Anda di halaman 1dari 92

SKRIPSI

PENEGAKAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL


YANG MELANGGAR KETENTUAN JAM KERJA PADA PEMERINTAHAN
DAERAH KOTA PADANG PANJANG

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

TASYA ALVIRA
1810111131

PROGRAM KEKHUSUSAN:

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (PK VII)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu diberikan hanya kepada Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang selalu melimpahkan segala rahmat, karunia dan hidayat sehinnga

mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENEGAKAN HUKUMAN

DISIPLIN OLEH BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

DAYA MANUSIA (BKPSDM) TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG

MELANGGAR KETENTUAN JAM KERJA PADA PEMERINTAHAN DAERAH

KOTA PADANG PANJANG. Shalawat beserta salam yang tidak lupa selalu

dihutarakan kepada Nabi Muhammad S.AW yang telah membawa umatnya keluar dari

masa jahiliah.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi setiap mahasiswa yang ingin

menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Andalas. Selama proses

penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir tidak lepas dari peranan dan dukungan

berbagai pihak, terimakasih secara khusus beserta dengan rasa hormat yang setinggi-

tingginya yang selalu diberikan kepada Ibunda tercinta Farida dan ayahanda Ali Akbar

yang telah membesarkan dan menjadi alasan terlahir ke dunia ini. Kemudian Mama

Zahara (kakak kandung dari mama) dan Papa Bujang (suami dari Mama Zahara) yang

telah mengasuh dan mendidik dengan limpahan kasih sayang, sehingga dapat berada di

posisi sekarang ini .Terimakasih juga kepada Kakak Pertama Dira Zakiatul Akbar,

A.md. Dan Muhammad Alif selaku Adik satu satunya yang telah memberikan dukungan

dan doa. Dan tak lupa pula terimakasih sebanyak banyaknya kepada keluarga besar

Nenek Misnar dan Alm Kakek Fahmi.

i
Kemudian ucapan terimakasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Yuliandri, S.H., M.H. selaku Rektor Universitas Andalas

2. Bapak Dr. Ferdi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Andalas, Ibu Dr. Nani Mulyanti, S.H., MCL. selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Andalas, Bapak Dr. Khairul Fahmi, S.H., M.H. selaku

Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Andalas.

3. Ibu Sri Arnetti, S.H., M.H. selaku Pembimbing I dan Ibu Titin Fatimah, S.H.,

M.H. selaku Pembimbing II yang telah membimbing, memberikan ide, kritik,

saran dan waktu yang bermanfaat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik

4. Bapak Dr. Hengki Andora, S.H., LLM selaku Penguji I dan ibuk Dr

Khairani, S.H., M.H. selaku penguji II yang telah memberikan saran serta

arahan agar skripsi ini lebih baik lagi.

5. Ibu Gusminarti, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara dan Pak Romi, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum

Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas serta Pak

Yurnalis, S.H. yang telah membantu dalam urusan administrasi.

6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas umumnya, dan dosen

bagian Hukum Administrasi Negara khususnya, yang telah memberikan ilmu

di dalam maupun di luar kelas.

7. Seluruh Staf Biro dan karyawan/karyawati Fakultas Hukum Universitas

Andalas atas bantuan yang telah diberikan selama menjadi mahasiswa di

Fakultas Hukum Universitas Andalas.

ii
8. Seluruh Tenaga Kependidikan dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Andalas yang memberikan pelayanan selama berada di Fakultas Hukum

Universitas Andalas.

9. Kepada Pak Dinul Akhyar, S.H. selaku Assesor SDM Aparatur Ahli Muda

Sub Koordinator Kinerja Dan Disiplin pada Kantor Badan Kepegawaian dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Padang Panjang,

yang telah bersedia membantu dan menjadi narasumber wawancara dalam

proses penelitian

Selanjutnya rasa syukur terhadap diri penulis sendiri yang telah berjuang sejauh

ini dan berjuang melawan rasa malas dan segala sesuatu yang menghambat proses

penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula kepada keluarga besar Biana khususnya kepada

Pak Drs. Herman, MM dan Indra Yenita S.Pd selaku om dan tante yang ikut serta

membantu memberi semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi, kemudian ucapan

terimakasih kepada Azizah Fahmi, S.Pd. dan Ramli, S.Pd. selaku mami dan papi yang

selalu meluangkan waktu untuk membantu proses belajar selama perkuliahan, dan untuk

semua pihak yang telah membantu serta memberi semangat dan selalu mendoakan

sehingga dapat meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Andalas,

yaitu kepada Om Zulmunafri, Mama Hartati, Tante Nelvi Yanti. Selanjutnya ucapan

terimaksih yang sebesar besarnya untuk saudara sepupu yang aku cintai yaitu Kakak

Dian Fadhila, Kakak Sri Wulandari, Kakak Fauzea Herman, Kakak Fhuja Dwi Herman,

Zalfa Azulika Ramzi, Fadila Herman, Fahira Hisana Herman, Nazla Anandita, Shodiq

Ramzi dan Ghazi Maulana, dan pihak keluaga yang tak bisa disebutkan satu-persatu

lainnya.

iii
Ucapan terimakasih tak lupa diucapkan untuk Ari Rama Putra, S.H. yang sangat

banyak membantu penulis selama proses kepenulisan skripsi ini, dari awal proposal

sampai pergi penelitian ke kantor BKSPDM Kota Padang Panjang hingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tak akan cukup ucapan terimakasih yang terucap

atas kebaikan yang sudah diberikan. Semoga jalinan pertemanan ini selalu terjaga

dimanapun kita berada, doaku selalu menyertaimu. Kemudian teruntuk Arman Efendi,

S.H. Amelia Trie Wulandari, S.H yang sudah menjadi teman seperjuangan dalam

perkuliahan dan semoga pertemanan ini dapat terjalin sampai kapanpun, aku doakan

kesuksesan untuk kalian berdua dimanapun berada, dan untuk Vivi Putri Rafely, S.H.

ucapan terimakasih yang sebesar besarnya karna sudah menjadi teman yang siap sedia

mendengar keluh kesah penulis dalam menulis skripsi ini dan keluh kesah percintaan

yang tak ada ujungnya, sukses untuk kalian dimanapun berada.

Dan teruntuk sahabat tercinta Ghina Mellani, S.IIP. dan Pratiwi Agustin, S. Sn

yang selalu mendengarkan keluh kesah selama proses perkuliahan serta kepada Intania

Putri Sakinah, dan Syahara Ramadhani, sahabat sesama pejuang skripsi, semangat

memperoleh gelar Sarjana Hukum. Tak lupa pula untuk temanku Nelia Tri Kurnia S.

Farm. Ichsan Noer Fahyu yang membantu membuat mood menjadi lebih baik dengan

kegembiraan yang selalu dihadirkan. Begitu juga untuk Fitri sepupu Rama, Penulis

ucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan dan support dalam menulis skripsi ini.

Kemudian ucapan terimakasih untuk seluruh keluarga besar Teater terkhusus

Teater angkatan 2018 yang telah ikut serta memberi semangat dan memberi banyak

kenangan indah selama perkuliahan, semoga silaturahmi kita tetap terjaga sampai

kapanpun. Tak lupa pula seluruh rekan-rekan angkatan 2018 Fakultas Hukum

iv
Universitas Andalas yang selama ini telah memberikan banyak kenangan berharga

selama masa perkuliahan berlangsung, dan masih banyak teman-teman dekat dan pihak

yang terlibat yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang sudah banyak membantu selama

ini, dan doa terbaik yang selalu dikirimkan untuk kalian semua.

Akhir kata semoga Allah S.W.T membalas semua kebaikan yang telah diberikan

oleh semua pihak. Dengan harapan selesainya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

tentunya skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya sangat menerima segala

bentuk kritik dan saran dari berbagai pihak.

Padang, 20 Juli 2022

Penulis

Tasya Alvira

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................vi

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A.LatarBelakang .................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ............................................................................................... 7

C.Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7

D.Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7

E.Metode Penelitian Hukum .................................................................................. 9

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN ....................................................................................... 15

A. Kewenangan ........................................................................................................... 15

1. Pengertian Kewenangan .................................................................................... 15

2. Sumber Kewenangan ......................................................................................... 18

B. Pegawai Negeri Sipil .............................................................................................. 20

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ....................................................................... 20

2. Hak, Kewajiban, dan Larangan Pegawai Negeri Sipil. ..................................... 21

3. Kelembagaan Pegawai Negeri Sipil .................................................................. 24

4. Manajemen Pegawai Negeri Sipil ..................................................................... 25

C. Disiplin Pegawai Negeri Sipil ................................................................................ 27

1. Pengertian Disiplin ............................................................................................ 27

vi
2. Jenis Hukuman Pegawai Negeri Sipil ............................................................... 28

3. Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil ....................... 37

BAB III

A. Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)

Kota Padang Panjang ........................................................................................... 43

B. Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Melanggar

Ketentuan Jam Kerja Pada Kota Padang Panjang. ............................................... 51

C. Kendala Dalam Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil

Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Kota Padang Panjang. ................... 73

BAB IV

PENUTUP ........................................................................................................................ 78

DAFTAR KEPUSTAKAAN ........................................................................................... 80

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai negara

hukum tentunya segala sesuatu yang dilakukan dalam perundang-undangan,

sehingga konsep ini membawa Indonesia menjadi negara hukum yang berkembang

pesat sampai saat sekarang ini. Disisi lain tentunya negara Indonesia memiliki tujuan

yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia yang mana termaktub dalam alinea ke-

IV pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(selanjutnya disebut UUD 1945), yaitu membentuk pemerintah negara Indonesia

yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

Salah satu penerapan dari tujuan negara yang dijelaskan diatas adalah

memberikan penghidupan dan pekerjaan yang layak sehubungan dengan pekerjaan

dan penghidupan yang layak terhadap masyarakat ini lebih lanjut diatur dalam pasal

27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi manusia. Hal ini juga tercantum dalam

pasal 28 D ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk

bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan

kerja. Hal tersebut merupakan amanah yang diberikan oleh UUD 1945 yang harus

1
dan mau tidak mau dipenuhi oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah harus

menyediakan pekerjaan yang layak melalui program programnya sehingga rakyat

punya penghasilan sendiri untuk menghidupi dirinya serta keluarganya yang

diharapkan dapat memiliki kehidupan yang lebih baik lagi kedepannya. Salah satu

pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan tergabung dalam pemerintah itu

sendiri adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PNS). Kebijakan

mengenai PNS diatur dalam Undang- Undang no 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (selanjutnya disebut dengan UU ASN).

Pada Pasal 1 angka 1 UU ASN yang menyebutkan bahwa ASN adalah

profesi bagi PNS dan PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah. Berdasarkan UU

ASN tersebut bahwa PNS merupakan bagian dari ASN, dan menurut Pasal 7 UU

ASN status dari PNS merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap

oleh pejabat pembina kepegawaian dan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP)

secara nasional. Sedangkan Pada Pasal 1 angka 3 UU ASN, PNS merupakan warga

negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat sebagai ASN secara

tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Setelah diangkat menjadi PNS, PNS memiliki hak yang tercantum dalam Pasal 21

UU ASN, kewajiban yang tercantum dalam pasal 3 dan 4 Peraturan Pemerintah

Nomor 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut

PP No. 94 Tahun 2021), dan larangan yang diatur dalam pasal 5 PP No. 94 Tahun

2021.

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 PP No. 94 Tahun 2021 mendefinisikan

pelanggaran disiplin yaitu segala ucapan, tulisan, atau perbuatan yang dilakukan oleh

PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan dispilin

2
PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Setiap Pegawai Negeri

Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin pastinya akan mendapatkan hukuman

disiplin, yang mana dalam Pasal 1 angka 7 mendifinisikan pengertian hukuman

disiplin yaitu hukuman yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum

PNS yang melanggar peraturan Disiplin PNS. Berdasarkan Pasal tersebut,

disebutkan kalau yang hanya berwenang menjatuhkan hukuman disiplin terhadap

pihak yang melakukan pelanggaran disiplin adalah pejabat yang berwenang. Pejabat

yang berwenang menjatuhkan hukum terhadap PNS yang melanggar tercantum

dalam Pasal 16 PP No.94 Tahun 2021 meliputi: Presiden, Pejabat Pembina

Kepegawaian, Kepala Perwakilan Republik Indonesia, Pejabat Pimpinan Tinggi

Madya atau pejabat lain yang setara, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau pejabat

lain yang setara, Pejabat Administrator atau pejabat lain yang setara, dan Pejabat

Pengawas atau pejabat lain yang setara. Pada Pasal 8 angka 1 menyebutkan kalau

hukuman dispilin memiliki 3 tingkatan, ringan, sedang, dan berat.

Berdasarkan isi Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor : 16 Tahun 2022 Tentang

Kewajiban Menaati Ketentuan Jam Kerja Bagi Aparatur Sipil Negara menyebutkan

bahwa:

a. Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021

Tentang Disiplin PNS:

1) Pasal 4 huruf f disebutkan bahwa PNS wajib masuk kerja dan menaati

ketentuan jam kerja

2) Pasal 11 ayat (2) huruf d angka 3) dan angka 4) ditentukan bahwa:

3
a) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang

sah secara kumulatif selama 28 hari kerja atau lebih dalam 1 tahun

b) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang

sah secara terus menerus selama 10 hari kerja

b. Dalam rangka memastikan pelaksanaan ketentuan di atas dan sebagai

upaya pencegahan pelanggaran tidak masuk kerja yang lebih berat, serta

percepatan pembinaan PNS yang melanggar ketentuan masuk kerja

dilingkungannya, PPK perlu membangun sistem pengawasan tehadap

kehadiran pegawai dengan lebih cepat dan akurat

c. Jumlah jam kerja efektif bagi instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang

melaksanakan 5 atau 6 hari kerja memenuhi minimal 37,5 jam perminggu

d. Pejabat Pembina Kepegawaian agar melakukan pengawasan terhadap

Aparatur Sipil Negara untuk menaati jam kerja sesuai ketentuan yang

berlaku dalam rangka menjamin tercapainya kinerja individu dan

organisasi

e. Aparatur Sipil Negara yang melanggar ketentuan jam kerja dikenakan

hukuman disiplin sebagaimana peraturan Perundang-Undangan yang

berlaku.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa masih banyak Pegawai Negeri Sipil

Indonesia yang masih kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai sehingga

dapat menghambat kelancaran pemerintah yang mana Pegawai Negeri Sipil

seharusnya menjadi teladan bagi masyrakat secara keseluruhan agar masyarakat

4
dapat percaya terhadap peran PNS. Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan

disiplin Pegawai Negeri Sipil sudah banyak melakukan upaya, salah satunya

dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak Pegawai

Negeri Sipil yang melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan, sehingga

pegawainya melakukan pelanggaran yang dapat menimbulkan ketidak efektifan

kerja pegawai yang bersangkutan. Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh

Pegawai Negeri Sipil, bisa saja dikarenakan oleh hak-hak yang didapatkannya tidak

sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebagaimana yang kita ketahui bahwa kebutuhan

manusia pada masa sekarang ini semakin banyak, akan tetapi tidak hanya itu yang

menjadi alasan terjadinya pelanggaran, pemerintah telah menaikan gaji serta

tunjangan, namun tetap saja masih banyak terjadi pelanggaran. Tentunya tidak

adanya pembenaran terhadap pelanggaran yang telah dilakukan. Faktor utama yang

menjadi hambatan kedisiplian PNS itu pada intinya terletak pada diri PNS itu

sendiri. Dari sini bisa kita lihat, walaupun pemerintah telah mengeluarkan peraturan

terbaru mengenai disiplin PNS dalam bekerja, tapi dirasa masih kurang dalam

menjamin anggota PNS tersebut untuk tidak melanggar disiplin.

Pada tahun 2021 di kantor BKPSDM Pemerintahan Daerah Kota Padang

Panjang terdapat 39 kasus disiplin yang mana hingga data rekapitulasi hukuman

disiplin (hukdis) didapati belum semua kasus tersebut yang dijatuhi hukuman

disiplin, diantaranya masih ada 30 kasus lagi yang belum dijatuhi hukuman disiplin,

karena beberapa kendala, salah satu contoh sanksi disiplin yang di laksanakan untuk

5
pelanggaran jam kerja adalah penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun

dikarenakan terlambat dan cepat pulang.1

Dilihat dengan situasi saat pandemi covid-19, yang mana setiap instansi

memberikan ketentuan untuk masuk kerja atau bekerja dari rumah, dan untuk

pegawai yang melakukan pekerjaan dari rumah tetap dianggap masuk kerja sesuai

dengan ketentuan yang diberlakukan. Anggota PNS yang seharusnya menjadi

pedoman bagi masyarakat dalam mematuhi peraturan, tetapi malah melanggar

peraturan itu sendiri. Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh PNS di kota Padang

Panjang pun juga beragam, dari pelanggaran jenis ringan, sedang dan sampai ke

berat. Dari yang hanya mendapati terguran tertulis sampai dengan pemberhentian

dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS. Sebelum saya menulis

skripsi mengenai hukuman disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melanggar

ketentuan jam kerja pada Pemerintahan Daerah Kota Padang Panjang, bahwa

penelitian dengan tema yang sama sudah pernah dilakukan, tetapi lokasi tempat

penelitiannya di Dinas Perhubungan dan aturan yang digunkakan untuk skirpsi saya

sudah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021, sedangkan

sebelumnya masih merujuk kepada Peraturan Pemerintan No 53 Tahun 2010

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan

mengkaji lebih dalam serta menuangkan ke dalam bentuk skripsi hukum dengan

judul “PENEGAKAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI

NEGERI SIPIL YANG MELANGGAR KETENTUAN JAM KERJA PADA

PEMERINTAHAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG”.

1
Hasil wawancara dengan Assesor SDM Aparatur Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan
Disiplin Bapak Dinul Akhyar S.H, tanggal 4 maret 2022, pukul 14.30 WIB.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka untuk mempermudah

peneliti dalam melakukan penelitiannya sesuai arah dan bahasannya, maka peneliti

mengidentifikasi permasalahannya, sebagai berikut:

1. Bagaimana penegakan hukuman disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang

Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota Padang

Panjang?

2. Apa kendala dalam penegakan hukuman disiplin Terhadap Pegawai Negeri

Sipil Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota

Padang Panjang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan diatas,

maka tujuan dari penelitian ini yakni:

1. Untuk mengetahui penegakan hukuman disiplin Terhadap Pegawai Negeri

Sipil Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota

Padang Panjang.

2. Untuk mengetahui kendala dalam penegakan hukuman disiplin Terhadap

Pegawai Negeri Sipil Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada

Pemerintahan Daerah Kota Padang Panjang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

bagi penulis maupun pihak-pihak terkait. Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

7
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan kemampuan berfikir penulis. Melalui penulisan karya

ilmiah serta melatih penulis menerapkan teori-teori yang didapatkan selama

perkuliahan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

Penegakan hukuman disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Melanggar

Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota Padang Panjang serta

nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembaca yang ingin mengkaji

lebih lanjut permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, serta masyarakat mengenai

Penegakan Hukuman disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang

Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota Padang

Panjang.

b. Untuk memperdalam ilmu khususnya Hukum Administrasi Negara tentang

Penegakan Hukuman Disiplin Oleh Badan Kepegawaian Dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang

Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota Padang

Panjang.

c. Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang

Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Badan Kepegawaian Dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pada Pemerintahan

Daerah Kota Padang Panjang.

8
E. Metode Penelitian Hukum

Istilah “metedologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke” atau

dapat diartikan sebagai suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian.2

Penelitian secara ilmiah, dilakukan oleh manusia, untuk menyalurkan hasrat ingin

tahu yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa

setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya atau

kecenderungan yang timbul.3 Suatu penelitian telah dimulai, saat seseorang berusah

untuk memecahkan suatu masalah secara sistematis dengan metode-metode dan

teknik tertentu yang bersifat ilmiah. Dengan demikian, maka suatu kegiatan ilmiah

merupakan usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi secara

metodologis, sistematis, dan konsisten.4

Dalam hal ini, penelitian merupakan suatu sarana untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Penelitian merupakan suatu

bagian pokok dari ilmu pengetahuan, yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan

lebih memperdalami segala segi kehidupan.5 Berdasarkan uraian diatas dapat

diartikan penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari gejala

hukum tertentu dengan cara menganalisanya.6

1. Pendekatan Penelitian Hukum

Berdasarkan judul penelitian, maka metode pendekatan masalah yang

digunakan adalah metode yuridis empiris, yaitu membandingkan norma-norma


2
Soerjono Soekanto, 2019, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta, hlm.3
3
Ibid., hlm.3
4
Ibid
5
Ibid
6
Ibid., hlm 43

9
yang ada dengan fakta-fakta yang ada di lapangan sesuai dengan penelitian yang

dilakukan penulis.7

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitan yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian

yang bersifat deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian

yang dimaksudkan untuk menyajikan data yang seteliti mungkin mengenai

manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.8 Melalui penelitian ini diharapkan

dapat diperoleh gambaran yang lengkap mengenai penegakan Hukuman Disiplin

Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada

Pemerintahan Daerah Kota Padang Panjang.

3. Sumber Data

a. Data primer

Yaitu data yang didapat langsung dari sumber pertama. Yang terkait

dengan permasalahan yang akan dib ahas dengan melakukan wawancara,

observasi, maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang

kemudian diolah oleh peneliti.9 Data primer dalam penelitian ini berupa hasil

wawancara yang dilakukan dengan Badan Kepegawaian Dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Padang Panjang.

7
Ibid., hlm 50
8
Ibid., hlm. 10
9
Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 105

10
b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku

yang berhubungan dengan objek penelitian, dan peraturan perundang-

undangan.10 Dalam penelitian ini data sekunder berupa:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat

dan diperoleh dengan cara mempelajari semua peraturan yang berkaitan

dengan penelitian ini, yaitu terdiri dari:

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) Undang- Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

c) Undang- Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

d) Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang

Administrasi Pemerintah

e) Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen PNS

f) Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil

g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016

tentang Perangkat Daerah

h) Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun 2022 tentang

Peraturan Pelaksaan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021.

i) Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 29 Tahun 2020 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara.

10
Ibid., hlm. 175.

11
j) Peraturan Walikota Padang Panjang Nomor 31 Tahun 2019 Tentang

Kedudukan Susunan Organisasi

k) Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang

Administrasi Pemerintah

l) Surat Edaran Menpan RB No 16 Tahun 2022 Tentang Kewajiban

Menaati Ketentuan Jam Kerja Bagi ASN

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan penelitian yang dapat

memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap bahan hukum primer yang

bersumber dari buku-buku, tulisan ilmiah, teori dan pendapat para ahli,

serta hasil penelitian sebelumnya.11 Kemudian bahan hukum sekunder itu

sendiri adalah semua pengetahuan masyarakat tentang hukum yang bukan

dokumen resmi, yang dituangkan dalam buku-buku, kamus-kamus

hukum maupun jurnal-jurnal hukum.12

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan kegiatan penelusuran peraturan

perundang-undangan dan sumber hukum positif lain dari sistem hukum yang

dianggap relevan dengan pokok persoalan hukum yang sedang dihadapi. 13 Untuk

mendapatkan data yang lengkap dan menyeluruh dalam penelitian ini, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

11
Soerjono Soekanto, 2010, Op.Cit., hlm. 50
12
Peter Mahmud Marzuki,2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenanda Media, Jakarta, hlm.141
13
Ibid

12
a. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

melalui dokumen-dokumen yang ada serta juga melalui data tertulis. Dalam

hal ini dilakukan guna memperoleh literature-literatur yang berhubungan dan

berkaitan dengan judul dan permasalahan yang di rumuskan. Dokumen yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan

Penegakan Hukuman Disiplin Oleh Badan Kepegawaian Dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang

Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah Kota Padang

Panjang.

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab untuk memperoleh

informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian.14Untuk mendapatkan

data primer, dilakukan wawancara dengan responden. Wawancara ini adalah

wawancara semi terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya

berpedoman kepada daftar pertanyaan yang disiapkan sebelumnya, tetapi

disesuaikan dengan hal-hal yang terjadi di lapangan atau

pertanyaanpertanyaan yang bisa saja muncul disaat wawancara. Wawancara

ini dengan menggunakan pedoman wawancara (guidance) atau daftar

pertanyaan baik yang bersifat terbuka maupun terutup, guna menggali

sebanyak-banyaknya informasi dari pihak yang dijadikan responden.

14
Ibid., hlm 109

13
5. Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakuikan dengan cara editing merupakan proses

penelitian kembali terhadap catatan, berkas-berkas, informasi yang

dikumpulkan dengan cara membetulkan, memeriksa, dan meneliti, data yang

diperoleh sehinggga menjadi suatu kumpulan data yang benar-benar dapat

dijadikan acuan akurat dalam penarikan kesimpulan.

b. Analisa Data

Setelah data yang diperoleh tersebut diolah, maka selanjutnya data-

data tersebut dianalisis secara kualitatif, yaitu yang didasarkan pada

peraturan perundang-undangan, teori ahli termasuk pengetahuan yang

didapatkan kemudian diuraikan dengan kalimat-kalimat sistematis yang

menggambarkan

14
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kewenangan

1. Pengertian Kewenangan

Kewenangan adalah kekuasaan badan atau Pejabat Pemerintahan atau

penyelenggaraan negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik.

Adapun wewenang adalah hak yang dimiliki oleh badan atau Pejabat

Pemerintahan atau penyelenggaraan negara lainnya untuk mengambil

keputusan atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Secara yuridis, pada Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, wewenang adalah:

“hak yang dimiliki badan dan pejabat pemerintahan atau penyelenggara

negara lainnya untuk mengambil keputusan atau tindakan dalam

menyelenggarakan pemerintahan.”

Dan selanjutnya definisi kewenangan dalam Pasal 1 angka 6

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang

Administrasi Pemerintah yaitu:

“Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya disebut Kewenangan adalah

kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara

negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum publik.”

Kata kewenangan berawal dari kata wewenang yang mana wewenang

itu sendiri merupaakan bagian yang sangat penting dalam hukum

administrasi, karna pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas

15
dasar wewenang yang diperolehnya. Wewenang merupakan konsep inti

dalam hukum tata negara dan hukum administrasi sebab di dalam wewenang

mengandung hak dan kewajiban. 15

Selanjutnya yang dimaksud dengan kewenangan adalah kekuasaan

yang diformalkan, baik terhadap segolongan orang tertentu maupun

kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu secara bulat, yang

berasal dari kekuasaan legislatif, maupun kekuasaan pemerintah. Sedangkan

wewenang hanya mengenai suatu bidang tertentu saja. Pengertian wewenang

menurut HD Stout adalah sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan

dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subyek

hukum publik.16 Menurut menurut Bagir Manan, disebutkan bahwa

wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht).

Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat.

Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten

enplichten).17 H.D Stout juga berpendapat bahwa wewenang merupakan

suatu pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan yang

dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan

perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum

publik di dalam hubungan hukum publik18

Agar kewenangan dapat dinyatakan kewenangan yang sah,

kewenangan tersebut harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada


15
Yudhi Setiawan, 2017, Hukum Administrasi Pemerintahan: Teori dan Praktek, Rajawali Pers,
Depok, hlm.97-98
16
Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.71.
17
Nurmayani, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung, Bandar Lampung,
hlm.26.
18
Aminuddin Ilmar, 2016, Hukum Tata Pemerintahan, Prenadamedia Group, Jakarta, hlm. 102

16
(konstitusi). Dan juga pejabat dalam mengeluarkan keputusan harus

didukung oleh sumber kewenangan tersebut. Wewenang bagi pejabat atau

organ (institusi) pemerintah dibagi mendajadi:19

a. Kewenangan yang bersifat atributif, adalah pemberian

wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada

organ pemerintah, kewenangan ini bersifat permanen atau

tetap ada, selama undang-undang mengaturnya. Dalam

tinjauan hukum tata negara, atributif ini ditunjukkan dalam

wewenang yang dimiliki oleh organ pemerintah dalam

menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan yang

dibentuk oleh pembuat undang-undang. Atributif ini

menunjuk pada kewenangan asli atas dasar konstitusi atau

undang-undang dasar atau peraturan perundang-undangan.

b. Kewenangan yang bersifat non atributif yaitu kewenangan

yang didapati melalui pelimpahan wewenang dari aparat yang

lain. Kewenangan ini bersifat incidental dan berakhir jika

pejabat yang memberikan wewenang kembali menarik

kewenangannya. Penyerahan Sebagian dari wewenang pejabat

atasan kepada bawahan tersebut membantu dalam

melaksanakan tugas-tugas kewajibannya untuk bertindak

sendiri dan pelimpahan wewenangan ini dimaksudnkan untuk

menunjang kelancaran tugas dan ketertiban alur komunikasi

19
Ridwan HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Rajawali Prees, Jakarta, hlm.
102

17
yang bertanggungjawab, dan sepanjang tidak ditentukan

khusus oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sumber Kewenangan

Setiap pejabat Administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya

harus dilandasi wewenang yang sah, yang diberikan peraturan perundang-

undangan. Penyelenggaraaan pemerintah harus didasarkan oleh hukum.

dengan demikian sumber wewenang pemerintah terdapat dalam peraturan

perundang-undangan. Dan ini juga sangat berguna demi menghindari

terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (Abuse of Power) dengan demikian

semua kekuasaan harus dibatasi oleh hukum atau peraturan perundang-

undangan.20

Dalam negara hukum dikenal atas legalitas yang menjadi pilar

utamanya dan merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar

dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan di setiap negara hukum terutama

bagi negara-negara hukum dan sistem konstituental. Philipus M. hadjon

mengemukanan bahwa kewenangan diperoleh melalui tiga sumber yaitu;

atribusi, delegasi, mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui

pembagian kekuasaan negara oleh Undang-undang Dasar, kewenangan

delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.21

Dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014

Tentang Administrasi Pemerintah pada Pasal 1 ayat 22 sampai 24

menyebutkan tentang pengertian Atribusi, Delegasi, Mandat sebagai berikut:

20
Safri Nugraha, 2007, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Depok, hlm 29
21
Philipus M. Hadjon, 2014, Wewenang, Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 112.

18
1. Atribusi merupakan pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.

2. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan

tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.

3. Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan

tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat.

Beda kewenangan delegasi terdapat adanya pemindahan atau

pengalihan kewenangan yang ada, atau dengan kata lain pemindahan atribusi

kepada pejabat dibawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggung jawab.

Sedangkan pada kewenangan mandat yaitu dalam hal ini tidak ada sama

sekali pengakuan kewenangan atau pengalihan tangan kewenangan, yang ada

hanya janji-janji kerja intern antara penguasa dan pegawai (tidak adanya

pemindahan tanggung jawab atau tanggung jawab tetap pada yang memberi

mandat). Setiap kewenangan dibatasi oleh isi atau materi, wilayah dan waktu.

Cacat dalam aspek-aspek tersebut menimbulkan cacat kewenangan yang

menyangkut cacat isi, cacat wilayah, dan cacat waktu.

Prinsip dasar dari kewenangan itu sendiri adalah bertindak dan

mengambil keputusan atas dasar kewenangan yang dimilikinya, kemudian

19
kewenagan yang dipergunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dan diuji

oleh norma hukum ataupun azas hukum. Kewenangan adalah kekuasaan

formal yang dimiliki oleh badan atau pejabat administrasi untuk bertindak

dalam laporan hukum public yang meliputi beberapa wewenang.22

B. Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai negeri sipil menurut Undang-undang No. 5 Tahun 2014

adalah warga negara indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk

menduduki jabatan pemerintahan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,

Pegawai berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan

sebagainya), Negeri berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai Negeri

Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau negara. Kranenburg

memberikan pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu pejabat yang ditunjuk,

jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang memangku

jabatan mewakili seperti anggota perlemen, presiden dan sebagainya.

Logemann memberikan pengertian Pegawai Negeri sebagai tiap pejabat yang

mempunyai hubungan dinas dengan negara. 23

A.W. Widjaja berpendapat bahwa, Pegawai adalah merupakan tenaga

kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang

senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok

22
Desi Tiara Salsabila, Sumber Kewenangan Pemerintah,
file:///C:/Users/HP/Downloads/HUKUM_ADMINISTRASI_NEGARA_TIARA.docx%20(1).pdf, diakses
pada tanggal 7 Juli 2022 pukul 04. 18
23
Sri Hartini, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 31-32

20
dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.24 Pada Pasal 1 angka

1 UU ASN yang menyebutkan bahwa ASN adalah profesi bagi PNS dan

PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah. Berdasarkan UU ASN tersebut

bahwa PNS merupakan bagian dari ASN, dan menurut Pasal 7 UU ASN

status dari PNS merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai

tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memilik Nomor Induk Pegawai

(NIP) secara nasional.

2. Hak, Kewajiban, dan Larangan Pegawai Negeri Sipil.

a. Hak Pegawai Negeri Sipil

Kesadaran akan hak dan kewajiban perlu ditingkatkan secara terus

menerus karena setiap kegiatan maupun setiap organisasi, tidak dapat

disangkal bahwa peranan kesadaran hak dan kewajiban amat menentukan

dalam pencapaian tujuan. Hak memiliki artian secara umum yaitu segala

sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak

lahir.25 Pengertian hak juga telah dipaparkan atau dijelaskan oleh

beberapa pendapat ahli. Menurut Srijanti hak merupakan unsur normatif

yang berfungsi pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, serta

menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan

martabatnya.26

24
AWWidjaja, 2006, Administrasi Kepegawian, Rajawali, Jakarta, hlm. 113.
25
Widy Wardhana, Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara, http://academia.edu , diakese
pada tanggal 17 Maret 2022 Pukul 02.37
26
Artikel Pendidikan, Pengertian Hak Dan Kewajiban Menurut Para Ahli,
http://artikependidikan.id, diakses tanggal 17 maret 2022 Pukul 02.41

21
Hak PNS diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa: PNS berhak

memperoleh:

“a. gaji, tunjangan, dan fasilitas


b. cuti
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua
d. perlindungan dan
e. pengembangan kompetensi.”.

b. Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang harus

dipenuhi oleh semua pihak dalam rangka menjalankan peraturan atau

perjanjian yang telah disepakati Bersama. Sudikno Marto Kusumo

berpendapat bahwa hak dan kewajiban merupakan suatu kewenangan

yang telah diberikan oleh hukum kepada setiap orang, hak dan kewajiban

tersebut menurut Sudikno bukanlah suatu peraturan maupun kaidah.27

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No 94 Tahun 2021

PNS wajib menaati kewajiban dan menghindari larangan. Selanjutnya

Pada Pasal 3 disebutkan mengenai kewajiban PNS sebagai berikut:”

a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang- Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah
yang berwenang
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan

27
Satya Arinanto,2013, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi Sosial Budaya, PT.
Rajagrafindo, hlm. 39.

22
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.”
Kemudian pada Pasal 4 disebutkan selain memenuhi kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, PNS wajib: “

a. menghadiri dan mengucapkan sumpah atau janji PNS


b. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan
c. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, danf atau golongan
d. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan keamanan negara atau
merugikan keuangan negara
e. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
f. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
g. menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan
sebaik-baiknya
h. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kompetensi; dan
i. menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”

c. Larangan Pegawai Negeri Sipil

Selain dari pada kewajiban, PNS juga memiliki larangan

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah No 94 Tahun

2021 yaitu: “

a. menyalahgunakan wewenang
b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain yang diduga
terjadi konflik kepentingan dengan jabatan
c. menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
d. bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau
tanpa ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
e. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian

23
f. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen,
atau surat berharga milik negara secara tidak sah
g. melakukan pungutan di luar ketentuan
h. melakukan kegiatan yang merugikan negara
i. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan
j. menghalangi berjala nnya tugas kedinasan
k. menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau
pekerjaan
l. meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan
m. melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani; dan
n. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, calon anggota Dewan Perwakilan Daerah, atau
calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
1. ikut kampanye
2. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai
atau atribut PNS
3. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain
4. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara
5. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye
6. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat
dan/atau
7. memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk.”

3. Kelembagaan Pegawai Negeri Sipil

Dalam Pasal 25 UU ASN disebutkan bahwa Presiden selaku

pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang kekuasaan

tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi, dan manajemen ASN. Untuk

menyelenggarakan kekuasaannya presiden mendelegasikan sebagian

kekuasaannya kepada:

24
1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan

kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan

kebijakan ASN.

2. KASN, berkaitan dengan kewenangan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin

perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan

asas serta kode etik dan kode perilaku ASN

3. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian

kebijakan Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan ASN

4. BKN, berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan

Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan

norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.

4. Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2017 Tentang

Manajemen Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa:

“Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan pegawai


negeri sipil untuk menghasilkan pegawai negeri sipil yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme”
Kemudian pada Pasal 2 diatur bahwa manajemen PNS meliputi: “
a. penyusunan dan penetapan kebutuhan
b. pengadaan
c. pangkat dan Jabatan
d. pengembangan karier
e. pola karier

25
f. promosl
g. mutasi
h. penilaian kinerja
i. penggajian dan tunjangan
j. penghargaan
k. disiplin
l. pemberhentian
m. jaminan pensiun dan jaminan hari tua
n. perlindungan.”

Manajemen atau pengelolaan ASN/PNS pada dasarnya merupakan

kebijakan dan praktek dalam pengelolaan aspek manusia atau sumber daya

manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan,

penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.

Dalam UU ASN disebutkan pengelolaan pegawai ini baik untuk PNS

maupun PPPK seperti disebutkan pada bagian merit sitem.28 Definisi dari

Sistem Merit yang tercantum dalam UU ASN Pasal 1 angka (22) adalah

kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,

kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar tanpa mebeda-bedakan latar

belakang politik, ras, warna kulit, agam, asal usul, jenis kelamin, status

pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan dari ASN/PNS.

Penerapan merit sistem memberikan manfaat dalam manajemen

institusi/organisasi, khususnya PNS, diantaranya:29

28
Haeli dan Widyaiswara Ahli Pertama, 2018, Manajemen Aparatur Sipil Negara, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, diklat prajabatan CPNSD, Nusa Tenggara Barat, hlm. 14.
29
Arief Daryanto, 2007, Merit System Dalam Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Jurnal
Kebijakan dan Manajemen PNS, Vol 1, No. 2, hlm. 4.

26
1. Merit sistem dapat memberikan kontribusi terhadap

peningkatan produktivitas, menurunkan biaya produksi dan

meningkatkan pendapatan.

2. Merit sistem memerlukan pengawasan langsung khususnya

bagi tingkatan tertentu untuk mempertahankan kualitas yang

diinginkan.

3. Merit sistem dapat mendorong PNS untuk mengurangi waktu

yang hilang dan membuat penggunaan waktu serta peralatan

menjadi lebih efektif.

4. Merit sistem dapat membantu dalam penentuan biaya tenaga

kerja yang lebih akurat.

5. Merit sistem dalam memotivasi pekerja untuk meningkatkan

kinerja, karena pegawai pada dasarnya percaya dan

mengetahui bahwa dengan kinerja tinggi akan memperoleh

imbalan.

C. Disiplin Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Disiplin

Di dalam kinerja PNS perlu diperhatikan mengenai disiplin PNS hal

ini difungsikan agar dapat tertatanya suatu pemerintahan yang baik dalam

pelayanan masyarakat. Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu

menaati tata tertib. Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang

penting yaitu faktor waktu dan kegiatan atau perbuatan. Disiplin berasal dari

bahasa latin “Disciplina” berarti latihan atau pendidikan kesopanan,

27
kerohanian dan pengembangan tabiat. Selanjutnya Prijodarminto

mengartikan disiplin merupakan suatu kondisi yang terbentuk dan tercipta

melalui proses mulai dari serangkaian perilaku menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kesetiaan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban. 30

Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 disebutkan

bahwa disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-

undangan.

2. Jenis Hukuman Pegawai Negeri Sipil

Dalam menentukan jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan

haruslah dipertimbangkan dengan seksama bahwa hukuman disiplin yang

akan dijatuhkan itu setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan,

sehingga hukuman disiplin itu dapat diterima oleh rasa keadilan. Pada Pasal

86 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara disebutkan bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam

kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi

pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta

melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin. PNS yang melakukan

pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Ketentuan lebih lanjut

mengenai disiplin sebagai dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

diatur dengan peraturan pemerintah.

30
Askani, 2018,”Analisis Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Kecamatan Selebar
Kota Bengkulu”, Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik, Vol 7, No 1, hlm. 11

28
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Semua ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini digunakan sebagai

pedoman PNS dalam memenuhi kewajibannya dan disisi lain peraturan ini

juga digunakan oleh pejabat yang berwenang untuk mengawasi dan

melakukan tindakan bagi PNS yang mekanggar disiplin PNS. Ketetapan

peraturan tersebut menjelaskan bahwa disiplin Pegawai Negeri Sipil

merupakan kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari

larangan yang telah ditentukan oleh Undang-Undang ataupun peraturan

yang mana apabila tidak diaati maka lembaga yang berwenang akan

memberikan sanksi yang sesuai.

Pelanggaran disiplin berdasarkan ketentuan PP No. 94 Tahun 2021

tentang disiplin menjelaskan pelanggaran terhadap setiap ucapan, tulisan,

atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban baik dilakukan saat jam

kerja maupun diluar jam kerja. PP No. 94 Tahun 2021 telah mengatur

tentang kewajiban maupun larangan Pegawai Negeri Sipil. Kewajiban

Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam Pasal 3 PP No. 94 Tahun 2021

tentang Disiplin PNS. Selain kewajiban seorang PNS, peraturan ini juga

mengatur tentang larangan yang harus dipatuhi oleh PNS. Terdapat dalam

Pasal 5 PP No. 94 Tahun 2021.

Untuk mencintapkan disiplin tentunya harus ada ketaatan atau

kepatuhan mengenai peraturan yang telah diciptakan, yang mana bertujuan

untuk menimbulkan kelarasan ataupun keselancaran peraturan secara

sistematis. Sebuah organisasi apabila tidak terdapat kedisiplinan maka segala

29
aktivitas ataupun kegiatan tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan, begitupun dalam aktivitas maupun peningkatan kerja juga

sangat diperlukan adanya suatu disiplin kerja. Implementasi dari disiplin

PNS apabila tidak sesuai dengan peraturan yang telah dibuat maka dapat

diragukan keefektivitasan dan penegakan hukummnya. Bagi PNS yang tidak

mentaati aturan yang telah tertera dalam PP No. 94 Tahun 2021 tentang

disiplin PNS akan ada sanksi disiplin bagi PNS yang melanggar. Hukuman

disiplin dijatuhkan berdasarkan tingkat dan jenis pelanggaraanya, sehingga

hukumnnya beragam dari hukuman yang ringan sampai dengan hukuman

yang berat berdasarkan penjatuhan hukuman. Berdasarkan Pasal 16 PP No.

94 Tahun 2021, pejabat yang Berwenang dalam Menjatuhkan Hukuman

Disiplin bagi PNS yang melanggar, terdiri atas: “

a. Presiden
b. Pejabat Pembina Kepegawaian
c. Kepala Perwakilan Republik Indonesia
d. Penjabat Pimpinan Tinggi Pratama atau pejabat lain yang setara
e. Pejabat Administrator atau pejabat lain yang setara dan
f. Pejabat Pengawas atau pejabat lain yang setara.”

Pada dasarnya, hukum kepegawaian hadir bukan hanya untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Hukuman disiplin memiliki tingkatanya

sendiri, diatur dalam Pasal 8 PP No. 94 Tahun 2021 menjadi 3 tingkatan: (1)

Hukuman Disiplin Ringan (2) Hukuman Disiplin Sedang atau (3) Hukuman

Disiplin Berat. Jenis Hukuman Disiplin ringan terdiri dari teguran lisan,

teguran tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Sedangkan jenis

Hukuman Disiplin sedang terdiri atas pemotongan tunjangan kinerja sebesar

25% (dua puluh lima persen) selama 6 bulan, 9 bulan sampai 12 bulan. Dan

30
untuk jenis Hukuman Disiplin berat terdiri dari penurunan jabatan setingkat

lebih rendah selama 12 bulan, pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan

pelaksana selama 12 bulan, dan pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri sebagai PNS.

Pada Pasal 9 ayat (1) Hukuman Disiplin ringan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a dijatuhkan bagi pelanggaran

terhadap kewajiban:

a. “melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat


pemerintah yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf c, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada Unit Kerja;
b. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Unit Kerja;
c. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Unit Kerja;
d. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap orang,
baik di dalam maupun di luar kedinasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf f, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Unit Kerja;
e. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf g, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada Unit Kerja; dan
f. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf h, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada Unit Kerja.”

Dan juga pada ayat (2) Hukuman Disiplin ringan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a dijatuhkan bagi PNS yang tidak

memenuhi ketentuan:

31
a. “mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf c, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Unit Kerja;
b. Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf f yang berdampak pada Unit Kerja berupa:
1. teguran lisan bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang
sah secara kumulatif selama 3 (tiga) hari keda dalam 1 (satu) tahun;
2. teguran tertulis bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang
sah secara kumulatif selama 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) tahun; dan
3. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 7 (tujuh)
sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja dalam 1 (satu) tahun.
c. menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-
baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Unit Kerja; dan
d. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada Unit Kerja.”

Selanjutnya pada Pasal 10 ayat (1) menyebutkan hukuman

disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf b

dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:

a. “menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 huruf b, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
Unit Kerja dan/atau instansi yang bersangkutan;
b. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 huruf c, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
c. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada instansi yang bersangkutan;
d. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
e. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan,
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
f. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

32
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf B, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; dan
g. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan”

kemudian pada ayat (2) hukuman disiplin sedang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b dijatuhkan bagi PNS yang

tidak memenuhi ketentuan: “

a. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, apabila pelanggaran dilakukan tanpa
alasan yang sah;
b. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, apabila pelanggaran dilakukan
tanpa alasan yang sah;
c. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf c, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
d. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
e. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf e yang dilakukan pejabat administrator
dan pejabat fungsional
f. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 furuf f berupa
1) pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 6 (enam) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 11 (sebelas)
sampai dengan 13 (tiga belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2) pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 9 (sembilan) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 14 (empat
belas) sampai dengan 16 (enam belas) hari keda dalam 1 (satu)
tahun; dan
3) pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 12 (dua belas) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 17 (tujuh

33
belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun.
g. menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-
baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan; dan
h. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.”

Pada Pasal 11 ayat (1) Hukuman disiplin berat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dijatuhkan bagi pelanggaran

terhadap kewajiban: “

a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a, apabila pelanggaran berdampak negatif pada Unit Kcrja,
instansi, dan/atau negara;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf b, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
negara;
c. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah
yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada negara;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf e, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
negara;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf E, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada negara; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada negara.”

34
Didalam ayat (2) hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud

dalam pasal 8 ayat (1) huruf c dijatuhkan bagi PNS yang tidak

memenuhi ketentuan:

a. “mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,


seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 huruf c, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara
dan/atau pemerintah
b. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan keamanan negara atau
merugikan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf d, apabila pelanggaran berdampak negatif pada negara
dan/atau pemerintah;
c. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf e yang dilakukan pejabat pimpinan
tinggi dan pejabat lainnya;
d. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf f berupa:
1) penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua
belas) bulan bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan
yang sah secara kumulatif selama 21 (dua puluh satu) sampai
dengan 24 (dua puluh empat) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2) pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama
12 (dua belas) bulan bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 25 (dua puluh lima)
sampai dengan 27 (dua puluh tujuh) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun;
3) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan
yang sah secara kumulatif selama 28 (dua puluh delapan) hari
kerja atau lebih dalam 1 (satu) tahun; dan
4) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan
yang sah secara terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja.
e. menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf i.”

35
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan

kerja pegawai yaitu:31

1) Keteladanan Pemimpin

Perilaku seorang pemimpin memiliki pengaruh terhadap

perilaku pegawai. Pemimpin perlu memberikan teladan dalam diri

terlebih dahulu sehingga bisa menjadi contoh ke perilaku pegawai.

Hal ini merupakan dasar dari sebagian contoh kecil dalam

meningkatkan disiplin pegawai. Perilaku pemimpin yang teladan

akan menimbulkan motivasi dari dalam menjalankan perannya

sebagai pegawai.

2) Adanya Pengawasan Yang Melekat

Pengawasan ini hendaknya dilakukan oleh atasan secara

langsung atau pimpinan mengenai berbagai permasalahan dalam

pekerjaan yang dihadapi oleh pegawainya. Tentunya dalam

pengawasannya pemimpin juga perlu memberikan arahan, bimbingan

dan petunjuk dalam menghadapi pekerjaan. Dan juga pemimpin perlu

meningkatkan komunikasi dilingkungan pekerjaan dengan

pegawainya sehinnga dapat menimbulkan sinergi antara pemimpin

dan pegawai

31
Putra, S. P., Asmony, T., & Nasir, M. 2016. “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin
Kerja Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Se Kabupaten Dompu”. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala, 1 (1).
hal 298-299.

36
3) Adanya Ketegasan Pemimpin

Dalam hal menentukan tingkat disiplin, ketegasan seorang

pemimpin merupakan dasar suatu karakter p emimpin yang sangat

dibutuhkan oleh pegawai. Apabila tidak ada ketegasan dari pemimpin

dalam bertindak maka segala peraturan yang telah ditetapkan tidak

dapat berjalan dengan semestinya. Bagi PNS yang melanggar aturan

maka tidak perlu diberikan toleransi karena hal tersebut dapat

menurunkan sikap disiplin pegawai.

3. Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Tata cara penjatuhan hukuman disiplin yang diatur dalam PP No. 94

Tahun 2021 bagian kelima dalam Pasal 26 sampai 37 adalah sebagai

berikut:

a. Tahap Pemeriksaan

1) Proses Pemanggilan

Dalam pasal 26 PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin

PNS mengatakan bahwa atasan harus memanggil langsung PNS

yang diguga telah melakukan pelanggaran Disiplin.

Pemanggilan oknum yang diduga melakukan tindakan

Pelanggaran Disiplin dengan surat, yang mana jarak antara

tanggal pemeriksaan dan surat panggilan paling lambat 7 (tujuh)

hari. Apabila pada panggilan pertama pelaku tidak hadir, maka

dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada

37
pemanggilan pertama. Dan jika telah dilakukan pemanggilan

kedua tetapi yang bersangkutan tetap tidak hadir, maka akan

langsung dijatuhkan Hukuman Disiplin dengan berdasarkan alat

bukti dan keterangan yang ada tanpa pemeriksaan.

2) Tahap Pemeriksaan

Setelah PNS yang diduga melakukan Pelanggaran

Disiplin dipanggil oleh atasan, maka selanjutnya akan dilakukan

tahapan pemeriksaan.

a) Sebelum dijatuhi Hukuman Disiplin, atasan wajib

melakukan pemeriksaan terhadap PNS yang diduga

melakukan Pelanggaran Disiplin. Pemeriksaan harus

dilakukan secara terutup melalui tatap muka muapun

secara virtual dan hasil dari pemeriksaan dituangkan dalam

bentuk berita acara pemeriksaan.

b) Dalam hasil pemeriksaan harus mencantumkan

kewenangan dari atasan untuk menjatuhkan Hukuman

Disiplin yang merupakan kewenangan dari atasan langsung

dan wajib melaporkan berita acara pemeriksaan dan hasil

pemeriksaan secara hierarki.

c) Atasan langsung yang tidak memanggil dan memeriksa PNS

yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin atau tidak

melaporkan hasil pemeriksaan kepada pejabat yang

berwenang, akan dijatuhi Hukuman Disiplin yang lebih

berat.

38
d) Pemeriksaan terhadap Pelanggaran Disiplin sedang dan

berat dilakukan oleh tim pemeriksaan yang terdiri dari

atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur kepegawaian.

Tim pemeriksaan dibentuk langsung oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. Dapat

melibatkan pejabat lain jika ada hal lain yang memang

diperlukan.

e) PNS yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin dan

berkemungkinan akan dijatuhkan Hukuman Disiplin Berat,

dapat dibebaskan sementara waktu dari jabantannya sejak

yang bersangkutan diperiksa sampai dengan di tetapkannya

keputusan Hukuman Disiplin demi kelancaran pemeriksaan.

f) Selama PNS yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya,

hak hak kepegawainnya akan tetap diberikan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, dan akan diangkat pejabat

pelaksana harian.

3) Tahapan Penentuan Jenis Hukuman Disiplin

a) PNS yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata telah

melakukan beberapa Pelanggaran Disiplin, hanya dapat

dijatuhi 1 jenis Hukuman Disiplin yang terberat setelah

mempertimbangkan pelanggaran yang dilakukan, dan tidak

dapat dijatuhi 2 Hukuman Displin 2 (dua) kali atau lebih

untuk 1 (satu) jenis hukuman Pelanggaran Disiplin

39
b) Bagi PNS yang pernah dijatuhi Hukuman Disiplin yang

sifatnya sama, jenis hukuman yang dijatuhi adalah

Hukuman Disiplin terakhir yang telah dijatuhkan

c) Apabila PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin sedang

mendapatkan penugasan khusus dan jenis Hukuman Disiplin

yang akan dijatuhkan bukan merupakan kewenangan

pimpinan instansi atau Kepala Perwakilan tempat penugasan

khusus, maka pimpinan instansi atau Kepala Perwakilan

mengusulkan penjatuhan Hukuman Disiplin kepada

pimpinan instansi induk disertai berita acara pemeriksaan.

d) Apabila setelah dilakukannya pemeriksaan dan terindikasi

penyalahgunaan wewenang yang menimbulkan kerugian

keuangan negara, maka atasan langsung atau tim pemeriksa

wajib berkoordinasi dengan aparat pengawas intern

pemerintah, dan apabila terbukti maka pengawas intern

pemerintah merekomendasikan Pejabat Pembina

Kepegawaian untuk melaporkan kepada aparat penegak

hukum.

4) Tahapan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin

Setelah didapati jenis pelanggaran dan hukuman yang

dijatuhkan kepada PNS yang melakukan Pelanggaran Disiplin,

maka akan dilakukan penyampaian hasil Putusan Hukuman

Disiplin.

40
a) Hasil dari pemeriksaan dituangkan ke dalam berita

acara yang harus ditandatangi oleh pejabat yang

memeriksa dan oleh PNS yang diperiksa baik secara

langsung maupun virtual. Berita acara pemeriksaan

tetap dijadikan sebagai dasar untuk menjatuhkan

Hukuman Disiplin walaupun PNS yang bersangkutan

tidak bersedia untuk menandatangani berita acara

pemeriksaan.

b) PNS yang diperiksa berhak mendapatkan salinan berita

acara pemeriksaan yang di dalamnya telah tercantum

Pelanggaran Disiplin yang dilakukan oleh PNS yang

bersangkutan.

c) Hasil pemeriksaan unsur pengawasan maupun unit

yang mempunyai tugas pengawasan dapat digunakan

sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan

melengkapi pertimbangan untuk menjatuhkan

Hukuman Disiplin terhadap PNS yang diduga

melakukan Pelanggaran Disiplin.

d) Setiap penjatuhan Hukuman Disiplin ditetapkan dengan

keputusan pejabat yang berwenang dan disampaikan

kepada PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin.

e) Penyampaian keputusan Hukuman Disiplin dilakukan

paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak

keputusan ditetapkan. Hasil putusan dikirim kepada

41
PNS yang bersangkutan apabila yang bersangkutan

tidak hadir pada saat penyampaian keputusan Hukuman

Disiplin.

42
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

(BKPSDM) Kota Padang Panjang

a. Profil BKPSDM Kota Padang Panjang

Kantor Badan Kepagawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

(BKPSDM) Kota Padang Panjang beralamat di Jl. Prof. M. Yamin No.88, Ps. Usang,

Kec. Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Badan

Kepagawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Padang

Panjang merupakan lembaga teknis yang memiliki fungsi membantu Walikota dalam

pelaksaan menajemen kepegawaian Kota Padang Panjang. BKPSDM merupakan

bagian dari unsur penunjang dalam urusan pemerintahan bidang kepegawaian serta

pendidikan dan pelatihan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Pada tahun 2010 melalui Peraturan Daerah Kota Padang Panjang Nomor 16

Tahun 2010 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis

Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Panjang. Nomenklatur organisasi

pengelola kepegawaian mengalami perubahan nomenklatur menjadi Badan

Kepegawian Daerah. Pada tahun 2017 nomenklatur Badan Kepegawaian Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah menjadi Badan

Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM), yang

43
merupakan unsur penunjang urusan pemerintah bidang kepegawaian serta

pendidikan dan pelatihan.

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dipimpin

oleh Kepala Badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Kepegawaian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (BKPSDM) memiliki beberapa fungsi antara lain:

1. Merumuskan kebijakan teknis urusan bidang kepegawaian serta pendidikan

dan pelatihan

2. Melaksanakan kebijakan teknis penyelenggaraan bidang kepegawaian serta

pendidikan dan pelatihan

3. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan bidang kepegawaian serta pendidikan

dan pelatihan

4. Melaksanakan administrasi bidang kepegawaian serta pendidikan dan

pelatihan

5. Melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait tugas dan

fungsinya

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya BKPSDM didukung oleh 34 (tiga

puluh empat) orang personil yang terdiri dari eselon II, eselon III, eselon IV dan staf

atau pelaksana dengan latar belakang pendidikan SLTA, D3, S1 dan S2. Jumlah

pegawai yang berada pada tingkat Eselon III berjumlah tiga(3) orang, dan tingkat

Eselon IV berjumlah delapan(8) orang, kemudian terdapat 23 orang yang menjadi

staf.

44
b. Susunan Organisasi

Adapun susunan Organisasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM

Kota Padang Panjang berdasarkan Peraturan Walikota Padang Panjang Nomor 31

Tahun 2019 adalah sebagai berikut:

a. Kepala Badan

b. Sekretariat, terdiri dari :

a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

b) Sub Bagian Keuangan. Perencanaan, evaluasi dan pelaporan

c. Bidang Pengadaan, Mutasi dan Kepangkatan terdiri dari:

a) Sub Bidang Pengadaan Aparatur

b) Sub Bidang Mutasi dan Jabatan

c) Sub Bidang Kepangkatan dan Pensiun

d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Kinerja dan Informasi Kepegawaian,

terdiri dari:

a) Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan

b) Sub Bidang Kinerja dan Disiplin

c) Sub Bidang Informasi Kepegawaian

e. UPT

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Berdasarkan Peraturan Walikota Padang Panjang Nomor 31 Tahun 2019

tentag Kedudukan Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, masing-masing

bidang memiliki fungsi sebagai bberikut:

a) Sekretariat memiliki fungsi:

45
1) Penyusunan rencana dibidang administrasi umum, kepegawaian,
keuangan, evaluasi dan pelaporan
2) Pengelolaan program administrasi umum, kepegawaian, keuangan,
perencanaan, evaluasi dan pelaporan
3) Pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan tata laksana serta kehumasan
4) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugasnya
b) Bidang pengadaan, Mutasi dan Kepangkatan, memiliki fungsi:

1) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program pengadaan


aparatur
2) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program mutasi dan
jabatan
3) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program kepangkatan
dan pensiun
4) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang
tugasnya
c) Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Kinerja dan Informasi Kepegawaian

memiliki fungsi:

1) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program pendidikan


dan pelatihan formal dan structural
2) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan teknis dan fungsional dan peningkatan profesionalisme apartur
3) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program pembinaan
kinerja dan disiplin pegawai
4) Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan program pengolahan
data dan informasi pegawai
5) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.

46
Masing-masing bagian atau bidang merupakan sub sistem dari sistem Badan

Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kota Padang Panjang yang saling berkaitan

secara logis dalam melaksanakan koordinasi dan pelayanan kepegawaian daerah

sehingga terbentuk sinergi dalam menciptakan pelayanan yang prima kepada publik.

Keterkaitan dalam pelaksanaan koordinasi dan pelayanan kepegawaian daerah

dideskripsikan pada Bagan Struktur Organisasi.

Berikut Susunan Organisasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia (BKPSDM) Kota Padang Panjang:

Sumber : Peraturan Walikota Padang Panjang Nomor 31 Tahun 2019

47
Susunan Organisasi BKPSDM Kota Padang Panjang

Walikota

Sekretaris Daerah
Kepala. BKPSDM Sekretaris
Klpk. Jabatan
Fungsional
Sub. Bag. Perencana
Staff Umum dan Ahli Muda
Kepegawaian Sub. Koor.
Keuangan
Evaluasi dan
Pelaporan

Bid. Pengadaan Bid. Pendidikan dan


Mutasi dan Pelatihan Kinerja dan
Kepangkatan Informasi Kepegawaian

Pranata Komputer Ahli Analis Pengembangan Kompetensi


Muda Sub. Koor. Ahli Muda Sub. Koor. Pendidikan
Pengadaan Aparatur dan Pelatihan

Assesor SDM Aparatur Assesor SDM Aparatur Ahli


Ahli Muda Sub. Koor. Muda Sub. Koor. Kinerja
Mutasi dan Jabatan dan Disiplin

Analisis Kepegawaian Ahli Analisis Pengembangan


Muda Sub. Koor. Kompetensi Ahli Muda Sub.
Kepangkatan dan Pensiun Koor. Informasi Kepegawaian

UPTD

48
Dengan dibentuknya susunan organisasi yang teratur dan dipimpin dengan

penuh tanggung jawab serta kerja sama antar pegawai, maka BKPSDM Kota Padang

Panjang memiliki visi yang ingin dicapai yaitu: untuk terwujudnya sumber daya

manusia dan aparatur professional, serta memiliki sikap mental positif dan etos kerja

yang tinggi. Selain dari pada visi, BKPSDM Kota Padang Panjang juga memiliki

beberapa misi yaitu:

1. Meningkatkan kualitas perencanaan pengembangan pegawai dan data

kepegawaian

2. Peningkatan kualitas sumber daya aparatur (keahlian, pengetahuan,

keterampilan dan wawasan) melalui pendidikan dan latihan diklat

aparatur

3. Peningkatan disiplin kinerja, dan kesejahteraan pegawai untuk

mewujudkan PNS yang menjunjung tinggi etika profesi, memiliki

dedikasi, komitmen dan bertanggung jawab terhadap tugas jabatannya

serta berperilaku disiplin dan mempunyai integritas (satu kata dan

perbuatan) yang tinggi.

Dengan adanya visi dan misi yang ingin diwujudkan oleh BKPSDM Kota

Padang panjang tentu akan punya tujuan dan sasaran yang jelas kedepannya. Berikut

beberapa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh BKPSD Kota Padang Panjang

Tujuan BKPSDM Kota Padang Panjang:

1. Memenuhi sarana dan prasaran BKPSDM Kota Padang Panjang

Sesuai Kebutuhan

49
2. Mendorong Pengembangan PNS sesuai dengan potensinya

3. Meningkatkan profesionalisme PNS

4. Meningkatkan kinerja PNS

5. Mewujudkan sistem informasi kepegawaian yang mampu

menyajikan data dan informasi kepegawaian yang lengkap akurat

dan terkini 32

Terlepas dari tujuan yang ingin dituju, tentu ada sasaran untuk mewujudkan

tujuan tersebut, berikut beberapa sasaran yang akan dituju oleh BKPSDM Kota

Padang Panjang:

1. Terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan dan

terlaksananya pengelolaan sarana dan prasarana BKPSDM

2. Terlaksananya pengembangan PNS yang sesuai dengan

potensinya

3. Terciptanya PNS yang professional

4. Munculnya PNS yang professional

5. Terselenggaranya pembinaan PNS

6. Terwujudnya sistem informasi kepegawian yang mampu

menyajikan data dan informasi kepegawaian yang lengkap

akurat dan terkini

32
BKPSDM Kota Padang Panjang, https://bkpsdm.padangpanjang.go.id/profil/, diakses pada
tanggal 2 Agustus 2022, pukul 17.28 WIB.

50
B. Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Melanggar

Ketentuan Jam Kerja Pada Kota Padang Panjang.

Hukuman Displin berdasarkan Pasal 1 angka 7 PP Nomor 94 Tahun 2021

adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Pejabat yang Berwenang Menghukum kepada

PNS karena melanggar peraturan Disiplin PNS. Pegawai Negeri Sipil sebagai aparat

pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat dituntut untuk menjadi teladan bagi

masyarakat dalam mewujudkan aparatur pemerintah yang bersih dan beribawa.

Dalam penegakan hukum disiplin oleh BKPSDM Kota Padang Panjang, dapat kita

lihat dari beberapa hal berikut:

1. Peraturan dasar penjatuhan hukuman disiplin

Dasar dari ketentuan hukuman disiplin PNS terdapat dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yaitu pada Pasal

23, sedangkan untuk peraturan pelaksaannya berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Beberapa

pengaturan lainnya yaitu Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6

Tahun 2022 tentang Peraturan Pelaksaan Peraturan Pemerintah Nomor 94

Tahun 2021. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 29 Tahun 2020

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara.

BKPSDM Kota Padang Panjang sebagai unsur penunjang dalam urusan

pemerintahan di bidang kepegawaian dan dalam penegakan hukuman disiplin

PNS Kota Padang Panjang, yang menjadi tolak ukur dalam penegakan

hukuman disiplin PNS di Kota Padang Panjang dalam mewujudkan disiplin

PNS tersebut dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Walikota Kota Padang

Panjang Nomor 31 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

51
Tugas dan Fungsi Serta Tata kerja Badan Kepegawaian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia, kewenangan ini dimiliki oleh bidang penilaian kinerja

aparatur dan penghargaan khusunya pada bidang pembinaan disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

2. Jenis Serta Sanksi Yang Diberikan Terhadap Pelanggaran Yang

Dilakukan Oleh PNS

Berdasarkan PP Nomor 94 Tahun 2021, terdapat dua jenis pelanggaran.

yaitu pelanggaran terhadap kewajiban yang diatur di dalam Pasal 9-11, dan

pelanggaran terhadap larangan yang diatur dalam Pasal 12-15. Pada penulisan

kali ini lebih memfokuskan terhadap pelanggaran terhadap tidak masuk kerja,

terlambat dan cepat pulang. Ketentuan mengenai PNS wajib masuk kerja dan

menaati ketentuan jam kerja diatur dalam PP Nomor 94 Tahun 2021 Pasal 4

huruf (f). Terhadap pelanggaran tidak masuk kerja dan tidak menaati jam kerja

oleh PNS Kota Padang Panjang, berdasarkan hasil wawancara dengan Assesor

SDM Aparatur Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan Disiplin Bapak Dinul Akhyar

S.H, mengatakan bahwa total pelanggaran terhadap tidak masuk kerja dan tidak

menaati jam kerja pada tahun 2021 berjumlah 39 kasus.

Berdasarkan hasil wawancara, BKPSDM hanya melaksanakan proses

pemeriksaan penegakan penjatuhan Hukuman Disiplin PNS Kota Padang

Panjang hanya pada tingkat hukuman sedang dan berat, sedangkan Hukuman

Disiplin pada tingkat ringan dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) yang bersangkutan.

52
1. Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2016 tentang perangkat daerah pada Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa

Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah.

2. Jenis Perangkat Daerah

a. Perangkat Daerah Provinsi

1) Sekretariat Daerah
2) Sekretariat DPRD
3) Inspektorat
4) Dinas dan
5) Badan

b. Perangkat Daerah Kabupaten/kota

1) Sekretariat Daerah
2) Sekretariat DPRD
3) Inspektorat
4) Dinas
5) Badan
6) Kecamatan

3. Tugas Perangkat Daerah Kabupaten/ kota

Pada pembahasan kali ini terfokus pada daerah Kabupaten atau

Kota yang mana fungsi dari perangkat daerah tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Sekretariat Daerah

a. pengoordinasian penyusunan kebijakan Daerah

53
b. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan kerja Perangkat

Daerah

c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Daerah

d. pelayanan administratif dan pembinaan aparatur sipil negara

pada instansi Daerah

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

terkait dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat DPRD

a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD

kabupaten/kota

b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD kabupaten/kota

c. fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD kabupaten/kota

d. penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan

oleh DPRD kabupaten/kota.

3. Inspektorat

a. perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi

pengawasan

b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan

melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lainnya

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan

bupati/wali kota

d. penyusunan laporan hasil pengawasan

e. pelaksanaan administrasi inspektorat kabupaten/kota.

54
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

terkait dengan tugas dan fungsinya.

4. Dinas Daerah Kab/Kota

a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya

b. pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya

c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup

tugasnya

d. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya

pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

terkait dengan tugas dan fungsinya.

5. Badan Pemerintahan Daerah Kab/Kota

a. penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya

b. pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup

tugasnya

c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya

d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi penunjang

Urusan Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya

e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Kecamatan (camat)

a. menyelenggarakan Urusan Pemerintahan umum

b. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

55
c. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan

ketertiban umum

d. mengoordinasikan penerapan dan penegakan Perda dan

Peraturan Bupati/Wali kota

e. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana

pelayanan umum

f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

yang dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;

1. Pelanggaran Tidak Masuk Kerja, Terlambat, dan Cepat Pulang Tingkat

Ringan Pada Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota (Dinas, Sekretariat

Daerah,Badan, Kecamatan)

Jumlah Sanksi Yang


Ancaman Dijatuhi
NO OPD Pelangg Ket
Hukuman
ar
Dinas Perumahan, Teguran Tertulis
Sudah
1 Kawasan permukiman Dan Teguran 7 Kasus Teguran Tertulis
dijatuhi
dan Lingkungan Hidup Lisan
Dinas Komunikasi dan Sudah
2 Teguran Lisan 1 Kasus Teguran Lisan
Informatika dijatuhi
Dinas Pangan dan Sudah
3 Teguran Lisan 1 Kasus Teguran Lisan
pertanian dijatuhi
Dinas Perdagangan
Belum
4 Koperasi, Usaha Kecil Teguran Tertulis 1 Kasus __
dijatuhi
dan Menengah
Dinas Penanaman Modal
Belum
5 dan Pelayanan Terpadu Teguran Tertulis 2 Kasus __
dijatuhi
Satu Pintu
SD Negeri 15 Padang Belum
6 Teguran Tertulis 1 Kasus __
Panjang Barat dijatuhi
SD Negeri 7 Padang __ Belum
7 Teguran Lisan 2 Kasus
Panjang Barat dijatuhi
SD Negeri 11 Padang __ Belum
8 Teguran Lisan 1 Kasus
Panjang Timur dijatuhi
SD Negeri 4 Padang __ Belum
9 Teguran Lisan 1 Kasus
Panjang Timur dijatuhi
SD Negeri 17 Padang __ Belum
10 Teguran Lisan 1 Kasus
Panjang Barat dijatuhi
__ Belum
11 SLTP II Teguran Tertulis 1 Kasus
dijatuhi
12 UPTD Puskesmas Koto Teguran Tertulis 2 Kasus __ Belum

56
Katik Dan Teguran dijatuhi
Lisan
UPTD Puskesmas Bukit __ Belum
13 Teguran Tertulis 1 Kasus
Surungan dijatuhi
UPTD Puskesmas Kebun Sudah
14 Teguran Lisan 1 Kasus Teguran Lisan
Sikolos dijatuhi
UPTD Puskesmas __ Belum
15 Teguran Lisan 2 Kasus
Gunung dijatuh
Rumah Sakit Umum Sudah
16 Teguran tertulis 1 Kasus Teguran Tertulis
Daerah dijatuhi
Satuan Polisi Pamong __
Belum
17 Praja Pemadam Teguran Lisan 1 Kasus
dijatuhi
Kebakaran
Belum
18 Sekretariat Daerah Kota Teguran Lisan 1 Kasus __
dijatuhi
Badan Kepegawaian dan __
Belum
19 Pengembangan Sumber Teguran Tertulis 1 Kasus
dijatuhi
Daya Manusia
Kecamatan Padang __ Belum
20 Teguran Lisan 1 Kasus
Panjang Timur dijatuhi
JUMLAH 30 KASUS
Sumber: Kantor BKPSDM Kota Padang Panjang, 2022

Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel diatas, hukuman disiplin pada
tingkat ringan berjumlah 31 kasus pelanggaran tidak masuk kerja, telat dan cepat
pulang. Dari 31 kasus yang ada, terdapat 5 kasus yang sudah dijatuhi hukuman
disiplin berupa teguran tertulis dan teguran lisan. Hukuman disiplin memiliki
tingkatanya sendiri, diatur dalam Pasal 8 PP No. 94 Tahun 2021 menjadi 3
tingkatan: (1) Hukuman Disiplin Ringan (2) Hukuman Disiplin Sedang atau (3)
Hukuman Disiplin Berat. Jenis Hukuman Disiplin ringan diatur pada Pasal 8 ayat
(1) yang terdiri dari teguran lisan, teguran tertulis dan pernyataan tidak puas secara
tertulis. Sanksi hukuman disiplin tingkat ringan diberikan oleh atasan atau OPD
tersebut.

57
2. Pelanggaran Tidak Masuk Kerja, Terlambat, dan Cepat Pulang tingkat

Sedang Pada Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota (Dinas, Sekretariat

Daerah)

Ancaman Jumlah Sanksi yang


OPD Ket
NO Hukuman Pelanggar Dijatuhi
Penurunan Belum
Pangkat dijatuhi
Dinas Pendidikan Dan
1 Setingkat Lebih 1 Kasus __
Kebudayaan
Rendah Selama
1Tahun
Penundaan Belum
SD Negeri 10 Padang Kenaikan dijatuhi
2 1 Kasus __
Panjang Pangkat selama
1Tahun
Penundaan Sudah
Pernyataan Tidak
SD Negeri 14 Padang Kenaikan Gaji dijatuhi
3 1 Kasus Puas Secara
Panjang Timur Berkala Selama
Tertulis
1Tahun
Penurunan Sudah
Penurunan
Satuan Polisi Pamong Pangkat dijatuhi
Pangkat Setingkat
4 Praja Pemadam Setingkat Lebih 1 Kasus
Lebih Rendah
Kebakaran Rendah Selama
Selama 1Tahun
1Tahun
Penundaan Penundaan Sudah
Kenaikan Gaji Kenaikan Gaji dijatuhi
5 Sekretariat Daerah Kota 1 Kasus
Berkala Berkala Selama 1
Selama1Tahun Tahun
JUMLAH 5 KASUS
Sumber: Kantor BKPSDM Kota Padang Panjang, 2022

Pada PP No. 94 Tahun 2021 Pasal 10 ayat (2) poin f menyebutkan


bahwa: Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 huruf f berupa :
1) pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 6 (enam) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 11 (sebelas)
sampai dengan 13 (tiga belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2) pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 9 (sembilan) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 14 (empat
belas) sampai dengan 16 (enam belas) hari keda dalam 1 (satu)
tahun; dan
3) pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 12 (dua belas) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 17 (tujuh
belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun.

58
Berdasarkan hasil wawancara dengan Assesor SDM Aparatur Ahli

Muda Sub Koor Kinerja dan Disiplin Pak Dinul Akhyar, mengatakan bahwa

pemberian sanksi disiplin di BKPSDM Kota Padang Panjang belum

menerapkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) tersebut. Tetapi masih memakai Pasal

7 ayat (3) Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil. Sebagaimana diatur pada pasal Pasal 42 ayat (2) Peraturan

Pemerintah No 94 Tahun menjelaskan bahwa:

“Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah mengenai Gaji dan

Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penjatuhan

Hukuman Disiplin sedang berlaku ketentuan sebagaimana diatur

dalam Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.”

Jenis hukuman disiplin tingkat sedang yang dimaksud pada Pasal 7 ayat

(3) terdiri dari: “

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun


b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun
c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun”
Kemudian lebih lanjut diatur pada pasal 9 bahwa ketentuan penjatuhan

hukuman disiplin tingkat sedang sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (3)

diatur sebagai berikut:

a. “Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun bagi PNS yang


tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 sampai dengan 20
hari kerja.
b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun bagi PNS yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 sampai 25 hari kerja.
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun bagi PNS
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 sampai 30
hari kerja.”

59
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel diatas, dapat bahwa kasus

hukuman disiplin tingkat sedang terdapat 5 kasus, yang mana 2 dari 5 kasus

belum dijatuhi hukuman disiplin. Hukuman yang sudah dijatuhi pada hukuman

tingkat sedang diantaranya 1 kasus di Sekretariat Daerah Kota dijatuhi hukuman

disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, kemudian 1

kasus di Satuan Polisi Pamong Praja Pemadam Kebakaran dijatuhi hukuman

disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun , dan 1

kasus di SD Negeri 14 Padang Panjang Timur yang dijatuhi hukuman disiplin

berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.

3. Pelanggaran Tidak Masuk Kerja, Terlambat, dan Cepat Pulang tingkat

Berat Pada Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota (Dinas, Sekretariat

DPRD)

Jumlah Sanksi Yang Ket


NO OPD Ancaman Hukuman
Pelanggar Dijatuhi
Pemberhentian Belum
Dinas Pendidikan dan Deangan Hormat dijatuhi
1 1 Kasus __
Kebudayaan Tidak Atas Permintaan
Sendiri Sebagai PNS
Pembebasan Dari Pernyataan Sudah
Jabatannya Menjadi Tidak Puas dijatuhi
2 Dinas Perhubungan 1 Kasus
Jabatan Pelaksana Secara
Selama 12 Bulan Tertulis
Pemberhentian Belum
SD Negeri 3 Padang Dengan Hormat Tidak dijatuhi
3 1 Kasus __
Panjang Barat Atas Permintaan
Sendiri Serbagai PNS
Pemberhentian Belum
Dengan Hormat Tidak dijatuhi
4 Sekretariat DPRD 1 Kasus __
Atas Permintaan
Sendiri Serbagai PNS
JUMLAH 4 KASUS
Sumber: Kantor BKPSDM Kota Padang Panjang, 2022

60
Berdasarkan data dari tabel dapat kita lihat bahwa terdapat 4 kasus hukuman

disiplin tingkat berat, hanya 1 kasus yang sudah diberi sanksi hukuman berupa

pernyataan tidak puas secara tertulis. Jenis hukuman disiplin tingkat berat telah

menggunakan ketentuan dalam PP Nomor 94 Tahun 2021 Pasal 11 angka 2 ayat

(d) menyebutkan apabila PNS tidak memenuhi ketentuan masuk kerja dan menaati

ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Huruf f tingkat berat

akan dijatuhi hukuman berupa: “

1) Penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 bulan bagi PNS


yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama
21 sampai 24 hari kerja dalam 1 tahun
2) Pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama12 bulan
bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara
kumulatif selama 25 sampai 27 hari kerja dalam 1 tahun
3) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS dan PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara
kumulatif selama 28 hari kerja atau lebih dalam 1 tahun dan
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus
selama 10 hari kerja”

Selain dari pada berpegang dengan PP No 94 Tahun 2021, Pemerintahan

Daerah Kota Padang Panjang sudah mengeluarkan aturan Terkait dengan

Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yaitu pada Perturan Walikota Padang

Panjang Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Pemberian Tambahan Penghasilan

Pegawai Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Pemerintah Kota Padang

Panjang. Hal ini sangat mempengaruhi kinerja PNS karna pemberian tambahan

penghasilan merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada Pegawai Negeri

Sipil. Pemberian TPP Dilakukan sesuai dengan kelas jabatan yang ditetapkan

dengan keputusan Walikota. Menurut Pasal 6 Perturan Walikota Padang Panjang

Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Pegawai

61
Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Panjang,

menyebutkan bahwa:

a. Pembayaran TPP ASN setiap Bulannya dinilai


berdasarkan penilaian produktivitas kerja dan disiplin
kerja
b. TPP ASN diberikan sebanyak 1 kali setiap bulan atau 12
kali dalam 1 tahun anggaran
c. TPP ASN ke 13 dan ke 14 dapat diberikan sesuai dengan
aturan perundang-undangan dan ketersediaan anggaran
dengan basis perhitungan realisasi pemberian TPP ASN
bulan sebelumnya.

Pemberian TPP berdasarkan penilaian disiplin kerja yang berdasarkan

rekapitulasi kehadiran pegawai, bagi pegawai yang tidak hadir tanpa alasan yang

sah maka akan dilakukan pengurangan 3% perhari tambahan penghasilan

pegawainya. Berikut tingkatan pengurangan TPP dengan ketentuan hukuman

disiplin tingkat ringan, sedang, dan berat, yang disebutkan dalam Pasal 15

Perturan Walikota Padang Panjang Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Pemberian

Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan

Pemerintah Kota Padang Panjang, menyebutkan bahwa: “

a. Hukuman Disiplin Tingkat Ringan


1. Teguran lisan dikenakan pengurangan TPP sebesar 10% selama 1 bulan
2. Teguran tertulis dikenakan pengurangan TPP sebesar 10% selama 2 bulan
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis dikenakan pengurangan TPP 10%
selama 3 bulan
b. Hukuman Disiplin Tingkat Sedang
1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun dan dikenakan
penguranagan TPP sebesar 15% selama 3 bulan
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun, dan pengurangan TPP
sebesar 15 % selama 4 bulan
3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun dan pengurangan
TPP sebesar 15 % selama 5 bulan
c. Hukuman disiplin Tingkat Berat
1. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun, dikenakan
pengurangan TPP sebesar 15 % selama 6 bulan
2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah,
dikenakan pengurangan TPP sebesar 5% selama 7 bulan ”

62
Diharapkan dengan adanya sanksi mengenai TPP ini, akan lebih

membuat jera Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan pelanggaran disiplin agar

terciptanya Pegawai Negeri Sipil yang professional,mempunyai etika profesi,

dan lebih taat pada aturan yang telah dibuat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BKSPDM menyebutkan

bahwa dalam ketentuan masuk jam kerja dan menaati jam kerja dilihat

berdasarkan jam pengambilan absen yang dilakukan oleh PNS. PNS yang WFH

akan dianggap tidak masuk kerja jika tidak mengambil absen disaat awal jam

kerja dan di akhir jam kerja, dan PNS akan dianggap tidak menaati jam kerja jika

terdapat keterlambatan dalam mengambil absen melalui online.33

Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Assesor SDM Aparatur

Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan Disiplin Bapak Dinul Akhyar S.H,

BKPSDM hanya melaksanakan proses penegakan penjatuhan Hukuman

Disiplin PNS Kota Padang Panjang pada tingkat hukuman sedang dan tingkat

hukuman berat, sedangkan Hukuman Disiplin pada tingkat ringan dilaksanakan

oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bersangkutan. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 Pasal 29 menyebutkan bahwa: “

(1) Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan dengan hukuman


disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 13
dapat dilakukan pemeriksaan oleh tim pemeriksa
(2) Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan dengan hukuman
disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 14
dilakukan pemeriksaan oleh tim pemeriksa

33
Hasil wawancara dengan Assesor SDM Aparatur Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan
Disiplin Bapak Dinul Akhyar S.H, BKPSDM Kota Padang Panjang, Jumat, 17 Juni 2022, Pukul 11.00
WIB.

63
(3) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur
kepegawaian
(4) Dalam hal tertentu tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat melibatkan pejabat lain yang ditunjuk
(5) Tim pemeriksa sebagaimna dimaksud pada ayat (3) dibentuk oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk
(6) Dalam hal atasan langsung PNS yang diduga melakukan Pelanggaran
Disiplin terlibat dalam pelanggran tersebut, maka yang menjadi
anggota tim pemeriksa adalah atasan yang lebih tinggi secara
berjenjang.”

BKPSDM merupakan salah satu unsur dari tim pemeriksa yang diberikan

tugas memeriksa PNS yang melakukan pelanggran disiplin dimana hasil

pemeriksaan tersebut nantinya menjadi dasar pertimbangan Pejabat Pembina

Kepegawaian dalam menjatuhkan hukuman disiplin. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 Pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa:

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai

kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian

Pegawai Aparatur Sipil Negara dan pembinaan Manajemen Aparatur Sipil

Negara di instansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Kemudian pada Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009

Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai

Negeri Sipil pada Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahawa: “ Pejabat Pembina

Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota adalah Walikota.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 39 kasus

pelanggaran disiplin jam kerja ,yang mana 30 kasus berada pada tingkat ringan,

dan 5 kasus pada tingkat sedang dan 4 kasus pada tingkat berat, namun dari 39

kasus, baru 9 kasus yang dijatuhi hukuman disiplin karna adanya beberapa

kendala yang mengakibatkan terhambatnya proses penjatuhan hukuman

64
disiplin, dari hasil wawancara disebutkan beberapa kendala yang ada, yaitu

karena masih dalam proses pemanggilan dan pemeriksaan tetapi belum keluar

SK Hukuman Disiplin.

PNS yang tidak masuk kerja dan tidak menaati jam kerja tentunya

memiliki alasan kenapa melakukan hal demikian. Umumnya alasan yang

diberikan oleh PNS adalah karena telah memiliki keluarga sehingga terkadang

meninggalkan kewajiban demi kepentingan keluarga ataupun kepentingan

pribadi. Tetapi pada hasil penelitian di BKSPDM didapati dua alasan yang

tidak biasa, pertama yaitu karena tidak sejalan dengan atasan sehingga yang

bersangkutan lebih memilih untuk mogok kerja sebagai bentuk dari

kekecewaan, yang dilakukannya tersebut hanya akan merugikan dirinya sendiri,

seharusnya jika memang tidak sesuai dengan atasannya yang bersangkutan bisa

membuat laporan ke BKSPDM sehingga pihak BKSPDM dapat melakukan

pemeriksaan. Dan alasan lainnya yaitu karena pihak yang bersangkutan terlilit

utang kebeberapa pihak, sehingga pihak tersebut telah menagih ke kantor dan

pihak yang bersangkutan memilih untuk kabur, dan info terakhir yang didapati

oleh pihak BKSPDM bahwa yang bersangkutan kabur ke kota Payakumbuh.

3. Pejabat yang Berwenang Serta Proses Penjatuhan Hukuman Disiplin

a. Pejabat yang berwenang menjatuhi sanksi hukuman disiplin

Pada Peraturan Pemerintah No 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai

Negeri Sipil pada bagian keempat Pasal 16 disebutkan pejabat yang berwenang

menghukum dalam penjatuhan sanksi disiplin adalah sebagai beikut: “

1. Presiden
2. Pejabat Pembina Kepegawaian

65
3. Kepala Perwakilan Republik Indonesia
4. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya atau pejabat lain yang setara
5. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau pejabat lain yang setara
6. Pejabat Administrator atau pejabat lain yang setara; dan
7. Pejabat Pengawas atau pejabat lain yang setara.

a. Presiden

Presiden menetapkan penjatuhan Hukuman Disiplin bagi PNS

yang menduduki:

1) Jabatan Pimpinan Tinggi Utama


2) Jabatan Pimpinan Tinggi Madya yang merupakan Pejabat
Pembina Kepegawaian
untuk semua jenis Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4).

Presiden menetapkan penjatuhan Hukuman Disiplin bagi PNS yang

menduduki:

1) Jabatan Pimpinan Tinggi Madya;


2) Jabatan Fungsional Jenjang Ahli Utama; dan
3) Jabatan lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya
menjadi wewenang Presiden
untuk jenis Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (4) huruf c.

b. Pejabat Pembina Kepegawaian

Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi Daerah Kabupaten/Kota

menetapkan penjatuhan Hukuman Disiplin bagi:

a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungannya untuk jenis


Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4)

66
b. Pejabat Fungsional jenjang Ahli Utama untuk jenis Hukuman
Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (21, ayat
(3), dan ayat (4) huruf a dan huruf b;
c. Pejabat Administrator ke bawah di lingkungannya untuk jenis
Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3) dan ayat (4); dan
d. Pejabat Fungsional selain Pejabat Fungsional jenjang Ahli
Utama di lingkungannya untuk jenis Hukuman Disiplin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4).
c. Kepala Perwakilan Republik Indonesia

Kepala Perwakilan Republik Indonesia berwenang menjatuhkan

Hukuman Disiplin bagi:

1) PNS di lingkungannya yang berada 1 (satu) tingkat di


bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin ringan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); dan
2) PNS di lingkungannya yang berada 2 (dua) tingkat di
bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sedang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3).
d. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya atau Pejabat lain yang setara

Pejabat Pimpinan Tinggi Madya atau pejabat lain yang setara di

lingkungan Pusat dan Provinsi, berwenang menjatuhkan

Hukuman Disiplin bagi:

1) PNS di lingkungannya yang berada 1 (satu) tingkat di


bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin ringan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2); dan
2) PNS di lingkungannya yang berada 2 (dua) tingkat di
bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sedang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)

67
e. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau Pejabat lain yang setara

Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau pejabat lain yang setara

di lingkungan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota berwenang

menjatuhkan Hukuman Disiplin bagi:

1) PNS di lingkungannya yang berada 1 (satu) tingkat di


bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
2) PNS di lingkungannya yang berada 2 (dua) tingkat di
bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)
3) Pejabat Fungsional di lingkungannya untuk jenis
Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (21dan ayat (3).
f. Pejabat Administrator atau Pejabat lain yang setara

Pejabat Administrator atau pejabat lain yang setara di

lingkungan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota berwenang

menjatuhkan Hukuman Disiplin bagi:

1) PNS di lingkungannya yang berada 1 (satu) tingkat di


bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (21;
2) PNS di lingkungannya yang berada 2 (dua) tingkat di
bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3); dan
3) Pejabat Fungsional di lingkungannya untuk jenis
Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (2) dan ayat (3).

68
g. Pejabat Pengawas atau Pejabat lain yang setara

Pejabat Pengawas atau pejabat lain yang setara di

lingkungan Pusat, Provinsi, dan KabupatenlKota berwenang

menjatuhkan Hukuman Disiplin bagi:

1) PNS di lingkungannya yang berada 1 (satu) tingkat di


bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
2) PNS di lingkungannya yang berada 2 (dua) tingkat di
bawahnya untuk jenis Hukuman Disiplin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3)
3) Pejabat Fungsional di lingkungannya untuk jenis
Hukuman Disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (21)
Pemerintah daerah kota Padang Panjang juga mengeluarkan Peraturan

Walikota Nomor 48 Tahun 2021 Tentang Penegakan Hukuman Disiplin Pegawai

Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintahan Kota Padang Panjang.

Pada Pasal 15 disebutkan pejabat yang berwenang menghukum:

a. Pejabat Pembina kepegawian

Yang dimaksud pejabat Pembina kepegawian disini adalah Walikota

b. Pejabat Pimpinan tinggi Pratama atau Pejabat lain yang setara

Yang dimaksud adalah pada tingakat Eselon II

c. Pejabat Administrator atau Pejabat lain yang setara

Yang dimaksud adalah eselon III

d. Pejabat Pengawas atau pejabat lain yang setara

Yang dimaksud adalah eselon IV

69
b. Proses Penjatuhan Sanksi Hukuman Disiplin terhadap PNS yang

melanggar ketentuan jam kerja pada Pemerintahan Derah Kota Padang

Panjang

Sanksi hukuman disiplin terbagi menjadi tiga bagian yaitu hukuman

disiplin ringan, sedang dan berat, untuk proses sanksi hukuman disiplin

ringan menggunakan proses sebagai berikut :

1. PNS yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin dipanggil secara

tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan. Dengan

tanggal pemeriksaan paling lambat 7 hari kerja, namun jika tetap

tidak hadir, maka dilayangkan surat panggilan kedua paling lambat 7

hari kerja setelah pemanggilan pertama, jika tak kunjung datang pada

pemanggilan kedua, maka pejabat yang berwenang menghukum

menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan

yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

2. Dalam hal hasil pemeriksaan menyatakan kewenangan menjatuhkan

hukuman disiplin merupakan kewenangan atasan langsung, maka

atasan langsung yang wajib memberikan hukuman disiplin.

3. Dalam hal sesuai hasil pemeriksaan yang menyatakan kewenangan

penjatuhan hukuman disiplin merupakan kewenangan pejabat yang

lebih tinggi, maka atasan langsung wajib melaporkan berita acara

pemeriksaan dan hasil pemeriksaan secara hierarki.

Selanjutnya pada Pasal 29 PP No 94 Tahun 2021 dijelaskan bahwa

pelanggaran terhadap kewajiban atau larangan dengan hukuman

disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 13

70
dapat dilakukan pemeriksaan oleh tim pemeriksa. Salah satu unsur

yang terdapat dalam tim pemeriksa adalah unsur kepegawaian, yang

mana didalamnya terdapat BKPSDM, maka dari itu berikut proses

pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa terhadap

pelanggaran kewajiban atau larangan hukuman disiplin tingkat

sedang,

Proses penegakan hukuman disiplin dengan ancaman hukuman

disiplin sedang dan berat terhadap PNS yang melanggar ketentuan jam

kerja pada Pemerintahan Daerah Kota Padang Panjang:

a. Adanya laporan dari OPD tempat yang bersangkutan bertugas lengkap

dengan bukti pemanggilan PNS yang bersangkutan, BAP (Berita Acara

Pemeriksaan) yang telah dilakukan oleh atasan dan bukti-bukti pelanggaran

yang telah dilakukan oleh PNS yang bersangkutan

b. Setelah laporan tersebut diterima dan ditelaah oleh BKPSDM Kota Padang

Panjang kemudian dibentuk tim pemeriksa dengan unsur yang terdapat

dalam tim pemeriksa sebagai berikut:

1) Adanya unsur kepegawaian (BKPSDM)

2) Adanya unsur kepengawasan (inspektorat)

3) Adanya unsur atasan langsung

c. Setelah dibentuknya tim pemeriksa, maka dilakukan pemanggilan dalam

rangka pemeriksaan atas laporan terhadap PNS yang melakukan pelangaran

masuk kerja dan tidak menaati jam kerja, pemeriksaan dilakukan secara

tertutup.

71
d. Pemanggilan harus dilakukan 7 hari kerja dan melalui surat panggilan

dalam rangka untuk dilakukannya pemeriksaan terhadap PNS yang

melakukan pelanggaran. Jika setelah dilayangkannya surat pemanggilan

tetapi yang bersangkutan tidak hadir maka dilakukan panggilan yang ke 2

dengan rentan 7 hari dari surat pertama. Namun jika yang bersangkutan tak

kunjung datang dan dilakukan tiga kali pemanggilan maka dapat ditarik

kesimpulan berdasarkan laporan, BAP, bukti-bukti yang telah diberikan

oleh OPD. Bagi PNS yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin berat,

maka yang bersangkutan akan dibebas tugaskan sementara dari jabatannya

oleh atasan sejak yang bersangkutan diperiksa.

e. Hasil dari pemeriksaan juga harus memuat siapa pejabat yang berwenang

dalam menjatuhkan hukuman, keputusan disampaikan kepada PNS yang

dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum atau

pejabat lain yang ditunjuk.

f. Penyampaian keputusan hukuman disiplin dilakukan paling lambat 14 hari

kerja sejak keputusan ditetapkan, jika dalam penyampaian keputusan PNS

yang bersangkutan tidak hadir, maka keputusan dikirim kepada yang

bersangkutan. Keputusan hukuman disiplin berlaku pada hari ke 15 sejak

diterima.

Berdasarkan alur di atas yang merupakan hasil wawancara dengan

Assesor SDM Aparatur Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan Disiplin

BKPSDM Kota Padang Panjang Bapak Dinul Akhyar, S.H., telah melaksanakan

mekanisme penjatuhan hukuman disiplin tersebut sesuai dengan PP Nomor 94

Tahun 2021 Pasal 26 sampai 37 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sejauh

72
ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak BKSPDM Kota

Padang Panjang yaitu bapak Dinul Akhyar, S.H., pada tahun 2021 terdapat 39

kasus disiplin yang dilakukan PNS di lingkup Pemerintahan Kota Padang

Panjang, tetapi ada beberapa kasus yang belum dilakukan penjatuhan hukuman

terhadap pihak yang bersangkutan setelah dilakukannya pemeriksaan, baru

disebutkan ancaman hukuman yang akan dikenakan kepada pihak yang

bersangkutan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di BKPSDM Kota Padang

Panjang, dapat ditarik kesimpulan bahwa BKSPDM Kota Padang Panjang

telah menjalankan ketentuan sesuai PP Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil. Tetapi, karena terdapat beberapa kendala, sehingga ada

beberapa PNS yang telah dilakukan pemeriksaan tetapi belum dijatuhi

hukuman.

c. Kendala Dalam Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri

Sipil Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Kota Padang Panjang.

Berdasarkan data rekapitulasi hukuman disiplin tahun 2021 yang didapati

dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM)

Kota Padang Panjang terdapat total 39 kasus disiplin tentang pelanggaran jam

kerja, dengan rincian 30 kasus displin tingkat ringan, 5 kasus disiplin tingkat

sedang, dan 4 kasus disiplin tingkat berat. Sampai data tersebut diterima, dari 39

kasus yang tercatat, baru 9 kasus disiplin yang dijatuhi hukuman karna masih

dalam proses pemanggilan dan pemeriksaan serta belum keluar SK Hukuman

Disiplin.

73
Selama dilakukan proses pemeriksaan hingga penjatuhan hukuman

disiplin tentunya tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada sejumlah kasus

pelanggaran hukuman disiplin yang belum dijatuhi sanksi. Tentu ada hal-hal

yang menjadi kendala dalam proses penjatuhan hukuman disiplin tersebut,

berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Dinul Akhyar, menyebutkan bahwa

yang menjadi kendala untuk saat sekarang dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Dinul Akhyar Assesor SDM

Aparatur Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan Disiplin menyebutkan bahwa

terdapat beberapa kendala selama proses pemanggilan, pemeriksaan hingga

penjatuhan. Kendala yang paling umum ditemui adalah kurang koperatifnya

pengawai negeri sipil disaat dilakukannya pemanggilan dan pemeriksaan. Hal ini

menyebabkan lamanya waktu yang terpakai dalam menentukan hukuman yang

harus dijatuhkan.

Umunya, kendala yang dialami selama pemanggilan dan pemeriksaan

adalah ada beberapa pegawai yang tidak menghadiri pemanggilan dan juga ada

yang lari karena kasus yang menjeratnya. Salah satu kasus yang menarik

perhatian yaitu tidak masuk kerja karena oknum PNS tersebut memiliki hutang

ke beberapa bank dengan total hutang yang melebihi dari kesanggupannya.

Karena hal ini oknum tersebut memilih untuk tidak masuk kerja dan melarikan

diri dikarenakan pihak yang menagih utang sering menagih ke kantor tempat

oknum tersebut bekerja. Karna hal tersebut hingga saat dilakukannya penelitian

oknum yang bersangkutan tidak diketahui keberadaannya, sehingga sanksi yang

74
dijatuhkan diambil berdasarkan laporan yang diterima oleh pihak BKSDM dari

OPD tempat oknum tersebut bekerja tanpa validasi dari yang bersangkutan.

Pada kasus tidak masuk kerja yang dilakukan oleh oknum PNS lainnya

yaitu dikarenakan tidak suka dengan teguran yang diberikan oleh atasannya

karena oknum tersebut tidak masuk kerja. Oknum tersebut menduduki jabatan

kasi di kantor kelurahan. Dikarenakan dia tidak masuk kerja selama beberapa

hari tanpa alasan sehingga lurah setempat memberikan teguran kepadanya,

namun dia tidak terima dengan teguran yang diberikan karena disaat dia tidak

masuk kerja itu ada anggota keluarganya yang sakit. Tapi, oknum tersebut

menyebutkan alasan dia tidak masuk kerja setelah dia diberikan teguran oleh

lurah, padahal seharusnya dia memberikan alasan tersebut disaat dia tidak masuk

kerja. Pada saat dia tidak masuk kerja lurah tidak menerima alasan dia tidak

masuk kerja, sehingga lurah memberikan teguran. Disini sebenarnya oknum

tersebut bisa mempertanggungjawabkan kenapa dia tidak masuk kerja, tetapi

karena adanya kesalahpahaman dan sudah terlanjur tidak suka dengan teguran

yang diberikan, dia malah memilih untuk tidak masuk kerja kembali, sehingga

dipanggil oleh BKSPDM Kota Padang Panjang untuk pembinaan. Dalam hal ini

tidak hanya kasi tersebut yang dipanggil, tetapi lurah juga dipanggil agar

hubungan mereka kembali kondusif dan bisa kembali bekerja.

Pada kasus lain, ada juga oknum yang tidak datang disaat telah

dilakukannya pemanggilan. Oknum ini sebelumnya sudah melakukan

pelanggaran tidak masuk kerja dan juga sudah dijatuhi hukuman disiplin agar

tidak mengulanginya lagi, namum tetap di ulangi, dan akhirnya ancaman

hukuman menjadi lebih tinggi. Kemudian dilakukanlah pemanggilan dalam

75
rangka pembinaan dan pemeriksaan, namun oknum tersebut tidak datang. Seperti

hasil wawancara yang telah disebutkan di atas, ketika oknum yang telah

memiliki indikasi melakukan pelanggaran sedang dan berat dengan semua bukti

telah diberikan kepada BKPSDM Kota Padang Panjang, maka oknum PNS

tersebut harus dipanggil 7 hari sebelum dilakukan pemeriksaan. Ketika oknum

yang dipanggil tidak datang setelah dikirimi surat, maka akan dipanggil lagi

dalam jangka waktu 7 hari setelah jatuh tempo surat pertama dilayangkan tetapi

oknum tersebut kembali tidak datang. Dikarenakan setelah dipanggil 2 kali tetapi

oknum tersebut tetap tidak datang, selanjutnya OPD menyampaikan pelimpahan

wewenang kepada tim pemeriksa di BKPSDM bahwa yang bersangkutan telah

dipanggil 2 kali dan memilih tidak hadir. Dengan kasus seperti ini, BKPSDM

memiliki wewenang untuk menjatuhi hukuman disiplin berdasarkan berkas-

berkas dan bukti-bukti dokumen yang ada. Dalam hal ini berarti BKPSDM boleh

mengambil kesimpulan tanpa harus meminta keterangan dari oknum terkait

secara langsung.

Walaupun PNS diberikan hak untuk melakukan upaya hukum ke

pengadilan Tata Usaha Negara untuk melakukan banding hingga penelitian ini

dilakukan belum ada PNS yang melakukan tindakan tersebut, namun ada

beberapa PNS pada tingkat sedang dan berat yang melakukan tindakan untuk

dapat mengurangi hukuman yang akan dijatuhi padanya. Seperti oknum PNS

yang bekerja di SD Negeri 14 Padang Panjang Timur, yang seharusnya dijatuhi

sanksi hukuman penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, kemudian

berubah menjadi pernyataan tidak puas secara tertulis karna dapat

mengklarifikasi penyebab tidak masuk kerja pada saat pemeriksaan dengan

76
melampirkan bukti surat keterangan dokter yang sah, sehingga alasan tersebut

dapat diterima menurut atasannya dan dapat dikurangi sanksi hukuman yang

diterimanya.

77
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang

Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Kota Padang Panjang masih

terbilang kurang sempurna dalam pelaksanaanya. Hukuman disiplin

memiliki tingkatanya sendiri, diatur dalam Pasal 8 PP No. 94 Tahun

2021 menjadi 3 tingkatan: (1) Hukuman Disiplin Ringan (2) Hukuman

Disiplin Sedang atau (3) Hukuman Disiplin Berat. Hukuman disiplin

tingkat ringan dijatuhi oleh atasan atau OPD setempat, sedangkan jenis

hukuman disiplin sedang dan hukuman disiplin berat dijatuhi oleh

pejabat Pembina kepegawaian yang memberikan tugas pemeriksaan

kepada BKPSDM sebelum diajtuhi hukuman disiplin. Dari 39 kasus

yang ada, terdapat 9 kasus yang baru dijatuhi hukuman disiplin.

2. Kendala dalam Penegakan Hukuman Disiplin Terhadap Pegawai Negeri

Sipil Yang Melanggar Ketentuan Jam Kerja Pada Pemerintahan Daerah

Kota Padang Panjang yaitu datang dari Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan yang tidak kooperatif dalam proses pelaksanaan hukuman

disiplin yang mengakibatkan terhambatnya proses pelaksanaan

hukuman disiplin.

B. Saran

78
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis paparkan, maka berikut saran

yang dapat berikan:

1. Bagi pemerintah, diharapkan untuk lebih optimal dalam melaksanakan

tugasnya agar sanksi yang diberikan kepada PNS dijatuhi sebagaimana

mestinya. Dan memberikan sosialisasi kepada PNS mengenai aturan

disiplin yang berlaku.

2. Bagi PNS diharapkan untuk mematuhi peraturan disiplin mengenai jam

kerja. Serta bagi PNS yang telah melanggar ketentuan jam kerja

diharapkan untuk dapat kooperatif dalam proses penegakan sanksi

disiplin.

3. Diharapkan kerja sama yang baik antara semua instansi yang terkait

agar terciptanya lingkungan kerja yang efektif,sehingga setiap instansi

dapat melakukan tugasnya sebagaimana mestinya

79
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. BUKU

Aminuddin Ilmar, 2016, Hukum Tata Pemerintahan, Prenadamedia Group,


Jakarta.

AW Widjaja, 2006, Administrasi Kepegawian, Rajawali, Jakarta.

Dr. Yudhi Setiawan, 2017, Hukum Administrasi Pemerintahan: Teori dan


Praktek, Rajawali Pers, Depok.

Haeli dan Widyaiswara Ahli Pertama, 2018, Manajemen Aparatur Sipil Negara,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, diklat prajabatan CPNSD,
Nusa Tenggara Barat.

Nurmayani, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung, Bandar


Lampung.

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenanda Media,


Jakarta

Philipus M. Hadjon, 2014, Wewenang, Universitas Airlangga, Surabaya.

Ridwan HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Rajawali Prees,
Jakarta.

Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Safri Nugraha, 2007, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas


Indonesia, Depok.

Satya Arinanto,2013, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi Sosial


Budaya, PT. Rajagrafindo.

Soerjono Soekanto, 2019, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia


(UI-Press) Jakarta.

Sri Hartini, 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 29 Tahun 2020 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara.

80
Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 6 Tahun 2022 tentang Peraturan
Pelaksaan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri


Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin Pegawai Negeri


Sipil.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang


Perangkat Daerah.

Peraturan Walikota Padang Panjang Nomor 31 Tahun 2019

Peraturan Walikota Padang Panjang Nomor 48 Tahun 2021

Undang- Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang


Administrasi Pemerintah

3. JURNAL

Arief Daryanto, 2007, “Merit System Dalam Manajemen Pegawai Negeri Sipil”,
Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS.

Askani, 2018, “Analisis Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor
Kecamatan Selebar Kota Bengkulu”, jurnal Penelitian Sosial Dan Politik,
Vol 7, No 1.

Putra, S. P., Asmony, T., & Nasir, M. 2016. “Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Se
Kabupaten Dompu”. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala.

4. INTERNET

Artikel Pendidikan, Pengertian Hak Dan Kewajiban Menurut Para Ahli,


http://artikependidikan.id, diakses tanggal 17 maret 2022 Pukul 02.41
WIB

BKPSDM Kota Padang Panjang, https://bkpsdm.padangpanjang.go.id/profil/,


diakses pada tanggal 2 Agustus 2022, pukul 17.28 WIB.

81
Desi Tiara Salsabila, Sumber Kewenangan Pemerintah
file:///C:/Users/HP/Downloads/HUKUM_ADMINISTRASI_NEGARA_
TIARA.docx%20(1).pdf, diakses pada tanggal 7 Juli 2022 pukul 04. 18
WIB.
Widy Wardhana, Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara,
http://academia.edu , diakese pada tanggal 17 Maret 2022 Pukul 02.37
WIB.

5. WAWANCARA

Assesor SDM Aparatur Ahli Muda Sub Koordinator Kinerja dan Disiplin Bapak
Dinul Akhyar S.H, BKPSDM Kota Padang Panjang, Jumat, 17 Juni 2022,
Pukul 11.00 WIB.

82

Anda mungkin juga menyukai