Oleh :
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat, hidayat, nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang
jernih dan keterbukaan hati sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul
Potong Hewan di Kelurahan Silaiang Bawah Kecamatan Padang Panjang Barat Kota
Padang Panjang”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S,H) pada Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang. Selama proses
penyusunan skripsi dari awal hingga akhir tidak lepas dari peranan dan dukungan
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis, ayahanda tercinta
Rizal dan ibunda tersayang Susilawati serta adinda Vanessa Putri Ananda yang telah
besarnya kepada Ibu Syofiarti, S.H.,M.Hum selaku Pembimbing I dan Bapak Romi,
S.H.,M.H selaku pembimbing II yang telah memberikan ide, kritik, saran dan waktu
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
iii
1. Bapak Dr. Busyra Azheri, S.H.,M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum
Univeristas Andalas;
4. Ibu Hj. Sri Arnetti, S.H., M.H selaku Penguji I dan Bapak Dr. Anton
ilmu dan pengajaran kepada penulis baik di dalam maupun diluar kelas;
iv
Kesatuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran serta Bapak RPH
melawan rasa malas serta mood yang tidak menentu selama penulisan
skripsi ini;
9. Pembimbing diluar kampus yakni Adilla Azani, S.H yang tiada hentinya
10. Teman kecil penulis yakni Fadli Zuliand yang meskipun jauh diseberang
11. Teman Terbaik KONGSI yakni Dewi Marissa Tri Putri S.H, Dwi Eltesa
Putri, Raudatul Hakiki, S.H, Yolanda Fauziah, Anesa Septia, dan Wilni
Assari, S.H yang telah menemani hari-hari penulis baik suka maupun duka
12. Tsubasa no nai Tenshi yakni Ananta Trifani thanks you for everything,
permasalahan skripsi;
13. Shinyu yakni Atika Muslimah, S.E yang selalu menjadi tempat sambat dan
skripsi;
v
14. Teman-teman Sapagalak yakni Sukri Nikmat, Dewi Kurnia Illahi, Regi
15. Teman seperjuangan yakni Amiratul Ulya, S.H dan Farah Faadilah Wara.
Andalas;
18. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
skripsi ini. Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, mudah-mudahan skripsi
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
E. Metode Penelitian ................................................................................... 10
vii
BAB III PEMBAHASAN
A. Bentuk Penegakan Hukum Administratif terhadap Pencemaran
Limbah Cair Pada Rumah Potong Hewan di Kelurahan Silaiang
Bawah Kecamatan Padang Panjang Barat Kota Padang Panjang . ….. 46
B. Kendala0dalam Penegakan00Hukum Administratif terhadap
Pencemaran00Limbah Cair Pada Rumah Potong Hewan di
Kelurahan Silaiang Bawah Kecamatan Padang Panjang Barat Kota
Padang Panjang dan Cara Mengatasinya ............................................... 67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 71
B. Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut dengan UUD 1945), salah
satu bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah berkenaan dengan hak
setiap orang yang berada di Indonesia untuk memperoleh lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta pelayanan kesehatan yang baik.1 Perlindungan HAM
perorangan yang dirumuskan dalam UUD 1945 itu mengutip pendapat Jimly
1
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau UUD NRI Tahun 1945, Rajawali Pers, Jakarta,
2009, hlm. 90.
1
Perubahan (amandemen) keempat UUD 1945 pada tahun 2002, selain
lingkungan hidup dikaitkan dengan hak-hak asasi manusia yang dijamin oleh
lingkungan hidup dirumuskan dalam 2 Pasal, yaitu 28H ayat (1) dan Pasal 33 ayat
(4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 28H
ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan Pasal 33 ayat (4)
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
2
Ibid., hlm.79.
2
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
lain”.
Secara garis besar lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah
lingkungan hidup yang tidak tercemar dan tidak rusak akibat kegiatan manusia.
hidup dalam Pasal 1 angka 16 UUPPLH dinyatakan sebagai “tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
lingkungan hidup”.
lingkungan hidup akan menjadi ukuran telah terjadi atau tidaknya suatu
UUPPLH dinyatakan bahwa “Baku mutu lingkungan hidup dalah ukuran batas
atau kadar mahkluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
3
batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat
masalah lingkungan hidup dengan cara menaati ketentuan tentang Baku Mutu
lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang mana sebagai wujud Hak Asasi
mengatur beberapa baku mutu yang diantaranya diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
menyatakan bahwa “ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan
dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan”.
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
4
“Rumah Potong Hewan (yang selanjutnya disebut RPH) adalah suatu
bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan kontruksi khusus
yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan
sebagai tempat pemotongan hewan yang meliputi pemotongan,
pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan kandang
penampungan, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi
perut dan air sisa perendaman”.
Kegiatan atau usaha RPH tersebut menimbulkan limbah yang bersifat cair.
Adapun pengertian dari air limbah di dalam Pasal 1 angka 29 Permen LH BMAL
dinyatakan bahwa “sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair”.
Berdasarkan definsi itu, maka yang dimaksud dengan air limbah Rumah Potong
Hewan adalah sisa atau buangan yang terjadi karena adanya suatu usaha dari
Adapun baku mutu limbah atas usaha Rumah Potong Hewan tersebut telah
Tabel 1
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan
Parameter Satuan Kadar Paling Tinggi
BOD mg/L 100
COD mg/L 200
TSS mg/L 100
Minyak dan Lemak mg/L 15
NH3-N mg/L 25
pH - 6–9
Volume air limbah paling tinggi untuk sapi, kerbau dan kuda: 1.5 m3/ekor/hari
Volume air limbah paling tinggi untuk kambing dan domba: 0.15 m3/ekor/hari
Volume air limbah paling tinggi untuk babi: 0.65 m3/ekor/hari
Sumber: Lampiran PermenLH BMAL
Namun faktanya, masih ada kegiatan atau usaha dari RPH yang
menimbulkan limbah cair dengan kadar melebihi dari baku mutu limbah yang
5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Kegiatan atau usaha yang dinilai
tidak menaati aturan tentang Baku Mutu Air Limbah diantaranya adalah Rumah
langsung usaha RPH selain menghasikan daging yang baik dan segar juga
peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas RPH seperti feces, urin, sisa pakan, sisa
kotoran, serta air dari pembersihan ternak dan kandang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan.
dengan Dinas Perkim-LH) pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019, didapatkan
laporan hasil uji terhadap Baku Mutu Limbah Cair di UPTD RPH Kota Padang
Tabel 2
Laporan Hasil Uji Air Limbah Rumah Potong Hewan Silaiang Bawah Kota Padang
Panjang
Hasil Uji Sampel
Parameter Satuan
2016 2017 2018
BOD mg/L 400 257 304
COD mg/L 1164 789 668
TSS mg/L 195 320 204
Minyak dan Lemak mg/L 3.8 1.2 2.6
NH3-N mg/L 10.02 0.395 51.37
pH - 6.71 - -
Sumber: Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang.
6
Berdasarkan data yang dipaparkan diatas, diketahui bahwa beberapa
parameter dalam Baku Mutu Air Limbah yang di tetapkan dalam Permen LH
BMAL telah dilewati oleh limbah cair yang ada pada RPH Kota Padang Panjang.
RPH.
Dengan berlebihnya baku mutu limbah tersebut dari aturan yang telah di
menghalangi Negara untuk mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
sebagai Hak Asasi Manusia setiap warga Negara Republik Indonesia. Padahal,
Mutu Air Limbah yang dilakukan oleh RPH Silaiang Bawah ini tidak hanya
terjadi pada tahun 2018 saja tetapi juga pada tahun 2016 dan tahun 2017.
PANJANG”.
7
B. Rumusan Masalah
yang senyatanya, antara apa yang diperlukan dengan apa saja yang tersedia,
antara harapan dan capaian.3 Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada bagian
latar belakang, maka yang menjadi persoalan dalam penelitian ini, antara lain
adalah:
Bawah Kecamatan Padang Panjang Barat Kota Padang Panjang dan cara
mengatasinya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah kalimat pernyataan konkret dan jelas
masalah yaitu:
3
Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 104.
4
Ibid., hlm.104.
8
1. Untuk mengetahui penegakan hukum administaratif terhadap pencemaran
Panjang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
yang mana dalam hal ini menyangkut tentang pelanggaran izin limbah cair
9
2. Manfaat Praktis
bermanfaat untuk:
hewan.
Panjang serta Kesatuan Polisi Pamong Praja Kota Padang Panjang dalam
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
10
2. Spesifikasi atau Sifat Penelitian
a. Jenis Data
1) Data Primer
2) Data Sekunder
dan pihak lainnya yang berwenang untuk itu. Secara sederhana, bahan
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta,
1986, hlm. 10.
11
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Daerah
Pamong Praja
12
digunakan dalam penelitian ini, serta browsing internet yang
b. Sumber Data
a. Wawancara
13
banyaknya informasi dari pihak yang dijadikan responden.6 Wawancara
Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kota Padang Panjang serta Bapak
RPH Selaku Kepala UPTD Rumah Potong Hewan Kota Padang Panjang.
b. Studi Dokumen
diperoleh dari:
atau subjek yang terkait dengan objek penelitian, dalam hal ini adalah
6
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Yurisprudensi, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1994, hlm.11.
14
pencemaran limbah cair RPH di Kelurahan Silaiang Bawah Kecamatan
diteliti. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik Purpusive Sampling yang
penelitian.
a. Pengolahan Data
didapatkan suatu kesimpulan akhir secara umum yang nantinya akan dapat
15
b. Analisis Data
metode analisis secara kualitatif yaitu uraian terhadap data yang terkumpul
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
S.F. Marbun7:
7
Totok Soeprijanto, Sumber-Sumber Kewenangan, Widyaiswara Pusdiklat PSDM, melalui:
http://www.bppk.depkeu.go.id/webpegawai/attachments/638_SumberKewenangan.pdf. Diakses pada
tanggal 25 Mei 2016 pukul 07.57 Wib
8
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.101.
17
perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek
hukum public di dalam hubungan hukum publik)”.
publik”.
b. Sumber kewenangan
9
Ibid., hlm.102.
18
perbuatan nyata (riil), membentuk regulasi maupun membuat suatu keputusan
1. Atribusi
2. Delegasi
yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih
3. Mandat
yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada
19
Tabel 3
Perbedaan Atribusi, Delegasi, dan Mandat
Pembeda Atribusi Delegasi Mandat
Baru/sebelumnya tidak Sudah Ada Sudah Ada
Eksistensi
ada
Sumber UUD/UU Turunan Atribusi Pemerintah Atasan
Diskresi Penuh Dari Sumbernya Penuh Dari Atribusi Terbatas Perintah
Kemandirian Mandiri Penuh Mandiri Penuh Petunjuk Atasan
Tanggungjawab Penerima Atribusi Penerima Delegasi Pemberi Mandat
Penarikan Pembatalan Pemberi Delegasi Penerima Delegasi
Sumber: Ridwan HR, 2007
20
l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi
lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan
p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat
kabupaten/kota”.
Kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
dalam Pasal 63 ayat (1) (2) (3) UUPPLH pada dasarnya tidak tepat.
abstrak, tetapi cukup mencakup kenyataan empiris yang ingn dijangkau. Lagi
pula penyebutan sejumlah kewenangan secara rinci tersebut ada yang tidak
pemerintah sesuai dengan teori-teori dalam ilmu Negara atau ilmu politik,
bahwa kewenangan penegakan itu ada pada pemerintah sebagai salah satu
diketahui dari rumusan Pasal 12 ayat (1) UULH 1997 yang menyatakan
10
Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia.PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm.61.
21
kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah
perangkat di wilayah;
hidup.
22
Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
kewenangan pemerintah.
daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib, artinya
11
Ibid., hlm. 35.
23
minimal, dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.
meliputi:
12
Ibid.,
13
Ibid., hlm. 35-36.
24
atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan”. Antara
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan pemukiman;
e. ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; dan
f. sosial.
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olahraga;
n. statistik;
o. persandiaan;
p. kebudayaan;
25
q. perpustakaan; dan
r. kearsiapan.
a. Pengertian Limbah
Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan atau proses
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga).
dihasilkan.
Tahun 2009 UUPPLH, Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
ahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
26
b. Limbah Cair
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan dalam
jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumber daya. Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses
produksi atau aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat
maupun terlarut dalam air. Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya
banyak menggunakan air dalam system prosesnya. Selain itu, ada juga bahan
ketika dipergunakan untuk mencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang.
perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air deterjen sisa cucian, dan air
tinja.
27
2) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging,
3) Rambesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang
cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dati permukaan.
yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian
yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan
4) Air hujan (strom water),yaitu limbah yang berasal dari aliran air hujan
yaitu buangan air yang digunakan untuk mendinginkan mesin suatu pabrik.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak mengandung air
dalam proses produksinya. Disamping itu ada pula bahan baku yang
28
ketika digunakan untuk mencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Pada
air ditambahkan bahan kimia tersebut dan setelah air itu dibuang. Semua jenis
UUPPLH menyatakan bahwa “ukuran batas atau kadar makhluk hidup zat,
energy, atau komponen yang ada harus ada dan/atau unsur pencemar yang
telah terjadinya pencemaran atau tidak, hal tersebut diukur menurut besar
29
Untuk menentukan tolak ukur apakah limbah dari suatu industri/pabrik
telah menyebabkan pencemaran atau tidak, maka digunakan dua sistem baku
Penetapan baku mutu limbah harus dikaitkan dengan kualitas ambien dan
baku mutu ambien. Untuk jelasnya dapat dijelaskan dengan beberapa contoh
sebagi berikut: 14
berarti pula bahwa batas baku mutu ambien masih jauh dari keadaan
kualitas ambien.
kualitas ambien. Tetapi karena batas baku mutu ambien masih jauh maka
14
Harun M.Husein, Berbagai Aspek Hukum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Bumi Askara,
Jakarta, 1992, hlm.189-190.
30
telah ditetapkan. Dalam keadaan seperti ini baku mutu limbah yang
c. Suatu daerah lain mempunyai keadaan kualitas ambien yang sudah tidak
baik atau mendekati baku mutu ambien yang telah ditetapkan. Keadaan ini
sangat berat. Akibat dari keadaan seperti tersebut, apabila ada pelepasan
ambien yang sudah melampaui batas baku mutu ambien. Maka baku mutu
15
Muhamad Erwin, Op.Cit., hlm.70.
31
a. Dengan cara mengenakan biaya langsung kepada pihak pencemar. Biaya
ditimbulkannya
membayar ganti rugi langsung pada pihak korban. Penyelesaian ganti rugi
(Emission Standards)
32
tersebut16. Nilai hukum adalah tercapainya kondisi pelestarian kemampuan
16
Panduan Penegakan Hukum Pidana Lingkungan, Edisi Kesatu, diterbitkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, 2003, hlm. 3.
17
Ibid,.
18
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Edisi Ketiga,
Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hlm. 214.
19
Ibid., hlm.125.
33
Siti Sundari Rangkuti, menyebutkan bahwa penegakan hukum
lingkungan dapat dilakukan secara preventif dan represif, sesuai dengan sifat
administrasi),
20
Ibid., hlm 125-126.
21
Sudarsono, Negeriku Menuai Bencana Ekologi Mengabaikan Norma Agama, Adat, dan Hukum
Reposisi dan Revitalisasi Penegakan Hukum Lingkungan, Cetakan Kedua, Pusat Pengelolaan
Lingkungan Hidup Regional Jawa, Yogyakarta, 2007, hlm. 272.
34
(a) Adanya pasal-pasal peraturan hukum tata usaha negara yang
dilanggar;
(c) Penjatuhan sanksi dilakukan oleh Pejabat yang diberi wewenang untuk
sanksi tersebut.
Perjanjian Internasional);
stand/standing rights)
35
(b) Terdapat alasan hukum dan cukup bukti permulaan tentang terjadinya
membauang air limbah tanpa izin pembuangan air limbah, tetapi jumlah atau
kosentrasi buangan air limbahnya melebihi baku mutu air limbah yang di
amdalnya.22
22
Takdir Rahmadi, Op.Cit., hlm. 218.
36
UUPPLH memuat sanksi teguran tertulis, sedangkan UULH 1997
administrasi, misalkan pelanggaran atas baku mutu limbah atau baku mutu
1) Paksaan Pemerintah
23
Ibid., hlm. 219-220.
24
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Hukum, Surabaya, 1987,
hlm. 251.
37
Hanya saja ia mengatakan bahwa sebenarnya penggunaan istilah
kewajiban yang muncul dari norma itu tidak dijalankan atau sebagai reaksi
dari pemerintah atas pelanggaran norma hukum yang dilakukan oleh warga
26
negara. Paksaan pemerintah dilihat sebagai bentuk eksekusi nyata, dalam
arti langsung dilaksanakan tanpa perantara hakim, dan biaya yang berkenaan
25
C.J.N Versteden, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samson H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan den
Rijn, 1984, hlm. 207.
26
H.D Van Wijk and Willem Konijnenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht, Uitgeverij Lemma
BV, Utrecht, 1995, hlm 500.
27
P. De Haan, et.al., Bestuursrecht in de Sociale Rechtsstaat, deel 1, Kluwer, Deventer, 1986, hlm 97-
98.
28
Algemene Bepalingen van Adiministratief Recht. Rappor van De Commissie Inzake Algamene
Bepalingen van Administratief Recht, Samson H.D. Tjeenk Willink B.V., Alphen aan den Rijn, 1984,
hlm. 338.
38
untuk melakukan tindakan hukum tertentu, sedangkan kewajiban hanya
oleh asas-asas umum pemerintah yang baik,30 seperti asas kecermatan, asas
tersebut bersifat substansial atau tidak. Sebagai contoh dapat diperhatikan dari
29
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara edisi revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.
307.
30
ABAR, Op.Cit., hlm. 341.
39
(a) Pelanggaran yang tidak bersifat substansial
berarti mendirikan bangunan tidak sesuai dengan tata ruang atau rencana
menerapkan bestuursdwang.31
31
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negar edisi revisi, Op.Cit., hlm. 308.
40
tertulis maupun hukum yang tidak tertulis, yaitu asas-asas umum
(4) Pembongkaran;
pelanggaran;
ada atau mungkin ada. Lawan dari keputusan yang menguntungkan adalah
41
yang sebelumnya tidak ada atau penolakan terhadap permohonan untuk
memperoleh keringanan. 32
Penarikan keputusan sebagai sanksi ini berkaitan erat dengan sifat dari
keputusan itu sendiri. Terhadap keputusan yang bersifat terikat, harus ditarik
karena di dalam HAN terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau
presumtio justea causa, yaitu bahwa pada asanya setiap keputusan yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dianggap benar
menurut hukum, oleh karena itu KTUN yang sudah dikeluarkan itu pada
Hakim di pengadilan.
untuk dicabut kembali sejalan dengan asas praduga rechtmatig dan asas
32
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negar edisi revisi, Op.Cit., hlm. 310.
33
H.D van Wijk/Willem Konijnenbelt, Op.Cit., hlm 521.
42
untuk mencabut KTUN yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si
berikut:
sedemikian tidak benar atau tidak lengkap, sehingga apabila data itu
(2) Penarikan kembali atau perubahan juga mungkin bila keputusan yang
34
Philipus M. Hadjon, et.al Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 1993, hlm 258-259.
43
(3) Penarikan kembali atau perubahan dimungkinkan, bila yang
potong sebagai dwangsom. Uang jaminan ini lebih banyak digunakan ketika
35
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara edisi revisi, Op.Cit., hlm 313.
36
Ibid., hlm 316.
44
hakim.37 Pengertian lainnya, denda administrasi adalah kewajiban tanpa syarat
menghukum pelanggar.38
37
A’an Efendi, Freddy Poernomo, Hukum Administrasi, Penerbit Sinar Grafika, hlm. 308.
38
Ibid., hlm. 308.
45
BAB III
Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota yang memiliki misi yaitu
misi tersebut. Seperti yang dilihat sekarang Kota Padang Panjang termasuk kota yang
telah banyak mendirikan kegiatan usaha, dimana mengingat usaha yang semakin
bertambah juga harus memperhatikan dari segi lingkungan akibat dari usaha tersebut,
masih ada usaha yang tidak memiliki izin lingkungan serta pelanggaran limbah cair
sebagaimana telah ditetapkan di dalam Undang-Undang. Salah satu usaha yang telah
Panjang Barat Kota Padang Panjang sudah berdiri sejak tahun 1996, namun sejak
tahun 1996 usaha dari RPH ini tidak memiliki izin lingkungan, dan juga 3 (tiga)
tahun terakhir ini yaitu tahun 2017, 2018, 2019 usaha tersebut juga melanggar
ketentuan baku mutu air limbah yang telah ditetapkan dalam Lampiran XLV
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah. Dimana telah ditemukan bahwasannya limbah cair yang dihasilkan oleh
usaha RPH ini melebihi baku mutu air limbah cair sehingga menyebabkan
46
pencemaran lingkungan hidup. Mengenai izin lingkungan telah diatur lebih lanjut
dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
bahwa :
“Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki Izin Lingkungan”. Dan sebagaimana sudah dijelaskan juga
didalam Pasal 68 butir c UUPPLH yang menyatakan bahwa “Kewajiban bagi
pelaku usaha untuk menaati ketentuan baku mutu lingkungan hidup.” Jadi
sudah sangat jelas bahwasannya usaha dari rumah potong hewan tersebut
melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Dan mengenai baku mutu lingkungan hidup telah diatur dalam Pasal 20 ayat (1)
hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup”, serta menurut Pasal 68 butir c
UUPPLH yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban yaitu menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup
Jika dilihat dari tugas dan wewenang Pemerintah Daerah yang diatur di dalam
Pasal 5 butir s Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2012
Daerah yaitu melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat daerah”.
39
P de Haan dalam Ridwan HR, Op.Cit., hlm. 313.
47
menertibkan masyarakat dan memaksa masyarakat agar mematuhi peraturan yang
ada. Secara umum, dikenal beberapa macam sanksi dalam hukum administrasi yaitu :
Maka berdasarkan Pasal 26 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
“Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib
memiliki izin lingkungan”, dengan ini usaha RPH Kota Padang Panjang jelas
melanggar aturan hukum sebab tidak memiliki izin lingkungan dan berdasarkan teori
yang ada dalam Hukum Administrasi RPH tersebut dapat dijatuhi sanksi administrasi.
penegakan hukum adminitrastif terhadap RPH dan yang menjadi kendala dalam
40
Ibid., hlm. 319.
48
A. Bentuk Penegakan Hukum Adminstratif Terhadap Pencemaran Limbah Cair
terhadap pencemaran limbah cair pada usaha RPH Kota Padang Panjang
Pamong Praja. Didalam UUPPLH dasar kewenangan itu ada pada Pasal 63 ayat
terhadap ketataan penanggung jawab usaha dan kegiatan atas ketentuan yang
49
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
Tahun 2018 dasar kewenangan itu ada pada Pasal 7 yang menyatakan bahwa:
Pamong Praja (selanjutnya disebut dengan Satpol PP) yaitu melakukan tindakan
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang dimaksud
sampai proses peradilan. Jadi, usaha RPH Kota Padang Panjang tersebut dapat
pengadilan langsung.
50
2. Aparat Yang Berwenang Dalam Penegakan Hukum Administratif Terhadap
hidup”. Pasal 71 ayat (2) UUPPLH ini kemudian di Kota Padang Panjang
2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Serta Tata
Telah diatur didalam Pasal 255 ayat (1) UU Pemda yang menyatakan bahwa
“Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada,
51
“Satpol PP mempunyai tugas:
a. Menegakkan Perda dan Perkada;
b. Menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman; dan
c. Menyelenggarakan perlindungan masyarakat”.
Potong Hewan.
52
berkewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung
bagian sebelumnya, ada aktifitas yang dilakukan oleh RPH Kota Padang
undangan. Yang pertama, RPH tidak memiliki izin lingkungan, yang kedua
sekali padahal itu adalah kewajibannya, mereka berasumsi bahwa usaha atau
kegiatan yang bisa diawasi itu adalah usaha yang telah memiliki izin
pembinaan hanyalah usaha yang telah memiliki izin lingkungan dengan dasar
lingkungan”. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak Soni Irwanto S,H yang
53
76 ayat (1) UUPPLH yang menyatakan bahwa “Menteri, Gubernur,
memiliki izin lingkungan. Selain itu, berdasarkan Pasal 71 ayat (3) UUPPLH
Dinas Perkim-LH itu tidak tepat sama sekali. Tindakan Dinas Perkim-LH
untuk mengawasi usaha RPH Kota Padang Panjang dinilai juga sudah tepat
54
Berhubung dengan itu maka dinas yang bersangkutan dapat melakukan
dalam arti tidak dibiarkan begitu saja. Dinas Perkim-LH sudah pernah
memiliki izin lingkungan karena lokasi usaha RPH tersebut hanya bersifat
RPH Kota Padang Panjang dikarenakan usaha tersebut tidak memiliki izin
lingkungan dengan halnya dapat dikatakan illegal, dan juga tidak dapat
41
Hasil wawancara dengan Bapak Soni Irwanto S,H, yang merupakan Kepala Seksi Pembinanaan dan
Penegakkan Hukum Lingkungan Kota Padang Panjang.
55
ketempat yang permanen setelah itu baru diurus izin lingkunganya. Disini
bahwasannya pengawasan itu tidak hanya dilakukan pada yang punya izin
lingkungan saja, tetapi yang tidak punya izin dapat juga dilakukan
ditegaskan di dalam Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) UUPPLH yang menyatakan
bahwa:
Dengan melihat substansi Pasal 71 ayat (1) dan (2) UUPPLH maka
RPH Kota Padang Panjang walaupun tidak memiliki izin lingkungan sama
sekali. Yang kedua, Situasi usaha atau kegiatan yang berada ditempat
usaha RPH Kota Padang Panjang tempatnya belum permanen tidak menjadi
56
lingkungan dan peraturan perundang-undangan”. Dengan itu harus dilakukan
dengan upaya sistematis dan terpadu dengan cara melakukan pembinaan dan
administrasi yaitu:
Terkait dengan pencemaran yang dilakukan oleh RPH Kota Padang Panjang,
Perkim-LH ada dua alasan sanksi itu tidak bisa diterapkan, pertama kegiatan
tersebut belum berizin yang kedua Dinas Perkim-LH sebenarnya sudah pernah
42
Ibid., hlm. 319.
57
meminta pihak Satpol PP Kota Padang Panjang menerapkan sanksi
diterapkan kepada pelaku usaha yang memiliki izin lingkungan ini tidak tepat,
sanksi administrasi dapat saja diterapkan karena berdasarkan Pasal 74 ayat (1)
memperoleh delegasi dari bupati atau instansi dibidang lingkungan hidup itu
usaha RPH Kota Padang Panjang sudah bisa diterapkan, karena dari hasil uji
labor yang dilakukan oleh Dinas Perkim-LH bahwasanya usaha RPH Kota
diterapkan, penerapan sanksi bisa dilakukan dengan cara yang pertama yaitu
dengan cara memberikan teguran lisan atau tertulis, yang kedua baru dikejar
58
paksaan pemerintah itu wajib didahului dengan surat peringatan tertulis, yang
atau kegiatan yang dilakukan oleh RPH Kota Padang Panjang, idealnya
bagi manusia dan lingkungan hi dup”. Jika ditelusuri didalam penjelasan Pasal
80 ayat (2) butir a yang dimaksud dengan “ancaman yang sangat serius”
43
P de Haan dalam Ridwan HR, Op.Cit., hlm. 320.
59
Didalam UUPPLH terdapat bentuk-bentuk dari paksaan pemerintah
diterapkan pada usaha RPH Kota Padang Panjang yaitu salah satunya dengan
cara berupa penghentian sementara kegiatan produksi atau bisa juga dengan
Terkait usaha RPH Kota Padang Panjang belum pernah dijatuhi sanksi
pengelolaan lingkungan hidup hal ini dinyatakan oleh Bapak Idris, S.H selaku
60
bahwasannya Dinas Perkim-LH melakukan koordinasi langsung dengan
Mengenai izin lingkungan yang belum dimiliki oleh usaha RPH Kota
administrasi yaitu:
Menurut hemat penulis, hal ini semestinya tidak menjadi penghalang bagi
lingkungan. Padahal di dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 menyebutkan
bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
44
Hasil wawancara dengan Bapak Idris, S.H yang merupakan Kepala Seksi Penegakan Peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah di Satpol PP Kota Padang Panjang.
45
P de Haan dalam Ridwan HR, Op.Cit., hlm.313.
61
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
Padang Panjang. Maka dari itu aparat Satpol PP Provinsi Sumatera Barat
catatan tentunya Satpol PP Provinsi bisa bertindak jika ada laporan dari
Panjang. Jadi Satpol PP Provinsi mau tidak mau harus melakukan penertiban
62
sanksi administratif sebab Provinsi Sumatera Barat sebagai provinsi dimana
dan pengelolaan lingkungan hidup. Dimana ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1)
kabupaten/kota”.
Nomor 16 tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, hal tersebut
dipertegas oleh Bapak Idris S,H mengatakan bahwa “Jadi Satpol PP Kota
dalam hal tersebut dipertegas dengan pernyataan Bapak Idris S,H yang
maupun tim pembantu lebih ketika adanya laporan seperti tertangkap tangan
63
maupun laporan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, ataupun dari
kenyataannya tidak pernah ada sama sekali laporan atau keluhan dari
peraturan daerah tadi, tapi kalau ada laporan dari masyarakat tentu tetap kami
tindak lanjuti dengan perda yang ada, tapi laporan tidak ada sama sekali
sehingga dalam arti kami dari Pihak Satpol PP beranggapan bahwa masyrakat
asumsinya karena usaha RPH Kota Padang Panjang tidak berizin sehingga
bukan berarti sanksi administrasi tidak bisa diterapkan bisa saja tapi oleh
alasan peraturan daerah tidak ada tapi pernyataan dari Bapak Idris, S.H itu
sendiri ambigu, beliau juga menyatakan setiap ada laporan terserah ada
peraturan daerah atau tidak mereka akan tetap menindaklanjuti terlepas dari
64
dibidang Lingkungan Hidup dalam konteks pencemaran yang terjadi di Kota
Padang Panjang akibat RPH ini, tapi Satpol PP yang berwenang adalah Satpol
Nomor 14 Tahun 2012. Caranya bisa jadi instansi Lingkungan Hidup atau
mestinya pemerintah daerah Kota Padang Panjang lebih efektif lagi agar
aturan hukum yang ada dipatuhi pelaku usaha dan sanksi yang telah diatur
cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di ekor/buntut) sebab hukum
65
“hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi pidana
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah) dan paling banyak RP. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), dan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.
46
W.F Prins dan Korim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Pradnya Paramita,
Jakarta, 1983, hlm. 03.
66
untuk aktif menjaga kelestarian lingkungan hidup agar tetap sehat dan
terhadap kasus pencemaran limbah cair pada RPH Kota Padang Panjang ini antara
lain:
A. Faktor Yuridis
terkait usaha RPH Kota Padang Panjang yaitu dari faktor regulasi nya. Faktor
regulasi yang dimaksud tidak adanya peraturan daerah terkait perlindungan dan
Satpol PP Kota Padang Panjang tidak bisa melakukan sanksi administrasi berupa
teguran tertulis terhadap usaha RPH yang telah melanggar ketentuan peraturan
67
mengatur, pihak Satpol PP membiarkan begitu saja usaha yang telah melanggar
aturan. Intinya pihak Satpol PP hanya melakukan penertiban terhadap usaha yang
melanggar berdasarkan dari peraturan daerah Kota Padang Panjang itu sendiri
hidup akan menguatkan posisi Satpol PP Kota Padang Panjang dalam penegakan
hukum lingkungan.
Masalah yang terkait dengan usaha RPH Kota Padang Panjang ini salah satu
faktornya yaitu kurangnya kesadaran pelaku usaha akan pentingnya hukum untuk
mulai dari pelaku usaha dan masyarakat sekitar usaha masih belum mengetahui
untuk membina dan memberi edukasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk
68
lingkungan sebagai bentuk taat hukum dan untuk menjaga kelestarian serta
kualitas lingkungan agar tetap sehat. Dan juga sudah dipaparkan diatas bahwa
lingkungan terhadap usaha atau kegiatan RPH, berarti memang dari pelaku
lingkungannya.
Penataan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai tugas pokok mereka yaitu
media cetak seperti koran. Berhubung dengan itu maka dinas yang bersangkutan
limbah cairnya dalam arti tidak dibiarkan begitu saja. Dinas Perkim-LH sudah
pernah melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha di Kota Padang Panjang pada
tahun 2009 yang dilaksanakan oleh pegawai penataan dan pembinaan lingkungan
bahwasannya usaha RPH Kota Padang Panjang tidak memiliki izin lingkungan
karena lokasi usaha RPH tersebut hanya bersifat sementara dan sudah
69
pengurusan izin lingkungan melalui mekanisme DELH/DPLH ditangguhkan,47
dan setelah pindah ke lokasi baru untuk disegerakan mengurus izin lingkungan
2) Tidak adanya laporan dari masyarakat kepada Satpol PP Kota Padang Panjang
adapun hasil wawancara yang dilakukan bersama Bapak Idris S,H bahwa aparat
mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi pada usaha RPH. Selama ini
tidak terganggu sama sekali. Tapi kalau ada laporan tentu tetap kami tindak
dilakukan oleh RPH Kota Padang Panjang tidak berjalan dengan efektif
47
Hasil wawancara dengan Bapak Soni Irwanto S,H, yang merupakan Kepala Seksi Pembinanaan dan
Penegakkan Hukum Lingkungan Kota Padang Panjang.
70
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
terhadap usaha RPH Kota Padang Panjang belum pernah dilaksanakan sama
tersebut tidak berizin. Tapi sebenarnya ini tidak menjadi alasan karena
71
2. Ada dua kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum lingkungan
yang diberikan kepada pelaku usaha RPH Kota Padang Panjang tersebut.
b. Kendala non yuridis yaitu kurangnya tingkat kesadaran pelaku usaha itu
dilakukan oleh usaha RPH Kota Padang Panjang kepada Satpol PP Kota
Padang Panjang.
B. Saran
72
dapat juga menjadikan acuan dalam melakukan penindakan terhadap
pelanggaran yang telah dilanggar oleh usaha RPH, berhubung tidak adanya
penyuluhan terhadap pelaku usaha yang belum memiliki izin lingkungan agar
sehingga bisa dikatakan legal dan bagaimana cara pembuangan limbah yang
legal atas izin lingkungan yang disahkan oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten/ Kota setempat, yang harus dimiliki oleh pemilik usaha RPH
karena hal tersebut merupakan salah satu kewajiban pendirian usaha. Dan juga
73
dapat melakukan pengawasan sebagaimana mestinya terhadap usaha RPH,
pelanggaran lebih dipertegas lagi, jangan hanya dibiarkan saja ataupun tidak
ditindaklanjuti karena hal tersebut tidak membuat efek jera terhadap pelaku
tertulis terlebih dahulu, jika masih tidak jera atau masih melakakukan
pelanggaran dapat juga diberikan sanksi denda atau pencabutan usaha izin
usaha agar para pelaku usaha memiliki efek jera dan tidak mengulangi hal itu
lagi karena dapat mencemari lingkungan hidup. Lalu yang kedua, lalu yang
dilakukan lebih giat lagi, karena usaha RPH tidak memiliki izin lingkungan
sudah memiliki izin lingkungan atau belum apabila belum harap di tindak
74
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau UUD NRI Tahun 1945,
Rajawali Pers, Jakarta, 2009.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara edisi revisi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2011.
B. Jurnal
Roniadi, A., A.P.M Tarigan dan Z. P. Nasution. Evaluasi Pengolahan Air
Limbah Rumah Potong Hewan di Kelurahan Maba Hilir Kecematan
Medan Deli, Universitas Sumatera Utara Medan, 2013.
76
C. Peraturan Perundang-Undangan
D. Internet
http://www.belajarbagus.com/2015/02/pengertian-pencemaran
lingkungan.html#
http://ilmulingkungan.com/sumber-pencemaran-lingkungan/
77