SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
Beby Ferucha
150200396
Fakultas Hukum
Medan
2019
Kuas atas segalanya, yang tidak pernah berhenti memutuskan rahmat-Nya dari segi
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul :
skripsi ini masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya baik dari segi isi
kendala yang menjadikan penulisan skripsi menjadi terhambat, namun atas izin
Allah SWT. Segala rintangan tersebut dapat diatasi dan skripsi ini dapat
diselesaikan. Terimakasih yang tidak dapat di ungkapkan hanya dari sekedar kata-
kata kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, semangat dan nasehat kepada penulis agar selalu mengerjakan skripsi ini
dengan penuh semangat. Dan juga kepada adik dan abang saya yang menambah
semangat penulis dalam penulisan skripsi ini yang selalu memberikan cinta dan
dukungan agar penulis dapat bersemangat mengerjakan skripsi ini dengan sebaik
mungkin.
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan
i
Universitas Sumatera Utara
dan ucapan terimakasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Dekan fakultas
3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, SH., M.Hum selaku Waki lDekan I Fakultas
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas
8. Bapak Arif, SH., M.H selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
Utara.
ii
Universitas Sumatera Utara
10. Kepada seluruh staf administrasi dan pegawai yang turut serta
11. Kepada sahabatku Rica Asrosa, Putri Ananda Bangko, Asra Audina,
penulis hingga saat ini dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam
berbagai situasi, mereka adalah bagian dari rahmat Allah Swt. Yang paling
13. Kepada teman seperjuangan saya Intan Dwi Cahya dan Rahmita
Departemen.
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
1982 ............................................................................................................. 34
iv
Universitas Sumatera Utara
A. Hukum Internasional tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil ............................... 39
Utara ........................................................................................................ 97
Daftar Pustaka
v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Beby Ferucha*
Dr. Sutiarnoto, SH., M.Hum**
Arif S.H., M.H***
Bagi Negara Kepulauan, Pulau terluar adalah suatu hal yang sangat penting dalam
penentuan wilayah yurisdiksi wilayah laut perairan negaranya. United Nations Convention on
the Law Of the Sea 1982 memberikan kepastian bahwasanya Negara Kepulauan dapat
menarik Garis Pangkal lurus untuk menentukan Laut Teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif dan
Landasan Kontinen yang diukur dari Garis pangkal dan dimana Garis Pangkal tersebut berada
di pulau terluar. Rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana pengaturan hukum
internasional pada Konvensi Hukum Laut 1982 mengenai Negara Kepulauan, bagaimana
pengaturan hukum internasional dan hukum nasional dalam mengatur pengelolaan pulau-
pulau terluar Indonesia, sejauhmana implemnetasi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di
Sumatera Utara.
Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan penelitian yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif menjadikan suatu peristiwa atau permasalahan yang
memiliki akibat hukum dipandang dalam sebuah norma dan diberikan tanggapan dan
tindakan berdasarkan peraturan yang berlaku. Metode penelitian yuridis normatif
mengumpulkan data dengan menggunakan pendekatan data sekunder yaitu data yang berasal
dari kepustakaan (dokumen) baik yang bersumber dari media cetak maupun media elektronik.
Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber yang tertulis dan bersifat ilmiah
yang berhubungan dengan hukum internasional dan hukum nasional mengenai hukum laut
dan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
Pengelolaan pulau-pulau terluar harus dioptimalkan, sumber kekayaan yang ada dilaut
memerlukan pengelolaan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip Pembangunan
Berkelanjutan tanpa merusak lingkungan laut sehingga dapat digunakan untuk kemakmuran
masyarakat. Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan melestarikan pulau-pulau
kecil yang ada di wilayah kedaulatan negaranya. Pengelolaan pulau terluar di Sumatera Utara
yang masih relatif kecil membuat Pemerintah Daerah Sumatera Utara harus meningkatkan
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar guna untuk melindungi kedaulatan Nasional Indonesia.
Mengingat Indonesia pernah kehilangan pulau-pulau kecil karena kurangnya pemanfaatan
yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Beby Ferucha*
Dr. Sutiarnoto, SH., M.Hum**
Arif S.H., M.H***
For the archipelago, the outermost island is an important matter in determining the
territorial sea jurisdictions of the country. United Nations Convention on the Law of the Sea
in 1982 confirmed that the archipelago could draw a straight baseline to determine the
Territorial Sea, Exclusive Economic Zone and Continental Shelf measured from the baseline
and where the baseline was on the outermost island. The problem formulations raised are
how the regulation of international law at Sea Law Convention in 1982 concerning the
Archipelago, how regulations of international law and national law in organizing the
regulation of Indonesia's outer islands, to what extent the management implementation of the
outermost small islands in North Sumatera.
The research methodology in this study used normative juridical research. Normative
juridical research formulates an event or issue that has legal consequences to be seen in a
norm and given responses and actions based on applicable regulations. The normative
juridical research method collects the data using a secondary data approach which originated
data from literature (documents) whether sourced from printed or electronic media. The
proposed documents in this study are written and scientific sources regarding to international
law and national law pertaining the law of the sea and the regulation of the outermost small
islands.
Regulations of the outer islands must be optimized. The wealth sources that exist at
sea require good management in accordance with the principles of Sustainable Development
without damaging the marine environment therefore it can be used for community prosperity.
The country or state has an obligation to protect and preserve the small islands in the
country's sovereignty. The relatively small regulations of the outer islands in North Sumatera
has predisposed the Regional Government of North Sumatera must improve the management
of the outermost small islands to protect Indonesia's national sovereignty. Having said that,
Indonesia has ever lost small islands due to lack of utilization carried out by the Government
of Indonesia.
______________________________________
* Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I
*** Dosen Pembimbing II
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan akan sumber daya alam di dunia, The Utenberg mengemukakan bahwa
hanyalah perubahan dalam sistem hukum yang akan mampu mengatur pembagian
sumber daya alam yang tersedia di dunia secara proporsional guna terciptanya
lautan lebih besar dari wilayah daratan, sehingga konsekuensi logisnya adalah
bahwa sebagian besar sumber daya alam yang diperlukan untuk mendukung
internasional, juga sebagai penyedia sumber daya alam yang paling besar, baik
bahwa sejak abad ke- 15 negara-negara berebut hak akses atas wilayah laut guna
ekplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di laut, sementara itu negara-negara
sekeliling wilayah daratannya guna melindungi sumber daya laut tersebut hanya
antara dua kelompok kepentingan atas wilayah laut, keadaan semacam inilah yang
1
Dhiana Puspitawati, Hukum Laut Internasional (Depok:Kencana, 2017), hal. 2
1
Universitas Sumatera Utara
kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara
tertentulah yang mempunyai wilayah laut, yaitu negara dimana wilayah daratnya
berbatasan dengan laut. Laut adakalanya merupakan batas suatu negara dengan
negara lain dengan titik batas yang ditentukan melalui ekstradisi bilateral atau
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 megatur
bahwa Negara Kepulauan adalah negara yang terdiri dari atas satu atau lebih
gugusan pulau, di mana antaranya terdapat pulau-pulau lain yang merupakan satu
kesatuan politik atau secara historis merupakan satu ikatan3. UNCLOS mengatur
dan dianggap hanya sebagai pernyataan sepihak dari Indonesia yang tidak
terselesaikan yang meliputi (i) lebar laut teritorial dan (ii) batas zona perikanan.
2
P.Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal. 1
3
Pasal 46 ayat (1) United Nations Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) 1982
2
Universitas Sumatera Utara
Majelis Umum PBB untuk diadakannya UNCLOS II. Selanjutnya Majelis Umum
PBB melalui Resolusi 1307 (XIII) tanggal 10 Desember 1958 memutuskan untuk
Kepulauan memaksa Indonesia untuk memikirkan cara lain agar konsep Negara
Kepulauan diakui secara internasional. Pada saat itu Indonesia beranggapan jika
konsep Negara Kepulauan dituangkan dalam bentuk peraturan dan bukan hanya
akan terbuka. Oleh karena itu pada tahun 1960 Indonesia merumuskan Undang-
Namun pada UNCLOS II konsep Negara Kepulauan juga gagal untuk diakui oleh
apapun, akan tetapi UNCLOS II menyepakati butuhnya metode teknis dalam hal
diri pada proposal yang diajukan oleh empat Negara Kepulauan yaitu Indonesia,
3
Universitas Sumatera Utara
Philippina, Fiji dan Mauritius yang kemudian dikenal dengan „Four-State Draft
UNCLOS 19824.
khatulistiwa, dan berada diantara dua benua yaitu Asia dan Australia serta berada
di antara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia
terbentang sepanjang 3.997 mil di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
mencapai 3.257.483 km2. Indonesia terdiri dari lima pulau besar, yaitu Jawa
dengan luas 132.107 km2, Sumatera dengan luas 473.606 km2, Kalimantan dengan
luas 539.460 km2, Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan Papua dengan luas
421.981 km2 dan luas ZEE 2,7 juta km2. Jarak dari Barat ke Timur lebih panjang
dari pada jarak antara London dan Siberia sebagaimana yang pernah digambarkan
oleh Multatuli.5
pantai sepanjang 95.181 km. Termasuk dalam kawasan kepulauan ini adalah
pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, sekitar tiga perempat Borneo, Sulawesi,
Kepulauan Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, dan separuh bagian Barat
4
Puspitawati, Op.Cit., 104
5
Yudhi Wijayanto, Disertasi: “Implementasi Kebijakan Pemerintah terhadap
Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar (Studi Kasus Pulau Miangas Kabupaten Kepulauan
Talaud Provinsi Sulawesi Utara)” (Jakarta: UI,2016), Hal. 1
4
Universitas Sumatera Utara
dari pulau Papua dan dihuni oleh ratusan suku bangsa. Dari belasan ribu pulau
yang dimiliki Indoensia, terdapat 111 pulau terluar ditetapkan oleh pemerintah
masing-masing pulau rata-rata 0,02 hingga 200 kilometer persegi. Hanya 50%
dari pulau terluar tersebut yang berpenghuni. Enam puluh tujuh dari 111 itu
berbatasan dengan negara tentangga yaitu Malaysia, Papua Nugini, Timur Leste,
penetapan batas zona laut Indonesia ditentukan oleh Pulau-pulau terluar yang ada
melakukan klaim terhadap wilayah laut, strategisnya Pulau terluar tersebut antara
lain:7
itu diukur dari Garis Pangkal, sedangkan garis pangkal tersebut adanya
di pulau terluar.
6
Ibid., Hal. 2
7
Nur Yanto, Memahami Hukum Laut Indonesia (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014),
Hal. 58
5
Universitas Sumatera Utara
penarikan garis pangkal menentukan lebarnya laut teritorial yang mana jaraknya
sampai 12 mil dan juga tempat menentukan ZEE jaraknya sampai sejauh 200 mil.
a. Pulau Rondo
Darussalam. Disini terdapat Titik dasar (TD) 177. Pulau ini adalah
b. Pulau Berhala
Dasar (TD) 184. Pulau ini menjadi sangat penting karena karena
menjadi pulau terluar Indonesia di Selat Malaka, salah satu selat yang
c. Pulau Nipah
Pulau Nipah adalah salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan
8
Erwin, “Urgensi Perlindungan Pulau-Pulau Terluar Dalam Kaitan Integritas Teritorial
Indonesia”. Vol. 6 No.2, Juli 2011, hal. 191
6
Universitas Sumatera Utara
d. Pulau Sekatung
pulau ini terdapat Titik Dasar (TD) 030 yang menjadi TD dalam
e. Pulau Marore
055.
f. Pulau Miangas
dasar 056.
g. Pulau Fani
Pulau ini terletak Barat laut kepala burung Provinsi Irian Jaya Barat,
h. Pulau Fanildo
7
Universitas Sumatera Utara
i. Pulau Brass
j. Pulau Batek
Pulau ini terletak di Selat Ombai, di pantai Utara Nusa Tenggara Timur
dan Oecussi Timor Lestle. Di pulau ini belum ada titik dasar.
k. Pulau Marampit.
dasar 057.
l. Pulau Dana
Melihat arti penting pulau terluar di Indonesia tersebut, ada manfaat atau
arti penting dari pulau terluar tersebut, seperti (i) fungsi kemananan, (ii) fungsi
ekonomi dan (iii) fungsi ekologi. Sehingga perlindungan dan pengelolaan pulau-
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia9.Dengan pulau yang sangat banyak dan
namun sebaliknya juga dapat menjadi ancaman. Ancaman itu seperti kasus
9
Puspitawati, Op.Cit., Hal 105
8
Universitas Sumatera Utara
pencaplokan pulau, dan pelanggaran batas laut oleh Negara tetangga. Indonesia
harus belajar dari kasus Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Pemerintah tidak boleh
kecolongan lagi. Maka, perhatian kepada pulau terluar (pulau terdepan) dan
tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar, Pulau Simuk dan Pulau Wunga
yang terletak di bagian Pantai Barat Sumatera Utara masuk kedalam daftar 111
pulau-pulau kecil terluar yang dimana sebelum adanya Keppres tersebut yang
termasuk pulau terluar hanyalah Pulau Berhala yang teletak di bagian Pantai
Timur Sumatera Utara. Dengan telah di daftarkannya pulau Simuk dan Pulau
pulau-pulau tersebut. Potensi wilayah pesisir Timur dan Barat Sumatera Utara
sampai saat ini belum dikelola secara optimal, dimana pengelolaan yang telah
dilakukan selama ini masih bersifat eksploitatif, sektoral dan tumpang tindih. Oleh
karena itu dalam jangka menegah dan jangka panjang perlu dilakukan re-orientasi
10
www.pemkomedan.go.id/RADPPK/Renstra_Bappeda.pdf diakses pada tanggal 26
september 2018 jam 22 : 37 Wib
9
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya pemerintah telah berupaya mengeluarkan kebijakan dalam
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, (2) Peraturan
Daerah dan (4) Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan
Pulau-Pulau Kecil Terluar dimana perlunya perhatian khusus terhadap 111 pulau
baik dari sumberdaya alam nya maupun sumberdaya manusianya, sehingga dapat
pulau terluar di Indonesia tersebut, maka dari itu penulis menulis skripsi dengan
B. Rumusan Masalah
10
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana pengaturan hukum internasional dan hukum nasional dalam
Sumatera Utara ?
ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, sebagaimana tujuan penulisan skripsi
Selain tujuan dari penulisan skripsi ini, perlu diketahui pula manfaat yang
diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini, adapun manfaat dalam
a. Manfaat Teoritis
hukum. Selain itu, juga agar dapat menambah wawasan para akademisi maupun
pratiksi hukum khususnya pada kajian yang berkaitan dengan pengaturan hukum
11
Universitas Sumatera Utara
pengaturan hukum internasional dan hukum nasional dalam mengatur pulau-pulau
Utara.
b. Manfaat Praktis
dan kebijakan untuk meweujudkan peraturan yang baik untuk di terapkan dalam
informasi tentang pengaturan apa yang harus dilakukan dalam pengelolaan pulau-
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini merupakan hasil karya asli dari penulis dan bukan
merupakan hasil salinan atau plagiasi dari penulisan skripsi orang lain.
Pulau Nipa Sebagai Pulau Terluar Untuk Penarikan Garis Pangkal Laut
12
Universitas Sumatera Utara
ini membahas tentang pengaturan batas wilayah di perairan Indonesia
untuk dapat menarik Garis Pangkal pantai nya yang ada di wilayah pulau-
Depok Mei 2016, yang disusun oleh Yudhi Wijayanto dengan judul “
Utara Medan, keaslian penulisan ini ditunjuk dengan adanya penegasan dari pihak
E. Tinjauan Pustaka
13
Universitas Sumatera Utara
kehidupan masyarakat internasional. Hukum internasional bukan hanya mengatur
internasional adalah sebagai suatu kaidah atau norma-norma yang mengatur hak
dan organisasi internasional, serta individu dalam hal-hal tertentu. Dalam sitem
internasional memang tidak selengkap hukum nasional karena tidak adanya unsur-
hukum internasional itu ada dan sebagai negara berdaulat serta menjunjung tinggi
14
Universitas Sumatera Utara
hukum internasional karena kepatuhan tersebut diperlukan untuk mengatur
hubunganya antara satu dengan yang lain dan untuk melindungi kepentinganya
berbuat demikian11.
dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli
hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa
1. Kebiasaan;
2. Traktat;
4. Karya-karya hukum;
11
Boer Mauna, Hukum Internasional, (Bandung: P.T.Alumni, 2013), Hal. 1-3
12
Ibid., Hal 7-8
15
Universitas Sumatera Utara
Mengingat bahwa yang membuat hukum internasional adalah negara-
negara, baik melalui hukum kebiasaan maupun hukum melalui hukum tertulis dan
karena negara-negara itu pula yang merupakan pelaku dan sekaligus pengawasan
dari pelaksanaan hukum tersebut tentu saja hukum internasional tidak mungkin
hukum internasional Universite Paris- Sorbonne : alors que le droit interne est un
intenasional masih jauh dari bentuk supranasional, tetapi sistem hukum tersebut
telah berhasil merumuskan berbagai asas dan ketentuan hukum yang mengatur
segala macam hubungan dan kegiatan masyarakat internasional yang kian hari
makin bertambah padat dan kompleks di era globalisasi ini sebagai akibat
yaitu (1) potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan, (2) potensi ekonomi, dan
13
Mauna, Loc.Cit
16
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Dahuri menyatakan bahwa potensi sumberdaya alam dan jasa
lamun, terumbu karang, dan hutan maggrove), yang sangat berperan dalam
energi laut dan jasa lingkungan (terutama pariwisata) dapat dimanfaatkan untuk
mendorong ekonomi.14
Definisi pulau dalam Pasal 121 UNCLOS, adalah daratan yang dibentuk
secara alamiah yang dikelilingi oleh air dan ada yang di atas permukaan air pada
yang terbentuk secara alamiah, di kelilingi oleh air dan selalu berada/muncul
diatas permukaan air pasang tinggi. Sedangkan, pulau-pulau kecil secara harfiah
berinteraksi dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Interaksi ini
2. Memiliki persedian air tawar yang sangat terbatas, termasuk air tanah atau
air permukaan
14
R. Dahuri, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, (Bogor:
IPB,1998), Hal. 23
15
Pasal 121 United Nations Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) 1982
16
Undang-Undang No 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Convention On The
Law Of The Sea
17
Universitas Sumatera Utara
3. Rentan terhadap gangguan eksternal, baik alami maupun akibat kegiatan
manusia
4. Memiliki spesies endemik yang memiliki fungsi ekologi yang tinggi, dan
yang relatif terisolasi dan jauh dari pulau induk, terbatasnya saranan dan prasarana
manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil wajib dilakukan dengan cara
antar Pemerintah Daerah, (c) antar sektor, (d) antara Pemerintah dan dunia usaha,
(e) antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dan, (f) antara ilmu pengetahuan
17
Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
18
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian
langkah yang sistematis18. Metode penelitian yang digunakan dalam upaya untuk
mengumpulkan data dan analisi data dalam rangka menyelesaikan tugas akhir
a. Tipe Penelitian
skripsi ini adalah melalui tipe pendekatan yuridis normatif, pendekatan yuridis
landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari catatan resmi atau
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004) hal. 1
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004) hal. 14.
19
Universitas Sumatera Utara
1. United Nations Convention on the Law of the Sea ( UNCLOS –
Landasan Kontinen.
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang berupa bahan publikasi
dengan tujuan menunjang dan memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer
seperti buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah dan para pendapat dari para ahli hukum
petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder yang berasal
research atau studi kepustakaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan
dalam menganalisa data-data yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya
20
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara maupun di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara dan internet sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang terarah dari pohok
bahasan.
G. Sistematika Penulisan
dalam melihat dan memahami isi dari tulisan ini secara menyeluruh. Dalam
satu dengan bab yang lainya. Setiap bab terdiri dari subbab sebagai penjabaran
lebih lanjut dari bab yang ada yang akan mendukung keutuhan pembahasan dan
yaitu:
a. BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
21
Universitas Sumatera Utara
b. BAB II : TINJAUAN UMUM HUKUM INERNASIONAL PADA
22
Universitas Sumatera Utara
aspek hukum Pemerintah Daerah Sumatera Utara, rencana zonasi
Sumatera Utara.
e. Bab V : PENUTUP
Dalam bab ini terdapat kesimpulan dan saran sebagai bagian akhir
23
Universitas Sumatera Utara
BAB II
suatu negara merupakan suatu kekuasaan tertinggi. Dengan kata lain hukum
states). Hukum laut internasional merupakan salah satu cabang dari hukum
setidaknya 50 (lima puluh) tahun terakhir ini dan akan selalu berkembang secara
Internaisonal I atau yang biasa disebut First United Nations Conference on the
Law of the Sea (UNCLOS I) pada tahun 1958, pemanfaatan laut diatur oleh
kebiasaan internasional20, dimana kebiasaan ini merupakan suatu pola tindak dari
Batas waktu tindakan tersebut tidak ada batasnya berapa kali tindakan itu
dilakukan secara terulang, hal ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat
20
Puspitawati, Dhiana, Hukum Laut Internasional( Depok: Kencana, 2017), hal 11
24
Universitas Sumatera Utara
permasalahan yang dapat berjalan secara lancar didalam pergaulaan internasional
diadakan oleh bangsa sebagai subjek hukum internasional, yang bertujuan untuk
menggariskan hak dan kewajiban yang ditimbulkan serta akibat lainnya yang
berpengaruh bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Para pihak terikat
dan tunduk pada perjnajian sesuai dengan ketentuan yang menjadi kesepakatan
membentuk suatu konvensi serta perjanjian yang ada dapat dilakukan. Dari kedua
hal tersebut tidak cukup untuk mengatur kedaulatan wilayah lautan suatua negara.
ketertarikan suatu wilayah laut menjadi tren pada tahun 1930. Sehingga,
21
Subagyo, P.Joko, Hukum Laut Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,1993), hal. 17
22
Ibid., hal. 18
25
Universitas Sumatera Utara
Hukum Laut Internasional II (UNCLOS II) pada tahun 1960, diikuti oleh
Konferensi Hukum Laut III (UNCLOS III) yang dimulai pada tahun 1973 dan
Laut 1982 atau yang biasa dikenal dengan United Nations Convention on the Law
negara atas wilayah laut guna pengaturan pembagian sumber daya alam di laut
baik oleh negara berpantai maupun land-locked states. Oleh karena itu, UNCLOS
UNCLOS 1982, sehingga dari konvensi UNLOS 1982 tersebut konsep Negara
sangat penting bagi Indonesia, karena dalam konvensi ini dimuat ketentuan-
yaitu sejak konverensi PBB tentang Hukum Laut I (1958). Dengan demikian
status perairan dan dasar laut kepulaun Indonesia yang sebelumnya merupakan
23
Loc., Cit,. Hal. 12
26
Universitas Sumatera Utara
laut lepas menjadi perairan dan dasar laut yang berada di bawah kedaulatan bagi
internasional24.
and historically have or may have been regarded as such, and draw
island and drying reefs of the archipelago from which the extent of
from the coast, the seabed ant the subsoil thereof, and the superjacent
air space, as well as all their resources, belong to, and are subject to
24
Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum Laut,( Jakarta Selatan: badan penelitian dan
pengembangan departemen luar negeri, 1986). Hal.97
27
Universitas Sumatera Utara
Such passage be thorough sea lanes as many designated for that
pertama adalah tentang definis dari Negara Kepulauan secara hukum dan dapat
menarik garis pangkal lurus. Kedua adalah bahwa Negara Kepulauan berdaulat
atas perairan yang terdapat di dalam garis pangkal lurus yang ditarik dari pulau-
pulau terluar dan ketiga menegaskan bahwa lintas damai dari kapal asing melalui
dari Indonesia, Filipina, Fiji dan Mauritius tersebut, maka akhirnya konsepsi
(1) “ means a state constituted wholly by one more islands and may
that such islands, waters and other natural features form an intrictic
1982)
25
Indien Winarwati, Konsep Negara Kepulauan, (Malang: Setara Press, 2016), Hal. 6
26
Pasal 46 United Nations Confention on The Law of the Sea (UNCLOS) 1982
28
Universitas Sumatera Utara
Pada Pasal 46 ayat (1) disebutkan bahwa “Negara Kepulauan adalah suatu
negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup
pulau-pulau lain”. Maksud dari pasal 46 ayat (1) tersebut adalah : secara yuridis,
yang secara geografis wilayahnya berbentuk kepulauan. Hal ini disebabkan dalam
pasal 46 ayat (2) disebutkan bahwa kepulauan adalah suatu gugusan pulau-pulau,
termasuk bagian pulau, perairan di antaranya dan lain-lain wujud alamiah yang
dan wujud alamiahnya lainnya itu merupakan suatu kesatuan geografis, ekonomi,
dan politik yang hakiki atau yang secara historis dianggap sebagai demikian.
Dengan kata lain, pasal 46 ini membedakan pengertian yuridis antara Negara
tidak bisa dilakukan oleh semua negara yang mengatasnamakan dirinya sebagai
Negara Kepulauan. Hal ini dikarenakan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
bila ingin melakukan penarikan garis pangkal lurus kepulauan : Pertama, satu
kesatuan geografis, ekonomi, politik dan historis ; kedua, ada ketentuan khusus
insignificant) tidak bisa dijadikan tempat menarik garis pangkal kepulauan 28.
29
Universitas Sumatera Utara
Kepulauan untuk digunakan dalam menentukan batas-batas maritim dan lalu
lebar laut teritorial Negara-Negara Kepulauan dapat menarik garis lurus dasar
kepulauan sampai 100 mil laut yang menghubungkan titik paling luar dan batu-
batu karang, selama ratio air dan daratan di dalam garis-garis tersebut tidak
memotong negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif. Kapal-kapal
dari semua negara memperoleh hak lintas damai melalui perairan kepulauan, dan
Negara Kepulauan dapat menutup perlintasan tersebut apabila hal ini penting
kedaulatan atas udara di atas perairannya dan atas dasar laut dan tanah
Laut 1982 memuat unsur pulau sebagi salah satu kompenan dalam pengertian
Negara Kepualauan. Maka pada Pasal 121 UNCLOS mendefiniskan pulau yaitu :
(2) Expect as provided for in paragraph 3, the territorial sea, the contiguous
zone, the exclusive economic zone and the continental shelf of an island
29
Chairul Anwar, Horizon Baru Hukum Laut Internasional Konvensi Hukum Laut 1982,
(Jakarta: Djambatan,1989), hal. 22
30
Op.chit., hal. 82
30
Universitas Sumatera Utara
are determined in accordance with the provisions of this Convention
continental shelf.
Dimana inti sari dari pengertian diatas ialah ; pertama, pulau adalah
daratan yang terbentuk secara alami dan dikelilingi oleh air, dan selalu di atas
muka air pada saat pasang naik tertinggi, dengan kata lain sebuah pulau tidak
boleh tenggelam pada saat air pasang naik. Kedua, pulau yang dibentuk secara
alamiah, berdasarkan hukum laut dapat dipakai sebagai titik pangkal penentu
lebar laut teritorial, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinen. Ketiga, batuan
ekonomi mereka sendiri tidak akan memiliki zona ekonomi eksklusif atau landas
kontinen, dimana pada Pasal ini menjelaskan “rock” (batu di laut) dapat dianggap
sebagai pulau, kecuali batu-batu ini tidak dapat menopang kehidupan manusia
tidak dapat dipakai sebagai titik pangkal untuk menentukan ZEE dan landas
kontinen. Syarat „rock‟ dianggap pulau, harus memenuhi syarat sebagai daratan
dikelilingi oleh air dan harus selalu berada diatas muka air tinggi, dapat dipakai
sebagai titik pangkal untuk menentukan lebar laut teritorial dan zona tambahan.
Dalam definis sebutan “dikelilingi oleh air” sebagai syarat suatu pulau, artinya
jika pada surut (air rendah) daratan tidak lagi dikelilingi oleh air maka syarat
sebagai pulau tidak dipenuh artinya bukan suatu pulau. Kalau dekat atau menyatu
dengan daratan berupa tanjung atau ujung. Tidak ada ketentuan berapa tinggi air
31
Universitas Sumatera Utara
pada suru rendah. Secara logika, sebutan “ dikelilingi oleh air”, jika manusia tidak
Kepulauan. Hal ini dikarenakan pada beberapa syarat yang harus dipenuhi bila
objektif yang harus dipenuhi oleh negara kepualan dalam melakukan penarikan
sama bear atau makasimal hanya sembilan kali dengan luas daratannya.
tidak boleh melebihi 100 mil laut, kecuali bila tiga persen dari jumlah
laut.
4. Garis pangkal demikian tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi surut,
31
http://www.didisadili.com/2011/02/khususnya-di-kementrian-kelautan-dan.html
diakses tanggal 22 Oktober 2018 Jam 20:59 Wib
32
Universitas Sumatera Utara
yang secara permanen berada diatas permukaan laut atau apabila elevasi
surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang
5. Sistem garis pangkal demikian, tidak boleh diterapkan oleh suatu negara
teritorial negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif.
mereka, serta segala hak yang ditetapkan dalam perjanjian antara negara-
yang bertebing curam yang tertutup atau hampir tertutup oleh serangkaian
pulau batu gamping dan karang kering diatas permukaan laut yang terletak
8. Garis pangkal yang ditarik sesuai dengan ketentuan pasal ini, harus
dicantumkan pada peta dengan skala atau skala-skala yang memadai untuk
33
Universitas Sumatera Utara
9. Negara kepulauan harus mengumumkan sebagaimana mestinya peta atau
merupakan garis pangkal untuk pengukuran lebar laut teritorial, zona tambahan,
ZEE dan landas kontinen bagi suatu negara kepulauan (pasal 48). Dengan kata
pangkal lurus kepulauan mempunyai fungsi yang sama dengan garis-garis pangkal
lain yang diakui oleh Konvensi Hukum Laut 1982, seperti garis –garis pangkal
Laut 1982
berbagai zona maritim dengan status hukum yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya, konvensi membagi laut ke dalam tiga bagian, pertama, laut yang
negara tersebut memiliki hak-hak dan yurisdiksi terhadap aktifitas tertentu (yaitu
zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, ketiga laut yang bukan merupakan
dapat melakukan penarikan garis pangkal kepualanya untuk menentukan lebar laut
34
Universitas Sumatera Utara
teritorial, zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen bagi suatu
Berdasarkan pasal 3 Konvensi Hukum Laut 1982 lebar laut teritorial dari
suatu pulau dapat mencapai suatu batas yang tidak melebihi 12 mill laut diukur
dari garis pangkal pulau tersebut. Laut teritorial secara hukum merupakan
perluasan dari kedaulatan wilayah Negara Pantai. Negara Pantai menurut Pasal 33
tambahan yang lebarnya tidak boleh melebihi 24 mill laut diukur dari garis
menetapkan lebar laut teritorial suatu Negara Pantai, Konvensi Hukum Laut 1982
garis air rendah (low water mark) sebagai garis pangkal biasa sebagaimana diatur
dalam Pasal 5 dan garis pangkal lurus yang diatur dalam Pasal 7. Selain garis
pangkal biasa dan garis pangkal lurus, Konvensi Hukum Laut 1982 juga mengatur
jenis-jenis garis pangkal lain yang umum digunakan, yakni penutup mulut sungai
(Pasal 9), penutup mulut teluk (Pasal 10), Pelabuhan (Pasal 11), dan elevasi surut
dilakukan menurut ketentuan Pasal 47 Konvensi Hukum Laut 1982 32. Dalam zona
32
Ibid., hal. 226
35
Universitas Sumatera Utara
(imigration), dan kesehatan (sanitary) di dalam wilayah teritorialnya; dan kedua,
teritorialnya.
pengolaan dan pelestarian sumber daya alam hayati dan non hayati
dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya, dan hak-
dan angin ;
dasar laut dan tanah dibawahnya harus dilaksanakan berdasarkan rejim landas
36
Universitas Sumatera Utara
Pasal 57 Konvensi Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa lebar ZEE dari suatu
pulau dapat mencapai suatu batas yang tidak boleh melebihi 200 mil laut diukur
3. Landas Kontinen
Dalam Konvensi Hukum laut PBB 1982, tentang landas kontinen diatur
dalam Bagian VI mulai dari Pasal 76-85. Pasal 76 yang terdiri dari ayat 1-10
seluruhnya mengatur tentang substansi dan ruang lingkup dari landas kontinen.
Dengan sedemikian banyaknya ayat yang terdapat dalam suatu pasal yang secara
berikut :
“ The continental self of a coastal State comprises of the seabed and subsoil of the
submarine areas that extend beyond its territorial sea throughout the natural
prolongation of its land territory to the outer edge of the continental margin, or to
a distance of 200 nautical miles from the baselines from which the breath of the
territorial sea is measured where the outer edge of the continental margin does
(Landas kontinen dari suatu Negara Pantai meliputi dasar laut dan tanah
dibawahnya dari area di bawah perairan laut yang terletak di luar area laut
33
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, Loc.cit., hal 111
34
I Wayan Parthiana, Landas Kontinen Dalam Hukum Laut Internasional (Bandung:
Mandar Maju, 2005) Hal.24
35
UNCLOS 1982 Pasal 76 ayat 1
37
Universitas Sumatera Utara
wilayah daratannya sampai pada pinggiran luar dari tepi kontinen atau sampai
pada pinggiran luar dari tepi kontinen atau sampai pada suatu jarak 200 mil laut
dari garis pangkal tempat lebar laut teritorial Negara Pantai itu diukur serta
pinggiran luar dari tepi kontinen tidak boleh melampaui dari jarak tersebut).
Ditetapkan juga antara lain bahwa garis batas luar landas kontinen yang ditarik
sesuai dengan Pasal 76 ayat 4 (i) dan (ii) tidak boleh melebihi 350 mil. Ketentuan-
ketentuan ini berbeda dengan ketentuan Konvensi Jenewa 1958 yang menetapkan
ketentuan Konvensi Hukum Laut tahun 1982 yang meliputi Pasal-Pasal 76 sampai
negara lain, maka dalam ketentuan landas kontinen tidak seorang pun (negara
2). Tetapi hak berdaulat Indonesia ini tidak mempengaruhi status hukum perairan
di atasnya atau ruang udara di atas perairan tersebut. Indonesia juga tidak boleh
dengan ketentuan yang ada (Pasal 79). Demikian pula mengenai pembangunan
pulau buatan, instalasi dan bangunan di atas landas kontinen dalam Pasal 60 ZEE
36
Dikdik Mohamad Sodik Op.cit., hal. 117-118
38
Universitas Sumatera Utara
BAB III
1982 tidak mengatur secara khusus dalam Pasal-Pasal nya tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tetapi tersirat bahwa sumber kekayaan
yang ada di laut memerlukan pengelolaan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip
perlindungan dan pelestarian lingkungan laut diatur dalam UNCLOS 1982 bagian
Kewajiban diatas diatur dalam Pasal 192 Konvensi Hukum Laut 1982
yang menyatakan : “ States have the obligation to protect and preserve the marine
dalam Pasal 193 yang menyatakan: “ Sovereign right of States to exploit their
natural resources, States have the sovereign right to exploit their natural
37
UNCLOS 1982 Pasal 192
38
UNCLOS 1982 Pasal 193
39
Universitas Sumatera Utara
mereka serasi dengan kebijkasanaan lingkungan mereka serta sesuai pula dengan
Kecil berbentuk soft law, yaitu ketentuan-ketentua yang memuat prinsip umum
(General principles), bersifat penyataan sikap atau komitmen moral dan tidak
deklarasi, piagam atau protokol. Beberapa komitmen (soft law) yang mendukung
1. Agenda 21
39
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/Agenda21 diakses
Tanggal 23 November 2018 Jam 15.40 Wib.
40
Universitas Sumatera Utara
2. Jakarta Mandate 1995
Management;
4. Mariculture; and
41
Universitas Sumatera Utara
3. Deklarasi Bunaken 1998
40
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia Pasal 23
42
Universitas Sumatera Utara
(3) Apabila diperlukan untuk meningkatkan pemanfaatan, pengelolaan,
kecil terluar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk
terluar dari wilayah Negara Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan Negara
stabilitas kawasan.
berkelanjutan.
pulau kecil merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan dengan serius
43
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mengatur tentang pengelolaan
pulau-pulau kecil terluar yang akan dijelaskan secara rinci dibawah ini.
sumber daya alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga
rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan
datang;
potensi Sumber Daya Alam yang tinggi, dan sangat penting bagi
nasional;
43
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
44
Universitas Sumatera Utara
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a. Keberlanjutan;
b. Konsistensi;
c. Keterpaduan;
d. Kepastian hukum;
e. Kemitraan;
f. Pemerataan;
h. Keterbukaan;
i. Desentralisasi;
j. Akuntabilasi; dan
k. Keadilan.
45
Universitas Sumatera Utara
b. Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan
Pulau-Pulau Kecil;
Pulau-Pulau Kecil.
geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan
yang kuat dengan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta adanya
sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum44.
Partisipasi masyarakat adat dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta
44
Ibid., Pasal 1 ayat 33
46
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi
Pulau Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib dilakukan dengan cara
mengintegrasikan kegiatan :
c. Antara sektor;
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana diatur dalam Pasal 5 terdiri
atas :
Hal yang perlu memperoleh perhatian adalah ketentuan ayat 3 Pasal yang
47
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Zona Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tertentu dalam wilayahnya. Dalam
Adapun jangka waktu Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RSWP-3-K) Pemerintah Daerah menurut ayat 3 selama 20 (dua puluh) tahun dan
Kecil (RZWP-3-K) dimuat dalam Pasal 9 ayat 1 yang menyatakan bahwa RZWP-
3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Berdasarkan ketentuan ayat 2 Pasal yang sama, bahwa Rencana Zonasi Wilayah
48
Universitas Sumatera Utara
Pulau Kecil (RZWP-K-3) menurut ketentuan ayat 3, perlu kiranya
dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan
dan keamanan;
Kecil (RZWP-K-3) menurut ayat 4 selama 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Dalam ayat 5 disebutkan bahwa Rencana Zonasi
bioekoregion;
49
Universitas Sumatera Utara
d. Penetapan prioritas Kawasan Laut untuk tujuan konservasi, sosial
dan keamanan.
Pasal 11 ayat 1 yang mengatur Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
tentang :
bioekoregion.
dan/atau Alur Laut yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pemerintah Daerah untuk mengatur Recana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-
pengambilan keputusan dalam penataan kawasan, dan zona, tetapi juga meliputi
pengaturan dalam Alur Laut. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan antara
tentang Alur Laut, yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Lebih lanjut
50
Universitas Sumatera Utara
dalam ketentuan Pasal 12 ayat disebutkan bahwa Rencana Pengelolaan Wilayah
tersediannya data dan informasi yang akurat dan dapat diakses; serta
dengan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pasal
13 menyatakan bahwa :
kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadu dengan pulau
51
Universitas Sumatera Utara
besar di dekatnya. Dalam ketentuan ayat 2 dinyatakan, bahwa Pemanfaatan Pulau-
Pulau Kecil dan Perairan di sekitarnya diprioritaskan untuk salah satu atau lebih
kepentingan berikut :
a. Konservasi;
d. Budidaya laut;
e. Pariwisata;
h. Peternakan.
Tahun 2007 telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sehingga beberapa pasal perlu
52
Universitas Sumatera Utara
disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di
masyarakat.
2014 tentang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ialah, pertama adalah definisi
Undang Nomor 27 Tahun 2007 berubah menjadi kelompok orang secara turun-
Indonesia karena adanya ikatan pada asas leluhur, hubungan yang kuat dengan
tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki pranata Pemerintah Adat, dan tatanan
undangan.
memberi pengakuan hak asal usul masyarakat hukum adat untuk mengatur
ketentuan sebelumnya yang hanya menitikberatkan pada “salah satu atau lebih
keamanan negara sebagai salah satu kepentingan yang harus yang perlu di
Hal-hal tersebut dapat dilihat dalam ketentuan ayat 2, yang berbunyi bahwa
53
Universitas Sumatera Utara
a. Konservasi;
e. Pariwisata;
pertanian organik;
g. Peternakan; dan/atau
rangka penanaman modal asing harus mendapat izin Menteri. Dalam ketentuan
bupati/wali kota. Dalam ketentuan ayat 4 Pasal yang sama ditegaskan bahwa izin
c. Tidak berpenduduk;
54
Universitas Sumatera Utara
f. Melakukan pengalihan saham secara bertahap kepada peserta
Indonesia;
dan perairan oleh pihak investor asing harus mendapat izin dari Menteri Kelautan
dan Perikanan. Regulasi baru ini memperberat syarat investor asing dalam
diperbolehkan, akan tetapi disertai dengan sejumlah syarat, antara lain harus
bermitra dengan perusahaan lokal di pulau kecil yang tidak berpenghuni, belum
masuknya unsur masyarakat adat dalam inisiasi penyusunan rencana zonasi. Hal
ini berarti, bahwa masyarakat adat mempunyai kedudukan yang sama dengan
yang berhubungan dengan laut dan/atau kegiatan di wilayah laut yang meliputi
dasar laut dan tanah di bawahnya, kolom air dan permukaan laut, termasuk
55
Universitas Sumatera Utara
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil45. Oleh karena itu di dalam UU ini juga
diatur tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam hal
Tahun 2014, salah satu yang menjadi perhatian adalah terhadap sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil46. Selain itu UU No. 32 Tahun 2104 juga mengatur
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Menurut
UU No. 32 Tahun 2014, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan
pulau kecil.
45
Pasal 1 angka 2 UU No. 32 Tahun 2014
46
Pasal 14 UU No. 32 Tahun 2014
47
Pasal 15 UU No. 32 Tahun 2014
48
Pasal 22 UU No. 32 Tahun 2014
56
Universitas Sumatera Utara
pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan,
dan berkelanjutan.
pulau-pulau kecil.
pengendalian. Hal ini juga berlaku dalam hal pengelolaan wilayah pesisir dan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang diatur di dalam UU No.
kecil49. Dan kegiatan pemanfaatan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil yang diatur di dalam UU No. 32 Tahun 2014 berkaitan dengan izin
perundang-undangan.
49
Pasal 43 UU No. 32 Tahun 2014
50
Pasal 47 UU No. 32 Tahun 2014
57
Universitas Sumatera Utara
3. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan
Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Pada Bab
Tertentu (KSNT), selain memiliki potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan
yang tinggi, juga mempunyai peran strategis dalam menjaga kedaulatan Negara
sumber daya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun
lain sangat penting untuk kepentingan pertahanan dan keamanan karena berada di
beranda depan NKRI. Istilah lain yang perlu memperoleh perhatian adalah
kegiatan yang berkaitan dengan upaya memanfaatkan potensi sumber daya PPKT
51
Didik Mohamad Sodik, op.ci,. Hal : 225
58
Universitas Sumatera Utara
dan perairan sekitarnya sampai paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari
Indonesia”.
Indonesia.
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas subzona yang meliputi pertahanan,
dilakukan untuk :
c. Pelestarian lingkungan.
pelaksana daripada Pasal 33 ayat (2) UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun
2014. Rehabilitasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah proses pemulihan
59
Universitas Sumatera Utara
dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun
hasilnya dapat berbeda dari kondisi semula52. Rehabilitasi wajib dilakukan apabila
populasi53.
orang yang memanfaatkan secara langsung atau tidak langsung wilayah pesisir
mangrove, lamun, estuari, laguna, teluk, delta, gumuk pasir, pantai, dan/atau
populasi ikan54.
kerusakan hayati55. Kerusakan fisik dapat berupa : penurunan manfaat dan fungsi
fisik ekosistem atau populasi, penurunan luasan ekosistem atau populasi, dan/atau
stabil pada kondisi aerobik, peningkatan padatan yang terkandung dalam air,
52
Pasal 1 angka 1 Perpres No. 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil
53
Pasal 2 ayat (2) Perpres No. 121 Tahun 2012
54
Pasal 2 ayat (3) Perpres No. 121 Tahun 2012
55
Pasal 3 Perpres No. 121 Tahun 2012
60
Universitas Sumatera Utara
tutupan rendah, dominasi jenis tinggi atau keanekaragaman rendah, penurunan
hilangnya daerah pemijahan, daerah pembesaran, serta daerah pencarian makan 56.
dan pemeliharaan57.
Perpres ini merupakan peraturan pelaksana daripada Pasal 53 ayat (3) UU No. 27
tingkat nasional adalah proses harmonisasi dan upaya sinkronisasi, serta sinergi
yang diatur oleh Perpres ini adalah agar pelaksanaan kegiatan pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pada tingkat nasional harmoni, sinergi,
56
Pasal 4 Perpres No. 121 Tahun 2012
57
Pasal 5 Perpres No. 121 Tahun 2012
58
Pasal 1 angka 1 Perpres No. 73 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Tingkat Nasional
59
Pasal 2 Perpres No. 73 Tahun 2015
61
Universitas Sumatera Utara
keanggotaan melibatkan kementerian/lembaga terkait60. Pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil pada tingkat nasional meliputi kegiatan yang bersifat
lintas provinsi dan kegiatan di Kawasan Strategis Nasional Tertentu 61. Kawasan
terpadu.
instansi pemerintah.
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan
60
Pasal 11 Perpres No. 73 Tahun 2015
61
Pasal 3 ayat (2) Perpres No. 73 Tahun 2015
62
Pasal 1 angka 2 Perpres No. 73 Tahun 2015
63
Pasal 3 ayat (3) Perpres No. 73 Tahun 2015
62
Universitas Sumatera Utara
Laut. Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) adalah unit
pelaksana teknis di bidang pengelolaan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau
kecil yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya pesisir, laut, dan pulau-
berlaku65.
yaitu :66
dilindungi.
64
Pasal 1 Permen KP No. 18 Tahun 2007 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Laut
65
Pasal 2 Permen KP No. 18 Tahun 2007
66
Pasal 3 Permen KP No. 18 Tahun 2007
63
Universitas Sumatera Utara
g. fasilitasi penataan ruang pesisir dan laut.
jo UU No. 1 Tahun 2014. Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah
menjadi :68
d. Sempadan Pantai
Di dalam Permen KP No. 17 Tahun 2008 ini hanya akan dibahas mengenai
67
Pasal 1 angka 7 Permen KP No. 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Di
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
68
Pasal 4 Permen KP No. 17 Tahun 2008
64
Universitas Sumatera Utara
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2008
konsisten telah memenuhi standar baku sistem pengelolaan wilayah pesisir dan
ini merupakan peraturan pelaksana daripada Pasal 26 UU No. 27 Tahun 2007 jo.
69
Pasal 1 angka 1 Permen KP No. 18 Tahun 2008
70
Pasal 4 Permen KP No. 18 Tahun 2008
71
Pasal 2 Permen KP No. 20 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Dan
Perairan Di Sekitarnya
65
Universitas Sumatera Utara
a. Keterpaduan antara kegiatan pemerintah dengan pemerintah daerah, antar
tradisional.
dan pengembangan, budi daya laut, pariwisata, usaha perikanan dan kelautan
diberikan kepada orang perseorangan warga negara Indonesia, badan hukum yang
72
Pasal 3 Permen KP No. 20 Tahun 2008
66
Universitas Sumatera Utara
didirikan berdasarkan hukum Indonesia, atau masyarakat adat. Sedangkan untuk
disusun.
sebagai peraturan pelaksana daripada Pasal 36 ayat (4) dan Pasal 39 UU No. 27
Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014. Di dalam Permen KP No. 12 Tahun 2013
73
Pasal 4 Permen KP No. 20 Tahun 2008
74
Pasal 10 Permen KP No. 20 Tahun 2008
67
Universitas Sumatera Utara
pulau kecil), wewenang dan tugas Polsus PWP3K, pelaksanaan pengawasan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (PWP3K) dilakukan oleh pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang berwenang sesuai dengan sifat pekerjaannya. Pejabat
pegawai negeri sipil tertentu tersebut diberi wewenang kepolisian khusus, dan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan pada tahap perencanaan dan
d. Pemeriksaan sampel.
umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu, dan alur laut 77.
75
Pasal 2 Permen KP No. 12 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
76
Pasal 3 Permen KP No. 12 Tahun 2013
77
Pasal 24 Permen KP No. 12 Tahun 2013
68
Universitas Sumatera Utara
Selain itu Polsus PWP3K juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun 2014 dan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2013
Permen KP No. 17 Tahun 2013 mengatur Tentang Perizinan Reklamasi Di
2. Ketentuan Pasal 8 ayat (3) huruf a dan ayat (5) huruf b diubah.
Pulau Kecil. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
78
Pasal 29 Permen KP No. 12 Tahun 2013
79
Pasal 1 angka 1 Permen KP No. 17 Tahun 2013 jo Permen KP No. 28 Tahun 2014
tentang Perizinan Reklamasi Di Wilayah Perairan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
69
Universitas Sumatera Utara
Jenis perizinan yang diatur dalam Permen KP ini terdiri atas izin lokasi
dan izin pelaksanaan reklamasi. Izin lokasi dibagi lagi atas izin lokasi reklamasi
Kementerian.
peraturan perundang-undangan.
jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
pemerintah provinsi.
80
Pasal 2 Permen KP No. 17 Tahun 2013 jo Permen KP No. 28 Tahun 2014
81
Pasal 5 Permen KP No. 17 Tahun 2013 jo Permen KP No. 28 Tahun 2014
82
Pasal 6 Permen KP No. 17 Tahun 2013 jo Permen KP No. 28 Tahun 2014
70
Universitas Sumatera Utara
Bupati/walikota berwenang menerbitkan Izin Lokasi Reklamasi dan Izin
pemerintah kabupaten/kota.
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang yang ingin memiliki izin
Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 sehingga Permen KP
No. 16 Tahun 2008 perlu untuk diganti dengan Permen KP No. 34 Tahun 2014
ini.
Tujuan dibuatnya Permen KP No. 34 Tahun 2014 ini adalah agar terwujud
83
Pasal 7 Permen KP No. 17 Tahun 2013 jo Permen KP No. 28 Tahun 2014
84
Pasal 11 ayat (1) Permen KP No. 17 Tahun 2013 jo Permen KP No. 28 Tahun 2014
71
Universitas Sumatera Utara
kabupaten/kota85. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
danprinsip-prinsip manajemen.
dan nasional.
lainnya.
yang diatur dalam Permen KP ini sama dengan yang diatur di dalam UU No. 27
Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 yaitu meliputi rencana strategis, rencana
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Permen KP No. 40 Tahun 2014 ini merupakan
pengganti daripada Permen KP No. 08 Tahun 2009 tentang Peran Serta Dan
85
Pasal 2 Permen KP No. 34 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
86
Pasal 3 Permen KP No. 34 Tahun 2014
72
Universitas Sumatera Utara
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil.
kecil.
lestari.
pulau-pulau kecil.
secara fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung, atas dasar kesadaran
sendiri atau akibat peranan pembinaan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
87
Pasal 3 Permen KP No. 40 Tahun 2014 tentang Peran Serta Dan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
88
Pasal 1 angka 5 Permen KP No. 40 Tahun 2014
73
Universitas Sumatera Utara
dan pulau-pulau kecil dapat dilakukan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan89.
pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dilakukan melalui usulan penyusunan RSWP-
89
Pasal 4 Permen KP No. 40 Tahun 2014
90
Pasal 5 Permen KP No. 40 Tahun 2014
91
Pasal 8 Permen KP No. 40 Tahun 2014
74
Universitas Sumatera Utara
Peran serta masyarakat dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir dan
atau bantuan kepada Masyarakat dan nelayan tradisional agar mampu menentukan
pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
melalui:95
a. peningkatan kapasitas
c. permodalan
d. infrastruktur
92
Pasal 9 Permen KP No. 40 Tahun 2014
93
Pasal 1 angka 6 Permen KP No. 40 Tahun 2014
94
Pasal 10 Permen KP No. 40 Tahun 2014
95
Pasal 11 Permen KP No. 40 Tahun 2014
75
Universitas Sumatera Utara
e. jaminan pasar
3-K sebagai anjuran atau pedoman bagi Pemerintah Daerah dimana hal tersebut
dijelaskan pada Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 dari Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan yaitu96 :
Kecil.
mengelola sumber daya di wilayah laut sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat 1-5
76
Universitas Sumatera Utara
(2) Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola sumber daya alam di
b. Pengaturan administratif;
laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling jauh 12 (dua belas)
mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah
perairan kepulauan.
(4) Apabila wilayah laut antardua Daerah provinsi kurang dari 24 (dua
laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak
77
Universitas Sumatera Utara
perencanaan disertai dengan penetapan alokasi ruang pada kawasan perencanaan
yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan98.
Presiden;
98
https://kkp.go.id/djprl/artikel/893-kkp-percepat-penyusunan-rencana-zonasi-wilayah-
pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rzwp-3-k-di-34-provinsi diakses Tanggal 25 November 2018 Jam
19.00 Wib.
99
Kepres No. 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar
78
Universitas Sumatera Utara
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
Pualu Kecil Terluar menetapakn 111 (seratus sebelas) Pulau sebagai Pulau-Pulau
wilayah NKRI.
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan
Tahun 2007 serta Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 dengan
Terluar, dan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-
100
Ibid. Pasal 1
79
Universitas Sumatera Utara
semakin berkembangnya kebutuhan hukum dimasyarakat. Hal ini ditandai dengan
itu, semua instansi pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
80
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
SUMATERA UTARA
Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 182.981,23 km2 yang terdiri
dari luas daratan sebesar 72.981,23 km2 dan luas perairan sebesar 110.000,54 km2
sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagaian kecil berada di
Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di perairan bagian
barat maupun di bagian timur Pulau Sumatera. Panjang pantai 1.300 Km2 dengan
panjang Pantai Timur 545 Km2, Pantai Barat dan Kepulauan Nias 755 Km 2
dengan 3 (tiga) Pulau terluar dan 206 buah pulau terluar. Perkembangan wilayah
93.168,73/Mei 2018.101
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100°
Bujur Timur, merupakan salah satu Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera.
Provinsi Sumatera Utara berbatasan sebelah Utara dengan Provinsi Aceh, sebelah
101
Aliharni, Seminar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, 2018.
81
Universitas Sumatera Utara
barat dengan Samudra Hindia, sebelah Selatan dengan Provinsi Riau dan Provinsi
Sumatera Barat serta sebelah Timur dengan Selat Melaka. Secara regional
Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran internasional Selat
Melaka dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Terdapat 419 pulau dengan
237 pulau yang telah memiliki nama dengan 6 pulau di wilayah Pantai Timur
termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar yang berbatasan dengan Selat
Melaka dan sisanya 182 pulau di wilayah Pantai Barat dengan Pulau Wungga dan
dalam kondisi rusak yang tersebar di 6 Kabupaten (belum termasuk Nias). Selain
hasil laut dan perikanan lainnya, kawasan ini memiliki potensi pariwisata bahari
Sumatera Utara sangat bervariasi yaitu daerah yang curam, berbatu dan di
beberapa daerah terdapat pantai yang didominasi rawa. Kondisi pantai semacam
Sibolga dan Mandailing Natal. Sedangkan Pantai Kabupaten Nias dan Kabupaten
Nias Selatan didominasi oleh pantai berbatu dan berpasir, khususnya yang
Kecil merupakan ciri yang di miliki oleh Kawasan Pesisir Barat Sumatera Utara.
Pantai Barat ini juga memiliki hamparan mangrove sekitar 14.270 Ha yang
102
Ibid.
82
Universitas Sumatera Utara
selatan Kabupaten Tapanuli Tengah serta di daerah pulau-pulau di Kabupaten
Nias dengan ketebalan antara 50-150 meter. Terumbu karang di Pantai Barat
Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan yang tumbuh pada kedalaman 3-10
meter.
3. Potensi
terdiri Potensi Selat Malaka sebesar 276.030 ton/tahun dan Potensi di Samudera
terdiri Budidaya tambak 20.000 Ha dan Budidaya Laut 100.000 Ha, Budidaya air
Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias
Utara, Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Kabupaten
Budidaya Laut yang terdiri dari Rumput Laut, Kerapu dan Kakap, Budidaya tawar
103
http://dkp.sumutprov.go.id/statis-4/potensi.html diakses tanggal 8 Desember 2018,
Jam 01.30 Wib.
83
Universitas Sumatera Utara
yang terdiri dari ikan Mas, Nila, Lele, Patin, Gurame, Tawes dan Nilam. Budidaya
Tambak yang terdiri dari Udang Vaname, Udang Windu, Kerapu, Kakap,
Bandeng.
Sumatera Utara yang terdiri dari Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kabupaten
Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
pengolahan ikan. Budidaya Laut yang terdiri dari Kerapu, Kakap, dan Kerang
Hijau. Budidaya Tawar yaitu Mas, Nila, Lele, Patin, Gurame, Grass carp, Lobster
air tawar, Bawal tawar dan ikan hias, Budidaya Tambak yaitu Rumput Laut,
3 (tiga) pulau terluar di Sumatera Utara yang masuk kedalam 111 Pulau-Pulau
sebagai berikut :
1. Pulau Berhala
84
Universitas Sumatera Utara
berdekatan dengan Malaysia. Pulau ini saat ini sedang digalakkan industri
Sumatera Utara. Pulau ini terletak di Selat Malaka dan berbatasan dengan
pada posisi 30 46‟ 38” LU dan 990 30‟ 03” BT. Pulau ini merupakan lokasi
titik dasar/Base Point (TD) no. 184 dan titik referensi (TR) no. 184,
Luas pulau berkisar 2.5 hektare, kondisi pulau sangat alami dan
sudah memiliki penduduk105. Saat ini pulau dijaga oleh Tentara Nasional
a. Terumbu Karang
karang bawah laut dan hutan tropis dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi, serta menjadi habitat berbagai jenis flora dan fauna. Vegetasi Pulau
Berhala terdiri dari hutan lahan basah, hutan lahan kering, lahan terbuka
104
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/453
diakses tanggal 9 Desember 2018, Jam 14.05 Wib.
105
https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Berhala diakses tanggal 9 Desember 2018, Jam
14.20 Wib.
106
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/453
Op. cit.
85
Universitas Sumatera Utara
b. Sumberdaya Perikanan
pulau ini terdapat karamba besi nelayan untuk menampung ikan hasil
sangat potensial. Hal ini terlihat dari berlimpahnya berbagai jenis ikan
ekonomis penting seperti ikan kembung, cakalang, kerapu, kakap, dan teri
kecil bertopografi datar. Pulau seluas 2,5 km2 ini memiliki topografi
bergunung dengan hutan lebat dan pantainya berpasir putih dan sebagian
berbatu. Pada awal dan akhir tahun, pantai Pulau Berhala menjadi tempat
terkikis sedang, tombolo yang berupa dataran menjorok ke arah laut, dan
86
Universitas Sumatera Utara
Selat Malaka dan memiliki kondisi perairan yang relatif tenang dan cukup
jernih. Arus di perairan pulau ini berasal dari Selat Malaka yang bergerak
BOD5 16,26 mg/l, turbidity 0,16 – 0,22 NTU, dan TSS 1 – 6 mg/l.
Kedalaman pantainya berada pada kisaran 14- 25 meter. Letak pulau ini
karena panorama pantai yang landai dan indah. Air lautnya biru dan jernih,
yang indah untuk dinikmati. Selain keindahan pantai, pulau ini memiliki
hutan yang berbeda, yaitu hutan tropika basah dan hutan lahan kering.
berbagai jenis flora dan fauna menambah panorama alam yang akan
87
Universitas Sumatera Utara
pulau ini terdapat sumur yang digali hanya sekitar 10 - 15 meter dari bibir
pantai dengan airnya yang bening, tawar, dan tidak berbau. Kondisi inilah
berlayar.
2. Pulau Simuk
Barat Sumatera Utara. Pulau ini mempunyai luas 13.04 Km 2 dan dihuni
Sumatera Utara dengan total jumlah penduduk kurang lebih 3.000 jiwa..
Pulau ini sangat datar dengan pantainya pasir putih yang landai. Terletak
ini memiliki koordinat pada 00° 05‟ 33” LU dan 97° 51‟ 14” BT dan
mempunyai titik dasar pada TD.164 dan titik referensi TR.164. Penduduk
di Pulau Simuk sebagian besar berasal dari Pulau Nias dan sebagian lagi
88
Universitas Sumatera Utara
menangkap ikan hanya dilakukan oleh sebagian kecil penduduk di daerah
a. Terumbu Karang
wilayah ini tidak banyak terjadi yang diduga oleh aktivitas penangkapan
yang tidak terlalu banyak dan hanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
89
Universitas Sumatera Utara
c. Perikanan
Pulau Simuk adalah jaring hanyut dan pancing. Beberapa nelayan ada juga
tradisional, hal ini dapat dari jenis alat tangkap yang digunakan dan perahu
yang masih banyak dijumpai perahu nelayan berukuran kecil tanpa motor.
d. Rumput Laut
yang terdapat di Desa Silina Baru. Selain itu di sepanjang pantai desa
e. Kopra
90
Universitas Sumatera Utara
permukaan laut). Sebagian besar wilayah pulau ini merupakan dataran
setinggi kurang lebih 8 meter di bagian tengah arah Tenggara pulau seluas
pengungsian apabila terjadi tsunami. Untuk masuk pulau ini harus menuju
bagian luar pulau sebelah Barat menghadap laut lepas dengan jalur menuju
teluk berbentuk zig-zag. Pantainya landai tersusun dari pasir putih dan
tepian pantai. Pulau Simuk termasuk pulau dengan iklim tropis, dilalui
oleh garis katulistiwa. Musim hujan terjadi antara bulan Juli sampai
Januari sampai dengan bulan Juni setiap tahunnya. Suhu udara di sekitar
pulau berkisar 20,5 – 29,8 °C. Cuaca di Pulau Simuk juga sangat
daratan. Kondisi perairan Pulau Simuk sangat jernih dengan ombak dan
gelombang yang sangat besar. Hal ini karena letak Pulau Simuk yang jauh
meter. Arus di daerah perairan pulau ini berasal dari Samudera Hindia
91
Universitas Sumatera Utara
pada kisaran 7-36 meter. Kualitas perairan Pulau Simuk yaitu sebagai
berikut109 :
- pH 6,9
salah satunya di siang hari juga sedang masa percobaan digunakan untuk
buah masjid, gereja di setiap desa, dermaga pelabuhan yang sedang dalam
menuju dan dari Pulau Simuk secara reguler dilayani oleh dua kapal, kapal
sekali yang melayani rute: Teluk Dalam Ibu Kota Kabupaten Nias Selatan,
Telo Ibu Kota Kecamatan Pulau-Pulau Batu dan menuju Simuk. Kapal
109
Ibid.
92
Universitas Sumatera Utara
dari siaran televisi yang menggunakan antena parabola satelit, sedangkan
Simuk dulu pernah terdapat sebuah menara suar di bagian dalam teluk
dekat pelabuhan, namun sejak gempa dan tsunami Bulan Maret 2005
baik di darat maupun di laut juga belum tersedia di pulau tersebut. Padahal
a. Usaha Penangkapan
3. Pulau Wunga
oleh hamparan terumbu karang. Pulau ini berpenghuni satu desa yang
93
Universitas Sumatera Utara
luas 9 km2. Terdapat titik dasar/Base point (TD) no. 167 dan titik referensi
(TR) no. 167. Secara administratif pulau ini termasuk ke dalam wilayah
India. Secara geografis pulau ini memiliki koordinat pada 01º12‟47” U dan
sekitar 23 unit bangunan rumah di pulau ini. Penduduk Desa Afulu yang
memiliki adat dan marga seperti halnya kebanyakan warga di Pulau Nias
lainnya. Agama yang dipeluk oleh masyarakat Desa Afulu adalah cukup
Desa Afulu berasal dari berkebun dan menangkap ikan di laut110. Seluruh
110
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/446
diakses tanggal 10 desember 2018, Jam 08.00 Wib.
94
Universitas Sumatera Utara
rawa, mangrove, dan pohon kelapa yang mendominasi penutupan vegetasi
binatang yang ditemukan di daratan pulau antara lain beberapa jenis reptil
b. Perikanan
menampung air sehingga bentuk pulau dari atas menyerupai bentuk huruf
memiliki ombak dan gelombang laut yang besar terutama pada saat musim
95
Universitas Sumatera Utara
barat. Arus di perairan pulau ini berasal dari Samudera Hindia yang
– 30,2 oC, pH 7,0, turbidity 0,35 – 0,55 NTU, dan TSS 3 – 9 mg/l.
dermaga pendaratan, jalan keliling pulau, pos jaga TNI-AL belum terdapat
dan prasarana yang ada di Desa Afulu di Pulau Nias. Kondisi infrastruktur
hanya dapat ditembus oleh kendaraan gardan ganda melalui jalan yang
sangat terjal dan berbatu, apabila melalui jalur yang landai belum dapat
111
Ibid.
96
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki oleh masyarakat Desa Afulu sebagai sarana trasportasi
Sumatera Utara.
112
Ibid.
97
Universitas Sumatera Utara
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang
struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan
yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat
Sumatera Utara.
pertumbuhan ekonomi.
113
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 18 tahun 2013 Pasal 1 dan Pasal 2
114
Lampiran Peraturan Gubernur Sumuatera Utara Nomor 18 Tahun 2013 tentang
RSWP3K.
98
Universitas Sumatera Utara
c. Tujuan Pembangunan Sosial yakini memulihkan dan
berkelanjutan.
Plan).
115
Ibid.
116
Pergub Sumut No. 18 Tahun 2013 Pasal 3
99
Universitas Sumatera Utara
b. Mengintegrasikan kegiatan antara pemerintah dengan
kepentingan lainnya.
Kecil (RZWP-3-K)
Kecil (RPWP-3-K)
100
Universitas Sumatera Utara
2. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sumatera
Utara.
Naskah Akademik Rencana Zonasi wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil, zonasi
dalam zona-zona yang sesuai dengan kondisi fisik, potensi dan fungsinya. Tujuan
penentuan zonasi adalah untuk mengoptimalkan fungsi ekologi dan ekonomi dari
peraturan tersebut, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara
perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada Kawasan
perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin di
daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan
101
Universitas Sumatera Utara
di darat dan laut dan pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km 2
tangkap, zona perikanan budidaya, zona industri, zona energi dan zona wilayah
Keempat yaitu alur laut digunakan sebagai jalur pipa dasar laut, jalur lintas kapal
analisis tiga dimensi ruang, yaitu permukaan, kolom, dan dasar laut. Pada setiap
pada zona tertentu. Dalam kolom perairan pesisir dan dan pulau-pulau kecil secara
yang diperbolehkan , kegiatan yang tidak diperbolekan, serta kegiatan yang hanya
102
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan analisis RZWP3K Provinsi Sumatera Utara tahun 2017-2037
diperoleh arahan pola ruang Provinsi Sumatera Utara. Arahan pola dan
dilakukan secara jelas, olehnya itu berdasarkan hasil analisis draft rencana zonasi
maka rekomendasi untuk pola arahan dan pemanfaatan ruang untuk kawasan
pesisir Provinsi Sumatera Utara terdiri dari atas Kawasan Pemanfaatan Umum,
103
Universitas Sumatera Utara
Zona Perancangan 213.395,21
KKP
3 Kawasan Strategis - 40.395,21
Nasional Tertentu PPKT
(KNKT) 1)
Alur pelayaran - -
Kabel/Pipa Bawah Laut - 40.395,21
4 Alur
- Pipa Gas dan - 5.103,30
Minyak
- Telekomunikasi 35. 291,91
TOTAL LUASAN 4. 371.673,02
Sumber : Hasil Analisis, 2017
Keterangan :
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) harus digencar oleh Pemerintah Daerah
guna penataan pemukiman, pariwisata, zona budidaya dan zona lindung sehingga
mengurangi untuk tidak adanya terjadi konflik kepentingan antar sektoral dan
Pulau-pulau kecil yang terdapat di kawasan Pantai Barat dan Pantai Timur
Sumatera Utara menagandung potensi yang sangat besar untuk pariwisata bahari
dan nilai konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, pulau terluar memiliki
nusantara.
104
Universitas Sumatera Utara
Akibat keterbatasan kemampuan pemerintah baik dalam anggaran maupun
pengawasan, banyak pulau-pulau kecil Sumatera Utara cukup terisolir dan kurang
kemiskinan, dan terjadi degradasi sumber daya di dalam pulau maupun di sekitar
pulau. Di sisi lain, masih banyak pulau di Sumatera Utara yang masih asli dan
belum berpenghuni dan belum memiliki nama, dan pulau ini perlu dilindungi
Pulau-pulau kecil yang terdapat di Pantai Barat dan Timur Sumatera Utara
sampai saat ini masih sulit dijangkau akibat terbatasnya sarana dan prasarana
Ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di kawasan Pantai Barat dan
Pantai Timur Sumatera Utara memiliki potensi untuk pariwisata bahari. Di sekitar
pulau-pulau kecil, terumbu karang yang sehat bersama biota yang berasosiasi di
dalamnya menampilakn panorama bawah laut yang mempesona dan menjadi daya
tergantung pada potensi dan keindahan sumberdaya terumbu karang, tetapi perlu
117
Naskah Akademik, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sumatera Utara.
105
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal pemanfaatan pulau-pulau terluar Sumatera utara ada beberapa
pulau-pulau kecil
Domestik
9. Ancaman abrasi dan instusi air laut di wilayah Pesisir dan pulau-pulau
kecil
perairan Samudera Hindia masih under fishing. Akibat kerusakan berbagai jenis
ekosistem pesisir dan laut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya perlindungan
sumberdaya ikan, dan pengendalian ilegal fishing melalui penegakan hukum dan
yang memiliki nilai strategis wilayah baik secara nasional maupun regional tentu
106
Universitas Sumatera Utara
akan memberikan dampak pada aspek pertahanan dan keamanan118. Provinsi
Sumatera Utara dilalui jalur pelayaran internasional di Selat Malaka juga beberapa
tetangga. Sehingga keamanan serta keselamatan di laut harus menjadi salah satu
tersebut.
118
Ibid,.
107
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
108
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar tersebut secara khusus diatur
Indonesia.
109
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan, dan terjadi degradasi sumber daya di dalam pulau
B. Saran
2. Konvensi hukum laut tahun 1982 yang telah berlaku baik secara
tetangga.
110
Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka
A. Buku
Chairul Anwar, Horizon Baru Hukum Laut Internasional Konvensi Hukum Laut 1982,
Didik Mohamad Sodik, Hukum Laut Internasional Edisi Revisi, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2016.
Nur Yanto, Memahami Hukum Laut Indonesia, Mitra Wancana Media, Jakarta, 2014.
P.Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia( Edisi Pertama), Rineka Cipta, Jakarta, 1993.
R. Dahuri, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, IPB, Bogor,
1998.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo
B. INSTRUMEN HUKUM
Pulau-Pulau Kecil.
Terluar.
Terluar.
C. Makalah/Artikel Ilmiah/Jurnal/Disertasi
D. Koran/Majalah/Internet
http://www.didisadili.com/2011/02/khususnya-di-kementrian-kelautan-dan.html
https://setyawanandy.wordpress.com/2012/03/14/indonesia-sebuah-konsep-negara-
https://agisardhifhub.wordpress.com/2011/05/13/urgensi-pembakuan-nama-pulau-
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/453
14.20 Wib.
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/294
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/446