari suatu perjanjian.

2. Naturalia, yaitu unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian, yaitu

unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara

diam-diam dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena

sudah merupakan pembawaan atau melekat pada perjanjian.

Unsur naturalia pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur

essentialia diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang

mengandung unsur essentialia jual-beli, pasti akan terdapat unsur

naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk menanggung kebendaan

yang dijual dari cacat-cacat tersembunyi. Sehubungan dengan hal itu,

maka berlakulah ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata yang menyatakan

bahwa: “Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang

dengan tegasdinyatakan di dalamnya, melainkan juga untuk segala

sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan,

kebiasaan, atau undang-undang.” 123

123
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:Liberty, 2009),
hlm 118-119.

Universitas Sumatera Utara


3. Accidentalia, yaitu unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang

merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang

oleh para pihak sesuai dengan kehendak para pihak, merupakan

persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para

pihak. Dengan demikian, maka unsur ini pada hakekatnya bukan

merupakan suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan atau

dipenuhi oleh para pihak. 124

Perjanjian jual beli dikatakan pada umumnya merupakan perjanjian

konsensual karena ada juga perjanjian jual beli yang termasuk perjanjian formal,

yaitu yang mengharuskan dibuat dalam bentuk tertulisyang berupa akta autentik,

yakni jual beli barang-barang tidak bergerak. Kesepakatan dalam perjanjian jual

beli yang pada umumnya melahirkan perjanjian jual beli tersebut, juga

dikecualikan apabila barang yang diperjualbelikan adalah barang yang biasanya

dicoba dulu pada saatpembelian, karena apabila yang menjadi objek perjanjian

jual beli tersebut adaah barang yang harus dicoba dulu untuk mengetahui apakah

barang tersebut baik atau sesuai keinginan pembeli, perjanjian tersebut selalu

dianggap dibuat dengan syarat tangguh, artinya perjanjian tersebut hanya

mengikat apabila barang yang menjadi objek perjanjian adalah baik (setelah

dicoba). 125

124
Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, op.cit., hlm 85-90.
125
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm 126-127.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Pasal 1457 diatas 126, persetujuan jual beli sekaligus

membebankan dua kewajiban yaitu :

a. Kewajiban Pembeli

Kewajiban utama adalah membayar harga pembelian pada waktu dan di

tempat yang telah diperjanjikan.Akan tetapi, apabila waktu dan ditempat

pembayaran tidak ditetapkan dalam perjanjian, pembayaran harus dilakukan di

tempat dan pada waktu penyerahan barang dilakukan.

Apabila pembeli tidak membayar harga barang tersebut si penjual dapat

menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut

pembatalan perjanjian jika penjual tidak menyerahkan barangnya.

Perjanjian jual beli secara online atau dengan istilah elektronik

commerce(e-commerce) sudah berkembang dan diatur di dalam UU ITE No. 11

Tahun 2008, sebagai konsumen, harus jeli didalam membeli suatu

barang.Biasanya di dalam suatu transaksi jual beli secara online terdapat

suatuperjanjian antara pelaku usaha dan konsumen.UU ITE No. 11Tahun 2008

dalam Pasal 19 menyatakan bahwa “para pihak yang melakukan transakasi

elektronik harusmenggunakan system elektronik yang disepakati”. Jadi sebelum

melakukantransaksi elektronik, maka para pihak menyepakati sistem elektronik

yangakan digunakan untuk melakukan transaksi, kecuali ditentukan lain olehpara

pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yangdikirim

pengirim telah diterima dan disetujui oleh penerima sebagai manayang ditentukan

dalam Pasal 20 ayat (1) UU ITE.

126
op.cit, Pasal 1457.

Universitas Sumatera Utara


Maka, dalam hal ini transaksi elektronik baru terjadi jika

adanyapenawaran yang dikirimkan kepada penerima dan adanya persetujuanuntuk

menerima penawaran setelah penawaran diterima secara elektronik.

Pasal 20 ayat (2) UU ITE disebutkan “Persetujuan atas penawaran

transaksi elektronik harus dilakukan dengan pernyataan penerimaan secara

elektronik” Tahapan selanjutnya setelah dicapainya persetujuan dari para pihak

adalah melakukan pembayaran.Pembayaran dapat dilakukan dengan system cash,

transfer melalui ATM, kartu kredit, atau perantara pihakketiga seperti rekber

(rekening bersama). 127

Jual beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur

dalamKUHPerdata, sedangkan online pada dasarnya merupakan model

transaksijual beli modern yang mengimplikasikan inovasi tekhnologi

sepertiinternet sebagai media transaksi.Pelaksanaan jual beli secara online

dalampraktiknya menimbulkan beberapa permasalahan, misalnya pembeli

yangseharusnya bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dariproduk

atau jasa yang dibelinya, tetapi tidak melakukan pembayaran.

Bagi para pihak yang tidak melaksanakan tanggungjawabnyasesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati dapat digugat oleh pihakyang merasa dirugikan

untuk mendapatkan ganti rugi.Pasal 1320KUHPerdata mengatur bahwa perjanjian

harus memenuhi syarat sahnyaperjanjian, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan

127
Indonesia (Sistem Informasi) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, Pasal 20.

Universitas Sumatera Utara


dirinya, kecakapanuntuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu

sebab yanghalal. 128

Apabila dipenuhi empat syarat sahnya perjanjian tersebut, makaperjanjian

tersebut sah dan mengikat bagi para pihak.Dalam hal ini, jelas KUHPerdata ini

sebagai regulasi hukumperikatan non elektronik, sehingga asas ini memberikan

kebebasan kepada para pihak yang sepakat untuk membentuk suatu perjanjian dan

menentukan sendiri bentuk serta isi suatu perjanjian. Didalam pembelian barang

secara online, seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu barang dan jasa yang

hendak dibelanjakan melalui web, dimana perjanjian yang mendasarinya dapat

dibuat tanpa perlu para pihak untuk saling bertemu, karena cukup melalui media

internet. 129

Mengingat bahwa perjanjian yang dibuat melalui media internetadalah

perjanjian standar atau perjanjian baku, maka adanya juga harusmemenuhi

persyaratan yang telah ditentukan dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu terkait denganketentuan

pencantuman klausula baku dalam suatu perjanjian standar.

Perjanjian baku selalu dipersiapkan oleh pihak kreditur secara

sepihak,yang di dalamnya biasanya memuat syarat-syarat yang

membatasikewajiban kreditur. Syarat-syarat tersebut dikenal dengan klausula

128
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta:
PT.Pradnya Paramita, 2004), hlm 339.
129
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Ibid, hlm 339.

Universitas Sumatera Utara


eksenorasi, yang memiliki konsekuensi yuridis bahwa pihak debitur

hanyamemiliki dua alternatif, yaitu menerimanya atau menolaknya. 130

E. Pandangan Hukum Atas Jasa Titip Online

Pandangan hukum transaksi jasa titip belanja secara online, dikarenakan

pesatnya kemajuan teknologi telah merubah pola hidup masyarakat. Dimana

sebagian besar waktu dan aktivitas mereka dihabiskan dari rumah ataupun tempat

duduk di kantor, untuk menikmati berbagai aplikasi, mulai dari permainan, media

sosial, hingga belanja secara online hanya dengan menggunakan perangkat

telepon genggam didukung oleh jaringan internet. 131

Kemajuan teknologi jelas telah memberikan banyak kemudahan bagi

masyarakat, tetapi di lain sisi ia juga memiliki dampak negatif, yakni munculnya

rasa malas dari pengguna untuk bergerak, berinteraksi dengan lingkungan ataupun

untuk sekedar memenuhi kebutuhan pribadinya, semisal membeli makan, pakaian

atau kebutuhan lainnya.

Pada saat ini para pengguna telepon genggam diberikan kemudahan oleh

para pengembang aplikasi, untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seperti misalnya,

yang saat ini sedang marak yakni aplikasi yang memiliki fitur untuk melayani

transaksi titip belanja kebutuhan secara online.

130
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (Konsep, Regulasi, dan
Implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), hlm 200
131
Muslim, “hukum Transaksi titip belanja online”, https://www// hukum-transaksi-titip-
belanja-secara-online/, diakses pada tanggal 10 Februari 2019

Universitas Sumatera Utara


Melalui fitur dalam aplikasi tersebut, pengguna tinggal memilih jenis

barang atau kebutuhan yang ingin dibelinya. Kemudian dari pihak pengembang

aplikasi akan membelikan terlebih dahulu titipannya dengan menggunakan uang

dari kurir. Setelah itu barang titipan akan diantar oleh kurir, dan menyerahkannya

kepada penitip. Transaksi ditutup dengan penitip membayar harga barang sesuai

dengan yang di aplikasi, lalu ditambah dengan uang jasa layanan titipan.

Transaksi seperti ini jelas sama-sama menguntungkan bagi kedua belah

pihak. Keuntungan bagi pihak penitip, ia tidak perlu keluar dari tempatnya untuk

membeli kebutuhannya, sehingga lebih hemat waktu, tenaga dan juga biaya.

Sementara bagi pihak pengembang aplikasi dan juga kurir, mereka mendapatkan

keuntungan dari uang jasa layanan titipan.

Transaksi layanan titip belanja seperti ini sangat terasa manfaatnya bagi

pengguna jasa layanan dan memberikan kemudahan bagi mereka untuk memenuhi

sebagian kebutuhannya. Sementara, memberikan kemudahan kepada seseorang

merupakan bagian dari syariat Islam. Rasulullah pernah bersabda :

“Berilah kemudahan dan jangan menyulitkan. Beri kabar gembira dan


jangan beri kabar ketakutan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun bila dalam transaksi layanan titip belanja ini terdapat hal-hal yang

diharamkan, maka kemudahan tersebut berubah menjadi sesuatu yang diharamkan

serta akan menyeret pelakunya kepada berbagai kesusahan di dunia dan akhirat.

Pandangan hukum asal menitipkan belanjaan online kepada seseorang atau

jasa pengguna titip online adalah diperbolehkan, sebagaimana terdapat penjelasan

dalam kisah Ashabul Kahfi di dalam Al Qur’an.

Universitas Sumatera Utara


“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan
yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan
hendaklah ia berlaku lemah lembut.” (QS. Al Kahfi : 19)

Ayat tersebut menjelaskan tentang dibolehkannya meminta atau menyuruh

kepada seseorang untuk mewakilkan mereka membelikan makanan.Bila yang

demikian diperbolehkan, maka hukum mengambil upah dari transaksi layanan

titip sebagai imbalan jasa juga diperbolehkan.

Namun dalam praktek transaksi layanan titip secara online yang ada saat

ini, ada sebagian yang menggunakan cara meminjam uang dari kurir untuk

membelikan barangnya terlebih dahulu, kemudian uang tersebut akan diganti pada

saat barang diterima oleh pengguna jasa.

Pada dasarnya transaksi seperti itu juga masih diperbolehkan, selama tidak

ada penambahan nilai harga barang karena pinjaman dari kurir.Tetapi apabila ada

penambahan nilai barang dari harga yang tertera di aplikasi, selain dari upah

layanan kirim barang, maka transaksinya bisa terjatuh pada hal yang dilarang, dan

itu bisa termasuk dalam kategori riba.

Kebiasaan ini sekarang dikembangkan lebih luas lagi dengan cara: bila

seseorang yang akan bepergian ke suatu kota atau negara dia memberitahukan niat

perjalanannya tersebut melalui situs penyedia jasa titip beli. Maka para

pengunjung situs yang menginginkan suatu barang dari kota/negara yang akan

dikunjungi menuliskan spesifikasi barang yang diinginkan. Dan meminta untuk

Universitas Sumatera Utara


dibelikan barang tersebut.Uangnya bisa ditransfer di awal pada saat mengajukan

pemesanan atau setelah barang diterima. 132

Keuntungan bagi penitip dia mendapatkan barang yang diinginkan tanpa

harus mengeluarkan biaya dan tenaga yang besar untuk sengaja melakukan

perjalanan ke kota/negara yang dituju. Dan keuntungan lainnya harga barang yang

didapatkan dengan cara titip beli ini lebih rendah dibanding harga barang yang

sama yang dijual di kota penitip berada, belum lagi keaslian barang lebih

terjamin.Adapun keuntungan bagi orang yang dititipkan dia mendapatkan fee

(upah) dari penitip untuk setiap barang yang dibelikan tanpa harus keluar biaya

khusus untuk perjalanan membelikan barang yang dititip.

Pandangan hukum kepada seseorang berprofesisebagai

jasatitipataupersonalshoppermenggunakanmekanismekerjayang

sangatsederhana.Kedudukanseorang jasatitipmerupakanpihakketigaantarapenjual

danpembeli,namuntugasutamadalamjasatitipinimerupakan pembelanjabagipara

penitipataukonsumendimanacarakerjadariprofesijasatitipinihanyadengancara

mengambilgambarpadabarang yangadadi mall ataupusatperbelanjaantertentulalu

mempublikasikannyapadamediasosialyangmaraksaatiniterdapatpadaInstagram

yangmembuatperbedaanantarajasatitipdanbisnisonlinelainnyayaknipemberian

keteranganberupa besarnyaupah(imbalan)atautarif atasjasa membelikanpada setiap

barangnya.

132
Muslim, “Hukum Transasksi Titip Belanja Online”, https://www//hukum-transaksi-
titip-belanja-secara-online/, diakses pada tanggal 10 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara


Pandangan hukum pada transaksi berbasis aplikasi onlineyang melibatkan

jasa titip online pada hakekatnya adalah sebuahperikatan. Sebagaimana definisi

perikatan yang dikemukakan oleh Subekti,bahwa suatu perikatan adalah suatu

perhubungan hukum antara dua orangatau dua pihak, berdasarkan mana pihak

yang satu berhak menuntut sesuatuhal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain

berkewajiban untuk memenuhituntutan itu. 133

Sebagai sebuah perjanjian pada umumnya, maka perjanjian

kemitraantunduk pada ketentuan Pasal 1338 Jo Pasal 1320

KUHPerdata. 134Sedangkan ketentuan khusus, bisa merujuk pada

ketentuanpersekutuan perdata dalam Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1641

KUHPerdata. 135Pasal1618 KUHPerdata mendefisikan persekutuan sebagai suatu

persetujuandengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk

memasukkansesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi

keuntungan yangterjadi karenanya.Selanjutnya Pasal 1619 menentukan bahwa

masing-masingsekutu wajib memasukkan suatu modal sebagai inbreng, baik

berupa barang,uang ataupun kerajinan atau tenaganya. 136

Berdasarakan uraian diatas maka dapat disimpulkan penulis bahwa

pandangan hukum pada transaksi berbasis aplikasi online yang melibatkan jasa

titip online pada hakekatnya adalah sebuahperikatan.Perikatan dalam perjanjian

133
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT.Intermasa, 1984), hlm 1.
134
op.cit, Pasal 1338 jo Pasal 1320
135
Ibid, Pasal 1618-1641
136
Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Pramita, 1992), hlm 356.

Universitas Sumatera Utara


jual beli merupakan perjanjian konsensual karena ada juga perjanjian jual beli

yang termasuk perjanjian formal, yaitu yang mengharuskan dibuat dalam bentuk

tertulisyang berupa akta autentik.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB III
PERLINDUNGAN TERHADAP PENGGUNA JASA TITIP ONLINE

A. Proses Jual Beli Pada Jasa Titip Online

Mengenai tata cara penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi,

wajib mengikuti ketentuan di bidang informasi dan transaksi elektronik sesuai

dengan peratuan perundang-undangan. Sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1

angka 2 UU ITE No.11 Tahun 2008 bahwa transaksi elektronik adalah “perbuatan

hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,

dan/atau media elektronik lainnya. Transaksi menggunakan sarana elektronik

dapat dilakukan dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat sesuai dengan

Pasal 17 Ayat (1) UUITENo.11 Tahun 2008, pembahasan berikutnya materinya

dibatasi transaksi elektronik dalam lingkup hukum privat. 137

Dalam transaksi elektronik antara pihak-pihak hanya mengandalkan itikad

baik, karena memang transaksi elektronik dikenal di dunia maya yang tidak saling

mempertemukan antara pihak-pihak yang bertransaksi sesuai dengan Pasal 17

Ayat (2) UUITE yangmenentukan bahwa para pihak yang melakukan transaksi

elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik selama transaksi

berlangsung. 138 Dalam lingkup hukum privat transaksi elektronik dapat pula

137
Elvian Sudirman, Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa Transportasi Online Di
Kota Makassar ( Studi Pengguna Jasa Grab Motor (Grabbike), (Makasar:UNM, 2013), hlm 176.
138
Indonesia (Sistem Informasi) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, Pasal 17.

64 Universitas Sumatera Utara


diartikan sebagai perjanjian yang dilakukan dengan menggunakan media

teknologi informasi dan komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


Bisnis jasa titip beli online ini biasa dipasarkan melalui media online,

salah satunya melalui media jejaring sosial seperti instagram, dan whatsapp yang

dipilih untuk digunakan sebagai media promosi, sebab penggunaan jejaring sosial

media, khususnya instagram tersebut dinilai cukup menguntungkan jika dijadikan

sebagai media promosi dan perdagangan barang yang mana dapat dilihat dari

pengguna aplikasi jejaring sosial media instagram yang cukup banyak, sehingga

dapat memperluas pemasaran dan dapat dilakukan kapanpun, dimanapun selama

terdapat jaringan internet, serta keuntungan yang lebih besar adalah untuk

memangkas biaya pengeluaran, karena hanya pengeluaran biaya untuk membeli

data internet saja.

Akun instagram merupakan salah satu akun instagram yang digunakan

untuk media promosi untuk bisnis jasa titip beli online tersebut.Adanya keinginan

untuk memanfaatkan hobi berbelanjanya sebagai bisnis yang menghasilkan

keuntungan pribadinya juga penggunaan media jejaring sosial yang lebih

bermanfaat dan produktif merupakan alasan yang mendasari dibuatnya akun

instagram. 139

Penggunaan media jejaring sosial yang hanya digunakan untuk berbagi

kegiatan sehari-hari melalui foto dan video serta untuk melihat fotodan video yang

diunggah oleh pengguna jejaring sosial media yang lainsetelah melihat foto-foto

yang diunggah oleh pemilik akun instagram, pemesan atau pembeli yang tertarik

untuk membeli produk yang ditawarkan akun Instagram akan melakukan

139
Zurifah Diana Sari, Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jasa Titip Beli Online
Dalam Akun Instagram @Storemurmersby, (Surabaya:UINSAS, 2018), hlm 70.

Universitas Sumatera Utara


pemesanan barang melalui salah satu aplikasi sosial media yaitu berupa

WhatsApp.

Proses jual beli atau mekanisme pada jasa titip online adanya akun tersebut

agar mudah terjadinya proses jual beli melalui jasa titip online. Adapun proses

atau tata cara jual beli pada jasa titip online adalah sebagai berikut: 140

1. Pemesan atau pembeli yang tertarik akan menghubungi penjual

kenomor Whatsapp milik akun Instagram disertai dengan mengirimkan

foto yang diinginkan dan jumlah ataus pesifikasi lain yang diinginkan

oleh pemesan atau pembeli dan mengisi format pemesanan yang berisi

nama, alamat lengkap dan nomor telephone.

2. Setelah itu penjual akan memberikan rincian harga yang berupa harga

barang yang dipesan, besaran fee atas jasa titip beli tersebut untuk

setiap itemnya dan harga ongkos kirim sesuai dengan alamat pemesan.

3. Setelah mengetahui total harga maka pemesanan atau pembeli

diharuskan untuk mentransfer sejumlah uang sesuai dengan jumlah

yang sudah dirincikan oleh penjual kerekening pemilik akun

Instagram.

4. Tahap selanjutnya pemesan atau pembeli akan melakukan konfirmasi

pembayaran dengan mengirimkan bukti transfer kepenjual dan setelah

itu penjual akan membelanjakan uang tersebut untuk membelikan

barang yang dipesan oleh pembeli.

140
Yosephine Hubarat, Wawancara pemilik akun instagram @yosephinehutabarat pada
tanggal 15 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara


5. Selanjutnya penjual akan mengirimkan barang melalui jasa pengiriman

barang yaitu J&T atau melalui jenis lainnya dan penjual akan

memberitahukan nomor resi kepada pemesan atau pembeli dan terakhir

jika barang sudah berada ditangan pemesan atau pembeli maka

pemesan atau pembeli akan melakukan konfirmasi kepada penjual

bahwa barang sudah sampai. 141

Mekanisme pada jasa titip online didalam trasaksinya pihak penitip

diharuskan mengisi format pemesanan yang telah ditentukan oleh pihak penyedia

jasa tititp dan diharuskan untuk membayar terlebih dahulu melalui transfer ke

rekening milik penyedia jasa titip tersebut. Setelah itu, pihak yang dititipi akan

membelanjakan uang tersebut sesuai dengan pesanan penitip. Namun ketika

barang yang diinginkan penitip di toko tersebut ternyata ketersediaan barangnya

sudah tidak ada, maka pihak penyedia akan mengembalikan sejumlah uang penitip

namun jumahnya tidak sama dengan jumlah awal yang telah dibayarkan oleh

pihak penitip. Jumlah yang tidak sama ini dilakukan oleh pihak penitip yang

secara tiba-tiba tetap mengambil imbalan upah meskipun ketersedian barangnya

kosong. Hal inilah yang tidak dijelaskan diawal pemesanan. 142

Manfaat adanya proses jual beli pada jasa titip beli online di kalangan

masyarakat saat ini sudah terbilang sangat menguntungkan bagi beberapa

pihak.Pertama, bagi pihak pembeli atau konsumen sudah jelas sangat

141
Kwarta Gultom, Wawancara pembeli produk pada akun instagram @kwartagultom
pada tanggal 15 Februari 2019.
142
Zurifah Diana Sari, op.cit, hlm 75.

Universitas Sumatera Utara


memudahkan, jika pembeli adalah seorang yang super sibuk dan tidak sempat

untuk pergi berbelanja, sekarang dengan adanya bisnis ini pembeli tidak perlu

capek-capek atau mengeluarkan biaya mahal untuk keluar berbelanja, karena

dengan duduk manis dan memainkan gadgednya pun barang sudah bisa dibeli dan

sampai ditangan pembeli. 143

Kedua manfaat yang dirasakan dengan adanya bisnis ini adalah pihak

penyedia akun jasa titip beli online ini sendiri, selain bisnis ini tidak memerlukan

modal, bisnis ini bisa dibilang sangat menjanjikan keuntungan untuk setiap

transaksinya.Karena setiap barang yang ditawarkan untuk dititipbelikan dikenakan

imbalan fee atas jasanya tersebut.

Ketiga adalah pihak penjual, manfaat yang dirasakan dengan adanya bisnis

jasa titip ini adalah sangat dibantu oleh pihak penyedia jasa titip beli dalam hal

pemasaran produknya.Karena tidak menutup kemungkinan bahwa pusat-pusat

perbelanjaan sekarang ini sudah sepi pengunjung. Karena tidak lain disebabkan

karena faktor pembeli itu sendiri.

B. Hak dan Kewajiban Penjual dan Pembeli

Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, disebutkan bahwa jual beli merupakan

suatu bentuk persetujuan yang dilakukan para pihak dengan pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, sementara pihak satu

lainnya untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 144 Jadi, bisa dikatakan

143
Ibid, hlm 76.
144
op.cit, Pasal 1457.

Universitas Sumatera Utara


bahwa pengertian jual beli menurut KUHPerdata adalah suatu perjanjian

bertimbal balik yang mana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan

hak miliknya atas suatu barang, sedangkan pihak lainnya (pembeli) untuk

membayarkan harga yang terdiri dari sejumlah uang sebagai bentuk imbalan dari

perolehan hak milik tersebut. 145

Perjanjian jual-beli yang dijelaskan menurut KUHPerdata ditentukan

bahwa obyek perjanjian harus tertentu, atau setidaknya, obyek tersebut dapat

ditentukan wujud dan jumlahnya ketika hendak diserahkan hak milik atas atas

barang tersebut kepada pihak pembeli. Sederhananya, pada saat terjadi perjanjian

jual-beli, maka akan ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-

masing pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Pihak penjual mau pun

pembeli, memiliki hak dan kewajibannya sendiri yang harus dipenuhi. 146

Hak dan kewajiban bagi penjual, terdapat dua kewajiban utama yang harus

dipenuhi.Kewajiban utama penjual dalam perjanjian jual beli yaitu menyerahkan

hak milik atas barang, sekaligus menanggung kenikmatan tenteram atas barang

tersebut dan juga menanggung cacat tersembunyi.Sebaliknya, pihak pembeli

mempunyai hak atas pembayaran harga barang, hak untuk menyatakan

pembatalan berdasarkan Pasal 1518 KUHPerdata serta hak reklame. 147

Hak penjual dalam pelaksanaan perjanjian jual beli melalui jasa perantara

ini adalah menerima pembayaran dari harga yang telah disepakati oleh pembeli

145
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Intermasa, 1995), hlm 1.
146
Faster “Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam KUHPerdata”
https://www.porosilmu.com/2016/11/hak-dan-kewajiban-para-pihak-dalam-kuh.html, diakses pada
tanggal 12 Februari 2019.
147
op.cit, Pasal 1518.

Universitas Sumatera Utara


dari barang yang ia jual. Menurut Pasal 1513 KUHPerdata menjelaskan bahwa

kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan

tempat yang ditetapkan dalam persetujuan, hal tersebut merupakan hak yang harus

diterima oleh penjual seperti pada umumnya. 148

Kemudian pada Pasal 1517 KUHPerdata diatur juga jika pembeli tidak

membayar harga pembelian 149, maka penjual dapat menuntut pembatalan jual beli

itu menurut ketentuan-ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267. 150Pembatalan jual

beli dapat dilakukan oleh penjual jika pembeli tidak ada itikad baik untuk

melakukan pembayaran.

Berdasarkan KUHPerdata antara penjual dan pembeli memiliki hak dan

kewajiban masing-masing, umumnya dalam hal jual beli.Pihak penjual memiliki

kedudukan yang lebih kuat dibanding dengan kedudukan pembeli yang lebih

lemah. Berdasarkan Pasal 1474 KUHPerdata, pada intinya kewajiban penjual

menurut Pasal 1474 KUHPerdata tersebut terdiri dari, yaitu: 151

1. Kewajiban penjual untuk menyerahkan barang yang dijual kepada

pembeli; dan

2. Kewajiban penjual untuk menanggung atau menjamin (vrijwaring) atas

barang yang dijual

148
Ibid, Pasal 1513.
149
Ibid, Pasal 1517.
150
Ibid, Pasal 1266 dan Pasal 1267.
151
Ibid, Pasal 1474.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian dalam Pasal 1491 KUHPerdata menyebutkan bahwa

penanggungan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli adalah untuk

menjamin dua (2) hal, yaitu: 152

1. Penguasaan barang yang dijual itu secara aman dan tentram;

2. Tidak adanya cacat yang tersembunyi pada barang tersebut, atau yang

sedemikian rupa sehingga menimbulkan alasan untuk pembatalan

pemeblian yang dikarenakan penjual tidak memenuhi prestasi yang

telah diperjanjikan sebelumnya dalam pelaksanaan jual beli melalui

jasa titip

Hak dan kewajiban pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga

barang sebagai imbalan haknya untuk menuntut penyerahan hak milik atas barang

yang dibelinya.Pembayaran harga ini dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat

yang ditetapkan dalam perjanjian.Harga yang dibayarkan pembeli harus berupa

uang. Meski mengenai ketetapan ini tidak ditetapkan dalam undang -undang, akan

tetapi dalam istilah jual beli sudah termaktub pengertian yang umum, bahwa di

satu pihak ada barang dan di lain pihak ada uang. 153

Hak dan kewajiban pembeli dalam pelaksanaan perjanjian jual beli

terdapat dalam Pasal 1481 KUHPerdata, yaitu: 154

1. Hak menerima barang

152
Ibid, Pasal 1491.
153
R. Subekti, op.cit, hlm 21.
154
op.cit, Pasal 1481

Universitas Sumatera Utara


Pembeli memiliki hak untuk menerima barang pada waktu penjualan,

sebagaimana termuat dalam Pasal 1481KUHPerdata yang isinya sebagai berikut:

“Barang yang bersangkutan harus diserahkan dalam keadaan seperti


pada waktu penjualan. Sejak saat penyerahan, segala hasil menjadi
kepunyaan pembeli”

Penyerahan barang dalam jual beli merupakan tindakan pemindahan

barang yang dijual ke dalam kekuasaan dan pemilikan pembeli.Kalau pada

penyerahan barang tadi diperlukan penyerahan yuridis disamping penyerahan

nyatanya, agar pemilikan pembeli menjadi sempurna, pembeli harus

menyelesaikan penyerahan tersebut sesuai pada Pasal 1475 KUHPerdata. 155

2. Hak menunda pembayaran

Hak menangguhkan/menunda pembayaran terjadi sebagai akibat gangguan

yang dialami oleh pembeli atas barang yang dibelinya.Gangguan itu berupa

gugatan/tuntutan berupa hipotek pihak ketiga yang masih melekat pada

barang.Hak menunda pembayaran ini terjadi pada benda tidak bergerak misalnya

pada pelaksanaan jual beli tanah.

Pada Pasal 1516KUHPerdata menyebutkan sebagai berikut: 156

“Jika dalam menguasai barang itu pembeli diganggu oleh suatu tuntutan
hukum yang didasarkan hipotek atas suatu tuntutan untuk memperoleh
kembali barang tersebut, atau jika pembeli mempunyai suatu alasan yang
patut untuk khawatir akan diganggu dalam penguasaannya, maka ia dapat
menangguhkan pembayaran harga pembelian sampai penjual
menghentikan gangguan tersebut, kecuali jika penjual memilih
memberikan jaminan atau jika telah diperjanjikan bahwa pembeli wajib
membayar tanpa mendapat jaminan atas segala gangguan”.

155
Ibid, Pasal 1475.
156
Ibid, Pasal 1516.

Universitas Sumatera Utara


Setiap perjanjian jual beli akan menimbulkan kewajiban-kewajiban dan

hak-hak bagi kedua belah pihak atau pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu.

Kewajiban pihak penjual berkewajiban, yakni:

a. Menyerahkan barang atas barang yang diperjualbelikan

Cara penyerahan benda yang diperjualbelikan berbeda berdasarkan

kualifikasi barang yang diperjualbelikan tersebut. Adapun cara penyerahan

tersebut sebagai berikut:

1) Barang bergerak bertubuh, cara penyerahannya adalah penyerahan

nyata dari tangan penjual atas nama penjual ke tangan pembeli, akan

tetapi penyerahan secara langsung dari tangan ke tangan tersebut tidak

terjadi jika barang tersebut dalam jumlah yang sangat banyak sehingga

tidak mungkin diserahkan satu persatu, sehingga dapat dilakukan

dengan simbol-simbol tertentu, misalnya: penyerahan kunci gudang

sebagai simbol dari penyerahan barang yang ada dalam gudang

tersebut;

2) Barang bergerak tidak bertubuh dan piutang atas nama, cara

penyerahannya adalah dengan melalui akta di bawah tangan atau akta

autentik akan tetapi agar penyerahan piutang atas nama

tersebutmengikat bagi siberhutang; dan

3) Barang tidak bergerk atau tanah, cara penyerahannya adalah melalui

pendaftaran atau balik nama

b. Menanggung atau menjamin barang tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Pasal 1491KUHPerdata, ada dua hal yang wajib ditanggung

atau dijamin oleh penjual terhadap barang yang dijualnya, yaitu: 157

1) Menjamin penguasaan barang yang dijual secara aman dan tentram;

dan

2) Menjamin cacat tersembunyi atas barang tersebut, yang sedemikian

rupa dapat menjadi alasan pembatalan

Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu

dan di tempat yang telah diperjanjikan, akan tetapi, apabila waktu dan tempat

pembayaran tidak ditetapkan dalam perjanjian, pembayaran harus dilakukan

ditempat dan pada waktu penyerahan barang dilakukan.

Apabila pembeli tidak membayar harga barang tersebut, si penjual dapat

menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut

pembatalan perjanjian jika penjual tidak menyerahkan barangnya.

C. Perlindungan Terhadap Pengguna Jasa Titip Online Apabila Terjadi


Cacat Produk
Menurut Pasal 1491-1492 KUHPerdata pada pokoknya dikatakan ada

penanggungan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli 158, untuk

menjamin dua hal yakni penguasaan barang yang dijual itu secara aman dan

tenteram dan tidak adanya cacat yang tersembunyi pada barang tersebut, atau

yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan alasan untuk pembatalan penjualan.

157
Ibid, Pasal 1491.
158
Ibid, Pasal 1491-1492.

Universitas Sumatera Utara


Meskipun pada waktu penjualan tidak dibuat janji tentang penanggungan, penjual

demi hukum wajib menanggung pembeli terhadap tuntutan hak melalui hukum

untuk menyerahkan seluruh atau sebagian barang yang dijual itu kepada pihak

ketiga, atau terhadap beban yang menurut keterangan pihak ketiga dimilikinya

atas barang tersebut.

Terdapatnya pihak ketiga melalui proses pengiriman pada peristiwa

hukum ini menimbulkan kesulitan pemahaman pada khalayak awam tentang

pertanggung jawaban dari peristiwa hukum ini. Ketika kedua orang pada sengketa

diatas mencoba meminta penjelasan dan bantuan kepada penjual untuk membantu

proses penyelesaian sengketa namun mereka tidak mendapatkannya. Para penjual

berdalih itu bukan kewenangnnya karena tanggung jawab mereka hanya sampai

pada proses pengiriman dan ketika barangnya sudah dikirimkan maka

pertanggung jawaban mereka beralih kepada si pengirim. Padahal menurut Pasal

1494 dan Pasal 1495 KUHPerdata walaupun tidak ada perjanjian penanggungan

yang diperjanjikan sebenarnya penjual bertanggung jawab atas akibat dari

perbuatan yang dilakukannya 159, paling tidak dengan memberikan itikad baik dan

memberikan konfirmasi kepada pengirim tentang kebenaran informasi yang

menyertai barang yang dikirim.

Perlindungan terhadap pengguna jasa titip online dalam transaksi jual beli

atau belanja online menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun

159
Ibid, Pasal 1494-1495.

Universitas Sumatera Utara


1999 Tentang Perlindungan Konsumen pada Pasal 4 menyebutkan bahwa hak

konsumen adalah: 160

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam


mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan
lainnya.

Di sisi lain, kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah

penjual online), sesuai Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Pasal 7 adalah sebagai berikut: 161

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;

160
Indonesia (Konsumen) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 4.
161
Indonesia (Konsumen) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Pasal 7.

Universitas Sumatera Utara


e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.

Menurut Pasal 8 ayat (1) huruf f Undang-UndangNo. 8 Tahun 1999

Perlindungan Konsumen melarang pelaku usaha untuk memperdagangkan

barang/jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut. 162Berdasarkan pasal tersebut, ketidaksesuaian spesifikasi barang yang

Anda terima dengan barang tertera dalam iklan/foto penawaran barang merupakan

bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.

Sesuai Pasal 4 huruf h Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Perlindungan

Konsumen tersebut berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimanamestinya. Sedangkan, pelaku usaha itu sendiri

sesuai Pasal 7 huruf g Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

PerlindunganKonsumen, berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau

dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

162
Ibid, Pasal 8.

Universitas Sumatera Utara


Apabila pelaku usaha melanggar larangan memperdagangkan barang/jasa

yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,

iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut, maka pelaku usaha

dapat dipidana berdasarkan Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yang berbunyi: 163

“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat
(1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2 miliar”.

Transaksi jual beli meskipun dilakukan secara online, berdasarkan UU ITE

No. 11 tahun 2008 dan PP PSTE No. 82 Tahun 2012 Elektronik, tetap diakui

sebagai transaksi elektronik yang dapat dipertanggungjawabkan. Persetujuan

untuk membeli barang secara online dengan cara melakukan klik persetujuan atas

transaksi merupakan bentuk tindakan penerimaan yang menyatakan persetujuan

dalam kesepakatan pada transaksi elektronik. Tindakan penerimaan tersebut

biasanya didahului pernyataan persetujuan atas syarat dan ketentuan jual beli

secara online yang dapat dikatakan juga sebagai salah satu bentuk kontrak

elektronik. 164

Kontrak elektronik menurut Pasal 47 ayat (2) PP PSTE dianggap sah

apabila:

a. terdapat kesepakatan para pihak;

163
Ibid, Pasal 62 ayat (2).
164
Indonesia (Penyelenggaraan Sistem Elektronik) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, Pasal 47 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara


b. dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. terdapat hal tertentu; dan

d. objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Kontrak elektronik itu sendiri setidaknya harus memuat hal-hal sebagai

berikut: 165

a. data identitas para pihak;


b. objek dan spesifikasi;
c. persyaratan Transaksi Elektronik;
d. harga dan biaya;
e. prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak;
f. ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat
mengembalikan barang dan/atau meminta penggantian produk jika
terdapat cacat tersembunyi; dan
g. pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik.

Dengan demikian, pada transaksi elektronik yang dilakukan, dapat

menggunakan instrumen UU ITE No. 11 tahun 2008 dan PP PSTE No. 82 Tahun

2012 sebagai dasar hukum dalam menyelesaikan sengketa terhadap produk cacat.

Terkait dengan perlindungan konsumen pada Pasal 49 ayat (1) PP PSTE

No. 82 Tahun 2012 menegaskan bahwa pelaku usaha yang menawarkan produk

melalui sistem elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan

165
Ibid, Pasal 48 ayat (3).

Universitas Sumatera Utara


benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan.

Lebih lanjut ditegaskan lagi bahwa pelaku usaha wajib memberikan kejelasan

informasi tentang penawaran kontrak atau iklan. 166

Jika Barang yang diterima tidak sesuai dengan yang diperjanjikan pada

Pasal 49 ayat (3) PP PSTE No. 82 Tahun 2012 mengatur khusus tentang hal

tersebut, yakni pelaku usaha wajib memberikan batas waktu kepada konsumen

untuk mengembalikan barang yang dikirim apabila tidak sesuai dengan perjanjian

atau terdapat cacat tersembunyi.

Selain kedua ketentuan tersebut di atas, apabila ternyata barang yang

diterima tidak sesuai dengan foto pada iklan took online tersebut (sebagai bentuk

penawaran), pembeli juga dapat menggugat pelaku usaha (dalam hal ini adalah

penjual) secara perdata dengan dalih terjadinya wanpretasi atas transaksi jual beli

yang dilakukan dengan penjual.

Menurut R. Subekti, dalam bukunya tentang “Hukum Perjanjian”,

wanprestasi adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam kondisi

yaitu: 167

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;


2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Jika salah satu dari 4 macam kondisi tersebut terjadi, maka secara perdata

dapat menggugat penjual online dengan dalih terjadi wanprestasi (misalnya,

166
Ibid, Pasal 49 ayat (2).
167
R.Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta:PT.Intermasa, 1995), hlm 15.

Universitas Sumatera Utara


barang yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang dimuat

dalam display home page/web site).

Perlu diingat dalam transaksi bahwa jual beli secara online pada prinsipnya

adalah sama dengan jual beli secara faktual pada umumnya. Hukum perlindungan

konsumen terkait transaksi jual beli online pun sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya tidak berbeda dengan hukum yang berlaku dalam transaksi jual beli

secara nyata.Pembedanya hanya pada penggunaan sarana internet atau sarana

telekomunikasi lainnya.Akibatnya adalah dalam transaksi jual beli secara online

sulit dilakukan eksekusi ataupun tindakan nyata apabila terjadi sengketa maupun

tindak pidana penipuan.Sifat siber dalam transaksi secara elektronis

memungkinkan setiap orang baik penjual maupun pembeli menyamarkan atau

memalsukan identitas dalam setiap transaksi maupun perjanjian jual beli. 168

Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu

atau melakukan tipu muslihat dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha

dapat juga dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(“KUHP”) tentang penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE No. 11 tahun 2008

tentang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan

kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

Menurut Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, isinya adalah

sebagai berikut: 169

168
Sofiah Hasanah, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Belanja Online”,
https://www.hukum.online.com/klinik/detail/-lt50bf69280b1ee//-perlindungan -hukum-bagi-
konsumen-belanja-online, diakses pada tanggal 13 Februari 2019.
169
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 378.

Universitas Sumatera Utara


“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Pasal 28 ayat (1) UU ITE No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektornik adalah sebagai berikut:

“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik”.

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE No. 11 tahun 2008 telah

diubah dalam UU ITE No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi

Elektornik diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 45A ayat (1) yakni: 170

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Berdasarkan prinsip utama transaksi secara online di Indonesia resiko

masih lebih mengedepankan aspek kepercayaan atau “trust” terhadap penjual

maupun pembeli. Prinsip keamanan infrastruktur transaksi secara online seperti

jaminan atas kebenaran identitas penjual/pembeli, jaminan keamanan jalur

pembayaran (payment gateway), jaminan keamanan dan

keandalan website electronic commerce belum menjadi perhatian utama bagi

penjual maupun pembeli, terlebih pada transaksi berskala kecil sampai medium

170
Indonesia (Sistem Informasi) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, Pasal 45 A ayat (1).

Universitas Sumatera Utara


dengan nilai nominal transaksi yang tidak terlalu besar (misalnya transaksi jual

beli melalui jejaring sosial, komunitas online, took online, maupun blog). Salah

satu indikasinya adalah banyaknya laporan pengaduan tentang penipuan melalui

media internet maupun media telekomunikasi lainnya yang diterima oleh

kepolisian maupun penyidik Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Dengan kondisi demikian, ada baiknya kita lebih selektif lagi dalam

melakukan transaksi secara online dan mengedepankan aspek keamanan transaksi

dan kehati-hatian sebagai pertimbangan utama dalam melakukan transaksi jual

beli secara online.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat dirumuskan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pandangan hukum pada transaksi berbasis aplikasi online yang melibatkan

jasa titip online pada hakekatnya adalah sebuahperikatan.Perikatan suatu

perhubungan hukum antara dua orangatau dua pihak, berdasarkan mana pihak

yang satu berhak menuntut sesuatuhal dari pihak yang lain, dan pihak yang

lain berkewajiban untuk memenuhituntutan itu.Pandangan hukum asal

menitipkan belanjaan online kepada seseorang atau jasa pengguna titip online

adalah diperbolehkan. Pandangan hukum kepada seseorang berprofesisebagai

jasatitipataupersonalshoppermenggunakanmekanismekerjayang

sangatsederhana.

2. Perlindungan terhadap pengguna jasa titip online dalam transaksi jual beli atau

belanja online menurutUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen pada Pasal 4. Transaksi bahwa jual beli

secara online pada prinsipnya adalah sama dengan jual beli secara faktual pada

umumnya. Hukum perlindungan konsumen terkait transaksi jual

beli online pun tidak berbeda dengan hukum yang berlaku dalam transaksi jual

beli secara nyata. Pembedanya hanya pada penggunaan sarana internet atau

sarana telekomunikasi lainnya. Akibatnya adalah dalam transaksi jual beli

Universitas Sumatera Utara


secara online sulit dilakukan eksekusi ataupun tindakan nyata apabila terjadi

sengketa maupun tindak pidana penipuan. Sifat siber dalam transaksi secara

elektronis memungkinkan setiap orang baik penjual maupun pembeli

menyamarkan atau memalsukan identitas dalam setiap transaksi maupun

perjanjian jual beli.

B. Saran
1. Pemerintah Republik Indonesia perlu membuat dan/atau merevisi

peraturan pemerintah tentang sistem transaksi elektronik dari setiap isinya

mengenai pengguna jasa titip online agar kedepannya pengguna jasa titip

online adanya legalitas. Sehingga legalitas tersebut dapat menjauhkan

pengguna jasa titip

onlinedariasumsiyangtidakbaikdaripandanganmasyarakatdan

menjadikanjualbeliinimenjadikemaslahatanbagimasyarakatdantidakmelang

gar.

2. Pemerintah Republik Indonesia perluadanya

tindakankongkrit,sejauhinisangatlahsedikitaturanhukumyang

membahastentangpedagangperantara,haltersebutperludiadakanagarterjamin

nya

hakdankewajibansertaperlindunganbagipedagangperantaradanuntukmenghi

ndari kecuranganyangselama

initerjadiyangdapatmerugikansemuapihakdalamjualbeli tersebut

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku;

Abdulkadir, Muhammad. 1980. Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni.

------------------------------.2000.Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra


Aditya.

---------------------------. 2010.Hukum Perjanjian, Bandung: PT Alumni.

Amir. 1996. Ekspor-Impor, Jakarta:Pustaka Binaman Pesindo.

Alfons, Maria. 2010. Implentasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk-


Produk Masyarakat Lokal Dalam Perspektif Hak Kekayaan Intelektual,
Malang:Universitas Brawijaya.

Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika.

Anshori, Abdul Ghofur. 2010. Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (Konsep,


Regulasi, dan Implementasi),Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ardian, Agnes Vira. Tesis. 2008. “Prospek Perlindungan Hukum Hak Kekayaan
Intelektual dalam Kesenian Tradisional di Indonesia”, Semarang:
Program Magister Ilmu Hukum Program PascasarjanaUniversitas
Diponegoro.

Asnawi, Haris Faulidi. 2004. Transaksi Bisnis E-Commerce Perpesktif Islam,


Yogyakarta: Magistra Insania Press.

Universitas Sumatera Utara


Bahiyah, H., 2008. Jual Beli Dalam Hukum Islam dan Hukum Perdata,
Surabaya:Unair.

Halim, Abdul dan Teguh Prasetyo. 2005. Bisnis E-Commerce, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Hamdani, Joven Andis. Tesis. 2015. “Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu
Terhadap Pelanggaran Melalui Download Pada Website Penyedia Lagu
Gratis”, Medan: USU.

Harahap, Muhammad Yahya. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: PT


Alumni.

Handri, Raharjo. 2010. Buku Pintar Transaksi Jual Beli Dan Sewa Menyewa, Cet.
Kesatu, Jakarta:Penerbit Pustaka Yustisia.
Herniwati.Tesis. 2013. “Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata Terhadap Jual Beli
Secara Online (e commerce)”, Padang:UNP.

H.S., Salim 2003.Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:
Sinar Grafika. 85

Kansil, CST., 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka.

------------------. 1997. Hukum Perdata I, Jakarta: Pradya Paramita.

Lupiyoadi, Rambat. 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi,


Jakarta:Salemba Empat.

Mertokusumo, Sudikno. 2009. Hukum Acara Perdata Indonesia,


Yogyakarta:Liberty.

Universitas Sumatera Utara


Miru, Ahmadi. 2007. Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J., 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

-----------------------. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja


Rosdakarya.

MRamli, Ahmad. 2004. CyberLawdan HAKIdalamSistemHukumIndonesia,


Jakarta:RefikaAditama.

Muchsin.Tesis. 2003. “Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di


Indonesia”, Surakarta :Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. 2010. Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian, Jakarta: Rajawali.

Pasaribu, Chairuman. 1994. Hukum Perjanjian dalam Islam,Jakarta : Sinar


Grafika.

Raharjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum, Bandung:Citra Adytia Bakti.

----------------------. 2003. Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta :Balai


Pustaka.

Rasjidi, Lili dan I.BWysaPutra. 1993. HukumSebagaiSuatuSistem,Bandung:


Remaja Rusdakarya.
Romli, M., Asep Syamsul. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola
Media Online”, Bandung: Nuansa Cendekia.

Sari, Zurifah Diana. 2018. Analisis Fiqih Muamalah Terhadap Praktik Jasa Titip
Beli Online Dalam Akun Instagram @Storemurmersby,
Surabaya:UINSAS.

Universitas Sumatera Utara


Setiono.Tesis. 2004. “Rule of Law (Supremasi Hukum)”, Surakarta : Magister
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 1995. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

--------------------------------------------. 2009. Penelitian Hukum Normatif: Suatu


Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Subekti, R.,. 1984. Hukum Perjanjian, Jakarta: PT.Intermasa.

---------------. 1995. Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Subekti, R. dan R.Tjitrosudibio. 1992. Kitab Undang Undang Hukum Perdata,


Jakarta: Pradnya Pramita.

-----------------------------------------. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,


Jakarta: PT.Pradnya Paramita.

-----------------------------------------. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,


Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sugianto. 2008. Pengantar Kepabeanan dan Cukai, Jakarta: Cikal Sakti.

Supranto. 2011. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan


Pangsa Pasar, Jakarta:PT. Reinika Cipta.

Sudirman, Elvian. 2013. Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa Transportasi


Online Di Kota Makassar (Studi Pengguna Jasa Grab Motor (Grabbike),
Makasar:UNM.

Wijaya, Andika. 2016. Aspek Hukum Bisnis Transportasi Jalan Online, Jakarta:
Sinar Grafika.

Universitas Sumatera Utara


Wijaya, Gunawan dan Kartini Mulyadi. 2003. Jual Beli, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Yoeti, Oka. A., 1999.Psikology Pelayanan Wisata, Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.

Zein, Yahya Ahmad. 2009. Kontrak Elektronok & Penyelesain Sengketa Bisnis E-
Commerce, Bandung: Mandar Maju.

B. Jurnal;

Diponegoro. 2016. “Dunia Bisnis”, LawJournalVolume5, Nomor 3.

Indrayana, Bayu, Kudang Boro Seminar & Bagus Sartono. 2016. “Faktor Penentu
Minat Penggunaan Instagram Untuk Pembelian Online Menggunakan
Techhnology Acceptance Model (TAM) dan Theory Of Planned Behavior
(TPB)”, Jurnal Aplikasi dan Manajemen, Vol. 2, No. 2.

Wariati, Ambar dan Nani Irma Susanti. 2014. “E-Commerce Dalam Prespektif
Perlindungan Konsumen”, Jurnal Ekonomi&Bisnis, Vol. 1, No. 2.

C. Undang-Undang; Peraturan;

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen

Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik

Universitas Sumatera Utara


Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik

Peraturan Pemerintah N0 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan


Transaksi Elektronik.

D. Internet; Wawancara;

Cakti, Gita Arwana. 2019. “Jasa Titip”, diakses dari http://www.Jastip/jasa-


titip.html, pada tanggal 20 Januari 2019.

Hasanah, Hetty. 2019. “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan


Konsumen atas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”,
(http//www//perlindungan-hukum.html,diakses tanggal 26 Januari 2019.

Izen, Mariana. 2019. “Hukum Perdata Dalam Jual Beli”,http://www// hukum-


perdata-dalam-jual-beli-/2011/12/.html, diakses pada tanggal 6 Februari
2019.

Agung, Harisma. 2019. “Perjanjian Jual Beli Dalam


KUHPerdata”,http://harismaagung.com/2017/05/makalah-perjanjian-jual-
beli-dalam.html, diakses pada tanggal 9 Februari 2019

Afriyadi, Teguh. 2019. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Belanja


Online”,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50bf69280b1ee/perli
ndungan-konsumen-dala-e-commerce/diakses tanggal 9 Februari 2019

Asevy Sobari. 2019. “Penitipan Menurut Pasal 1694


KUHPerdata”,http://hukumonline.com, Pengertian Penitipan Pasal 1694
KUHPerdata, diakses pada tanggal 10 Februari 2019.

Muslim. 2019. “Hukum Transaksi Belanja Secara Online”,https://www//hukum-


transaksi-titip-belanja-secara-online/, diakses pada tanggal 10 Februari
2019.

Universitas Sumatera Utara


Faster. 2019. “Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam
KUHPerdata”https://www.porosilmu.com/2016/11/hak-dan-kewajiban-
para-pihak-dalam-kuh.html, diakses pada tanggal 12 Februari 2019.

Hasanah, Sofiah. 2019. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Belanja


Online”,https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50bf69280b1ee/perl
indungan-hukum-bagi-konsumen-belanja-online, diakses pada tanggal 13
Februari 2019.

Pratama, GeistiarYoga. 2019. “Transportasi Online Wajib Sediakan Sarana


Keamanan”,http://infonitas.com/komuter /transjakarta/4-tahun-grab-
investasi-rp-93-triliun/35781 diakses pada tanggal 14 Februari 2019.

Putera, Andri Donnal. 2019. "Jumlah Pembeli


Online",http://www.ekonomi.kompas-jumlah-pembeli-online-indonesia-
capai-119-persen-dari-populasi-html, diakses pada tanggal 10 Maret 2019.

Kurniawan, Dedik. 2019. “Pengertian Online”,http//www.pengertian-online-


menurut-para-ahli/html, diakses pada tanggal 10 Maret 2019.

Yosephine Hutabarat. 2019. Wawancara pelaku usaha pemilik akun instagram


@yosephinehutabarat pada tanggal 15 Februari 2019

Kwarta Gultom. 2019. Wawancara, pembeli produk pada akun instagram


@kwartagultom pada tanggal 15 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai