SKRIPSI
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT
GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA
DENPASAR
2017
i
NOTARY ROLE PREVENTING MONEY
LAUNDERING ON SALE BUY LAND
TRANSACTIONS ACCORDING TO ACT NO. 2 OF
2014 ABOUT NOTARY
THESIS
Submitted Partial Fulfillment of the Requirements for the Award Of
Bachelor of Law at The Faculty of Law
Submitted By :
FACULTY OF LAW
UNIVERSITY OF MAHENDRADATTA
DENPASAR
2017
ii
iiii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala anugrah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi atau tugas
akhir studi yang berjudul “PERAN NOTARIS DALAM MENCEGAH
TERJADINYA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PADA
TRANSAKSI JUAL BELI TANAH MENURUT UNDANG -UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN NOTARIS “. Skripsi ini
penulis susun untuk menyelesaikan Pendidikan pada Program strata 1 Jurusan
Ilmu Hukum, Universitas Mahendardatta.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasi kepada :
v
10. Bapak Lawyer Fahmi Yanuar Siregar, SH., LL.M yang telah membantu
untuk memberikan banyak materi dan arahan untuk penyelesaian skripsi
ini.
11. Orang Tua penulis, Bapak I Nyoman Yasa dan Ibu Ni Made Nuriani yang
telah memberi dukungan baik secara moril maupun materiil.
12. Kakak penulis Ni Putu Sri Risa Dewi, S.Si, yang telah mendukung dan
memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.
13. Kekasih penulis Sutiana Laia, SE, yang sudah memberikan semangat
dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi.
14. Segenap anggota keluarga yang telah banyak membantu dalam penulisan
Skripsi ini.
15. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian
ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan melimpahkan rahmat-nya serta
membalas budi baik Bapak / Ibu / Saudara sekalian. Sebagian akhir kata, dengan
penuh kerendahan hati saya sangat mengharapkan bimbingan dan saran-saran
yang sifatnya membangun demi penyempurnaan materi sikripsi ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Permasalahan ............................................................................................... 1
2. Hipotesis ................................................................................................. 27
D. Metode Penelitian......................................................................................... 28
2. Jenis Penelitian........................................................................................ 29
B. Peran Notaris dalam mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang pada
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 98
B. Saran .............................................................................................................. 99
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN :
1. Berita Acara Bimbingan;
2. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan;
3. Data Diri Mahasiswa.
4. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris.
5. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 perubahan atas Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan Notaris.
6. Perpaduan Naskah Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 dengan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014.
.
ABSTRAK
Negara Hukum Indonesia diilhami oleh ide dasar rechtsstaat dan rule of
law. Langkah ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa negara hukum
Republik Indonesia pada dasarnya adalah negara hukum. Konsep negara hukum
sebagaimana dirumuskan di dalam UUD 1945 mengandung arti seluruh warga
negara Indonesia harus tunduk pada hukum yang berlaku, salah satu fungsi hukum
adalah untuk mengatur tingkah laku manusia atau human tools dalam memenuhi
fungsi tersebut bisa dilakukan dengan pencegahan ataupun pemberian sanksi.
Dalam tindak pidana pencucian uang dimana dalam hal ini melibatkan peran
notaris sebagai pelapor, adalah suatu tindakan untuk mencegah digunakannya
uang hasil pencucian uang tersebut untuk membeli aset yang akta jual belinya
dilakukan dihadapan notaris.
Penulisan skripsi ini menggunakan dua rumusan masalah yaitu : pertama
Bagaimanakah peran Notaris dalam hal mencegah terjadinya tindak pidana
pencucian uang pada transaksi jual beli tanah ? sedangkan rumusan masalah yang
kedua adalah Bagaimanakah akibat hukum terhadap Notaris apabila tidak
melaporkan kecurigaan adanya tindak pidana pencucian uang pada transaksi jual
beli tanah ?
Penulisan didalam skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum
normatif dengan ditunjang dengan data empiris yang didapatkan dari hasil
wawancara dengan beberapa pihak terkait masalah yanga ada di dalam skripsi ini,
Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dilakukan
dengan pendekatan Undang-undang, dalam artian penelitian hukum yang
dilakukan terkait dengan penelitian yang berkaitan dengan norma hukum tertulis (
Peraturan Perundang-undangan ), yang mengacu pada penelitian tentang
sistematika hukum dan menganalisis perangkat kaidah-kaidah hukum yang
terhimpun dalam suatu kodifikasi atau peraturan-peraturan tertentu.
Untuk dua rumusan masalah di atas ditemukan kesimpulan sebagai
berikut, pertamaPeranan seorang Notaris dalam hal mencegah terjadinya tindak
pidana pencucian uang pada transaksi jual beli adalah sebagai pelapor atas adanya
transaksi keuangan yang mencurigakan, Notaris melaporkan transaksi keuangan
mencurigakan tersebut kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK). Dan yang kedua Akibat hukum apabila Notaris tidak melaporkan
adanya tindak pidana pencucian uang pada transaksi jual beli tanah yaitu Notaris
yang dalam menjalankan jabatannya mengetahui bahwa transaksi yang dilakukan
oleh klien adalah berindikasi pencucian uang namun tetap memberikan pelayanan
dengan menjadi wadah penyimpanan uang pelaku sebenarnya dapat dituntut baik
secara perdata maupun pidana.
Saran yang didapat dari kesimpulan yang telah tercantun didalam
kesimpulan ialah : sebagai pihak pelapor dalam transaksi keuangan mencurigakan
sudah seharusnya diatur dalam jabatan notaris serta akibat hukum apabilan notaris
mengetahui adanya tindak pidana pencucian uang maka sudah sangat seharusnya
notaris tersebut diberikan sanksi yang berat serta mencopot jabatannya sebagai
seorang pejabat publik.
Kata Kunci : Peran notaris, Pencucian uang, Transaksi jual beli tanah.
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Permasalahan
Negara Hukum Indonesia diilhami oleh ide dasar rechtsstaat dan rule of
law. Langkah ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa negara hukum
Republik Indonesia pada dasarnya adalah negara hukum, artinya bahwa dalam
konsep negara hukum Pancasila pada hakikatnya juga memiliki elemen yang
terkandung dalam konsep rechtsstaat maupun dalam konsep rule of law. Yamin
menjelaskan pengertian Negara hukum dalam penjelasan UUD 1945, yaitu dalam
Negara dan masyarakat Indonesia, yang berkuasa bukannya manusia lagi seperti
berlaku dalam Negara-negara Indonesia lama atau dalam Negara Asing yang
artinya negara yang berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan belaka.
tertinggi. Menurut Jimly Asshiddiqie ada dua belas ciri penting dari negara hukum
diantaranya adalah :
1. Supremasi hukum
3. Asas legalitas
4. Pembatasan kekuasaan
2
telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau
aparaturnya.
orientasi konsepsi Negara Hukum Indonesia hanya pada tradisi hukum Eropa
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
bangsa Indonesia bertekad untuk merdeka, tetapi akan tetap berdiri di barisan
yang paling depan dalam menentang dan menghapuskan penjajahan di atas dunia.
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya harus
ditentang dan dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak
atas kemerdekaan sebagai hak asasinya. Di samping itu dalam Batang Tubuh
UUD 1945 naskah asli, terdapat pasal-pasal yang memuat tentang hak asasi
manusia antara lain: Pasal 27, 28, 29, 30, dan 31. Begitu pula dalam UUD 1945
setelah perubahan pasal-pasal yang memuat tentang hak asasi manusia di samping
Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 juga dimuat secara khusus tentang hak asasi manusia
dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia yang terdiri dari Pasal 28A, 28B, 28C,
28D, 28E, 28F, 28G, 28H, 28I dan Pasal 28J. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
konsep negara hukum Indonesia juga masuk di dalamnya konsepsi negara hukum
Anglo Saxon yang terkenal dengan rule of law. Dari penjelasan dua konsep
tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep negara hukum Indonesia tidak dapat
begitu saja dikatakan mengadopsi konsep rechtsstaat maupun konsep the rule of
law, karena latar belakang yang menopang kedua konsep tersebut berbeda dengan
latar belakang negara Republik Indonesia, walaupun kita sadar bahwa kehadiran
konsep the rule of law. Selain istilah rechtstaat, sejak tahun 1966 dikenal pula
istilah The rule of law yang diartikan sama dengan negara hukum. Dari berbagai
macam pendapat, nampak bahwa di Indonesia baik the rule of law maupun
sesuatu yang wajar, sebab sejak tahun 1945 The rule of law merupakan suatu
Dengan demikian, sulitlah untuk saat ini, dalam perkembangan konsep the
rule of law dan dalam perkembangan konsep rechtsstaat untuk mencoba menarik
perbedaan yang hakiki antara kedua konsep tersebut, lebih-lebih lagi dengan
mengingat bahwa dalam rangka perlindungan terhadap hak-hak dasar yang selalu
dikaitkan dengan konsep the rule of law, Inggris bersama rekan-rekannya dari
dikatakan bahwa konsep negara hukum Indonesia yang terdapat dalam UUD 1945
merupakan campuran antara konsep negara hukum tradisi Eropa Continental yang
terkenal dengan rechtsstaat dengan tradisi hukum Anglo Saxon yang terkenal
dengan the rule of law. Hal ini sesuai dengan fungsi negara dalam menciptakan
demokratis dan tentu saja tidak mungkin bagi negara untuk menciptakan hukum
yang bertentangan dengan kesadaran hukum rakyatnya. Oleh karena itu kesadaran
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 naskah asli, tidak secara eksplisit
terdapat pernyataan bahwa Indonesia adalah negara hukum, lain halnya dalam
KRIS dinyatakan secara tegas dalam kalimat terakhir dari bagian Mukadimah dan
juga dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa Indonesia adalah negara hukum 1, meskipun
indonesia adalah negara hukum, Indonesia tidak terlepas dari yang namanya
tindak pidana salah satunya ialah tindak pidana pencucian uang yang diatur dalam
PPTPPU. Tidak memberikan definisi yang jelas mengenai apa dimaksud dengan
istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris yaitu “money” yang dapat
diartikan sebagai uang dan “laundering” yang juga dapat diartikan sebagai
laundering merupakan pencucian uang harta yang diperoleh dari hasil kejahatan
1
https://meilabalwell.wordpress.com/negara-hukum-konsep-dasar-dan-implementasinya-
di-indonesia/ diakses pada tanggal 22 Maret 2017 jam 09 : 00 WITA.
2
R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika, 2014, Jakarta, hal. 21.
6
Pidana Pencucian Uang selanjutnya cukup disebut TPPU telah banyak diutarakan
oleh para ahli hukum, salah satunya adalah Sutan Remy Sjahdeini mendefinisikan
TPPU atau money Laundering sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
sehingga uang tersebut kemudian dapat tampak seperti uang yang halal ketika
kriminalitas yang berhadapan dengan individu, bangsa dan negara maka pada
melainkan sampai pada tingkat internasional.4 Akibat TPPU juga secara langsung
maupun tidak langsung berdampak pada sistem perekonomian suatu negara.5 Oleh
karena itu negara-negara yang tergabung dalam G-7 yang terdiri dari Kanada,
Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat pada tahun 1989
membentuk suatu lembaga yang khusus memerangi TPPU atau money loundring
yaitu Financial Action Task Force on Money Laundering selanjutnya cukp disebut
FATF. Tugas pokok dari FATF ini adalah untuk menetapkan kebijakan,
mendorong perang dan perlawanan terhadap praktik TPPU. Dapat dilihat bahwa
3
Edi Setiadi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal.
153.
4
Erman Raja gukguk, Rezim Anti Pencucian Uang Dan Undang-Undang Tindak
Pidana Pencucian Uang. hal. 3.
5
Bismar Nasution, Rezim Anti Money Laundering di Indonesia, Bandung, Books Terrace &
Library, 2008, hal. 1.
7
fokus pada pencegahan dan pemberantasan TPPU pada sektor Penyedia Jasa
Keuangan selanjutnya cukup disebut PJK. Hal ini dapat dilihat bahwa kategori
profesi khususnya notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya cukup
adalah Notaris dan PPAT. Di negara-negara tersebut notaris dan PPAT wajib
mencurigakan maka secara tidak langsung notaris dan PPAT berperan secara
langsung mewujudkan negara yang bersih, damai dan sejahtera. Selain itu secara
TKM yang dilakukan oleh notaris dan PPAT membawa dampak positif bagi
notaris dan PPAT itu sendiri. Dampak positif pertama adalah laporan TKM yang
dilakukan oleh notaris dan PPAT dapat mengembalikan citra notaris dan PPAT
yang selama ini dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Selain itu dampak
positif yang secara nyata dirasakan oleh notaris dan PPAT yang dikategorikan
sebagai pihak pelapor adalah adanya suatu perlindungan hukum dari negara
dalam menjalankan tugasnya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun
6
Adrian Sutedi,Tindak Pidana Pencucian Uang, Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
2008, hal. 264.
8
jabatan Notaris, pada Pasal 1 yang berbunyi Notaris adalah pejabat umum yang
sebelumnya bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta
otentik. Maka, akta otentik yang dibuat oleh notaris adalah akta sah yang
dapat dipercaya serta berkekuatan hukum tetap dimana apabila akta yang dibuat
ada bermasalah, maka hukum nasional akan berlaku terhadap permasalahan yang
ditimbulkan oleh akta ini.8 Seiring dengan perjalanan profesi notaris ini, tentu
perlu diketahui sebenarnya apa itu notaris, darimana sejarahnya notaris, dan apa
saja pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh notaris itu sendiri. Kita tidak mau
hanya mempunyai pengertian yang singkat tentang notaris seperti yang selama ini
banyak dianut oleh masyarakat umum bahwa notaris itu sama halnya seperti
dokter, dimana kantor notaris mempunyai tulisan dengan warna latar papan putih
dan kantor yang cenderung kaku, dan setiap orang yang datang ke kantor notaris
pasti tidak mengetahui mau berurusan apa dengan notaris. Selain itu, perlu
diketahui bahwa apa yang membuat notaris selama ini kurang dikenal secara luas
7
Pasal 29 UU PPTPPU “Kecuali terdapat unsur penyalahgunaan wewenang, Pihak Pelapor,
pejabat, dan pegawainya tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, atas
pelaksanaan kewajiban pelaporan menurut Undang-Undang ini”.
8
Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. V, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 39
9
oleh masyarakat sebagai sebuah profesi yang sebenarnya dapat dijadikan tempat
Untuk hal tersebut maka perlu diberi uraian secara lengkap tentang notaris
yang ditinjau dari Undang-Undang nomor 2 Tahun 2014 perubahan atas Undang-
Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris di dalam Bab III.
Salah satu profesi notaris adalah membuat akta perjanjian. Akta perjanjian itu
sendiri adalah akta yang dibuat oleh kedua belah pihak dimana kedua belah pihak
awal penulisan ini dimana kedua belah pihak telah sepakat untuk membuatnya
Maksud dari bermacam jenis adalah bahwa akta perjanjian itu mempunyai
pakai, perjanjian kredit, dan banyak lagi perjanjian-perjanjian lain yang ada.
seperti contoh perjanjian jual beli didalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang
pihak dalam membuat hal jual beli terhadap suatu benda atau objek yang bisa
diperjual belikan dengan persyaratan yang telah mereka buat dan mereka setuju
menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain membayar dengan harga yang telah
disepakati tadi.
9
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38177/4/Chapter%20I.pdf diakses pada
tanggal 12 Maret 2017 jam 11 : 22 WITA.
10
Sama halnya seperti yang telah tertulis di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang menjelaskan bahwa segala hal yang diperjanjikan
itu tidak boleh melanggar ketentuan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku
termasuk juga apabila perjanjian tersebut tidak boleh melanggar kesusilaan dan
materi penelitian ini sudah menunjukkan suatu bentuk prestasi yang penting untuk
dicermati yaitu prestasi untuk memberikan sesuatu yakni suatu prestasi yang
terlahir dari perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu barang dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
sebagai perjanjian jual beli. Salah satu cara memperoleh tanah adalah melalui jual
beli. Jual beli hak atas tanah seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) harus dilakukan dihadapan yang berwenang, dalam hal ini adalah PPAT.
Dalam jual beli ada dua subyek yaitu penjual dan pembeli, yang masing-
beberapa hal merupakan pihak yang melakukan kewajiban dan dalam hal-hal lain
merupakan pihak yang menerima hak. Ini berhubungan dengan sifat timbal balik
jual beli tanah, yang dijual adalah hak atas tanahnya. Memang benar, dengan
10
Sudarsono, op.cit., hal. 232
11
Pasal 1457 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
12
Idris Zainal, Ketentuan Jual Beli Memuat Hukum Perdata, Fakultas Hukum USU
Medan, 2004, hal. 36.
11
tujuan membeli hak atas tanah ialah supaya pembeli dapat secara sah menguasai
Khusus untuk tanah-tanah yang bersertifikat, jual beli atau pengalihan hak
ini dilakukan dihadapan PPAT, tetapi ada kalanya pelaksanaan jual beli ini
dilakukan dihadapan Notaris. Perikatan jual beli ini terjadi karena syarat-syarat
Penghasilan selanjutnya cukup disebut PPh, pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
ada bukti pembayaran BPHTB, karena untuk pembayaran BPHTB ini harus
dengan Perda BPHTB Nomor 7 Tahun 2010 Tanggal 29 Desember 2010 yang
penjual dan pembeli secara bersama-sama mengikatkan diri dalam suatu akta
pengikatan jual beli yang dibuat dihadapan notaris, karena syarat-syarat bagi
terpenuhinya suatu jual beli tanah menurut ketentuan hukum tanah atau Undang-
Undang Pokok Agraria belum sepenuhnya dapat dipenuhi, baik oleh penjual
maupun pembeli. Sedangkan untuk tanah yang belum bersertifikat yaitu tanah
yang alas haknya berupa Surat Keterangan Camat, para pihak biasanya tidak
Cara pembayaran yang dilakukan lunas sekaligus, akta pengikatan jual beli
ini kemungkinan untuk bermasalah sangat kecil dan bisa langsung ditindaklanjuti
13
Efendi Perangin-angin, Praktek Jual Beli Tanah, Manajemen PT. Raja Grafindo
Persada, 1994, hal. 8.
12
dalam Akta Jual Beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk
seterusnya dilakukan balik nama hak atas tanah pada kantor pertanahan setempat
dan pembeli dapat secara sah memilikinya, karena peralihan haknya sudah
antara lain, ketidak sanggupan salah satu pihak (pembeli) untuk memenuhi
pelunasan pembayaran, atau pihak penjual tidak bersedia menyerahkan hak atas
tanahnya pada saat pelunasan pembayaran atau pada saat jangka waktu
pembayaran terakhir hampir tiba dengan alasan harga sudah tidak sesuai lagi.
pembayaran dalam hal ini harus dipahami secara luas, tidak boleh diartikan
dalam ruang lingkup yang sempit seperti yang selalu diartikan orang hanya
tidaklah selamanya benar. Karena ditinjau dari segi yuridis, pembayaran prestasi
nyata, namun dalam praktek terhadap hal-hal tertentu dalam pembayaran bertemu
tindakan nyata dengan tindakan hukum. Pada keadaan tertentu kerjasama dan
apabila secara nyata uang diserahkan kepada penjual, tanpa tindakan hukum
14
M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1996, hal. 108.
13
menurut Pasal 1474 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdiri dari dua :
pembeli.
pembebanan.
barang yang dijual kedalam kekuasaan dan pemilikan pembeli. Kalau pada
benda-benda tidak bergerak. Dalam transaksi jual beli ada beberapa kejahatan
yang di lakukan para pihak salah satu kejahatan white collar crime yang mendapat
perhatian khusus dari dunia internasional termasuk Indonesia adalah TPPU atau
yang lebih dikenal dengan istilah money laundering. Mengenai apa yang
dimaksud dengan pencucian uang atau money laundering sampai sekarang masih
Jual beli tanah merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat. Apabila antara penjual dan pembeli sudah bersepakat untuk
melakukan jual beli tanah terhadap tanah yang sudah bersertifikat maka beberapa
15
R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, Sinar Grafika, 2014, Jakarta, hal. 21.
14
1. Akta Jual Beli selanjutnya cukup disebut AJB Si penjual dan si pembeli harus
datang ke Kantor PPAT untuk membuat akta jual beli tanah. PPAT adalah
Pejabat umum yang diangkat oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional yang
yang berwenang membuat Akta Jual -beli tidak lain adalah beliau PPAT
Sementara (Camat Setempat) dan Notaris Yang sudah lulus seleksi UJIAN
2. Persyaratan AJB yang diperlukan untuk membuat Akta Jual Beli Tanah di
4. Jika Suami/isteri penjual meninggal maka yang harus dibawa adalah Akte
Kematian.
5. Bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Terahir dan lima tahun
kebelakang
7. Kartu Keluarga.
2. Kartu Keluarga.
1. Sebelum membuat akta Jual Beli Pejabat pembuat Akta Tanah melakukan
3. Penjual harus membayar Pajak Jual beli yaitu dari nilai transaksi –
tersebut ia tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan
5. Surat pernyataan dari penjual bahwa tanah yang dimiliki tidak dalam
sengketa.
6. PPAT menolak pembuatan Akta jual Beli apabila tanah yang akan dijual
1. Pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau orang
biasanya dari perangkat desa jika melalui PPAT Sementara (camat) dan
3. Pejabat pembuat Akta Tanah membacakan akta dan menjelaskan mengenai isi
dan maksud pembuatan akta, Termasuk juga sudah lunas atau belum untuk
transaksinya.
16
4. Bila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli maka akta
Akte Tanah.
5. Akta dibuat 2 lembar asli, satu lembar disimpan di Kantor PPAT dan satu
4. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk selanjutnya cukup disebut KTP pembeli
5. Bukti pelunasan pembayaraan Pajak Bumi dan Bangunan tahun Terahir, dan
Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
17
Pembeli.
2. Nama pemegang hak lama (penjual) di dalam buku tanah dan sertifikat
dicoret dengan tinta hitam dan diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau
3. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom
yang ada pada buku tanah dan sertifikat dengan dibubuhi tanggal pencatatan
ditunjuk.16
2. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
kecurigaan adanya tindak pidana pencucian uang pada transaksi jual beli
tanah ?
16
https://dadangbussiness.wordpress.com/tata-cara-jual-beli-tanah/ diakses pada tanggal 22
Maret 2017 Jam 12 : 55 WITA
18
Uraian yang tertalalu luas akan menjadi mubazir dan kemungkianan akan
tertentu. Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas maka
penulis akan membatasi tulisan terhadap penulisan skripsi ini. Sebagaimana judul
di atas maka ruang lingkup masalahnya di batasi hanya pada bagaimanakah peran
notaris dalam hal mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang pada
transaksi jual beli tanah, dan bagaiamanakah akibat hukum terhadap Notaris
apabila tidak melaporkan kerucigaan adanya tindak pidana pencucian uang pada
1. Kerangka Teoristis
Sebuah tulisan ilmiah kerangka teori adalah hal yang sangat penting,
karena dalam kerangka teori tersebut akan dimuat teori-teori yang relevan dalam
menjelaskan masalah yang sedang diteliti. Kemudian kerangka teori ini digunakan
sebagai landasan teori atau dasar pemikiran dalam penelitian yang dilakukan.
Karena itu adalah sangat penting bagi seorang peneliti untuk menyusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pemikiran yang akan menggambarkan dari sudut
17
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
19
Pekerjaan notaris dapat dilacak balik ke abad ke 2-3 pada masa roma kuno,
di mana mereka dikenal sebagai scribae, tabellius atau notarius. Pada masa itu,
mereka adalah golongan orang yang mencatat pidato. Istilah notaris diambil dari
orang penulis cepat atau stenografer. Notaris adalah salah satu cabang dari profesi
ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka notaris tidak lagi
dapat dianggap netral. Dengan posisi netral tersebut, notaris diharapkan untuk
memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan
notaris atas permintaan kliennya. Dalan hal melakukan tindakan hukum untuk
kliennya, notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah
Peranan adalah berasal dari bahasa peran yang dalam kamus Bahasa
Indonesia berarti pemain19. Peran adalah orang yang mejadi atau melakukan
sesuatu yang khas, atau perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh
yang bersifat kolektif di masyarakat seperti organisasi dan lain-lain, maka peranan
berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang memiliki
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Notaris diakses pada tanggal 17 Maret 2017 jam 14 : 30
WITA.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia
20
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-peranan-definisi-menurut.html diakses
pada tanggal 22 Maret 2017 jam 17 : 00 WITA.
20
tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memangku status atau kedudukan
tertentu21.
tentang Jabatan Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat
diawali tumbuh di Italia dimulai pada abad ke XI atau XII yang dikenal dengan
tempat ini teletak di Italia Utara, dari perkembangan notariat di italia ini kemudian
dari Negara, dari perancis pada frase ke dua perkembangannya pada perumulaan
abad ke XIX lembaga notariat ini meluas ke negara lain di dunia termasuk pada
dari nama pengabdinya yang pertama yakni Notarius yang menandakan satu
tertentu akan tetapi yang dinamakan notarius yang dulu tidak sama dengan notaris
sekarang arti nama notarius secara lambat laun berubah dari artinya semula. pada
abad ke II dan abad ke III SM, bahkan jauh sebelumnya ada juga yang dinamakan
“Notarii” tidak lain adalah sebgai orang-orang yang memiliki keahlian untuk
21
Taneko, soleman B, 1986, konsepsi system sosial dan system sosial Indonesia, Fajar
Agung Jakarta, hal. 23
22
Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
21
mereka yang sekarang disebut stenografen para notarii ini memiliki kedudukan
yang tinggi dimana pekerjaan mereka menuliskan segala sesuatu yang dibicarakan
sekarang.
Para notarii pada permulaan abad ke III sesudah masehi telah dikenal yang
tabeliones ini mereka mempunyai beberapa persamaan dengan para pengabdi dari
masyarakat umum untuk membuat akta-akta dan lain-lain surat, walaupun jabatan
atau kedudukan mereka itu tidak mempunyai sifat kepegawaian dan juga tidak
ditunjuk atau diangkat oleh kekuasaan umum untuk melakukan sesuatu formalitas
didalam pambuatan akta-akta dan surat-surat, para tabularii ini adalah pegawai
kota-kota dan juga ditugaskan untuk melakukan pengawasan atas arsip dari
23
www.id.wikipedia.org/wiki/notaris diakses pada tanggal 22 Maret 2017 jam 16 : 00
WITA
22
perangkat tingkah laku yang harus dimiliki oleh seorang Notaris di masyarakat.
Dalam hal ini mengenai hak dan kewajiban profesi Notaris dalam peranannya di
Notaris dan peraturan Kode Etik yang sudah ditetapkan dan digariskan oleh Ikatan
dapat memperoleh nasihat yang boleh diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis
mempunyai ciri khas yaitu bahwa kejahatan ini bukan merupakan kejahatan
tunggal tetapi kejahatan ganda. Hal ini ditandai dengan bentuk pencucian uang
offense atau core crime atau ada negara yang merumuskannya sebagai unlawful
actifity yaitu kejahatan asal yang menghasilkan uang yang kemudian dilakukan
proses pencucian.
rahasia bank dan kode etik yang lebih luas, perluasan pihak pelapor serta
pidana asal tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu, penyidikan tindak pidana
tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, kewenangan penyidik,
penuntut umum dan hakim untuk meminta keterangan tertulis mengenai harta
bukti.
5. Advokat;
6. Notaris;
8. Akuntan;
Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, Akuntan, Akuntan Publik dan Perencana
PPATK untuk kepentingan atau untuk dan atas nama Pengguna Jasa, mengenai:
lainnya;
25
bagi advokat yang bertindak untuk kepentingan atau untuk dan atas nama
sengketa.24
“uang haram” atau “uang kotor” (dirty money ). Uang dapat menjadi kotor dengan
dua cara, pertama, melalui pengelakan pajak ( tax evasion) , yang dimaksud
dengan “pengelakan pajak” ialah memperoleh uang secara legal, tetapi jumlah
Teknik- teknik yang biasa dilakukan untuk hal itu, antara lain penjualan obat-
obatan terlarang atau perdagangan narkoba secara gelap (drag sales atau drag
24
http://jdih.ppatk.go.id/peraturan-pemerintah-nomor-43-tahun-2015-tentang-pihak-
pelapor-dalam-pencegahan-dan-pemberantasan-tindak-pidana-pencucian-uang/ diakses pada
tanggal 22 Maret 2017 Jam 14 : 00 WITA.
26
dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram yaitu uang yang
asal-usul uang tersebut dari pemerintah atau otoritas yang berwenang melakukan
kemudian dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.”
menyembunyikan asal- usul uang sehingga dapat digunakan sebagai uang yang
diperoleh secara legal. Tindak pidana pencucian uang merupakan suatu kejahatan
kerah putih (white collar crime) di bidang perbankan, bahwa kejahatan ini
dilakukan oleh orang - orang yang memiliki pendidikan dan tingkat sosial serta
hasil tindak pidana ( proceed of crime) dengan tindak pidana asal (predicate
2. Hipotesis
25
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-tindak-pidana-pencucian-uang.html diakses
pada tanggal 22 Maret 2017 jam 14 : 30 WITA.
27
pencucian uang pada transaksi jual beli adalah sebagai pelapor atas adanya
pencucian uang pada transaksi jual beli tanah yaitu Notaris yang dalam
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah usaha untuk menyatakan suatu pikiran atau
pendapat secara tertulis dan sistematis dimana nantinya dapat di pakai sebagai
notaris dalam tranksaksi jual beli, serta bagaiaman peran notaris dalam
memberantas tindak pidana pencucian uang yang di lakukan dalan transaksi jual
beli sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 perubahan atas Undang-
2. Tujuan Khusus
berikut :
terjadinya tindak pidana pencucian uang pada transaksi jual beli tanah dan,
D. Metodelogi Penulisan
1. Jenis Pendekatan
hukum yang dilakukan terkait dengan penelitian yang berkaitan dengan norma
2. Jenis Penelitian
penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis
dari berbagai aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi,
lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal,
Karena tidak mengkaji aspek terapan atau implementasi, maka penelitian hukum
normatif sering juga disebut “penelitian hukum dogmatis” atau “penelitian hukum
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986). hal. 3.
27
Johny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing Malang, Jawa Timur, hal. 57.
28
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 101.
30
ahli hukum.30
hukum primer dan sekunder yang terdiri dari sumber bahan hukum primer dan
sumber bahan hukum sekunder. Yang termasuk sumber bahan hukum primer
29
Rony Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal. 21.
30
Ardana I Nyoman, 2013, Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam Pembebanan
Hak Tanggungan, Universitas Mahendradatta, Denpasar, Tesis, hal. 23.
31
sekunder berupa buku-buku sebagai refrensi dan bahan hukum tersier, yaitu bahan
yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan yang di peroleh melalui jalan wawancara dengan salah satu Notaris Kota
Denpasar.
dalam setiap penelitian hukum. Metode pengumpulan bahan ini sangat bermanfaat
relevan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Sedangkan studi
dokumen berupa data yang diperoleh melalui bahan-bahan hukum yang berupa
31
Jonathan Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hal. 225.
32
perpustakaan.32
Wawancara dalam penelitian ini adalah proses tanya jawab secara lisan
dengan dua orang atau lebih dan bertatap muka mendengarkan informasi-
dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dimana peneliti
pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas. Apabila peneliti memandang semua
informasi yang di berikan oleh narasumber sudah jelas maka peneliti akan beralih
menghubungkan atara data satu dengan data lainnya yang dilakukan melalui
interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, analisis ini
setelah memahami seluruh kualitas data yang telah dikumpulkan oleh peneliti.
32
Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, hal. 104.
BAB II
PENCUCIAN UANG
A. Pengertian Notaris
Sejarah Notaris, Notaris berasal dari bahasa Romawi yaitu Notarius yang
memiliki arti sebagai juru tulis menulis. Nama Notarius berasal dari kata Nota
Literaria yang artinya tanda tulisan (letter mark) atau karakter yang menyatakan
sesuatu.33 Istilah ini lambat laun mempunyai arti berbeda dengan semula,
diperkirakan pada abad kedua sesudah Masehi yang disebut dengan nama itu ialah
dengan sebutan Latijnse Notariaat. Karakteristik ataupun ciri-ciri dari lembaga ini
33
R. Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat Di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja
Grafindo Perasada, Jakarta, hal. 12.
34
Ibid., hal. 13.
35
G.H.S Lumban Tobing, 1999, Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement), Erlangga,
Jakarta, hal. 3.
33
34
Agustus 1620, dibawah Pemerintah Belanda seseorang yang pertama kali diangkat
oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen tersebut kemudian jumlah notaris
dalam Kota Jakarta ditambah, dan berhubung kebutuhan akan jasa notaris itu
sangat dibutuhkan yaitu tidak hanya dalam Kota Jakarta saja melainkan juga di
Indonesia.37
memberikan ketentuan tentang definisi notaris serta apa yang menjadi tugas
pokok notaris, yang menentukan sebagai berikut notaris adalah pejabat umum
memberikan grosse (salinan sah), salinan dan kutipan, semuanya itu sepanjang
pembuatan akta-akta itu tidak juga diwajibkan kepada pejabat atau khusus
menjadi kewajibannya.
LNRI Tahun 2004 Nomor 117 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
36
Tan Thong Kie, 2000, Studi Notariat & Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I, Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta, hal. 15.
37
Ibid.,hal. 16
35
tentang Jabatan Notaris selanjutnya disebut dengan UUJN-P, Pasal 1 ayat (1)
yang menentukan sebagai berikut notaris adalah pejabat umum yang berwenang
adalah pejabat lelang, pegawai pencatatan sipil burgerlijke stand, juru sita
pada hakikatnya adalah seorang pejabat tempat bagi seseorang untuk memperoleh
nasehat yang bisa diandalkan. Dan segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkan
dianggap benar, sehingga menjadi pembuat dokumen yang kuat dalam suatu
peristiwa hukum.
(1) UUJN-P notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah serta
Tahun 1974 Nomor 55, dan TLNRI Nomor 3041 Pasal 1 huruf a yang
38
R. Soegondo Notodisoerjono, 1993, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 8
39
R. Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, hal.
77.
36
yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan
di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka notaris tidak lagi dapat
memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan
notaris atas permintaan kliennya. Dalam hal melakukan tindakan hukum untuk
kliennya, notaris tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah untuk
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
40
http://erepo.unud.ac.id/10273/3/0958e04618630c809f65ab5bf5891cc9.pdf diakses pada
tanggal 13 Maret 2017 jam 15 : 00 WITA.
37
g. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak
sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk
dirangkap dengan jabatan notaris.
h. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih.
Sebelum menjalankan jabatannya notaris wajib mengucapkan sumpah
atau janji menurut agamanya dihadapan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
atau pejabat yang ditunjuk. Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud berbunyi
sebagai berikut : “Saya bersumpah/atau berjanji Bahwa saya akan patuh dan setia
saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri dan tidak berpihak. Bahwa saya
akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya
sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat dan tanggung jawab saya
sebagai Notaris. Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang
diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya. Bahwa saya untuk dapat diangkat
dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan nama atau
dalih apapun tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu
kepada siapapun.”
notaris. Dalam hal tidak dilakukan sesuai waktu tersebut diatas maka keputusan
pengangkatan dapat dibatalkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
which is admitted by the court and is an officer of the court in both his office as
yaitu notaris adalah pengacara yang berkualifikasi yang diakui oleh pengadilan
dan petugas pengadilan baik di kantor sebagai notaris dan pengacara dan sebagai
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
Pasal 1 angka 1 UUJN-P menegaskan bahwa “Notaris adalah pejabat umum yang
Undang lainnya.”
umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum
atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta
grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu tidak
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Notaris wajib
untuk merahasiakan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak boleh
41
Matome M. Ratiba, 2013, Convecaying Law for Paralegals and Law Students,
bookboon.com, hal. 28.
39
berkepentingan.42
yang mengatur jabatan notaris di Indonesia sehingga segala hal yang berkaitan
dengan jabatan notaris di Indonesia harus mengacu kepada UUJN. Jabatan notaris
sebagai pejabat umum merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja
dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan, fungsi, dan kewenangan tertentu serta
dengan unsur pemerintah yang diemban oleh seseorang yang merupakan pegawai
pemerintah. Tugas dan wewenang terkait jabatannya sebagai pejabat umum ini
hanya jabatan notaris saja. Terdapat jabatan lain yang merupakan pejabat umum,
salah satu contohnya adalah PPAT yaitu pejabat umum yang diberi kewenangan
hak katas tanah atau hak milik Atas Satuan Rumah Susun.
42
G.H.S. Lumban Tobing, Op.Cit, hal. 31.
43
Habib Adjie, 2008, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik, Refika Aditama, Bandung, hal. 32-34. (selanjutnya ditulis Habib Adjie I)
44
Ibid, hal. 17.
40
umum memiliki ciri utama, yaitu pada kedudukannya yang tidak memihak dan
mandiri (independent), bahkan dengan tegas dikatakan “bukan sebagai salah satu
selaku pejabat umum hanyalah mengkonstatir atau merekam secara tertulis dan
ada di dalamnya, yang melakukan perbuatan hukum itu adalah pihak-pihak yang
berkepentingan serta yang terikat dalam dan oleh isi perjanjian. Oleh karena itu,
akta notaris atau akta autentik tidak menjamin bahwa pihak-pihak “berkata benar”
tetapi yang dijamin oleh akta autentik adalah pihak-pihak “berkata benar” seperti
KUHPer yang menyatakan bahwa, “Suatu akta autentik ialah suatu akta yang
pejabat umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya”.
Berdasarkan ketentuan ini jelas mempertegas bahwa suatu akta autentik harus
dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum, dan produk hukum notaris berupa akta
autentik adalah merupakan produk pejabat umum. Akta autentik tidak dapat
hadapan notaris dan meminta menuangkannya dalam akta autentik baik untuk
45
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam
Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung, hal. 65.
41
dibuat oleh notaris atau oleh penghadap adalah agar perbuatan hukum yang
kesepakatan yang telah dituangkan ke dalam akta autentik sebagai alat bukti yang
kuat dan sempurna. Pasal 1870 KUHPer mengatur bahwa akta otentik
memberikan kepastian di antara para pihak dan ahli warisnya atau orang-orang
yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang
pembuktian pada alat bukti yang menyebabkan nilai pembuktian pada alat bukti
yang menyebabkan nilai pembuktian pada alat bukti tersebut cukup pada dirinya
sendiri. Cukup dalam arti bahwa alat bukti tertentu tidak membutuhkan alat bukti
lain untuk membuktikan suatu peristiwa, hubungan hukum, maupun hak dan
tanah dalam sertipikat tersebut, tanpa membutuhkan keterangan saksi atau alat
bukti lainnya.46 Suatu akta merupakan suatu tulisan yang memang dengan sengaja
dibuat untuk dapat dijadikan bukti bila ada suatu peristiwa dan ditanda tangani.47
menjadi 2 (dua) jenis akta, yaitu Relaas Acte dan Partij Acte. Kedua akta ini
46
M.Natsir Asnawi, 2013, Hukum Pembuktian Perkara Perdata di Indonesia, kajian
kontekstual mengenai system asas, prinsip, pembebanan dan standar pembuktian, UII Press,
Jogyakarta, hal. 43.
47
R. Subekti, 2001, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 48.
48
Habib Adjie I, Op.Cit., hal. 45.
42
pihak yang dinyatakan dan disampaikan serta diterangkan sendiri oleh para
autentik harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang dan dibuat
oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Akta autentik yang merupakan produk
sendiri untuk membuktikan keabsahannya sebagai akta autentik. Jika dilihat dari
luar, sebagai akta autentik serta sesuai dengan aturan hukum yang sudah
ditentukan mengenai akta autentik, sampai terbukti sebaliknya, artinya sampai ada
yang membuktikan bahwa akta tersebut bukan akta autentik secara lahiriah.
Dalam hal ini beban pembuktian ada pada pihak yang menyangkal atau
notaris sebagai akta autentik, yaitu tanda tangan dari notaris yang bersangkutan
baik pada minuta dan salinan, dan adanya awal akta yang dimulai dari judul
sampai dengan akhir akta. Jika ada yang menilai bahwa suatu akta notaris tidak
43
tercantum dalam akta tersebut yang dibuat berdasarkan keterangan dan kehendak
para pihak yang dinyatakan dihadapan pejabat yang berwenang yaitu notaris. Akta
notaris harus dapat menerangkan fakta dan memberi kepastian bahwa memang
benar para pihak telah menghadap dan menuangkan keinginan penghadap sesuai
tentang kepastian tentang hari, tanggal, bulan, tahun, pukul (waktu) menghadap,
dan para pihak/penghadap, saksi dan notaris, serta membuktikan apa yang dilihat,
disaksikan, didengar oleh notaris (pada akta pejabat), dan mencatatkan keterangan
atau pernyataan para pihak/penghadap (pada akta pihak). Jika aspek formal yang
dipermasalahkan oleh para pihak, maka yang harus dibuktikan dari formalitas
suatu akta yaitu harus dapat membuktikan ketidakbenaran hari, tanggal, bulan,
atau keterangan para pihak yang diberikan /disampaikan di hadapan notaris, dan
49
Aditia Warman, 2014, Kedudukan Akte Otentik Sebagai Salah Satu Alat Bukti Ditinjau
Dari Sisi Pidana, Refleksi 106 Tahun Ikatan Notaris Indonesia, Badung, hal. 9.
50
Ibid. hal. 10.
44
memberikan kepastian terhadap isi atau materi aktadan sebagai alat bukti yang sah
secara hukum untuk membuktikan keterlibatan para pihak yang membuat akta
atau mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada
membantah kebenaran suatu akta autentik maka pihak yang membantah tersebut
harus membuktikan kepalsuan dari akta itu. Oleh karena itu, pembuktian akta
yang membuat suatu akta autentik sebagai alat bukti yang sempurna, seorang
notaris harus selalu mengacu pada ketentuan dalam UUJN, UUJN-P dan kode etik
profesi notaris. Dapat dilihat bahwa dalam melaksanakan tugas dan jabatan
a. Subjek
Hal ini berkaitan dengan subjek hukum yang berkepentingan terkait akta
yang akan dibuat yaitu orang (baik warga negara Indonesia atau warga negara
asing) atau badan hukum (badan hukum dalam negeri atau badan hukum asing).
Notaris berwenang membuat akta untuk setiap orang namun dengan pembatasan
diperkenankan membuat akta untuk diri, sendiri, isteri/suami atau orang lain yang
51
Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak, Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta, hal. 15.
45
maupun hubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah dan/atau ke atas
tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke samping sampai dengan derajat
ketiga, serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan
b. Objek
Hal ini berkaitan dengan objek dari pembuatan akta yang menurut
kepada pihak atau pejabat lain, atau notaris juga berwenang membuatnya
disamping dapat dibuat oleh pihak atau pejabat lain, sebagaimana yang diatur
c. Waktu
Hal ini berkaitan dengan waktu pembuatan akta. Pembuatan akta yang
merupakan produk hukum notaris, harus dilakukan pada saat menjabat sebagai
notaris aktif, yang berarti tidak dalam keadaan cuti atau diberhentikan sementara
waktu.
d. Tempat
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) menentukan
bahwa tempat kedudukan notaris adalah kabupaten atau kota dan wilayah jabatan
yaitu:52
berhalangan.
52
Habib Adjie I, Op.Cit.,hal. 77.
47
notaris adalah membuat akta secara umum. Namun dengan pembatasan, yaitu :
hukum tertentu. Hal ini berdasarkan pada Pasal 15 ayat (2) UUJN-P seperti yang
53
Op.Cit.,hal. 78.
48
lain (selain ayat (1) dan (2)) yang akan ditentukan kemudian berdasarkan
Pasal 16 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UUJN-P yang menegaskan bahwa :
(2). Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta inoriginali.
Uraian dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a di atas ada disebutkan bahwa
seorang notaris wajib bertindak jujur, seksama dan tidak memihak. Kejujuran
merupakan hal yang penting karena jika seorang notaris bertindak dengan
ketidakjujuran maka akan banyak kejadian yang merugikan klien bahkan akan
bertindak merupakan salah satu hal yang juga harus selalu dilakukan seorang
notaris.54
profesi terhormat, terdapat nilai-nilai profesi yang harus ditaati oleh mereka, yaitu
a. Kejujuran
b. Otentik
c. Bertanggung jawab
d. Kemandirian moral
e. Keberanian moral.
Etika menyentuh unsur paling hakiki dari diri manusia yakni nurani
(soul). Seperti rambu lalu lintas, etika memberi arah kepada seriap manusia untuk
54
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris, Raih Asa, Sukses, Jakarta,
hal. 41.
55
Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,
Advokat,Notaris, Kurator, dan Pengurus), Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 4.
50
mencapai tujuan yang diinginkannya. Tanpa adanya etika, manusia tidak akan
Moral adalah akhlak, budi pekerti yang berkaitan dengan baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Hati nurani
apakah sesuatu yang dilakukannya adalah perbuatan baik ataukah tidak baik, etis
ataukah tidak etis. Sedangkan integritas adalah kesadaran atas fungsi yang
adalah hasil akhir dari pergulatan moral dan hati nurani yang terjadi di dalam diri
negara dan berpaku pada hukum yuridis formal yakni UUJN dan kode etik
notaris. Hubungan antara kode etik dengan UUJN terdapat dalam Pasal 4
sikap, tingkah lakunya dan akan menjalankan kewajibannya sesuai dengan kode
Kode etik notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh
tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua
anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai
56
Evie Murniaty, 2010, Tanggung Jawab Notaris Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Kode
Etik, Program Studi Magister Kenotariatan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, hal.
47.
57
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu,
Sekarang, Dan Di Masa Datang, Gramedia Pustaka, Jakarta, hal. 193.
51
seperti ingin cepat memperoleh uang atau untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,
hal tersebut akan berpengaruh terhadap setiap akta yang dibuatnya dan juga
tindakan yang menjaga dan memelihara citra serta wibawa lembaga notariat dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat notaris, tidak melakukan yang sebaliknya
sehingga dapat menurunkan citra, wibawa maupun harkat dan martabat notaris.
profesi yang dilakukannya, dalam hal ini kode etik profesi.59 Dalam memberikan
pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada
masyarakat.
cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nuraninya, bukan karena
58
Didi Santoso, 2009, Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Yang Memuat
Dua Perbuatan Hukum (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1440.K/PDT/1996), Program
Studi Magister Kenotariatan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 37.
59
Ignatius Ridwan Widyadharma, 1994, Hukum Profesi tentang Profesi Hukum, Ananta,
Semarang, hal. 133-134.
52
yang berdampak positif bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan tidak semata-
manusia. Bertanggung jawab juga berani menanggung segala resiko yang timbul
dampak yang membahayakan atau mungkin merugikan diri sendiri, orang lain dan
harus selalu mengacu pada ketentuan dalam peraturan perundangan yaitu UUJN
jo UUJN-P dan Kode Etik Profesi Notaris. Hal ini karena selain jabatan sebagai
pejabat umum, notaris adalah merupakan salah satu profesi hukum sehingga
sangat perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi. Notaris
diharapkan memiliki integritas moral yang mantap, bersikap jujur terhadap klien
maupun diri sendiri, sadar akan batas-batas kewenangannya dan tidak bertindak
1930 di Amerika Serikat. Pada saat itu kejahatan ini dilakukan oleh organisasi
60
Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.
60.
61
Liliana Tedjosaputro, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang,
hal. 93.
53
pemutihan uang yang dihasilkan dari bisnis illegal seperti perjudian, pelacuran,
dipandang sebagai tonggak sejarah dan titik puncak dari perhatian masyarakat
1997, istilah Money Laundering diartikan dalam Pasal 3 ayat (1) b sebagai:65
62
Yunus Husein (c), Bunga Rampai Anti Pencucian Uang. (Bandung: Books Terrace &
Library), 2007, hal. 4.
63
Black Law Dictionary.
64
Yunus Husein (d), Negeri Sang Pencuci Uang, (Jakarta: Pustaka Juanda Tigalima,
2005), hal. 13.
65
Yunus Husein (c), op. cit., hal. 4.
54
dapat digunakan tanpa terdeteksi bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan yang
illegal. Melalui money laundering pendapatan atau kekayaan yang berasal dari
kegiatan melawan hukum diubah menjadi aset keuangan yang seolah-olah berasal
66
Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 2007, hal. 5
55
67
Harkristuti Harkrisnowo, Kriminalisasi Pemutihan Uang: Tinjauan Terhadap UU No.
15 tahun 2002, Proceedings-Kerjasama Pusat kajian Huum dan Mahkamah Agung RI, cet. I.
(Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2003), hal. 143.
68
Financial Intelligence Unit /FIU’s in Action: 100 Cases from the Egmont Group.
56
kegiatan normal dari bisnis atau ke dalam perusahaan yang telah ada yang
menggunakan bisnis yang telah ada atau perusahaan yang telah berdiri untuk
asset yang berasal dari kejahatan kepada orang yang tidak ada hubungannya
palsu.
negara yang satu dengan negara yang lain, misalnya menyangkut rahasia
asset types) merupakan tipe paling sederhana seperti uang tunai, barang
69
Sutan Remy Sjahdeini, op. cit., hal. 127.
57
penggunaan rekening dengan nama palsu, nama orang atau kepentingan yang
melakukan kegiatannya untuk pihak lain seperti pengacara dan akuntan.70 Bisa
transfer atau yang lebih banyak digunakan saat ini adalah sistem electronic
banking dimana uang disimpan di suatu bank dan ditransfer secara elektronik
melalui internet.71
dari sektor perbankan yang tradisional ke sektor keuangan non perbankan dan
pemeberantasan TPPU karena lembaga ini tidak diatur secara ketat (not heavily
regulated).
solicitor-client previlege.
70
Finacial Action Task Force On Money Laundering, FATF-VII Report on
MoneyLaundering Typologies, Annex 3. 28 June 1996:5.
71
Ibid, hal. 6.
58
Melalui entitas bisnis ini, pelaku membangun jaringan yang sangat rumit
dengan maksud menyembunyikan asal usul hasil kejahatan dan identitas pihak
terkait. Mereka akan bertindak atau menyediakan tenaga yang akan bertindak
Hal ini sering dilakukan di negara bekas Uni Sovyet, selain itu pelaku
juga melakukan pembelian dan impor/ekspor emas dan perhiasan serta industri
kembali dengan diskon sehingga pelaku memperoleh sisa nilai. Selain itu, produk
ini dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman dari lembaga
keuangan. Hanya saja dalam persentase yang signifikan, produk asuransi dijual
Industri ini menarik dan sering diinfiltrasi oleh pelaku pada tahap
layering karena sifat internasional, pasar sekuritas sangat likuid yang mana
transaksi dapat dibuat dan diselesaikan dalam waktu singkat, dan pialang sekuritas
rekening sekuritas dapat dibuka oleh perusahaan pialang sebagai nominees atau
59
tersembunyi.
Pencucian uang sudah menjadi sebuah kejahatan bisnis yang tidak hanya
keuangan non bank dalam lingkup kecil saja ataupun dimungkinkan dilakukan
oleh perorangan maupun korporasi melalui lintas negara (cross border) atau tanpa
batas tertentu lagi. Hal ini yang menyebabkan betapa sulitnya bagi negaranegara
secara optimal. Secara umum ada beberapa alasan mengapa money laundering
(1). Pengaruh money laundering pada sistem keuangan dan ekonomi diyakini
berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Fluktuasi yang tajam pada nilai
tukar dan suku bunga merupakan bagian dari akibat negatif dari pencucian
uang. Dengan adanya berbagai dampak negatif itu diyakini, bahwa money
(2). Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana akan lebih
memudahkan bagi aparat hukum untuk menyita hasil tindak pidana yang
kadangkala sulit untuk disita, misalnya aset yang susah dilacak atau sudah
(3). Dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana dan dengan
adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi yang
72
Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, (Jakarta: Books Terrace &
Library, 2007), hal. 265.
60
mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum
belakangnya.
maraknya pencucian uang di Indonesia yang dilakukan oleh para pelaku praktik
a. Ketentuan rahasia bank yang sangat ketat, apalagi kerahasiaan ini untuk
73
Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 76.
74
H.T. Siahaan , Money Laundering Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, cet. 1,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), hal. 28.
61
pegawainya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas
pelaku usaha memiliki devisa, menggunakan untuk kegiatan apa saja dan
melalui transaksi lintas batas negara dalam tempo cepat dan sungguh sulit
dengan cara ini pihak yang menyimpan dana di bank (nasabah penyimpan
atau deposan bank) bukanlah pemilik yang sebenarnya dari dana tersebut.
melainkan juga hanya menerima amanah atau kuasa dari seseorang atau
yang, begitu pula dengan tahap placement dan integration. Selain itu,
sectors);
75
Sutan Remy Sjahdeini, op.cit. hal. 18.
63
revenue);
markets);
instability);
undangan (legislation);76
76
Peter J. Quirk, Money Laundering: Muddying the Macro Economic, March 1997, hal.
8-9.
64
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pendidikan dan tingkat sosial serta
hasil tindak pidana (proceed of crime) dengan tindak pidana asal (predicate
crimes) dijadikan satu ketentuan karena memang terkait sangan erat. Untuk
jenis kejahatan apa saja yang menghasilkan uang dan juga berkenaan dengan
double criminality, yaitu bahwa kejahatan itu kalau dilakukan di luar wilayah
Ketentuan mengenai jenis tindak pidana yang merupakan predicate crime dari
tindak pidana pencucian uang diatur dalam pasal 2 UU TPPU. Dalam UU TPPU
kejahatan.
dimana di dalam pendekatan anti money laundering ini berusaha dilacak harta
kekayaan yang berasal dari tindak pidana tersebut, kemudian direkonstruksi dari
mana harta kekayaan itu dan tindak pidana apa yang melahirkan kekayaan
tersebut. Ini dapat disebut metode follow the money. Pada umumnya pendekatan
pelaku tindak pidana karena hasil tindak pidana itu adalah mata rantai yang paling
77
Yenti Ganarsih, Kriminalisasi Pencucian Uang (Money laundering), cet. 1,
(Jakarta:Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003)., hal. 195.
65
lemah dari tindak pidana dan mengejar orang relatif lebih sulit. Dengan mengejar
hasil tindak pidana ini berarti kita menggempur lifeblood of the crime dan
Pada dasarnya kegiatan tersebut terdiri dari tiga langkah yang masing-masing
berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan (financial system) atau upaya
menempatkan uang giral (cheque, wesel bank, sertifikat deposito dan lain-lain)
merupakan tahap yang paling sederhana, suatu langkah untuk mengubah uang
keuangan.79 Dalam hal ini terdapat pergerakan fisik dari uang tunai baik melalui
uang dari hasil kegiatan yang sah, ataupun dengan melakukan penempatan uang
giral ke dalam sistem perbankan misalnya deposito bank, cek atau melalui real
estate atau saham, atau juga mengkonversikan ke dalam mata uang asing atau
78
Yunus Husein (c), op. cit., hal. 279.
79
Yenti Ganarsih, op. cit., hal. 55.
80
Yunus Husein (d), “Upaya Memberantas Pencucian Uang (Money Laundering) dan
Penerapan Ketentuan Know Your Customer,” (Makalah Disampaikan dalam Rangka Sosialisasi
UU No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta 5 September 2002), hal. 3.
66
dari tindak pidana (dirty money) yang telah berhasil ditempatkan oleh Penyedia
Penyedia Jasa Keuangan yang lain. Dalam layering terjadi pemisahan hasil
hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya. Terdapat proses pemindahan
dana dari beberapa rekening atau lokasi sebagai hasil placement ke tempat lainnya
bank. Dengan demikian, pada tahap ini sudah terjadi pengalihan dana dari
menghilangkan jejak.
“legitimate explanation” bagi uang hasil kajahatan. Disini yang yang “dicuci”
sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang dicuci. Integration ini
merupakan tipu muslihat untuk dapat memberikan legitimasi terhadap uang hasil
81
Sutan Remy Sjahdeini, op. cit., hal. 33.
67
digunakan adalah metode yang berasal dari tahun 1930-an yaitu metode loan-back
atau metode loan default. Metode loan-back meliputi simpanan berjumlah besar
yang biasanya disimpan di bank luar negeri. Kemudian bank membuat pinjaman
dari jumlah uang yang disimpan. Uang yang didapatkan dari pinjaman ini dapat
digunakan dengan bebas karena uang itu akan terlacak sebagai uang yang berasal
Tindak Pidana Pencucian Uang, di mana pencucian uang dibedakan dalam tiga
tindak pidana :
1. Pertama : Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap Orang yang
menukarkan dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
2. Kedua : Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap
82
Yenti Ganarsih, op. cit., hal. 56.
83
Ibid.
68
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal tersebut
Tahun 2010).
(1). Hal ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang adalah cukup berat,
yakni dimulai dari hukuman penjara paling lama maksimum 20 tahun, dengan
1. Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak
perikanan, atau, tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4
69
2. Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau
dalam rezim Anti Pencucian Uang dan Kontra Pendanaan Terorisme (AML/CFT
yakni suatu asosiasi lembaga FIU di seluruh dunia dalam rangka mewujudkan
70
dunia internasional yang bersih dari tindak pidana pencucian uang dan pendanaan
berbagai sektor. Untuk mengantisipasi hal itu, Financial Action Task Force
memberantas tindak pidana pencucian uang perlu dilakukan kerja sama regional
dan internasional melalui forum bilateral atau multilateral agar intensitas tindak
pidana yang menghasilkan atau melibatkan harta kekayaan yang jumlahnya besar
dapat diminimalisasi.
Uang, telah menunjukkan arah yang positif. Hal itu, tercermin dari meningkatnya
kegiatan analisis, dan penegak hukum dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga
laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari para pelaksana
antara lain:
uang;
lainnya;
11. Perluasan instansi yang berhak menerima hasil analisis atau pemeriksaan
PPATK;
uang; dan
15. Pengaturan mengenai penyitaan Harta Kekayaan yang berasal dari tindak
pidana.84
84
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencucian_uang diakses pada tanggal 10 April 2017 jam
14 : 30 WITA
BAB III
hak dan kewajiban baik karena Undang-undang atau karena perjanjian yang
dibuat oleh antar pihak. Perikatan dapat dilakukan oleh subjek hukum, yaitu orang
alamiah (natuurlijk person) maupun badan hukum (Recht person) dengan syarat-
dengan dasar perjanjian tersebut selain menimbulkan hak dan kewajiban dapat
juga menimbulkan suatu resiko hukum diantara para pihak, oleh karenanya
dalam bahasa belanda disebut sebagai Burgerlijk Wetbook yang biasa disingkat
Berdasarkan pasal 1868 akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam
bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang
berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Berdasarkan pasal 1 angka 1
73
74
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pejabat umum yang berwenang untuk
adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan
rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang
pejabat umum.
4. Kewenangan Notaris
menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
Selain dari pada kewenangan tersebut diatas, Seorang Notaris juga memiliki
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; membukukan surat
di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; membuat kopi dari asli
surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis
Notaris dan pasal 17 Undang-undang No. 2 tahun 2014 tentang perubahan atas
wilayah jabatannya.
mensyaratkan bahwa akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang
akta Notaris harus memiliki anatomi akta yang sesuai dengan sebagaimana diatur
a. judul Akta;
b. nomor Akta;
mereka wakili;
h. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan
(1). membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2
(dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi,
dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta
pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris
(3). nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
(4). uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan Akta
Selain dari anatomi akta yang telah dijelaskan diatas, dalam membuat
yang menghadap dan saksi-saksi yang dapat digunakan dalam membuat akta
Paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah; dan
cakap melakukan perbuatan hukum. Selain itu penghadap harus dikenal oleh
Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang
berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap
Setiap Akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang
menikah;
lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping
tentang identitas dan kewenangan saksi dinyatakan secara tegas dalam Akta.
BW akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para pihak
yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi orang-orang yang
mendapatkan hak dari mereka. Untuk dapat dikatakan sebagai akta otentik maka
berdasarkan pasal 1868 BW suatu bukti tertulis harus memenuhi dua unsur, yaitu:
b. dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di
pasal Pasal 1875 BW akta di bawah tangan memiliki kekuatan pembuktian yang
merupakan akta yang otentik. Hal ini karena Berdasarkan pasal 1 angka 1
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menyebutkan bahwa Pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik adalah Notaris. Namun demikian untuk
memenuhi syarat otentiknya suatu akta, maka Notaris harus membuat akta yang
sesuai dengan yang diatur diatur didalam pasal 38 Undang-undang No. 2 tahun
Notaris. Apabila terdapat kelalaian dari Notaris dalam membuat akta sehingga
tidak sesuai dengan yang diatur oleh undang-undang, maka unsur akta otentik
yang diatur dalam pasal 1868 BW tidak terpenuhi sehingga akta tersebut tidak lagi
orang yang mendapat hak dari mereka. Hal ini dipertegas oleh pasal 41 Undang-
para pihak yang memiliki kepentingan terhadap akta tersebut maka berdasarkan
dapat menuntut biaya, kerugian berikut bunganya kepada Notaris yang telah
dari Kemenkumham dalam membuat akta otentik dan kepanjangan tangan BPN
dalam membuat akta jual beli/peralihan hak dan menjadi bagian dari proses
pendaftaran tanah PP 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Untuk itu jika
Tindak Pidana Korupsi, disebutkan : Definisi selain pegawai negeri yang menjadi
obyek dari tindak pidana korupsi adalah orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya. Pasal 1
UUJN tentang ketentuan umum semakin membuat terang posisi produk dari
kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara. Dan ini bisa menjadi obyek
ketertiban dan perlindungan hukum, yang ini merupakan bagian dari tugas-tugas
negara. Maka dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai
peristiwa, keadaan dan perbuatan hukum tertentu. Dan akta otentik tersebut
berperan aktif dalam kampanye pencegahan TPPU. Profesi ini seharusnya tidak
berhenti pada kebenaran formil identitas para pihak yang bertransaksi, tapi juga
proaktif dalam mengetahui profil dari para pihak yang melakukan transaksi.
Meski tidak perlu sampai melakukan pendekatan follow the money yang biasa
dilakukan PPATK. Sebagai perbandingan yang dapat ditiru dari apa yang sudah
berlaku dalam sistem perbankan nasional kita yaitu sistem NYC (know your
harus cakap melakukan perbuatan hukum dan know your customernya ada pada
lanjutan pasal tersebut yakni penghadap harus dikenal notaris atau diperkenalkan
oleh dua orang saksi yang telah berumur 18 tahun. Dan pengenalan tersebut harus
dinyatakan secara tegas dalam akta. Tidak boleh dalam hal ini ada sekedar
baik dan cukup mengingat pasal 15 ayat (2).e, yang mewajibkan notaris
perbankan nasional harus melakukannya kepada PPATK. Sayang hal ini masih
Terkait dengan profil klien atau customernya, mantan ketua PPATK, Junus
dilakukan kliennya yang jumlahnya besar atau ada indikasi tidak wajar atau
seharga 2 Miliar. Jadi yang seperti ini termasuk kategori transaksi mencurigakan
Lebih lanjut Junus Husein menyatakan isi revisi bagus karena notaris bisa
ikut mencegah tindak pidana pencucian uang. Selain itu menghindarkan notaris
terlibat tindak pidana atau terbawa-bawa tindak pidana yang terjadi atas kliennya.
Namun sayangnya waktu itu notaris tidak mau menerima usulan ini sehingga
sampai kini notaris tidak memiliki kewajiban lapor dimaksud. Dengan tidak
ancaman pidana pasal 55 yakni turut serta dan pasal 56 yakni ikut aktif membantu
Menurut salah satu Notaris kota Denpasar Agung Satrya Wibawa Taira
peran notaris dalam mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang pada
transaksi jual beli tanah yaitu notaris mempunyai 2 ( dua ) peran dalam mencegah
terjadinya TPPU pada transaksi jual beli tanah yang pertama adalah notaris
dijadikan pihak pelapor terkait TKM yang dilaporkan kepada PPATK apabila
seorang notaris mencurigai salah satu pihak ( Pihak Pembeli ) dan/atau oknum
yang ingin melakukan TPPU pada transaksi jual beli tanah hal ini sudah sesuai
dengan UU PP TPPU yang mengatur pihak pelapor, sedangkan peran yang kedua
adalah apabila terjadinya sengketa TPPU terhadap transaksi jual beli tanah maka
peran notaris hanya sebagai penghubung kedua belah pihak apabila salah satu
pihak tidak mengerti tentang isi dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli selanjutnya
Konsep notaris dan PPAT sebagai pihak pelapor atas TKM terkait TPPU
85
http://medianotaris.com/notaris_ppat_sebagai_agen_pencegahan_tppu_berita342.html
diakses pada tanggal 18 April 2017 jam 08 : 00 WITA.
84
pada Notaris dan PPAT yang hanya bisa dibuka jika Undang-undang menentukan
PPAT sebagai pihak pelapor atas transaksi keuangan mencurigakan terkait TPPU
adalah dengan cara menambahkan ketentuan profesi dalam ketegori pihak pelapor
pelapor atas TKM terkait TPPU, Pembaharuan UU PPTPPU juga perlu mengatur
mengenai laporan-laporan yang wajib dilaporkan oleh notaris dan PPAT. Fahmi
85
Yanuar Siregar berpandangan bahwa notaris dan PPAT wajib melaporkan setiap
TKM kepada PPATK. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu kunci
negara. Secara tidak langsung laporan yang diberikan oleh pelapor kepada aparat
penegak hukum adalah perbuatan yang mengandung resiko yang besar terhadap
mencurigakan terkait tindak pidana pencucian uang dibagi menjadi dua yaitu
harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang
86
Secara khusus Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban tidak mengatur
mengenai perlindungan bagi Pelapor, tetapi ketentuan yang ada dalam undang-undang ini berlaku
untuk saksi dan korban semua tindak pidana termasuk tindak pidana pencucian uang.
86
akan, sedang atau telah diberikannya, ikut serta dalam proses memilih dan
pencucian uang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2003
tentang Tata Cara Perlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana
dan saksi dalam tindak pidana pencucian uang diatur melalui Peraturan Kepala
dan Saksi dalam perkara tindak pidana pencucian uang wajib diberikan
keamanan pribadi dari ancaman fisik dan mental, perlindungan terhadap harta,
87
Sri Rejeki, Tesis, Perlindungan Bagi Pelapor Dan Saksi Tindak Pidana Pencucian
Uang Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 79.
87
KAPOLRI No. 17 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus Terhadap
Pelapor dan Saksi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang. Perlindungan khusus
rasa aman terhadap pelapor atau saksi dari kemungkinan yang membahayakan diri
Pidana Pencucian Uang terdapat di dalam Bab IX yaitu terdapat pada pasal 83-87.
diberikan kepada pihak pelapor atas jasanya yang melaporkan transaksi keuangan
PPATK, penyidik, penuntut umum serta hakim untuk merahasiakan identitas dari
pelapor TPPU.89 Hal ini bertujuan agar pelapor merasakan keamanan terhadap
serangan balasan dari pelaku TPPU yang dapat membahayakan dirinya, keluarga
dan harta benda miliknya. Jika identitas pelapor terbuka makan UU PPTPPU
memberikan hak kepada pelapor atau ahli warisnya untuk meminta ganti rugi
88
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2003
89
Pasal 83 ayat 1 UU PPTPPU
88
terbebasnya pelapor dari segala tuntutan hukum baik perdata maupun pidana atas
Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat 2, pasal 29, dan pasal 87 ayat 1 UU
PPTPPU.91 Dalam hal ini notaris dan PPAT yang dikategorikan sebagai pihak
pelapor atas transaksi keuangan mencurigakan tidak dapat dituntut oleh siapapun
90
Pasal 87 ayat 1 UU PPTPPU
91
Pasal 5 UU PPTPPU (1)“Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan,
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak Pelapor yang
melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini
Pasal 29 UU PPTPPU Kecuali terdapat unsur penyalahgunaan wewenang, Pihak Pelapor,
pejabat, dan pegawainya tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, atas pelaksanaan
kewajiban pelaporan menurut Undang-Undang ini.
Pasal 87 ayat 1 UU PPTPPU Pelapor dan/atau saksi tidak dapat dituntut, baik secara
perdata maupun pidana, atas laporan dan/atau kesaksian yang diberikan oleh yang bersangkutan.
BAB IV
PENCUCIAN UANG
Pada saat ini modus pencucian uang telah bergeser, dimana dahulu
modus pencucian uang bergeser ke jual beli real estate. Secara langsung
PPAT untuk mencapai tujuannya yaitu mencuci uang haram menjadi uang
halal. Notaris dan PPAT yang memiliki kewenangan untuk membuat akta
otentik sebagai bukti telah terjadi suatu perbuatan hukum yang dilakukan
Bahkan pada prakteknya tidak jarang notaris dan PPAT ikut serta berperan
dalam merekayasa bisnis atau investasi dalam dan luar negeri sehingga
pelaku pencucian uang memberikan kuasa kepada notaris atas nama mereka
menyimpan, melakukan jual beli, menginvestasikan dana, dan aktifitas lain untuk
92
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=188260&val=6466&title=URGEN
SI%20PENGATURAN%20NOTARIS%20DAN%20PEJABAT%20PEMBUAT%20AKTA%20T
ANAH%20SEBAGAI%20PIHAK%20PELAPOR%20ATAS%20TRANSAKSI%20KEUANGAN
%20MENCURIGAKAN%20TERKAIT%20TINDAK%20PIDANA%20PENCUCIAN%20UAN
G diakses pada tanggal 18 April 2017 jam 10 : 00 WITA.
89
90
dan PPAT sebagai sarana pencucian uang ini membuat beberapa dampak
negatif terhadap negara dan juga terhadap notaris dan PPAT sendiri, dampak-
pelapor. Laporan TKM ini merupakan salah satu unsur yang paling efektif
oleh pihak pelapor kepada PPATK merupakan langkah awal bagi PPATK
untuk menelusuri para pelaku yang terlibat dalam pencucian uang serta
aliran dana TKM juga sangat membantu aparat penegak hukum untuk
Dampak dari Notaris dan PPAT yang tidak dikategorikan sebagai pihak
93
Jazim Harnidi, Hermeneutika Hukum, UII Press, Yogyakarta, 2005, hal. 53.
94
follow the money (“menelusuri aliran uang”) merupakan pendekatan baru untuk
memberantas tidak pidana pencucian uang, pendekatan ini lebih mudah dibandingkan
dengan pendekatan konvensional yang mengejar pelaku tindak pidana atau follow the
suspect karena pelaku atau saksi bisa saja berkata bohong, tetapi aliran uang tidak akan bisa
ditutup-tutupi. Paradigma baru dalam penanganan kejahatan ini juga memudahkan penegak
hukum untuk menelusuri tindak pidana pencucian uang serta tindak pidana lain dan tujuan yang
paling utama adalah mengembalikan kerugian negara yang dilakukan oleh pelaku kejahatan.
Perlu dicatat bahwa hasil-hasil kejahatan merupakan “lifeblood of the crime”.
91
Padahal modus pencucian uang dengan menggunakan modus jual beli real
B. Modus pencucian uang melalui jual beli real estate semakin marajalela.
uangnya ke jual beli real estate/ tanah dan/atau bangunan. Modus pencucian
uang dengan cara jual beli real estate ini menjadi trend saat ini digunakan
ada dua faktor pendukung mengapa pelaku pencucian uang pada saat
beli real estate yaitu, pertama real estate merupakan salah satu bentuk
pendukung kedua mengapa pelaku pencucian uang pada saat ini lebih
keuangan mencurigakan yang dilakukan oleh pengguna jasa. Hal inilah yang
Modus pencucian uang dengan menggunakan modus jual beli real estate ini
dilakukan dengan dua cara yang pertama jual beli real estate dilakukan
dengan pemalsuan identitas oleh pengguna jasa, yang kedua jual beli real
estate dilakukan dengan atas nama sanak saudara atau orang lain. Hasilnya
kasus TPPU di Indonesia dengan modus jual beli real estate semakin
mantan korlantas mabes Polri Irjen Djoko Susilo yang terjerat kasus
Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah atas kasus suap
impor daging sapi, dan kasus yang melibatkan beberapa pejabat lain.
dijerat dengan UU PPTPPU karena mereka telah mencuci uang hasil dari
Sebagai pejabat umum publik notaris dan PPAT hendaknya taat kepada
hukum, sumpah jabatan, kode etik. Notaris dan PPAT dalam menjalankan
terhadap uang yang diperoleh dari hasil kejahatan. Dengan dijadikan sebagai
sarana pencucian uang baik langsung maupun secara tidak langsung membuat
citra profesi Notaris dan PPAT tercoreng. Selain merusak citra personal
TKM terkait TPPU memberikan manfaat yang begitu besar kepada negara,
masyarakat, bahkan kepada profesi notaris dan PPAT itu sendiri. Manfaat dengan
adanya kebijakan ini bagi negara adalah membantu negara dalam mewujudkan
Indonesia yang bersih, jujur, dan sejahtera, Selain itu juga menegaskan kepada
telah ditetapkan sebagai salah satu negara yang masuk dalam NCCTs. Manfaat
bagi masyarakat adalah dengan adanya kebijakan/aturan tersebut maka uang hasil
kejahatan yang ingin dikaburkan oleh pelaku kejahatan melalui pencucian uang
akan dapat terdeteksi oleh aparat penegak hukum dan aparat penegak hukum
mereka lakukan.95
yang mengatur profesi notaris dan PPAT sebagai pelapor dalam UU PPTPPU ini
mengembalikan citra notaris dan PPAT yang selama ini dianggap sebelah mata
oleh masyarakat. Selain itu dampak positif yang secara nyata dirasakan oleh
notaris dan PPAT yang dikategorikan sebagai pihak pelapor adalah adanya suatu
dalam menjalankan jabatannya dan sebagai pihak pelapor tidak dapat dituntut baik
secara pidana maupun perdata oleh siapapun atas segala laporan TKM yang
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa profesi notaris dan PPAT
memuluskan niatnya untuk melakukan pencucian uang. Dalam hal ini apabila
notaris dan PPAT mengetahui adanya tindak pidana pencucian uang maka notaris
dan PPAT juga dapat dikenakan pasal 3 UU PPTPPU sebagai pihak yang turut
95
Edi nasution, Memahami Praktik Pencucian Uang Hasil Kejahatan, Jakarta, hal. 45.
95
serta membantu pencucian uang. Unsur subyektif dari pasal 3 UU PPTPPU96 ini
ada dua yaitu “yang diketahuinya” dan “patut diduganya”. Notaris yang dalam
pasal 5 UU PPTPPU97 menyatakan bahwa barang siapa yang menerima uang atau
tidak mencurigai adanya tindak pidana pencucian uang maka Notaris tidak dapat
Pihak Pelapor, pejabat, dan pegawainya tidak dapat dituntut, baik secara perdata
ini”.
96
Pasal 3 UU PPTPPU “Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).”
97
Pasal 5 UU PPTPPU Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan,
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
98
Yang dimaksud dengan “patut diduganya” adalah suatu kondisi yang memenuhi
setidak-tidaknya pengetahuan, keinginan, atau tujuan pada saat terjadinya Transaksi yang
diketahuinya yang mengisyaratkan adanya pelanggaran hukum.
96
notaris Sri Dewi selanjutnya cukup disebut SD di Bogor atas kasus kredit fiktif
Bank Syariah Mandiri selanjutnya cukup disebut BSM. Notaris SD, merupakan
notaris yang ditunjuk langsung oleh pihak bank untuk membuat akta pengikat
bersalah karena merupakan notaris yang mengikat proses pengajuan kredit fiktif
itu. SD juga diketahui membuat akta pembiayaan hanya dihadiri oleh tersangka
Iyan Permana tanpa debitur lainnya padahal dalam akta tertuang bahwa terdapat
debitur lain (tidak hanya iyan permana saja). Selain itu, dalam pembuatan akta
disebut foto copy sebagai agunan. Atas jasanya tersebut SD menerima dana hasil
kredit fiktif melalui transfer rekening sejumlah Rp. 2,6 miliar dan sejumlah uang
tunai. Selain menerima sejumlah uang SD juga menerima pemberian satu unit
mobil sedan Mercedes Benz C200. Atas perbuatannya tersebut, SD didakwa Pasal
264 ayat 1 KUHP atas pemalsukan dokumen oleh notaris, serta Pasal 3 dan atau
Untuk itu perlu adanya peran serta masyarakat, dan pihak pelapor dalam
laporan dan/atau informasi dari Pihak Pelapor, instansi, atau pihak terkait lainnya,
oleh pihak pelapor tadi betul merupakan transaksi yang bertujuan untuk
melakukan pencucian uang. Dengan mengetahui aliran dana TKM juga sangat
99
Polisi tangkap notaris kredit fiktif BSM
http://www.antaranews.com/berita/404016/polisi-tangkap-notaris-kredit-fiktif-bsm, diakses pada
tanggal 25 April 2017 Jam 12 : 00 WITA.
97
pidana pencucian uang yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Selain mengungkap
tindak pidana pencucian uang, laporan TKM yang dilaporkan oleh pihak pelapor
juga bermanfaat bagi aparat penegak hukum untuk mengungkap tindak pidana
awal yang dilakukan oleh pelaku yang selama ini tidak diketahui oleh aparat
penegak hukum. Dalam proses pembuatan surat dakwaan, laporan TKM juga
digunakan sebagai dasar bagi jaksa penuntut umum untuk membuat surat dakwaan
notaris apabila tidak melaporkan kecurigaan atas adanya TPPU ada 2 ( dua ) yaitu
yang pertama apabila notaris mengetahui adanya indikasi tindak pidana pidana
dianggap ikut serta dalam hal TPPU dan apabila terbukti maka notaris tersebut
dapat diturunkan atau diberhentikan dari jabatanya sebagai seorang pejabat publik
dan dapat dikenakan pasal 3 UU PP TPPU, yang kedua apabila notaris tidak ada
kecurigaan terkait indikasi TPPU maka notaris tersebut tidak dapat dituntut baik
itu secara perdata maupun secara pidana dan oleh siapapun serta dengan alasan
apapun juga, ini dikarenakan notaris tidak tahu dan tidak mencurigai salah satu
pihak dan/atau oknum yang ingin melakukan TPPU maka notaris tersbut
PENUTUP
A. Kesimpulan
uang melalui sarana jual beli tanah. Secara langsung maupun tidak langsung
modus ini melibatkan notaris dan PPAT dalam memuluskan aksinya, dalam
1. Peran notaris dalam mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang ada 2
( dua ) yaitu :
kecurigaan terhadap adanya TPPU kepada PPATK, hal ini telah diatur
b. Peran notaris dalam hal terjadinya sengketa terhadap kasus tindak pidana
uangnya yang dilakukan oleh salah satu pihak dan/atau oknum dalam
uang maka notaris dan PPAT juga dapat dikenakan pasal 3 UU PPTPPU
sebagai pihak yang turut serta membantu pencucian uang serta notaris
98
99
yang dilakukan oleh klien adalah berindikasi pencucian uang namun tetap
tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana kecuali terdapat
UU PPTPPU.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut :
mencegah terjadinya tindak pidana pencucian uang pada transaksi jual beli
tanah sesuai dengan UU PP TPPU pada pasal 17 ayat ( 1 ), agar lebih bisa
2014 tentang jabatan Notaris yang diamana notaris harus dituntut untuk selalu
masyarakat sebagai pejabat yang yang bertanggung jawab, dan jujur sesuai
daripada pelaku pencucian uang dan apabila perlu dicopot dari jabatannya hal
pencucian uang notaris juga ikut menikmati hasil dari tindak pidana
pencucian uang baik itu berupa uang, tanah, rumah, mobil dan/atau yang
indikasi dan/atau kecurigaan atas adanya tindak pidana pencucian uang pada
A. Buku :
Aditia Warman, 2014, Kedudukan Akte Otentik Sebagai Salah Satu Alat Bukti
Ditinjau Dari Sisi Pidana, Refleksi 106 Tahun Ikatan Notaris
Indonesia, Badung.
Edi Setiadi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Idris Zainal, Ketentuan Jual Beli Memuat Hukum Perdata, Fakultas Hukum
USU Medan, 2004.
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris, Raih Asa, Sukses,
Jakarta.
Liliana Tedjosaputro, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu,
Semarang.
Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,
Advokat,Notaris, Kurator, dan Pengurus), Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia
Dulu, Sekarang, Dan Di Masa Datang, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sutan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan
Pembiayaan Terorisme, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti), 2007.
Tan Thong Kie, 2000, Studi Notariat & Serba-serbi Praktek Notaris, Buku I,
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, (Jakarta: Books Terrace
& Library, 2007).
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Website
https://meilabalwell.wordpress.com/negara-hukum-konsep-dasar-dan-
implementasinya-di-indonesia/diakses pada tanggal 22 Maret 2017 jam
09 : 00 WITA.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38177/4/Chapter%20I.pdfdia
kses pada tanggal 12 Maret 2017 jam 11 : 22 WITA
https://dadangbussiness.wordpress.com/tata-cara-jual-beli-tanah/diakses pada
tanggal 22 Maret 2017 Jam 12 : 55 WITA
http://jdih.ppatk.go.id/peraturan-pemerintah-nomor-43-tahun-2015-tentang-
pihak-pelapor-dalam-pencegahan-dan-pemberantasan-tindak-pidana-
pencucian-uang/diakses pada tanggal 22 Maret 2017 Jam 14 : 00
WITA.
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-tindak-pidana-pencucian-
uang.htmldiakses pada tanggal 22 Maret 2017 jam 14 : 30 WITA.
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-peranan-definisi-
menurut.htmldiakses pada tanggal 22 Maret 2017 jam 17 : 00 WITA.
http://erepo.unud.ac.id/10273/3/0958e04618630c809f65ab5bf5891cc9.pdf
diakses pada tanggal 13 Maret 2017 jam 15 : 00 WITA.
http://erepo.unud.ac.id/10273/3/0958e04618630c809f65ab5bf5891cc9.pdf
diakses pada tanggal 13 Maret 2017 jam 15 : 00 WITA.
http://medianotaris.com/notaris_ppat_sebagai_agen_pencegahan_tppu_berita
342.html diakses pada tanggal 18 April 2017 jam 08 : 00 WITA.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=188260&val=6466&title
=URGENSI%20PENGATURAN%20NOTARIS%20DAN%20PEJAB
AT%20PEMBUAT%20AKTA%20TANAH%20SEBAGAI%20PIHA
K%20PELAPOR%20ATAS%20TRANSAKSI%20KEUANGAN%20
MENCURIGAKAN%20TERKAIT%20TINDAK%20PIDANA%20PE
NCUCIAN%20UANG diakses pada tanggal 18 April 2017 jam 10 : 00
WITA.
Didi Santoso, 2009, Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Yang
Memuat Dua Perbuatan Hukum (Analisis Putusan Mahkamah Agung
Nomor 1440.K/PDT/1996), Program Studi Magister Kenotariatan
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Sri Rejeki, Tesis, Perlindungan Bagi Pelapor Dan Saksi Tindak Pidana
Pencucian Uang Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Financial Intelligence Unit /FIU’s in Action: 100 Cases from the Egmont
Group.
NIK : 5171020105850002
NIK : 5171042711920004
Ubung, Denpasar.
NIK : 5171040901830002
4. KONTAK PRIBADI
Tabanan.
d. Nomor HP : 085792165474/085792223010
e. E-mail : krisnabagus64@gmail.com
Taira, SH.,M.Kn
c. Jabatan : Staff
e. Nomor Fax :-
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2004
TENTANG
JABATAN NOTARIS
Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum, yang berintikan kebenaran dan keadilan;
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG JABATAN NOTARIS.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
1. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
7. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
12. Formasi Jabatan Notaris adalah penentuan jumlah Notaris yang dibutuhkan
pada suatu wilayah jabatan Notaris.
13. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara
yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.
14. Menteri adalah Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang kenotariatan.
BAB II
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN NOTARIS
Bagian Pertama
Pengangkatan
Pasal 2
Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
Pasal 3
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
adalah :
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;
atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan; dan
g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak
sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk
dirangkap dengan jabatan Notaris.
Pasal 4
(1) Sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan sumpah/janji
menurut agamanya di hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama,
mandiri, dan tidak berpihak. bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya,
dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris.
bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
pelaksanaan jabatan saya.
bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak pernah dan tidak akan
memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun.”
Pasal 5
Pengucapan sumpah/janji jabatan Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal
keputusan pengangkatan sebagai Notaris.
Pasal 6
Dalam hal pengucapan sumpah/janji tidak dilakukan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, keputusan pengangkatan Notaris dapat
dibatalkan oleh Menteri.
Pasal 7
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan
sumpah/janji jabatan Notaris, yang bersangkutan wajib:
c. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta teraan
cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain
yang bertanggung jawab di bidang agraria/pertanahan, Organisasi Notaris,
ketua pengadilan negeri, Majelis Pengawas Daerah, serta bupati atau
walikota di tempat Notaris diangkat.
-4-
Bagian Kedua
Pemberhentian
Pasal 8
(1) Notaris berhenti atau diberhentikan dari jabatannya dengan hormat karena:
a. meninggal dunia;
b. telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun;
c. permintaan sendiri;
d. tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun; atau
Pasal 9
(1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena:
a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
Pasal 10
(1) Notaris yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a atau huruf b dapat diangkat kembali menjadi Notaris oleh
Menteri setelah dipulihkan haknya.
Pasal 11
(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil cuti.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama Notaris
memangku jabatan sebagai pejabat negara.
(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menunjuk Notaris
Pengganti.
(4) Apabila Notaris tidak menunjuk Notaris Pengganti sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Majelis Pengawas Daerah menunjuk Notaris lain untuk
menerima Protokol
-5-
Notaris yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Notaris yang diangkat
menjadi pejabat negara.
(5) Notaris yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pemegang sementara Protokol Notaris.
(6) Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kembali jabatan Notaris dan
Protokol Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diserahkan kembali
kepadanya.
Pasal 12
Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas usul
Majelis Pengawas Pusat apabila:
a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
b. berada di bawah pengampuan secara terus-menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
Pasal 13
Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi pidana
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB III
KEWENANGAN, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Bagian Pertama
Kewenangan
Pasal 15
(1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 16
(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban:
a. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;
f. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang
memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih
dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;
g. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak
diterimanya surat berharga;
h. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan
waktu pembuatan akta setiap bulan;
i. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf h atau
daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat
Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan
dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan
berikutnya;
ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;
d. akta kuasa;
e. keterangan kepemilikan; atau
f. akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(4) Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat lebih dari 1
(satu) rangkap, ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang sama,
dengan ketentuan pada setiap akta tertulis kata-kata “berlaku sebagai satu
dan satu berlaku untuk semua".
(5) Akta originali yang berisi kuasa yang belum diisi nama penerima kuasa
hanya dapat dibuat dalam 1 (satu) rangkap.
(6) Bentuk dan ukuran cap/stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
k ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(7) Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
l tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar
akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui,
dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan
dalam penutup
akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
(8) Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l dan ayat
(7) tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak berlaku untuk
pembuatan akta wasiat.
Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 17
Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-
turut tanpa alasan yang sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;
BAB IV
TEMPAT KEDUDUKAN, FORMASI, DAN WILAYAH
JABATAN NOTARIS
Bagian Pertama
Kedudukan
Pasal 18
(1) Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota.
(2) Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari
tempat kedudukannya.
Pasal 19
(1) Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya.
(2) Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatan di luar tempat
kedudukannya.
Pasal 20
(1) Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk perserikatan perdata
dengan tetap memperhatikan kemandirian dan ketidakberpihakan dalam
menjalankan jabatannya.
(2) Bentuk perserikatan perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
oleh para Notaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Formasi Jabatan Notaris
Pasal 21
Menteri berwenang menentukan Formasi Jabatan Notaris pada daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dengan mempertimbangkan usul
dari Organisasi Notaris.
Pasal 22
(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan:
a. kegiatan dunia usaha;
b. jumlah penduduk; dan/atau
c. rata-rata jumlah akta yang dibuat oleh dan/atau di hadapan Notaris setiap
bulan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
-9-
Bagian Ketiga
Pindah Wilayah Jabatan Notaris
Pasal 23
(1) Notaris dapat mengajukan permohonan pindah wilayah jabatan Notaris
secara tertulis kepada Menteri.
(2) Syarat pindah wilayah jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
setelah 3 (tiga) tahun berturut-turut melaksanakan tugas jabatan pada daerah
kabupaten atau kota tertentu tempat kedudukan Notaris.
Pasal 24
Dalam keadaan tertentu atas permohonan Notaris yang bersangkutan, Menteri
dapat memindahkan seorang Notaris dari satu wilayah jabatan ke wilayah jabatan
lain.
BAB V
CUTI NOTARIS DAN NOTARIS PENGGANTI
Bagian Pertama
Cuti Notaris
Pasal 25
(1) Notaris mempunyai hak cuti.
(2) Hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diambil setelah Notaris
menjalankan jabatan selama 2 (dua) tahun.
(3) Selama menjalankan cuti, Notaris wajib menunjuk seorang Notaris
Pengganti.
Pasal 26
(1) Hak cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dapat diambil
setiap tahun atau sekaligus untuk beberapa tahun.
(2) Setiap pengambilan cuti paling lama 5 (lima) tahun sudah termasuk
perpanjangannya.
(3) Selama masa jabatan Notaris jumlah waktu cuti keseluruhan paling lama 12
(dua belas) tahun.
Pasal 27
(1) Notaris mengajukan permohonan cuti secara tertulis disertai usulan
penunjukan Notaris Pengganti.
(2) Permohonan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
pejabat yang berwenang, yaitu:
a. Majelis Pengawas Daerah, dalam hal jangka waktu cuti tidak lebih dari
6 (enam) bulan;
b. Majelis Pengawas Wilayah, dalam hal jangka waktu cuti lebih dari 6
(enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun; atau
- 10 -
c. Majelis Pengawas Pusat, dalam jangka waktu cuti lebih dari 1 (satu)
tahun.
(3) Permohonan cuti dapat diterima atau ditolak oleh pejabat yang berwenang
memberikan izin cuti.
(4) Tembusan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat.
(5) Tembusan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Pengawas
Wilayah.
Pasal 28
Dalam keadaan mendesak, suami/istri atau keluarga sedarah dalam garis lurus
dari Notaris dapat mengajukan permohonan cuti kepada Majelis Pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
Pasal 29
(1) Surat keterangan izin cuti paling sedikit memuat:
a. nama Notaris;
b. tanggal mulai dan berakhirnya cuti; dan
c. nama Notaris Pengganti disertai dokumen yang mendukung Notaris
Pengganti tersebut sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas Daerah
disampaikan kepada Menteri, Majelis Pengawas Pusat, dan Majelis
Pengawas Wilayah.
(3) Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas Wilayah
disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas Pusat.
(4) Tembusan surat keterangan izin cuti dari Menteri disampaikan kepada
Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah, dan Majelis Pengawas
Daerah.
Pasal 30
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk berwenang mengeluarkan sertifikat cuti.
(2) Sertifikat cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat data
pengambilan cuti.
(3) Data pengambilan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat oleh
Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2).
Pasal 31
(1) Permohonan cuti dapat ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan
cuti.
(2) Penolakan permohonan cuti harus disertai alasan penolakan.
(3) Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Daerah dapat diajukan
banding kepada Majelis Pengawas Wilayah.
(4) Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Wilayah dapat diajukan
banding kepada Majelis Pengawas Pusat.
- 11 -
Pasal 32
(1) Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan Protokol Notaris kepada
Notaris Pengganti.
(2) Notaris Pengganti menyerahkan kembali Protokol Notaris kepada Notaris
setelah cuti berakhir.
(3) Serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dibuatkan berita acara dan disampaikan kepada Majelis
Pengawas Wilayah.
Bagian Kedua
Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat
Sementara Notaris
Pasal 33
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris Pengganti, Notaris Pengganti
Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris adalah warga negara Indonesia yang
berijazah sarjana hukum dan telah bekerja sebagai karyawan kantor Notaris
paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut.
(2) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku bagi Notaris Pengganti, Notaris
Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris, kecuali Undang-Undang
ini menentukan lain.
Pasal 34
(1) Apabila dalam satu wilayah jabatan hanya terdapat 1 (satu) Notaris, Majelis
Pengawas Daerah dapat menunjuk Notaris Pengganti Khusus yang
berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan pribadi Notaris tersebut
atau keluarganya.
(2) Penunjukan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disertai
dengan serah terima Protokol Notaris.
(3) Notaris Pengganti Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib diambil sumpah/janji jabatan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 35
(1) Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau keluarga sedarah dalam
garis lurus keturunan semenda dua wajib memberitahukan kepada Majelis
Pengawas Daerah.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam
waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
(3) Apabila Notaris meninggal dunia pada saat menjalankan cuti, tugas jabatan
Notaris dijalankan oleh Notaris Pengganti sebagai Pejabat Sementara
Notaris paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris
meninggal dunia.
(4) Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol Notaris dari Notaris yang
meninggal dunia kepada Majelis Pengawas Daerah paling lama 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal dunia.
(5) Pejabat Sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) dapat membuat akta atas namanya sendiri dan mempunyai Protokol
Notaris.
- 12 -
BAB VI
HONORARIUM
Pasal 36
(1) Notaris berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikan
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Besarnya honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan pada nilai
ekonomis dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya.
(3) Nilai ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan dari objek
setiap akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau ekuivalen
gram emas ketika itu, honorarium yang diterima paling besar adalah
2,5% (dua koma lima persen);
Pasal 37
Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma
kepada orang yang tidak mampu.
BAB VII
AKTA NOTARIS
Bagian Pertama
Bentuk dan Sifat Akta
Pasal 38
(1) Setiap akta Notaris terdiri atas:
a. awal akta atau kepala akta;
b. badan akta; dan
c. akhir atau penutup akta.
(2) Awal akta atau kepala akta memuat :
a. judul akta;
b. nomor akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3) Badan akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
(5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara
Notaris, selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan,
serta pejabat yang mengangkatnya.
Pasal 39
(1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah; dan
(3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tegas
dalam akta.
Pasal 40
(1) Setiap akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang
saksi, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah;
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikenal oleh Notaris atau
diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap.
Pasal 41
Apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pasal 40 tidak dipenuhi, akta tersebut
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
Pasal 42
(1) Akta Notaris dituliskan dengan jelas dalam hubungan satu sama lain yang
tidak terputus-putus dan tidak menggunakan singkatan.
(2) Ruang dan sela kosong dalam akta digaris dengan jelas sebelum akta
ditandatangani, kecuali untuk akta yang dicetak dalam bentuk formulir
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(3) Semua bilangan untuk menentukan banyaknya atau jumlahnya sesuatu yang
disebut dalam akta, penyebutan tanggal, bulan, dan tahun dinyatakan
dengan huruf dan harus didahului dengan angka.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi surat
kuasa yang belum menyebutkan nama penerima kuasa.
Pasal 43
(1) Akta dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2) Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang
digunakan dalam akta, Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan isi akta
itu dalam bahasa yang dimengerti oleh penghadap.
(4) Akta dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami oleh Notaris dan saksi
apabila pihak yang berkepentingan menghendaki sepanjang undang-undang
tidak menentukan lain.
(5) Dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Notaris wajib
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Pasal 44
(1) Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh setiap
penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak
dapat membubuhkan tanda tangan dengan menyebutkan alasannya.
(2) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara tegas dalam
akta.
(3) Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) ditandatangani oleh
penghadap, Notaris, saksi, dan penerjemah resmi.
Pasal 45
(1) Dalam hal penghadap mempunyai kepentingan hanya pada bagian tertentu
dari akta, hanya bagian akta tertentu tersebut yang dibacakan kepadanya.
- 15 -
Pasal 46
(1) Apabila pada pembuatan pencatatan harta kekayaan atau berita acara
mengenai suatu perbuatan atau peristiwa, terdapat penghadap yang:
Pasal 47
(1) Surat kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi dasar kewenangan
pembuatan akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali atau surat kuasa di
bawah tangan wajib dilekatkan pada Minuta Akta.
(2) Surat kuasa otentik yang dibuat dalam bentuk Minuta Akta diuraikan dalam
akta.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak wajib dilakukan
apabila surat kuasa telah dilekatkan pada akta yang dibuat di hadapan
Notaris yang sama dan hal tersebut dinyatakan dalam akta.
Pasal 48
(1) Isi akta tidak boleh diubah atau ditambah, baik berupa penulisan tindih,
penyisipan, pencoretan, atau penghapusan dan menggantinya dengan yang
lain.
(2) Perubahan atas akta berupa penambahan, penggantian, atau pencoretan
dalam akta hanya sah apabila perubahan tersebut diparaf atau diberi tanda
pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
Pasal 49
(1) Setiap perubahan atas akta dibuat di sisi kiri akta.
(2) Apabila suatu perubahan tidak dapat dibuat di sisi kiri akta, perubahan
tersebut dibuat pada akhir akta, sebelum penutup akta, dengan menunjuk
bagian yang diubah atau dengan menyisipkan lembar tambahan.
Pasal 50
(1) Apabila dalam akta perlu dilakukan pencoretan kata, huruf, atau angka, hal
tersebut dilakukan demikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan
yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka yang dicoret
dinyatakan pada sisi akta.
- 16 -
(2) Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan
Notaris.
(3) Apabila terjadi perubahan lain terhadap perubahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), perubahan itu dilakukan pada sisi akta sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 49.
(4) Pada penutup setiap akta dinyatakan jumlah perubahan, pencoretan, dan
penambahan.
Pasal 51
(1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan
ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah ditandatangani.
Pasal 52
(1) Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, istri/suami,
atau orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris
baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis keturunan
lurus ke bawah dan/atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis
ke samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri
sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan perantaraan kuasa.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku, apabila orang
tersebut pada ayat (1) kecuali Notaris sendiri, menjadi penghadap dalam
penjualan di muka umum, sepanjang penjualan itu dapat dilakukan di
hadapan Notaris, persewaan umum, atau pemborongan umum, atau menjadi
anggota rapat yang risalahnya dibuat oleh Notaris.
Pasal 53
Akta Notaris tidak boleh memuat penetapan atau ketentuan yang memberikan
sesuatu hak dan/atau keuntungan bagi :
a. Notaris, istri atau suami Notaris;
b. saksi, istri atau suami saksi; atau
c. orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris atau saksi,
baik hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa
pembatasan derajat maupun hubungan perkawinan sampai dengan derajat
ketiga.
- 17 -
Bagian Kedua
Grosse Akta, Salinan Akta, dan Kutipan Akta
Pasal 54
Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta,
Grosse Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang berkepentingan
langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
Pasal 55
(1) Notaris yang mengeluarkan Grosse Akta membuat catatan pada minuta akta
mengenai penerima Grosse Akta dan tanggal pengeluaran dan catatan
tersebut ditandatangani oleh Notaris.
(2) Grosse Akta pengakuan utang yang dibuat di hadapan Notaris adalah
Salinan Akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial.
(3) Grosse Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada bagian kepala akta
memuat frasa “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA”, dan pada bagian akhir atau penutup akta memuat
frasa “diberikan sebagai grosse pertama”, dengan menyebutkan nama orang
yang memintanya dan untuk siapa grosse dikeluarkan serta tanggal
pengeluarannya.
(4) Grosse Akta kedua dan selanjutnya hanya dapat diberikan kepada orang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 berdasarkan penetapan pengadilan.
Pasal 56
(1) Akta originali, Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta yang
dikeluarkan oleh Notaris wajib dibubuhi teraan cap/stempel.
(2) Teraan cap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus pula dibubuhkan
pada salinan surat yang dilekatkan pada Minuta Akta.
(3) Surat di bawah tangan yang disahkan atau dilegalisasi, surat di bawah
tangan yang didaftar dan pencocokan fotokopi oleh Notaris wajib diberi
teraan cap/stempel serta paraf dan tanda tangan Notaris.
Pasal 57
Grosse Akta, Salinan Akta, Kutipan Akta Notaris, atau pengesahan surat di
bawah tangan yang dilekatkan pada akta yang disimpan dalam Protokol Notaris,
hanya dapat dikeluarkan oleh Notaris yang membuatnya, Notaris Pengganti, atau
pemegang Protokol Notaris yang sah.
Bagian Ketiga
Pembuatan, Penyimpanan, dan Penyerahan
Protokol Notaris
Pasal 58
(1) Notaris membuat daftar akta, daftar surat di bawah tangan yang disahkan,
daftar surat di bawah tangan yang dibukukan, dan daftar surat lain yang
diwajibkan oleh Undang-Undang ini.
- 18 -
(2) Dalam daftar akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris setiap hari
mencatat semua akta yang dibuat oleh atau di hadapannya, baik dalam
bentuk Minuta Akta maupun originali, tanpa sela-sela kosong, masing-
masing dalam ruang yang ditutup dengan garis-garis tinta, dengan
mencantumkan nomor urut, nomor bulanan, tanggal, sifat akta, dan nama
semua orang yang bertindak baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai
kuasa orang lain.
(3) Akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali yang dibuat dalam rangkap 2
(dua) atau lebih pada saat yang sama, dicatat dalam daftar dengan satu
nomor.
(4) Setiap halaman dalam daftar diberi nomor urut dan diparaf oleh Majelis
Pengawas Daerah, kecuali pada halaman pertama dan terakhir
ditandatangani oleh Majelis Pengawas Daerah.
Pasal 59
(1) Notaris membuat daftar klapper untuk daftar akta dan daftar surat di bawah
tangan yang disahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1),
disusun menurut abjad dan dikerjakan setiap bulan.
(2) Daftar klapper sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat nama semua
orang yang menghadap dengan menyebutkan di belakang tiap-tiap nama,
sifat, dan nomor akta, atau surat yang dicatat dalam daftar akta dan daftar
surat di bawah tangan.
Pasal 60
(1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris Pengganti atau Notaris
Pengganti Khusus dicatat dalam daftar akta.
(2) Surat di bawah tangan yang disahkan dan surat di bawah tangan yang
dibukukan, dicatat dalam daftar surat di bawah tangan yang disahkan dan
daftar surat di bawah tangan yang dibukukan.
Pasal 61
(1) Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya, menyampaikan secara tertulis
salinan yang telah disahkannya dari daftar akta dan daftar lain yang dibuat
pada bulan sebelumnya paling lama 15 (lima belas) hari pada bulan
berikutnya kepada Majelis Pengawas Daerah.
(2) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta, Notaris,
secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan hal tersebut secara
tertulis kepada Majelis Pengawas Daerah dalam waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
- 19 -
Pasal 62
Penyerahan Protokol Notaris dilakukan dalam hal Notaris:
a. meninggal dunia;
b. telah berakhir masa jabatannya;
c. minta sendiri;
d. tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas
jabatan sebagai Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
Pasal 63
(1) Penyerahan Protokol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan
paling lama 30 (tiga puluh) hari dengan pembuatan berita acara penyerahan
Protokol Notaris yang ditandatangani oleh yang menyerahkan dan yang
menerima Protokol Notaris.
(4) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf b, huruf c,
huruf d, huruf f, atau huruf h, penyerahan Protokol Notaris dilakukan oleh
Notaris kepada Notaris lain yang ditunjuk oleh Menteri atas usul Majelis
Pengawas Daerah.
(5) Protokol Notaris dari Notaris lain yang pada waktu penyerahannya berumur
25 (dua puluh lima) tahun atau lebih diserahkan oleh Notaris penerima
Protokol Notaris kepada Majelis Pengawas Daerah.
Pasal 64
(1) Protokol Notaris dari Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara
diserahkan kepada Notaris yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah.
(2) Notaris pemegang Protokol Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta.
Pasal 65
Notaris, Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat Sementara
Notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya meskipun Protokol
Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan Protokol
Notaris.
- 20 -
BAB VIII
PENGAMBILAN MINUTA AKTA DAN
PEMANGGILAN NOTARIS
Pasal 66
(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim
dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang:
BAB IX
PENGAWASAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 67
(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri membentuk Majelis Pengawas.
(3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9
(sembilan) orang, terdiri atas unsur:
a. pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang;
b. organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan
c. ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) orang.
(4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, keanggotaan dalam Majelis
Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris
dan pelaksanaan jabatan Notaris.
(6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berlaku bagi Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat
Sementara Notaris.
Pasal 68
Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat
(2) terdiri atas:
a. Majelis Pengawas Daerah;
b. Majelis Pengawas Wilayah; dan
c. Majelis Pengawas Pusat.
Bagian Kedua
Majelis Pengawas Daerah
Pasal 69
(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di kabupaten atau kota.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah terdiri atas unsur-unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3).
- 21 -
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh
anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas Daerah
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Daerah.
Pasal 70
Majelis Pengawas Daerah berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran
Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris;
Pasal 71
Majelis Pengawas Daerah berkewajiban:
a. mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan
menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah surat di bawah
tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;
Bagian Ketiga
Majelis Pengawas Wilayah
Pasal 72
(1) Majelis Pengawas Wilayah dibentuk dan berkedudukan di ibukota provinsi.
(5) Majelis Pengawas Wilayah dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Wilayah.
Pasal 73
(1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan
atas laporan masyarakat yang disampaikan melalui Majelis Pengawas
Wilayah;
b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun;
Pasal 74
(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis Pengawas Wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) huruf a bersifat tertutup untuk umum.
(2) Notaris berhak untuk membela diri dalam pemeriksaan dalam sidang
Majelis Pengawas Wilayah.
Pasal 75
Majelis Pengawas Wilayah berkewajiban:
a. menyampaikan keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
huruf a, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f kepada Notaris yang
bersangkutan dengan tembusan kepada Majelis Pengawas Pusat, dan
Organisasi Notaris; dan
- 23 -
Bagian Keempat
Majelis Pengawas Pusat
Pasal 76
(1) Majelis Pengawas Pusat dibentuk dan berkedudukan di ibukota negara.
(5) Majelis Pengawas Pusat dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang
ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Pusat.
Pasal 77
Majelis Pengawas Pusat berwenang :
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan
dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;
Pasal 78
(1) Pemeriksaan dalam sidang Majelis Pengawas Pusat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 77 huruf a bersifat terbuka untuk umum.
(2) Notaris berhak untuk membela diri dalam pemeriksaan sidang Majelis
Pengawas Pusat.
Pasal 79
Majelis Pengawas Pusat berkewajiban menyampaikan keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 huruf a kepada Menteri dan Notaris yang bersangkutan
dengan tembusan kepada Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas
Daerah yang bersangkutan serta Organisasi Notaris.
Pasal 80
(1) Selama Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya, Majelis Pengawas
Pusat mengusulkan seorang pejabat sementara Notaris kepada Menteri.
(2) Menteri menunjuk Notaris yang akan menerima Protokol Notaris dari
Notaris yang diberhentikan sementara.
Pasal 81
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian
anggota, susunan organisasi dan tata kerja, serta tata cara pemeriksaan Majelis
Pengawas diatur dengan Peraturan Menteri.
- 24 -
BAB X
ORGANISASI NOTARIS
Pasal 82
(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris.
(2) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata kerja, dan susunan
organisasi ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 83
(1) Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris.
BAB XI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 84
Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k,
Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang
mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan
bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti
rugi, dan bunga kepada Notaris.
Pasal 85
Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 16 ayat (1)
huruf a, Pasal 16 ayat (1) huruf b, Pasal 16 ayat
(1) huruf c, Pasal 16 ayat (1) huruf d, Pasal 16 ayat (1) huruf e, Pasal 16 ayat (1)
huruf f, Pasal 16 ayat (1) huruf g, Pasal 16 ayat
(1) huruf h, Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf j, Pasal 16 ayat (1)
huruf k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, Pasal
59, dan/atau Pasal 63, dapat dikenai sanksi berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat; atau
e. pemberhentian dengan tidak hormat.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 86
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan jabatan Notaris tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau
belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.
- 25 -
Pasal 87
Notaris yang telah diangkat pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
dinyatakan sebagai Notaris sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 88
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, permohonan untuk diangkat
menjadi Notaris yang sudah memenuhi persyaratan secara lengkap dan masih
dalam proses penyelesaian, tetap diproses berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang lama.
Pasal 89
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Kode Etik Notaris yang sudah ada
tetap berlaku sampai ditetapkan Kode Etik Notaris yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.
Pasal 90
Lulusan pendidikan Spesialis Notariat yang belum diangkat sebagai Notaris pada
saat Undang-Undang ini mulai berlaku tetap dapat diangkat menjadi Notaris
menurut Undang-Undang ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 91
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku :
1. Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb 1860:3) sebagaimana telah
diubah terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1945 Nomor 101;
Pasal 92
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 6 Oktober 2004 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta pada
tanggal 6 Oktober 2004
SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA, ttd
BAMBANG KESOWO
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30 TAHUN 2004
TENTANG
JABATAN NOTARIS
I. UMUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa
negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum menjamin kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan.
Kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum menuntut, antara lain, bahwa lalu lintas hukum
dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan
kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat.
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap
hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang
perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa
akta otentik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam
berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global. Melalui
akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan
sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa. Walaupun sengketa tersebut tidak
dapat dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik yang merupakan alat bukti
tertulis terkuat dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara murah dan
cepat.
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta
otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ada yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena
diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk
memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi
pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.
Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para
pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang
termuat dalam Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para
pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris, serta memberikan
akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi
para pihak penandatangan akta. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk
menyetujui atau tidak menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Jabatan Notaris yang kini berlaku sebagian
besar masih didasarkan pada peraturan perundang-undangan peninggalan zaman kolonial Hindia
Belanda dan sebagian lagi merupakan peraturan perundang-undangan nasional, yaitu:
1. Reglement Op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb.1860:3) sebagaimana telah diubah
terakhir dalam Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101;
2. Ordonantie 16 September 1931 tentang Honorarium Notaris;
- 28 -
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris
Sementara (Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 700);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4379); dan
Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu diadakan
pembaharuan dan pengaturan kembali secara menyeluruh dalam satu undang-undang yang mengatur
tentang jabatan notaris sehingga dapat tercipta suatu unifikasi hukum yang berlaku untuk semua
penduduk di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Dalam rangka mewujudkan unifikasi
hukum di bidang kenotariatan tersebut, dibentuk Undang-Undang tentang Jabatan Notaris.
Dalam Undang-Undang ini diatur secara rinci tentang jabatan umum yang dijabat oleh Notaris,
sehingga diharapkan bahwa akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris mampu menjamin
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Mengingat Akta Notaris sebagai akta otentik
merupakan alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, dalam Undang-Undang ini diatur tentang
bentuk dan sifat Akta Notaris, serta tentang Minuta Akta, Grosse Akta, dan Salinan Akta, maupun
Kutipan Akta Notaris.
Sebagai alat bukti tertulis yang terkuat dan terpenuh, apa yang dinyatakan dalam Akta Notaris harus
diterima, kecuali pihak yang berkepentingan dapat membuktikan hal yang sebaliknya secara
memuaskan di hadapan persidangan pengadilan. Fungsi Notaris di luar pembuatan akta otentik diatur
untuk pertama kalinya secara komprehensif dalam Undang-Undang ini. Demikian pula ketentuan
tentang pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris dilakukan dengan mengikutsertakan pihak
ahli/akademisi, di samping Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kenotariatan
serta Organisasi Notaris. Ketentuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan
perlindungan hukum yang lebih baik bagi masyarakat.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3 Huruf a
Huruf d
Yang dimaksud dengan “sehat jasmani dan rohani” adalah mampu secara jasmani dan rohani
untuk melaksanakan wewenang dan kewajiban sebagai Notaris.
Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Yang dimaksud dengan “prakarsa sendiri” adalah bahwa calon notaris dapat memilih sendiri di
kantor yang diinginkan dengan tetap mendapatkan rekomendasi dari Organisasi Notaris.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pegawai negeri" dan “pejabat negara” adalah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Yang dimaksud dengan “advokat” adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui Notaris yang
bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan nyata.
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Ketidakmampuan secara rohani dan/atau jasmani secara
terus menerus dalam ketentuan ini dibuktikan dengan
surat keterangan dokter ahli.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
- 30 -
Huruf b
Cukup jelas. Huruf c
Yang dimaksud dengan “melakukan perbuatan tercela” adalah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan, dan norma adat.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “secara berjenjang” dalam ketentuan ini dimulai dari Majelis Pengawas
Daerah, Majelis Pengawas Wilayah, sampai dengan Majelis Pengawas Pusat.
Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
Ayat (1)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pertentangan kepentingan karena sebagai
Notaris, ia bersifat mandiri dan berkewajiban tidak berpihak.
Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas. Ayat (5)
Cukup jelas. Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 12 Huruf a
Huruf d
Yang dimaksud dengan “pelanggaran berat” adalah tidak memenuhi kewajiban dan melanggar
larangan jabatan Notaris.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
- 31 -
Ketentuan ini merupakan legalisasi terhadap akta di bawah tangan yang dibuat sendiri
oleh orang perseorangan atau oleh para pihak di atas kertas yang bermaterai cukup
dengan jalan pendaftaran dalam buku khusus yang disediakan oleh Notaris.
Huruf b
Cukup jelas. Huruf c
Cukup jelas. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Cukup jelas. Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Kewajiban dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk menjaga keotentikan suatu akta
dengan menyimpan akta dalam bentuk aslinya, sehingga apabila ada pemalsuan atau
penyalahgunaan grosse, salinan, atau kutipannya dapat segera diketahui dengan mudah
dengan mencocokkannya dengan aslinya.
Huruf c
Grosse Akta yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan ini adalah Grosse pertama, sedang
berikutnya hanya dikeluarkan atas perintah pengadilan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "alasan untuk menolaknya" adalah alasan yang mengakibatkan
Notaris tidak berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda dengan Notaris
sendiri atau dengan suami/istrinya, salah satu pihak tidak mempunyai kemampuan
bertindak untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak dibolehkan oleh undang-
undang.
Huruf e
Kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan akta dan surat-
surat lainnya adalah untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait dengan
akta tersebut.
Huruf f
Akta dan surat yang dibuat notaris sebagai dokumen resmi bersifat otentik memerlukan
pengamanan baik terhadap akta itu sendiri maupun terhadap isinya untuk mencegah
penyalahgunaan secara tidak bertanggung jawab.
Huruf g
Cukup jelas.
- 32 -
Huruf h
Kewajiban yang diatur dalam ketentuan ini adalah penting untuk memberi jaminan
perlindungan terhadap kepentingan ahli waris, yang setiap saat dapat dilakukan penelusuran
atau pelacakan akan kebenaran dari suatu akta wasiat yang telah dibuat di hadapan Notaris.
Huruf i
Cukup jelas. Huruf j
Pencatatan dalam repertorium dilakukan pada hari pengiriman, hal ini penting untuk
membuktikan bahwa kewajiban Notaris sebagaimana dimaksud dalam huruf f dan huruf g telah
dilaksanakan.
Huruf k
Cukup jelas. Huruf l
Bahwa Notaris harus hadir secara fisik dan menandatangani akta di hadapan penghadap dan
saksi.
Huruf m
Penerimaan magang calon Notaris berarti mempersiapkan calon Notaris agar mampu menjadi
Notaris yang profesional.
Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas. Ayat (5)
Cukup jelas. Ayat (6)
Cukup jelas. Ayat (7)
Cukup jelas. Ayat (8)
Cukup jelas. Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 17
Larangan ini dimaksudkan untuk menjamin kepentingan masyarakat yang memerlukan jasa
Notaris.
Huruf a
Larangan dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum kepada
masyarakat dan sekaligus mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antar Notaris dalam
menjalankan jabatannya.
Huruf b
Cukup jelas. Huruf c
Lihat Penjelasan Pasal 3 huruf g. Huruf d
Lihat Penjelasan Pasal 3 huruf g. Huruf e
Huruf h
Larangan menjadi “Notaris Pengganti” berlaku untuk Notaris yang belum menjalankan
jabatannya, Notaris yang sedang menjalani cuti, dan Notaris yang dalam proses pindah wilayah
jabatannya.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19 Ayat
(1)
Dengan hanya mempunyai satu kantor, berarti Notaris dilarang mempunyai kantor cabang,
perwakilan, dan/atau bentuk lainnya.
Ayat (2)
Akta Notaris sedapat-dapatnya dilangsungkan di kantor Notaris kecuali pembuatan akta-akta
tertentu.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “perserikatan perdata” dalam ketentuan
ini adalah kantor bersama Notaris.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 21
Formasi adalah kebutuhan akan pengisian jabatan Notaris.
Pasal 22
Ketentuan mengenai Formasi Jabatan Notaris berlaku baik untuk pengangkatan pertama kali
maupun pindah wilayah jabatan Notaris.
Pasal 23 Ayat
(1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “kabupaten atau kota tertentu” dalam ketentuan ini adalah kabupaten
atau kota tempat Notaris melaksanakan tugas jabatan Notaris pada saat pengajuan permohonan
pindah wilayah jabatan Notaris.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “rekomendasi” dalam ketentuan ini hanya menyangkut kondite atas
prestasi kerja Notaris.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 24
Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” antara lain karena bencana alam, keamanan, dan hal
lainnya menurut pertimbangan kemanusiaan.
- 34 -
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26 Ayat
(1)
“Pengambilan cuti setiap tahun” dalam ayat ini tidak mengurangi hak Notaris untuk mengambil
cuti lebih dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Yang dimaksud dengan “keadaan mendesak” adalah apabila seorang Notaris tidak mempunyai
kesempatan mengajukan permohonan cuti karena berhalangan sementara.
Pasal 29
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Dokumen yang mendukung Notaris Pengganti adalah
sebagai berikut:
1. fotokopi ijazah paling rendah sarjana hukum yang disahkan oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan;
2. fotokopi kartu tanda penduduk yang disahkan oleh Notaris;
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
- 35 -
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1) Cukup jelas. Ayat
(2) Cukup jelas. Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Yang dimaksud dengan “kedudukan bertindak penghadap” adalah dasar hukum bertindak.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
- 36 -
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42 Ayat
(1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “digaris” dalam ketentuan ini adalah untuk menyatakan bahwa ruang
atau sela kosong dalam akta tidak digunakan lagi.
Ayat (3)
Cukup jelas. Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 43 Ayat
(1)
Bahasa Indonesia yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah bahasa Indonesia yang tunduk
pada kaidah bahasa Indonesia yang baku.
Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “penerjemah resmi” adalah penerjemah yang disumpah.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan” adalah penghadap atau pihak yang
diwakili oleh penghadap.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
- 37 -
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “15 (lima belas) hari” adalah dihitung
dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 15.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 62
Protokol Notaris terdiri atas:
a. minuta Akta;
b. buku daftar akta atau repertorium;
c. buku daftar akta di bawah tangan yang penandatanganannya dilakukan di hadapan
Notaris atau akta di bawah tangan yang didaftar;
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
- 38 -
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pengawasan” dalam ketentuan ini
termasuk pembinaan yang dilakukan oleh Menteri terhadap
Notaris.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Unsur pemerintah ditentukan oleh Menteri.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c Yang dimaksud dengan “ahli/a kademisi” dalam
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “laporan dari masyarakat” termasuk
laporan dari Notaris lain.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
- 39 -
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bersifat final” adalah mengikat dan
tidak dapat diajukan banding kepada Majelis Pengawas Pusat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Sanksi yang dikenakan kepada Notaris berlaku juga bagi Notaris Pengganti, Notaris Pengganti
Khusus, dan Pejabat Sementara Notaris.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
- 40 -
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Mengingat . . .
-2-
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
g. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.
Pejabat . . .
-3-
11. Grosse . . .
4-
Pasal 3
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 adalah:
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan
surat keterangan sehat dari dokter dan psikiater;
e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata
dua kenotariatan;
f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja
sebagai karyawan Notaris dalam waktu paling singkat
24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut pada
kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas
rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata
dua kenotariatan;
g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara,
advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain
yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap
dengan jabatan Notaris; dan
h. tidak . . .
-5-
Pasal 7
(5) Dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji
jabatan Notaris, yang bersangkutan wajib:
menjalankan jabatannya dengan nyata;
menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan
Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan
Majelis Pengawas Daerah; dan
menyampaikan alamat kantor, contoh tanda
tangan, dan paraf, serta teraan cap atau stempel
jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri
dan pejabat lain yang bertanggung jawab di bidang
pertanahan, Organisasi Notaris, Ketua Pengadilan
Negeri, Majelis Pengawas Daerah, serta
Bupati/Walikota di tempat Notaris diangkat.
(6) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi berupa:
peringatan tertulis;
pemberhentian sementara;
pemberhentian dengan hormat; atau
pemberhentian dengan tidak hormat.
Ketentuan . . .
6-
6. Ketentuan . . .
-7-
Pasal 15
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai
semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan
untuk dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin
kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan
kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan
berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana
ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan
surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan
dengan pembuatan Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan;
atau
g. membuat Akta risalah lelang.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
7. Ketentuan . . .
-8-
Pasal 16
(1) Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib:
a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak
berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan
menyimpannya sebagai bagian dari Protokol
Notaris;
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari
penghadap pada Minuta Akta;
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau
Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan
untuk menolaknya;
f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang
dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh
guna pembuatan Akta sesuai dengan
sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang
menentukan lain;
g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan
menjadi buku yang memuat tidak lebih dari
50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak
dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut
dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan
mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun
pembuatannya pada sampul setiap buku;
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak
dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;
i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan
wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta
setiap bulan;
j. mengirimkan . . .
-9-
Akta . . .
- 10 -
Selain . . .
- 11 -
Pasal 16A
(1) Calon Notaris yang sedang melakukan magang wajib
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a.
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), calon Notaris juga wajib merahasiakan segala
sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala
keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta.
Pasal 17
(1) Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7
(tujuh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang
sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat;
f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai
badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah atau badan usaha swasta;
g. merangkap . . .
- 12 -
11. Ketentuan . . .
- 13 -
11. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 20 diubah serta
ayat (3) dihapus sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 20
(1) Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk
persekutuan perdata dengan tetap memperhatikan
kemandirian dan ketidakberpihakan dalam
menjalankan jabatannya.
(2) Bentuk persekutuan perdata sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh para Notaris berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dihapus.
Pasal 22
(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan:
a. kegiatan dunia usaha;
b. jumlah penduduk; dan/atau
c. rata-rata jumlah Akta yang dibuat oleh dan/atau
di hadapan Notaris setiap bulan.
(2) Formasi Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan pedoman untuk
menentukan kategori daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan
Notaris dan penentuan kategori daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 32
(1) Notaris yang menjalankan cuti wajib menyerahkan
Protokol Notaris kepada Notaris Pengganti.
(2) Notaris . . .
- 14 -
Bagian Kedua
Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris
Pasal 33
(2) Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris
Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris adalah
warga negara Indonesia yang berijazah sarjana
hukum dan telah bekerja sebagai karyawan kantor
Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut.
(3) Ketentuan yang berlaku bagi Notaris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 15, Pasal 16, dan
Pasal 17 berlaku bagi Notaris Pengganti dan Pejabat
Sementara Notaris, kecuali Undang-Undang ini
menentukan lain.
Pasal 34 . . .
- 15 -
Pasal 35
Apabila Notaris meninggal dunia, suami/istri atau
keluarga sedarah dalam garis lurus keturunan
semenda sampai derajat kedua wajib
memberitahukan kepada Majelis Pengawas Daerah.
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja.
Apabila Notaris meninggal dunia pada saat
menjalankan cuti, tugas jabatan Notaris dijalankan
oleh Notaris Pengganti sebagai Pejabat Sementara
Notaris paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal Notaris meninggal dunia.
Pejabat Sementara Notaris menyerahkan Protokol
Notaris dari Notaris yang meninggal dunia kepada
Majelis Pengawas Daerah paling lama 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal Notaris meninggal
dunia.
Pejabat Sementara Notaris sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) dapat membuat Akta atas
namanya sendiri dan mempunyai Protokol Notaris.
Pasal 37
(1) Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang
kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang
tidak mampu.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian . . .
16 -
19. Ketentuan ayat (1), ayat (4), dan ayat (5) Pasal 38 diubah,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 38
(1) Setiap Akta terdiri atas:
a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
(2) Awal Akta atau kepala Akta memuat:
a. judul Akta;
b. nomor Akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3) Badan Akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan,
tempat tinggal para penghadap dan/atau orang
yang mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak
penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan
dari pihak yang berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta
pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal
dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4) Akhir atau penutup Akta memuat:
a. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau
Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat
penandatanganan atau penerjemahan Akta jika
ada;
c. nama . . .
- 17 -
20. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 39 diubah, sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 39
(1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun
atau telah menikah; dan
b. cakap melakukan perbuatan hukum.
(2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau
diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi
pengenal yang berumur paling rendah 18 (delapan
belas) tahun atau telah menikah dan cakap
melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan
oleh 2 (dua) penghadap lainnya.
(3) Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan secara tegas dalam Akta.
Pasal 40
(1) Setiap Akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan
perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi . . .
18 -
23. Ketentuan ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Pasal
43 diubah dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (6)
sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43
(1) Akta wajib dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2) Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang
digunakan dalam Akta, Notaris wajib
menerjemahkan atau menjelaskan isi Akta itu
dalam bahasa yang dimengerti oleh penghadap.
(3) Jika . . .
19 -
24. Ketentuan ayat (2) dan ayat (4) Pasal 44 diubah dan
ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
(6) Segera setelah Akta dibacakan, Akta tersebut
ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi, dan
Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak
dapat membubuhkan tanda tangan dengan
menyebutkan alasannya.
(7) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan secara tegas pada akhir Akta.
(8) Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat
(3) ditandatangani oleh penghadap, Notaris, saksi,
dan penerjemah resmi.
(9) Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan
penandatanganan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (3) serta dalam Pasal 43 ayat (3)
dinyatakan secara tegas pada akhir Akta.
- Pelanggaran . . .
20 -
25. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 48 diubah dan
ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3) sehingga Pasal 48
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 48
h. Isi Akta dilarang untuk diubah dengan:
1) diganti;
2) ditambah;
3) dicoret;
4) disisipkan;
5) dihapus; dan/atau
6) ditulis tindih.
i. Perubahan isi Akta sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dapat
dilakukan dan sah jika perubahan tersebut diparaf
atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap,
saksi, dan Notaris.
1 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan
suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
kepada Notaris.
(3) Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 49 diubah dan
ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga Pasal 49
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49
c. Setiap perubahan atas Akta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (2) dibuat di sisi kiri Akta.
- Dalam . . .
21 -
27. Ketentuan ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) Pasal 50 diubah
dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga
Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Jika dalam Akta perlu dilakukan pencoretan kata,
huruf, atau angka, pencoretan dilakukan sedemikian
rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan yang
tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau
angka yang dicoret dinyatakan pada sisi kiri Akta.
(2) Pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan sah setelah diparaf atau diberi tanda
pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
(3) Dalam hal terjadi perubahan lain terhadap
pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
perubahan itu dilakukan pada sisi kiri Akta sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (2).
(4) Pada penutup setiap Akta dinyatakan tentang ada
atau tidak adanya perubahan atas pencoretan.
(5) Dalam . . .
22 -
Pasal 51
(1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan
tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada
Minuta Akta yang telah ditandatangani.
(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan
Notaris yang dituangkan dalam berita acara dan
memberikan catatan tentang hal tersebut pada
Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan
nomor Akta berita acara pembetulan.
(3) Salinan Akta berita acara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib disampaikan kepada para pihak.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan suatu Akta
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai
akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan
bagi pihak yang menderita kerugian untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga
kepada Notaris.
29. Ketentuan . . .
23 -
Pasal 54
(1) Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan,
atau memberitahukan isi Akta, Grosse Akta, Salinan
Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang
berkepentingan langsung pada Akta, ahli waris, atau
orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
Pasal 60
(1) Akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
Pengganti dicatat dalam daftar akta.
(2) Surat di bawah tangan yang disahkan dan surat di
bawah tangan yang dibukukan, dicatat dalam daftar
surat di bawah tangan yang disahkan dan daftar
surat di bawah tangan yang dibukukan.
Pasal 63
(1) Penyerahan Protokol sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari
dengan pembuatan berita acara penyerahan Protokol
Notaris yang ditandatangani oleh yang menyerahkan
dan yang menerima Protokol Notaris.
(2) Dalam . . .
- 24 -
Pasal 65A
Notaris yang melanggar ketentuan Pasal 58 dan Pasal 59
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian . . .
- 25 -
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
BAB VIII
PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN
PEMANGGILAN NOTARIS
Pasal 66
(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik,
penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan
majelis kehormatan Notaris berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-
surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau
Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan
b. memanggil Notaris untuk hadir dalam
pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau
Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan
Notaris.
(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat
berita acara penyerahan.
(3) Majelis kehormatan Notaris dalam waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
surat permintaan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan jawaban
menerima atau menolak permintaan persetujuan.
(4) Dalam . . .
- 26 -
Pasal 67
(1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Menteri membentuk Majelis
Pengawas.
(3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas unsur:
38. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 69 diubah dan di
antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (2a) sehingga Pasal 69 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 69
(1) Majelis Pengawas Daerah dibentuk di
Kabupaten/Kota.
(2) Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah terdiri atas
unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat
(3).
(2a) Dalam hal di suatu Kabupaten/Kota, jumlah Notaris
tidak sebanding dengan jumlah anggota
Majelis Pengawas Daerah, dapat dibentuk Majelis
Pengawas Daerah gabungan untuk beberapa
Kabupaten/Kota.
(3) Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah
dipilih dari dan oleh anggota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota
Majelis Pengawas Daerah adalah 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali.
(5) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang
sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat
Majelis Pengawas Daerah.
39. Ketentuan . . .
- 28 -
Pasal 73
(1) Majelis Pengawas Wilayah berwenang:
a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan
mengambil keputusan atas laporan masyarakat
yang dapat disampaikan melalui Majelis Pengawas
Daerah;
b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan
pemeriksaan atas laporan sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan
sampai 1 (satu) tahun;
d. memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis
Pengawas Daerah yang menolak cuti yang diajukan
oleh Notaris pelapor;
e. memberikan sanksi baik peringatan lisan maupun
peringatan tertulis;
f. mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris
kepada Majelis Pengawas Pusat berupa:
1) pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai
dengan 6 (enam) bulan; atau
2) pemberhentian dengan tidak hormat.
g. dihapus.
(2) Keputusan Majelis Pengawas Wilayah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e bersifat final.
(3) Terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan
huruf f dibuatkan berita acara.
40. Ketentuan . . .
- 29 -
Pasal 81
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan
dan pemberhentian anggota, susunan organisasi dan
tata kerja, anggaran serta tata cara pemeriksaan Majelis
Pengawas diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 82
(1) Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi
Notaris.
(2) Wadah Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah Ikatan Notaris Indonesia.
(3) Organisasi Notaris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan satu-satunya wadah profesi
Notaris yang bebas dan mandiri yang dibentuk
dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan
kualitas profesi Notaris.
(4) Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata
kerja, dan susunan organisasi ditetapkan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi Notaris.
(5) Ketentuan mengenai penetapan, pembinaan, dan
pengawasan Organisasi Notaris diatur dengan
Peraturan Menteri.
42. Ketentuan . . .
- 30 -
Pasal 88
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. pengajuan permohonan sebagai Notaris yang sedang
diproses, tetap diproses berdasarkan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris.
Pasal 91A
Ketentuan mengenai tata cara penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Pasal 16
ayat (11) dan ayat (13), Pasal 17 ayat (2), Pasal 19 ayat
(4), Pasal 32 ayat (4), Pasal 37 ayat (2), Pasal 54 ayat (2),
dan Pasal 65A diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 91B
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar . . .
- 31 -
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 15 Januari 2014
ttd.
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
I. UMUM
2. penambahan . . .
-2-
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 3
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “sehat jasmani dan rohani”
adalah mampu secara jasmani dan rohani untuk
melaksanakan wewenang dan kewajiban sebagai
Notaris.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f . . .
-3-
Huruf f
Yang dimaksud dengan “prakarsa sendiri” adalah
bahwa calon Notaris dapat memilih sendiri di kantor
yang diinginkan dengan tetap mendapatkan
rekomendasi dari organisasi Notaris.
Yang dimaksud dengan “menjalani magang atau
nyata-nyata telah bekerja” ditentukan berdasarkan
surat keterangan tanggal pertama kali
magang/bekerja di kantor Notaris.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "pegawai negeri" dan
“pejabat negara” adalah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Yang dimaksud dengan “advokat” adalah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Huruf h
Cukup jelas.
Angka 3
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui
Notaris yang bersangkutan telah
melaksanakan tugasnya dengan nyata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c . . .
-4-
Huruf c
Yang dimaksud dengan “melakukan perbuatan
tercela” adalah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan norma agama, norma
kesusilaan, dan norma adat.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “secara berjenjang” dalam
ketentuan ini dimulai dari Majelis Pengawas Daerah,
Majelis Pengawas Wilayah, sampai dengan Majelis
Pengawas Pusat.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 5
Pasal 11
Cukup jelas.
Angka 6
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Ketentuan ini merupakan legalisasi terhadap
akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh
orang perseorangan atau oleh para pihak di
atas kertas yang bermaterai cukup dengan
jalan pendaftaran dalam buku khusus yang
disediakan oleh Notaris.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f . . .
-5-
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa
pengangkatan Notarismenjadi Pejabat
Lelang Kelas II, diangkat oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “kewenangan lain yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan”,
antara lain, kewenangan mensertifikasi transaksi
yang dilakukan secara elektronik (cyber notary),
membuat Akta ikrar wakaf, dan hipotek pesawat
terbang.
Angka 7
Pasal 16 Ayat
(1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Kewajiban dalam ketentuan ini dimaksudkan
untuk menjaga keautentikan suatu Akta
dengan menyimpan Akta dalam bentuk
aslinya, sehingga apabila ada pemalsuan atau
penyalahgunaan grosse, salinan, atau
kutipannya dapat segera diketahui dengan
mudah dengan mencocokkannya dengan
aslinya.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Grosse Akta yang dikeluarkan berdasarkan
ketentuan ini adalah Grosse pertama, sedang
berikutnya hanya dikeluarkan atas perintah
pengadilan.
Huruf e . . .
-6-
Huruf e
Yang dimaksud dengan "alasan untuk
menolaknya" adalah alasan yang
mengakibatkan Notaris tidak berpihak, seperti
adanya hubungan darah atau semenda
dengan Notaris sendiri atau dengan
suami/istrinya, salah satu pihak tidak
mempunyai kemampuan bertindak untuk
melakukan perbuatan, atau hal lain yang
tidak dibolehkan oleh undang-undang.
Huruf f
Kewajiban untuk merahasiakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan Akta dan
surat-surat lainnya adalah untuk melindungi
kepentingan semua pihak yang terkait dengan
Akta tersebut.
Huruf g
Akta dan surat yang dibuat Notaris sebagai
dokumen resmi bersifat autentik memerlukan
pengamanan baik terhadap Akta itu sendiri
maupun terhadap isinya untuk mencegah
penyalahgunaan secara tidak bertanggung
jawab.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Kewajiban yang diatur dalam ketentuan ini
adalah penting untuk memberi jaminan
perlindungan terhadap kepentingan ahli
waris, yang setiap saat dapat dilakukan
penelusuran atau pelacakan akan kebenaran
dari suatu Akta wasiat yang telah dibuat di
hadapan Notaris.
Huruf j
Cukup
jelas. Huruf k
Pencatatan dalam repertorium dilakukan pada
hari pengiriman, hal ini penting untuk
membuktikan bahwa kewajiban Notaris
sebagaimana dimaksud dalam huruf f dan
huruf g telah dilaksanakan.
Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m . . .
-7-
Huruf m
Bahwa Notaris harus hadir secara fisik dan
menandatangani Akta di hadapan penghadap
dan saksi.
Huruf n
Penerimaan magang calon Notaris berarti
mempersiapkan calon Notaris agar mampu
menjadi Notaris yang profesional.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Akta in originali” adalah
Akta yang dibuat oleh Notaris dengan menyerahkan
aslinya kepada pihak yang bersangkutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup
jelas. Ayat (11)
Cukup jelas.
Ayat (12)
Cukup
jelas. Ayat (13)
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 16A
Cukup jelas.
Angka 9
Pasal 17
Cukup jelas.
Angka 10 . . .
-8-
Angka 10
Pasal 19
Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 20
Cukup jelas.
Angka 12
Pasal 22
Cukup jelas.
Angka 13
Pasal 32
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 33
Cukup jelas.
Angka 16
Cukup jelas.
Angka 17
Pasal 35
Cukup jelas.
Angka 18
Pasal 37
Cukup jelas.
Angka 19
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
-9-
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kedudukan
bertindak penghadap” adalah dasar hukum
bertindak.
Huruf c
Cukup
jelas. Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 20
Pasal 39
Cukup jelas.
Angka 21
Pasal 40
Cukup jelas.
Angka 22
Pasal 41
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 43
Ayat (1)
Bahasa Indonesia yang dimaksud dalam ketentuan
ini adalah bahasa Indonesia yang tunduk pada
kaidah bahasa Indonesia yang baku.
Ayat (2)
Cukup
jelas. Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Penerjemah resmi dalam ketentuan ini antara lain
penerjemah tersumpah yang bersertifikat dan
terdaftar atau menggunakan staf pada kedutaan
besar negara asing jika tidak ada penerjemah
tersumpah.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Angka 24 . . .
- 10 -
Angka 24
Pasal 44
Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 48
Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 49
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 50
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 51
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 54
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 60
Cukup jelas.
Angka 31
Pasal 63
Cukup jelas.
Angka 32
Pasal 65
Cukup jelas.
Angka 33
Pasal 65A
Cukup jelas.
Angka 34
Cukup jelas.
Angka 35 . . .
- 11 -
Angka 35
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat(2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Penolakan dalam ketentuan ini disertai dengan
alasan yang sesuai dengan hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 36
Pasal 66A
Cukup jelas.
Angka 37
Pasal 67
Cukup jelas.
Angka 38
Pasal 69
Cukup jelas.
Angka 39
Pasal 73
Cukup jelas.
Angka 40
Pasal 81
Cukup jelas.
Angka 41
Pasal 82
Cukup jelas.
Angka 42
Cukup jelas.
Angka 43 . . .
- 12 -
Angka 43
Pasal 88
Cukup jelas.
Angka 44
Pasal 91A
Cukup jelas.
Pasal 91B
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
i. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.1
j. Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk
sementara menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan
dari Notaris yang meninggal dunia.2
k. Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk sementara
diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang
sedang cuti, sakit, atau untuk sementara berhalangan
menjalankan jabatannya sebagai Notaris.
l. Dihapus.3
5. Sebelumnya:
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
6. Sebelumnya:
2. Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk sementara
menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan Notaris yang
meninggal dunia, diberhentikan, atau diberhentikan sementara.
3 Sebelumnya:
4. Notaris Pengganti Khusus adalah seorang yang diangkat sebagai Notaris khusus
untuk membuat akta tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat penetapannya
sebagai Notaris karena di dalam satu daerah kabupaten atau kota terdapat hanya
3
PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 DENGAN NO. 2 TAHUN 2014
4
JABATAN NOTARIS
(3) Sebelumnya:
a. Formasi Jabatan Notaris adalah penentuan jumlah Notaris yang
dibutuhkan pada suatu wilayah jabatan Notaris.
(4)
Sebelumnya:
h. Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip
negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.
12 Sebelumnya:
14. Menteri adalah Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang kenotariatan.
5
PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 DENGAN NO. 2 TAHUN 2014
BAB II
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN NOTARIS
Bagian Pertama
Pengangkatan
Pasal 2
Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
Penjelasan:
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 adalah:
a. warga negara Indonesia;
6
JABATAN NOTARIS
(3)
Sebelumnya:
(2) sehat jasmani dan rohani;
(4)
Sebelumnya:
f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada kantor
Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris
setelah lulus strata dua kenotariatan; dan
15 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf h
7
PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 DENGAN NO. 2 TAHUN 2014
Pasal 4
(1) Sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan
sumpah/janji menurut agamanya di hadapan Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi
sebagai berikut:
“Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik
Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang
Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya.
bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah,
jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak.
bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan
menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi,
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai
Notaris. bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan
yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya.
bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apa
pun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan
sesuatu kepada siapa pun.”
Penjelasan:
8
JABATAN NOTARIS
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Pengucapan sumpah/janji jabatan Notaris sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dilakukan dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan
terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan sebagai Notaris.
Penjelasan:
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Dalam hal pengucapan sumpah/janji tidak dilakukan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, keputusan
pengangkatan Notaris dapat dibatalkan oleh Menteri.
Penjelasan:
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7 16
(1) Dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan Notaris, yang
bersangkutan wajib:
a. menjalankan jabatannya dengan nyata;
16 Sebelumnya:
Pasal 7
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan
sumpah/janji jabatan Notaris, yang bersangkutan wajib:
k. menjalankan jabatannya dengan nyata;
l. menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada Menteri,
Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas Daerah; dan
m. menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta
teraan cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan
pejabat lain yang bertanggung jawab di bidang agraria/pertanahan,
Organisasi Notaris, ketua pengadilan negeri, Majelis Pengawas Daerah,
serta bupati atau walikota di tempat Notaris diangkat.
9
PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 DENGAN NO. 2 TAHUN 2014
Penjelasan:
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengetahui Notaris yang
bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan nyata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Bagian Kedua
Pemberhentian
Pasal 8
(1) Notaris berhenti atau diberhentikan dari jabatannya dengan
hormat karena:
a. meninggal dunia;
b. telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun;
c. permintaan sendiri;
10
JABATAN NOTARIS
Penjelasan:
Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Ketidakmampuan secara rohani dan/atau jasmani secara terus
menerus dalam ketentuan ini dibuktikan dengan surat keterangan
dokter ahli.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
(1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena:
a. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
b. berada di bawah pengampuan;
c. melakukan perbuatan tercela;
d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan
jabatan serta kode etik Notaris; atau 17
e. sedang menjalani masa penahanan. 18
2 Sebelumnya:
d. melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan.
3 ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf e.
11
PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 DENGAN NO. 2 TAHUN 2014
Penjelasan:
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Cukup
jelas. Huruf b
Cukup
jelas. Huruf c
Yang dimaksud dengan “melakukan perbuatan tercela” adalah
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma
agama, norma kesusilaan, dan norma adat.
Huruf d
Cukup
jelas. Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “secara berjenjang” dalam ketentuan ini
dimulai dari Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas
Wilayah, sampai dengan Majelis Pengawas Pusat.
Ayat (3)
Cukup
jelas. Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 10
2 Notaris yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a atau huruf b dapat diangkat
kembali menjadi Notaris oleh Menteri setelah dipulihkan haknya.
3 Notaris yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c atau huruf d dapat diangkat kembali menjadi
Notaris oleh Menteri setelah masa pemberhentian sementara berakhir.
12
JABATAN NOTARIS
Penjelasan:
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11 19
(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil cuti.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama
Notaris memangku jabatan sebagai pejabat negara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti Notaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjelasan:
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh
Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila:
a. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. berada di bawah pengampuan secara terus-menerus lebih dari 3
(tiga) tahun;
c. melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan
martabat jabatan Notaris; atau
19 Sebelumnya:
Pasal 11
(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil cuti.
(2) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama Notaris
memangku jabatan sebagai pejabat negara.
(3) Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menunjuk Notaris Pengganti.
(4) Apabila Notaris tidak menunjuk Notaris Pengganti sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Majelis Pengawas Daerah menunjuk Notaris lain untuk
menerima Protokol Notaris yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara.
(5) Notaris yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pemegang sementara Protokol Notaris.
(6) Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat menjalankan kembali jabatan Notaris dan Protokol Notaris
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diserahkan kembali kepadanya.
13
PERPADUAN NASKAH UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 DENGAN NO. 2 TAHUN 2014
Penjelasan:
Pasal 12
Huruf a
Cukup
jelas. Huruf b
Cukup
jelas. Huruf c
Yang dimaksud dengan “perbuatan yang merendahkan
kehormatan dan martabat“ misalnya berjudi, mabuk,
menyalahgunakan narkoba, dan berzina.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “pelanggaran berat” adalah tidak
memenuhi kewajiban dan melanggar larangan jabatan Notaris.
Pasal 13
Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena
dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Penjelasan:
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 diatur dalam Peraturan Menteri.
Penjelasan:
Pasal 14
Cukup jelas.
14
JABATAN NOTARIS
BAB III
KEWENANGAN, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Bagian Pertama
Kewenangan
Pasal 15
(2) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin
kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan
grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain
atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 20
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Notaris berwenang pula:
mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar
dalam buku khusus;
membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan
yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan
dalam surat yang bersangkutan;
melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan Akta;
membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
membuat Akta risalah lelang. 21
20 Sebelumnya:
15