Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

KLAIM ASURANSI TOTAL LOST ONLY (TLO) ATAS KERUSAKAN


KENDARAAN AKIBAT KECELAKAAN OLEH PIHAK PT. MNC
ASURANSI INDONESIA DI JAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ANNISA
1610111031

Program kekhususan : Hukum Perdata Bisnis (PK II)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya serta memberikan kekutan lahir batin,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “KLAIM

ASURANSI TOTAL LOST ONLY (TLO) ATAS KERUSAKAN KENDARAAN

AKIBAT KECELAKAAN OLEH PIHAK PT. MNC ASURANSI INDONESIA

DI JAKARTA”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Dalam penyelesaian skripsi ini banyak sekali bantuan yang penulis terima dari

berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka dengan itu penulis mengucapkan

terima kasih yang terhormat kepada :

1. Bapak Prof. Yuliandri, S.H, M.H., selaku Rektor Universitas Andalas, Bapak

Prof. Dr. dr. Mansyurdin, selaku Wakil Rektor I, Bapak Dr. Wirsman Arif

Harahap, SpB., selaku Wakil Rektor II, Bapak Ir. Insannul Kamil, PhD., selaku

Wakil Rektor III, dan Bapak Dr. Henfrizal Handra, M. Soc., selaku Wakil Rektor

IV.

2. Bapak Prof. Dr. Busyra Azheri, S.H.,M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Andalas.

i
3. Bapak Dr. Ferdi,S.H,M.H., selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Rembrant,

S.H,M.Pd., selaku Wakil Dekan II, serta Bapak Lerri Pattra, S.H.,M.H., selaku

Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Andalas.

4. Bapak Dr. Dahlil Marjon,S.H.,M.H, selaku Ketua Bagian Hukum Perdata, Ibu Hj.

Dian Amelia,S.H,M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Perdata, Ibu Hj.

Ulfanora,S.H,M.H., selaku pembina HIMADATA, Ibu Rina selaku pegawai

bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Andalas.

5. Bapak Dr.Muhammad Hasbi,S.H,M.H., selaku Pembimbing I dan Ibu

Andalusia,S.H,M.H., selaku Pembimbing II, yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak H. Nanda UtamaS.H,M.H., dan Drs.H. Ali Amran S.H,M.H., selaku

penguji dalam ujian akhir sarjana yang telah memberikan kritik dan sarannya

yang sangat bermanfaat untuk penulis kedepannya.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas yang tidak dapat penulis

sebut kan satu persatu yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan,

bimbingan, dan petunjuk dalam masa perkuliahan.

8. Seluruh Staff dan Karyawan/Karyawati Fakultas Hukum Universitas Andalas atas

bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas

Andalas.

9. Orang tua tercinta, Ibunda Kasnila wanita terbaik yang selalu penulis banggakan,

Almarhum ayahanda tersayang Sahar S.E yang saat ini bersama Allah SWT yang

selalu penulis rindukan, dan juga ayahanda tersayang Kudri yang selalu

ii
memberikan doa, motivasi materi, serta segala upaya dalam mempermudah

penulis di berbagai kegiatan, terutama pengerjaan skripsi ini.

10. Kaka Deliyan Sardilah, S.E, Abang Rahmadhani Kurniawan S.T, Adik Siti

Annafiah, dan juga Saskya Ardila Kurnia, Yoga dan Yogi yang selalu

menyemangati penulis dalam menyusun skrispsi ini.

11. Randa Pratama Munez, kekasih yang setia menemani penulis yang dengan sabar

menemani dan menguatkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga

segala harapan dan impian dapat segera diraih bersama.

12. Bapak Trian siswanto selaku manager MV Claim PT.MNC Asuransi Indonesia

yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan membantu

administrasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Ibuk Deliyan selaku nasabah PT. MNC Asuransi Indonesia yang telah berkenan

membantu penulis untuk memberikan informasi dan data guna melengkapi

penyusunan skripsi ini.

14. Bapak Sony pemilik bengkel UD. Alvarez Motor jalan raya padang bukittinggi

yang sudah bersedia penulis wawancara guna menggali informasi terkait topik

penelitian skripsi ini.

15. Mutiara Yulfa, S.IP yang setia menemani di segala kegiatan penulis, Livia Elfiani

A.Md., Par , Rizka Khairunnisa, Galang Mahendra Lubis sahabat yang sabar

mendengarkan keluh kesah penulis selama menjalani perkuliahan.

16. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Adinda Tryana, Dinda Dwi Utari, Dinda Junita,

Rahma Nazifa, Oktavini Tanjung, Yayan Hidayat, Silvia Putri, Anak-Anak mae (

Harry, Adit,Dewa,Rafif,Oktria Winda S.H,Alvio,Anggi Herman S.H) Muhammad

iii
Nugraha Habibi dan Nanda Kurniawan. Semoga apa yang sedang di pejuangkan

diberikan kemudahan oleh Allah SWT.

17. Sahabat anak dusun yang setia mendukung dan memberi doa walaupun jauh di

Jakarta ( Nadia, Aprilia,Yulan, dan Intan) secepatnya kita bisa kembali

berkumpul.

18. Yozi Ardian, S.H yang selalu membantu penulis dan mengarahkan dalam

penyelesain skripsi maupun perlengkapan berkas, semoga sahabat diberikan

kemudahan dalam melanjutkan studi S2.

19. Sarmila Putri adik yang selalu membantu dalam bidang apapun dan dengan sabar

mendengarkan keluh kesah penulis, semoga adik cepat meraih segala impian dan

cita-citanya.

20. Keluarga besar KKN Pasir Talang Selatan, Kec Sungai Pagu Kab Solok Selatan

2019 yang telah memberikan cerita indah dan pengalaman terbaik saat masa

perkuliahan.

21. Keluarga Besar INKAI Sumatera Barat, INKAI Semen Padang, INKAI

POLTEKPEL Sumbar, beserta seluruh Atlet Inkai Sumbar yang mengisi waktu

penulis dengan berlatih dan bertanding meningkatkan prestasi di sela-sela

kesibukan perkuliahan penulis.

22. Senpai Ita dan Shensei Rusdi pelatih karate yang sudah penulis anggap sebagai

kakak dan juga orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan arahan kepada

penulis, semoga beliau selalu diberikan kesehatan.

iv
23. Seluruh teman penulis yang menemani saat perkuliahan hingga proses pembuatan

skripsi yang tersebar dalam keluarga FHUA 2016, HIMA PERDATA 2019,

KOMBAD JUSTITIA , JUSTITIA FIGHTER.

24. Serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam penulisan skripsi

ini.

Hormat penulis dan terimakasih kepada semua pihak atas segala dukungan

dan doanya, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah

diberikan, Amin. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan sehingga

diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa

yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Padang, Juli 2020

Penulis

Annisa

1610111031

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... .i

KATA PENGANTAR .................................................................................... .ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... .vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9

D. ManfaatPenelitian .......................................................................... 9

E. Metode Penelitian........................................................................... 11

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan tentang Asuransi

1. Pengertian Asuransi ................................................................ 17

2. Pengaturan Asuransi................................................................. 21

3. Tujuan Asuransi ....................................................................... 22

4. Penggolongan Asuransi ............................................................ 24

5. Prinsip-Prinsip Dalam Asuransi ............................................... 25

6. Perjanjian Asuransi .................................................................. 27

7. Sifat Perjanjian Asuransi .......................................................... 29

8. Terjadinya Perjanjian Asuransi ................................................ 30

9. Polis Sebagai Bukti Asuransi ................................................... 31

10. Objek Asuransi ......................................................................... 33

11. Berakhirnya Perjanjian Asuransi.............................................. 33

vi
B. Tinjauan tentang Asuransi Kecelakaan Kendaraan Bermotor

1. Pengertian Kendaraan Bermotor .............................................. 34

2. Pengertian Kecelakaan ............................................................ 35

3. Jenis-jenis Asuransi Kendaraan Bermotor ............................... 35

4. Polis Asuransi Kendaraan Bermotor ........................................ 36

5. Premi dan Risiko ...................................................................... 37

6. Kewajiban Pemberitahuan oleh Tertanggung .......................... 40

7. Kerugian dan Ganti Kerugian .................................................. 42

8. Persengketaan dan Penyelesaian .............................................. 44

9. Berakhir Asuransi Kendaraan Bermotor .................................. 44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kriteria penilaian dari perhitungan 75% kerusakaan kendaraan

akibat kecelakaan dalam pelaksanaan klaim Total Lost Only

(TLO) oleh pihak PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta ............ 46

B. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan klaim Total Lost Only

(TLO) atas kerusakan kendaraan akibat kecelakaan oleh pihak

PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta ......................................... 64

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 67

B. Saran ............................................................................................... 68

Daftar Kepustakaan

Lampiran

vii
LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Penelitian di PT. MNC Asuransi Indonesia di Jakarta

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di PT.MNC Asuransi Indonesia

di Jakarta

3. Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

4. Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia Atas Nama Delian

Sardila (Pihak tertanggung PT. MNC Asuransi Indonesia di Jakarta)

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal

yang menunjukan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang dimaksud

di sini adalah suatu sifat “tidak kekal” yang selalu menyertai kehidupan dan kegiatan

manusia pada umumnya. Sifat tidak kekal dimaksud, selalu meliputi dan menyertai

manusia, baik ia sebagai pribadi, maupun ia dalam kelompok atau dalam bagian

kelompok masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.1

Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat

suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barang-

barangnya dicuri, tabrakan mendapat kecelakaan dalam perjalanan di darat, di laut,

dan di udara dan lain sebagainya.2

Dewasa ini, perkembangan dan pertumbuhan zaman membuat banyak

perubahan. Perkembangan kendaraan bermotor salah satu bentuk perkembangan

zaman, di Indonesia hal ini berkembang cukup pesat seiring dengan pertumbuhan

industri otomotif. Laju pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi tampaknya jauh

lebih menonjol dan mendominasi dibandingkan dengan kendaraan bermotor niaga

atau kendaraan umum lainnya. Ini menunjukan kebutuhan manusia akan kendaraan

1
Dr.Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,Sinar Grafika, Jakarta,
2008, hlm. 2.
2
Joko Prakoso,dan Ketut Murtika,Hukum Asuransi Indonesia, PT Rineka Cipta,2000,hlm. 13.

9
bermotor bukan hanya sebagai kebutuhan pribadi seseorang. Sehingga tak pelak lagi

kendaraan bermotor mensejajarkan dirinya dengan kebutuhan-kebutuhan pokok hidup

manusia lainnya seperti sandang, pangan dan pendidikan.3

Seiring dengan beragam dan banyaknya kendaraan bermotor yang beredar

telah menimbulkan semakin padatnya kondisi lalu lintas dan risiko yang harus

dihadapi oleh manusia juga semakin kompleks. Risiko yang mungkin terjadi pada

kendaraan bermotor seperti kecelakaan dan kehilangan kendaraan bermotor akibat

berbagai sebab.4

Hal tersebut merupakan suatu peristiwa yang mana tidak diinginkan oleh

setiap orang yang disebut dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan yang akan

dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi. 5 Namun disisi lain

manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan memiliki potensi akal pikiran yang lebih dari

makhluk lainnya. Untuk itu manusia selalu mencari upaya untuk mengatasi peristiwa

yang kemungkinan akan terjadi. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut

adalah dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) kepada pihak lain di luar diri

manusia.6

Lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil alih

risiko pihak lain ialah lembaga asuransi, dalam hal ini adalah perusahaan-perusahaan

3
Siti Maemunah Lestari dkk., “Analisis Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor Pada
PT.Asuransi Takaful Umum”, S-1 Kearsipan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2010, hlm.1.
4
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, Jakarta, PPM, 1992, hlm. 29.
5
Ibid., hlm. 40.
6
M.Supratman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni,
Bandung, 2003, hlm. 9.

10
asuransi.7Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya di singkat

dengan KUHD menjelaskan Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu

perjanjian dimana seseorang penanggung dengan menikmati suatu premi

mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannyadari kerugian,

karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungannya yang diharapkan, dan

yang akan dideritanya karena kejadian yang tidak pasti.

Secara normatif terminologi lembaga (pranata hukum) asuransi, antara lain

dapat ditemui dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

selanjutnya disingkat dengan KUHPerdata, yang mengemukakan “suatu perjanjian

untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya

baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung dari suatu kejadian

yang belum tentu.

Sementara itu, dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

menyebutkan, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau

lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan

menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena

kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungannya yang diharapkan, atau tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin di derita tertanggung, yang timbul

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Penanggung yang berdasarkan perjanjian tertanggung itu menerima suatu

peralihan risiko, mengikatkan dirinya untuk membayar ganti kerugian bilamana risiko

7
Joko Prakoso,dan Ketut Murtika, Op.cit., hlm.7.

11
atau kemungkinan kehilangan itu pada suatu saat sungguh-sungguh akan menjadi

suatu kenyataan karena suatu peristiwa.8

Untuk itu dalam sebuah perjanjian asuransi telah jelas ditetapkan besarnya

premi yang harus dibayar oleh pihak tertanggung (insured) kepada pihak penanggung

(insurer) agar ada pembagian risiko yang sesuai dengan besar kecilnya ganti rugi.

Suatu ketentuan perjanjian tersebut di buat secara tertulis antara maskapai

asuransi dan pihak yang menjamin memuat persyaratan dan ketentuan lain nya dalam

sebuah polis. Polis juga digunakan sebagai bukti adanya perjanjian asuransi antara

pihak penanggung dan pihak tertanggung. Pada Pasal 255 KUHD menyatakan suatu

tanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.

Sedangkan syarat-syarat formal polis di atur pada Pasal 256 KUHD semua

polis, kecuali polis tertanggungan jiwa, harus menyatakan :

Hari pengadaan pertanggungan itu;

1. Nama orang yang mengadakan pertanggungan itu atas beban sendiri atau atas

beban orang lain;

2. Uraian yang cukup jelas tentang barang yang dipertanggungkan;

3. Jumlah uang yang untuk itu dipertanggungkan;

4. Bahaya yang diambil oleh penanggung atas bebannya;

5. Waktu mulai dan berakhirnya bahaya yang mungkin terjadi atas beban

penanggung;

6. Premi pertanggungan; dan

8
Ibid., hlm. 19.

12
7. Pada umumnya, semua keadaan yang pengetahuannya tentang itu mungkin

mutlak perlu bagi penanggung, dan semua syarat yang diperjanjikan antara

para pihak. Polis itu harus ditandatangani oleh setiap penanggung.

Pasal 257 KUHD, selanjutnya mengatur tentang saat kapan perjanjian

asuransi itu mulai dianggap ada, yaitu sejak adanya kata sepakat atau sejak saat

ditutup, bahkan sebelum polis ditandatangani. Pasal 257 ayat (1) KUHD menentukan:

perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup, hak-hak dan

kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai

berlaku semenjak saat itu,bahkan sebelum polisnya ditandatangani.

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini menunjukan hal yang postitif.

Perusahaan asuransi menunjukan eksistensinya dalam memaksimalkan pelayanan

dalam usaha yang mereka jalani. Kesadaran masyarakatakan pentingnya perlindungan

atas berbagai macam risiko yang kemungkinan akan terjadi dan menimpa diri mereka

sewaktu-waktu salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna layanan jasa asuransi.

Hal ini tentu saja menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan asuransi

yang menyediakan layanan asuransi.Hal ini menjadi acuan untuk meningkatkan

pelayanan dan peningkatan penjualan produk yang mereka miliki. Salah satu langkah

yang dilakukan adalah dengan cara mengeluarkan berbagi produk baru dan lebih

inovatif bagi nasabahnya. Saat ini produk asuransi tidak hanya terbatas pada jenis

asuransi jiwa dan asuransi kesehatan.

13
Dalam perkembangnnya perusahaan asuransi juga mengeluarkan berbagai

macam produk yang bisa dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan nasabah

yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak nasabah yang

menggunakan layanan asuransi dan semakin banyak penjualan yang bisa diciptakan.

Ada banyak jenis produk asuransi yang bisa dipilih oleh nasabah pengguna

asuransi, antara lain : asuransi kesehatan, asuransi dana pendidikan, asuransi dana

pensiun, asuransi mobil,asuransi properti, dan beragam jenis asuransi lainnya.

Disini penulis lebih menitik beratkan terhadap jenis asuransi mobil yang mana

menjamin kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor. Pengertian asuransi

kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan terhadap

kendaraan bermotor. Pada prinsipnya, jaminannya adalah terhadap kerusakan

kendaraan bermotor itu sendiri dan tanggungjawab hukum terhadap pihak lain yang

dirugikan pada saat menggunakan kendaraan tersebut.9

PT. MNC Asuransi Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi

swasta yang ada di Indonesia dengan kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta.

Salah satu produk asuransi yang di tawarkan oleh pihak PT. MNC Asuransi Indonesia

adalah asuransi kendaraan, dimana pada jenis asuransi ini pihak PT. MNC Asuransi

Indonesia membagi dua tipe perlindungan :

1. All Risk yaitu tipe perlindungan yang memberikan jaminan atas mobil

tertanggunguntuk segala jenis kerusakan, mulai dari kerusakan ringan, rusak

berat, hingga kehilangan kendaraan.

9
https://www.asuransiku.id/promo_artikel/berita/16/Pengertian-asuransi-Kendaraan-Bermotor

14
2. Total Lost Only(TLO) yaitu tipe perlindungan yang memberikan jaminan atas

mobil tertanggung bila terjadi kehilangan atau kerusakan dengan nilai

perbaikan senilai lebih dari 75% dari harga kendaraan dipasaran atau nilai

pertanggungan pada polis tersebut.

Pada penulisan ini, penulis lebih tertarik untuk meneliti lebih lanjut

bagaimana pelaksanaan klaim asuransi tipe perlindungan Total Lost Only (TLO) serta

kendala yang di hadapi dari tipe perlindunganTotal Lost Only (TLO) oleh pihak PT

MNC Asuransi Indonesia, yang mana terdapat ketentuan bahwa nilai perbaikan harus

mencapai 75% dari harga kendaraan di pasaran. Angka 75% merupakan angka yang

bisa dikatakan cukup tinggi untuk kerusakan sebuah kendaraan hal ini sama halnya

kehilangan sebuah kendaraan.

Penulis menjumpai kasus di lapangan, salah satu pihak tertanggung PT. MNC

Asuransi Indonesia mengalami peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan

kendaraannya rusak. Namun tidak bisa di proses klaim asuransinya atau klaim di

tolak oleh pihak asuransi dikarenakan belum mencapai angka 75% kerusakan dari

harga pasar, pihak asuransi tidak memberikan pertanggungan terhadap kerusakan

kendaraan tersebut. Namun kewajiban tertanggung dalam membayar premi sesuai

dengan isi polis harus tetap dilaksanakan. Tentu hal ini dapat menjadi salah

satupersoalan dalam pelaksanaan klaim asuransi. Persoalan tersebut timbul karena

kesalahan pihak tertanggung maupun pihak penanggung.

Penilaian terhadap kerusakan bukanlah suatu penilaian yang objektif dan

angka pasti, setiap tertanggung yang merasa menjadi korban terhadap kecelakaan

15
tentu merasakan kerugian yang cukup berarti. Namun dalam hal ini hanya pihak

asuransi lah yang bisa menentukan bahwa kendaraan tersebut sudah masuk dalam

perhitungan tanggungan atau tidak. Tentunya dalam menentukan nilai perbaikan dari

kerusakan suatu kendaraan akibat kecelakaan pihak asuransi memiliki kriteria

tertentu.

Oleh sebab itu penulis berpendapat bahwa hal-hal tersebut di atas menarik

untuk diteliti lebih lanjut yaitu mengenai kriteria penilaian dari perhitungan 75%

terhadap tanggungan risiko Total Lost Only (TLO) atas kerusakan kendaraan akibat

kecelakaan serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan klaim asuransi

tersebut . Dan untuk itu penulis mengangkatnya dalam suatu penulisan skripsi

dengan judul :KLAIM ASURANSI TOTAL LOST ONLY (TLO) ATAS

KERUSAKAN KENDARAAN AKIBAT KECELAKAAN OLEH PIHAK PT. MNC

ASURANSI INDONESIA DI JAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah formulasi dari suatu masalah. Rumusan masalah

harus sesuai dan sinkron dengan pembatasan masalah dan disajikan dalam bentuk

pertanyaan.10

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang ada serta

mempermudah pembahasan agar lebih terarah dan mendalam sesuai dengan sasaran

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

10
Widodo, Metodologi Penelitian Populer & Praktis, Jakarta, Raja Grafindo, 2017, hlm. 34.

16
1. Bagaimana pelaksanaan penentuan penilaian dari perhitungan 75%

kerusakaan kendaraan akibat kecelakaan dalam klaim Total Lost Only (TLO)

oleh pihak PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta?

2. Apakah kendala yang ditemui dalam pelaksanaan klaim Total Lost Only

(TLO) atas kerusakan kendaraan akibat kecelakaan oleh pihak PT.MNC

Asuransi Indonesia di Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penulisan penelitian pastilah memiliki tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penentuan penilaian dari perhitungan 75%

kerusakan kendaraan akibat kecelakaan dalam klaim Total Lost Only (TLO)

oleh pihak PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang ditemui dalam pelaksanaan klaim

Total Lost Only (TLO) atas kerusakan kendaraan akibat kecelakaan oleh

pihak PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini akan dapat bermanfaat baik bagi penulis

maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan data yang berkaitan dengan penelitian ini

serta masyarakat pada umumnya. Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa

penulisan ini memberikan manfaat sebagai berikut:

17
1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dari penulis mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan pertanggung jawaban pihak asuransi berkaitan dengan

kondisi kerusakan kendaraaan dikarenakan kecelakaan

b. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan

hukum perdata, hasil penelitian bisa menambah literature dalam memperluas

pengetahuan hukum bisnis pada masyarakat.

c. Penulisan ini sebagai pedoman awal bagi penelitian yang ingin mendalami

masalah ini lebih lanjut.

d. Bagi penulis secara pribadi, penelitian ini bisa bermanfaat untuk menganalisa

dan mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang ada pada penelitian ini

sehingga bisa menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang baik.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi pengetahuan kepada masyarakat yang mempunyai hubungan dengan

asuransi kecelakaan yang nantinya diberikan perusahaan asuransi.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap prosedur pengajuan klaim

asuransi tipe perlindungan Total Lost Only (TLO) .

c. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan juga perusahaan asuransi

terkait kendala yang nantinya di temui dalam proses pengajuan klaim asuransi.

d. Memberikan masukan atau saran terhadap pihak tertanggung maupun

penanggung dalam pelaksanaan klaim asuransi.

18
E. Metode Penelitian

Metode adalah berupa cara yang digunakan untuk mendapatkan data

yangnantinya dapat pula dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Cara utama yang

dipergunakan untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin terhadap suatu kejadian

atau permasalahan sehingga akan menemukan suatu kebenaran.11 Untuk melengkapi

serta menyempurnakan penulisan yang akan dilakukan, maka penulis melaksanakan

penelitian guna mendapatkan data yang kongkret untuk dijadikan sebagai bahan

penulisan dan jawaban yang objektif dengan langkah sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini metode pendekatan yang penulis gunakan

adalah yuridis empiris yaitu penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana

penerapan suatu peraturan perundang-undangan dilapangan khususnya yang berkaitan

dengan asuransi kecelakaan kendaraan bermotor.

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskritif yaitu penelitian yang menggambarkan tentang

suatu keadaan atau gejala-gejala sosial yang berkembang di tengah-tengah

masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini peneliti mencoba memberikan

gambaran dan tinjauan dalam pembahasan klaimasuransi Total Lost Only (TLO) atas

kerusakan kendaran akibat kecelakaan oleh PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta

yang bersumber dari peraturan perundang-undangan maupun hasil wawancara.

11
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada ,Jakarta, 1996, hlm.
43.

19
3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dipeoleh langsung dari sumber baik melalui

wawancara, observasi, maupun laporan-laporan dalam bentuk dokumen tidak

resmi yang kemudian diubah oleh peneliti. 12 Dalam penulisan ini penulis

mengambil data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan bapak

Trian Siswanto selaku Manager MV ClaimPT. MNC Asuransi Indonesia di

Jakarta, pemilik bengkel UD. Alvarez Motor jalan raya padang bukittinggi

serta data yang penulis peroleh dari salah satu nasabah PT.MNC Asuransi

Indoneisa.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dimaksud merupakan data yang diperoleh dari literatur,

yang didapatkan dari kepustakaan yang terdiri dari berbagai buku-buku atau

referensi-referensi dan studi dokumen-dokumen yang dapat mendukung

penulisan ini.dan hasil-hasi penelitian berbentuk laporan, tesis,

skripsi,jurnal,disertasi serta peraturan perundang-undangan.

Data sekunder berupa:

12
Zainuddin Ali, Metode Penelitian hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hlm.175.

20
a. Bahan hukum primer, bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang

mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan terkait dengan

objek penelitian13, yaitu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. Kitab Undang-Undang hukum dagang

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Peransuransian

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransurasian

7. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi

Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah

8. Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor (PSAKBI)

b. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang bersumber dari buku-

buku ataupun karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan objek penelitian,

terdiri atas:

1. Berbagai literatur yang terkait dengan objek penelitian

2. Hasil peelitian terdahulu

3. Teori-teori atau pendapat ahli yang dibidang hukum14

13
Ibid.,hlm.176.
14
Ibid

21
c. Bahan hukum Tersier, yaitu petunjuk ataupun penjelasan mengenai bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus,

ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya.15

b. Sumber Data

1. Penelitan Kepustakaan (Library Research)

Library Research atau penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang

dilakukan dengan mencari literatur yang ada, terkait dengan pokok

pembahasan. Penelitian kepustakaan ini dilakukan pada perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Andalas , Perpustakaan Pusat Universitas

Andalas, Perpustakaan Daerah Sumatera Barat, serta literatur koleksi pribadi

penulis.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Field Researchatau penelitian lapangan merupakan sumber data yang

diperoleh melalui penelitian yang dilakukan di lapangan.Berdasarkan topik

yang penulis teliti maka penelitian lapangan dilakukan pada PT. MNC

Asuransi Indonesia di Jakarta.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Penulis memperoleh data dengan metode

antara lain:

15
Ibid

22
1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan

tanya jawab secara lisan dengan responden. Pada pelaksanaan wawancara ini

penulis menggunakan wawancara semi terstruktur.Dalam penulisan ini

penulis melakukan wawancara dengan bapak Trian Siswanto selaku Manager

MV ClaimPT. MNC Asuransi Indonesia di Jakarta pada tanggal 21 Januari

2020 pukul 14.00 WIB.Dan dengan Bapak Sony pemilik bengkel UD.

Alvarez Motor jalan raya padang bukittinggi pada tanggal 27 Januari 2020

pukul 15.00 WIB, dan Ibu Delian sardila nasabah PT. MNC Asuransi

Indonesia pada tanggal 1 Febuari 2020 pukul 10.00 WIB.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan jenis pengumpulan data yang penulis

peroleh dengan mempelajari dokumen dari buku-buku, peraturan perundang-

undangan,dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

5. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yang

termasuk dalam kategori non probability sampling dalam arti, tidak memberi

kesempatan yang sama atau sampel langsung ditentukan oleh peneliti. Hal ini berarti,

pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling dilakukan dalam usaha

pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelum untuk pemecahan masalah yang

telah dirumuskan.

23
6. Pengolahan Data dan Analisis Data

a. Pengolahan data

Merupakan suatu proses dimana setelah memperoleh data, kemudian ditentukan

materi-materi apa saja yang diperlukan sebagai bagian penulisan. Melalui

prosesediting, seluruh data yang terkumpul dan disaring menjadi suatu

kumpulan data yang benar-benar dapat dijadikan suatu acuan akurat dalam

penarikan kesimpulan nantinya.

b. Analisis data

Setelah semua data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder

dilakukan analisis data secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan tidak

menggunakan rumus statistik, dan data tidak berupa angka-angka,tetapi

menggunakan kalimat-kalimat hukum yang merupakan pandangan para pakar,

peraturan perundang-undangan, termasuk data yang penulis peroleh di lapangan

yang memberikan gambaran secara detail mengenai permasalahan sehingga

memperlihatkan sifat penelitian yang deskritif, dengan menguraikan datayang

terkumpul melalui teknik pengumpulan data yang digunakan. Kemudian di

deskripsikan ke dalam bab-bab sehingga menjadi karya ilmiah atau skrpsi yang

baik.

24
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Tentang Asuransi

1. Pengertian Asuransi

Asuransi berasal dari kata verzekering (Belanda) yang berarti

pertanggungan. 16 Sedangkan usaha asuransi adalah usaha jasa Keuangan yang

dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi

memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi

terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti

atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang (Pasal 2 hurup (a) Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1992)17

Pengertian Asuransi menurut ketentuan Pasal 246 KUHD :


“pertanggungan merupakan suatu perjanjian dimana seseorang penanggung
dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk
membebaskannyadari kerugian,karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan
keuntungannya yang diharapkan, dan yang akan dideritanya karena kejadian yang
tidak pasti”

Definisi yang lebih luas dari pada definisi dalam Pasal 246 KUHD adalah

definisi asuransi dalam Pasal 41 New York Insurance Law. Menurut ketentuan

Pasal 41 New York Insurance Law:

“The Insurance contract is any agreement or other transaction where by one


party herein called the insurer, is obligated to confer benefit of precuniary value
upon another party, herein called the isured of beneficiary, dependent up on the
happening of a fortuitous event in which the insured or beneficiary has, or

16
Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi,PT. Raja Grafindo Persada, Depok,2017, hlm. 1.
17
Prof.Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006, hlm. 5.

25
expected to have the time of such happening a material interest which will be
adversely affected by the happening of such event. A lortuitous event is any
occurance or failure to occur which is, or is assumed by the parties to be. To a
substantial extend beyond the control of either party”. 18 (Perjanjian Asuransi
adalah suatu persetujuan atau transaksi dengan orang lain dimana satu orang di
dalam hal ini disebut penanggung, diwajibkan untuk memberikan perlindungan
yang ada manfaatnya bagi pihak yang lainnya, inilah yang disebut tertanggung
atau penerima manfaat. Peristiwa apa yang secara kebetulan terjadi yang
menimpa tertanggung atau penerima manfaat, atau merugikan harta benda yang
diasuransikannya yang menyebabkan kerugian dari peristiwa tersebut. Peristiwa
atau kejadian tersebut terjadi di luar dari kehendak para pihak).

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1 ) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992


tentang usaha Perasuransian:

“asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung,
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin di derita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.

Penjelasan mengenai pengertian asuransi pun terdapat dalam ketentuan Pasal

1 angka (1) poin a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Peransuransian:

“asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagaimana imbalan untuk : a) memberikan penggantian kepada
tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul,
kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti.

Dalam KUH Perdata, perjanjian asuransi diklasifikasikan sebagai salah satu

dari yang termasuk perjanjian untung-untungan sebagaimana yang tercantum pada

18
Ibid., hlm.10.

26
Pasal 1774 KUH Perdata yang menegaskan: “suatu perjanjian untung-untungan

adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya baik bagi semua

pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung dari suatu kejadian yang belum

tentu”.

1. Berkaitan dengan pengertian asuransi, beberapa para ahli mengemukakan

tentang kaitannya dengan risiko.

2. James L Athearn, dalam bukunya Risk and Insurance mengatakan bahwa

asuransi itu adalah satu institut yang direncanakan guna menangani risiko.

3. Robert I Mehr dan Emerson Cammack juga mengatakan, bahwa suatu

pemindahan risiko itu lazim disebut sebagai asuransi.

4. Prof. Ny.Emmy Pangaribuan pertanggungan mempunyai tujuan pertama-tama

ialah mengalihkan segala risiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa.

Abbas Salim berpendapat bahwa asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan

kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai (subtitusi) kerugian-

kerugian yang belum pasti.19

1. Rediks Purba berpendapat bahwa Asuransi adalah suatu persetujuan, dimana

penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan mendapatkan premi,

untuk mengganti kerugian karena kehilangan, kerugian atau tidak diperolehnya

19
Abbas Salim, Asuransi dan Menejemen Resiko, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.
1.

27
keuntungan yang diharapkan, yang dapat diterima karena peristiwa yang tidak

diketahui lebih dahulu.20

2. Ahmad Azhar Basyir pun berpendapat Asuransi adalah suatu perjanjian, dengan

mana seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang tertanggung,

dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena

mengalami kerugian, kerusakan dan kehilangan keuntungan yang diharapkan

yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa tak tentu.21

3. Beranjak dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa sesungguhnya

asuransi atau pertanggungan itu adalah suatu usaha guna menanggulangi

adanya risiko.22Risiko merupakan kemungkinan penyimpangan harapan yang

tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak

diinginkan. Lebih tegas lagi bahwa risiko itu akan merupakan:

1. Kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan atau

diharapkan terjadi.

2. Peristiwa atau keadaan yang diinginkan atau diharapkan tidak terjadi,

keadaan itu lazim dikatakan sebagai kehilangan sebagai penurunan atau

pemusnahan nilai ekonomi.23

Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung empat unsur

adalah sebagai berikut.

20
Radiks Purba, Op.cit, hlm. 40.
21
Ahmad Azhar Basyir, Takaful sebagai Alternatif Asuransi Islam, Umul Qur’an, 2/VII96,
hlm. 15.
22
SriRejeki Hartono, hlm.13.
23
Ibid., hlm. 60-61.

28
1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi

kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang

(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur

apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tentu.

3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).

4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

peristiwa yang tak tentu.24

2. Pengaturan Asuransi

Dalam KUHD ada 2 (dua) cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang

bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat

dalam buku I Bab 9 Pasal 246- Pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis

asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur di luar KUHD.

Kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Peraturan yang bersifat khusus terdapat

dalam buku I Bab 10 Pasal 287- Pasal 308 KUHD dan Buku II Bab 9 dan Bab 10

Pasal 592- Pasal 695 KUHD.25

Dalam KUH Perdata terdapat dalam Pasal 1774 ,dan adapaun ketentuan-

ketentuan lain yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan di luar KUH

Dagang dan KUH Perdata seperti:

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian.

24
Elsi Kartika Sari, danAdvendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, PT
GramediaWidiasarana, Jakarta, 2017, hlm.102.
25
Op.cit., hlm. 18.

29
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggung Wajib

Kecelakaan Penumpang.

c. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu lintas 26

d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,

Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah

3. Tujuan Asuransi

Menurut Prof. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, asuransi itu mempunyai

tujuan utama mengalihkan risiko (tertanggung) yang ditimbulkan oleh peristiwa-

peristiwa (yang tidak diharapkan terjadi) kepada orang lain (penanggung). 27 Tetapi

dalam perkembangannya tujuan asuransi dipecah menjadi tujuan yang bersifat sosial

dan juga yang bersifat ekonomis dimana terbagi diantaranya:

1. Pengalihan risiko

Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang

mengancam harta kekayaan atau jiwanya.Dengan membayar sejumlah premi

kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada

penanggung.

2. Pembayaran ganti kerugian

Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan

kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung yang

26
Op.cit., hlm. 104.
27
Mulhadi, hlm. 31.

30
bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah

asuransinya. Dalam praktiknya, kerugian yang timbul itu bersifat sebagian (partial

loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss). Dengan demikian,

tertanggung mengadakan asuransi yang bertujuan untuk memperoleh pembayaran

ganti kerugian yang sungguh-sunguh dideritanya.

Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam jangka

waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri

tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati

bersama seperti tercantum dalam polis. Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan

berdasarkan perjanjian bebas (sukarela) antara penanggung dan tertanggung

(voluntary insurance).

3. Pembayaran santunan

Undang-undang mengatur asuransi yang bersifat wajib (compulsory insurance),

artinya tertanggung terikat dengan penanggung karena perintah undang-undang,

bukan karena perjanjian. Asuransi jenis ini disebut Asuransi Sosial (social security

insurance). Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya

kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh. Dengan membayar

sejumlah kontribusi (semacam premi), tertanggung berhak memperoleh

perlindungan dari ancaman bahaya.

4. Kesejahteraan anggota

Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan membayar

kontribusi (iuran) kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu berkedudukan

sebagai penanggung, sedangkan anggota perkumpulan berkedudukan sebagai

31
tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau kematian

bagi anggota (tertanggung), perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada

anggota (tertanggung) yang bersangkutan. Prof. Wirjono Prodjodikoro menyebut

asuransi seperti ini asuransi saling menanggung (onderlinge verzekering) atau

asuransi usaha bersama (mutual insurance) yang bertujuan mewujudkan

kesejahteraan anggota.28

4. Penggolongan Asuransi

Seperti uraian di atas terkait pengertian asuransi yang bisa dikatakan sebagai

perjanjian untung –untungan yang dikarekan asuransi mengandung unsur

“kemungkinan” atau kejadian yang belum pasti terjadi. Dan berdasarkan atas

perjanjian itu asuransi dapat digolongkan menjadi dua, yakni asuransi kerugian

(schade verzekering) dan asuransi sejumlah uang (sommen verzekering).

1. Asuransi Kerugian (schade verzekering)

Asuransi kerugian (schade verzekering) adalah yang memberikan penggantian

kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung.

2. Asuransi sejumlah uang (sommen verzekering)

Asuransi jumlah (sommen verzekering) merupakan pembayaran sejumlah uang

tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah evenement menimbulkan

kerugian atau tidak.29

28
Abdulkadir Muhammad, hlm. 12-15.
29
Elsi Kartika Sri,danAdvendi Simanunsong,Op.Cit., hlm. 104.

32
5. Prinsip –prinsip dalam Asuransi

Secara umum,sahnya suatu perjanjian diatur dan harus memenuhi ketentuan-

ketentuan yang diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata. Sedangkan untuk syarat khusus

bagi perjanjian asuransi harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam buku I Bab IX

KUH Dadang, yang mana prinsip ini tidak dikenal dalam perjanjian lainnya yaitu:

1. Prinsip insurable interest ( Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan)

Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 250 KUHD yang berbunyi:“apabila seseorang

yang telah mengadakan suatu perjanjian asuransi untuk diri sendiri, atau apabila

seseorang yang untuknya telah diadakan suatu asuransi, pada saat diadakannya

asuransi itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang

diasuransikan itu, maka penanggung tidak diwajibkan memberi ganti

kerugian”.Jelas dari ketentuan di atas bahwa kepentingan merupakan syarat mutlak

(essentieel vereiste) untuk dapat diadakan perjanjian asuransi.30

2. Prinsip Utmost Good Faith (itikad baik)

Prinsip atau asas itikad baik dapat diartikan, bahwa masing-masing pihak dalam

suatu perjanjian yang akan disepakati demi hukum mempunyai kewajiban untuk

memberikan keterangan atau informasi selengkap-lengkapnya, dan sebenar-

benarnya. Asas ini menghendaki agar para pihak berlaku jujur, sejujur-jujurnya,

dengan cara mengungkapkan secara fakta materil berkaitan dengan objek asuransi

di satu pihak dan produk asuransi di pihak lain. Berkenaan dengan asas itikad baik

ini dimana di atur dalam Pasal 251 KUHD, berbunyi:“setiap keterangan yang

keliru atau tidak benar, atau setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui

30
Mulhadi, hlm. 81.

33
oleh si tertanggung betapa pun itikad baik itu ada padanya, yang demikian sifatnya

sehingga sehingga seandainya penanggung telah mengetahui keadaan yang

sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau ditutupnya dengan syarat-syarat

yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”.31

3. Prinsip Indemnity (prinsip ganti kerugian)

Pada hakikatnya, fungsi asuransi adalah mengalihkan atau membagi risiko yang

kemungkinan diderita atau dihadapi oleh tertanggung karena terjadi suatu

peristiwa tidak pasti. Oleh karena itu , besarnya ganti kerugian yang diterima oleh

tertanggung harus seimbang dengan kerugian yang dideritanya. Prinsip ini

tercemin dalam Pasal 246 KUHD, yaitu pada bagian kalimat “..... untuk

memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena

suatu peristiwa yang tidak pasti”.32

4. Prinsip Subrogasi (perwalian)

Subrogasi merupakan suatu hak yang diberikan undang-undang kepada

penanggung untuk menuntut pihak ketiga yang menjadi penyebab timbulnya

kerugian pada tertanggung. Mengenai subrogasi bagi penanggung dalam Pasal

284 KUHD yang berbunyi:“ seorang penanggung yang telah membayar kerugian

sesuatu barang yang diasuransikan, menggantikan tertanggung dalam segala hak

yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan

kerugian tersebut, dan tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap

31
Ibid., hlm. 82-84.
32
Ibid., hlm. 85.

34
perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap orang-orang ketiga

itu”.Prinsip subrogasi timbul semata-mata untuk tujuan menegakan prinsip

indemnitas, mencegah tertanggung mendapatkan keuntungan dari kerugian yang

terjadi karena adanya sumber ganti rugi dari pihak ketiga sebagai penyebab

timbulnya kerugian.33

5. Prinsip Kontribusi

Apabila terjadi perlindungan asuransi atas objek yang sama oleh lebih dari satu

perusahaan asuransi dan masing-masing mengeluarkan polis asuransi dengan nilai

pertanggungan sama sebesar nilai atau harga sesungguhnya benda yang menjadi

objek pertanggungan, perusahaan asuransi hanya wajib membayarkan ganti rugi

pro-rata sesuai dengan tanggung jawab menurut perbandingan seimbang.34

6. Prinsip sebab - akibat

Inti dari prinsip sebab akibat adalah bahwa suatu penyebab aktif, efisien yang

menimbulkan rangkaian kejadian dan menyebabkan suatu akibat, tanpa adanya

intervensi dari suatu kekuatan yang berawal dan secara aktif bekerja dari sumber

baru serta berdiri sendiri. 35

6. Perjanjian Asuransi

A. Pengaturan dan Pengertian Perjanjian

Di dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah diatur mengenai

perjanjian yang terdapat dalam buku ketiga dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal

33
Ibid., hlm. 87.
34
Ibid., hlm. 89.
35
Ibid., hlm. 90.

35
1864 mengenai perikatan. dalam pasal tersebut tidak dijelaskan secara spesifik

terkait perjanjian akan tetapi mengenai perikatan.

Perjanjian asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur

dalam KUHD. Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sahnya suatu

perjanjian dalam KUHPerdata berlaku juga bagi perjanjian asuransi. Syarat-syarat

umum sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, sedangkan syarat

khusus diatur dalam Pasal 250 dan 251 KUHD.36

1. Kesepakatan

Kedua belah pihak baik tertanggung maupun penanggung sepakat mengenai hal

yang di perjanjikan, terkait objek yang diasuransikan, pembayaran premi, dan

hal lainnya terkait perjanjian tanpa adanya tekanan, paksaan dan pengaruh dari

pihak manapun.

2. Kecakapan

Kedua belah pihak baik tertanggung maupun penanggung cakap hukum artinya,

kedua belah pihak telah berwenang dalam melakukan perbuatan hukum.

3. Objek tertentu

Objek tertentu yang dimaksud dalam perjanjian asuransi adalah suatu objek

tertentu yang diasuransikan. Objek tertentu tersebut dapat berupa harta

kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan tersebut maupun

jiwa si tertanggung sendiri. Objek tertentu yang diasuransikan tersebut haruslah

jelas jenisnya , ataupun kepemilikannya.

36
Ibid., hlm. 45.

36
4. Sebab yang halal

Sebab yang halal artinya, isi dari perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan

atau yang dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban

umum dan kesusilaan.

5. Ada kepentingan yang diasuransikan

Dimana untuk hal ini diatur dalam Pasal 250 KUHD, yang menyebutkan bahwa

“apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri

sendiri, atau apabila seseorang yang untuknya telah diadakan suatu

pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai

suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan, maka si

penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi”. Hal ini sebenarnya

berkaitan dengan objek asuransi.

6. Pemberitahuan

Tertanggung wajib memberi tahu kepada penanggung terhadap keadaan objek

asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya asuransi menjadi

batal. Menurut ketentuan Pasal 251 KUHD, “ semua pemberitahuan yang salah

atau tidak benar, atau menyembunyikan keadaan yang diketahui oleh

tertanggung tentang objek asuransi , mengakibatkan asuransi batal”.37

B. Sifat Perjanjian Asuransi

Perjanjian asuransi atau pertanggungan merupakan jenis perjanjian yang

memiliki beberapa sifat atau karakter hukum. Kenyataan itu bisa dibuktikan dari

banyaknya pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan oleh para ahli hukum.

37
Ibid., hlm. 48.

37
Emmy Pangaribuan Simanjuntak mengatakan bahwa perjanjian asuransi atau

pertanggungan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada asasnya adalah suatu perjanjian

penggantian kerugian. Penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian

karena pihak tertanggung menderita kerugian, dan yang diganti itu adalah

seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh di derita oleh tertanggung.

b. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat. Kewajiban

mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan bila peristiwa yang tidak

tertentu atas mana diadakan pertanggungan terjadi.

c. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.

Kewajiban penanggung adalah memberikan ganti kerugian dihadapkan dengan

kewajiban tertanggung untuk membayar premi.38

C. Terjadinya Perjanjian Asuransi

Mulainya perjanjian menurut asas konsensualisme, suatu perjanjian lahir pada

detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak mengenai

hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian.

Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung

dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua belah pihak dapat dipelajari

melalui dua teori perjanjian yang di kenal oleh ilmu hukum. Kedua teori perjanjian

tersebut adalah teori tawar-menawar (bargaining theory) dan teori penerimaan

(acceptance theory).

38
Ibid., hlm. 54.

38
1. Teori tawar-menawar

Terjadinya perjanjian asuransi didahului oleh serangkaian perbuatan

penawaran dan penerimaan yang dilakukan oleh tertanggung serta penanggung

secara timbal balik. Serangkaian perbuatan tersebut tidak ada pengaturan secara

rinci dalam Undang-Undang Perasuransian, tetapi hanya dengan pernyataan

“persetujuan kehendak” sebagai salah satu unsur sah perjanjian dalam Pasal

1320 KUH Perdata.

2. Teori penerimaan

Berdasarkan teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat

pihak-pihakpada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung.

Sungguh-sungguh diterima artinya, penawaran tertulis pihak penanggung benar

diterima oleh pihak tertanggung walaupun isi tulisan itu belum dibacanya.

Sungguh-sungguh diterima itu dibuktikan oleh tindakan nyata dari tertanggung,

biasanya dengan menandatangani suatu pernyataan yang diberikan oleh pihak

penanggung yang disebut nota penutupan atau persetujuan (cover note).39

D. Polis Sebagai Bukti Asuransi

Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD, perjanjian asuransi harus dibuat secara

tertulis dalam bentuk akta yang disebut dengan polis. Polis berfungsi sebagai alat

bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara

tertanggung dan penanggung. Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam

polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang

memungkinkan perbedaan interprestasi, sehingga mempersulit tertanggung dan

39
Ibid., hlm. 56.

39
penanggung merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan

asuransi.

Disamping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus

dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk

mencapai tujuan asuransi.40

1. Isi polis

Menurut ketentuan Pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi

jiwa,harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:

1.Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi,


2.Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga,
3.Uraian jelas mengenai benda yang diasuransikan,
4.Jumlah yang diasuransikan,
5.Bahaya-bahaya (evenemen) yang ditanggung oleh penanggung,
6.Saat bahaya (evenemen) mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penanggung,
7.Premi asuransi,
8.Umumnya, semua keadaan yang diperlu diketahui oleh penanggung dan segala
janji-janji khusus diadakan antara para pihak,

2. Jenis-jenis Polis

1. Polis maskapai
2. Polis bursa
3. Polis Lloyds
4. Polis perjalanan
5. Polis waktu

3. Klasula polis

1. Klausula premier risque


2. Klausula ALL Risks
3. Klausula All seen
4. Klausula renunsiasi
5. Klausula free from particular average (FPA)

40
Abdulkadir Muhammad, hlm. 59.

40
5. Objek Asuransi

Merujuk pada ketentuan Pasal 268 KUHD, dimana disebutkan hal-hal yang

dapat menjadi objek asuransi adalah semua kepentingan yang dapat dinilai dengan

uang (op geld waardeerbaar), dapat takluk pada macam-macam bahaya (aan

gevaar on derhevig), dan tidak dikecualikan oleh undang-undang. 41 Jenis-jenis

objek asuransi yaitu :

1. Benda asurasi
2. Premi asuransi
3. Peristiwa
4. Uang asuransi

6. Berakhirnya Perjanjian Asuransi

Berakhirnya perjanjian Pasal 1381 KUH Perdata menyebutkan sepuluh cara

berakhirnya perjanjian yaitu :

1. pembayaran;
2. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. pembaharuan utang;
4. perjumpaan utang atau kompensasi;
5. percampuran utang;
6. pembebasan utang;
7. musnahnya barang yang terutang;
8. batal/pembatalan;
9. berlakunya suatu syarat batal;
10. lewatnya waktu.42

Asuransi dapat berakhir apabila asuransi itu berhenti. Berhentinya asuransi

dapat terjadi karena kesepakatan antara tertanggung dan penanggung, misalnya

karena premi tidak dibayarkan ini biasanya diperjanjikan dalam polis. Berhentinya

41
Op.cit.,hlm. 75.
42
Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Bandung, cetakan keduapuluh,2004,hlm. 1.

41
asuransi juga dapat terjadi karena faktor diluar kemauan tertanggung dan

penanggung yang mana dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

1. jangka waktu berlaku sudah habis


2. perjalanan berakhir
3. terjadi evenemen diikuti klaim
4. asuransi berhenti atau dibatalkan
5. asuransi gugur.

B. Tinjauan Tentang Asuransi Kecelakaan Kendaraan Bermotor

1. Pengertian Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang di gerakan oleh peralatan teknik

untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya

kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat

untuk menggerakan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda, digerakan

oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak

atau tenaga dalam). Kendaraan bermotor memiliki roda dan berjalan di atas jalanan

(darat).

Menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2009 tentang

lalu lintas dan angkutan jalan Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang

digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di

atas rel. Menurut Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia dalam

pasal 4 ayat (4) kendaraan bermotor adalah kendaraan roda dua atau lebih yang

digerakan oleh motor atau mekanik lain dan memiliki izin untuk digunakan di

jalan umum yang menjadi obyek pertanggungan.

42
2. Pengertian Kecelakaan

Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2009 tentang

lalu lintas dan angkutan jalan , kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di

jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau

tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian

harta benda.

Asuransi kendaraan bermotor adalah salah satu jenis produk asuransi yang

memberikan perlindungan kepada tertanggung atau pemegang polis dari setiap

kerugian atau kerusakan atau kehilangan mobil atau sepeda motor yang

disebabkan oleh kecelakaan (tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir atau

terperosok) atau kecurian perbuatan jahat, kebakaran dan kerusakan yang terjadi

selama berada di atas kapal penyebrangan. 43 Tabrakan atau benturan adalah

kontak fisik antara kendaraan bermotor dengan benda lain termasuk hewan yang

berada di luar kendaraan bermotor.44

3. Jenis-jenis Asuransi Kendaraan Bermotor

Secara garis besar, jenis pertanggungan Asuransi Kendaraan Bermotor terbagi

menjadi 2(dua) jenis diantaranya :

43
http/cakaramuliamulia.com,diakses pada tanggal 20 Mei 2019 pukul 13.00
44
Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

43
1. All Risk (comprehensive) yaitu tipe perlindungan yang memberikan jaminan

atas mobil tertanggung untuk segala jenis kerusakan, mulai dari kerusakan

ringan, rusak berat, hingga kehilangan kendaraan.

2.Total lost Only (TLO) atau CTL (Constuctive Total Lost) yaitu tipe

perlindungan yang memberikan jaminan atas mobil tertanggung bila terjadi

kehilangan atau kerusakan senilai lebih atau tidak kurang dari 75% dari harga

kendaraan dipasaran atau nilai pertanggungan.

4. Polis Asuransi Kendaraan Bermotor

Polis asuransi kendaraan bermotor selain harus memenuhi syarat-syarat umum

Pasal 256 KUHD, juga harus memuat syarat-syarat khusus yang hanya berlaku

bagi asuransi kendaraa bermotor, berikut ini merupakan syarat-syarat umum

tersebut:

a. Hari dan tanggal serta tempat dimana asuransi kendaraan bermotor diadakan.

b. Nama tertanggung yang mengansuransikan kendaraan bermotor untuk diri

sendiri atau untuk kepentingan pihak ketiga.

c. Keterangan yang cukup jelas mengenai kendaraan bermotor yang diasuransikan

terhadap bahaya (risiko) yang ditanggung.

d. Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya (risiko) yang ditanggung.

e. Evenemen-evenemen penyebab timbulnya kerugian yang akan ditanggung oleh

penanggung.

44
f. Waktu asuransi kendaraan bermotor mulai berjalan dan berakhir yang menjadi

tanggungan penanggung.

g. Premi asuransi kendaraan bermotor yang dibayar oleh tertanggung.

h. Janji-janji khusus yang diadakan antara pihak tertanggung dan pihak

penanggung.45

Dalam Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor selain ketentuan mengenai

risiko yang ditanggung dan risiko yang tidak ditanggung, dimuat juga syarat-syarat

khusus sebagai berikut :

a. Wilayah negara berlakunya asuransi kendaraan bermotor.

b. Pembayaran premi.

c. Pemberitahuan kecelakaan,tindakan pencegahan,tuntutan dari pihak

ketiga,tuntutan pidana terhadap pihak tertanggung.

d. Kerugian, ganti kerugian, asuransi rangkap, laporan tidak benar, Subrogasi, dan

hilangnya hak ganti kerugian.

e. perselisihan dan arbitrase.

f. Berakhirnya asuransi kendraan bermotor.46

5. Premi dan Risiko

a. Pembayaran Premi

Agar risiko beralih kepada penanggung, maka tertanggung harus membayar

uang premi lebih dahulu, kecuali apabila diperjanjikan lain. Jika premi tidak
45
Abdulkadir Muhammad, hlm. 181.
46
Ibid.,hlm. 181.

45
dibayar dalam waktu 10 harikerja terhitung mulai tanggal permulaan asuransi

atau tanggal perpanjangan asuransi, berlakunya asuransi ditunda oleh

penanggung tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Jika sewaktu-waktu terjadi

suatu kerugian/kerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan,

tertanggung tidak berhak atas suatu penggantian kerugian. Penundaan tersebut

akan berakhir 24 jam sesudah premi diterima oleh penanggung atau asuransi

menjadi batal demi hukum apabila premi tidak dibayar setelah lewat 90 hari

kelender terhitung mulai tanggal berlakunya asuransi. Atas pembatalan ini

penanggung berhak atas premi untuk jangka waktu yang sudah berjalan sebesar

20% dari premi setahun.47

b. Risiko yang Ditanggung.

Risiko yang ditanggung oleh pihak penanggung terdiri dari 2 jenis,yaitu

kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor dan tanggung jawab hukum

tertanggung terhadap pihak ketiga. Penanggung memberikan penggantian

kepada tertanggung terhadap :

(1) Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang diasuransikan yang

disebabkan oleh :

a. tabrakan, benturan terbalik, tergelincir dari jalan, termasuk juga akibat

dari kesalahan material, konstruksi, cacat sendiri atau sebab-sebab

lainnya dari kendaraan bermotor yang bersangkutan.

b. perbuatan jahat orang lain.

47
Ibid.,hlm. 182.

46
c. pencurian termasuk pencurian yang didahului atau disertai atau diikuti

dengan kekerasan ataupun ancaman dengan kekerasan kepad orag dan

atau kendaraan bermotor yang diasuransikan dengan tujuan

mempermudah pencurian kendaraan bermotor atau alat perlengkapan

kendaraan bermotor yang diasuransikan dalam polis ini.

d. kebakaran termasuk kebakaran benda atau kendaraan bermotor lain yang

berdekatan atau tempat penyimpanan kendaraan bermotor yang

diasuransikan, demikian juga karena dimusnahkannya seluruh atau

sebagian kendaraan bermotor yang diasuransikan atas perintah yang

berwenang dalam upaya pencegahan menjalarnya kebakaran itu.

e. sambaran petir.

(2) Kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh peristiwa yang tersebut

dalam butir (1) dan sebab-sebab lainnya selama penyebrangan dengan feri

atau alat penyebrangan resmi lain yang berada dibawah pengawasan

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

(3) Kerusakaan roda bila kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan

kendaran bermotor itu yang disebabkan oleh kecelakaan.

(4) Biaya yang wajar yang dikeluarkan oleh tertanggung untuk penjagaan atau

pengangkutan ke bengkel atau tempat lain guna menghindari atau

mengurangi kerugian atau kerusakan yang dijamin dalam polis, setinggi-

tingginya sebesar 0,5 % (setengah persen) dari jumlah asuransi tanpa

diperhitungkan dengan risiko sendiri.

47
Penanggung juga memberikan penggantian kepada tertanggung atas:

(1) Tanggung gugat trtanggung terhadap suatu kerugian yang diderita oleh pihak

ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor yang

diasuransikan,baik yang diselesaikan melalui musyawarah maupun melalui

pengadilan, kedua-duanya yang mendapat persetujuan lebih dahulu dari

penanggung,setinggi-tingginya sejumlah yang tercantum dalam ikhtisar

asuransi yang meliputi :

a. kerusakan atas harta benda,dan

b. cidera badan atau kematian.

(2) Biaya perkara atau biaya bantuan para ahli yang berkaitan dengan tanggung

gugat tertnggung yang telah lebih dahulu disetujui oleh penanggung secara

tertulis.48

6. Kewajiban Pemberitahuan oleh Tertanggung

a. Kecelakaan atau Pencurian

tertanggung diwajibkan memberitahukan kecelakann atau pencurian atas

kendaraan bermotor yang disuransikan kepada penanggung selambat-

lambatnya tiga hari kerja sejak terjadinya kecelakaan atau pencurian tersebut.

Pemberitahuan tersebut dilakukan secara tertulis atau secara lisan yang diikuti

dengan laporan tertulis kepada penanggung. Dalam hal pencurian atau

krusakan kendaraan bermotor yang diasuransikan yang dilakukan oleh pihak

ketiga yang dapat dijadikan dasar untuk penuntutan penggantian kerugian atau

48
Ibid., hlm. 182-184.

48
adanya tuntutan dari pihak ketiga yang harus dipikul oleh pihak penanggung,

tertanggung wajib melaporkannya kepada dan mendapatkan surat keterangan

serendah-rendahnya pos polisi setempat. khusus untuk kerugian total (total

lost) akibat pencurian tertanggung diwajibkan melaporkannya kepada dan

mendapat surat keterangan dari Polisi Daerah (Polda) setempat.49

b. Tindakan Pencegahan

tertanggung wajib melakukan segala usaha yang patut guna menjaga dan

memelihara kendaraan bermotor itu. Apabila terjadi suatu kecelakaan atau

kerusakan pada kendaraan bermotor, kendaraan tersebut tidak boleh

ditinggalkan tanpa pengamanan yang layak guna menghindari

kerusakan/kerugian selanjutnya. Penanggung berhak untuk setiap waktu

melakukan pemeriksaan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan dibawah

polis.50

c. Tuntutan Dari Pihak Ketiga

apabila tertanggung dituntut oleh pihak ketiga sehubungan dengan kerugian

atau kerusakan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang

diasuransikannya tersebut, maka tertangung wajib memberitahukan kepada

penanggung tentang adanya tuntutan tersebut selambat0lambatnya 3 hari sejak

tuntutan tersebut diterima. Tertanggung harus segera menyerahkan dokumen

yang ada sehubungan dengan tuntutan pihak ketiga yang bersangkutan.

Tertanggung menguasakan kepada penanggung untuk mengurus tuntutan

49
Ibid., hlm. 187.
50
Ibid., hlm. 187.

49
ganti kerugian pihak ketiga dan apabila diperlukan, tertanggung diwajibkan

tertanggung memberikan surat kuasa kepada pihak penanggung.51

7. Kerugian dan Ganti Kerugian.

a.Kerugian

Jika kendaraan bermotor yang diasuransikan pada saat terjadinya

kerugian atau kerusakan oleh suatu bahay yang ditanggung dalam asuransi

kendaraan bermotor ini, harga sebenarnya kendaraan bermotor tersebut lebih

besar dari pada harga asuransi, maka penanggung akan menggantinya

menurut hitungan dari bagian yang diasuransikan terhadap bagian yang tidak

diasuransikan. Kerugian ini disebut kerugian sebagian ( partial loss) dan

asuransi ini disebut asuransi dibawah harga ( under insurance).52

Selain itu, ada pula yang disebut kerugian total ( total loss). Kerugian

total adalah krusakan atau kerugian yang biaya perbaikannya diperkirakan

sama dengan atau lebih dari 75% dari harga sebenarnya kendaraan bermotor

tersebut bila diperbaiki atau hilang karena dicuri dan tidak ditemukan dalam

waktu 60 hari sejak terjadinya pencurian atas kendaraan bermotor yang

diasuransikan tersebut.53

b. Ganti Kerugian

penanggung akan memberikan ganti kerugian kepada tertanggung atas

kerusakan atau kehilangan kendaraan bermotor yang diasuransikan

51
Ibid.,hlm. 188.
52
Ibid.,hlm. 188.
53
Ibid.,hlm. 189.

50
berdasarkan harga sebenarnya esaat sebelum terjdi kerusakan atau

kehilangan tersebut atau atas tuntutan pihak ketiga, setinggi-tingginya

sebesar jumlah, setelah dikurangi dengan risiko sendiri ( retensi sendiri) yang

tercantum dalam ikhtisar asuransi dan setelah dikenakan perhitungan

asuransi dibawah harga seperti yang telah dikemukakan di atas, dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. tertanggung wajib memberikan kesempatan kepada penanggung untuk

memeriksa kerusakan sebelum dilakukan perbaikan atau penggatian atas

kendaraan bermotor yang dimaksud.

2. Penanggung berhak menentukan pilihannya untuk memperbaiki di bengkel

yang ditunjuk atau disetujuinya, mengganti dengan kendaraan bermotor

yang sama atau mengganti dengan uang.

3. tertanggung berhak mengajukan ketidak puasannya secara tertulis atas

hasil perbaikan kendaraan bermotor dimaksud oleh bengkel dalam batas

waktu 14 hari kalender sejak selesai diperbaiki dan diserah terimakan

kepada tertanggung apabila bengkel tersebut ditunjuk oleh penanggung.

Dalam melaksanakan ganti kerugian, penanggung akan memperhitungkan

dengan premi yang masih terhutang untuk masa asuransi yang masih berjalan

atas kendaraan bermotor tersebut.54

54
Ibid.,hlm. 190.

51
8. Persengketaan dan Penyelesaian

Apabila timbul persengketaan antara penanggung dan tertanggung

sebagai akibat pelaksanaan atau penafsiran perjanjian asuransi ini dan

persengkeaan tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam

tempo 30 hari sejak terjadinya kerugian yang menjadi pokok persengketaan,

maka pihak yang berkepentingan berhak mengajukan persengketaan tersebut

kepada Dewan Asuransi Kerugian Indonesia co Ketua Bidan Asuransi

Kerugian, yang akan membentuk badan arbitrase ad hoc dalam tempo paling

lama 30 hari kerja sejak surat permohonan arbitrase diterima Sekretariat

Jenderal Dewan Asuransi Indonesia.55

9. Berakhirnya Asuransi Kendaraan Bermotor

a. Pembatalan Polis

penanggung dan tertanggung masing-masing berhak setiap waktu

menghentikan asuransi tanpa diwajibkan memberitahukan alasannya. Dalam

hal tertanggung yang membatalkan,tertanggung wajib membayar premi untuk

jangka waktu yang sudah dijalani yang diperhitungkan menurut skala premi

asuransi jangka pendek. Apabila penanggung yang membatalkan, penanggung

wajib mengembalikan premi secara pro rata untuk waktu asuransi yang belum

berjalan.

55
Ibid.,hlm. 191.

52
b. Peralihan Hak Pemilik

apabila kendaraan bermotor dan atau kepentingan yang diasuransikan

pindah tangan, baik berdasarkan suatu persetujuan maupun karena

tertanggung meninggal dunia, maka menyimpang dari pasal 263 KUHD

polis ini batal dengan sendirinya 10 hari kalender sejak pindah tangan

tersebut, kecuali apabila penanggung setuju melanjutkannya.

c.Terjadi Kerugian Total

asuransi juga akan berakhir dengan sendirinya sesudah dilakukan

penggantian kerugian atas dasar kehilangan/ kerusakan seluruhnya (total

loss) atau yang dapat dipersamakan dengan itu tanpa pengembalian premi

walaupun asuransinya jangka panjang.

d. Berakhirnya Jangka Waktu Asuransi

asurasi juga akan berakhir dengan sendirinya sesudah berakhirnya jangka

waktu asuransi menurut polis ini.56

56
Ibid., hlm. 192.

53
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penentuan Penilaian Dari perhitungan 75% Kerusakaan

Kendaraan Akibat Kecelakaan Dalam Klaim Total Lost Only (TLO) Oleh

Pihak PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta

MNC Insurance adalah perusahaan asuransi yang tergabung dalam MNC

Group yang didirikan oleh Hary Tanoesoedibjo. MNC Group adalah perusahaan

investasi ternama di Indonesia yang bergerak dalam bidang investasi keuangan,

media, jasa keuangan, properti, dan kini merambah asuransi. PT MNC Insurance

sudah terdaftar secara resmi di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan mendapatkan izin

usaha dengan nomor KEP-5970/M/1988 pada tanggal 6 Agustus 1988, selain itu

MNC Insurance juga terdaftar secara resmi sebagai anggota dari Asosiasi Asuransi

Umun Indonesia.

MNC Insurance lahir sejak PT.MNC Kapital Indonesia Tbk, secara resmi

mengakuisisi PT.Jamindo General Insurance pada tanggal 20 Desember 2011.

Barulah pada tanggal 6 Januari 2012, PT.Jamindo General Insurance berganti nama

menjadi PT.MNC Asuransi Indonesia yang 99,9 persen sahamnya dimiliki oleh

PT.MNC Kapital Indonesia Tbk, dan 0,1 persen sisanya dimiliki oleh Operasi

Karyawan PT Bhakti Investama Tbk.

PT MNC Asuransi Indonesia bergerak dalam memasarkan produk asuransi

umum seperti asuransi kendaraan bermotor, asuransi properti, asuransi perjalanan,

asuransi kecelakaan diri, tanggung gugat, aviasi, alat berat, satelit, rekayasa, dan

54
asuransi umum lainnya. PT MNC Asuransi Indonesia hingga saat ini memiliki 22

kantor perwakilan yang tersebar di kota- kota besar di Indonesia dan berkantor pusat

di gedung MNC Financial Lt 11 Jl. Kebon Sirih No 21-27 Jakarta. Sebagai

perusahaan asuransi umum, MNC Insurance memberikan layanan 24 jam terutama

untuk melayani nasabah asuransi kendaraan dengan layanan mobil derek, ambulan,

yang dapat diklaim melalui aplikasi secara praktis, mudah dan online.

PT MNC Asuransi Indonesia menawarkan dua tipe perlindugan yakni :

Comprehensif, dan Total Lost. Mengacu pada pasal 15 ayat (2) Polis Standar

Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia (PSAKBI) Jenis perlindungan Total lost

terbagi menjadi dua yakni: Actual Total Lost (hilang karena pencurian dan tidak

ditemukan selama 60 hari ) dan juga Constructive Total Lost (Kerusakandan/atau

Kerugian karena suatu peristiwa yang dijamin oleh Polis dimana biaya perbaikan,

penggantian atau pemulihan ke keadaan semula sesaat sebelum terjadinya kerugian

dan/atau kerusakan sama dengan atau lebih tinggi dari 75% dari harga sebenarnya).

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan di kantor pusat

PT.MNC Asuransi Indonesia di Jakarta dan wawancara dengan Manager MV Claim

Bapak Trian Siswanto, bahwa penilaian terhadap tanggungan risiko 75% Total Lost

Only atau yang biasa dikenal Constructive Total Lost (CTL) atas kerusakaan

kendaraan akibat kecelakaan dilihat dari nilai perbaikan yang mencapai 75% dari

harga kendaraan di pasaran pada tahun tersebut atau nilai yang dipertanggungkan

dalam polis.

55
Contoh :

Sebuah kendaraan dengan jenis mobil Innova mengalami kecelakaan, pemilik

kendaraan ini melengkapi kendaraannya dengan asuransi kendaraan Total Lost Only

atau Constructive Total Lost dengan total nilai pertanggungan sebesar Rp.200 juta

atau sesuai dengan harga pasar kendaraan tersebut. Saat terjadi kecelakaan, dan

diperhitungkan biaya perbaikan mencapai Rp.150 juta. Karena mengalami kerusakan

yang cukup parah, maka nilai kerugian sebesar Rp.150 juta tersebut sudah senilai

75% dari nilai pertanggungan yang sesuai dengan harga pasar, maka penggantian

klaim ganti rugi yang diterima oleh pemilik polis akan diperhitungkan sebagai nilai

kerugian total sebear 200 juta.

Dalam hal risiko yang di jamin, pertanggungan jenis asuransi Total Lost Only

(TLO) atau Constructive Total Lost (CTL) telah di tentukan dalam Polis Standar

Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia (PSAKBI) Pasal 1 ayat (1) yang

menjelaskan “ kerugian dan/atau kerusakan pada kendaraan bermotor dan/atau

kepentingan yang dipertanggungan yang secara langsung disebabkan oleh :

tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir, atau terperosok, perbuatan jahat , pencurian,

termasuk pencurian yang didahului atau disertai atau diikuti dengan kekerasan

ataupu ancaman kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 362, 363 ayat (3),

(4), (5) dan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Ataupun

perluasan pertanggungan yang dicantumkan didalam polis seperti banjir, perbuatan

huru-hara dan lain sebagainya.

56
Dalam menentukan nilai perbaikan yang mencapai 75% dari harga kendaraan

dipasaran pada tahun tersebut dan juga harga pertanggungan yang dicantumkan

dalam Polis estimasi tersebut dilakukan oleh pihak bengkel rekanan PT.MNC

Asuransi Indonesia. Apabila di daerah atau tempat nasabah dalam proses klaim

tidak terdapat bengkel rekanan PT.MNC Asuransi Indonesia maka pihak nasabah

diperbolehkan mengajukan rekomendasi bengkel namun nantinya hasil dari estimasi

bengkel tersebut akan di pelajari lebih lanjut oleh pihak PT.MNC Asuransi

Indonesia. Hal ini berkaitan dengan penerapan asas itikai baik asuransi yang diatur

pada Pasal 251 KUHD, khawatir pihak nasabah melebihkan nilai kerusakan

kendaraan dari nilai yang sebenarnya.

Seperti wawancara penulis dengan salah satu pemilik bengkel UD.Alvarez

Motor Bapak Sony. Belian mengatakan bahwa dalam penilaian harga perbaikan,

pihak bengkel melihat komponen apa saja yang rusak, atau hancur sehingga

estimasi perbaikannya atau harganya bisa mencapai 75%. Komponen tersebut antara

lain:

1. Mesin mobil rusak parah ( hancur) sehingga mobil tidak bisa lagi digunakan

2. Transmisi

3. Kepala paking atau Head Gasked

4. Kompressor AC

5. Injektor Diesel

6. Body kendaraan hancur , dll

Komponen tersebut dapat menjadi indikator penilaian 75% sehingga terlihat

fisik kendaraan yang masih ada namun mengalami kerusakan yang parah sehingga

57
kendaraan tidak bisa digunakan, adapun jika diperbaiki maka hasilnya tidak akan

maksimal dan sempurna.

Berikut adalah jumlah klaim beserta gambar kendaraan yang diajukan pihak

tertanggung kepada PT.MNC Asuransi Indonesia pada tahun 2019, dengan indikator

hasil penilaian yang telah mencapai 75% dan termasuk ke dalam pertanggungan Total

Lost Only.

Tabel 1

NO JENIS PERLINDUNGAN DIPROSES TIDAK JUMLAH

DIPROSES

1 Total lost Only atau Construtive total 100 10 110

lost (kerusakan mencapai 75%)

2 Actual total lost (kehilangan) 50 - 50

Total lost 150 10 160

Sumber : PT.MNCAsuransi Indonesia di Jakarta

58
Gambar1

kendaraan yang masuk kriteria penilaian TLO


Nilai Perbaikan sudah mencapai 75% dari harga pertanggungan

Sumber :Bengkel UD.Alvarez Motor

Gambar 2

59
Gambar 3

Gambar 4

60
Gambar 5

Gambar 6

61
Berdasarkan data di atas, berarti ada 10% dari jumlah keseluruhan klaim

Total lost Only yang tidak di proses, hal ini dikarekan nilai perbaikan kerusakan

kendaraan akibat kecelakaan tidak mencapai 75%. Contoh kerusakan kendaraan yang

sudah mencapai 75% seperti yang tergambarkan di atas adalah kendaraan yang

memang sudah mengalami kerusakan total, artinya kendaraan tersebut memang sudah

tidak bisa di gunakan lagi. Dalam hal ini pihak tertanggung harus dengan cermat

menilai suatu kerusakan kendaraannya sebelum mengajukan klaim, apakah pengajuan

klaim sudah termasuk dalam kategori pertanggungan atau tidak.

Berikut adalah contoh kasus dan data pihak tertanggung yang mengajukan

klaim tahun 2019 pada PT.MNC Asuransi Indonesia yang tidak dapat di

proses,dikarenakan estimasi penilaian perbaikan kendaraan tidak mencapai 75%.

Tabel 2

1 No Polis 32.03.02.18.03.0.00031

2 Nama Tertanggung PT. ANDALAN FINANCE INDONESIA

QQ DELIYAN SARDILA

3 Alamat Ruko CBD Blok B3-B5 jababeka 2 Cikarang

4 Jaminan Total Lost Only

5 Type kendaraan Mitsubisi Pajero Sport Limited Dakar

6 No polisi B 1277 SJH

7 Warna Putih metalik

8 Penggunaan Pribadi

62
9 Tahun pembuatan 2012

10 Nomor rangka MMBGYKG40CD001331

11 Nomor mesin 4D56UCDU7638

12 Nama STNK Deliyan sardila

13 Klausula 1. klausula harga pertanggungan

2. klausula kendaraan bermotor keperluan

pribadi atau perusahaan yang dikaryakan

3. klausula leasing

4. klausula pencurian

5. klausula pengesampingan

Sumber : pihak tertanggung PT.MNC Asuransi Indonesia

63
Gambar 1

Polis Kendaraan Bermotor

64
Gambar 2
Kerusakan kendaraan dengan estimasi nilai perbaikan tidak mencapai 75%
dari harga pertanggungan

Gambar 3

65
Gambar 4

Gambar 5

66
Sumber :Pihak Tertanggung PT.MNC Asuransi Indonesia

Mobil Pajero Sport putih metalik dengan No Polisi B 1277 SJH milik Ibu

Deliyan Sardila mengalami kecelakaan tunggal di Kab. Lahat Provinsi Sumatera

Selatan pada bulan Febuari tahun 2019. Dalam polis dicantumkan jaminan

pertanggungaan Total Lost Only. Dalam penilain pihak bengkel rekanan PT. MNC

Asuransi Indonesia bahwa perbaikan tidak mencapai 75% dari harga pertanggungan

yakni Rp. 344,500,000. Oleh karen itu pihak PT.MNC Asuransi Indonesia tidak

memproses klaim yang diajukan pihak tertanggung.

Seperti hasil wawancara penulis dengan pihak tertanggung dari PT.MNC

Asuransi Indonesia Ibuk Deliyan, beliau juga menceritakan bagaimana kronologi

peristiwa kecelakaan yang dialaminya sehingga mobil yang dikendarainya mengalami

rusak yang cukup parah. Beliau juga mengatakan bahwa saat terjadinya peristiwa

kecelakaan,Ibu Delian langsung membuat laporan kepada pihak Asuransi melalui Via

Telfon.

Beliau juga mengatakan bahwa beberapa hari setelah laporan dibuat, Pihak

Asuransi datang ke rumah untuk survei kendaraan dan dari saat itu tidak ada tindak

67
lanjut pihak asuransi dalam klaim asuransi kendaraanya dengan alasan tidak

mencapai 75%. Ibu Deliyan selaku pihak Tertanggung PT.MNC Asurani Indonesia

merasa kecewa atas penolakan klaim kendaraannya tersebut. Pasalnya beliau

mengalami kerugian atas peristiwa itu yan tidak sedikit. Beliau mengatakan untuk

memperbaiki kendaraannya tersebut memerlukan dana sekitar 90 juta rupiah. Selain

itu beliau juga menyesalkan bahwasanya pihak leasing saat beliau transaksi jual beli

kendaraan pertamakali tidak menjelaskan secara rinci bagaimana penilaian terhadap

asuransi jenis TLO tersebut.

Sebagaimana yang telah di perjanjikan di dalam Polis, terkait premi ibu

Deliyan tetap membayar premi asuransi tiap bulannya bersamaan dengan cicilan

kendaraannya. Namun beliau memilih untuk megganti jenis asuransi kendaraanya

dengan jenis asuransi All Risk agar tetap mencover segala jenis ataupun bentuk

kerusakan kendaraannya akibat suatu kecelakaan apabila terjadi kembali di kemudian

hari.

Kasus di atas dapat dikatakan bahwasanya tidak ada kebijakan yang diberikan

oleh pihak PT.MNC Asuransi Indonesia terhadap suatu kerusakan yang belum

mencapai 75% untuk memberikan ganti kerugian,walaupun keadaan kendaraan

tersebut sudah rusak, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) Polis Standar

Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia (PSAKBI) dalam penentuan nilai ganti rugi,

kerugian Total Lost Only dapat dipertangggungkan apabila nilai perbaikan kerusakan

dan/kerugian sama dengan atau lebih tinggi dari 75%.

Dengan demikian, dalam pelaksanaan klaim asuransi Total Lost Only tidak

semua klaim dapat di proses atau di berikan ganti kerugian atas kerusakaan kendaraan

68
oleh pihak perusahaan asuransi dalam hal ini PT.MNC Asuransi Indonesia. Hal ini

dikarenakan nilai perbaikan dari kerusakan kendaraan belum mencapai 75% dari

harga kendaraan di pasaran atau nilai pertanggungan yang terdapat di dalam Polis.

Menurut wawancara penulis dengan Manager MV Claim bapak Trian

Siswanto bahwa dalam ganti kerugian pihak PT.MNC Asuransi Indonesia

menawarkan 4 (empat) metode untuk memberikan penggantian ganti rugi yakni :

1. Replace adalah metode penggantian ganti kerugian dengan cara mengganti

kendaraan dengan unit yang sama. Dilihat dari jenis, type, tahun, dan spesifikasi

yang sama

2. Repair adalah metode penggantian ganti kerugian dengan cara memperbaiki

kendraan yang rusak

3. Reinstatement adalah metode penggantian ganti kerugian dengan cara pemulihan

kembali

4. Cash adalah pembayaran uang tunai senilai harga kendaraan di pasaran atau nilai

yang di pertanggungan dalam polis.

Dalam proses penggantian kerugian pihak PT.MNC Asuransi Indonesia tetap

memegang dasar atau prinsip Indemnity atau prinsip keseimbangan yang mana di atur

dalam Pasal 246 KUHD yaitu pada bagian kalimat “.... untuk memberikan

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan

yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak

pasti”. Nilai penggantian seimbang dengan nilai kerugian yang diderita nasabah hal

ini serupa dari pendapat salah satu ilmuan Prof. Emmy Pangaribuan Simanjuntak

bahwa asuransi itu mempunyai tujuan utama mengalihkan risiko (tertanggung)yang

69
ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa (yang diharapkan tidak terjadi) kepada orang

lain (penanggung) 57 . Hal ini berarti bahwa asuransi tidak bertujuan mencari

keuntungan dari peristiwa yang terjadi.

Dalam wawancara penulis dengan Manager MV Claim Bapak Trian Siswanto

pun menjelaskna prosedur klaim kendaraan bermotor pada PT.MNC Asuransi

Indonesia yakni:

1. Laporan kepada pihak PT.MNC Asuransi Indonesia cukup melalui telepon, dan

perlu menjadi perhatian pihak tertanggung bahwa pelaporan kerugian harus

dilakukan selambat-lambatnya 5 hari kelender setelah kejadian yang tercantum

dalam polis

2. Survei oleh tim PT.MNC Asuransi Indonesia ketempat kendaraan berada

3. Estimasi perbaikan oleh pihak bengkel untuk kerugian jenis perlindungan Total

Lost Only

4. Peggantian ganti rugi.

Adapun dokumen pendukung klaim yang diperlukan dalam proses klaim jenis

perlindungan Total Lost only yang telah di jelaskan pada Pasal 14 ayat (2) PSAKBI

yakni:

1. Laporan kerugian termasuk kronologis kecelakaan

2. Dokumen asli:

a) Polis, sertipikat,lampiran/endorsemen.

57
Mulhadi hal 31

70
b) Surat Tanda Nomor Kendaraan, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor,

faktur pembelian,blanko kwitansi dan surat penyerahan hak milik

yang sudah ditanda-tangani tertanggung.

c) Dokumen yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku untuk

kendaraan bermotor diplomtik atau badan internasional

d) Buku KIR untuk jenis kendaraan yang wajib KIR.

e) surat keterangan kepolisian daerah dalam hal kehilangan

keseluruhan.

3. Fotocopy Surat Izin Mengebudi milik pengebudi pada saat kejadian,Kartu Tanda

Penduduk tertanggung.

Hak atas ganti kerugian terhadap klaim yang di ajukan oleh pihak tertanggung

sewaktu waktu dapat hilang, hal ini di jelaskan dalam Pasal 25 PSAKBI mengenai

hilangnya ganti rugi yakni :

1. Hak tertanggung atas ganti rugi berdasarkan polis ini hilang dengan sendirinya

apabila:

a) tidak mengajukan tuntutan ganti rugi dalam waktu 12 (dua belas)

bulan sejak terjadinya kerugian dan/atau kerusakan, walaupun

pemberitahuan tentang adanya kejadian telah disampaikan;

b) tidak menindaklanjuti tuntutan dalam waktu 12 (dua belas) bulan

sejak penanggung menyetujui tuntutan ganti rugi

c) tidak mengajukan keberatan atau menempuh upaya penyelesaian

melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) dan

upaya hukum lainnya dalam waktu 6 bulan sejak penanggung

71
memberitahu secara tertulis bahwa tertanggung tidak berhak untuk

mendapatkan ganti rugi;

d) tidak melengkapi dokumen klaim dalam waktu 12 bulan sejak

permintaan dokumen tertulis oleh penanggung, kecuali terdapat

kesepakatan lain dengan penanggung.

e) tidak memenuhi kewajiban

2. Hak tertanggung untuk menuntut ganti rugi dalam jumlah yang lebih besar dari

pada yang telah disetujui penanggung akan hilang apabila dalam waktu 3 bulan

sejak penanggung memberitahu secara tertulis tertanggung tidak mengajukan

keberatan secara tertulis atau tidak menempuh upaya penyelesain melalui

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) atau upaya hukum lainnya.

Hal ini berarti pihak tertanggung harus lebih teliti dalam proses klaim terhadap

suatu ketentuan-ketentuan yang mana telah diatur di dalam Polis walaupun klaim

telah di sepakati atau di proses oleh pihak penanggung dalam hal ini perusahaan

asuransi.

B. Kendala Yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Klaim Total Lost Only (TLO) Atas

Kerusakan Kendaraan Akibat Kecelakaan Oleh Pihak PT.MNC Asuransi

Indonesia Di Jakarta

Dalam pelaksanaan proses klaim asuransi terhadap tanggungan risiko 75%

Total Lost Only (TLO) atau Constructive Total Lost (CTL) atas kerusakan kendaraan

akibat kecelakaan pihak PT.MNC Asuransi Indonesia tidak menemukan kendala yang

terlalu berarti sejauh ini, namun ada beberapa kendala yang di hadapi PT.MNC

Asuransi Indonesia dalam proses klaim. Kendala tersebut antara lain:

72
1. Pihak tertanggung yang tidak membaca dengan cermat klausula-klausula yang

terdapat didalam Polis, sehingga ketidaktahuan pihak tertanggung menjadi kendala

dalam proses klaim. Pihak tertanggung hanya menginginkan ganti kerugian kepada

pihak PT.MNC Asuransi Indonesia, namun ternyata kejadian atau peristiwa yang

di alami tidak di pertanggungkan dalam polis.

2. Dalam perihal menawarkan jenis perlindungan, kurang rincinya penjelasan yang

diberikan oleh pihak leasing kepada pihak tertanggung terkait jenis perlindungan

TLO, yang mana pada jaminan ini nilai kerusakan dari harga perbaikan mencapai

75% dari nilai kendaraan di pasaran atau nilai yang ditanggungkan dalam Polis,

sehingga hal ini mengakibatkan ketidak pahaman pihak tertanggung terhadap

besarnya kerusakan. Dalam jenis jaminan TLO ini, biasanya tertanggung juga

menggunakan lembaga pembiayaan leasing dalam cicilan atau kredit kendaraan,

dan biasanya pihak leasing menawarkan tipe perlindungan TLO sebab harga premi

yang harus dibayarkan lebih murah di bandingkan dengan tipe perlindungan

comprehensif atau all risk

3. Dibeberapa pengajuan klaim terdapat pihak tertanggung yang memanipulasi atau

melebih-lebihkan kerusakan kendaraan sehingga nilai perbaikan yang belum

mencapai 75% menjadi 75%. Padahal terdapat prinsip dasar asuransi yakni prinsip

itikad baik yang diatur dalam Pasal 251 KUHD, yang mana akibat dari perbuatan

ini pun telah diatur dalam Pasal 282 KUHD yang menyatakan “ Bila batalnya

perjanjian terjadi berdasarkan akal busuk, penipuan atau kejahatan

tertanggung,penanggung mendapat preminya, dengan tidak mengurangi tuntutan

pidana, bila ada alasan untuk itu”, pun didalam PSAKBI pada Pasal 13 terkait

73
laporan tidak benar bahwa tertanggung yang bertujuan memperoleh keuntungan

dari jaminan polis ini tidak berhak mendapat ganti kerugian apabila:

a) mengungkapkan fakta dan/atau membuat pernyataan yang tidak benar tentang

hal-hal yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu

pembuatan Polis ini dan yang berkaitan dengan kerugian dan/atau kerusakan

yang terjadi.

b) memperbesar jumlah kerugian yang diderita

c) memberitahu barang-barang yang tidak ada sebagai barang-barang yang ada

pada saat peristiwa dan menyatakan barang-barang tersebut musnah.

d) Menyembunyikan barang-barang yang terselamatkan atau barang-barang

sisanya dan menyatakan sebagai barang-barang yang hilang

e) Mempergunakan surat atau alat bukti palsu,dusta atau tipuan.

Dari uraian di atas hal ini menunjukan bahwa dalam proses klaim harus

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berkaitan dengan asuransi.

Pihak tertanggung maupun penanggung harus memperhatikan hak serta kewajiban

yang harus dilaksanakan dan ditaati. Asas itikad baik yang mana di atur pada Pasal

251 KUHD dalam proses klaim baik tertanggung maupun pihak penanggung menjadi

hal yang harus ditaati.

Polis menjadi acuan dan menjadi bukti tertulis dalam perjanjian asuransi.

Keberadaan Polis menjadi bukti yang kuat bahwa pihak tertanggung dan pihak

penanggung terikat dalam kerjasama yang tercantum pada Pasal 256 KUHD ayat (1).

Hal ini berarti yang mana pihak tertanggung harus dengan cermat memperhatikan

klausula-klausula yang tercantum dalam polis. Pasal 258 ayat (1) KUHD pun

74
menjelaskan bahwa Polis adalah satu-satunya bukti tertulis yang membuktikn

perjanjian pertanggungan antara kedua belah pihak di mata hukum. Hal ini serupa

dengan hasil wawancara dengan Manager MV Claim bapak Trian Siswanto

bahwasanya polis menjadi acuan pertama dalam pelaksana

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembasahan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penentuan penilaian dari perhitungan 75% kerusakaan kendaraan

akibat kecelakaan dalam klaim Total Lost Only (TLO) oleh pihak PT.MNC

Asuransi Indonesia di Jakarta bahwa penilaian terhadap tanggung risiko 75%

Total Lost Only (TLO) atau yang biasa dikenal Construktive Total Lost

(CTL) dilihat dari nilai perbaikan yang mencapai 75% dari harga pasar

kendaraan pada tahun tersebut atau nilai yang dipertanggungkan dalam Polis.

Dalam menentukan nilai perbaikan yang mencapai 75% dari harga kendaraaan

dipasaran pada tahun tersebut dan juga harga pertanggungan yang dicantukan

dalam Polis estimasi tersebut dilakukan oleh bengkel rekanan PT. MNC

Asuransi Indonesia ataupun bengkel rujukan tertanggung. Komponen

penilaian dapat dilihat dari bagian kendaaraan yng rusak. Komponen tersebut

antara lain:

a. Mesin mobil rusak parah (hancur) sehingga mobil tidak bisa lagi

digunakan

75
b. Transmisi

c. Kepala Paking atau Head Gasked

d. Kompressor AC

e. Injektor Diesel

f. Body kendaraan hancur , dll

2. dalam proses klaim asuransi terhadap tanggungan risiko 75% (Total Lost

Only) atas kerusakan kendaraan akibat kecelakaan oleh pihak PT.MNC

Asuransi Indonesia, pihak perusahaan asuransi terdapat beberapa kendala

yaitu :

a. Pihak tertanggung yang tidak memperhatikan isi atau klausula-klausula

yang terdapat di dalam Polis asuransi kendaraan.

b. Kurang detailnya pihak leasing dalam menawarkan atau memaparkan

jenis pertanggung Total Lost Only kepada pihak tertanggung.

c. Adanya unsur itikad tidak baik dari pihak tertanggung dalam memberikan

keterangan terkait kerugian yang dideritanya suatu pelaksanaan klaim.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dalam permasalahan atau

kendala yang timbul, maka penulis mencoba memberikan saran-saran bagi semua

pihak- pihak yang terkait proses klaim asuransi terhadap tanggungan risiko 75%

Total Lost Only(TLO) atas kerusakan kendaraan akibat kecelakaan oleh pihak

PT.MNC Asuransi Indonesia diJakarta. Sebagai berikut:

76
1. Dalam hal memilih jenis perlindungan, pihak tertanggung harus lebih dulu

mencari informasi terkait jenis perlindungan yang dimaksud. Selain itu pihak

tertanggung harus mempertimbangkan kebutuhan terhadap jaminan

perlindungan kendaraan.

2. Pihak tertanggung wajib membaca dan mengetahui apa saja ketentuan-

ketentuan yang terdapat di dalam Polis, dan klausula yang di cantumkan

dalam Polis dari awal membuat perjanjian asuransi dengan pihak perusahaan

asuransi.

3. Pihak penanggung lebih menjelaskan secara detail jenis perlindugan serta

sebab akibat yang nantinya ditimbulkan sewaku-waktu. Pihak tertanggung

pun memberikan informasi terhadap penilaian 75 %, serta menggambarkan

contoh kasus yang mana nilai perbaikanya bisa mencapai 75%.

4. Pihak tertanggung maupun pihak penanggung dalam melaksanakan perjanjian

asuransi haruslah menerapkan prinsip itikad baik, yang telah diatur dalam

Pasal 251 KUHD. Dalam memberikan informasi yang sebenarnya serta hal

apapun menyangkut perjanjian asuransi dan pelaksanaan proses klaim.

77
DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Buku-Buku:

Ali Zainuddin, 2011, Metode Penelitian hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Basyir, Ahmad Azhar, 1996, Takaful sebagai Alternatif Asuransi Hukum, Ululmul
Qur’an.

Dahlan, Abdul Aziz, 1996, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Barun van
Houven.

Hartono, Sri Redjeki,2008,Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,Jakarta:Sinar


grafika.

Muhammad, Abdulkadir,2006, Hukum Asuransi Indonesia.cetakan ke 4,Bandung: PT


Citra Aditya Bakti.

Mulhadi.2017,Dasar-Dasar Hukum Asuransi,Depok: PT Rineka Cipta.

Prakoso ,Joko dan I Ketut Murtika.2000,Hukum Asuransi Indonesia,Jakarta: Rineka


Cipta
.
Prodjodikoro, Wirjono, 1987, Hukum Asuransi di Indonesia, Jakarta: Intermasa.

Purba,Radiks, 1992, Memahami Asuransi di Indonesia, Jakarta:PPM.

Salim,Abbas,2000,Asuransi dan Menejemen Risiko,Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sari, Elsi Kartika dan Advendi Simanunsong,2017.Hukum Dalam Ekonomi,Jakarta:


PT Gramedia Widiasarana.

Sastrawidjaja M.Supratman, 2003, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat


Berharga, Bandung:Alumni.

Soekanto, Soerjono,2006, Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta: UI Pess.

78
Subekti,2004, Hukum Perjanjian, Bandung: PT Intermasa.

Sunggono, Bambang.1996.Metode Penelitian Hukum.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widodo, 2017, Metodologi Penelitian Populer & Praktis, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor . 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,

Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah

Polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia

C. Skripsi

Siti Maemunah Lestari, 2010, Analisis Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor Pada

PT.Asuransi Takaful Umum, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

D. Internet

http://www.asuransiku.id/promo_artikel/berita/16/pengertian-asuransi-kendaraan-

bermotor

www.cakaramuliamulia.com.

Lampiran

79
80

Anda mungkin juga menyukai