Anda di halaman 1dari 84

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENERAPAN PERJANJIAN

WARALABA INDOMARET DI KOTA KISARAN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

STEPHANIE ANGELA

170200162

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna

berkat dan karunianya yang senantiasa memberkati setiap langkah penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul “Analisis Hukum

Mengenai Penerapan Perjanjian Waralaba Indomaret Di Kota Kisaran”

untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka

memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara.

Tanpa doa, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit

bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, selaku Rektor Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar terhadap

seluruh mahasiswa/i demi kemajuan dan perkembangan pendidikan

hukum di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara atas semua dukungan yang besar terhadap

seluruh mahasiswa/i demi kemajuan dan perkembangan pendidikan

hukum di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ok. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakulas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Dr. Jelly Leviza SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

9. Prof. Dr. Hasim Purba, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, penulis

mengucapkan terima kasih karena telah sabar, banyak menuntun dan

mengarahkan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

10. Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II,

penulis mengucapkan terima kasih karena telah sabar, banyak menuntun

dan mengarahkan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

11. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen dan Staf Administrasi pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan

membantu penulis selama masa perkuliahan.

12. Terima kasih kepada Bapak Andy selaku Manager Indomaret yang telah

turut membantu dalam kelancaran pengerjaan skripsi serta Kak Memey

Siagian sebagai support sistem penulis.

13. Terima kasih kepada Teman-teman Departemen Hukum Perdata Stambuk

2017 yang telah memberikan dukungan kepada penulis khususnya Fera

ii

Universitas Sumatera Utara


Lumbanraja, Annisa Sibarani yang telah membantu memberikan saran-

saran berguna dan dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi.

14. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis Papa Bona Butar Butar dan

Mama Rosmawaty Manurung, Kak Ingrid, Lala, Lolik yang telah memberikan

doa, dukungan materil, bimbingan dan menjadi semangat utama penulis dalam

merampungkan skripsi ini. Akhir kata penulis memohon maaf bila ditemukan

kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berharap

adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar skripsi ini menjadi lebih

baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat

dijadikan pedoman untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Medan, Mei 2021

Stephanie Angela

NIM:170200162

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..................................................................... 4
D. Keaslian Penulisan ....................................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6
F. Metode Penelitian....................................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN
WARALABA INDOMARET DI KOTA KISARAN ....................................... 17
A. Pengertian dan Pengaturan Bisnis Waralaba di Indonesia ......................... 17
B. Jenis-Jenis Waralaba .................................................................................. 20
C. Para Pihak dalam Waralaba ........................................................................ 26
D. Klausula dalam Perjanjian Waralaba Indomaret ........................................ 28
E. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba Indomaret di
Kota Kisaran...................................................................................................... 36
BAB III HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN
WARALABA INDOMARET DI KOTA KISARAN ....................................... 40
A. Keberadaan Waralaba Indomaret di Kota Kisaran..................................... 40
B. Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran ................ 50
C. Hambatan dalam pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota
Kisaran .............................................................................................................. 58
BAB IV PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN
PERJANJIAN WARALABA INDOMARET DI KOTA KISARAN ............. 61
A. Perlindungan Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret
Di Kota Kisaran................................................................................................. 61

iv

Universitas Sumatera Utara


B. Penyelesaian Perselisihan dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba
Indomaret di Kota Kisaran ................................................................................ 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 70
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran........................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
A. Buku ........................................................................................................... 72
B. Peraturan Perundang-undangan ................................................................. 73
C. Skripsi/Jurnal/Makalah .............................................................................. 73
D. Internet dan Artikel Online ........................................................................ 74
E. Wawancara ................................................................................................. 75

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Stephanie Angela*
Hasim Purba**
Idha Aprilyana***
Sistem waralaba mulai banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia sebagai suatu cara pemasaran dan distribusi. Cara ini memungkinkan
untuk mengembangkan saluran distribusi tanpa harus membutuhkan investasi
besar-besaran dari pihak induknya. Salah satu usaha waralaba yang
perkembangannya sangat pesat yaitu waralaba Indomaret. Indomaret dengan
sistem waralaba minimarket memiliki gerai yang lebih banyak jumlahnya jika
dibandingkan dengan kelompok retail lainnya seperti hypermarket dan
supermarket. Hal ini didorong pula oleh kecenderungan bahwa gerai-gerai
minimarket berada di lingkungan perumahan yang mudah dijangkau oleh
konsumen. Adapun Permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah
bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian waralaba Indomaret di
Kota Kisaran, bagaimana hambatan dalam pelaksanaan perjanjian waralaba
Indomaret di Kota Kisaran dan bagaimana penyelesaian perselisihan dalam
pelaksanaan perjanjian waralaba Indomaret di Kota Kisaran.
Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dan empiris. Metode
pendekatan hukum normatif dilakukan dengan meneliti bahan kepustakaan
dengan data sekunder yang meliputi buku serta norma hukum yang terdapat pada
peraturan perundang-undangan, asas hukum, kaedah hukum, dan sistematika
hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan. Penelitian empiris adalah
menelaah hukum sebagai pola perilaku yang ditujukan pada penerapan peraturan
hukum.
Dari segi hak dan kewajiban sudah jelas tertulis pada perjanjian waralaba antara
para pihak, hanya saja baiknya terlebih dahulu dimusyawarakan agar mencapai
asas keseimbangan dalam melakukan suatu perjanjian. Dari segi Penerapan
Perjanjian ada beberapa hambatan diantaranya kompetisi persaingan dengan
kompetitor, kendala perizinan, investasi yang cukup besar, franchisee yang tidak
mengikuti sistem. Maka kepada franchisor agar memberikan informasi mengenai
waralaba indomaret serta meningkatkan kualitas waralaba. Dari segi penyelesaian
perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian waralaba indomaret di Kota Kisaran,
pada perjanjian hanya disebutkan diselesaikan melalui arbitrase maka dari itu
perlu diatur secara jelas apa-apa saja yang menjadi dasar pengakhiran suatu
perjanjian waralaba indomaret.

Kata Kunci : Perjanjian, Waralaba, Penerapan

*
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat adalah

dengan melakukan wirausaha. Waralaba adalah salah satu jenis wirausaha yang

sangat diminati oleh pebisnis amatiran yaitu kaum muda yang untuk pertama

kalinya ingin mencoba berwirausaha. Alasan utama mereka memilih jenis

wirausaha ini karena mereka tidak perlu membangun citra mereka dari nol yang

artinya sistem jenis wirausaha ini telah teruji dan siap dijalankan.

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer,

pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin

jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali

memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS (Amerika Serikat). Kegagalan

tersebut menginspirasi John S Pemberton pendiri Coca Cola untuk mencoba

metode yang sama. Teknik atau metode bisnis tersebut telah menjamur di

berbagai negara seperti Inggris dan di negara-negara maju lainnya.1

Para Pihak dalam jenis usaha waralaba ini yaitu terdiri dari pemberi

waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). Pemberi waralaba

(Franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada

pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan

intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki, sedangkan penerima

1
Sonny Sumarsono,Manajemen Bisnis Waralaba, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal 2.

Universitas Sumatera Utara


2

waralaba (franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak

untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau

penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba.

Legalitas keberadaan waralaba baru dikenal di Indonesia sejak tahun 1997

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 1997 tanggal

18 Juni 1997 Tentang Waralaba. Disusul dengan Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan RI Nomor: 259/MPP/Kep/7/1997 tanggal 30 Juli 1997 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba. Peraturan ini

kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2007

Tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor: 57/M-DAG/PER/9/2014 Tentang Penyelenggaraan Waralaba. Kemudian

Pada tanggal 4 September 2019 kembali mengalami perubahan dengan

diundangkannya Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 71 Tahun 2019

Tentang Penyelenggaraan Waralaba.

Salah satu usaha waralaba yang perkembangannya sangat pesat yaitu

waralaba minimarket. Minimarket memiliki gerai yang lebih banyak jumlahnya

jika dibandingkan dengan kelompok retail lainnya seperti hypermarket dan

supermarket. Hal ini didorong pula oleh kecenderungan bahwa gerai-gerai

minimarket berada di lingkungan perumahan yang mudah dijangkau oleh

konsumen. Gerai minimarket berkembang karena didukung oleh sistem waralaba

(franchise) seperti Indomaret dan Alfamart2

2
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hal 22

Universitas Sumatera Utara


3

Indomaret adalah minimarket pertama di Indonesia yang didirikan oleh

PT. Indomarco Pristama sejak tahun 1998. Tidak heran jika jumlah gerai hingga

tahun 2015 mencapai 11.400 gerai dengan rincian 60% gerai adalah milik sendiri

dan sisanya waralaba milik masyarakat. Awal tahun 2017, jumlah gerai sebanyak

13.000 toko, Hingga Januari 2020, Indomaret memiliki 17.681 gerai, terdiri dari

60% milik sendiri dan 40% milik masyarakat. Dimana mitra usaha waralaba ini

meliputi koperasi, badan usaha dan perorangan. Gerai Indomaret tersebar merata

di Sumatera, Jawa, Madura, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi dan Ambon.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian bentuk skripsi dengan judul “Analisis

Hukum Mengenai Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun permasalahan dalam penulisan

skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba

Indomaret di Kota Kisaran ?

2. Bagaimana Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba

Indomaret di Kota Kisaran?

3. Bagaimana Penyelesaian Perselisihan dalam Pelaksanaan Perjanjian

Waralaba Indomaret di Kota Kisaran?

Universitas Sumatera Utara


4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti, yaitu :

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian

Waralaba Indomaret di Kota Kisaran

2. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan perjanjian Waralaba

Indomaret di Kota Kisaran.

3. Untuk mengetahui penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan

perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran.

Manfaat penulisan merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama,

maka dengan demikian, dari penulisan ini diharapkan akan dapat memberi

manfaat, antara lain :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang bentuk hubungan

hukum dalam bisnis waralaba dan pengaturan hukum tentang perbuatan

melawan hukum menurut hukum perdata lanjut bagi masyarakat umum

serta kiranya dapat memberi manfaat guna menambah khazanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam ilmu hukum waralaba.

Universitas Sumatera Utara


5

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan kepada

masyarakat dan bagi para praktisi hukum, khususnya bagi para pihak dalam

perjanjian waralaba agar lebih mengetahui bentuk perlindungan hukum dan

kepastian hukum yang diberikan kepada para pihak dalam pelaksanaan

perjanjian bisnis waralaba Indomaret.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini mencoba menyajikan sesuai dengan fakta-fakta yang

akurat dan dari sumber yang tepercaya, sehingga skripsi ini tidak jauh dari

kebenarannya. Penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Mengenai

Penerapan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran” adalah hasil

pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan,

pemikiran, dan usaha sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen

pembimbing penulis tanpa adanya unsur penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lain

yang dapat merugikan pihak tertentu. Adapun penelitian sebelumnya yang

menjadi acuan dan referensi saya untuk melakukan penelitian ini yang berjudul ”

Analisis Hukum Mengenai Penerapan Perjanjian Waralaba/Franchise Alfamart di

Kota Medan”

Universitas Sumatera Utara


6

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian perjanjian

Istilah perjanjian berasal dari Bahasa Belanda, overeenkomst dan

verbintenis. Perjanjian merupakan terjemahan dari toestemming yang

ditafsirkan sebagai wilsovereensteming (persesuaian kehendak/kata

sepakat). Pengertian perjanjian ini mengandung unsur perbuatan, satu orang

atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih dan mengikatkan dirinya. 3

Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih, subjek

hukum yang saling mengikatkan diri didasarkan kepada kata sepakat

mengenai objek tertentu dengan tujuan untuk menimbulkan akibat hukum.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali dipergunakan istilah

perjanjian, meskipun hanya dibuat secara lisan saja. Tetapi di dalam dunia

usaha, perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut

bidang usaha yang digeluti. Mengingat akan hal tersebut, dalam hukum

perjanjian merupakan suatu bentuk manifestasi adanya kepastian hukum.

Oleh karena itu hendaknya setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar

diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian hukum dapat

terwujud. Sehubungan dengan perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata

memberikan definisi sebagai berikut “Suatu perjanjian adalah suatu

3
H Chairun Pasaribu, Suhrawadi Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta, Sinar
Grafika, 1994, hal.26

Universitas Sumatera Utara


7

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih”.4

Menurut R. Setiawan, definisi tersebut kurang lengkap karena

dengan dipergunakannya perkataan “perbuatan” tercakup juga perwakilan

sukarela dan perbuatan melawan hukum. Beliau memberikan definisi

tersebut :5

a. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan

yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum,

b. Menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam

Pasal 1313 KUHPerdata.

Sehingga menurut perumusannya menjadi perjanjian adalah suatu

perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih lengkap, karena hanya menyebutkan

persetujuan sepihak saja dan juga sangat luas.

R. Subekti yang menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu

peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua

orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini

timbul suatu hubungan perikatan. Perjanjian adalah merupakan bagian dari

perikatan, jadi perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan

perikatan itu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada perjanjian.

4
Fernando R, Skripsi: “Kedudukan Hukum Ceria Mart/Toko Ceria Sebagai Penerima
Waralaba (Franchisee)”, Yogyakarta: UII, 2018, hal 16.
5
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1994, hal.49

Universitas Sumatera Utara


8

Perikatan itu sendiri diatur dalam Buku III KUHPerdata, sebagaimana

diketahui bahwa suatu perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-

undang. Oleh karena itu bahwa perjanjian itu adalah sama artinya dengan

kontrak.6

R. Wirjono Prodjodikoro mengartikan perjanjian sebagai suatu

hubungan hukum mengenai harta benda antara kedua belah pihak, dimana

satu pihak berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.7

Menurut Abdulkadir Muhammad merumuskan kembali definisi

Pasal 1313 KUHPerdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian

adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling

mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam lapangan harta

kekayaan.8

Ilmu hukum mengenal empat unsur pokok yang harus ada agar

suatu perbuatan hukum dapat disebut dengan perjanjian (yang sah).

Keempat unsur tersebut selanjutnya digolongkan ke dalam dua unsur pokok

yang menyangkut subjek (pihak) yang mengadakan perjanjian (unsur

subjektif), dan dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung

dengan objek perjanjian (unsur objektif). Unsur subjektif mencakup adanya

unsur kesepakatan secara bebas dari para pihak yang berjanji, dan

kecakapan dari pihak yang melaksanakan perjanjian. Sedangkan unsur

6
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002, hal.10
7
R. Wirjono Projodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2003,
hal.9
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2012, hal.78

Universitas Sumatera Utara


9

objektif meliputi keberadaan objek yang diperjanjikan, dan objek tersebut

haruslah sesuatu yang diperkenankan menurut hukum. Tidak terpenuhinya

salah satu unsur dari keempat unsur tersebut menyebabkan cacat dalam

perjanjian, dan perjanjian tersebut diancam dengan pembatalan, baik dalam

bentuk dapat dibatalkan (jika terdapat pelanggaran terhadap unsur

subjektif), maupun batal demi hukum (dalam hak tidak terpenuhinya unsur

objektif).

Dalam berbagai hukum perjanjian, apabila suatu perjanjian telah

memenuhi semua syarat-syaratnya dan menurut hukum perjanjian telah

memenuhi rukun dan syarat-syaratnya perjanjian tersebut mengikat dan

wajib dipenuhi serta berlaku sebagai hukum, dengan kata lain, perjanjian

itu menimbulkan akibat hukum yang wajib dipenuhi oleh pihak-pihak

terkait, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata yang

berbunyi “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” 9

Pada asasnya perjanjian hanya mengikat pihak-pihak yang

membuatnya, seperti tampak dalam bunyi pasal 1338 Ayat (1)

KUHPerdata, hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1315 KUHPerdata.

Perjanjian itu merupakan sumber perikatan yang terpenting, karena

perikatan adalah suatu pengertian abstrak sedangkan perjanjian adalah

9
Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Universitas Sumatera Utara


10

suatu hal yang konkret atau suatu peristiwa yang nyata mengikat para pihak

yang membuat suatu perjanjian.10

Di dalam hukum perjanjian terdapat asas sebagai berikut:11

1. Asas kebebasan mengadakan perjanjian

2. Asas konsensualisme (persesuaian kehendak)

3. Asas kepercayaan

4. Asas kekuatan mengikat

5. Asas persamaan hukum

6. Asas keseimbangan

7. Asas kepastian hukum

8. Asas moral

9. Asas kepatutan

10. Asas kebiasaan

2. Pengertian waralaba

Pada awalnya, istilah waralaba tidak dikenal dalam kepustakaan

hukum Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena memang waralaba sejak

awal tidak terdapat dalam budaya atau tradisi bisnis masyarakat Indonesia.

Namun, karena pengaruh globalisasi yang melanda diberbagai bidang,

maka waralaba kemudian masuk ke dalam tatanan budaya dan tatanan

hukum masyarakat Indonesia.

10
Chairun Pasaribu, Suhrawardi Lubis, Op.Cit., hal 27.
11
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2016, hal 66.

Universitas Sumatera Utara


11

Istilah waralaba selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan

masyarakat, khususnya masyarakat bisnis Indonesia dan menarik perhatian

banyak pihak untuk mendalaminya. Waralaba berasal dari kata “wara” yang

berarti lebih atau istimewa dan “laba” berarti untung. Jadi, waralaba berarti

usaha yang memberikan keuntungan lebih/istimewa.12

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) PP 42 Tahun 2007 tentang Waralaba

menyatakan Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang

perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas

usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti

berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain

berdasarkan perjanjian waralaba.13

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

31/M- DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba (selanjutnya

disingkat Permendag 31 Tahun 2008) menyatakan bahwa, waralaba yaitu

hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha

terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan

barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan

dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Asosiasi Waralaba Indonesia sendiri memberikan arti yang berbeda

tentang waralaba, yang dimaksud dengan waralaba ialah suatu sistem

12
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2015, hal.25
13
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba

Universitas Sumatera Utara


12

pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik

merek (Franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan

untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-

cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu

meliputi area tertentu.14

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif yang

didukung dengan wawancara. Metode pendekatan hukum normatif yaitu

dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-

buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-

undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum, dan sistematika hukum serta

mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan

hukum lainnya.15 Wawancara digunakan karena untuk mendukung data

normatif.

2. Sumber data

Adapun sumber data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini

adalah:

14
Ibid., hal 21
15
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Jakarta, 2010, hal.36

Universitas Sumatera Utara


13

a) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil

penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan

perundang-undangan.

1. Bahan Hukum Primer, berupa bahan-bahan hukum yang mengikat

terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek

penelitian16 meliputi :

a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

b) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba

c) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 57/M-DAG/PER/9/2014

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

53/M-DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba

d) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 71 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Waralaba

2. Bahan hukum sekunder, adalah buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah

hukum yang terkait dengan objek penelitian.17 Meliputi:

a) Perjanjian Waralaba Indomaret

b) buku-buku tentang hukum waralaba,

c) buku-buku tentang minimarket bersistem waralaba,

d) asas-asas hukum dan pendapat hukum dalam literatur,

e) tinjauan pustaka,

f) jurnal,

16
Ibid, hal 105.
17
Ibid, hal 106.

Universitas Sumatera Utara


14

g) hasil penelitian,

h) surat kabar,

i) internet,

j) dan wawancara yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

diteliti.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

bahan hukum tersier yang digunakan berupa kamus baik kamus bahasa

Indonesia, kamus bahasa Inggris maupun kamus hukum di internet.18

b) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik

melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen

tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.

3. Prosedur pengumpulan dan pengambilan data

Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu

dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan

dengan permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, jurnal, skripsi dan

hasil-hasil penelitian hukum yang bertujuan untuk mencari atau

memperoleh teori-teori atau bahan-bahan yang berkaitan dengan judul

tulisan yaitu mengenai permasalahan perjanjian waralaba.

18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal.13-14

Universitas Sumatera Utara


15

4. Analisis data

Analisis data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan cara

kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau

tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka dan

studi kasus kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat

menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini dilakukan dengan membagi dalam lima bab. Berikut

tata urutan sistematika Penulisan :

BAB I : Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang,

diikuti dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan yang terakhir sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam

Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran yang

subbabnya terdiri dari Pengertian dan Pengaturan Bisnis

Waralaba di Indonesia, Jenis-Jenis Waralaba, Pihak-Pihak

dalam Waralaba , Klausula dalam Perjanjian Waralaba

Indomaret dan Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam

Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran.

Universitas Sumatera Utara


16

BAB III : Merupakan Hambatan dalam Pelaksanaan Perjanjian

Waralaba Indomaret Di Kota Kisaran yang subbabnya terdiri

dari Keberadaan Waralaba Indomaret di Kota Kisaran,

Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota

Kisaran, Hambatan dalam pelaksanaan Perjanjian Waralaba

Indomaret di Kota Kisaran.

BAB IV : Merupakan Penyelesaian Perselisihan dalam Pelaksanaan

Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran yang

subbabnya terdiri dari Perlindungan Hukum dalam

Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran

dan Penyelesaian Perselisihan dalam Pelaksanaan Perjanjian

Waralaba Indomaret di Kota Kisaran.

BAB V : Merupakan Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan

saran.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN

WARALABA INDOMARET DI KOTA KISARAN

A. Pengertian dan Pengaturan Bisnis Waralaba di Indonesia

Waralaba merupakan pilihan untuk berwirausaha dengan risiko paling

kecil. Pada awalnya waralaba dimulai dari keberhasilan usaha dari pemilik merek

atau franchisor. Melalui bisnis waralaba franchisor (pemberi waralaba) akan

menularkan keberhasilan usahanya kepada franchisee (penerima waralaba).

Franchisor (pemberi waralaba) sebelumnya telah melakukan dan membuat satu

formulasi standar untuk sukses sesuai dengan pengalamannya.19

Konsep waralaba merupakan suatu konsep bisnis yang mempunyai sejarah

yang cukup panjang. Kata franchise berasal dari Bahasa Perancis yaitu affranchir

yang memiliki arti bebas atau membebaskan. Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, pengertian dari waralaba

yaitu hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha

terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang

dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau

digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.20

19
M D Aldy, Skripsi: “Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Sate Taichan
Khas Senayan Menurut Hukum Perdata”, Medan:USU,2018, hal 19.
20
Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia
tentang Waralaba, Nuansa Aulia, Bandung, 2008, hal 134.

17

Universitas Sumatera Utara


18

Perkembangan hukum mengenai penerapan hukum perjanjian di Indonesia

selama ini hanya sebatas kepada persoalan-persoalan tertentu seperti

permasalahan kredit, utang-piutang, perkawinan, pembagian waris dan lain-lain.

Seiring dengan berkembangnya zaman salah satu bentuk perjanjian yang sering

digunakan oleh masyarakat dalam melakukan usaha bisnis waralaba semakin

sering digunakan untuk mengembangkan usahanya dan hubungan bisnis waralaba

haruslah dibuatkan dalam suatu bentuk perjanjian waralaba.21

Waralaba di Indonesia baru mengalami perkembangan pada awal tahun

2004-an. Jika kita menilik sejarah waralaba di Indonesia, waralaba sudah dirintis

sejak 29 tahun silam tepatnya pada tanggal 22 November 1991, yang ditandai

dengan didirikan sebuah Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), wadah bagi para

pengusaha waralaba.22

Tujuan didirikannya AFI adalah untuk menciptakan iklim industri bisnis

waralaba yang dapat dipercaya karena menciptakan kode etik waralaba bagi para

anggotanya. Tetapi kode etik ini masih perlu dilindungi oleh perangkat hukum

agar setiap pihak dapat terlindungi. Oleh karena itu, pada tahun 1978, FTC

(Federal Trade Comission) mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap

franchisor (pemberi waralaba) yang akan memberikan penawaran peluang

waralaba kepada publik untuk memiliki UFOC (Uniform Franchise Offering

21
Nuratika, Skripsi: “Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Waralaba /Franchise (Studi
Kasus Yayasan Rewana Education Branch Bulukumba Di Kabupaten Bulukumba). Global
Mitrama Perkasa Dengan X (Analisis Kasus Lembaga Pendidikan Kiwikids).”, Makassar:UIN
Alauddin, 2015, hal. 19.
22
A N Rahmah, Skripsi: “Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Usaha Waralaba
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba (Studi PT Sumber
Alfaria Trijaya Tbk.).” Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2018, hal 26.

Universitas Sumatera Utara


19

Circular). UFOC adalah dokumen yang berisi informasi lengkap mengenai

peluang bisnis waralaba yang ditawarkan, seperti sejarah bisnis, pengelola, hal

yang berkaitan dengan hukum, prakiraan investasi, deskripsi bisnis, dan Salinan

dari perjanjian waralaba.23 Serta juga terdapat beberapa konsultan bisnis waralaba

di Indonesia, yakni:24

1. APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia)

2. IFBM (International Franchise Business Management);

3. The Bridge;

4. Hans Consulting;

5. JSI

6. WALI (Waralaba & License Indonesia)

7. FT Consulting

8. Ben WarG Consulting

Para konsultan bisnis waralaba tersebut sering mengadakan roadshow di

berbagai daerah dan jangkauannya nasional guna memberikan pengetahuan

kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa bisnis waralaba memiliki banyak

peraturan yang mengaturnya meski belum ada peraturan khusus yang dibuat oleh

pemerintah Indonesia untuk mengaturnya sehingga masyarakat Indonesia yang

23
Adrian Sutedi, Op.Cit., hal 3.
24
https://business-law.binus.ac.id/2016/07/21/kapita-selekta-hukum-waralabafranchise/
diakses pada tanggal 10 Desember 2020

Universitas Sumatera Utara


20

ingin menjalankan bisnis waralaba tidak perlu ragu-ragu lagi. Dalam hal ini

franchisor (pemberi waralaba) wajib memberikan keterangan tertulis kepada

penerima waralaba atau franchisee, sekurang -kurangnya mengenai :25

1. Identitas pemberi waralaba, berikut keterangan mengenai kegiatan

usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba selama dua tahun terakhir;

2. Hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang

menjadi objek waralaba;

3. Persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi penerima waralaba;

4. Bantuan atau fasilitas yang ditawarkan pemberi waralaba kepada

penerima waralaba;

5. Hak dan kewajiban pemberi waralaba kepada penerima waralaba;

6. Cara – cara dan syarat pengakhiran, pemutusan, dan perpanjangan

perjanjian waralaba;

7. Hal – hal lain yang perlu diketahui penerima waralaba dalam rangka

pelaksanaan perjanjian waralaba.

B. Jenis-Jenis Waralaba

Waralaba harus memiliki syarat dan kriteria yang benar agar dapat

digolongkan sebagai waralaba yang layak dan sesuai koridor hukum.

25
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisis Kasus, Kencana, Jakarta, 2004, hal.94.

Universitas Sumatera Utara


21

Aturan tentang kriteria kelayakan waralaba diatur secara jelas dalam Pasal 3

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba yaitu :26

a. memiliki ciri khas usaha;

b. terbukti memiliki sudah memberikan keuntungan;

c. memiliki standar pelayanan dan standar produk yang dibuat secara

tertulis;

d. mudah diajarkan dan diaplikasikan;

e. adanya dukungan secara berkesinambungan;

f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.

Kriteria tersebut meliputi : 27

a. Waralaba harus memiliki ciri khas usaha, maksud dari “ harus memiliki

ciri khas usaha ” adalah suatu usaha yang memiliki keunggulan atau

perbedaan yang tidak mudah ditiru atau dibandingkan dengan usaha lain

sejenis, dan yang membuat konsumen selalu mencari ciri khas tersebut;

b. Waralaba harus terbukti memiliki sudah memberikan keuntungan

maksud dari “terbukti sudah memberikan keuntungan” adalah menunjuk

kepada pengalaman pemberi waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5

(lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk mengatasi

masalah-masalah dalam perjalanan suatu usahanya, dan ini terbukti dengan

masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan;

26
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba
27
Iswi Hariyani, Membangun Gurita Bisnis Franchiser, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2011, hal.70

Universitas Sumatera Utara


22

c. Waralaba harus memiliki standar pelayanan dan standar produk yang

dibuat secara tertulis, atau dikenal sebagai Standar Operational Prosedur

(SOP) Standar Operational Prosedur (SOP) ini adalah standar yang dibuat

secara tertulis oleh pemberi waralaba dengan maksud supaya penerima

waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan

sama standarnya;

d. Mudah diajarkan dan diaplikasikan, maksud dari “mudah diajarkan dan

diaplikasikan” adalah mudah dilaksanakan sehingga penerima waralaba

yang belum memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai usaha sejenis

dapat melaksanakanya dengan baik sesuai bimbingan operasional dan

manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba;

e. Pemberi waralaba harus berkomitmen untuk memberikan dukungan

secara berkesinambungan pada penerima waralaba, maksud dari

“memberikan dukungan yang berkesinambungan” adalah dukungan dari

pemberi waralaba kepada penerima waralaba secara terus-menerus seperti

bimbingan operasional, pelatihan dan promosi. Tanpa adanya dukungan

yang berkesinambungan, maka usaha yang dikembangkan oleh penerima

waralaba akan sulit untuk berkembang;

f. Pemberi waralaba harus memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang

telah terdaftar. Bisnis waralaba sangat berkaitan dengan HKI (Hak

Kekayaan Intelektual). Bisnis waralaba berkaitan dengan lisensi HKI (Hak

Kekayaan Intelektual), dari pemberi waralaba (pemilik HKI) kepada

penerima waralaba, yang kemudian diikuti dengan pembayaran royalti oleh

Universitas Sumatera Utara


23

penerima waralaba. HKI (Hak Kekayaan Intelektual ) tersebut dapat berupa

hak cipta, merek, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu (DTLST),

rahasia dagang dan perlindungan varietas tanaman (PVT). Namun

demikian, dalam praktiknya, jenis HKI yang banyak di lisensikan dalam

bisnis waralaba saat ini adalah hak cipta, merek,paten, desain industri dan

rahasia dagang.

Secara umum, waralaba dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya: 28

1. Distributorships (product franchise)

Dalam waralaba ini, franchisor (pemberi waralaba) memberikan lisensi

kepada franchisee (penerima waralaba) untuk menjual barang-barang hasil

produksinya. Pemberian lisensi ini bisa bersifat eksklusif ataupun

noneksklusif. Seringkali terjadi franchisee (penerima waralaba) diberi hak

eksklusif untuk memasarkan di suatu wilayah tertentu.

2. Chain-style business

Jenis waralaba inilah yang banyak dikenali oleh masyarakat. Dalam jenis

ini, franchisee (penerima waralaba) mengoperasikan suatu kegiatan bisnis

dengan memakai nama franchisor (pemberi waralaba). Sebagai imbalan

dari pengunaan nama franchisor (pemberi waralaba), maka franchisee

(penerima waralaba) harus mengikuti metode-metode standar

pengoperasian dan berada di bawah pengawasan franchisor (pemberi

waralaba) dalam hal bahan-bahan yang digunakan, pilihan tempat usaha,

28
Adrian Sutedi, Op.Cit., hal 14-15.

Universitas Sumatera Utara


24

desain tempat usaha, jam penjualan, persyaratan para karyawan, dan lain-

lain.

3. Manufacturing atau processing plants

Pada waralaba jenis ini, franchisor memberitahukan bahan-bahan serta tata

cara pembuatan suatu produk, termasuk di dalamnya formula-formula

rahasianya. Franchisee (penerima waralaba) menerima barang kemudian

memasarkan barang-barang itu sesuai standar yang telah ditetapkan oleh

franchisor (pemberi waralaba).

Di Indonesia sistem bisnis waralaba dibagi menjadi empat jenis yaitu :29

1. Waralaba dengan sistem format bisnis

Di dalam waralaba dengan sistem format bisnis, sistem waralaba tersebut

tidak hanya menawarkan merek dagang dan logo saja, tetapi juga

menawarkan sistem yang komplit dan komprehensif mengenai tata cara

menjalankan bisnis. Dengan kata lain, waralaba format bisnis adalah

pemberian sebuah lisensi dari seorang pemberi waralaba (franchisor)

kepada orang yang menerima waralaba (franchisee). Lisensi tersebut

diberikan dengan memberi hak kepada franchisee (penerima waralaba)

untuk berusaha menggunakan merek dagang/nama dagang franchisor

(pemberi waralaba).

29
Lindawaty Sewu, Franchise Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif Hukum Dan
Ekonomi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal 16.

Universitas Sumatera Utara


25

2. Waralaba bagi keuntungan

Pada waralaba bagi keuntungan seorang franchisor (pemberi waralaba)

memberikan lisensinya kepada seorang franchisee (penerima waralaba)

untuk menggunakan merek dagangnya yang kemudian dari penggunaan

lisensi tersebut franchisee (penerima waralaba) wajib membayarkan royalti

kepada Franchisor dari keuntungan barang dan/atau jasa yang dijualnya.

3. Waralaba kerja sama investasi

Pada waralaba kerja sama investasi biasanya melakukan penganekaragaman

pengelolaan, tetapi dikarenakan manajemennya tidak berpengalaman

di dalam mengelola usaha baru sehingga biasanya seorang franchisee

(penerima waralaba) mengambil jenis bisnis waralaba kerja sama investasi.

Misalnya saja waralaba usaha hotel.

4. Waralaba produk dan merek dagang

Di dalam waralaba produk dan merek dagang, franchisor memberikan hak

kepada franchisee untuk menjual produk yang dikembangkan oleh

franchisor yang disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merek

dagang franchisor. Dari pemberian izin merek dagang tersebut,

biasanya franchisor mendapatkan pembayaran royalti di muka dan

selanjutnya franchisor memperoleh keuntungan melalui penjualan barang

dan/atau jasa yang diwaralabakan kepada franchisee. Dari keempat jenis

sistem waralaba yang dikenal di Indonesia ini, jenis waralaba yang sangat

berkembang hingga saat ini ialah waralaba sistem format bisnis dan

waralaba produk dan merek dagang.

Universitas Sumatera Utara


26

Di Indonesia terdapat beragam jenis waralaba yang dilihat dari sektor usaha.

Jenis-jenis tersebut antara lain:

a. Makanan dan minuman;

b. Retail (non food & food);

c. Di bidang jasa;

d. Salon rambut dan kecantikan;

e. Binatu / jasa perbaikan;

f. Jasa konsultasi;

g. Fitness dan perawatan jasmani;

h. Photo furniture/Printing;

i. Rental mobil.

C. Para Pihak dalam Waralaba

Para pihak dalam waralaba terdiri atas Pemberi waralaba atau dalam

bahasa asingnya disebut franchisor dan penerima waralaba atau dalam bahasa

asingnya disebut franchisee.

1. Pemberi waralaba (franchisor)

Pengertian pemberi waralaba berdasarkan PP No. 42 Tahun 2007 Pasal 1

angka 2, pemberi waralaba adalah orang perorangan atau badan usaha

yang memberikan hak untuk memanfaatkan hak dan/atau menggunakan waralaba

yang dimilikinya kepada penerima waralaba. Berdasarkan Peraturan

KEPMENDAG Nomor 31 Tahun 2008 Pasal 1 angka 2, pemberi waralaba adalah

Universitas Sumatera Utara


27

badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk

memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan

atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.

Dilihat dari pengertian pemberi waralaba yang dijelaskan dalam Pasal 1

PP No. 42 Tahun 2007 dan Kepmendag No. 31 Tahun 2008 pemberi waralaba

merupakan orang perorangan atau badan usaha yang memiliki atau menciptakan

suatu ciri khas pada jenis usahanya ataupun hal-hal yang berkaitan dengan hak

kekayaan intelektual dan dengan maksud memperluas pasar dan mendapatkan

keuntungan dengan memberikan hak kepada penerima waralaba untuk

memanfaatkan dan menggunakan ciri khas tersebut atau hak kekayaan

intelektual yang dimilikinya.

2. Penerima waralaba ( franchisee )

Pengertian penerima waralaba sebagai pihak kedua dalam waralaba ini

dirumuskan dalam PP No. 42 Tahun 2007 Pasal 1 angka 3, penerima

waralaba adalah orang perorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh

pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang

dimilikinya. Berdasarkan Kepmendag No.31 Tahun 2008, penerima waralaba

adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan

dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

yang dimiliki pemberi waralaba.

Universitas Sumatera Utara


28

D. Klausula dalam Perjanjian Waralaba Indomaret

Dalam perjanjian waralaba di Waralaba Indomaret CV. Laura Jaya Kota

Kisaran, terdapat klausula-klausula yang dapat dijelaskan satu persatu yakni:30

1. Subjek perjanjian waralaba

Subjek hukum dalam perjanjian waralaba ialah siapa saja yang

membuat dan menandatangani kontrak tersebut baik atas nama dirinya

sendiri atau mewakili bahan usaha tempatnya bekerja. Subjek hukum

dalam perjanjian ini ada tiga jenis yaitu:

a) Subjek hukum berupa orang perorangan

b) Subjek hukum berupa barang usaha

c) Subjek hukum yang terdiri dari beberapa orang yang bersekutu

untuk menjalankan usahanya.

Dalam isi kontrak franchising minimarket ini, subjek hukumnya adalah

dua orang direktur selaku franchisor yang telah mendapatkan persetujuan dari dua

orang komisaris perseroan yang turut menandatangani akta tersebut sebagai tanda

persetujuannya. Kemudian pihak perseorangan yang bertindak untuk dirinya

sendiri yang selanjutnya disebut franchisee .

2. Kesepakatan untuk membuat dan untuk menandatangani kontrak yang

berisikan:

30
Tulus Prijanto, Thesis: “Waralaba dan Hukum (Studi Tentang Perlindungan Hukum
dalam Perjanjian di Lembaga Bimbingan Belajar Smartgama Karanganyar)”, Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, hal 19.

Universitas Sumatera Utara


29

Pasal 1

Toko

Dalam klausula ini menjelaskan tentang letak tempat usaha waralaba,

menjelaskan bahwa franchisee berhak menggunakan tanah dan bangunan,

merenovasi ataupun membangun toko indomaret sesuai persyaratan

pembangunan oleh franchisor.

Pasal 2

Hak waralaba

Dalam klausula ini menjelaskan tentang franchisor memberikan hak

waralaba untuk menggunakan nama/merek dagang beserta seluruh

mekanisme sistem kerja toko kepada franchisee dalam mengoperasikan

toko dengan standar operasi toko indomaret yang dimiliki franchisor,

menjelaskan bilamana franchisor melihat adanya suatu potensi yang baik

atau dianggap perlu suatu tindakan preventif dengan melakukan

pembukaan toko dalam radius 100 (seratus) meter dari toko indomaret

franchisee maka franchisor memberi prioritas kepada franchisee berupa

penawaran tertulis sebelum ditawarkan kepada pihak lain ataupun kepada

franchisor sendiri.

Universitas Sumatera Utara


30

Pasal 3

Batasan hak waralaba

Dalam klausula ini menjelaskan tentang batasan penggunaan pemakaian

nama saat berakhirnya perjanjian ini, penggunaan nama dan sistem selain

yang diperkenankan dalam perjanjian ini merupakan perbuatan melawan

hukum dan franchisor dapat menuntut ganti rugi kepada franchisee.

Franchisee tidak diperkenankan memberikan informasi apapun mengenai

kondisi toko pada pihak lain/ media massa tanpa izin tertulis dari pihak

franchisor.

Pasal 4

Risiko usaha

Dalam klausula ini menjelaskan tentang bahwa franchisor tidak

bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi diluar kekuasaan

franchisor baik secara langsung maupun tidak langsung seperti adanya

persaingan usaha sejenis, perubahan kebijakan atau peraturan pemerintah

mengenai perizinan, tidak dapat berjalannya sistem teknologi informasi,

kerusakan infrakstruktur oleh oknum sumber daya manusia, ekonomi

politik dan keamanan yang kurang kondusif yang tidak stabil, kurangnya

pemeliharaan toko, bencana alam dan risiko lainnya yang bukan

disebabkan oleh kelalaian franchisor. Serta franchisee menjamin tidak

akan menuntut dan/atau menggugat dan/atau meminta ganti kerugian

sehubungan dengan adanya resiko usaha.

Universitas Sumatera Utara


31

Pasal 5

Kewajiban pihak pertama

Dalam klausula ini menjelaskan tentang kewajiban franchisor membantu

franchisee dalam hal rekomendasi kelayakan lokasi toko, bantuan seleksi

tenaga kerja sesuai kualifikasi karyawan Indomaret, perencanaan dan

pelaksanaan serta supervisi renovasi toko sesuai standar desain eksterior

dan interior toko, pengadaan dan pemasangan seluruh peralatan toko

sesuai standar toko indomaret. Franchisor berkewajiban memberi latihan

kepada franchisee beserta seluruh karyawan toko dalam suatu program

latihan terpadu dengan materi dan jadwal yang telah ditetapkan.

Pasal 6

Pengelolaan barang dagangan

Dalam klausula ini menjelaskan tentang pengelolaan barang dagangan

merupakan tanggungjawab franchisor mulai dari mengevaluasi tingkat

persediaan barang, kehilangan dan/atau kerusakan barang saat pengiriman,

retur barang. Franchisee berkewajiban untuk menyediakan tempat

pemajangan di dalam toko seperti sewa counter, sewa area ATM dan sewa

teras dengan harga sewa sebesar Rp 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu

rupiah) per bulan. Franchise dilarang menerima, menyimpan, memajang

dan menjual barang-barang lain selain barang dagangan toko. Franchisee

memberi hak prioritas kepada franchisor bahwa franchisee tidak akan

menghalangi franchisor untuk mengambil sebagian dan/atau seluruh

Universitas Sumatera Utara


32

barang dan peralatan toko bilamana franchisee gagal/ tidak mampu

melaksanakan kewajiban pembayaran hutang barang dagangan pihak

pertama.

Pasal 7

Pengelolaan uang tunai

Dalam klausula ini menjelaskan tentang pengelolaan uang tunai yaitu

penjualan secara tunai seluruhnya dikelola oleh franchisor, franchisor juga

berhak memotong langsung/ memindahbukukan saldo dana franchisee ke

rekening franchisor untuk barang dagangan dan barang perlengkapan toko

lainnya yang sudah jatuh tempo. Franchisee akan mengelola dana kas

operasional untuk pengeluaran rutin biaya toko dengan mengajukan

anggaran setiap bulan dan berlaku wajib setelah 25 (dua puluh lima) bulan

dari surplus kas dengan besaran maksimal Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah) per bulannya.

Pasal 8

Biaya hak waralaba, royalti dan kewajiban biaya lainnya

Dalam klausula ini menjelaskan tentang biaya hak waralaba sebesar

Rp36.000.000,- (tiga puluh enam juta rupiah) yang harus dibayarkan

franchisee untuk 1 (satu) toko setiap 5 (lima) tahun. Kewajiban biaya

lainnya yang menjadi tanggung jawab franchisee yaitu seperti renovasi

toko, pengadaan toko sesuai standar toko dan biaya promosi pembukaan

Universitas Sumatera Utara


33

toko. Besar Royalti yang harus dibayar oleh franchisee setiap bulan yaitu

untuk nilai penjualan Rp 175.000.000,- (seratus tujuh puluh lima juta

rupiah) per bulan sebesar 0%, untuk nilai penjualan Rp 175.000.000,-

(seratus tujuh puluh lima juta rupiah) sampai Rp 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) per bulan sebesar 2%, untuk Rp 200.000.000,- (dua ratus juta

rupiah) sampai Rp 225.000.000,- (dua ratus dua puluh lima juta rupiah)

per bulan sebesar 3%, untuk selebihnya dari Rp 225.000.000,- (dua ratus

dua puluh lima juta rupiah) sebesar 4%.

Pasal 9

Kewajiban pihak kedua

Dalam klausula ini menjelaskan tentang kewajiban franchisee diantaranya

yaitu mulai dari pengelolaan operasionil rutin toko, segala aspek perizinan,

dan menjaga kerahasiaan standarisasi sistem operasional toko dan wajib

berkonsentrasi penuh dan bersinergi dengan franchisor.

Pasal 10

Sumber daya manusia

Dalam klausula ini menjelaskan tentang sumber daya manusia di toko

indomaret yang terdiri dari pramuniaga, kasir, serta merchandiser, dan

asisten kepala toko dan/atau kepala toko yang telah di training oleh

franchisor. Segala biaya menyangkut karyawan seperti gaji, jaminan

Universitas Sumatera Utara


34

sosial, uang pengobatan, premi personal accident insurance, THR, dana

pensiun, lembur, biaya pesangan menjadi tanggung jawab franchisee.

Pasal 11

Waktu, perpanjangan dan berakhirnya perjanjian

Dalam klausula ini menjelaskan tentang lama berlakunya perjanjian yaitu

selama 5 (lima) tahun yang mana jika salah satu pihak dan atau keduanya

berhalangan atau meninggal dunia maka perjanjian ini mengikat ahli waris

sampai pada perjanjian berakhir. Berakhirnya perjanjian disebabkan oleh

beberapa hal diantaranya franchisee dinyatakan pailit, franchisee

melanggar satu atau semua kewajiban dan telah 2 (dua) kali dengan

tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja ditegur franchisor. Perpanjangan dapat

dilakukan dengan menyampaikan surat resmi selambat-lambatnya 8

(delapan) bulan kepada franchisor dan disepakati selambat-lambatnya 6

(enam) bulan sebelum berakhirnya masa waralaba. Dalam hal berakhirnya

perjanjian yang tidak diperpanjang lagi atau berakhir sebelum waktunya,

franchisee berkewajiban untuk menghentikan penggunaan nama/merek

dan seluruh aspek yang termasuk dalam hak intelektual indomaret,

menyelesaikan seluruh kewajiban pembayaran kepada franchisor,

mengembalikan pedoman praktis, administrasi toko, paket program

computer dan seluruh perangkat jaringan franchisor, serta menjaga dan

mempertahankan reputasi indomaret.

Universitas Sumatera Utara


35

Pasal 12

Force majeure dan kompensasi atas toko

Dalam klausula ini menjelaskan tentang force majeure yaitu bilamana

terjadi suatu peristiwa diluar kendali pihak pertama dan kedua seperti

bencana ,alam, huru-hara, perang, kerusuhan massa, pemogokan kerja, dan

keputusan pemerintah baik pusat maupun daerah yang mengakibatkan

kegiatan usaha waralaba ini ditutup dan/atau tidak dapat beroperasi maka

segala kerugian yang timbul sepenuhnya menjadi beban tanggung jawab

masing-masing pihak. Dan apabila saat 3 (tiga) bulan pertama sejak

pembukaan atau tanggal serah terima toko belum mendapat izin oleh

instansi berwenang yang mengakibatkan kegiatan usaha waralaba ini

ditutup dan/atau tidak dapat beroperasi maka segala risiko menjadi beban

dan tanggung jawab pihak kedua sepenuhnya termasuk tetapi tidak

terbatas pada biaya sewa-menyewa, atau jual beli tanah dan bangunan,

ataupun biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan oleh pihak kedua untuk

perolehan hak atas penggunaan tanah dan bangunan untuk toko. Pihak

pertama hanya akan mengembalikan franchise fee serta biaya peralatan

toko dan gudang yang dibeli dari pihak pertama, dan setelah lewat 3 (tiga)

bulan pihak pertama tidak berkewajiban lagi mengembalikan biaya apapun

kepada pihak pertama.

Universitas Sumatera Utara


36

E. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba

Indomaret di Kota Kisaran

Pengaturan tentang hak dan kewajiban para pihak merupakan komponen

yang sangat penting dalam suatu perjanjian. Pengaturan hak dan kewajiban harus

jelas, seimbang dan mempunyai batas-batas tertentu, agar tidak terjadi tindakan

yang sewenang-wenangnya dari satu pihak kepada pihak lainnya. Dengan

ditandatanganinya perjanjian berarti calon penerima waralaba (franchisee) telah

sepakat untuk melaksanakan dan mematuhi perjanjian dengan itikad baik (Pasal

1338 ayat 3 KUHPerdata). Berikut beberapa hak dan kewajiban pemberi waralaba

(franchisor) dan penerima waralaba (franchisee) :

1. Hak Pemberi Waralaba (franchisor)

a) Menuntut penerima waralaba (franchisee) bila setelah berakhirnya

perjanjian masih menggunakan nama/merek dagang beserta seluruh

mekanisme sistem kerja toko dalam mengoperasikan toko dengan

standar operasi toko indomaret. (Berdasarkan pasal 3 MOU Perjanjian

Waralaba CV. Laura Jaya Kota Kisaran)

b) Memotong langsung atau memindahbukukan saldo dana franchisee ke

rekening franchisor untuk barang dagangan dan barang perlengkapan

toko lainnya yang sudah jatuh tempo. (Berdasarkan pasal 7 MOU

Perjanjian Waralaba CV. Laura Jaya Kota Kisaran)

Universitas Sumatera Utara


37

2. Hak Penerima Waralaba (franchisee)

a) Menggunakan nama/merek dagang beserta seluruh mekanisme sistem

kerja toko dalam mengoperasikan toko dengan standar operasi toko

indomaret. (Berdasarkan pasal 2 MOU Perjanjian Waralaba CV. Laura

Jaya Kota Kisaran)

b) Mendapat prioritas berupa penawaran tertulis melakukan pembukaan

toko baru dalam radius 100 (seratus) meter bilamana franchisor melihat

adanya suatu potensi yang baik. (Berdasarkan pasal 2 MOU Perjanjian

Waralaba CV. Laura Jaya Kota Kisaran)

3. Kewajiban Pemberi Waralaba (franchisor)

a) Memberikan prospektus waralaba kepada calon penerima waralaba

pada saat melakukan penawaran (Pasal 7 PP Waralaba)

b) Memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional

manajemen, pemasaran, penelitian dan pengembangan kepada penerima

waralaba secara berkesinambungan (Pasal 8 PP Waralaba)

c) Mengutamakan penggunaan barang dan/atau jasa hasil produksi dalam

negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang dan/atau jasa yang

ditetapkan secara tertulis oleh pemberi waralaba (Pasal 9 ayat (1) PP

Waralaba)

d) Bekerja sama dengan pengusaha kecil dan menengah di daerah

setempat sebagai penerima waralaba atau pemasok barang dan/atau jasa

Universitas Sumatera Utara


38

sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh

pemberi waralaba (Pasal 9 ayat (2) PP Waralaba).

e) Mendaftarkan prospektus waralaba sebelum membuat perjanjian

waralaba dengan penerima waralaba (Pasal 10 PP Waralaba).

f) Membantu Penerima waralaba (franchisee) dalam hal rekomendasi

kelayakan lokasi toko, bantuan seleksi tenaga kerja sesuai kualifikasi

karyawan Indomaret, perencanaan dan pelaksanaan serta supervisi

renovasi toko sesuai standar desain eksterior dan interior toko,

pengadaan dan pemasangan seluruh peralatan toko sesuai standar toko

indomaret. Franchisor berkewajiban memberi latihan kepada franchisee

beserta seluruh karyawan toko dalam suatu program latihan terpadu

dengan materi dan jadwal yang telah ditetapkan. (Berdasarkan pasal 5

MOU Perjanjian Waralaba CV. Laura Jaya Kota Kisaran)

g) Mengelola barang dagangan mulai dari mengevaluasi tingkat persediaan

barang, kehilangan dan/atau kerusakan barang saat pengiriman dan/atau

retur barang. (Berdasarkan pasal 6 MOU Perjanjian Waralaba CV.

Laura Jaya Kota Kisaran)

4. Kewajiban Penerima Waralaba (franchisee)

a) Mendaftarkan perjanjian waralaba (Pasal 11 PP Waralaba).

b) Melakukan pengelolaan operasionil rutin toko, segala aspek perizinan,

dan menjaga kerahasiaan standarisasi sistem operasional toko dan wajib

berkonsentrasi penuh dan bersinergi dengan pemberi waralaba

Universitas Sumatera Utara


39

(franchisor). (Berdasarkan pasal 9 MOU Perjanjian Waralaba CV.

Laura Jaya Kota Kisaran)

c) Menyediakan tempat pemajangan di dalam toko seperti sewa counter,

sewa area ATM dan sewa teras. (Berdasarkan pasal 6 MOU Perjanjian

Waralaba CV. Laura Jaya Kota Kisaran)

d) Mengelola dana kas operasional untuk pengeluaran rutin biaya toko.

(Berdasarkan pasal 7 MOU Perjanjian Waralaba CV. Laura Jaya Kota

Kisaran)

e) Membiayai renovasi toko, pengadaan toko sesuai standar toko dan

biaya promosi pembukaan toko.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA

INDOMARET DI KOTA KISARAN

A. Keberadaan Waralaba Indomaret di Kota Kisaran

Berawal dari pemikiran untuk mempermudah penyediaan kebutuhan pokok

sehari-hari, maka pada tahun 1988 didirikanlah sebuah minimarket yang diberi

nama Indomaret. Sejalan pengembangan operasional toko, perusahaan tertarik

untuk lebih mendalami dan memahami berbagai kebutuhan dan perilaku

konsumen dalam berbelanja. Guna mengakomodasi tujuan tersebut, beberapa

orang karyawan ditugaskan untuk mengamati dan meneliti perilaku belanja

masyarakat. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa masyarakat cenderung

memilih belanja di gerai modern berdasarkan alasan kelengkapan pilihan produk

yang berkualitas, harga yang pasti dan bersaing, serta suasana yang nyaman.31

Berbekal pengetahuan mengenai kebutuhan konsumen, keterampilan

pengoperasian toko dan pergeseran perilaku belanja masyarakat ke gerai modern,

maka timbul keingian luhur untuk mengabdi lebih jauh bagi nusa dan bangsa. Niat

ini diwujudkan dengan mendirikan Indomaret, dengan badan hukum PT.

Indomarco Pristama yang memiliki visi menjadi retail yang unggul serta motto

“mudah dan Hemat” 32

31
Mega Agustriani, Skripsi: “Analisis Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang
Dagangan untuk Menjaga Keamanan Harta Kekayaan Perusahaan pada Minimarket Indomaret
Bambang Utoyo Palembang”, Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang, 2016, hal 40.
32
https://indomaret.co.id/korporat/seputar-indomaret/peduli-dan berbagi/2014/01/16/
sejarah-dan-visi/diakses pada tanggal 28 Desember 2020

40

Universitas Sumatera Utara


41

Pada mulanya Indomaret membentuk konsep penyelenggaraan gerai yang

berlokasi di dekat hunian konsumen, menyediakan berbagai kebutuhan pokok

maupun kebutuhan sehari-hari, melayani masyarakat umum yang bersifat

majemuk, serta memiliki luas toko sekitar 200m2 . Seiring dengan berjalannya

waktu dan kebutuhan pasar, Indomaret terus menambah gerai diberbagai kawasan

perumahan, perkantoran, niaga, wisata dan apartemen. Dalam hal ini terjadilah

proses pembelajaran untuk pengoperasian suatu jaringan retail yang berskala

besar, lengkap dengan berbagai pengalaman yang kompleks dan bervariasi.

Setelah menguasai pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan jaringan retail

dalam skala besar. Manajemen berkomitmen untuk menjadikan Indomaret sebagai

sebuah aset nasional.33

Laju pertumbuhan gerai Indomaret yang cepat dengan transaksi melebihi

45 juta struk per bulan, dapat terlaksana karena didukung oleh sistem teknologi

informasi yang andal. Sistem tersebut terintegrasi pada setiap point of sales (POS)

kasir di semua gerai yang mencakup sistem penjualan, persedian, dan penerimaan

barang. Teknologi di POS kasir tersebut sudah dirancang untuk memenuhi

kebutuhan perkembangan jumlah gerai dan transaksi pada masa depan. Untuk

mempercepat pelayanan dan kenyaman berbelanja di kasir, Indomaret

menggunakan pemindai optik dengan kode batang (scanner barcode),

pembayaran dengan Indomaret Card, Jak Card, pembayaran debit dan penarikan

tunai dari berbagai bank. Dalam bidang distribusi barang, Indomaret menerapkan

Digital Picking System dan Tail Gate System pada setiap pusat distribusinya.

33
Yana Puspita Rimawanti , Skripsi: “Aspek Hukum Perjanjian Pada Perjanjian Franchise
PT”, Depok: UI, 2008, hal 29.

Universitas Sumatera Utara


42

Kedua sistem ini mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pengambilan

barang dari rak penyimpanan dan pemuatan barang ke armada pengiriman

maupun penurunan barang di gerai Indomaret.34

Eksistensi dan perkembangan Indomaret didukung oleh tim merchandising

dalam menangani pemilihan, pengadaan dan pengembangan produk; kerja sama

dengan lebih dari 1.000 mitra pemasok; strategi penetapan harga yang tepat serta

pengelolaan pemajangan produk. Indomaret mengelola sekitar 4.800 produk

terdiri dari food, nonfood, general merchandise dan fresh product. Pengadaan

produk Indomaret didukung lebih dari 1.000 pemasok berskala nasional termasuk

UMKM, kemitraan terjalin dan terus berkembang dari waktu ke waktu atas dasar

prinsip saling menguntungkan dan tumbuh kembang bersama. Dengan sistem

teknologi mutakhir, Indomaret terus berupaya menyediakan beragam produk dan

jasa inovatif sesuai perkembangan gaya hidup untuk memastikan kemudahan dan

kenyamanan konsumen dalam berbelanja. Pengembangan lebih dari 200 produk

private label dengan harga ekonomis dan kuaelitas prima memberikan nilai

tambah bagi konsumen Indomaret.35

Indomaret berupaya “menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan retail

waralaba yang unggul dalam persaingan global”. Tahun 1997 Indomaret

memperkenalkan sistem kemitraan dengan membuka peluang bagi masyarakat

untuk turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai Indomaret. Sampai dengan

Januari 2011, gerai waralaba Indomaret telah mencapai 2.000 (40 %). Mitra usaha

waralaba ini meliputi: koperasi, badan usaha dan perorangan. Target pasar
34
Mega Agustriana, Op.Cit, hal.42
35
https://indomaret.co.id/korporart/seputar-indomaret/peduli-dan-berbagi/2014/01/16/
sejarah-dan-visi/ diakses pada tanggal 30 Desember 2020

Universitas Sumatera Utara


43

Indomaret adalah semua kalangan masyarakat Indonesia. Strategi pemasarannya

diintegrasikan dengan kegiatan promosi yang dijalankan secara berkala dengan

berbagai metode sesuai dengan jenis produk dan fokus target pasarnya. Beberapa

strategi jangka pendek yang dijalankan oleh Indomaret antara lain:36

1. Harga Heboh : promosi mingguan yang memberikan harga sangat murah

untuk produk-produk kebutuhan sehari-hari

2. Super Hemat: edisi dua mingguan yang mempromosikan produk-produk

dengan harga hemat sebagai panduan bagi konsumen untuk belanja hemat

3. Promosi bulan ini : promosi bulanan atas produk tertentu dalam bentuk

pemberian hadiah langsung atau potongan harga.

Untuk strategi jangka panjang, Indomaret menerapkan berbagai program

yang berkaitan dengan loyalitas konsumen serta pembentukan komunitas. Dalam

upaya meningkatkan brand image sampai ke tingkat dunia, Indomaret berhasil

menjadi Official Event Store (OES) Piala Dunia 2010 dengan peretail-peretail

besar di Indonesia. Dengan terpilihnya Indomaret sebagai OES oleh Global

Brands Group (Pemegang lisensi eksklusif FIFA di seluruh dunia), maka

Indomaret menjadi gerai yang menjual produk Piala Dunia 2010 serta berhak

menggunakan logo dan atribut Piala Dunia 2010 pada setiap kegiatan promosi di

Indonesia. Terpilihnya Indomaret sebagai Official Event Store (OES) merupakan

36
https://indomaret.co.id/korporat/seputar-indomaret/peduli-danberbagi/2014/01/16/
pemasaran-dan-promosi/ diakses pada tanggal 30 Desember 2020

Universitas Sumatera Utara


44

keberhasilan yang berkaitan erat dengan pengalaman, kemampuan dan luasnya

jaringan perusahaan sehingga menjadi yang terbaik di bidang usahanya.37

Dalam mencermati bisnis baru, kadang pebisnis hanya terfokus pada

keuntungan finansial. Padahal banyak keuntungan lain yang bisa diperoleh.

Khususnya yang membeli hak waralaba, dan indomaret memberikan berbagai

keuntungan sehingga dapat menjadi kekuatan bagi yang hendak memasuki dunia

wirausaha. Keuntungan dari bisnis waralaba Indomaret ini adalah:38

1. Transformasi pengetahuan, bergabung dengan Indomaret maka akan

banyak memperoleh pengetahuan dan sekaligus menempatkan anda sebagai

pelaku bisnis

2. Potensi Pasar, Bantuan survei lokasi dari Indomaret akan memperkaya

wawasan mengenai potensi dan strategis tidaknya suatu lokasi

3. Tidak Full Time, dukungan sistem opersional toko yang terintegrasi,

membuat para investor tidak perlu terlibat secara full time dalam

operasional toko ataupun meninggalkan pekerjaan sebelumnya

4. Peluang Berkembang, Investor dapat memiliki lebih dari satu unit toko

dengan tingkat kesibukan yang sama dan dapat diatur.

5. Minimalisasi Risiko, perencanaan matang, mulai survei lokasi sampai

dengan pembukaan toko, kecepatan distribusi dan kelengkapan barang-

37
Ibid
38
Maryadi, ”Evaluasi terhadap Program Franchise Studi Kasus Alfamart dan Indomaret”
Jurnal Aksi No.3 Tahun 2017, hal.248

Universitas Sumatera Utara


45

barang dagangan, serta dukungan manajemen toko yang solid akan

membantu investor dalam menekan risiko kerugian.

Keuntungan berinvestasi minimarket waralaba39

1. Mudah memulainya; minimarket waralaba, terutama indomaret,

memiliki dua sistem kerja sama yaitu grand opening (GO) dan take over

(TO).

2. Praktis; bisnis minimarket tergolong rumit karena termasuk bisnis retail.

Ada berbagai macam produk, supplier, promosi, dan harga yang bisa

berubah-ubah. Satu kesalahan saja bisa menyebabkan habisnya

keuntungan yang didapatkan. Beruntung, Indomaret mempunyai

prosedur kerja yang rapi, lengkap, dan detail, sehingga siapa pun bisa

mengoperasikannya. Bahkan bisa dibilang autopilot. Selain itu,

pengawasan dari menajemen Indomaret pun sangat ketat dan bersifat

rutin sehingga kesalahan bisa diminimalisir.

3. Aman; minimarket menjual produk kebutuhan sehari-hari yang

dibutuhkan semua orang sehingga bisnis ini relatif aman dibanding

bisnis lain.

4. Ebitda (Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization);

setiap minimarket profit pendapatannya jelas berbeda, bahkan salah satu

minimarket waralaba saya malah merugi. Untung dan rugi bagaikan dua

39
Pipo Hargiyanto, Bisnis Waralaba Indomaret, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2019,
hal 29-31

Universitas Sumatera Utara


46

sisi mata uang jika ada potensi untung, pasti sewaktu-waktu bisa rugi.

Semuanya tergantung pada bagaimana kita belajar mengurangi risiko

kerugian dan meningkatkan risiko keuntungan.

5. Modal yang kecil; rata-rata modal pembukaan minimarket baru adalah

400 juta hingga 1 miliar rupiah dan mencakup semua kelengkapan dari

tanah kosong hingga minimarket buka dan siap beroperasi. Indomaret

memakai sistem kredit tanpa bunga untuk produk yang dijual (barang

dagangan), sehingga tidak perlu membayar dimuka.

6. Untung lebih dengan membeli properti minimarket; salah satu

keuntungan yang membuat saya menyukai investasi minimarket

waralaba adalah bisa menggabungkan investasi minimarket waralaba

dengan properti atau real estate. Caranya dengan membeli tanah tempat

minimarket berdiri. Seiring waktu, minimarket menghasilkan

keuntungan setiap bulan. Nilai tanahnya langsung naik karena

mengundang banyak orang untuk berbisnis di dekatnya.

Tahapan kerja sama waralaba pada CV. Laura Jaya antara lain:40

1. Presentasi Pertama, supaya presentasi berjalan lebih efektif dan bisa

langsung ditindaklanjuti, bagi terwaralaba yang sudah memiliki usulan

lokasi tempat usaha sebaiknya membawa fotocopy dokumen pendukung,

seperti: sertifikat bangunan, IMB (Izin Mendirikan Bangunan), KTP (Kartu

40
Dedi Yusuf, Skripsi: “Bisnis Waralaba (Franchise) pada Pt. Indomarco Prismatama
Ditinjau menurut Perspektif Ekonomi Islam”, Pekan Baru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, 2015, hal 30.

Universitas Sumatera Utara


47

Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga) dan (jika sudah ada) SIUP (Surat

Izin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP (Nomor

Pokok Wajib Pajak), PKP (Pengusaha Kena Pajak ) serta denah lokasi.

Pada presentasi pertama ini akan dijelaskan dengan detail mekanisme kerja

sama, besarnya investasi, sistem operasional toko, sistem pembagian

keuntungan dan sistem pelaporan.

2. Presentasi Kedua, pada presentasi kedua akan dipaparkan hasil survei

kelayakan dan rencana anggaran belanja (RAB) yang mengarah pada

besarnya nilai investasi. Biasanya pada presentasi kedua ini dilanjutkan

dengan penandatanganan MOU (Nota Kesepakatan) yang mencakup butir-

butir pembagian tugas antara pihak Indomaret dengan Investor dalam

mempersiapkan pembukaan toko, mulai dari pengurusan izin, renovasi

bangunan, pembelian perlengkapan toko, seleksi dan training karyawan,

serta sistem pembayaran.

3. Pembukaan Toko, setelah semua item kesepakatan direalisasikan maka

toko siap dibuka dengan program promosi yang ditetapkan Indomaret.

Segera setelah toko buka, akan ditandatangani surat perjanjian waralaba

untuk jangka waktu lima tahun.

Ada dua pola kerja sama waralaba pada CV. Laura Jaya yakni:41

1. Tidak memiliki tempat usaha, jika anda tidak memiliki tempat usaha,

Indomaret menawarkan dua pilihan kerja sama :

41
Maryadi, Op.Cit hal.249

Universitas Sumatera Utara


48

a) Usulan lokasi toko baru Indomaret menawarkan lokasi yang telah

disurvei disertai perencanaan matang, mulai dari desain layout toko,

estimasi investasi, pendapatan, pengeluaran dan payback period

b) Take over Kepemilikan Indomaret menawarkan toko milik sendiri yang

sudah teruji dan menguntungkan. Sistem ini relatif lebih aman namun nilai

investasinya lebih tinggi dibandingkan dengan membuka toko baru karena

ada biaya toko, sejak dibuka hingga mencapai kondisi matang. Unsur biaya

yang merupakan satu paket harga tersebut yaitu:

1) Franchise fee untuk lima tahun

2) Peralatan toko dan gudang

3) Sewa tempat selama 5 tahun

4) Perizinan

5) Goodwill Penjualan toko Indomaret memiliki kriteria yang bertujuan

memberikan nilai keuntungan dan kepastian berinvestasi dengan mudah.

Kriteria toko Take Over adalah :42

1) Track record telah teruji

2) Eksistensi toko telah diterima

3) Perizinan toko telah lengkap

42
Maryadi, Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara


49

2. Memiliki tempat usaha Apabila anda telah memiliki lokasi usaha,

Indomaret menawarkan kerja sama sebagai berikut:

1) Ruang usaha/rumah/tanah Prosedur kerjanya sama dengan usulan lokasi

toko baru. Indomaret terlebih dahulu melakukan survei kelayakan lokasi

yang anda usulkan, mulai dari potensi wilayah, peruntukan bangunan dan

perizinan, perencanaan layout toko sampai dengan estimasi payback period.

Jika semua dinilai layak, kerja sama dapat dilakukan, akan tetapi jika tidak

atau ada kendala lain, Indomaret akan menyarankan untuk mencari lokasi

yang lain.

2) Minimarket Existing bila memiliki usaha minimarket yang kurang

berkembang dan ingin mengembangkannya, dapat bergabung dengan

Indomaret. Prosedur standarnya sama, mulai dari survei kelayakan lokasi

sampai dengan estimasi payback period. Perlakuan yang membedakannya

adalah dalam menghitung investasi perlengkapan toko, jika perlengkapan

toko tersebut sesuai dengan standar Indomaret maka investasinya lebih

murah. Namun jika tidak sesuai dengan standar Indomaret, perlengkapan

tersebut harus diganti baru. Berikut penjabaran nilai investasi waralaba

Indomaret beserta biaya-biaya dari Indomaret

Nilai Investasi Indomaret

Franchise Fee/ 5 tahun : 36.000.000

Biaya Start Up & Promosi Pembukaan : 10.000.000

Universitas Sumatera Utara


50

Perizinan, renovasi, dan tambah daya listrik : 184.000.000

Peralatan Elektronik & non Elektronik : 170.000.000

410.000.000

Biaya-biaya dari Indomaret

1. Franchise fee senilai 36 juta ditambah dengan PPN selama masa

perjanjian waralaba (lima tahun)

2. Royalty fee ditarik setiap bulan yang besar jumlahnya tergantung hasil

penjualan (sales).

Penjualan (sales) Royalty fee

Rp 175.000.000/bulan : 0%

Rp 175.000.000 – Rp 200.000.000/bulan : 2%

Rp 200.000.000 – Rp 225.000.000/bulan : 3%

Rp 225.000.000/bulan : 4%

B. Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran

Dalam bisnis waralaba Indomaret, hubungan antara pemberi waralaba

(franchisor) dan penerima waralaba (franchisee) dibangun atas dasar perjanjian.

Hubungan tersebut dituangkan dalam suatu bentuk perjanjian yang disebut dengan

perjanjian franchise. Perjanjian Franchise merupakan dokumen yang di dalamnya

seluruh transaksi dijabarkan secara bersama. Perjanjian Franchise harus secara

Universitas Sumatera Utara


51

tepat menggambarkan janji- janji yang dibuat dan harus adil, serta pada saat yang

bersamaan menjamin bahwa ada kontrol yang cukup untuk melindungi integritas

sistem. Pelaksanaan perjanjian waralaba indomaret ini dimulai dari presentasi

bisnis secara umum dari pihak pemberi waralaba (franchisor) kepada calon

penerima waralaba (franchisee) tentang apa itu waralaba indomaret, syarat-syarat

untuk menjadi penerima waralaba (franchisee) indomaret dan biaya yang

dibutuhkan untuk dapat bergabung dalam waralaba indomaret.43

1. Prosedur dan mekanisme pembukaan cabang atau outlet baru adalah sebagai

berikut:

1. Setelah memperoleh pemberitahuan dari bidang penjualan franchise

tentang adanya kesepakatan (gentleman agreement) pembelian franchise

antara calon penerima waralaba (franchisee) dengan bidang penjualan

franchise dan calon penerima waralaba (franchisee) telah mempelajari

terlebih dahulu dan telah setuju terhadap seluruh isi / materi akta

perjanjian yang akan ditandatangani , maka divisi legal berkewajiban

untuk menangani proses selanjutnya yaitu proses penandatanganan akta

perjanjian

2. Kemudian pihak divisi legal menghimpun data dari obyek perjanjian

serta data calon kedua belah pihak yang harus termuat dalam akta

perjanjian antara lain tentang:

43
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba Indomaret pada tanggal
20 Februari 2021 pada pukul 13.00 di Indomaret CV. Laura Jaya Kota Kisaran

Universitas Sumatera Utara


52

a. Identitas calon para pihak yang meliputi nama lengkap ,umur alamat

tempat tinggal alamat , alamat surat , alamat berdasarkan KTP (kartu tanda

penduduk) serta nomor telepon yang aktif atau dapat dihubungi;

b. Melakukan identifikasi dan menemukan referensi untuk menyeleksi

calon penerima waralaba (franchisee) yang memenuhi syarat;

c. Calon penerima waralaba (franchisee) berulang dapat melakukan

transaksi pembelian cabang baru dengan syarat tidak dalam kondisi masih

memiliki hutang jatuh tempo yang belum terbayar serta masalah

manajemen lainnya yang diperkirakan dapat mengganggu operasional

cabang;

d. Alamat calon kantor cabang yang akan dibeli dengan ketentuan telah

memenuhi syarat performance awal kantor cabang serta berjarak radius

100 (seratus) meter dari cabang indomaret yang sudah ada;

e. Harga pembelian ,sistem pembayaran serta jadwal pembayaran

goodwill. Tanda tangan akta perjanjian baru dapat dilakukan setelah calon

penerima waralaba (franchisee) membayar minimal 50% dari total

goodwill yang harus dibayar.

3. Apabila dari hasil identifikasi data dan dari berbagai referensi dapat

disimpulkan bahwa tidak fisible bila dilanjutkan , maka divisi legal segera

mengkonfirmasikan hal ini kepada general franchise sebagai laporan ,

serta segera memberitahukan kepada calon penerima waralaba (franchisee)

secara terbuka bahwa proses selanjutnya tidak bisa dilakukan disertai

Universitas Sumatera Utara


53

dengan alasan – alasnnya. Semua bentuk transfer dana yang telah

dilakukan oleh calon penerima waralaba (franchisee) yang dimaksudkan

sebagai uang muka / down payment pembayaran goodwill dianggap belum

mengikat dan apabila akan diminta kembali akan dikenakan potongan

sebesar 25% untuk biaya survei dan investigasi. Dana tersebut dapat pula

dijadikan sebagai pembayaran transaksi pembelian cabang lainnya yang

dari hasil survei pemberi waralaba (franchisor) dinyatakan fisible.

4. Apabila dari hasil identifikasi data dan dari berbagai referensi dapat

disimpulkan fisible bila dilanjutkan, maka divisi legal segera

mempertemukan calon penerima waralaba (franchisee), pemberi waralaba

(franchisor) dan notaris untuk melakukan proses penandatanganan akta

perjanjian setelah terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang isi akta

perjanjian secara terperinci serta memperoleh pernyataan kesediaan dan

kerelaan calon para pihak untuk menjalankan isi akta perjanjian. Tahap ini

dapat dilakukan bila calon penerima waralaba (franchisee) telah

membayar minimal 50% dari besarnya harga goodwiil yang harus dibayar.

2. Prosedur dan mekanisme perpanjangan cabang atau outlet lama adalah sebagai

berikut:44

1. Penerima waralaba (franchisee), menyampaikan keinginannnya untuk

memperpanjang masa waralaba indomaret kepada pemberi waralaba

44
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba Indomaret pada tanggal
20 Februari 2021 pada pukul 15.00 di Indomaret CV. Laura Jaya Kota Kisaran

Universitas Sumatera Utara


54

(franchisor) secara tertulis paling lambat 6 ( enam ) bulan sebelum

berakhirnya masa perjanjian waralaba indomaret.

2. Staf dari divisi legal waralaba indomaret meneliti semua persyaratan –

persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemberi waralaba (franchisor) untuk

dapat melakukan perpanjangan masa perjanjian waralaba yang meliputi:

a. Kantor cabang / outlet yang akan diperpanjang menunjukkan kinerja

yang baik dalam arti tercapai target dan tumbuh berkembang dalam jangka

waktu minimal selama 2 (dua) tahun terakhir secara berturut – turut.

b. Penerima waralaba (franchisee) melakukan laporan adaministratif

secara tertib minimal dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terakhir berturut –

turut.

c. Penerima waralaba (franchisee) tidak pernah terlambat membayar

royalty dan biaya – biaya sarana akademik minimal dalam jangka waktu 2

(dua) tahun berturut – turut.

d. Penerima waralaba (franchisee) memiliki track record yang baik dalam

artian tidak pernah menyulitkan pemberi waralaba (franchisor), tidak

melanggar ketentuan – ketentuan dalam perjanjian minimal dalam jangka

waktu 2 (dua) tahun berturut – turut.

3. Apabila berdasarkan hasil analisa data cabang atau outlet dan data

penerima waralaba (franchisee) dinyatakan untuk diperpanjang oleh

pemberi waralaba (franchisor), maka divisi legal segera memberitahukan

Universitas Sumatera Utara


55

ke penerima waralaba (franchisee) bahwa masa kontrak perjanjian

waralaba dapat diperpanjang disertai dengan :

a. Pemberitahuan tentang total biaya perpanjangan yang harus sudah

dibayar lunas oleh penerima waralaba (franchisee) paling lambat 60 (enam

puluh) hari sebelum masa perjanjian cabangnya berakhir, yang besarnya

biaya perpanjangan ditentukan oleh pemberi waralaba (franchisor).

b. Materi akta perpanjangan waralaba yang harus dipelajari oleh penerima

waralaba (franchisee). Apabila ada materi akta , baik sebagian maupun

seluruhnya yang tidak disetujui oleh penerima waralaba (franchisee).

Maka proses selanjutnya menjadi tidak dapat dilanjutkan.

4. Pemberi waralaba (franchisor) berhak untuk menolak atau menyetujui

permintaan perpanjangan yang diajukan pihak penerima waralaba

(franchisee).

5. Pada saat perpanjangan perjanjian waralaba tidak sedang dalam

pelanggaran perjanjian dan atau kewajiban lain yang mungkin dimiliki

penerima waralaba (franchisee).

Pembayaran biaya survey sebesar Rp2.000.000 (Pulau Jawa) dan

Rp3.000.000 (luar Jawa) Penjelasan Operasional Time Schedule Pengerjaan

Penandatanganan MOU Survei Lokasi Pembayaran investasi 50% Penyerahan

SOP Pembuatan Outlet Training Karyawan Persiapan Opening Pelunasan Sisa

50% Investasi Grand Opening Namun demikian ia memikul tanggung jawab

tambahan atas bisnisnya yang menuntut banyak usaha. Dalam hal ini kewajiban

Universitas Sumatera Utara


56

pemberi waralaba, harus bersedia menyediakan pelayanan pemilihan lokasi dan

kajiannya, rancangan fasilitas dalam hal bisnis yang mempergunakan peralatan

khusus dan bergantung pada arus pelanggan yang terkendali seperti pelayanan fast

food, demikian pula toko pengecer produk mempunyai rancangan denah dan

teknik peragaan produk yang khas. Juga dalam hal periklanan, pihak pemberi

waralaba bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan melaksanakan

program periklanan serta promosi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager

Waralaba Indomaret mengatakan bahwa apabila isi dalam perjanjian tersebut

sudah ditandatangani, maka perjanjian standar ini tidak dapat diubah, melainkan

secara mutlak seperti apa adanya yang tertuang di dalam perjanjian tersebut.

Apabila dihubungkan dengan Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan

berkontrak, tentu saja hal ini bertentangan. Maka dari itu hal ini membuat posisi

franchisee (penerima waralaba) tidak dapat melakukan negosiasi dalam

pembuatan atau perancangan isi perjanjian ini, hal ini berakibat posisi franchisee

(penerima waralaba) memang sedikit lemah dari pada posisi franchisor (penerima

waralaba) itu sendiri, tetapi dalam pembuatan atau perancangan perjanjian

tersebut tentunya harus saling menguntungkan kedua belah pihak agar terciptanya

keadaan yang berimbang antara franchisor dan franchisee (penerima waralaba).45

Perjanjian standar tersebut tidak dapat diubah karena perjanjian tersebut

telah dibuat dengan melihat seluruh aspek dan klausula-klausula perjanjian yang

45
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba Indomaret pada tanggal
15 November 2020 pada pukul 13.00 di Indomaret CV. Laura Jaya Kota Kisaran

Universitas Sumatera Utara


57

telah tercantum di dalamnya, dimana perjanjian tersebut haruslah tidak boleh

merugikan salah satu pihak, terlebih pihak franchisor (penerima waralaba) sendiri

sebagai pemilik hak waralaba ini. Ini gunanya untuk melindungi hak kekayaan

intelektual yang mereka buat agar mereka dapat menjalankan usaha mereka dan

usaha mitra binaannya. Dengan sistem yang telah mereka buat agar dapat berjalan.

Apabila di luar dari isi perjanjian waralaba yang telah dibuat dan disepakati oleh

para pihak masih dapat dibuat perjanjian tambahan yang tidak dicantumkan di

dalam perjanjian waralaba tersebut (terpisah). Misalkan pemilik toko waralaba

ingin mempekerjakan orang yang ia tunjuk sebagai pegawai atau pimpinan pada

toko waralaba mereka atau mendesain tatanan barang-barang yang ada di toko

waralaba tersebut agar lebih menarik konsumen, dan tentunya perjanjian

tambahan ini tidak melampaui perjanjian standar yang ada agar sistem usaha yang

telah ditetapkan oleh penerima waralaba (franchisee) dapat berjalan. Dalam

perjanjian tambahan tersebut tentunya harus melihat kembali perjanjian standar

waralaba tersebut agar perjanjian tambahan tersebut tidak bertentangan dengan

perjanjian pokoknya sehingga perjanjian tambahan tersebut tetap memberikan

perlindungan hukum bagi para pihak yang terlibat dalam perjanjian, dan tentunya

hal ini membuat posisi franchisee (penerima waralaba) masih dapat melakukan

sedikit negosiasi sehingga posisi franchisee (penerima waralaba) lebih berimbang

dengan franchisor (penerima waralaba) karena adanya perjanjian tambahan ini.

Universitas Sumatera Utara


58

Untuk mendirikan Indomaret di suatu lokasi berdasarkan kerja sama

waralaba ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:46

a. Memiliki tempat usaha dapat berupa ruang usaha/rumah/tanah kosong

atau dapat dengan melakukan minimarket existing yaitu dengan mengganti

nama menjadi indomaret.

b. Untuk gerai take over (ambil alih), calon franchisee (penerima

waralaba) dapat mengambil alih gerai milik Indomaret yang telah

beroperasi dengan baik.

c. Setiap franchisee (penerima waralaba) harus berbentuk Perseroan

Terbatas ataupun CV

d. Franchisee (penerima waralaba) berkewarganegaraan Indonesia (WNI)

e. Franchisee (penerima waralaba) harus mendapatkan perizinan (izin

tetangga, Nomor Pokok Wajib Pajak, Domisili)

f. Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang berlaku di Indomaret

C. Hambatan dalam pelaksanaan Perjanjian Waralaba Indomaret di

Kota Kisaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Andi yang menjadi hambatan

dalam pelaksanaan perjanjian waralaba Indomaret di Kota Kisaran yaitu :47

46
http://repository.uin-suska.ac.id/7033/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 20 Februari
2021
47
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba Indomaret pada tanggal
12 November 2020 pada pukul 13.00 di Indomaret CV. Laura Jaya Kota Kisaran

Universitas Sumatera Utara


59

1. Kompetisi persaingan dengan kompetitor

Banyak yang gagal dalam mengembangkan bisnis waralaba karena

kurangnya analisis dan antisipasi jumlah pasokan bahan, pengembangan

produk, dan tidak mampu mengimbangi kompetitor. Solusinya adalah

dengan melakukan analisis SWOT yaitu metode analisis yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),

peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek

bisnis/perusahaan atau suatu spekulasi bisnis.

2. Kendala perizinan

Salah satu hambatan dalam pelaksanaan perjanjian Indomaret yaitu

mengenai perizinan. Beberapa peraturan daerah mengatur tentang

pembatasan kuota izin minimarket modern, sehingga menghambat toko

untuk beroperasi. Hambatan ini dapat diatasi dengan menerapkan suatu

konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu suatu konsep bahwa

organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap

konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam

segala aspek operasional perusahaan seperti terhadap masalah-masalah

yang berdampak pada lingkungan seperti polusi, limbah, keamanan produk

dan tenaga kerja. Selain menerapkan CSR dapat melakukan kooordinasi

dengan pihak setempat.

Universitas Sumatera Utara


60

3. Investasi yang cukup besar

Tentu untuk memulai suatu bisnis waralaba memerlukan modal investasi

yang besar, ini menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan perjanjian

waralaba indomaret. Hambatan ini dapat diatasi dengan melakukan

pinjaman perbankan.

4. Franchisee yang tidak mengikuti sistem

Hal ini adalah fenomena yang lebih sering terjadi setelah franchisee berada

dalam bisnis untuk suatu jangka waktu tertentu dan sukses, dia mulai

percaya bahwa dia dan bukannya franchisor, yang menjadi penyebab

kemakmurannya. Tentu saja franchisee memiliki kontribusi terhadap

kesuksesannya sendiri. Beberapa franchisee lebih baik dari yang lain dan

beberapa yang lain lebih sejahtera dari yang lain dikarenakan kerajinan dan

kerja kerasnya. Bahaya yang timbul adalah bahwa hal ini bisa menciptakan

kesombongan franchisee. Dia merasa tahu yang terbaik dan akibatnya hal

ini dapat menyebabkan penolakannya kepada sistem franchisor.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN

PERJANJIAN WARALABA INDOMARET DI KOTA KISARAN

A. Perlindungan Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba

Indomaret Di Kota Kisaran

Menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum48 Dalam perjanjian waralaba yang

telah disepakati oleh para pihak pemberi dan penerima waralaba antara Indomaret

sebagai pemberi waralaba (franchisor) kepada franchisee (penerima waralaba)

terdapat pasal perjanjian tentang wanprestasi. Wanprestasi adalah kelalaian karena

tidak memenuhi perikatan yang dipertanggungjawabkan.49 Perlindungan Hukum

belum ada diatur baik dalam Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang

waralaba maupun dalam Perjanjian Waralaba CV Laura Jaya. Tetapi dalam

Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang waralaba pasal 16 terdapat

sanksi-sanki administratif yang dapat diterapkan sebagai bentuk perlindungan

hukum bagi pemberi waralaba (franchisor) , diantaranya:

48
Ronny Hanitijo Soemitro, “Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri”, Semarang,
Ghalia Indonesia),1990, hal 11.
49
R Subekti, Op.Cit., hal 20.

61

Universitas Sumatera Utara


62

1. Peringatan tertulis

Peringatan tertulis ini dikenakan oleh Menteri, Gubernur,

Bupati/Walikota sesuai kewenangannya masing-masing. Peringatan

tertulis ini diberikan paling banyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu

2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan sebelumnya

diterbitkan. Peringatan tertulis ini dikenakan bagi Pemberi waralaba

yang tidak melaksanakan kewajibannya diantaranya:

Pasal 8 PP No. 42 tahun 2007 “Pemberi waralaba wajib memberikan

pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional

manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada

penerima waralaba secara berkesinambungan.”

Pasal 9 (1) PP No. 42 tahun 2007 “Pemberi waralaba dan penerima

waralaba mengutamakan penggunaan barang dan/atau jasa hasil

produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang

dan/atau jasa yang ditetapkan secara tertulis oleh pemberi waralaba.”

Pasal 9 (2) PP No. 42 tahun 2007 “Pemberi waralaba harus

bekerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah di daerah

setempat sebagai penerima waralaba atau pemasok barang dan/atau

jasa sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh

pemberi waralaba.”

Pasal 10 (1) PP No. 42 tahun 2007 “pemberi waralaba wajib

mendaftarkan prospektus penawaran waralaba sebelum membuat

perjanjian waralaba dengan penerima waralaba.”

Universitas Sumatera Utara


63

2. Denda

Denda oleh menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya

masing-masing dikenakan kepada pemberi waralaba yang tidak

melakukan pendaftaran prospektus penawaran waralaba sebagaimana

dimaksud dalam pasal 10 atau penerima waralaba yang tidak

melakukan pendaftaran perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud

dalam pasal 11 setelah diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga.

Denda dikenakan paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah).

3. Pencabutan Surat Pendaftaran Waralaba

Pencabutan surat pendaftaran waralaba oleh menteri, gubernur,

bupati/walikota sesuai kewenangannya masing-masing dikenakan

kepada Pemberi Waralaba yang tidak melakukan pembinaan kepada

Penerima Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 setelah

diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga.

Jika ditinjau pada Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang

waralaba Pasal 16 terdapat sanksi administratif oleh Menteri, Gubernur,

Bupati/Walikota sesuai kewenangannya masing-masing berupa peringatan

tertulis, denda dan/atau pencabutan surat tanda pendaftaran waralaba bagi.

Bentuk perlindungan hukum terhadap penerima waralaba (franchisee) dalam

perjanjian dengan pemberi waralaba (franchisor) terdapat dalam Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor : 12/MDAG/Per/3/2006 , pada Pasal 7 bahwa jangka

Universitas Sumatera Utara


64

waktu perjanjian waralaba berlaku sekurang-kurangnya 5 tahun. Ketentuan ini

memberikan perlindungan hukum kepada penerima waralaba (franchisee), karena

dengan demikian pemberi waralaba (franchisor) tidak dapat memutuskan

perjanjian setiap waktu atau kapan saja. Dalam Pasal 14 dinyatakan bahwa jika

pemberi waralaba (franchisor) memutuskan perjanjian sebelum berakhimya masa

berlakunya perjanjian waralaba dan menunjuk penerima waralaba yang baru,

maka penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba (STPUW) bagi

penerima waralaba yang baru, hanya diberikan kalau pemberi waralaba telah

menyelesaikan segala permasalahan yang timbul sebagai akibat dari pemutusan

tersebut yang dituangkan dalam bentuk surat pernyataan bersama.

B. Penyelesaian Perselisihan dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba

Indomaret di Kota Kisaran

Suatu perjanjian adakalanya mengalami perselisihan antar pihak, dalam

hal bisnis waralaba terkait dengan pemberi waralaba (franchisor) dan penerima

waralaba (franchisee). Sengketa yang terjadi pada saat pembuatan ataupun sedang

dijalankannya perjanjian waralaba di CV. Laura Jaya dengan franchisee diatur

dalam perjanjian dengan klausula pasal penyelesaian sengketa. Dalam pasal

tersebut, apabila terjadi perselisihan, maka tindakan pertama yang dilakukan CV.

Laura Jaya dengan franchisee nya adalah dengan mediasi. Hal ini dilakukan untuk

efisiensi waktu serta biaya yang diperlukan. Apabila penyelesaian sengketa

melalui tahap ini tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, para pihak masih

belum dapat menyelesaikannya maka penyelesaian sengketa dilakukan di

Pengadilan Negeri.

Universitas Sumatera Utara


65

Pada dasarnya setiap perjanjian memiliki jangka waktu berlakunya, dan

akan berakhir dengan sendirinya dengan habisnya jangka waktu yang diatur dalam

perjanjian tersebut, kecuali jika diperpanjang atau diperbaharui oleh para pihak

(Time constraint). Hal ini yang juga perlu mendapat perhatian adalah masalah

pengakhiran lebih awal. Dalam hal ini perlu diatur secara pasti dan jelas apa-apa

saja yang merupakan dan menjadi dasar pembenaran pengakhiran lebih awal.

Dalam pengakhiran perjanjian waralaba perlu diperhatikan pasal 1266

KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian hanya dapat dibatalkan

atau diakhiri sebelum jangka waktunya jika keputusan mengenai pembatalan dan

pengakhiran tersebut telah dijatuhkan oleh hakim pengadilan negeri.

Suatu perjanjian selain memiliki jangka waktu berlakunya, pada dasarnya

juga dapat batal atau dibatalkan. Berdasarkan pada alasan pembatalannya.

Pembatalan dapat dibedakan dalam perjanjian yang dapat dibatalkan dan

perjanjian yang batal demi hukum. Terdapat beberapa istilah dalam sistem hukum

perdata Indonesia, yaitu “batal”, “batal demi hukum”, “dapat dibatalkan”,

“membatalkan”, dan “kebatalan”. Terdapat beberapa dasar atas kebatalan suatu

perjanjian, yaitu sebagai berikut:50

a. Perjanjian yang dapat dibatalkan

Undang-undang memberikan kemungkinan bahwa suatu perjanjian dapat

dibatalkan, jika perjanjian tersebut dalam pelaksanaannya akan merugikan

individu tertentu. Individu Ini tidak hanya pihak dalam perjanjian tersebut,

50
Elly Erawati dan Herlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian,
National Legal Reform Program, Jakarta, 2010, hal 45.

Universitas Sumatera Utara


66

tetapi juga meliputi setiap individu yang merupakan pihak ketiga diluar

pihak yang mengadakan perjanjian. Dalam hal ini, pihak yang jika dengan

dilaksanakannya perjanjian tersebut akan menderita kerugian dapat

mengajukan pembatalan atas perjanjian tersebut, baik sebelum perjanjian

itu dilaksanakan maupun setelah perjanjian tersebut dilaksanakan. Bagi

keadaan yang terakhir ini, pasal 1451 dan pasal 1452 KUHPerdata

menentukan bahwa setiap pembatalan membawa akibat bahwa semua

keberadaan dan orang-orangnya dipulihkan sama seperti keadaan sebelum

perjanjian dibuat.

b. Perjanjian yang batal demi hukum

Suatu perjanjian dikatakan batal demi hukum, jika terjadi pelanggaran

terhadap syarat objektif dari sahnya suatu perikatan. Keharusan akan

adanya objek dalam perjanjian, dirumuskan dalam pasal 1332 sampai

dengan pasal 1334 KUHPerdata, yang diikuti dengan pasal 1335 sampai

dengan pasal 1336 KUHPerdata mengatur mengenai rumusan causa yang

halal, yaitu causa yang diperbolehkan oleh hukum. Tidak adanya objek

dalam suatu perjanjian jelas tidak menerbitkan suatu perjanjian. Perjanjian

demikian adalah kosong adanya. Berbeda dengan hal tersebut, suatu causa

yang halal tidaklah mudah ditemukan rumusannya dalam suatu perjanjian.

Setiap pihak yang mengadakan suatu perjanjian dapat saja menyebutkan

suatu isi perjanjian, sehingga walaupun sebenarnya perjanjian itu timbul

dari suatu causa yang tidak halal, menjadi tampak sebagai suatu perjanjian

yang diperkenankan oleh hukum. Disamping tidak terpenuhinya syarat

Universitas Sumatera Utara


67

objektif seperti disebutkan diatas, undang-undang juga merumuskan secara

konkret untuk tiap-tiap perbuatan hukum (terutama pada perjanjian formil)

yang mensyaratkan dibentuknya perjanjian dalam bentuk yang ditentukan

oleh undang-undang, yang jika tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut

akan batal demi hukum.

Berdasarkan sifat pembatalannya, perjanjian dapat dibedakan dalam

pembatalan relatif dan pembatalan mutlak:51

a) Pembatalan Relatif Suatu pembatalan disebut relatif, jika pembatalan

tersebut hanya berlaku terhadap individu-individu perorangan tertentu saja.

b) Pembatalan Mutlak Suatu kebatalan disebut dengan mutlak, jika

kebatalan tersebut berlaku umum terhadap seluruh anggota masyarakat

tanpa terkecuali.

Disamping pemberlakuan pembatalan yang relatif dan mutlak,

KUHPerdata juga mengatur ketentuan mengenai pengecualian pemberlakuan,

seperti yang diatur dalam pasal 1341 ayat (2) KUHPerdata, yang melindungi hak-

hak ketiga yang telah diperolehnya dengan itikad baik atas segala kebendaan yang

menjadi pokok perjanjian yang batal tersebut. Perjanjian waralaba yang dibatalkan

dapat membawa akibat yang relatif dan mutlak secara bersama-sama.

Pengakhiran suatu perjanjian waralaba dapat terjadi apabila ada peristiwa-

peristiwa sebagai berikut: 52

51
Gunawan Widjaja, Waralaba, PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2003, hal 90

Universitas Sumatera Utara


68

1. Salah satu pihak dalam perjanjian lalai atau gagal dan atau tidak mampu

melaksanakan kewajiban-kewajiban atau melanggar larangan sesuai isi

perjanjian ini.

2. Salah satu pihak dengan suatu ketetapan pemerintah telah dicabut izin

usahanya sehingga tidak mampu melaksanakan kewajibannya sesuai

dengan isi perjanjian ini.

3. Salah satu pihak dengan suatu putusan pengadilan yang berwenang

untuk itu telah dinyatakan bangkrut/pailit.

4. Salah satu pihak dengan suatu putusan pengadilan yang berwenang

untuk itu, atas seluruh atau sebagian harta tetapnya yang merupakan

hartanya yang paling esensial telah dirampas atau telah disita sehingga

secara wajar tidak dimungkinkannya lagi memenuhi kewajiban-

kewajibannya dalam Perjanjian.

5. Pihak Penerima Waralaba (franchisee) dengan suatu kesepakatan

memilih untuk beralih ke bidang usaha diluar usaha retail kebutuhan

bahan pokok seperti Indomaret.

6. Sewa bangunan yang mengalami kenaikan harga sewa dan kendala lain

seperti tidak dapat memperpanjang sewa oleh alasan tertentu dari

pemilik bangunan.

52
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba Indomaret pada tanggal
23 Februari 2021 pada pukul 13.00 di Indomaret Laura Jaya Kota Kisaran

Universitas Sumatera Utara


69

Masa berlakunya perjanjian waralaba sesuai yang tercantum dalam

perjanjian waralaba indomaret pada pasal 11 yaitu 5 (lima) tahun53. Namun

demikian dalam praktek, pemilik waralaba (franchisor) dapat membatalkan

perjanjian lebih awal apabila pemegang waralaba (franchisee) tidak dapat

memenuhi kewajibannya.

53
Roseno, Harjowidigdo, perspektif Pengaturan Perjanjian Franchisee, Makalah
Pertemuan Ilmiah Tentang Usaha Franchisee dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi, Jakarta,
1993 hal 18.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemberi waralaba berhak menuntut franchisee bila setelah berakhirnya

perjanjian masih menggunakan nama/merek dagang serta memotong

langsung atau memindahbukukan saldo dana franchisee, sedangkan

penerima waralaba berhak menggunakan nama/merek dagang dan

mendapat prioritas penawaran tertulis melakukan pembukaan toko baru.

Kewajiban Pemberi waralaba yaitu memberikan dan mendaftarkan

prospektus waralaba, memberikan pembinaan, bekerja sama dan

mengutamakan penggunaan barang dan/atau jasa hasil produksi dalam

negeri, membant merekomendasi kelayakan lokasi toko, bantuan seleksi

tenaga kerja ,serta mengelola barang dagangan. Kewajiban Penerima

waralaba yaitu mendaftarkan perjanjian waralaba, melakukan

pengelolaan operasionil rutin toko, menyediakan tempat pemajangan,

mengelola dana kas operasional, membiayai renovasi dan pembukaan

toko.

2. Dalam Penerapan Perjanjian Waralaba Indomaret di Kota Kisaran ada

beberapa hambatan yang timbul yaitu diantaranya kompetisi persaingan

dengan kompetitor, kendala perizinan, investasi yang cukup besar,

penerima waralaba (franchisee) yang tidak mengikuti sistem.

70

Universitas Sumatera Utara


71

3. Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian waralaba

indomaret di Kota Kisaran yaitu pertama melakukan mediasi, jika tidak

mendapatkan hasil yang diinginkan maka penyelesaian sengketa

dilakukan di Pengadilan Negeri.

B. Saran

1. Kepada pemberi waralaba baiknya terlebih dahulu dimusyawarakan

mengenai hak dan kewajiban dengan franchisee agar mencapai asas

keseimbangan dalam melakukan suatu perjanjian.

2. Kepada pemberi waralaba agar memberikan pemahaman berupa

informasi mengenai waralaba indomaret secara mendetail serta

meningkatkan kualitas waralaba tersebut agar dapat meminimalisir

penyebab terjadinya hambatan tersebut.

3. Kepada pemberi waralaba perlu diatur secara jelas apa-apa saja yang

menjadi dasar pengakhiran penyelesaian perselisihan dalam

pelaksanaan perjanjian waralaba indomaret di Kota Kisaran

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Badrulzaman,Mariam Darus. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT


Aditya Bakti.
Erawati, Elly dan Herlien Budiono. 2010. Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan
Perjanjian. Jakarta: National Legal Reform Program.
Fuady,Munir. 2015. Pengantar Hukum Bisnis Modern di Era Global. Bandung:
Citra Aditya.
H Chairuman dan Suhrawardi K Lubis. 1994. Hukum Perjanjian Dalam Islam.
Jakarta: Sinar Grafika.
Hargiyanto, Pipo. 2019. Bisnis Waralaba Indomaret. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hariyani, Iswi. 2011. Membangun Gurita Bisnis Franchiser. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.
Ibrahim,Jhonny. 2010. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:
Bayu Media Publishing.
Muhammad, Abdulkadir. 2012. Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.

Satrio, J. 1993. Hukum Perikatan. Bandung: Alumni.

Setiawan, R. 1994. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung : Bina


Cipta.Pasaribu,
Projodikoro, R Wirjono. 2003. Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung : Mandar
Maju.
Rusli, Hardijan. 1993. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Sembiring, Sentosa. 2008. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik
Indonesia Tentang Waralaba. Bandung : Nuansa Aulia.
Sewu, Lindawaty. 2007. Franchise Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif
Hukum Dan Ekonomi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri.
Semarang: Ghalia Indonesia.

72

Universitas Sumatera Utara


73

Subekti, R. 2002. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa.


Suharnoko. 2004. Hukum Perjanjian Teori dan Analisis Kasus. Jakarta : Kencana.
Suharsono. 1997. Pedoman Membeli dan Mengelola Franchisee. Jakarta: Dela
Pratasa.
Sumarsono,Sonny. 2009. Manajemen Bisnis Waralaba. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sutedi,Adrian. 2008. Hukum Waralaba. Bogor: Ghalia Indonesia.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata


Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 57/M-DAG/PER/9/2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-
DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 71 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Waralaba

C. Skripsi/Jurnal/Makalah

Aldy M D. 2018. Analisis Hukum Pelaksanaan Perjanjian Franchise Sate


Taichan Khas Senayan Menurut Hukum Perdata. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Dedi Yusuf. 2015. Bisnis Waralaba (Franchise) pada Pt. Indomarco Prismatama
Ditinjau menurut Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau: Pekan Baru.
Fernando R. 2018. Kedudukan Hukum Ceria Mart/Toko Ceria Sebagai Penerima
Waralaba (Franchisee). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia : Yogyakarta.
Mega Agustriani. 2016. Analisis Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang
Dagangan untuk Menjaga Keamanan Harta Kekayaan Perusahaan pada
Minimarket Indomaret Bambang Utoyo Palembang. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Palembang: Palembang.
Nuratika. 2015. Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Waralaba /Franchise (Studi
Kasus Yayasan Rewana Education Branch Bulukumba Di Kabupaten
Bulukumba). Global Mitrama Perkasa Dengan X (Analisis Kasus Lembaga

Universitas Sumatera Utara


74

Pendidikan Kiwikids). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Syari’ah dan


Hukum UIN Alauddin: Makassar.
Nurbayani S. 2012. Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan
Usaha Waralaba Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007
Tentang Waralaba (Studi Kasus Pada Usaha Waralaba PT Indomaret).
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara:
Medan.
Rahmah A N. 2018. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Usaha Waralaba
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang
Waralaba (Studi PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Syariah Dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
Maryadi, ”Evaluasi terhadap Program Franchise Studi Kasus Alfamart dan
Indomaret” Jurnal Aksi No.3 Tahun 2017
Rimawanti, Yana Puspita. 2008. Aspek Hukum Perjanjian Pada Perjanjian
Franchise. Universitas Indonesia: Depok.
Roseno, Harjowidigdo, Perspektif Pengaturan Perjanjian Franchisee, Makalah
Pertemuan Ilmiah Tentang Usaha Franchisee dalam Menunjang
Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: BPHN, 1993).
Tulus Prijanto. 2012. Waralaba dan Hukum (Studi Tentang Perlindungan Hukum
dalam Perjanjian di Lembaga Bimbingan Belajar Smartgama
Karanganyar)”. Thesis. Tidak Diterbitkan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Surakarta.

D. Internet dan Artikel Online

https://business-law.binus.ac.id/2016/07/21/kapita-selekta-hukum-waralaba
franchise/diakses pada tanggal 10 Desember 2020
https://indomaret.co.id/korporat/seputar-indomaret/peduli-danberbagi/2014/01/16/
sejarah-dan-visi/diakses pada tanggal 28 Desember 2020
https://indomaret.co.id/korporart/seputar-indomaret/peduli-dan/berbagi/2014/01/
16/sejarah-dan-visi/diakses pada tanggal 30 Desember 2020

https://indomaret.co.id/korporat/seputar-indomaret/peduli-danberbagi/2014/01/16/
pemasaran-dan-promosi/ diakses pada tanggal 30 Desember 2020
http://repository.uin-suska.ac.id/7033/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 20
Februari 2021

Universitas Sumatera Utara


75

E. Wawancara

Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba PT. Indomarco
Pristama pada tanggal 20 Februari 2021 pada pukul 13.00 di Indomaret CV.
Laura Jaya Kota Kisaran
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba PT. Indomarco
Pristama pada tanggal 20 Februari 2021 pada pukul 15.00 di Indomaret CV.
Laura Jaya Kota Kisaran
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba PT. Indomarco
Pristama pada tanggal 12 November 2020 pada pukul 13.00 di Indomaret
CV. Laura Jaya Kota Kisaran
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba PT. Indomarco
Pristama pada tanggal 12 November 2020 pada pukul 13.00 di Indomaret
CV. Laura Jaya Kota Kisaran
Hasil wawancara dengan Bapak Andi selaku Manager Waralaba Indomaret pada
tanggal 23 Februari 2021 pada pukul 13.00 di Indomaret Laura Jaya Kota
Kisaran

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai