Anda di halaman 1dari 92

KEDUDUKAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT

DIHADAPAN NOTARIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN


(Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 305/PDT/2015/PT-MDN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dalam memenuhi syarat-syarat untuk


memperoleh gelar sarjana hukum

OLEH :

ELLYSNA PUTRI SIREGAR


NIM : 150200125

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan yang menguasai segala ilmu

pengetahuan dan memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-nya.Tidak ada

sebab utama selesainya penulis skripsi ini, kecuali karena Ridha Allah SWT

semata. Shalawat dan salam sampaikan kepada Rasulullah Nabi Muhammad

SAW yang menjadi Teladan bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kuliah di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul KEDUDUKAN

HUKUM AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS

TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN (Studi Putusan Pengadilan Tinggi

Medan Nomor 305/PDT/2015/PT-MDN).

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha dengan segala upaya

agar penulis ini dapat menyelesaikan dalam susunan yang sempurna. Penulis

sangat bersyukur karena tidak sendiri dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini diselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dukungan banyak

orang.Karenanya tidak pantas jika penulis tidak memberikan ucapan terima kasih

kepada kesempatan ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum selakuRektor Universitas Sumatera

Utara atas kesempatan dan Fasilitas yang diberikan dam menyelesaikan

pendidkan di fakultas Hukum Sumatera Utara.

i
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin, SH. M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH. M.Hum. selaku Wakil dekan II Fakultas

Hukum Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH. M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH. M.Hum. selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Sumatera Utara.

6. Bapak Samsyul Rizal SH. M.Hum selaku sekretaris Departemen Hukum

keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. Dr. H. Hasim Purba, SH. M.Hum. selaku Dosen Pembimbing

I penulis yang telah berkenan menuangkan waktunya untuk membimbing,

mengarahkan, serta berbagi ilmu kepada penulis.

8. Ibu Dr. Marianne Ketaren, SH. MKn. Selaku Dosen pembimbing II saya

yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam menyusun skripsi

ini.

9. Bapak Armansyah SH. M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan arahan kepada penulis dan bimbingan Selama

menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Semua Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing

serta memberikan Ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa

perkulihan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Kepada Kedua Orang Tua Penulis yang tercinta.Ibunda Hotnida Wati

Daulay dan Ayahanda Sahrizal Siregar yang telah membesarkan Penulis

ii
Universitas Sumatera Utara
dan terus memberikan dukungan serta Inspirasi dan Motivasi terbesar

untuk Penulis. Terima kasih telah mendoakan, bersabar, perhatian,

dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

12. Kepada Abang Penulis Andryco Wahab Siregar yang terus mendukung

dan memberikan semangat untuk penulis skripsi ini.

13. Kepada Kakak penulis Yana Fitriah yang selalu menemani penulis

menyusun dan memberikan motivasi untuk menyusun skripsi ini.

14. Kepada Adik Penulis Andriny Lestari yang selalu menghibur penulis dan

memberikan motivasi kepada penulis.

15. Teman saya Gracia Eiler teman seperjuangan saya yang telah memberikan

waktunya untuk berbagi suka maupun duka serta memberikan dukungan,

kritik, saran dan motivasi kepada penulis.

16. Seluruh pihak yang telah membantu baik selama perkuliahan maupun

penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebut kan satu persatu. Semoga

skripsi ini bermamfaat bagi para pembaca.

Medan, 2019

Ellysna Putri Siregar

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penulisan................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan............................................................... 5
E. Keaslian Penulis .................................................................. 5
F. Metode Penelitian ............................................................... 5
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 9

BAB II PENGATURAN AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT


DIHADAPAN NOTARIS ......................................................... 11
A. Pengaturan Umum Mengenai Notaris ................................... 11
1. Pengertian Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum
Negara ............................................................................. 11
2. Peraturan-Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia .......... 14
B. Sutbsansi Akta Notaris Yang Dibuat Dihadapannya ............ 23
1. Pengertian Akta Notaris .................................................. 23
2. Akta Notaris sebagai akta otentik.................................... 28
C. Kedudukan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti
Dipersidangan Pengadilan.................................................... 35

BAB III KEKUATAN HUKUM MENGIKAT AKTA


PERDAMAIAN YANG DIBUAT DIHADAPAN
NOTARIS .................................................................................. 43
A. Kekuatan Hukum Perjanjian Perdamaian Yang dibuat
Dalam Akta Notaris .............................................................. 43
B. Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perdamaian yang
dibuatnya ............................................................................... 54

BAB IV KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT


DIHADAPAN NOTARIS DIKAITKAN DENGAN STUDI
PUTUSAN PENADILAN TINGGI NOMOR
305/PDT/2015/PT.MDN ............................................................ 63
A. Kedudukan Akta Perdamaian Notaris menjadi dasar
Pertimbangan Hakim Untuk Memutus Perkara .................... 63

iv
Universitas Sumatera Utara
B. Analisis Putusan Yang Dikeluarkan Pengadilan Tinggi
Medan Dalam Kedudukan Akta Perdamaian Notaris
Nomor : 305/PDT/2015/PT.MDN......................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 79


A. Kesimpulan............................................................................. 79
B. Saran ....................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

ELLYSNA PUTRI*
HASIM PURBA**
MARIANNE MAGDA KETAREN***

Penelitian ini membahas mengenai Akta Perdamaian di luar Pengadilan


dan Pelaksanaanya. Permasalahan dalam penelitian ini membahas tentang,
Bagaimana kewenangan Notaris dalam membuat akta perdamaian, Bagaimana
akat perdamaian yang dibuat di hadapan notaris dapat mengakomodir
kepentingan-kepentingan para pihak yang bersengketa, serta bagaimana
kedudukan hukum akta perdamaian yang dibuat di hadapan Notaris terhadap
putusan pengadilan. Kehadiran notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan
maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membuktikan alat bukti
tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan dan perbuatan hukum penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui akta perdamaian yang dibuat di hadapan notaris
dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan para pihak yang bersengketa, serta
kedudukan hukum akta perdamaian yang di buat di hadapan notaris terhadap
Putusan Pengadilan.
Kajian ini dilakukan dengan Penelitian hukum normatif melalui studi
Kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan
data analisis secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan dalam proses
penyelesaian sengketa dengan akta perdamaian merupakan alat bukti tertulis,
terkuat dan terpenuh dan memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian sengketa
secara cepat dan murah. bertujuan menggambarkan secara menyeluruh mengenai
permasalahan yang muncul, mengkaji dan merumuskan fakta-fakta hukum secara
sistematis, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Perdamaian diluar
Pengadilan dengan menggunakan akta notaris, sehingga mampu menjawab
permasalahan yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Tinggi
Nomor 305/PDT/2015/PT-MDN.
Kesimpulan dari skripsi ini, bahwa Notaris berwenang dalam membuat
akta otentik.Akta perdamaian yang dibuat di hadapan Notaris memiliki kedudukan
hukum yang sah terhadap putusan pengadilan dan sebagai alat bukti lengkap.Akta
perdamaian Notaris memiliki kekuatan eksekutorial dengan adanya penetapan
yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri berisi eksekusi agar akta
perdamaian dapat dilaksanakan serta jaminan kepastian hukum dalam
penyelesaian sengketanya yang tertuang dalam akta perdamaian.

Kata Kunci : Akta perdamaian, Notaris, Putusan Pengadilan

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Perdata


**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Keperdataan
***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum USU Departemen Hukum Keperdataan

vi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa realitanya kasus-kasus dan sengketa perdata

yang digelar di pengadilan memakan waktu, biaya, tenaga dan pikiran, tidak

cukup ini terkadang sangat melelahkan secara fisik maupun psikhis, meskipun

dalam teorinya bahwa dalam penyelesaian sengketa melalui proses litigasi dimuka
1
pengadilan, berasaskan sederhana, cepat dan biaya ringan. Tetapi pada

kenyataanya sekarang ini proses litigasi atau proses berperkara di pengadilan

masih dirasakan sangat merugikan bagi para pihak yang berperkara sehingga asas

tersebut masih dirasakan sebagai slogan belaka.

Sebagaimana juga yang di maksud dalam Pasal 1851-1864 Kitab Undang-

undang hukum perdata yakni "kesepakatan para pihak untuk mengakhiri sengketa

di luar pengadilan. Kesepatan yang terjadi harus tertulis dan di daftarkan di

pengadilan negeri dimana hasil perdamaian tersebut bersifat final dan mengikat

kedua belah pihak yang bersangkutan", karena sebagai kelemahan yang melekat

pada badan peradilan dan penyelesaian sengketa, maka di cari cara lain atau upaya

penyelesaian suatu kasus hukum dapat dilakukan diluar pengadilan. Karena pada

dasarnya dalam suatu proses persidangan perkara perdata, hal pertama yang

dilakukan oleh majelis hakim adalah mendamaikan kedua belah pihak yang

berperkara. Upaya tersebut dilakukan oleh hakim sesuai dengan isi surat Edaran

Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1 Tahun 2000 antara lain berbunyi

"Hakim yang ditunjuk dapat sebagai fasilitator yang membantu para pihak baik

1
Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, LN No.8

Universitas Sumatera Utara


2

dari segi waktu, tempat dan pengumpulan data serta argumentasi para pihak dalam

rangka kearah perdamaian. Pada tahap selanjutnya apabila di kehendaki para

pihak yang berperkara, hakim atau pihak yang ditunjuk dapat bertindak sebagai

mediator yang akan mempertemukan para pihak yang bersengketa, dan

berdasarkan informasi yang di peroleh serta keinginan masing-masing pihak

dalam rangka perdamaian, mencoba menyusun proposal perdamian yang

kemudian di konsultasikan dengan para pihak untuk memperoleh hasil yang saling

menguntungkan."

Berdasarkan kesepakatan perdamaian tersebut bertujuan untuk mencegah

munculnya kembali sengketa yang sama di kemudian hari. Sengketa adalah

adanya ketidak serasian antara pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok yang

mengadakan hubungan karena hak salah satu pihak terganggu (dilanggar). 2 Untuk

memenuhi hal tersebut di atas proses perdamaian di luar pengadilan dapat

dilaksanakan dengan membuat akta perdamaian. Akta Perdamaian ini berupa akta

di bawah tangan maupun akta otentik yang dibuat oleh seorang notaris. Dalam

kaitanya dengan konsekuensi hukum atas perdamaian, Pasal 1858 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa "segala Perdamaian mempunyai

diantara para pihak suatu kekuatan seperti putusan hakim dalam tingkat

penghabisan." Tidaklah dapat perdamaian itu di bantah dengan alasan kekhilafan

mengenai hukum dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan.

Kehadiran Notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk

membantu dan melayani masyarakat yang membuktikan alat bukti tertulis yang

bersifat otentik mengenai keadaan dan perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini

2
Soerjono Sorkanto, Mengenal Antropologi Hukum, Bandung, Alumni, 1985., hal.29

Universitas Sumatera Utara


3

mereka yang diangkat sebagai notaris harus mempunyai semangat untuk melayani

masyarakat dan atas pelayanan tersebut, masyarakat yang merasa telah dilayani

oleh notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium

kepada notaris. Oleh karena itu notaris tidak berarti apa-apa jika masyarakat tidak

membutuhkannya.3

Menurut Habib Adjie, khusus berkaitan dengan Openbere Ambtenaren

yang diterjemahkan sebagai pejabat umum diartikan sebagai pejabat yang diserahi

untukmembuat akta otentik yang melayani kepentingan publik, dan kualifikasi itu

diberikan kepada Notaris.4

Menurut pasal 1 undang-undang notaris, notaris adalah pegawai umum

yang harus mengetahui seluruh perundang-undangan yang berlaku, yang dipanggil

dan di angkat untuk membuat akta-akta dan kontrak-kontrak, dengan maksud

untuk memberikan kepadanya kekuatan dan pengesahan dan memastikan

tanggalnya, menyimpan asli dan mengeluarkan grosseakta, demikian juga salinan

yang sah dan benar.5

Wewenang notaris, secara umum digariskan dalam Bab III pasal 15

undang-undang No 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris. Dalam ayat (1)

berbunyi "Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan

dan/atau dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta

otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, memberikan grosse, salinan

atau kutipan akta, semuanya itu sepanjang perbuatan akta itu tidak juga

3
Honorarium diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris
4
Abib Adjie, Sanksi Perdata dan Adminitratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
cet2, (Bandung : Refika Aditama, 2009), hal.27
5
.H.S. Lumban Tobing, Peraturan jabatan Notaris, hal.26

Universitas Sumatera Utara


4

ditugaskan atau di kecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan

oleh Undang-undang."

Akta Otentik sebagai alat bukti kuat, mempunyai peran penting dalam

setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Akta otentik makin

meningkat sejalan dengan perkembangan tuntunan akan kepastian hukum dalam

berbagai hubungan. Melalui akta otentik dapat ditentukan secara jelas hak dan

kewajiban, menjamin kepastian hukum dan sekaligus diharapkan dapat

menghindari sengketa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas maka timbul permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaturan Akta Perdamaian Yang dibuat Dihadapan Notaris.

2. Bagaimana Kekuatan Hukum Mengikat Akta Perdamaian Yang dibuat

Dihadapan Notaris.

3. Bagaimana Kedudukan Akta Perdamaian Yang dibuat Dihadapan Notaris

dikaitkan dengan Studi Putusan Pengadilan Tinggi Nomor

305/PDT/2015/PT.MDN.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengaturan Akta Perdamaian Yang dibuat Dihadapan

Notaris

2. Untuk mengetahui Kekuatan Hukum Mengikat Akta Perdamaian Yang

dibuat Dihadapan Notaris.

Universitas Sumatera Utara


5

3. Untuk mengetahui Kedudukan Akta Perdamaian Yang dibuat Dihadapan

Notaris dikaitkan dengan Studi Putusan Pengadilan Tinggi Nomor

305/PDT/2015/PT.MDN.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap

permasalahan yang timbul atau dihadapi dalam bidang kenotariatan, khususnya

dalam membuat akta perdamaian di luar pengadilan dan pelaksanaannya juga

sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

a. Manfaat teori

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan secara akademis

dalam memberikan gambaran terhadap perkembangan mengenai ilmu hukum

bidang kenotariatan khusunya Kedudukan Hukum Akta Perdamaian yang dibuat

Dihadapan Notaris Terhadap Putusan Pengadilan.

b. Manfaat praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam ilmu

Pengetahuan bagi kalangan praktisi hukum dalam melakukan penelitian yang

berkaitan dengan Kedudukan Akta Perdamaian yang dibuat Notaris terhadap

Putusan Pengadilan.

E. Keaslian Penulis

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan sebelumnya pada

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di Medan, penelitian

tentang “Kedudukan Hukum Akta Perdamaian yang dibuat Dihadapan Notaris

Terhadap Putusan Pengadilan”.Merupakan hal yang baru, belum pernah dibahas

mahasiswa/i lain di Fakultas Hukum Sumatera Utara sehingga skripsi ini dapat

Universitas Sumatera Utara


6

dipertanggung jawabkan keasliannya dan walaupun ada lokasi berbeda maka

keaslian penelitian ini dapat di pertanggung jawabkan secara akademik.Dan juga

terbuka untuk kritik-kritik yang sifatnya membangun sehubungan dengan topik

dan permasalahan dalam penelitian ini.

Penyusun penulisan skripsi ini merupakan karya asli yang berasal dari

pemikiran penulis dan tidak meniru kepunyaan orang lain.

F. Metode Penulisan

Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami

objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. 6 Dalam

upaya pengumpulan data yang diperlukan, maka penulis menerapkan metode

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

analisis yang bertujuan menggambarkan secara menyeluruh mengenai

permasalahan yang muncul, mengkaji dan merumuskan fakta-fakta hukum secara

sistematis, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perdamaian diluar

Pengadilan dengan menggunakan akta notaris, sehingga mampu menjawab

permasalahan yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Tinggi

Nomor 305/PDT/2015/PT-MDN.

Penelitian ini juga merupakan penelitian perpustakaan atau studi dokumen

yang dilakukan atau yang ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis

atau bahan hukum lainnya, 7 Penelitian hukum ini juga termasuk bersifat normatif,

yaitu penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem

6
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Op. Cit, Hal.106
7
Bambang Waluyo, Metode penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, Hal.13

Universitas Sumatera Utara


7

norma. Sistem norma yang di maksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah

dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta dokrin (ajaran).8

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yang

didukung oleh primer dan data tersier. Data sekunder mencakup data utama

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud

laporan dan sebagainya yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan

yang terkait dengan objek penelitian.

Data Primer mencakup data pelengkap berupa peraturan perundang-

undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat dan dapat menjadi acuan

dan pertimbangan hukum yang berguna dalam melakukan pengkajian mengenai

penerapan kaidah hukum dalam peraturan perundangan, terutama mengatur

wewenang pejabat umum dapat pembuatan akta perdamaian. Contoh data primer

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014

tentang Jabatan Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang

Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

diluar Pengadilan, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2003 tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Bahan hukum Tersier yaitu memberikan pentunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum,

kamus besar bahasa Indonesia, bahan kuliah, internet yang berkaitan dengan

penelitian ini.

8
Dr. Mukti Fajar ND, Yulianto Acmad, MH, Dualisme Penulisan Hukum Normatif
&Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010), hal.34

Universitas Sumatera Utara


8

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan dilakukan melalui :

1. Penelitian Kepustakaan

Karena penelitian ini yuridis normatif, maka secara pengumpulan datanya

pertama-tama akan dilakukan dengan studi kepustakaan, yakni dengan membaca

dan mengkaji bahan-bahan kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah

dilakukannya untuk memperoleh atau mencari konsepsi-konsepsi teori-teori atau

dokrin-dokrin yang berkaitan dengan permasalahan penelitian studi kepustakaan

meliputi bahan hukum tersier.9

2. Penelitian Putusan Pengadilan

Untuk mengunjang kelengkapan data, maka dilakukan pengambilan data

dengan praktisi hukum dalam hal ini mengambil putusan pengadilan dan contoh

akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.10

Metode analisis data pada penelitian ini akan dilakukan secara kualitatif,

yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian

dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Dan

setelah dilakukan penelitian di lapangan, mengurutkannya dan

menghubungkannya dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Setelah analisis

data selesai, maka akan disajikan dalam bentuk laporan.


9
Ibid, hal.7
10
Lexy J. Maleong, Metologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
2001, Hal 103

Universitas Sumatera Utara


9

G. Sistematika Penelitian

Suatu gambaran dari isi skripsi ini, di sini dapatlah dikemukakan

sistematika penulisan dari skripsi ini yang meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Latar Belakang,

Perumusan Masalah, Tujuan penulisan, Mamfaat Penulisan, Keaslian

Penulisan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : PENGATURAN AKTA NOTARIS YANG DIBUAT

DIHADAPANNYA

Pada bab ini akan membahas tentang pengaturan umum mengenai

notaris yaitu pengertian Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum

Negara, peraturan-peraturan jabatan notaris di Indonesia dan

substansi akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris dan

Kekuatan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Dipersidangan

Pengadilan.

BAB III : KEKUATAN HUKUM MENGIKAT AKTA PERDAMAIAN

YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS

Pada bab ini akan membahas kekuatan hukum perjanjian perdamaian

yang dibuat dalam akta notaris dan tanggung jawab notaris atas akta

perdamaian yang dibuatnya.

BAB IV : KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT

DIHADAPAN NOTARIS DIKAITKAN DENGAN STUDI

PUTUSAN NOMOR 305/PDT/2015/PT-MDN.

Universitas Sumatera Utara


10

Hal ini membahas tentang akta perdamaian notaris dapat menjadi

dasar pertimbangan hakim untuk memutus perkara dan analisis

putusan yang dikeluarkan Pengadilan tinggi medan nomor

305/PDT/2015/PT-MDN

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang penutup penulisan yaitu kesimpulan dari

saran penelitian yang dibuat oleh penulis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PENGATURAN AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT DIHADAPAN

NOTARIS

A. Pengaturan Umum Mengenai Notaris

1. Pengertian Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat Umum Negara

Menurut pengertian pada pasal 1 undang-undang nomor 30 tahun 2004

tentang Jabatan Notaris mengatakan "Notaris adalah pejabatn umum yang

berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang ini." Pada jaman romawi kuno, notaris awalnya dikenal

sebagai penulis umum atau publieke schrijvers dengan berbagai sebutan, antara

lain “notarius”(seperti seseorang setnograf). “tabularius” (berasal dari kata

tabula,papan dimana penulis itu mencatat) dan “tabellio” atau “tabelliones”.11

Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berweang untuk membuat

akta otentik mengenai sumua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang

diharuskan oleh suatu peraturan umum atau boleh yang berkepentingan

dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian

tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosee, salinan dan kutipannya,

semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga

ditugaskan untuk dikeculikan kepada pejabat atau orang lain.

Notaris adalah pejabat umum maksudnya adalah seorang yang diangkat,

diberi wewenang dan kewajiban oleh negara untuk melayani publik dalam hal

tertentu.Notaris merupakan pejabat publik yang menjalanakan profesi dalam

11
Komar Andasasmita, Notaris I,(a): (Bandung : Sumur 1984), hal.10

11

Universitas Sumatera Utara


12

pelayanan hukum kepada masyarakat, guna memberi perlindungan dan jaminan

hukum demi tercapainya kepastian hukum dalam masyarakat.

Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagaimana fungsi publik

negara, yang khusus nya di bidang perdata.Bahwa untuk membuat akta otentik,

seseorang harus mempunyai kedudukan sebagai “pejabat umum”. Jadi dalam

pengertian-pengertian notaris di atas ada hal penting yang tersirat, yaitu ketentuan

dalam permulaan pasal tersebut, bahwa notaris adalah pejabat umum dimana

kewenangannya atau kewajibannya yang utama ialah membuat akta-akta otentik,

jadi notaris merupakan pejabat umum sebagimana yang di maksud dalam pasal

1868 KUPerdata.

Notaris adalah sebuah profesi untuk seseorang yang telah mendapatkan

pendidikan hukum yang dilisensi oleh pemerintah untuk melakukan hal-hal

hukum, khususnya berbagai saksi penandatanganan dokumen.Bentuk profesi

notaris berbeda-beda bergantung pada sistem hukum. Istilah notaris diambil dari

nama pengabdinya, notarius, yang kemudian menjadi istilah bagi golongan orang

penulis cepat atau stenographer. Notaris adalah salah satu cabang dari profesi

hukum yang tertua di dunia.

Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di lembaga eksekutif, legislatif

ataupun yudikatif. Notaris diharapkan memiliki posisi netral, sehingga apabila

ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka notaris tidak lagi

di anggap netral.Dengan posisi netral tersebut, notaris diharapkan untuk

memberikan pelayanan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan

notaris atas permintaan kliennya. Dalam melakukan tindakan hukum untuk

Universitas Sumatera Utara


13

kliennya notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah

untuk mencegah terjadinya masalah.

Jenis notaris yang ada di Indonesia ialah Notaris Civil Law yaitu lembaga

notariat berasal dari Italia utara juga dianut oleh Indonesia.Ciri-cirinya adalah

diangkat oleh pejabat yang berwenang atau pejabat pemerintah yang berwenang,

tujuannya untuk melayani kepentingan masyarakat umum dan mendapatkan

honorarium dari masyarakat umum.

Notaris pertama adalah Sekretaris dariCollege van Schenpenen di Jakarta

pada tanggal 27 Agustus 1620, Selanjutnya berturut-turut di angkat notaris

lainnya, yang kebanyakan adalah keturunan Belanda atau Timur Asing

lainnya.Pada tanggal 26 Januari 1860, diterbitkan Peraturan Jabatan Notaris

Reglementyang selanjutnya dikenal sebagai Peraturan Jabatan Notaris.Ketentuan

ini bisa dibilang adalah copian dari Notariswet yang berlaku di Belanda.

Peraturan jabatan notaris terdiri dari 66 pasal. Peraturan jabatan notaris ini

masih berlaku sampai dengan diundangkannya undang-undang nomor 30 tahun

2004 tentang Jabatan Notaris.Selanjutnya pada tahun 1954, diadakannya kursus-

kursus independen di Universitas Indonesia.Dilanjutkan dengan kursus notariat

dengan menempel di fakultas hukum, sampai tahun 1970 diadakan program studi

yang diajarkan keterampilan (membuat perjanjian, kontrak dan lain-lain) yang

memberikan gelar sarjana hukum pada lulusannya.

Pada tahun 2000, dikeluarkannya sebuah peraturan pemerintah nomor 60

yang memperbolehkan penyelenggaraan spesialis notariat.Peraturan Pemerintah

ini mengubah program studi spesialis notaris menjadi program magister yang

bersifat keilmuan, dengan gelar akhir magister kenotariatan.

Universitas Sumatera Utara


14

2. Peraturan-Peraturan Jabatan Notaris di Indonesia

Sejarah notaris di Indonesia ditandai dengan di adakannya pendidikan

notaris yang merupakan pendidikan "pasca sarjana" pada Universitas Indonesia,

yang kemudian disusul pada Universitas Pajajaran, Universitas Gajah Mada dan ,

terakhir Universitas Sumatera Utara, walaupun berasal dari Negeri Belanda yang

sudah lebih lama lembaga Kenotariatan. Pendidikan kenotariatan ini mengalami

ujian bagian I dan II yang di praktekkan dalam Fakultas Hukum universitas negeri

atau yang di samakan dengan itu.

Peraturan jabatan notaris di Indonesia berlaku pada tanggal 1 Juli 1860 dan

notaris merupakan bukan pegawai negeri dikarenakan notaris yang merupakan

bagian dari suatu korps pegawai yang tersusun dengan hubungan kerja yang

hirarki, yang digaji oleh pemerintah.

Notaris memperoleh kekuasaannya itu langsung dari kekuasaan eksekutif,

artinya notaris melakukan sebagian dari kekuasaan eksekitif.Dahulu ada pendapat

yang mengatakan, bahwa notaris memperoleh kekuasaannya itu dari badan

pengadilan, oleh karena itu notaris termasuk dalam pengawasan badan-badan

pengadilan.

Berikut adalah beberapa peraturan yang ada di Indonesia mengenai

Jabatan notaris :

1. Reglement ophet Notarismbat In Neterlandsch Indie (Peraturan jabatan Notaris)

Peraturan perundang-undangan yang pertama kali menjadi dasar ketentuan

bagi notaris di Indonesia adalah Reglement op het Notaris. Ambt In

Neterlandsch indie, yang di singkat dengan notaris reglement, dan oleh para

ahli hukum di Indonesia di terjemahkan menjadi peraturan jabatan notaris

Universitas Sumatera Utara


15

(PJN). Peraturan ini terdiri dari 66 pasal dan lima (5) bab. Dikeluarkan pada

tanggal 26 februari tahun 1860 dan dimulai berlaku di seluruh Indonesia pada

tanggal 1 juni 1860.12

Dalam ketentuan menimbang ( konsiderans ) dari ordonantei itu dikatakan

"Bahwa Gubernur Jenderal mempertimbangkan perlunya untuk menyesuaikan

peraturan tentang pelaksanaan jabatan notaris di Neterlands Indei dengan

perundang-undangan yang berlaku, dan menganggap perlu untuk sejauh

mungkin menyesuaikan dangan peraturan-peraturan di Neterland tentang hal

itu."13

Makna dalam konsideran peraturan jabatan notaris ini adalah gambaran

bahwa aturan hukum yang di anut oleh peraturan ini, masih masih mengikuti

ketentuan dalam De Notaris We in Neterland, staatsblad Tahun 1842 No. 20

yang merupakan peraturan notaris belanda 29 Buyn, Directeur van Justitie

(Sekarang Kementerian Hukum dan HAM) menulis, sebagai berikut : “Adalah

suatu hal yang mengerikan, bahwa reglament itu penuh dengan peraturan-

peraturan hukuman. Demikian itu lebih merupakan peraturan disiplin yang

ketat untuk suatu batalion yang bertugas melaksanakan hukuman dari pada

suatu peraturan yang dimaksud untuk menjelaskan dan menetapkan tugas dari

pejabat-pejabat umum, dimana kepentingan umum dari Negara menghendaki

bahwa kewibawaan dan sifat yang unggul dari pejabat-pejabat itu sedapat

mungkin di pertahankan dan mendapat tempat yang terhormat dan penting

diantara pejabat-pejabat Negara.14

12
Ibid, hal. 13
13
Komar Andasasmita, op. Cit., hal.29
14
Komar Andasasmita, Op.Cit., hal.30

Universitas Sumatera Utara


16

Artinya, sifat dari peraturan jabatan notaris termasuk dalam hukum publik,

karena materi yang diatur di dalamnya termasuk dalam ruang lingkup hukum

publik, sehingga ketentuan yang terdapat di dalamnya adalah yang memaksa

(dwingend rech) dan bukan hukum yang mengatur.

2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris.

Peraturan perundang-undangan mengenai jabatan notaris sebagimana

dikemukakan di atas, mengenai banyak hal yang tidak sesuai lagi dengan

situasi dan kondisi di Indonesia, sehingga perlu di ubah dengan suatu undang-

undang baru, sebagiamana yang di katakan Komar Andasasmita, bahwa

“Rancangan undang-undang, menurut berita, telah disusun pada tahun 1979

oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia.15

Hal tersebut menunjukkan adanya keinginan, bahkan telah di siapkan

secara matang, untuk membuat perubahan atas peraturan tentang jabatan

notaris yang masih berlaku.Keinginan tersebut akhirnya terwujud setelah tiga

puluh tahun lamanya, dimana pemerintah akhirnya menggariskan rencana

pembentukan peraturan perundang-undangan mengenai jabatan notaris dalam

program nasional. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang termasuk

dalam matrik Kebijakan.

Adapun akta-akta yang pembuatannya juga ditugaskan kepada pejabat lain

atau oleh undang-undang dikecualikan pembuatannya kepada notaris adalah :

1. akta pengakuan anak diluar kawin (pasal 281 KUHPerdata)

2. berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotek (pasal 1227

KUPerdata)

15
INI (Ikatan Notaris Indonesia) Periode 1979-1977 dalam Konggres ini yang pertama,
hal. 150-197

Universitas Sumatera Utara


17

3. berita acara tentang kelalaian penawaran pembayaran tunai dan

konsinasi (pasal 1405 dan 1406 KUHPerdata)

4. akta protes wesel dan cek (pasal 143 dan 218 KUHDagang)

5. akta catatan sipil (pasal 4 KUHPerdata)

Dalam hal nya notaris juga harus menolak memberikan bantuan kepada16:

1. Pembuat akta yang isinya menurut kenyataannya bertentangan dengan

ketertiban umum atau kesusilaan.Perbuatan yang dimaksud dengan

ketertiban umum adalah yang menyangkut langsung kepada keteriban

umum, baik peraturan yang bersifat hukum publik maupun bersifat

campuran hukum perdata dan hukum publik. Sedangkan yang dimaksud

dengan kesusilaan adalah yang mempunyai hubungan moral yang berlaku

dalam pergaulan hidup manusia.

2. Pembuatan akta, dimana pembuatan akta ini tidak mempunyai saksi atau

saksi yang tidak dikenal oleh notaris atau tidak diperkenalkan kepada

notaris(notaris tidak diberi identitas saksi).

Apabila seorang notaris mengabaikan tugas jabatannya, melakukan

perbuatan tercela atau yang bertentangan dengan kesusilaan atau tindakan yang

bertentangan dengan martabat jabatannya, maka sepanjang terhadap perbuatan-

perbuatan itu tidak ada ditetapkan hukuman tertentu dalam notaris, tatapi terdapat

hal-hal yang akan di ambil tindakan oleh pemerintah yaitu :

1.Tegoran;

16
G.H.S Lumba Tobing, SH, Peraturan jabatan Notaris, Jakarta 1992, hal. 307

Universitas Sumatera Utara


18

2. Tegoran dengan peringatan, bahwa apabila perbuatan-perbuatan yang disebut di

atas berulang, untuk mempertimbangkan diajukannya usul untuk pemecatan

dari notaris itu;

3. Mengajukan untuk usul pemecatan.

Sebelum memperlakukan salah satu tindakan di atas, notaris yang

bersangkutan dipanggil terlebih dahulu untuk mendengarlan keterangannya.

Apabila memutuskan untuk mengadakan tegoran, maka hal ini diberitahukan

kepada notaris dengan surat tercatat.

Jika diperhatikan pasal-pasal dalam peraturan jabatan notaris, maka

didalamnya ditemukan berbagai rupa tegoran, pemecatan sementara, pemecatan

dan pemberhentian. Dari pasal 66 pasal yang terdapat dalam peraturan jabatan

notaris 39 pasal memuat ancaman hukuman, di samping banyak ancaman

hukuman pengganti biaya, kerugian dan bunga. Adapun ketentuan hukuman itu

terdiri dari :

1. 3 tentang hilangnya jabatan (ambtsverbeurte), yakni pasal 6, 12 dan 39;

2. 5 pemecatan (ontzetting), yakni pasal 6j, 7, 48, 50, dan 58;

3. 9 pemecatan sementara (schorsing), yakni pasal 6, 6j, 39, 40, 42, 48, 50,

51 dan 54;

4. 22 denda (boete), yakni pasal 6j, 7, 18, 19, 22, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 35,

36a, 38, 39, 40, 41, 42, dan 54.

Hukuman-hukuman tersebut di atas berlaku dalam hal terjadi pelanggaran

terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasal yang bersangkutan. Dalam hal itu tidak

berarti, bahwa dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam

pasal-pasal lainnya yang tidak memuat ancaman hukuman, notaris tidak akan

Universitas Sumatera Utara


19

dihukum karena pelanggaran itu. Pada hakikatnya seluruh pasal-pasal yang ada di

dalam peraturan jabatan notaris mengandung ancaman hukuman, dengan adanya

ketentuan dalam pasal 50 peraturan jabatan notaris, yang menyatakan bahwa

pengadilan negeri dapat mengambil tindakan, apabila notaris mengabaikan

seluruh martabat atau jabatannya.

Notaris yang dipecat berdasarkan pasal 58 peraturan jabatan notaris

dikarenakan pelanggaran, dapat diberhentikan dari jabatannya oleh hakim yang

berwenang untuk itu, apabila ia sekali lagi dianggap bersalah atas sesuatu

pelanggaran yang dapat menyebabkan pemecatannya, yaitu 3(tiga) kali bersalah

harus dilakukan pemberhentian.

Program Pembangunan Hukum dalam Program Pembangunan Nasional

(PROPENAS) Tahun 2000-2004. Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai

Jabatan notaris yang telah ditetapkan tersebut mulai dibahas oleh pemerintah

bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sejak September 2003, dan setahun

kemudian pada tanggal 14 September 2004 RUU itu disahkan oleh DPR menjadi

undang-undang. Rancangan undang-undang tentang jabatan notaris yang telah

disahkan itu selanjutnya dikenal sebagai undang-undang republik Indonesia

nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris, disahkan dan diundangkan di

Jakarta pada tanggal 6 Oktober 2004 dalam lembaran negara republik Indonesia

tahun 2004 nomor 117, tambahan lembaran negara republik Indonesia nomor

4432. undang-undang ini terdiri atas 13 bab dan 92 pasal.

Undang-Undang tentang jabatan notaris mengatur secara rinci tentang

jabatan umum Notaris, bentu dan sifat akta notaris, minuta akta, grosse akta

maupun kutipan akta notaris serta ketentuan tentang pengawasan terhadap

Universitas Sumatera Utara


20

pelaksanaan jabatan notaris. Dapat juga dikatakan, produk hukum yang dicita-

citakan sejak dulu ini, merupakan pengakuan akan eksistensi notaris, sebagai

pejabat umum yang berwenang dalam membuat akta otentik.17

Seorang notaris diangkat dan diberhentikan oleh negara. Dalam pasal 19

undang-undang notaris tidak boleh membuka kantor cabang. Artinya kedudukan

notaris hanya dapat pada suatu wilayah tersebut hanya boleh mendirikan suatu

kantor, artinya jika sudah mendirikan di suatu wilayah tidak boleh didirikan lagi

cabangnya.

Karena notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, jadi

kedudukan notaris ialah sebagai pejabat perdata umum. Kedudukannya dengan

Hukum Nasional terkait dengan kewenangannya, pasal 15 Undang-Undang

notaris mengatakan "Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk menyatakan

dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal, pembuatan akta, menyimpang

akta, memberikan grosee, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang

pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain

atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Jadi kewenangan notaris

dalam membuat akta otentik sebagai alat bukti yang digunakan baik dalam perdata

maupun pidana inilah kedudukan notaris yakni sebagai pejabat umum Perdata

yang membuat akta. Selain itu, penentuan wilayah kerja notaris ditentukan oleh

Menkumham atas usul dari Organisasi notaris yang dikontrol oleh negara.

17
Gunardi dan Markus Gunawan, Kitab Undang-Undang Hukum Kenotariatan,
Himpunan Peraturan tentang Kenotariatan, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2007, hal.533

Universitas Sumatera Utara


21

Kedudukan notaris sebagai seorang perjabat umum yang berwenang

membuat akta otentik telah ditegaskan dalam ketentuan yang tercantum dalam

pasal 1 angka 1 UUJN Perubahan. Tidak hanya notaris dalam UUJN

dikualifikasikan sebagai pejabat umum akan tetapi sekarang ini Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat Lelang. Pemberian kualifikasi tersebut bertolak

belakang dengan makna dari pejabat umum itu sendiri, karena seperti PPAT

hanya membuat akta-akta tertentu saja yang berkaitan dengan pertanahan dengan

jenis akta yang sudah ditentukan, dan pejabat lelang hanya untuk lelang saja.

Kedudukan notaris sebagai fungsionaritas dalam masyarakat dianggap

sebagai seorang pejabat tempat memperoleh nasehat yang boleh dihandalkan dan

pembuat dokumen yang kuat dalam proses suatu hukum. Sehingga masyarakat

membutuhkan seorang (figure) yang ketentuan-ketentuannya dapat diandalkan,

dapat dipercaya, dan tanda tangannya serta segala (capnya) memberikan jaminan

dan bukti kuat, seorang ahli yang tidak pemihak dan penasehat yang tidak ada

cacatnya (belum pernah melakukan tindak pidana), yang tutup mulut, dan

membuat suatu perjanjian yang dapat melindunginya di hari yang akan datang.

Jabatan notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh Negara.

Menempatkan notaris sebagai pejabat merupakan suatu bidang pekerjaan atau

tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu

(kewenangan tertentu) serta bersifat berkesinambungan sebagai satu lingkungan

pekerjaan tetap. Sebagai pejabat umum notaris harus :

1. Berjiwa pancasila;

2. Taat kepada hukum, sumpah jabatan dan Kode etik notaris

3. Berbahasa Indonesia yang baik.

Universitas Sumatera Utara


22

Di dalam Undang-Undnag Jabatan Notaris dilarang untuk menjalankan

jabatan diluar daerah jabatannya, membuat akta diluar daerahnya merupakan

pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 9 peraturan jabatan notaris.Akibatnya

pembuatan akta diluar derah jabatan, akta yang bersangkutan kehilangan

otentisitasnya atau akta yang dibuat tersebut tidak otentik oleh karena itu notaris

yang bersangkutan tidak berwenang ditempat, dimana akta itu dibuat, dalam pada

itu akta itu masih mempunyai kekuatan akta seperti akta yang dibuat dibawah

tangan, apabila akta itu ditanda tangani oleh para pihak yang bersangkutan.

Pada pasal 10 peraturan jabatan notaris, notaris tidak dapat merangkap

jabatannya dengan jabatan Kepada Daerah I, anggota dari badan-badan Peradilan,

Presiden, Anggota atau sekretaris Balai Harta Peninggalan, Pengacara atau pun

Jurusita. Larangan tersebut dikarenakan akan mempersulit tugas pengawasan yang

dilakukan terhadap para notaris dan selain itu juga dapat mengakibatkan, bahwa

notaris yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai notaris

sebagaimana mestinya dan dapat merugikan masyarakat umum.

Seorang notaris saat menerima jabatannya akan disumpah jabatan, sebab

itu suatu bukti tentang diterimanya jabatan itu, akan tetapi pasal 12a mengatakan

ketentuan-ketentuan dalam peraturan jabatan notaris berlaku pada notaris

pengganti yaitu notaris yang memiliki tanggungjawab yang sama dalam

pembuatan akta otentik dengan notaris.

Adapun sumpah notaris terdapat pada pasal 17 Undang-Undang Peraturan

Jabatan Notaris yaitu :

"saya bersumpah/berjanji :

Universitas Sumatera Utara


23

1. bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara republik Indonesia,

Pancasila dan Undang-Undang Dasar republik Indonesia Tahun 1945,

Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris serta Peraturan Perundang-

undangan lainnya.

2. Bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur

saksama, mandiri dan tidak berpihak.

3. Bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan

menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik, profesi,

kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai notaris.

4. Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh

dalam pelaksanaan jabatan saya.

5. Bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun tidak pernah dan

tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun.

Pengucapan ini dilakukan dihadapan kepada Pemerintah dari daerah,

dimana kedudukan mereka terletak.akan tetapi Menteri Kehakiman dapat

memberikan izin untuk mengucapkan sumpah atau janji ini di hadapan

seorang pejabat lainyang ditunjuk atau menggantikan.

B. Sutbsansi Akta Notaris Yang Dibuat Dihadapannya

1. Pengertian Akta Notaris

Istilah akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau “akta” dan dalam

bahasa inggris disebut “act” atau “deed” menurut pendapat umum mempunyai

dua arti, yaitu :

1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling),

Universitas Sumatera Utara


24

2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai

perbuatan hukum tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada

pembuktian tertentu.

Akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan,

keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa hukum yang dibuat menurut

peraturannya yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi. Dengan

demikian, maka unsure yang paling penting dari suatu akta ialah kesengajaan

untuk menciptakan suatu bukti tertulis dan penandatanganan tulisan itu. Syarat

penandatanganan akta tersebut dilihat dari Pasal 1874 KUHPerdata dan Pasal 1

Ordonasi No. 29 Tahun 1867 yang menurut ketentuan-ketentuan tentang

pembuktian dari tulisan-tulisan dibawah tangan yang dibuat oleh orang-orang

Indonesia atau yang dipersamakan dengan mereka.

Sedangkan Akta Notaris adalah Dokumen resmi yang dikeluarkan oleh

notaris menurut KUHPerdata pasal 1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang

mempunyai kekuatan hukum pembuktian yang mutlak dan mengikat. Akta notaris

merupakan bukti yang sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan

pembuktian lagi selama ketidak benarannya tidak dapat dibuktikan. Berdasarkan

KUHPerdata pasal 1866 dan HIR 165 akta notaris merupakan alat bukti tulisan

atau surat pembuktian yang utama sehingga dokumen ini merupakan alat bukti

persidangan yang memiliki kedudukan yang sangat penting. 18

Menurut R. Soebekti, “Akta adalah suatu tulisan yang memang sengaja

dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani”

Sedangkan Sudikno Martokusumo mengatakan “Akta adalah surat yang diberi

18
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akta_Notaris

Universitas Sumatera Utara


25

tanda tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak,

atau perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian”.

Akta dibedakan atas akta otentik dan akta di bawah tangan. Akta di bawah

tangan merupakan suatu kebalikan dari akta otentik, akta tersebut dibuat dengan

maksud untuk dijadikan suatu bukti tanpa harus dibuat “oleh” atau “dihadapkan”

pejabat yang berwenang untuk itu. Bentuk dari suatu akta dibawah tangan tidak

harus mengikuti ketentuan suatu perundang-undangan, dengan kata lain para

pihak dapat nembuat suatu akta di bawah tangan dengan bentuk yang diinginkan

oleh mereka sendiri. Surat perjanjian hutang piutang, surat perjanjian sewa

menyewa kwintansi, surat perjanjian perdamaian yang dibuat sendiri oleh pihak

yang bersangkutan dan tidak diharuskan dibuat dalam bentuk akta otentik,

merupakan contoh akta di bawah tangan.

Akta yang dibuat di bawah tangan baru berlaku sah, yakni sebagai yang

benar-benar berasal dari orang, terhadap siapaa akta itu dipergunakan, apabila

yang menandatangani mengakui kebenaran dari tanda tangannya itu atau apabila

itu dengan cara yang sah menurut hukum dapat dianggap sebagai telah diakui oleh

yang bersangkutan. Akta di bawah tangan masih dapat di sangkal dan baru

mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna apabila diakui oleh kedua belah

pihak atau dikuatkan lagi dengan alat-alat bukti lainnya, karena itu akta di bawah

tangan merupakan permulaan bukti tertulis (begin van schriftelijk).

Menurut Sudikno Mertokusumo, akta adalah surat yang diberi tanda

tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari pada suatu hak

dan perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.19

19
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,(Yogyakarta: Liberty, 1981)
hal.110

Universitas Sumatera Utara


26

A. Pitlo, yang dikutip Suharjono mengemukakan bahwa akta adalah suatu

surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk

dipergunakan oleh orang lain, untuk keperluan siapa surat itu dibuat.

Bagian-bagian dari Akta Notaris :

1. Setiap akta terdiri atas :

a. awal akta atau kepala akta

b. badan akta dan

c. akhir atau penutup akta

2. Awal akta atau kepala Akta memuat :

a. judul akta

b. nomor akta

c. jam, hari tanggal, bulan, dan tahun

d. nama lengkap dan tempat kedudukan notaris

3. Badan akta memuat :

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,

jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap atau orang yang

mereka wakili

b. keterangan mengenai kedudukan bertindak menghadap

c. isi akta yang merupakan kehendak dari keinginan dari pihak yang

berkepentingan

d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,

kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal

4. Akhir atau penutup akta memuat :

Universitas Sumatera Utara


27

a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam pasal 16

ayat (1) huruf m atau pasal 16 ayat (7)

b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau

penerjemah akta jika ada

c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan,

dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta

d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang akan terjadi dalam

pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat

berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian serta jumlah

perubahannya.

5. Akta notaris pengganti dan jabatan sementara notaris, selain memuat

ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur pada ayat (2), ayat (3) dan

ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta

pejabat yang mengangkatnya.

Akta Notaris mempunyai fungsi diantaranya adalah20 :

1. Akta sebagai fungsi formal yang mempunyai arti bahwa suatu perbuatan hukum

akan menjadi lebih lengkap apabila dibuat suatu akta. Sebagai contoh

perbuatan hukum harus dituangkan dalam bentuk akta sebagai syarat formil

yaitu perbuatan hukum yang disebutkan dalam pasal 1767 KHUPerdata

mengenai Perjanjian utang piutang. Minimal terhadap perbuatan hukum yang

disebutkan dalam pasal 1767 KUHPerdata, disyaratkan adanya akta dibawah

tangan.

20
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akta_Notaris

Universitas Sumatera Utara


28

2. Akta sebagai alat pembuktian dimana dibuatnya akta tersebut oleh para pihak

yang terikat dalam suatu perjanjian ditunjukan untuk pembuktian dikemudian

hari. Akta Otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua

belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapatkan hak

darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut.

2. Akta Notaris sebagai Akta Otentik

Berdasarkan ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata, yang disebut dengan akta

otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-

undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa dan

dimana tempat akta itu dibuat.

Berdasarkan pernyataan diatas, suatu akta dapat disebut sebagai akta

otentik apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Akta itu harus dibuat “oleh” atau “di hadapan” seorang pejabat umum ;

b. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang ;

c. Pejabat umum yang “oleh” atau “di hadapan” siapa akta itu dibuat, harus

mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.

Pasal 1868 KUHPerdata tersebut hanya menerangkan apa yang dinamakan

“akta otentik” akan tetapi tidak menjelaskan siapa yang dimakusd dengan “pejabat

umum” itu, juga tidak menjelaskan tempat dimana ia berwenang demikian,

sampai dimana batas-batas wewenangnya dan bagaimana bentuk menurut hukum

yang dimaksud.

Pasal 1 peraturan jabatan notaris Indonesia (Undang-Undang No. 30 tahun

2004) menyebut bahwa "Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya

berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian

Universitas Sumatera Utara


29

dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang

berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin

kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan member grosee, salinan dan

kutipan semuanya sepanjang perbuatan akta itu oleh suatu peraturan umum juga

tidak ditegaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain."

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa yang diatur dalam Pasal 1

peraturan jabatan notaris tersebut adalah merupakan suatu peraturan pelaksanaan

dari Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sehingga yang disebut

dengan “pejabat umum” adalah notaris. Wewenang Notaris adalah regel (bersifat

umum), yaitu membuat akta otentik mengenai segala peraturan, perjanjian dan

penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau dikehendaki oleh

yang berkepentingan.

Mengenai akta notaris, maka dalam hal ini terdapat dua golongan akta,

yaitu :

a. Akta pejabat atau akta relass (ambtelijk akten)

Yaitu suatu akta yang mengurai secara otentik mengenai suatu tindakan

yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat

akta itu, yakni notaris sendiri dalam menjalankan tugasnya sebagai notaris.

Akta yang dibuat demikian dan memuat uraian dari apa yang dilihat dan

disaksikan serta dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat “oleh” (door)

notaris sebagai pejabat umum. Yang termaksud dalam akta ini antara lain

adalah berita acara rapat pemenang saham dalam perseroan terbatas dan akta

pencatatan harta peninggalan.

Universitas Sumatera Utara


30

b. Akta yang dibuat “di hadapan” (ten overstan) notaris atau yang dinamakan

“akta partij”

Yaitu akta yang berisikan suatu “cerita” dari apa yang terjadi karena

perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di hadapan notaris, artinya segala

sesuatu yang terangkan atau yang diceritakan oleh pihak lain yang sengaja

datang kepada notaris yang sedang menjalankan jabatannya itu, dituangkan

dalam suatu akta otentik. Yang termasuk dalam golongan ini adalah akta jual

beli, akta perdamaian di luar pengadilan, akta sewa menyewa dan akta wasiat.

Akta otentik merupakan suatu alat bukti yang cukup, dan bila sudah ada

akta otentik maka tidak perlu ditambahkan pembuktian lagi.Bukti yang cukup ini

tersebut juga pembuktian sempurna, ini berarti bahwa segala yang menjadi isi akta

tersebut harus dianggap benar, kecuali apabila diajukan bukti perlawanan yang

megikat.

Notaris juga dapat memberikan bantuan dengan cuma-cuma kepada orang

yang dapat menunjukkan bukti tentang ketidak mampuannya menurut tata cara

yang disebut dalam pasal 875 KUPerdata yaitu seseorang yang dinyatakan tidak

mampu dan adanya surat perintah dari hakim pengadilan kepada notaris untuk

membuat akta dengan cuma-cuman atau setengah tarif dan akta tersebut original

atau asli, dimana adanya terdapat pemberian grossed an salinan dari akta itu

sendiri dan berlaku.

Pemberian cuma-cuma terhadap orang yang tidak mampu juga tidak

terutang bea materai dan kutipan akta yang diberikan berdasarkan 8 Peraturan

Jabatan Notaris.

Universitas Sumatera Utara


31

Adapun pengertian saksi pada pembuatan akta notaris ialah seseorang

yang memberikan sesaksian baik secara lisan maupun tulisan yakni menerangkan

apa yang ia saksikan sendiri, baik berupa perbuatan atau tindakan dari orang lain

atau suatu keadaan ataupun suatu kejadian.

Jadi saksi adalah orang ketiga, dalam Peraturan Jabatan Notaris

mengatakan saksi adalah saksi harus hadir pada pembuatan akta, sedang dengan

pembuatan akta dalam hal ini diartikan pembacaan dan penandatangan akta, hal

ini untuk mendukung terpenuhinya formalitas-formalitas yang diharuskan oleh

undang-undang, yang disebutkan dalam akta itu dan yang disaksikan oleh para

saksi itu.

Syarat-syarat yang ditentukan oleh pasal 22 tentang para saksi tersebut adalah :

1. Para saksi harus dikenali oleh notaris atau identitas dan wewenang mereka

harus dinyatakan kepada notaris oleh seorang atau lebih dari pada

penghadap, dengan kewajiban bagi notaris untuk memberitahukan hal itu

dalam akta yang bersangkutan;

2. Para saksi harus cakap menurut ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata

untuk memberikan di bawah sumpah kesaksian di muka pengadilan;

3. Para saksi harus mengerti bahasa, dalam akta itu dibuat;

4. Para saksi harus dapat menulis tanda tangan mereka.

Arti dari "dikenal" ialah orang-orang yang tercantum dalam akta itu benar-

benar adalah sama dengan orang-orang yang bertindak sebagai saksi-saksi pada

pembuatan akta itu harus sama dengan saksi di muka pengadilan.

Dalam pasal 23 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan "dengan tidak

mengurangi ketentuan-ketentuan dalam KUPerdata, maka tidak boleh diambil

Universitas Sumatera Utara


32

sebagai saksi keluarga sedarah dan keluarga semenda, baik dari notaris maupun

dari para penghadap sampai dengan derajat ketiga, demikian juga pembantu

rumah tangga dari notaris."

Demikian juga halnya dilarang untuk mencantumkan suatu gambar dalam

akta, yakni di tengah-tengah isi dari akta itu. Hal ini di dasarkan pada pasal 26

Peraturan Jabatan Notaris, dimana dikatakan bahwa akta harus ditulis dengan

dapat dibaca, dalam hubungan satu sama lain yang tidak terputus, tanpa ruang-

ruang atau sela-sela kosong, sedang ruangan-ruangan yang terpaksa tidak ditulis

dalam badan akta harus digaris dengan jelas dengan tinda, agar tidak dapat

dipergunakan lagi. Pemakaian atau penempelan meterai jelas dimana diletakkan

dan ditanda tangani oleh para pihak yang bersangkutan dan diletakkan pada

minuta akta.

Dalam akta notaris dilarangnya kependekan-kependekatan perkataan, hal

tersebut membuat akta tidak jelas isinya dan tanda tanda seperti nama huruf kecil

dan tanda kurung. Notaris harus membacakan akta tanpa diwakilkan dalam

membaca keseluruhan sebelum di tanda tangani, terdapat pada penjelasan pasal 28

Peraturan Jabatan Notaris yaitu pembacaan akta dihadapan penghadap dan para

saksi, baik itu akta (partij akten) maupun akta pejabat (ambtelijke akten).

Pembacaan ini merupakan bagian dari dinamakan "verlijden" (pembacaan dan

penandatangan) dari akta. Dalam pembuatan kutipan akta kepala dan penutup akta

harus juga memuat hal yang sama antar akta original dan salinan, termasuk

semua tanda tangan dan pemberitahuan mengenai semua orang, jabatan

kedudukan yang ikut bertindak dalam akta.

Universitas Sumatera Utara


33

Notaris dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat bertanya di bidang

hukum perdata dan diyakini oleh penanya bahwa dirinya akan mendapat jawaban

atau nasehat yang dapat di percaya.

Fungsi notaris sebagai pemberi informasi dan nasehat kepada masyarat

secara umum menjadi tugas dari jabatan notaris. Notaris dipercaya karena segala

sesuatu yang ditulis serta ditetapkan oleh notaris adalah benar, dan notaris adalah

pembuat dokumen-dokumen dalam proses hukum. Hal ini sesuai dengan

ketentuan dalam pasal 16 ayah (1) huruf d undang-undang nomor 30 tahun 2004

tentang jabatan notaris memberikan pengertian tentang kedudukan notaris, bahwa

tugas pokok dari notaris adalah membuat akta otentik, sebagai alat bukti yang

terkuat dan terpenuh, apa yang dinyatakan dalam akta notaris harus diterima,

bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, akan tetapi

karena juga dikehendaki oleh para pihak yang berkepentingan.

Wewenang notaris, secara umum digariskan dalam bab III Pasal 15

undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris. Dalam ayat (1)

berbunyi "Notaris berwenang membuat membuat akta otentik mengenai semua

perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan atau dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam

akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, memberikan groose,

salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang perbuatan akta itu tidak juga

ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan

oleh undang-undang."

Universitas Sumatera Utara


34

Suatu akta otentik memiliki kekuatan hukum. “Kekuatan hukum akta

otentik tersebut terletak pada.”21

1. Akta otentik dibuat dihadapan seorang pejabat umum Negara sehingga

legalitasnya dapat dipastikan, ditambah lagi bahwa seorang pejabat umum

Negara tidak memiliki keberpihakan dalam pembuatan akta.

2. Akta otentik memiliki minuta akta yang disimpan oleh Negara melalui

Notaris.

Mengenai unsur-unsur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

pembuatan akta otentik dapat dilihat dalam ketentuan Pasal1868 KUHPerdata

yang dirumuskan sebagai berikut :22

1. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang undang.

artinya jika bentuknya tidak ditentukan oleh undang-undang maka salah

satu unsur akta otentik itu tidak dipenuhi dan jika terpenuhi unsur dari

padanya maka tidak akan pernah ada yang disebut dengan akta otentik.

2. Akta itu dibuat oleh door atau dihadapkan ten overstaan (seorang pejabat

umum)

3. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang

untuk membuatnya di tempat dimana akta itu dibuat.

Menurut Komar Andasasmita mengatakan bahwa supaya akta memiliki

kekuatan hukum tidak boleh dibuat oleh pejabat yang tidak mempunyai

kewenangan untuk itu dan tempat itu.23

21
Ira Koesoemawati, Yunirman Rijai, Notaris, Jakarta, Raih Asa Sukses, 2009, hal.85
22
Sjaifurrachman, Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan
Akta, Bandung, Mandar Maju, 2011, hal. 107
23
Komar Andasasmita, Notaris dengan Sejarah, Peraturan, Sejarah, Tugas kewajiban,
Rahasia Jabatannya, Sumur, Bandung, 1981, hal.97

Universitas Sumatera Utara


35

Notaris mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, karena mempunyai kewenangan atau

autiohority yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Ateng syafrudin seorang sarjana hukum mengemukakan pengertian wewenang,

bahwa :

“Ada perbedaan atara pengertian kewenangan dan wewenang.Kita harus

membedakan antara kewenangan dengan wewenang. Kewenangan adalah

apa yang disebut kewenangan formal, kekuasaan yang berasal dari

kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang sedangkan wewenang

hanya mengenai suatu “onderdeel” (bagian) tertentu saja dari kewenangan.

Didalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtsbe

voegdheden)."

Wewenang merupakan lingkup tidak hukum publik, lingkup wewenang

pemerintahan, tidak hanya meluputi wewenang membuat keputusan pemerintah

(bestur), tetapi meliputi wewenang membuat keputusan tugas, dan memberikan

wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.

C. Kedudukan Akta Notaris Sebagai Alat bukti Dipersidangan Pengadilan.

Tidak bisa dipungkiri jaman sekarang sudah banyak terjadi kejahatan, baik

dalam bidang hukum perdata dan pidana, hal tersebut disebabkan karna semakin

besarnya pertumbuhan manusia dan tuntutan ekonomi. Kejahatan tersebut dapat

berupa pemalsuan dokumen, yang dapat di lakukan seseorang akibat tidak

terlindungnya suatu dokumen atau kekuatan yang mengikatnya, sekarang Akta

Notaris telah mempunyai kekuatan yang sah di mata hukum.

Universitas Sumatera Utara


36

Akta notaris dapat menjamin kepastian hukum, karna seorang notaris

dipandang sebagai seorang figure yang keterangan-keterangannya dapat

dihandalkan dan dapat dipercayai yang tanda tangannya serta segelnya (capnya)

memberi jaminan dan bukti yang kuat dalam akta yang di buatnya.24

Menurut Hamonangan Rambe SH. MH bahwa Kedudukan Akta

Perdamaian notaris sebagai alat bukti dipersidangan pengadilan iyalah sebagai alat

bukti yang sempurna, sepanjang dibuat di hadapan notaris dan tidak ada keraguan

di dalam nya, kedudukannya paling baik karna telah memenuhi persyaratan dan

saksi-saksi.25

Untuk mencegah notaris terjerat dalam permasalahan hukum, adapun

bentuk-bentuk prinsip kehatian-hatian yang dapat dilaksanakan Notaris dalam

proses pembuatan akta meliputi :

1. Melakukan pengenalan terhadap identitas penghadap ;

Dalam menjalankan tugasnya notaris sebelum memulai membuat akta

tentunya diharapkan oleh para pihak yang ingin membuat akta otentik,

tentunya notaris sebelum memasukkan identitas para pihak kedalam suatu akta,

notaris harus mengecek identitas pihak-pihak seperti Kartu Tanda Penduduk,

Kartu Keluarga, atau Passport serta mencocokkan foto pemilik Identitas

dengan pihak-pihak yang membuat akta otentik, agar mencegah pemalsuan

identitas terhadap akta yang dibuat notaris.

2. Memverifikasi secara cermat data subyek dan objek penghadap ;

24
Maria S.W. Sumardjono, 2001 Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Impletasi,
Cetakan Pertama, Kompas, Jakarta, hal. 14
25
Hasil wawancara Hamonangan Rambe SH. MH. Wakil Panitera Pengadilan Tinggi
Medan Tanggal 27 Maret 2019

Universitas Sumatera Utara


37

Maksud tujuan dan memverifikasi adalah memeriksa data-data subyek dari

pada pihak apakah berwenang dan cakap atau tidak dalam melakukan

perbuatan hukum sehingga dapat memenuhi syarat sahnya dari suatu akta

seperti, apakah pihak yang bertindak sudah berumur minimal 18 Tahun atau

telah menikah menurut Pasal39 ayat 1 huruf a UUJNP. Sedangkan bagian dari

proses memvalidasi data objek adalah merupakan bagian dari proses dalam

memeriksa dokumen-dokumen obyek yang dibawah oleh penghadap.

3. Memberikan tenggang waktu dalam pengerjaan akta otentik ;

Dalam mengerjakan suatu akta agar menghasilkan akta yang baik

sepatutnya notaris memberikan tenggang waktu dalam proses pembuatan akta

agar tidak terburu-buru dan dapat bekerja secara cermat serta teliti sehingga

tidak menimbulkan kesalahan dalam pengerjaan akta notaris.

4. Bertindak hati-hati, cermat, dan teliti dalam proses pembuatan akta ;

Bertindak berhati-hati, cermat, dan teliti dalam proses pembuatan akta

kata-kata yang dituangkan kedalam akta, karena dalam pelaksanaannya sangat

sering dipermasalahkan karena kata-kata yang dibuat tidak jelas atau

menimbulkan penafsiran.

5. Memenuhi segala syarat teknik pembuatan akta ;

Untuk membuat akta notaris yang jauh dari kata indikasi permasalahan

hukum tentunya notaris harus memenuhi syarat formal dan syarat formil dari

pembuatan akta notaris berdasarkan undang-undang jabatan notaris ketentuan

mengenai syarat formal dalam pembuatan akta diatur dalam Pasal 38 UUJN

perubahan, sedangkan syarat materil yang harus dipenuhi dalam pembuatan

akta otentik diatur dalam Pasal1320 KUHPerdata.

Universitas Sumatera Utara


38

Akta otentik sebagai alat bukti yang terkuat dan terpenuh, mempunyai

peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan

masyarakat.Sesuai dengan penelitian ini kasus yang di analisa tentang Pertanahan.

Diperlukan adanya pembuktian tertulis berupa akta otentik. 26 Hal ini sejalan

dengan perkembangan tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan

ekonomi dan sosial, akta otentik dengan jelas menentukan hak dan kewajiban para

pihak akan menjamin kepastian dalam hukum sekaligus diharapkan dapat

menghindari terjadinya sengketa.

Hal terpenting dalam masalah kekuatan pembuktian suatu akta otentik

ialah kekuatan pembuktiannya yang lengkap.Bukti lengkap ialah bukti yang dapat

menghasilkan kepastian yang cukup untuk mengabulkan akibat hukum yang

dituntut oleh Penggugat, tanpa mengurangi adanya kemungkinan bukti tentang

kebalikannya.

Karena itu, isi keterangan yang dimuat di dalam akta itu berlaku sebagai

yang btenar, isinya itu mempunyai kepastian sebagai yang sebenarnya, menjadi

terbukti dengan sah di antara pihak dan para ahli waris serta para pihak penerima

hak mereka, dengan pengertian :

1. Bahwa akta itu, apabila dipergunakan dimuka pengadilan, adalah cukup

dan bahwa hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda pembuktian

lainnya di samping itu ;

2. Bahwa pembuktian sebaliknya senantiasa diperkenankan dengan alat-alat

pembuktian biasa, yang diperbolehkan untuk itu menurut undang-undang.

26
Pasal 1867 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


39

Yang berarti bahwa kesaksian para saksi misalnya tidak mengikat hakim

pada alat bukti itu, akan tetapi lain halnya dengan akta otentik, dimana undang-

undang mengikat hakim pada alat bukti itu. Sebab jika tidak demikian apa

gunanya undang-undang menunjuk para pejabat yang ditugaskan untuk membuat

akta otentik sebagai alat bukti, jika hakim begitu saja tidak dapat

menyampingkannya.

Menurut Pasal 1870 KUHPerdata, suatu akta otentik memberikan di antara

para pihak beserta ahli beserta ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak

dari mereka suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya.

Akta otentik merupakan suatu bukti yang sempurna, dalam arti bahwa ia sudah

tidak memerlukan suatu penambahan pembuktian. Ia merupakan suatu alat bukti

yang mengikat dan sempurna.27

Akta otentik sudah telah mempunyai kekuatan kepastian hukum.Akta yang

dibuat seorang notaris adalah akta otentik (sah). Sesuai dengan pengertiannya akta

otentik adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan,

keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa hukum yang dibuat menurut

peraturannya yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi. Dengan

demikian, maka unsur yang paling penting dari suatu akta ialah kesengajaan untuk

menciptakan suatu bukti tertulis dan penandatanganan tulisan itu. Syarat

penandatanganan akta tersebut dilihat dari Pasal 1874 KUHPerdata dan Pasal 1

Ordonasi No. 29 tahun 1867 yang menurut ketentuan-ketentuan tentang

pembuktian dari tulisan-tulisan dibawah tangan yang dibuat oleh seorang notaris.

27
Subekti, Hukum Pembuktian,(Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2005), hal.27

Universitas Sumatera Utara


40

Pasal 131 ayat (1) HIR jo. 155 (1) Rbg, menyebutkan jika kedua belah

pihak telah datang menghadap akan tetapi tidak dapat di damaikan (hal mana

harus dicantumkan dalam berita acara persidangan). Namun dalam proses

persidangan antara Maraden Simanjutak dengan Marlin Nainggolan melaksanakan

perdamaian setelah melakukan proses peradilan tingkat banding. Kedua belah

pihak bersepakat untuk melakukan perdamaian dihadapan notaris. Oleh karena itu

notaris membuat akta perdamaian untuk mengakhiri sengketa kedua pihak.

Salinan akta Perdamaian yang dibuat dihadapan notaris kemudian di

serahkan kepada majelis hakim pengadilan tinggi medan sebagai bahan

pertimbangan hakim untuk memutuskan perkara mereka.

Akta menurut Sudikno Mertokusumo adalah surat yang diberi tanda

tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau

perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.28

A.Pitlo mengatakan bahwa akta merupakan surat yang ditandatangani,

diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk

keperluan untuk siapa surat itu di buat.29

Menurut Subekti, akta berbeda dengan surat, selanjutnya dikatakan bahwa,

kata akta bukan berarti surat melainkan harus diartikan dengan perbuatan hukum,

bersal dari kata acte yang dalam bahasa prancis berarti perbuatan.”30

Suatu akta dapat menjadi suatu alat bukti tertulis karena akta tersebut

merupakan surat yang ditandatangani para pihak yang berisikan suatu peristiwa

28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty.
2003, hal.116
29
A.Pitlo, Pembuktian dan Daluwarsa, Ali Bahasa M.Isa, Jakarta, Intermassa, 1986,
hal.52
30
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermassa, 1980, hal.29

Universitas Sumatera Utara


41

yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan yang dibuat secara semula dengan

sengaja sebagai alat bukti.

Karakter yuridis akta notaris, yaitu :31

1. Akta notaris wajib dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh

undang undang (UUJN).

2. Akta notaris dibuat karena ada permintaan para pihak, dan bukan

keinginan notaris

3. Meskipun dalam akta notaris tercantum nama notaris, tetapi dalam hal ini

Notaris tidak berkedudukan sebagai pihak bersama-sama para pihak atau

menghadap yang namanya tercantum dalam akta.

4. Mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. Siapa pun terikat

dengan akta notaris serta tidak dapat ditafsirkan lain, selain yang

tercantum dalam akta tersebut.

5. Pembatalan daya ikat akta notaris hanya dapat dilakukan atas kesepakatan

para pihak yang namanya tercantum dalam akta. Jika ada yang tidak

setuju, maka pihak yang tidak setuju harus mengajukan permohonan

kepengadilan umum agar akta yang bersangkutan tidak mengikat lagi

dengan alasan-alasan tertentu yang dapat dibuktikan.

Sejalan dengan pejabat Saidin Bagariang, bahwa akta perdamaian yang

diputuskan oleh hakim, tidak dapat diajukan banding Penjelasan Pasal130 HIR

mengatur bahwa akta perdamaian yang dibuat secara sah akan mengikat dan

mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dan tidak dilakukan upaya banding. akta

31
Habib Adjie, Kebatalan Dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung, PT. Refika Aditama,
2013, hal. 17

Universitas Sumatera Utara


42

perdamaian hanya dapat dibatalkan bila isi substansinya bertentangan dengan

undang-undang.32

32
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal.281

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KEKUATAN HUKUM DARI AKTA PERDAMAIAN NOTARIS DAPAT

MENGAKOMODIR KEPENTINGAN PARA PIHAK YANG

BERSENGKETA

A. Kekuatan Hukum Perjanjian Perdamaian Yang Dibuat Dihadapan

Notaris

Dasar hukum dari perdamaian sebagaimana disebutkan dalam pasal 1851-

1864 KUHPerdata, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2003 yang mana

dengan adanya PERMA tersebut Pasal 130 HIR jo Pasal 154 RBG tidak berlaku

lagi. Disamping peraturan yang disebutkan diatas Undang-Undang Nomor 30

tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Sengketa, menjadi salah satu

alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 mengatur panjang lebar tentang

arbitrase, memperlihatkan kepada kita bahwa sebenarnya undang-undang tersebut

juga menekankan kepada penyelesaian sengketa alternatif berbentuk mediasi (dan

pemakaian tenaga ahli), bahkan tidak menutup kemungkinan penyelesaian

sengketa melalui alternatif-alternatif lain. Perdamaian yang dilakukan di luar

pengadilan bisa dilakukan dengan bantuan pihak ketiga sebagai mediator.

Sejarah perkembangan Alternative Dispute Resolution (ADR) pertama kali

di kembangkan di negara Amerika Serikat, pengembangan ADR dilator belakangi

oleh kebutuhan sebagai berikut :

1. Mengurangi kemacetan di pengadilan. Banyaknya kasus yang diajukan ke

pengadilan menyebabkan proses pengadilan sering kali berkepanjangan

43

Universitas Sumatera Utara


44

sehingga memakan biaya tinggi dan sering memberikan hasil yang kurang

memuaskan.

2. Meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa.

3. Mempelancar serta memperluas akses ke pengadilan.

4. Memberikan kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang

menghasilkan keputusan yang dapat di terima oleh semua pihak dan

memuaskan.

Pasal 1 angka 10 undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar pengadilan menyebut alternatif

penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat

melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar

pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian

ahli.

Pengertian dari masing-masing cara penyelesaian sengketa di luar

pengadilan tersebut tidak di jelaskan dalam undang-undang nomor 30 tahun 1999

tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan tersebut.

Cara Penyelesaian Sengketa pengadilan tersebut dilakukan sebagai berikut :

1. Konsultasi.

Pengertian konsultasi dirumuskan oleh Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani

yang mana disebutkan bahwa :

"Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat

"personal" antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan "klien" dengan pihak

lain yang merupakan pihak "konsultan" yang memberikan pendapatnya kepada

kliennya tersebut. Tidak ada suatu rumusan yang menyatakan sifat "keterikatan"

Universitas Sumatera Utara


45

atau "kewajiban" untuk memenuhi dan mengikuti pendapat yang disampaikan

oleh pihak konsultan."

Konsultasi berarti seorang konsultan hanya dapat memberikan

pendapatnya dengan itikad baik dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu

sengketa dan berakhir dengan perdamaian.Apabila diminta kliennya dan apakah

pendapat tersebut menurut kliennya dapat diterima atau tidak diteima klien

tersebut, keputusannya ada pada klien yang bersangkutan.Pendapat tersebut tidak

terkait harus diikuti atau dilaksanakan oleh klien tersebut.Apabila pendapat

konsultan tersebut harus dibuat secara tertulis.

2. Negosiasi.

Negosiasi menurut Kamus Hukum, adalah perundingan atau cara

penyelesaian dengan perundingan. Perundingan saat ini banyak dilakukan negara-

negara di dunia untuk menyelesaikan sengketa diantara pihak yang bersengketa.

Negesiasi atau perundingan dilakukan antara pihak-pihak yang bersengketa tanpa

adanya pihak lain sebagai mediator. Pasal 121 KUHPidana menyebut barang siapa

ditugaskan oleh pemerintah untuk berunding dengan suatu negara asing, dengan

sengaja merugikan negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 (dua

belas) tahun.Oleh karena itu perundingan harus dilakukan dengan itikad baik

sehingga tercapai perdamaian.Kesepakatan dalam negosiasi tersebut harus dibuat

secara tertulis.

3. Mediasi.

Mediasi menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2003

menyebut mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para

pihak dengan bantuan mediator. Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan

Universitas Sumatera Utara


46

tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa.Mediator dapat dipilih para pihak baik yang

ada dalam daftar mediator di pengadilan maupun diluar pengadilan. Proses

mediasi ini dilakukan supaya gugatan atau sengketa di pengadilan dapat segera

diselesaikan tanpa proses persidangan di pengadilan. Apabila terjadi kesepakatan,

kesepakatan tersebut dibuat dalam suatu akta atau surat perjanjian. Apabila tidak

terjadi kesepakatan tersebut maka hakim akan melanjutkan pemeriksaan.

4. Konsiliasi.

Konsiliasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu usaha

mempertemukan keingan yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan

menyelesaikan perselisihan itu. 33 Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut

dibutuhkan pihak ketiga yang netral dan tidak berpihak sehingga dapat mencapai

perdamaian.Sulit membedakan antara konsiliasi dengan mediasi karena pihak

ketiga berperan untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

Arti dari konsiliasi adalah suatu suatu proses untuk mencari perdamaian

diluar pengadilan, atau suatu tindakan untuk mencegah dilakukannya proses

litigasi. (undang-undang nomor 30 tahun 1999)34

5. Penilaian Ahli.

Penilaian ahli merupakan suatu alternatif penyelesaian sengketa yang

disebutkan dalam undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar pengadilan. Pasal 52 undang-undang ini


33
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembunaan Bahasa
Kemdikbud, Op, cit., Hal 120
34
http;//www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-konsiliasi-dan-contohnya/

Universitas Sumatera Utara


47

menyebutkan para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat

yang mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu

perjanjian.Terhadap pendapat yang mengikat sebagaimana dimaksud dalam pasal

52 tidak dapat dilakukan perlawanan melalui hukum apapun.

Dalam kitab undang-undang hukum perdata dalam pasal 1851 perdamaian

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

1. Adanya persetujuan antara para pihak

Adanya persetujuan para pihak harus dianggap sah apabila memenuhii

unsur-unsur persetujuan yang di atur dalam Pasal 1320 KUHPerdata sedangkan

persetujuan itu harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1321 KUHPperdata yang

menyatakan, bahwa tidak suatu persetujuan atau sepakat sah diberikan apabila

karena :

a. Kekhilafan ;

b. Paksaan ;

c. Penipuan ;

Selanjutnya Pasal1859 KUHPerdata menyatakan, bahwa namun suatu

perdamaian dapat dibatalkan apabila terjadi suatu kekhilafan mengenai orangnya

atau mengenai pokok perselisihan.Ia dapat membatalkan dalam segala hal dimana

telah dilakukan penipuan atau paksaan.

Isi perjanjian merupakan persetujuan untuk melakukan sesuatu Pasal 1851

KUHPerdata membatasi tindakan hukum apa yang diperbolehkan Pembatasan

tersebut meliputi :

a. Untuk menyerahkan suatu barang ;

b. Menyampaikan suatu barang ;

Universitas Sumatera Utara


48

c. Menahan suatu barang ;

2. Kedua belah pihak sepakat mengakhiri sengketa ;

Pasal 1851 KUHPerdata juga mengatakan, bahwa perdamaian dapat

dilakukan atas perkara yang telah ada baik yang sedang berjalan di pengadilan

maupun yang akan diajukan ke pengadilan.

3. Sengketa itu di periksa atau untuk mencegah simbulnya suatu perkara

Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi subyek dari perjanjian perdamaian

sebagaimana diatur dalam Pasal 1852 KUHPerata yang berbunyi “Untuk

mengadakan suatu perdamaian diperlukan bahwa seorang mempunyai kekuasaan

untuk melepaskan haknya atas hal-hal yang termasuk dalam perdamaian itu. Wali-

wali dan pengampuh-pengampuh tidak dapat mengadakan suatu perdamaian

selain jika mereka bertindak menurut ketentuan dari bab kelima belas dan ketujuh

belas dari buku kesatu kitab undang-undang ini. Kepala-kepala daerah yang

bertindak sebagai demikian, begitu pula lembaga-lembaga umum tidak dapat

mengadakan suatu perdamaian dengan mengindahkan acara-acara yang ditetapkan

dalam perundang-undangan yang mengenai mereka”

Obyek perjanjian diatur dalam pasal 1853 KUHPerdata. Adapun objek

perjanjian perdamaian adalah :

a. Perdamaian dapat diadakan mengenai kepentingan keperdataan yang timbul

dari suatu kejahatan atau pelanggaran. Dalam hal ini, perdamaian sekali-kali

tidak menghalangi pihak kejaksaan untuk menuntut kejahatan atau pelanggaran

yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


49

b. Setiap perdamaian hanya menyangkut soal yang tercantum di dalamnya.

Sedangkan pelepasan segala hak dan tuntutan-tuntutan itu berhubungan dengan

perselisihan yang menjadi sebab perdamaian tersebut.

Di dalam Pasal 1858 ayat (1) kitab undang-undang hukum perdata,

perdamaian yang diadakan para pihak harus dibuatkan dalam bentuk tertulis. 35

Dan jika perdamaian dilakukan di hadapan Hakim sama kekuatannya dengan Akta

perdamaian yang dibuat dihadapan Notaris.36

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk tertulis dari perjanjian

perdamaian yang dimaksudkan undang-undang adalah bentuk tertulis yang

otentik, yaitu yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang dalam hal ini

adalah notaris.Perjanjian perdamaian secara tertulis yang dibuat di hadapan

notaris ini dapat dijadikan sebagai alat bukti bagi para pihak untuk diajukan

kehadapan hakim (pengadilan) karena isi perdamaian itu disamakan dengan

putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Pada dasarnya substansi perdamaian dapat dilakukan secara bebas oleh

para pihak namun undang-undang telah mengatur berbagai jenis perdamaian yang

tidak boleh dilakukan oleh para pihak.

Perdamaian yang tidak diperbolehkan adalah :

a. Perdamaian tentang telah terjadinya kekhilafan mengenai orang yang

bersangkutan atau pokok perkara ;

b. Perdamaian yang telah dilakukan dengan cara penipuan atau paksaan ;

35
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Op. Cit., Pasal 1851
36
Hasil Wawancara dengan Hamonangan Rambe, Wakil Panitera Pengadilan Tinggi
Medan tanggal 27 Maret 2019

Universitas Sumatera Utara


50

c. Perdamaian mengenai kekeliruan mengenai duduk perkara tentang suatu alas

hak yang batal, kecuali bila para pihak telah mengadakan perdamaian tentang

kebatalan itu dengan pernyataan tegas ;

d. Perdamaian yang diadakan atas dasar surat-surat yang kemudian dinyatakan

palsu ;

e. Perdamaian mengenai sengketa yang sudah diakhiri dengan suatu keputusan

hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, namun tidak

diketahui oleh para pihak atau salah satu pihak. Akan tetapi jika keputusan

yang tidak diketahui itu masih dimintakan banding maka perdamaian

mengenai sengketa yang bersangkutan adalah sah ;

f. Perdamaian hanya mengenai suatu urusan, sedangkan dari surat-surat yang

ditentukan kemudian ternyata salah satu pihak tidak berhak atas hal itu.

Apabila keenam hal itu dilakukan maka perdamaian itu dapat dimintakan

pembatalan kepada pengadilan.

Perdamaian yang dilakukan oleh para pihak mempunyai kekuatan yang

mengikat sama dengan putusan hakim pada tingkat akhir, baik itu putusan kasasi

maupun peninjauan kembali. Perdamaian itu tidak dapat dijadikan dengan alasan

pembatalan bahwa telah terjadi kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan

bahwa salah satu pihak dirugikan.37

Definisi lain dari perdamaian persetujuan dengan mana kedua belah pihak

atas dasar saling pengertian mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung

atau mencegah timbulnya suatu sengketa,38 jadi tidak perlu dibacakan isi dari akta

secara menyeluruh, hakimlah yang membuat putusan atas dasar akta perdamaian
37
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Op, Cit., Pasal 1858
38
Hasil wawancara dengan Hamonangan Rambe SH. MH. Wakil panitera Pengadilan
Tinggi Medan, 27 Maret

Universitas Sumatera Utara


51

yang dibuat oleh kedua belah di hadapan notaris untuk mengakhiri perkara di

persidangan.

Sejalan dengan pendapat Hamonangan Rambe SH. MH, mengatakan

bahwa Akta Perdamaian yang diputuskan oleh hakim, tidak dapat diajukan

banding. Penjelasan Pasal 130 HIR mengatur bahwa Akta Perdamaian yang dibuat

secara sah akan mengikat dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan

putusan pengadilan, Akta Perdamaian itu dapat dibatalkan bila isi substansinya

bertentangan dengan undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak puas atas

putusan hakim, tidak lah dapat mengajukan banding tetapi membuat gugatan baru

kembali.39

Dalam masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi budaya

biasanya jika timbul suatu sengketa maka hal yang di lakukan terlebih dahulu

adalah melakukan musyawarah untuk mufakat. Hal ini menunjukkan bahwa

perdamaian adalah suatu hal penting untuk penyelesaian suatu sengketa.

Musyawarah untuk mencapai mufakat merupakan proses penyelesaian

sengketa dan pengambilan keputusan yang dianggap berakar pada berbagai

masyarakat adat di Indonesia, antara lain pada :

1. Masyarakat Batak, mengadakan acara Runggun Adat yang bertujuan untuk

menyelesaikan sengketa secara musyawarah dan kekeluargaan ;

2. Masyarakat Minangkabau, mengenal lembaga Hakim Perdamaian

Minangkabau dalam Kerapatan Nagari yang secara umum berperan sebagai

mediator atau konsiliator ;

39
Hasil Wawancara dengan Hamonangan Rambe SH. MH. Wakil Panitera Pengadilan
Tinggi Medan tanggal 27 Maret 2019

Universitas Sumatera Utara


52

3. Masyarakat aceh, memiliki badan pemutus adat yang menggunakan prinsip-

prinsip alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal dengan Tuha Puet;

4. Masyarakat Jawa, yang menghasilkan keputusan dalam suatu pertemuan yang

disebut dengan Rembang Desa ;

5. Masyarakat Bali, mengenal hakim perdamaian yang berfungsi sebagai pihak

yang mendamaikan atau merukunkan para pihak yang bersengketa.40

Perjanjian perdamaian timbul karena banyak manfaat yang akan di dapat

oleh para pihak yang bersengketa, karena dalam sistem peradilan kita banyak

sekali kelemahannya. Kritik yang sering kali muncul terhadap peradilan bukan

hanya di Indonesia, melainkan terjadi di seluruh dunia. Hal tersebut antara lain di

sebabkan karena :

a. Penyelesaian sengketa yang lambat.

Penyelesaian perkara melalui proses litigasi pada umumnya lambat atau

“waste of time”, sehingga mengakibatkan proses pemeriksaan yang bersifat

sangat formal (formalistic) dan sangat teknis (technically), selain itu arus

berkara yang masuk ke pengadilan semakin deras, sehingga pengadilan dijejali

dengan beban yang terlampau banyak (overloaded).41

b. Faktor biaya

Semua pihak menganggap faktor biaya perkara sangat mahal, apalagi jika

dikaitkan dengan lamanya penyelesaian.Makin lama penyelesaian

mengakibatkan makin tinggi biaya yang harus dikeluarkan, seperti biaya resmi

dan bayaran untuk pengacara yang mesti di tanggung.Melihat kenyataan biaya

40
Munawar Kholil et al., Silabus dan Teacing Material Pilihan Penyelesaian sengketa
PPS/Alternative Dispute Resolution (ADR). Jakarta 1998, hal.6
41
suyud Margono, ADR (Altenative Dispute Resolution) 7 Arbitrase, proses
Pengembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta : 2000, hal. 66

Universitas Sumatera Utara


53

perkara yang mahal membuat orang berperkara di pengadilan menjadi tidak

berdaya, terkuras segala tenaga, waktu dan pikiran.

c. Peradilan tidak tanggap (Unresponsive)

kenyataan, pengalaman dan pernyataan membuktikan bahwa pengadilan

kurang tanggap dam tidak responsive dalam bentuk perilaku. Hal tersebut

disebabkan karena pengadilan kurang tanggap membela dan melindungi

kepentingan umum dan kepentingan masyarakat, selain itu pengadilan

dianggap sering berperilaku tidak adil atau unfairkarena didasarkan atas alasan

bahwa pengadilan dalam memberikan kesempatan serta keleluasaan pelayanan

hanya kepada lembaga besar dan orang kaya. 42

d. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah

Tidak ada putusan pengadilan yang membawa para pihak yang

bersengketa kearah penyelesaian masalah, karena putusan pengadilan tidak

bersifat problem solving diantara pihak yang bersengketa, tetapi menempatkan

kedua belah pihak pada posisi yang saling berhadapan, yaitu menempatkan

satu pihak pada posisipemenang (the winner) dan menwujutkan pihak lain

sebagai pihak yang kalah (the losser). Dalam posisi menang dan kalah tersebut,

bukan demaian yang timbul, tetapi terkadang timbul dendam dan kebencian

pada pihak yang kalah.43

e. Kemampuan pada hakim bersifat generalis

pada hakim dianggap hanya memiliki pengetahuan yang sangat terbatas,

ilmu pengetahuan yang mereka miliki hanya bidang hukum, di luar itu

pengetahuan mereka hanya bersifat umum, sangat mustahil mereka mampu


42
Margono, op. Cit., hal.66
43
M.Yahya Harahap, Tinjauan MengenaiSistem Peradilan dan Penyelsaian Sengketa,
Citra Aditya Bakti, Bandung : 1997, hal.157

Universitas Sumatera Utara


54

menyelesaikan sengketa mengandung kompleksitas dalam berbagai bidang,

misalnya sengketa teknologi konstruksi, akutansi, perkreditan dan sebagainya.

B. Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perdamaian Yang Dibuatnya

Pada dasarnya tugas seorang notaris adalah membuat akta otentik dimana

akta tersebut dapat menjadi suatu bukti yang sah bila terjadi sengketa, Notaris

dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada

aturan hukum yang terkait dengan sagala tindakan yang akan diambil untuk

kemudian dituangkan dalam sebuah akta. Bertindak berdasarkan aturan hukum

yang berlaku akan memberikan kepada pihak, bahwa akta yang akan dibuat di

“hadapan” atau “oleh” Notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku,

sehingga jika terjadi permasalahan, akta notaris dapat dijadikan pedoman oleh

para pihak.44

Kata “tanggung jawab” merupakan kata benda yang abstak. Dalam kamus

hukum, tanggungjawab adalah keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa

yang telah di wajibkan kepadanya.45 Menurut hukum, tanggungjawab adalah suatu

akibat atas konsekuensi kebebasan seseorang tentang perbuatan yang berikat

dengan etika dan moral dalam melakukan suatu perbuatan.

Menurut Hamonangan Rambe SH. MH. Mengatakan bahwa Tanggung

Jawab notaris atas Akta yang dibuatnya iyalah bahwa akta tersebut benar-benar

44
Habib Anjie (a), 2009, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Temanik Terhadap UU No. 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, hal.37
45
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,
hlm.84

Universitas Sumatera Utara


55

atas dari kesepakatan bersama tidak ada paksaan dan isi akta tersebut telah di

Legalisir serta mengikat kedua belah pihak.46

Menurut W.J.S. Purwadarminta, kata tersebut diartikan sebagai keadaan

wajib menanggung segala sesuatu (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, di

persalahkan, di perkara dan sebagainya). 47 Menurut hukum positif Indonesia,

secara umum konsep tanggung jawab hukum diklasifikasikan menjadi tanggung

jawab hukum dalam bidang hukum publik dan tanggung jawab hukum dalam

bidang hukum perdata/privat. 48 Tanggung jawab hukum dalam bidang hukum

publik, misalnya tanggung jawab adminitrasi negara dan hukum pidana.

Tanggungjawab dalam bidang hukum perdata yaitu tanggung jawab berdasarkan

wanprestasi dan tanggung jawab berdasarkan perbuatan melawan hukum

(onrechtmatige daad).

Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua

macam, yaitu kesalahan dan resiko. Dengan demikian dikenal dengan

pertanggungjawaban dasar kesalahan dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan

yang dikenal dengan tanggung jawab resiko atau tanggungjawab mutlak (strick

liabliliy) prinsip dasar tanggungjawab atas dasar kesalahan mengandung arti

bahwa seseorang harus bertanggungjawab karena ia melakukan kesalahan karena

merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggungjawab resiko adalah bahwa

konsumen penggugat tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung

bertanggungjawab sebagai resiko usahanya.

46
Hasil Wawancara dengan Hamonangan Rambe Sh. MH. Wakil Panitera Pengadilan
Tinggi Medan Tanggal 27 Maret 2019
47
W.J.S.Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, 976, hal. 1014
48
Van Apeldoorn, Op.Cit.,hal. 174

Universitas Sumatera Utara


56

Tanggungjawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggungjawab

seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum.Perbuatan hukum yang

dimaksud adalah mengenai perbuatan hukum dalam hal keperdataan, dimana

berbeda sekali arti dan pengaturannya dengan perbuatan melawan hukum dalam

hal pidana. Perbuatan melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang

bertentangan dengan undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan

tersebut bertentangan dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan

ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan

perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti

rugi kepada pihak yang dirugikan.

Akta yang dibuat oleh notaris adalah berkaitan dengan masalah

keperdataan yaitu mengenai perikatan yang dibuat oleh para pihak atau lebih

meskipun memungkinkan dibuat secara sepihak (sifatnya hanya menguatkan).

Sifat dan asas yang dimuat oleh hukum perikatan khususnya perikatan yang lahir

karena perjanjian, bahwa undang-undang hanya mungkin dan boleh diubah atau

diganti atau dinyatakan tidak berlaku, hanya oleh meraka yang membuatnya,

maksudnya kesepakatan kedua belah pihak yang dituangkan dalam suatu akta

otentik mengikat kedua belah pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang

kesepakatan itu tidak dapat ditarik selain terjadi kesepakatan kedua belah pihak

pula yang membuatnya (Pasal1138 KUHPerdata). Oleh karena itu suatu perjanjian

atau persetujuan, yang mempunyai kekuatan seperti/sebagai undang-undang itu,

hanya dapat dibatalkan oleh atau atas persetujuan pihak-pihak yang membuatnya.

Universitas Sumatera Utara


57

Dalam sengketa di pengadilan sering kali para pihak yang bertikai

melibatkan notaris dalam sengketa itu dengan alasan, bahwa yang menjadi objek

sengketa tersebut aktanya telah dibuat oleh atau dihadapan notaris. 49.

Mengenai tanggung jawab notaris menurut Pasal 60 Peraturan Jabatan

Notaris atas akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris.

1. Didalam hal-hal yang secara tegas ditentukan oleh Peraturan Jabatan Notaris;

2. Jika suatu akta karena tidak memenuhi syarat-syarat mengenai bentuk

dibatalkan di muka pengadilan atau hanya dapat dianggap berlaku sebagai

akta yang di bawah tangan.

3. Dalam segala hal, dimana menurut ketentuan-ketentuan dalam Pasal1365,

1366 dan Pasal 1367 KUHPerdata terdapat kewajiban untuk membayar ganti

kerugian.

Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan notaris

tercantum dalam Pasal 2 undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan

notaris, yaitu menteri. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan dibidang hukum.50Dalam Kabinet Hukum dan Hak Asasi manusia,

kewenangan lain dari Menteri hukum dan hak Asasi Manusia, yaitu:51

1. Penetapan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro;

2. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya;

49
https://media.neliti.com/media/publications/147736-ID-kekuatan-pembuktian-akta-
yang-dibuat-oleh.pdf
50
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
51
H.Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu ( Konsep Teoritis, Kewenangan Notaris,
Bentuk dan Minuta Akta, PT. Raja Grafindo persada, Jakarta, 2015 hal.21

Universitas Sumatera Utara


58

3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan den sertifikasi

tenaga professional/ahli serta persyaratan jabatan dibidangnya;

4. Pengaturan penetapan perjanjian atau persetujuan internasional yang

disahkan atas nama negara dibidangnya;

5. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional dibidangnya;

6. Pembinaan hukum dan peraturan perundang-undangan nasional;

7. Pengesahan dan persetujuan badan hukum dibidangnya;

8. Pengesahan di bidang hak atas kekayaan intelektual;

9. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila di perhatikan kewenangan dari kementrian Hukum dan HAM,

tampak bahwa kemenhum, tidak hanya berwenang mengangkat notaris, tetapi juga

melakukan pengaturan dan pembinaan terhadap bidang persyaratan Notaris, pada

prinsipnya tidak setiap orang atau warga negara dapat di angkat untuk menjadi

notaris, namun yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan. Syarat-syarat itu, meliputi :

1. Warga negara Indonesia;

2. Bertagwa kepada Tuhan yang Maha Esa;

3. Berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;

4. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan sehat

dari dokter dan spikiater;

5. Berijasah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;

6. Telah menjalani megang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyan

notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-

Universitas Sumatera Utara


59

turut pada kantor notaris atas prakarsa sendiri atau surat rekomendasi

orgabisasi notaris setelah lulus strata dua kenotariatan

7. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau

tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang

untuk dirangkap dengan jabatan notaris; dan

8. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

yang di ancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Dengan adanya izin praktik tersebut, maka dalam waktu paling lama 60

(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan

notaris, yang bersangkutan wajib.52

1. Menjalankan jabatannya dengan nyata

2. Menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatannya notaris kepada :

a. Menteri

b. Organisasi Notaris; dan

c. Majelis Pengawas daerah.

3. Menyampaikan :

a. Alamat kantor;

b. Contoh tanda tangan dan paraf; dan

c. Teraan cap atau stempel jabatan notaris berwarna merah.

Pada umunya untuk membuktikan adanya kerugian tidaklah sulit, namun

untuk membuktikan bahwa kerugian itu timbul karena kesalahan dan atau

kelalaian dari notaris ternyata cukup sulit, apalagi untuk membuktikan bahwa

52
H. Salim Hs, Op.Cit, hal.40

Universitas Sumatera Utara


60

kesalahan itu adalah merupakan kesengajaan.Pada hakekatnya jarang terjadi

seorang notaris benar-benar sengaja dan juga dengan direncanakan terlebih dahulu

melakukan tindakan untuk merugikan para pihak dalam akta yang dibuatnya.

Dalam hal untuk membuktikan adanya kesalahan yang dapat

dipertanggung jawabkan notaris, haruslah dianut pandangan bahwa bukanlah

keadaan subjektif dari notaris yang bersangkitan untuk membuktikan sampai

berapa jauh tanggung jawabnya, melainkan berdasarkan pertimbangan

objektif.Seorang notaris yang normal dan baik, seharusnya dapat mengetahui

akibat yang tidak dikehendaki dalam pembuatan aktanya.Jika jawabannya adalah

benar mengetahi akibatnya, maka terdapat unsur kesalahan dan jika tidak maka

notaris yang bersangkutan tidak dapat dipersalahkan.

Namun demikian tidak lepas dari perdebatan mengenai dasar hukum yang

dapat dipergunakan untuk menuntut tanggung jawab notaris, para ahli sepakat

bahwa notaris harus bertanggung jawab atas akta yang dibuat oleh dan atau

dihadapannya, dengan pembayaran denda ataupun segala biaya-biaya,ganti rugi

dan bunga pada diri kliennya untuk pelanggaran yang telah dilakukan. Apabila

dihubungkan dengan Pasal 60 peraturan jabatan notaris maka terhadap yang

bersangkutan dpat dimintakan pertanggung jawaban terhadap akta-akta yang

dibuatnya dalam hal :

1. Di dalam hal-hal yang secara tegas ditentukan oleh peraturan jabatan notaris.

2. Jika suatu akta karena tidak memenuhi syarat-syarat mengenai bentuk,

dibatalkan dimuka pengadilan atau dianggap hanya dapat berlaku sebagai akta

yang dibuat dibawah tangan.

Universitas Sumatera Utara


61

3. Dalam segala hal dimana menurut ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1365,

Pasal 1366 dan Pasal 1367 kitab undang-undang hukum perdata, terdapat

kewajiban untuk membayar ganti kerugian.

Menurut peraturan jabatan notaris, pelanggaran terhadap ketentuan pasal

24 jo pasal 28 itu terhadap notaris dapat dikenakan denda, dan akta yang

dibuatnya hanya mempunyai kekuatan seperti akta di bawah tangan. Pasal 28 ayat

1 peraturan jabatan notaris menyatakan bahwa “Notaris harus membacakan akta

itu kepada para penghadap dan para saksi”. Sedangkan Pasal 28 ayat 6 tersebut

menentukan bahwa, “dalam hal pelanggaran terhadap suatu atau lebih ketentuan

dalam Pasal ini, akta itu hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat

dibawah tangan, apabila itu ditanda tangani oleh para penghadap”.

Dari ketentuan pasal 28 tersebut diatas, dapat diketahui bahwa setiap akta

notaris, sebelum ditanda tangani, harus dibacakan terlebih dahulu dalam

keseluruhannya kepada para penghadap dan para saksi, baik itu akta partij

maupun akta relass. Pembacaan ini merupakan bagian dari “Verlijden”

(Pembacaan dan Penandatanganan) dari akta.Pasal 28 ayat 6 menentukan bahwa,

pelanggaran terhadap ketentuan dalam ayat 1 diatas, maka mengakibatkan akta itu

mempunyai kekuatan seperti akta di bawah tangan. Dalam kasus diatas, sesuai

dengan putusan Mahkamah Agung, yang terjadi adalah pelanggaran terhadap

ketentuan Pasal 28 Peraturan Jabatan Notaris, sehingga dengan demikian akta itu

tidak batal demi hukum, melainkan hanya menjadi sama dengan akta dibawah

tangan, dengan demikian untuk pembatannya harus dimintkan melalui putusan

pengadilan.

Universitas Sumatera Utara


62

Melihat kasus tersebut diatas, maka suatu akta yang merupakan akta

otentik (akta notaris) yang mempunyai kekuatan bukti yang sempurna, dapat

menjadi tidak berarti sebagai alat bukti dalam suatu perkara perdata, bila dalam

perbuatannya dilakukan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang berlaku

dan bertentangan dengan peraturan jabatan notaris. Notaris sebagai pejabat umum

yang berwenang untuk membuat akta otentik, dapat dituntut pula oleh para pihak

jika akta yang dibuatnya itu telah mengakibatkan kerugian terhadap pihak

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN YANG DIBUAT DIHADAPAN

NOTARIS DIKAITKAN DENGAN STUDI PUTUSAN NOMOR

305/PDT/2015/PT-MDN

A. Kedudukan Akta Perdamaian Notaris menjadi Dasar Pertimbangan

Hakim untuk Memutus Perkara

Seperti yang telah disebutkan Pasal 15 ayat 1 undang-undang nomor 30

tahun 2004 tentang Jabatan Notaris bahwa notaris berwenang untuk membuat akta

otentik mengenai semua perbuatan, janji, dan penetapan yang diharuskan oleh

peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otenik , menjamin kepastian tanggal

pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosee (salinan dan kutipan akta),

semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-

undang.53

Akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris oleh para pihak, kemudian

diserahkan ke pengadilan dapat menyelesaikan perkara yang sudah terlanjur

ditangani oleh pihak pengadilan.

Suatu perkara perdata pada awal persidangan, hakim menawarkan kepada

para pihak yang bersengketa untuk melakukan perdamaian sesuai dengan

peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan. Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan

53
Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

63

Universitas Sumatera Utara


64

para pihak dengan pihak yang dibantu oleh mediator. 54 Salah satu bentuk dari

mediasi adalah perdamaian. Seorang hakim dalam suatu perkara perdata

akanmenawarkan suatu perdamaian sebelum melanjutkan proses persidangan

lebih lanjut kepada para pihak yang bersengketa agar perkara tersebut dapat

segera selesai dengan waktu yang singkat.

Mahkamah agung dalam peraturan mahkamah agung nomor 2 tahun 2003

tentang prosedur mediasi di pengadilan menimbang bahwa keterlibatan mediasi

kedalam proses beracara dipengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif

mengatasi kemungkinan penumpukan perkara di pengadilan.

Akan tetapi sebelum kepengadilan haruslah terlebih dahulu melakukan

penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator.Mediator adalah pihak

yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak

dalam mencari berbagai kemungkinan untuk penyelesaian sengketa.

Pasal 1866 KUHPerdata menyebutkan, alat bukti yang sah yang di akui

oleh hukum acara perdata apa bila sudah melakukan perdamaian adalah :

1. Bukti tertulis;

2. Bukti saksi-saksi;

3. Pengakuan;

4. Sumpah.

Penyelesaian sengketa melalui perdamaian memiliki beberapa keuntungan

sebagai berikut :55

1. Penyelesaian bersifat informal. Penyelesaian perkara melalui pendekatan

nurani.Kedua belah pihak melepaskan diri dari kekakuan (legal form) kepada
54
Pasal 1 angka 6 Peraturan Mahkamah Agung Nomor : 2 Tahun 2003 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.
55
Ibid

Universitas Sumatera Utara


65

pendekatan yang bercorak nurani dan moral.Menjauhkan pendekatan dokrin

dan asas pembuktian kea rah persamaan persepsi yang saling menguntungkan.

2. Yang menyelesaikan sengketa para pihak sendiri. Penyelesaian tidak diserahkan

kepada kemauan dan kehendak hakim atau arbiter, tetapi diselesaikan oleh para

pihak sendiri sesuai dengan kemauan mereka, karena merekalah yang lebih tau

hal yang sebenarnya dan sesungguhnya atas sengketa yang di permasalahkan.

3. Jangka waktu penyelesaian. Pada umumnya jangka waktu penyelesaian hanya

satu dua minggu paling lama satu bulan, asal ada ketulusan dan kerendahan

hati dari kedua belah pihak. Itu sebabnya disebut bersifat speedy(cepat), antara

5-6 minggu.

4. Biaya ringan. Boleh dikatakan, tidak diperlukan biaya, meski ada sangat

murah.Hal ini merupakan kebalikan dari sistem peradilan atau arbitrase, yang

harus mengeluarkan biaya mahal.

5. Aturan pembuktian tidak perlu. Tidak ada pertarungan yang sengit antara para

pihak untuk saling membantah dan menjatuhkan pihak lawan melalui sistem

dan prinsip pembuktian yang formal dan teknis yang sangat menjemukan

seperti halnya dalam proses abritase atau pengadilan.

6. Hubungan para pihak bersifat kooperatif. Oleh karena yang berbicara dalam

penyelesaian adalah hati nurani, terjalin penyelesaian berdasarkan kerja sama.

7. Komunikasi dan fokus penyelesaian. Dalam penyelesaian perdamaian terwujud

komunikasi aktif antara para pihak. Dalam komunikasi itu terpancar keinginan

memperbaiki perselisihan dan kesalahan masa lalu menuju hubungan yang

lebih baik untuk masa depan. Jadi melalui komunikasi itu, apa yang mereka

selesaikan bukan masa lalu tapi masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


66

8. Hasil yang dituju sama menang. Hasil yang dicari dan dituju para pihak dalam

penyelesaian perdamaian, dapat dikatakan sangat luhur yaiu sama-sama

menang yang disebut konsep win-win solution, dengan menjatuhkan diri dari

sifat egoistic dan serakah, atau menang sendiri.Dengan demikian tidak ada

yang kalah dan tidak ada yang menang sendiri atau winning or losing seperti

penyelesaian melalui putusan pengadilan atau arbitrase.

9. Bebas emosi dan dendam. Penyelesaian sengketa melalui perdamaian,

merendam sikap emosional tinggi dan bergejolak, kearah suasana bebas emosi

selama berlangsung penyelesaian maupun setelah penyelesaian dicapai.Tidak

diikuti dendam dan kebencian, tetapi rasa kekeluargaan dan persaudaraan.

Dalam Pasal1852 KUHPerdata menyebutkan untuk mengadakan sautu

perdamaian diperlukan bahwa seorang yang mempunyai kekuasaan untuk

melepaskan haknya atas hal-hal yang termasuk didalam perdamaian itu. Kedua

belah pihak harus rela untuk tidak saling menuntut haknya dalam proses

perdamaian sehingga tercapai kesepakatan diantara mereka. Hakim memutuskan

perkara tersebut berdasarkan akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris

sesuai dengan kesepakatan pihak yang bersengketa. Notaris merupakan pejabat

yang mempunyai spesialisasi tersendiri, karena notaris merupakan pejabat negara

yang melaksanakan tugasnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

umum dibidang hukum perdata.

Universitas Sumatera Utara


67

Berdasarkan Akta Perdamaian tersebut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

Medan Memutuskan Perkara Nomor 305/PDT/2015/PT-MDN dengan putusan

pengadilan.56

Dengan kata lain seorang notaris dapat dikatakan sebagai mediator seperti

hakim. Akta notaris dapat menjadi suatu bukti yang sempurna yang dapat

menyelesaikan perkara, dimana akta perdamaian tersebut dapat menjadi dasar

putusan atau pertimbangan hakim untuk memutus perkara di pengadilan dalam hal

ini Pengadilan Tinggi medan.

Menurut Ima Erlie Yuana seorang notaris, penjelasan UUJN menunjukan

bahwa notaris hanya sekedar bertanggung jawab terhadap formalitas dari suatu

akta otentik dan tidak terhadap materi akta otentik tersebut. Hal ini mewajibkan

notaris untuk bersikap netral dan tidak memihak serta memberikan semacam

nasihat untuk bersikap netral dan tidak memihak serta memberikan semacam

nasihat hukum bagi klien yang meminta petunjuk hukum para notaris yang

bersangkutan.Sejalan dengan hal tersebut maka notaris dapat di

pertanggungjawabkan atas kebenaran materil suatu akta bila nasehat hukum yang

diberikannya ternyata dikemudian hari merupakan suatu yang keliru.

Menurut Saidin Bagariang seorang hakim, mengatakan bahwa setiap

perjanjian perdamaian harus mengakhiri perkara secara tuntas dan keseluruhan.

Tidak boleh ada yang tertinggal.Perdamaian harus membawa para pihak terlepas

dari seluruh sengketa.Tidak ada lagi yang disengketakan karena semuanya telah

diatur dan dirumuskan penyelesaianya didalam perjanjian.

56
Hasil Wawancara Hamonangan Rambe SH.MH. Wakil panitera Pengadilan Tinggi
Medan Tanggal 27 Maret 2019

Universitas Sumatera Utara


68

Selama belum ada yang diselesaikan dalam kesepakatan, putusan

perdamaian yang dikukuhkan dalam bentuk penetapan akta perdamaian

mengandung cacat formil karena bertentangan dengan persyaratan yang

ditentukan dalam pasal 1851 KUHPerdata.

Menurut Hamonangan Rambe SH. MH, Apabila perdamaian dimuka

persidangan dapat dicapai, maka acara terakhir dan majelis hakim dibantu oleh

panitera membuatkan akta perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara yang

memuat isi perdamaian dan majelis hakim memerintahkan para pihak agar

memenuhi dan mematuhi perdamaian tersebut.57

Perdamaian wajib dilakukan satu hari setelah sidang pertama digelar

dalam pengadilan. Proses perdamaian yang dilakukan di pengadilan paling lama

dua puluh hari kerja sejak penetapan mediator dengan hasil akhir tercapai atau

tidak tercapainya kesepakatan.

Oleh karena kesepakatan perdamaian itu merupakan produk persetujuan

para pihak yang digariskan pada pasal 1230 KUHPerdata, maka terhadapnya

berlaku ketentuan pasal 1337 KUHPerdata yang melarang persetujuan

mengandung kuasa yang haram, yaitu persetujuan tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

B. Analisis Putusan yang Dikeluarkan Pengadilan Negeri Medan Dalam

Kedudukan Akta PerdamaianNotaris Nomor 305/PDT/2015/PT.MDN

Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan mandiri,

akan tetapi hakim haruslah berpedoman kepada peraturan yang berlaku sesuai

dengan hierarki peraturan yang berlaku di negara kita. Apabila tidak ada peraturan

57
Hasil Wawancara Hamonangan Rambe SH. MH. Wakil Panitera Pengadilan Tinggi
Medan Tanggal 27 Maret 2019

Universitas Sumatera Utara


69

yang mengatur suatu perkara yang diajukan kepadanya maka sesuai dengan Pasal

5 ayat (1) Undang-undang No.48 tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman yang

menyebutkan hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Sesuai dengan pembahasan notaris mengenai Akta Perdamaian Yang

dibuat di hadapan notaris terhadap putusan pengadilan. Perdamaian yang terjadi

dalam sidang pengadilan, maka majelis hakim membuat akta perdamaian menurut

kehendak pihak-pihak yang bersengketa, dan perdamaian bukanlah putusan yang

ditetapkan atas tanggung jawab pengadilan, melainkan sebagai persetujuan antara

kedua pihak atas tanggung jawab mereka sendiri.

Akta perdamaian yang dibuat oleh kedua pihak dihadapan notaris telah

sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1320 KUHPerdata, dimana kedua pihak

telah sepakat mengikat diri dalam suatu perjanjian perdamaian tanpa ada paksaan

dari pihak mana pun dan kedua belah pihak cakap melakukan perbuatan hukum

yaitu sudah dewasa dan sudah menikah.

Berikut adalah Analisis Putusan yang sudah di keluarkan oleh putusan

pengadilan negeri medan.Bila suatu perkara ingin diselesaikan dengan ketetapan

hukum yang baik serta mempunyai kekuatan hukum yang kuat hakimlah yang

dapat menilai apakah perkara itu telah selesai dan diputuskan serta para pihak

harus tunduk dengan isi perjanjian yang mereka buat.

Akta otentik atau akta yang dibuat notaris dapat dijadikan sebagai alat

bukti didepan persidangan dan memiliki kekuatan hukum.Untuk mencapai

keadilan dan keharmonisan kedua pihak yang berperkara. Berkaitan dengan

kekuatan akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris terhadap putusan

Universitas Sumatera Utara


70

pengadilan maka penulis akan membahas suatu kasus dari pengadilan negeri

medan.

1. Kasus posisi

Kasus tentang persoalan kedudukan akta perdamian yang dibuat dihadapan

notaris terhadap putusan pengadilan Nomor 305/PDT/2015/PT-MDN yang

diptuskan di pengadilan negeri medan pada tanggal 07 desember 2015.

Perkara terjadi antara Maraden Pohan Simanjuntak sebagai penggugat.

Yang melibatkan Pimpinan Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) sebagai

Tergugat I, Kepala Kantor pelayanan kekayaan negara dan leleang (KPKNL)

sebagai tergugugat II, Badan Pertahanan Nasional Kantor Pertahanan Kota Medan

sebagai Tergugat III, Drs. Marlin Nainggolan sebagai Tergugat IV.

Megawati Silaen,SH Notaris yang beralamat di Jalan Jenderal Gatot

Subroto No. 190, Sei Putih tengah, Medan Petisah, Kota Medan.

2. Kedudukan Perkara

Di dalam duduk perkara disebutkan bahwa Pohan Simanjuntak telah

mengajukan gugatannya terhadap Pimpinan Cabang PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) dengan alasannya sebelumnya penggugat adalah pemilik dan pemegang

hak atas sebidang tanah dan bangunan yang terletak di Jl. Puskesmas No.51

Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera

Utara sesuai dengan Sertifikat Hak Milik No.1171 atas nama Doktorandus

Maraden Pohan Simanjuntak yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional

Kota Medan.

Rangka mengembangkan usaha penggugat, sekitar tahun 2003 penggugat

melakukan pinjaman untuk tambahan modal kerja dengan total Rp.250.000.000,-

Universitas Sumatera Utara


71

(dua ratus lima puluh juta rupiah) kepada tergugat I untuk modal dagang berlian

penggugat yang dituangkan dalam akta-akta dan Perjanjian, dalam hal ini

penggugat memberi jaminan tanah dan bangunan nya kepada tergugat Iterletak di

Jl. Puskesmas No.51 Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara.

Dengan tiba-tiba penggugat ada menerima surat dari tergugat I perihal

pemberitahuan lelang yang akan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20

November 2012 pada Kantor Cabang BRI Medan Sisingamangaraja Jl.

Sisingamangaraja No. 241 Medan, sebagaimana dalam surat No.B.4885-

II/KC/ADK/10/2012 tertanggal 29 Oktober 2012 yaitu tanah dan bangunan nya

tersebut, dengan adanya surat tersebut, sangatlah terkejut hingga membuat

keluarga penggugat menjadi terganggu dan tidak nyaman dalam beraktifitas

didalam rumah oleh karena rencana penjualan secara lelang yang dilakukan oleh

tergugat I melalui tergugat II.

penggugat berulang kali mendatangi Kantor Cabang BRI Medan

Sisingamangaraja Jl. Sisingamangaraja No.241 Medan dan menyatakan keberatan

dan bersedia melakukan pelunasan atas seluruh hutang milik penggugat kepada

tergugat I, namun penggugat tidak mendapatkan jawaban apapun dari Tergugat I,

penggugat juga telah mendatangi kantor Tergugat II untuk membuat

sanggahan/keberatan atas pelelangan yang hendak dilakukan atas hak milik

penggugat, kemudian penggugat kembali menerima surat dari tergugat I, yang

pada intinya menyatakan bahwa telah dilaksanakan penjualan secara lelang

melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) atau tergugat

II, dimana tanah dan bangunan atas nama penggugat telah laku dengan harga

Universitas Sumatera Utara


72

sebesar Rp.230.000.000,- (dua ratus tiga puluh juta rupiah) dan setelah dipoting

dengan biaya lainnya menjadi sebesar Rp.216.200.000,- (dua ratus enam belas

juta dua ratus ribu rupiah) sebagaimana dalam surat tergugat I No.B.131-

II/KC/ADK/01/2013 tertanggal 08 Januari 2013, selanjutnya setelah adanya surat

pemberitahuan tersebut penggugat mengetahui bahwa pemenang lelang tersebut

adalah tergugat IV, pemenang lelang tersebut dalam hal ini tergugat IV telah

dicatatkan oleh tergugat III sebagai pihak yang berwenang untuk itu, dimana

tergugat III sesuai dengan permintaan dari Tergugat II telah melakukan proses

balik nama dari penggugat kepada Tergugat IV sesuai Sertifikat Hak Milik

No.1171 yang terletak di Jl. Puskesmas No.51 Kelurahan Lalang, Kecamatan

Medan Sunggal Kota Medan.

Untuk menyatakan keberatannya, penggugat mencoba mencari alamat

keberadaan tergugat IV, namun keberadaan tergugat IV tidak diketahui, karena

tergugat IV tidak lagi berdomisili di alamat tergugat IV, oleh karena itu penggugat

membuat pengumuman di harian media cetak untuk menyatakan

keberatannya,tiba-tiba tergugat IV tertanggal 13 Februari 2013, dimana isi surat

tersebut pada pokoknya meminta penggugat untuk mengosongkan rumah paling

lama 16 Februari 2013 dengan alasan telah memenangkan lelang yang

dilaksanakan oleh tergugat I melalui tergugat II.

Oleh karena tindakan tergugat I, II, III secara nyata telah membawa

kerugian secara materil dan Immateril terhadap penggugat, oleh karena itu

penggugat membawa permasalahan ini ke pengadilan negeri medan.

tergugat I, II, III telah dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum,

maka layak kiranya apabila tergugat IV diperintahkan untuk mengembalikan

Universitas Sumatera Utara


73

status kepemilikan Sertifikat Hak Milik No.1171 yang terletak di Jl. Puskesmas

No.51 Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.Maka atas

dasar hal-hal tersebut diatas Maraden Pohan Simanjuntak mohon agar pengadilan

Negeri medan berkenan memeriksa para pihak di persidangan, Selanjutnya

majelis hakim memberikan putusan terhadap gugatan Maraden Pohan

Simanjuntak serta bukti-bukti surat dan keterangan para pihak saksi.

Namun tergugat I menolak dengan tegas seluruh dalil penggugat didalam

surat gugatannya bertanggal 9 juni 2013, kecuali yang secara tegas diakui oleh

Tergugat I, karena bersama Diana Panjaitan (istrinya) dan Ridwan Simanjuttak

serta Nelly Boru Pakpahan telah menerima Kredit Modal kerja dari tergugat I

mula-mula sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan jangka waktu

kredit 12 bulan terhitung sejak tanggal 25 agustus 2003, dan akan berakhir tanggal

25 agustus 2004 yang dibuat oleh Sopar Saburian, SH, S.PN, Notaris di Medan.

Kredit yang diterima penggugat tersebut telah beberapa kali mendapat

penambahan plafond(suplesi kredit) serta perpanjangan waktu kredit sehingga

secara keseluruhan kredit yang diterima penggugat adalah sebesar pokok

Rp.350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) yang terbagi dalam 2 (dua)

rekening yang berbeda. Tetapi penggugat tidak beritikad baik dengan tidak

membayar angsuran kredit kepada tergugat, meskipun penggugat telah diberi

kesempatan untuk menyelesaikan seluruh kewajibannya melalui srukrisasi kredit,

tetapi ternyata penggugat tidak menyelesaikan kewajiban kreditnya sesuai dengan

syarat dan ketentuan yang telah disepakati dalam akta rstrukrisasi kredit (cidera

janji/wanprestasi), sehingga kreditnya kembali menunggak.

Universitas Sumatera Utara


74

Sebagai untuk mendapatkan pelunasan kembali kredit dari penggugat,

tergugat I mendapatkan Pelunasan kembali kembali dari penggugat, tergugat I

menempuh upaya penyelesaian kredit dengan melakukan penjualan lelang

terhadap objek hak tanggungan atas dasar Pasal 6 UUHT (parate eksekusi) yang

secara tegas menyatakan :

"Apabila Debitor cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama

mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri

melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil

penjualan tersebut." Sebelum parate eksekusi tersebut dilaksanakan, Tergugat I

terlebih dahulu telah menyampaikan beberapa kali surat peringatan kepada

penggugat. Meskipun telah 4 (empat) kali diberikan Surat Peringatan oleh

tergugat I, penggugat terap juga tidak menyelesaikan kewajibannya melunasi

untuk kredit, oleh karenanya dalam rangka penyelesaian kredit penggugat melalui

eksekusi, tergugat I mengajukan permohonan lelang kepada tergugat II yang

dijadwalkan pada 20 november 2012.

Pelelangan eksekusi hak tanggungan tidak dilakukan dengan secara tiba-

tiba tetapi telah melalui proses yang panjang dan didahului dengan adanya surat

peringatan terlebih dahulu, dengan demikian tidak ada lagi alasan bagi Penggugat

mengatakan terkejut atas adanya surat pemberitahuan lelang dari tergugat I di

atas, dan sangat berlebihan apabila penggugat menyatakan merasa terganggu dan

tidak nyaman beraktivitas di dalam rumah, karena aktivitas penggugat di dalam

rumah adalah urusan rumah tangga penggugat sendiri dan hanya penggugat

sendiri yang tahu serta tidak ada kaitannya sama sekali dengan surat

pemberitahuan lelang dari tergugat I.

Universitas Sumatera Utara


75

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, tidak ada satu pun perbuatan tergugat

II yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum dikarenakan

tergugat II selama melaksanakan lelang atas objek perkara Aquo selalu tunduk

pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan buku II

Mahkamah Agung tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Adminitrasi

Pengadilan halaman 149 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 1210K/SIP/1973 tanggal 19 November 1973 dengan tegas

menyatakan "bahwa suatu pelelangan yang telah dilaksanakan sesuai dengan

peraturan yang berlaku tidak dapat dibatalkan." Dengan demikian lelang yang

dilakukan oleh tergugat II tidak dapat dibatalkan dan telah sah secara hukum.

Adapun yang dijadikan dasar kejadian oleh penggugat untuk mengajukan

Gugatan kepada tergugat IV hanyalah untuk menyatakan keberatannya terhadap

tergugat IV sebagai pemenang lelang, karena kemenangan tergugat IV atas lelang

tersebut adalah sah menurut hukum, maka peralihan hak atas tanah dan bangunan

milik penggugat yang dicatatkan oleh tergugat III adalah sah menurut hukum.

penggugat telah menyampaikan permohonanya kepada tergugat IV untuk segera

mengosongkan tanah dan bangunan, namun saat ini tergugat IV tidak berkenan

untuk melakukanya, akhirnya penggugat mengajukan gugatan di pengadilan

negeri medan.

Dikarenakan tergugat telah menguasai dan menikmati tanah dan bangunan

milik penggugat maka tergugat berkewajiban untuk membayar sewa kepada

penggugat sejak tanggal 21 November 2012 hingga tergugat mengosongkan tanah

dan bangunan milik penggugat sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) setiap

bulan.

Universitas Sumatera Utara


76

Dalam hal ini pengadilan meletakkan Sita jaminan atas tanah dan

bangunan yang terletak di Jalan Puskesmas Nomor 51 Kelurahan Lalang,

Kecamatan Sunggal, Kota Medan sluas 344 m2 dengan Sertifikat Hak milik

nomor 1171. Memperlihatkan surat dari tergugat IV dengan penggugat pada

tanggal 1 juni 2015 yang telah mencapai kesepakatan perdamaian mengenai

perkara nomor 305/Pdt.G/2013/PN.MDN di hadapan MEGAWATI SILAEN, SH

notaris di medan dengan akta no.1 tanggal 1 juni 2015, yang selanjutnya

memohon agar pengadilan tinggi medan dapat menyikapi akta perdamaian

tersebut.

Dikarenakan pihak penggugat telah di panggil secara patut, namun tidak

hadir di persidangan dan tidak mengajukan risalah banding, maka majelis hakim

tingkat banding berpendapat bahwa telah mencapai kesepakatan antara penggugat

dan tergugat dalam perdamaian sebagaimana tertuang dalam akta perdamaian,

maka putusan pengadilan negeri medan nomor 305/Pdt.G/2013/PN.MDN tanggal

5 november 2014 harus dibatalkan dan Pengadilan Tinggi akan mengadili sendiri

dengan putusan perdamaian.

Maka hakim mengadili perkara perdata nomor 305/Pdt.G/2013/PN-MDN

dengan putusan perdamaian (Akta Van Daling), menghukum pihak pertama dan

pihak kedua untuk mentaati kesepakatan dalam akta perdamaian dalam akta

perdamaian nomor 01 tanggal 1 juni 2015 dihadapan Megawati Silaen, Sarjana

Hukum, notaris dimedan dan menghukum pihak pertama dan kedua secara

tanggung renteng untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam dua tingkat

pengadilan yang didalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.150.000 (seratus

lima puluh ribu)

Universitas Sumatera Utara


77

Untuk itu majelis hakim menetapkan dan memberikan putusan yang

berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan

mengadili dengan menghukum para pihak untuk menepati/menaati perdamaian

yang telah disetujui.Apabila salah satu pihak tidak mentaati atau melaksanakan

pemenuhan yang ditentukan dalam perjanjian secara sukarela, maka dapat diminta

eksekusi kepada Pengadilan Negeri. Atas permintaan itu Ketua Pengadilan Negeri

menjalankan eksekusi sesuai dengan ketentuan Pasal195 HIR.58

Dengan demikian putusan tersebut telah mencapai akhir dari perkara

dimana para pihak telah mengetahui kesalahan dan kekurangan atas suatu

perbuatan, menurut saya putusan perdata nomor 305/Pdt.G/2013/PN-MDN sudah

mengambil keputusan yang terbaik, dengan ini tidak ada ganti rugi atau sangsi

yang membuat para pihak menyesal telah membawa perkara ke dalam pengadilan.

Didalam perkara perdata, pengilan pertama kali mengajukan tahap mediasi

atau perdamaian para pihak sebelum memulai proses pengadilan, yang mungkin

saja di terima oleh kedua pihak.

Apabila salah satu pihak tidak mentaati atau melaksanakan pemenuhan

yang ditentukan dalam perjanjian secara sukarela, maka dapat diminta eksekusi

kepada pengadilan tinggi medan sesuai dengan ketentuan pasal 195 HIR yaitu

menyebutkan bahwa "pelaksanaan putusan perkara-perkara yang pada tingkat

pertama telah diadili oleh pengadilan, dilakukan atas perintah dan dibawah

pimpinan ketua pengadilan yang telah memeriksa dan memutusnya pada tingkat

pertama"

58
M.Yahya Harahap, Hukum acara tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Op. Cit, Hal.208

Universitas Sumatera Utara


78

Menurut saya dalam perkara perdata nomor 305/Pdt.G/2013/PN-MDN

pihak pertama terlihat sangat tergesah-gesah, di tandai dengan membawa perkara

langsung ke pengadilan, seharusnya pihak pertama harus membicarakannya

terlebih dahulu kepada para pihak, penggugat juga tidak cermat dalam perkara

perdata ini, sudah jelas dalam perkara ini bahwa penggugatlah yang mengingkari

janji atau wansprestasi kepada tergugat I, yaitu keterlambatan penggugat dalam

pembayaran pelunasan kredit pinjaman yang dilakukan penggugat,padahal

perjanjian pembayaran sudah ada dan ditanda tangani. Dalam perkara ini juga

tergugat II, III, hanya melakukan tugas pekerjaan mereka yaitu sebagai

penyelenggara lelang dan pencatat pemenang lelang atas sebuah tanah dan

bangunan. Adapun pihak tergugat IV hanya sebagai korban, sejak awal tergugat

IV tidak mengetahui bahwa tanah dan bangunan adalah milik penggugat, ia hanya

membeli secara lelang dengan prosedur yang Psesuai dengan undang-undang yang

berlaku.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Akta Perdamaian yang dibuat dihadapan Notaris merupakan akta otentik yang

mempunyai kekuatan hukum sebagai bukti yang sempurna karena akta tersebut

dibuat oleh pejabat umum dan bentuknya ditentukan oleh undang-undang. Akta

perdamaian dibuat karena dikehendaki oleh para pihak yang berkepentingan

untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban

dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan.

Akta perdamaian merupakan salah satu produk hukum yang dibuat oleh

Notaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya memberikan pelayanan hukum

hukum kepada masyarakat dalam kedudukannya sebagai pejabat umum, yang

berpegang teguh dalam menjalankan profesinya yaitu sebagai seorang

penengah yang tidak memihak, pelayanan diberikan kepada semua pihak, dan

berusaha menyelesaikan semua persoalan, sehingga semua pihak merasa puas

dan memperoleh kepastian hukum.

2. Kekuatan hukum mengikat akta perdamaian yang dibuat di hadapan notaris

dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang bersengketa

yang dituangkan dalam isi perdamaian akta tersebut, yang isinya menerangkan

kesepakatan para pihak untuk menyelesaikan sengketa dengan memperhatikan

hak dan kewajibannya serta memuat solusi yang harus dilaksanakan para pihak

guna menyelesaian sengketa dengan dengan memperhatikan ketentuan undang-

undang. Dalam kesepakatan tersebut para pihak yang bersengketa sesuai

79

Universitas Sumatera Utara


80

dengan kehendaknya membuat persetujuan tertulis yaitu akta perdamaian

dengan menuangkan kemauan para pihak dalam penyelesaian sengketa,

sehingga tercapai kesepakatan yang damai tanpa sengketa dan memenuhi

keadilan para pihak.

Akta perdamaian memberikan jaminan kepastian hukum terhadap

penyelesaian sengketa yang mengedepankan pencapaian keadilan untuk

pentingan pihak yang bersengketa dalam rangka mencapai permasalahan

selesai.

3. Akta perdamaian yang dibuat dihadapan Notaris memiliki kedudukan hukum

yang sah terhadap putusan pengadilan dan sebagai alat pembuktian yang

lengkap. Perdamaian merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa yang

efektif dalam menyikapi mekanisme hukum yang memberikan perlindungan

hukum bagi pihak yang bersengketa.Perdamaian dapat dilakukan baik sebelum

proses persidangan pengadilan dilakukan, maupun setelah sidang peradilan

dilaksanakan, baik di dalam maupun diluar sidang pengadilan. Akta

perdamaian notaris mempunyai kekuatan hukum yang tetap dengan adanya

penetapan yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri berisi perintah

eksekusi agar akta perdamaian dapat dilaksanakan.

B. Saran

1. Sebaiknya pihak yang berperkara, memilih perdamaian dangan membuat akta

perdamaian. Dimana penyelesaian sengketa akan lebih cepat dan biaya lebih

murah.

2. Akta perdamaian yang dibuat notaris memiliki kekuatan hukum dan sangat

penting bagi kecepatan penyelesaian sengketa dengan biaya yang retaif murah

Universitas Sumatera Utara


81

sehingga diharapkan notaris sebagi profesi hukum yang memegang tugas

sebagai pejabat umum, hendaknya mampu bersikap proaktif dalam

penyelesaian secara damai sehingga para pihak bersengketa mampu

memperoleh jaminan kepastian hukum dalam penyelesaian sengeketanya yang

tertuang dalam akta perdamaian, sebagai salah satu produk hukum notaris.

3. Penyelesaian perkara dengan perdamian hendaknya bisa menjadi alternatif

utama pihak yang bersengketa, sehingga tiadanya penyelesaian sengketa yang

berlarut-larut. Hal ini memerlukan kesungguhan dari para profesi hukum dalam

menjembatani pihak bersengketa dalam penyelesaian sengketa, guna

mewujudkan nilai keadilan bersama tanpa adanya perselisihan dikemudian

hari, yang memberikan rasa aman, kepercayaan dan kepastian hukum.Serta

bimbingan/arahan yang dilontarkan notaris untuk kasus sengketa agar

mencapai damai atau di selesaikan secara baik-baik sebelum memakan waktu

atau kerugian materi di pengadilan, dan mengadakan sosialisasi tentang akta

notaris agar setiap perkara hukum dapat mencapai kekuatan hukum yang

bermanfaat, berkeadilan dan kepastian hukum.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai