SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2022
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
-GREGORY NUNN-
(Penulis)
iv
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, saya ingin memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang
Maha Pengasih lagi Maha Pengampun atas setiap anugerah, nikmat, rahmat dan karunia.
Yang diberikan kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya
sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Skripsi ini Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum pada
Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan skripsi ini tentu masih banyak
sekali tantangan, rintangan serta kekurangan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun bagi semua pihak
yang berkesempatan membaca skripsi demi kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan
skripsi ini penulis mendapatkan arahan, bimbingan dan bantuan serta dukungan, dari
berbagai pihak baik segi moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik hingga akhir. Oleh karena itu, Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H.,
M.Hum. selaku pembimbing Utama dan ibu Dr. Iza Rumesten RS, S.H., M.Hum. selaku
pembimbing kedua. Serta Bapak Taroman Pasyah, S.H.I., M.H. selaku pembimbing
akademik yang telah sangat luar biasa dalam membimbing dan mengarahkan penulis
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT, karena rahmat serta karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas doa, bantuan, bimbingan serta saran
yang telah diberikan kepada penulis untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE., IPU. selaku Rektor Universitas
2. Bapak Dr. Febrian, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
beserta stafnya;
3. Bapak Dr. Mada Apriandi, S.H., MCL. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya;
4. Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya;
5. Bapak Drs. H. Murzal, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan III, Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya;
6. Bapak Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum. sekalu pembimbing utama penulis yang
7. Ibu Dr. Iza Rumesten RS. S.H., M.Hum. selaku pembimbing kedua sekaligus ketua
bagian Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis dan
vii
8. Bapak Taroman Pasyah, S.H.I., M.H. selaku pembimbing akademik penulis yang
telah banyak membantu penulis dan bersedia meluangkan waktunya dari awal proses
9. Bapak Agus Ngadino S.H., M.H. selaku ketua Laboraturium Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya dan staff serta pegawai yang telah membantu dan memberikan
10. Bapak Drs. Ralin Jufri, M.M. selaku Kepala Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Musi Rawas Utara yang telah
memberikan izin untuk kuliah kerja lapangan di BKPSDM Kab. Musi Rawas utara;
11. Bapak Jamiludin, S.Pd. dan Bapak Muslimin selaku pembimbing Kuliah Kerja
Kabupaten Musi Rawas Utara serta staff dan pegawai yang telah membantu dan
12. Terima kasih banyak kepada kedua orang tua saya Ayahanda Dr. Muhammad Said,
M.T., dan Ibunda Chandrawulan atas segala doa yang tulus dan restu, kasih sayang,
kesabaran, dan semangat, serta u dukungan baik moril maupun materil yang selalu
13. Kedua adik saya Ahmad Daffa Rasyidi dan Nurul badi’ah terimakasih sudah
viii
14. Seluruh Keluarga Besar Akas Usman Hasyim dan Aki Topikin, seperti Bunda,
Ayah, Wak Cek, Wak Cik, Wak Ngah, Tante Ucu, Tante Ici,Wak Uus(Alm) Wak
Nina, Wak Dadang, Bi Mila, Mang Eful, Wak Eri, Wak Itoh, dan lain-lain yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan baik dari
segi moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis agar dapat
15. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang dengan sabar
memberikan ilmu kepada Mahasiswa secara tulus dan ikhlas, serta selalu memberi
motivasi dan semangat untuk terus mengejar cita-cita dan menjadi manusia yang
16. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang dengan
17. Kakanda Singgih Triwibowo dan Oklandy Alwi serta kakak-kakak tingkat dan
senior-seniorku mohon maaf yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih kepada kalian yang telah mendukung dan memberi arahan-arahan yang
selalu ada untuk penulis serta telah mensuport dan menjadi inspirasi bagi penulis;
18. Sahabat-sahabatku sedari kecil Aan, Romi, Diko, Ibob, Tirta, Dani kecil, Danik
Besar, Ale, Ire, Dendi, Basit, dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu, terima kasih atas semangat serta hiburan yang telah kalian berikan;
ix
19. Teman-teman seperjuanganku Angkatan 2018 Fakultas Hukum Kampus Palembang
dari awal masuk sampai saat ini, terimakasih atas bantuan dan semangat yang telah
kalian berikan;
20. Teman-teman PLKH TIM 7 Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021, terkhusus
kepada ketua tim Muhammad Fahry Yogaswara dan seluruh anggota TIM 7
terimakasih atas pengalaman yang sangat luar biasa dan terimakasih sudah mau
bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan Pemberkasan serta Sidang MCC
21. Teman-teman seperjuangan Adre Noufal Athallah dan orang-orang dari rombongan
Wifi Unsri Squad yang telah membantu dan menjadi wadah bagi saya untuk bertukar
bertukar pikiran serta mengembangkan minat dan bakat penulis dalam setiap
24. Serta terima kasih kepada semua pihak-pihak yang mohon maaf tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu dalam skripsi ini, yang telah banyak membantu baik secara
moril dan materil dalam menyelesaikan skripsi ini, nama kalian tetap tertulis dalam
Semoga apa yang telah dilakukan dan diberikan oleh semua pihak terhadap penulis
dapat diberikan berkah serta nikmat yang melimpah dari Allah SWT, dan penulis percaya
bahwa apa yang kita tuai adalah hal-hal yang kita tanam dahulu. Hapan penulis semoga
skripsi ini bisa bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca, dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya.
x
DAFTAR ISI
xii
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum ...................................................... 26
2. Hak Milik Atas Tanah Yang Berasal Dari Hukum Adat .................. 43
xiii
2. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum ............................................... 53
1. Kepastian ......................................................................................... 59
2. Hukum .............................................................................................. 60
A. Kesimpulan ....................................................................................... 91
B. Rekomendasi ..................................................................................... 92
xiv
xvi
ABSTRACK
One of the principles of land law states that agricultural land should be actively
worked or cultivated by the owner himself. However, at this time there are still
people who do not use their land optimally because it is used as an investment
object so that it seems that the land is neglected. Abandonment of land is an act
that is unwise, uneconomical, unfair, and is a violation of the obligations that must
be carried out by rights holders who have obtained the basis of land tenure. The
purpose of this study is to examine the mechanism and implementation of the
determination of land rights due to abandoned land based on government
regulation number 11 of 2010 concerning Control and Utilization of Abandoned
Land and the factors that cause abandonment of property rights. This research is a
normative legal research. Based on the results of the study, it can be concluded
that the mechanism and implementation of the determination of land rights due to
abandoned land according to Government Regulation No. 11 of 2010 concerning
Control and Utilization of Abandoned Land is in four stages, namely land
inventory, land identification, warning to right holders and stipulation of
abandoned land. The legal consequences of establishing rights to abandoned land
for owners of land rights are the termination of the legal relationship between the
subject of the holder of land rights and the object of the land, then the land is re-
controlled by the state.
Keywords: Mechanism, Implementation, Abandoned Land.
Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum. Dr. Iza Rumesten RS., S.H., M.Hum
NIP. 196311111990011001 NIP. 198109272008012013
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
daya alam adalah tanah. Manusia hidup di atas tanah dengan mendirikan rumah
merupakan modal bagi masyarakat Indonesia dan menjadi suatu unsur utama
bercorak agraria. Praktis pergerakan setiap jenis kehidupan manusia, baik secara
interniran. Dalam keberadaan manusia, tanah telah berubah menjadi satu kesatuan
Kata agrarian mempunyai arti yang sangat berbeda antara Bahasa yang
satu dengan bahasa lainnya. Dalam bahasa latin kata agrarian berasal dari kata
1
I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari dan I Ketut Kasta Arya Wijaya, 2017. Tinjauan Yuridis
Pengaturan Tanah Druwe Desa di Bali (Aspek Hukum Perlindungan Masyarakat Adat Atas
Tanah). Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Volume 1, Nomor 1, hlm. 34.
1
2
ager dan agrarius.2 Kata ager berarti tanah atau sebidang tanah, sedangkan kata
perkebunan, rumah agrarian yang selalu diartikan tanah dan dihubungkan dengan
usaha pertanian. Pengertian agrarian ini sama sebutannya dengan agrarian laws,
adalah lapisan bumi yang paling luar atau lapisan bumi yang berada di atas sekali.
Tanah dalam pengertian yuridis, khususnya hak-hak istimewa tanah dapat dituntut
atau dibatasi oleh orang-orang yang berasal dari penduduk Indonesia atau orang
luar yang berdomisili di Indonesia, dapat pula dibatasi oleh unsur-unsur yang
unsur-unsur sah Indonesia atau unsur-unsur hukum. . pihak luar yang memiliki
delegasi di Indonesia.
Berkenaan dengan tanah, tanah adalah lapisan terluar bumi sebagai tanah tempat
untuk menjaga daya tahannya. bantuan pemerintah melalui upaya otoritas publik.
“bumi, air, ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
2
M. Yazid Fathoni, 2018. Lingkup dan Implikasi Yuridis Pengertian “Agraria” Dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960, Justitia Jurnal Hukum, Volume 2, Nomor 2, hlm. 356.
3
St. Paul Minn, Black’s Law Dictionary, 1983, West Publisihing Co, hlm. 73.
4
Ibid, hlm. 101.
3
Dari ketentuan dasar tersebut, dapat diketahui bahwa kemakmuran rakyatlah yang
menjadi tujuan utama dalam pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang angkasa
dan persediaan bumi, air dan ruang angkasa untuk berbagai kepentingan hidup
rakyat dan Negara. Rencana umum (national planning) yang meliputi seluruh
(regional planning) dari tiap-tiap daerah.2 Dengan adanya planning itu maka
penggunaan tanah dapat dilakukan secara terpimpin dan teratur sehingga dapat
rakyat.
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang biasa
(1) UUPA mengatur bahwa, “Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3)
bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
Standar Agraria (UUPA), ada dua macam perjanjian agraria, lebih spesifiknya:
1. Secara luas termuat dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang mengatur tentang bumi,
Logikanya, landasan UUPA diarahkan untuk mengakui apa yang tercantum dalam
“bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
Diatur pula dalam Pasal 19, 23, 32, dan 38 UUPA yang menghendaki agar
dengan asas bahwa penguasaan saja terhadap suatu bidang tanah belum
merupakan jaminan bahwa orang tersebut berhak atas tanahnya. Ini sesuai dengan
rangka mengadakan kepastian hukum atas tanah. Dari hal-hal tersebut, maka
Negara adalah subjek yang sah yang memiliki posisi untuk membantu
berbagai komitmen dan kebebasan penduduk. Hak Milik Negara (HMN) adalah
kekuasaan untuk menguasai Aset Agraria (SDM) yang diperoleh negara melalui
5
Ibid, hlm. 3.
5
Kepentingan atas tanah untuk wilayah lokal itu terkait dengan kebebasan yang
kepemilikan atas tanah oleh masyarakat atau warga negara adalah bersumber dari
1. Hak atas tanah oleh warga negara yang lahir dikarenakan adanya
mana hak atas tanah tersebut diperoleh dan dimiliki terus menerus
dilakukan penguasaan.
6
Arie Bestary, 2014. Analisis Yuridis Kelemahan Kriteria Tanah Terlantar Yang Berstatus Hak
Milik, E-Jurnal Gloria Yuris, Volume 2, Nomor 3, hlm 1.
6
2. Hak atas tanah yang diperoleh dari warga negara lainnya atau
Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 ayat
(1) UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari negara atas tanah sebagai
atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada
Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat
diberikan kepada orang, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,
perkumpulan bersama, dan zat sah, baik unsur hukum privat maupun unsur
hukum publik.8
atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ialah : a. hak milik, b.
hak guna-usaha, c. hak guna-bangunan, d. hak pakai, e. hak sewa, f. hak membuka
tanah, g. hak memungut hasil hutan, h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam
hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-
hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.”
7
A. A. Sagung Tri Buana Marwanto, 2017. Pengaturan Hak Penguasaan Tanah Hak Milik
Perorangan Oleh Negara, Volume 5, Nomor 4, hlm. 9.
8
Urip Santoso, 2012. Hukum Agraria Kajian Komperhensif. Kencana, Surabaya, hlm. 89.
7
keresidenan tanah, termasuk hak keresidenan tanah yang paling tinggi, yang
individu Indonesia.
milik, termasuk hak milik atas tanah harus dilengkapi dengan bukti yuridis.
Kebebasan tanah ditunjukkan melalui wasiat yang telah didaftarkan pada Badan
Pertanahan Umum (BPN) dibantu melalui Badan Pembuat Akta Tanah (PPAT).
umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta asli sehubungan dengan
Bukan hanya surat wasiat atau surat-surat tanah yang bisa menjadi bukti, tetapi
juga bisa sebagai tanaman yang ada di atas tanah yang dikembangkan. Pada
Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak-hak atas tanah, tanah wakaf kebebasan
tanah diatur dalam undang-undang tidak resmi Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Daerah.
Setiap individu dan elemen hukum yang telah diberikan kebebasan oleh Negara di
darat harus mengembangkan tanah yang telah diberikan hak istimewa oleh Negara
Republik Indonesia.
kerusakannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang
asas bahwa tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh
kesejahteraan rakyat demi mewujudkan cita- cita bangsa sesuai yang telah
diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas
9
Arba, 2019. Hukum Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Prinsip-prinsip Hukum Perencanaan
Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta Timur: Sinar Grafika, hlm. 41.
9
mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup
Namun, saat ini masih ada orang yang tidak memanfaatkan tanahnya
serta juga merupakan pelanggaran terhadap kewajiban yang harus dijalankan para
pemegang hak atau pihak yang telah memperoleh dasar penguasaan tanah.
diusahakan sesuai dengan keadaannya, sifat pemilikan serta tujuan perolehan hak
atas tanah.11
dimiliki. Seakan telah dapat diprediksikan akan timbulnya tanah terlantar, dalam
UUPA menyebutkan akan hilang hak kepemilikan atas tanah salah satunya karena
“diterlantarkan”, oleh sebab itu pemilik hak diwajibkan mengelola tanah yang
10
Isbandi Rukminto Adi, 2013. Kesejahteraan Sosial Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan
Kajian Pembangunan. Depok: Raja Grafindo Persada, hlm. 4.
11
Arie Bestary, Op. Cit., hlm. 17.
12
Heru Yudi Kurniawan, 2015. Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Tanah Terindikasi Terlantar Untuk
Kegiatan Produktif Masyarakat (Meninngkatkan Taraf Perekonomian) Ditinjau dari PP Nomor 11
10
“Obyek penertiban tanah terlantar meliputi tanah yang sudah diberikan hak oleh
Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan
Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan
tanah oleh orang miskin, dapat dinyatakan secara langsung dibatasi oleh Negara
Dalam realita saat ini, banyak daerah terlantar yang diabaikan administrasinya
seperti hak kepemilikan, kebebasan pembangunan, hak guna bangunan, serta hak
eksekutif dan kebebasan kontrol, bahkan tanah yang dibatasi oleh otoritas publik,
baik secara langsung maupun tidak langsung. cara, memiliki situasi dengan
sebagai tanah kosong, mengingat hal itu bergantung pada kapasitas dan keinginan
tahun 2010 Tentang Pemanfaatan dan Pendaya Gunaan Tanah Terlantar, Jurnal Nestor Magister
Hukum, Volume 1, hlm. 1.
11
kapasitasnya, sehingga lebih banyak lagi yang dibiarkan tanpa pengawasan. Hal
Umum terdekat untuk mencari pengendalian sebagai salah satu jenis pemanfaatan
Pemanfaatan Lahan Terlantar dan apa hasil yang sah dari pertukaran hak istimewa
Mengingat dasar dari masalah ini, penulis esai tertarik untuk membicarakannya
sebagai proposal, yang penulis beri judul: “Penetapan Hak Atas Tanah Terlantar
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penelitian
12
2. Untuk mengetahui dan menganalisis hasil yang sah dari menentukan opsi
C. Manfaat Penelitian
manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
terlantar.
13
Tanah miliknya.
D. Ruang Lingkup
E. Kerangka Teoritis
1. Kerangka Teoritis
kelompok saling kenal dan ada kerjasama yang erat antara kelompok
bersifat kompleks karena jumlah anggotanya banyak serta satu sama lain
kebahagiaan warga negara. Agar negara dapat berdiri tegak dan dapat
masyarakat yang adil dan tenteram adalah dengan adanya hukum disetiap
yang berasal dari manusia yang telah menggabungkan diri dalam satu
aturan hukum yang berlaku. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat
tersebut senada dengan ucapan Cicero “Ubi societas ibu ius” yang
Kemudian sebagai bangsa yang ingin tetap bersatu maka kita telah
tersebut. itu. Dengan demikian, hak istimewa atas tanah yang diatur
(hak atas tanah) akan berada di bawah kendali negara (diingat untuk
15
Iza Rumesten RS, Pengaturan Pembagian Urusan Pemerintahan, Volume 27, Nomor 2, hlm
143.
16
Moh. Mahfud MD, Op. Cit, hlm. 37.
17
mengakui hak istimewa tanah sebagai pintu terbuka yang diberikan untuk
(jaringan peraturan baku) dan alam yang tidak dapat diisolasi (dibatasi
tidak digunakan sesuai dengan kondisi atau sifat dan motivasi di balik
untuk menjual tanah yang diklaim olehnya, tanah tidak boleh digunakan
Mengingat hal ini, jelas hak atas tanah bukanlah barang, melainkan
sumber daya. Sejalan dengan itu, sesuai dengan kapasitas sosial dari
hukum yang preventif dan jaminan hukum yang keras. Asuransi sah
hak dan kepentingan mereka, kemudian, pada saat itu, teknik ini dapat
2) Keamanan Sah
oleh penguasa.
17
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia (Surabaya: Bina Ilmu, 1987)
hlm.3.
20
pemerintahan tersebut.
pun tetap harus diakomodir dalam aturan yang bersifat umum juga.
undang-undang.18
hukum yang tidak tertulis berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang
hukum yaitu:
18
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 136.
22
dilihat dari putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang lain
C. Metode Penelitian
tidak hanya memperhatikan dengan hati-hati item yang tidak sulit untuk
1. Jenis Penelitian
norma hukum yang ada dalam masyarakat yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk
19
Ibid., hlm.137.
20
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Rajawali Pers 2001)
hlm.13.
23
lakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai
setiap peristiwa hukum dalam hal ini merupakan penetapan hak atas tanah
terlantar.
2. Pendekatan Penelitian
21
Ibid., hlm.14.
22
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana 2005) hlm. 97.
23
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 39.
24
dan terjadi dalam masyarakat dan memahami bahwa kasus tersebut terjadi
secara nyata dan menjadi suatu produk hukum yang ada di masyarakat.
Selain itu, kita juga dapat mengetahui bagaimana aksi dan reaksi
sesuai dengan judul dan buku harian atau artikel yang diedarkan untuk
terdiri dari:
Nomor 2043);
Bahan halal pilihan adalah bahan-bahan halal yang terikat erat dengan
karya logika dari kalangan hukum yang memiliki arti penting dalam
eksplorasi ini.
dengan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan judul dan buku harian
bahan yang halal dilakukan dengan cara mengenal dan mengkaji peraturan
untuk bekerja dengan dibuat dengan pengaturan bahan yang sah untuk
oleh Van Hoecke yang dikutip dari Bernard Arief Sidharta, secara spesifik:
memperjelas pedoman yang sah berdasarkan urutan sumber yang sah untuk
(bersifat khusus) dari kedua premis itu ditarik suatu kesimpulan atau
26
Bernard Arief Sidartha, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju 2000)
hlm. 149-153.
29
atas tanah yang terkait tanah terlantar yang terkait kasus dalam
penalaran hukum yang menjadi premis mayor adalah aturan hukum dan
27
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hlm. 47.
30
diajukan sebelumnya.
F. Sistematika Penulisan
Kepastian Hukum.
Saran.
BAB II
TINJAUAN TENTANG TANAH TERLANTAR, PENDAFTARAN TANAH,
HAK MILIK ATAS TANAH, NEGARA HUKUM, PERLINDUNGAN
HUKUM, KEPASTIAN HUKUM
A. Tanah Terlantar
1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna
Bangunan, ditetapkan bahwa Hak Guna Bangunan adalah hak atas tanah
sah di Indonesia. Pemegang Hak Guna Bangunan yang saat ini tidak
penduduk Indonesia atau bukan unsur sah Indonesia dan dalam waktu satu
jika dalam jangka waktu tersebut hak-hak istimewa itu tidak diserahkan
memberikan hak istimewa kepada calon. Dalam situasi ini calon yang
31
32
penyerahan hak-hak istimewa atas tanah tidak sesuai dengan alasan atau
mengakui;
menyelamatkan iklim;
peraturan ini, tanah tidak menjadi kewenangan pusat pemerintahan. Hal ini
33
tanggung jawab yang sah atas tanah, belum lagi tergantung sepenuhnya
pada sudut pandang yang dicatat, jelas akan jauh lebih sulit untuk
untuk tanah terlantar, dengan tujuan agar jelas alasan mana yang dikenang
untuk tanah terlantar yang pada akhirnya akan menjamin kepastian hukum
(objek);
3. Ada tanah yang sudah dibedakan menjadi dusun lagi atau tidak
terpelihara kekayaannya;
dan
tanah dengan status Hak Milik, HGU, HGB, Hak Pakai dan Hak
Pengelolaan adalah:
28
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar jo Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
35
aparatur dan fakultas juga. karena banyaknya paket tanah yang tersebar di
arah atas maupun bidang datar, seperti digambarkan di bawah. Ini adalah
elemen penyebab yang dapat membuat kerentanan yang sah bagi subyek
sah.
apakah itu hak seseorang atau tidak. Kekuasaan negara terhadap tanah
bahwa:
permukaan dunia, yang disebut tanah, yang dapat diberikan dan diklaim
oleh individu, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. dan
36
zat. substansi yang sah. Kebebasan atas tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini menyetujui pemanfaatan tanah yang dimaksud serta
badan bumi dan air dan ruang di atasnya, hanya untuk keperluan yang
batas yang ditentukan oleh peraturan. peraturan ini dan peraturan lain yang
lebih tinggi.
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Guna Bangunan,
ditegaskan bahwa Hak Guna Bangunan adalah hak atas tanah sebagaimana
tidak terpenuhi;
berakhir;
e. sepi;
F. tanah dilenyapkan;
kebebasan bank untuk bekerja di satu sisi menjadi objek jaminan juga
pemanfaatan tanah yang dimaksud serta badan bumi dan air dan ruang di
dengan UUPA dan UUD 1945. Dalam pergaulan ini Ketetapan MPR
Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
39
dan Hak Guna Bangunan, ditetapkan bahwa Hak Guna Bangunan adalah
berakhir;
e. sepi;
F. tanah dimusnahkan;
apakah kebebasan bank untuk bekerja di satu sisi menjadi objek jaminan
B. Pendaftaran Tanah
oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai Negara Maritim atau Negara
Kepulauan. Hal ini terlihat dari wilayah mutlak Indonesia dari Sabang
dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2.
Indonesia tercatat memiliki luas tanah ± 125 juta ikat tanah. Dimana
negara atas setiap kekayaan yang wajar dan diharapkan adanya bantuan
41
Pembukaan UUPA, Pasal 33 (3) yang dijadikan alasan yang sah untuk
antara subjek dan objek ikatan tanah. Dengan berton-ton tanah di wilayah Negara
Indonesia yang diklaim oleh daerah yang belum ditegaskan dan masih melibatkan
pengukuhan kepemilikan seperti Huruf C atau Pethuk saja, beberapa bahkan tidak
karena itu, otoritas publik melakukan upaya yang sah untuk menjamin kepastian
Pendaftaran tanah ini adalah komitmen otoritas publik, sesuai pasal 19, 23, 32,
42
dan 38 UUPA, yang berarti untuk : menjamin kepastian hukum oleh badan publik
125 juta bundel tanah di seluruh wilayah Indonesia. Ketiadaan prestasi tersebut
pembebasan tanah agar jumlah paket tanah yang terdaftar dapat diperluas dengan
berbagai proyek/ proyek. Mungkin program yang paling baru adalah Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya disebut (PTSL) dengan target 2024
ke atas 125 juta paket tanah dapat didaftar seluruhnya. PTSL adalah suatu
tindakan pendaftaran tanah secara menarik yang dilakukan secara serentak untuk
Indonesia dalam satu wilayah kota/kelurahan atau nama yang berbeda pada
tingkat yang sama, yang memuat berbagai informasi aktual dan yuridis. informasi
sehubungan dengan satu atau beberapa objek pendaftaran. Tanah untuk keperluan
43
Indonesia. PTSL dimulai pada tahun 2015 dengan target yang menyertainya:29
dan jelas, HR bergerak bersama. , kualitas dan jumlah kantor dan yayasan
keterangan yang dicatat dalam buku tanah dan berita acara yang
berlaku, dengan alasan keterangan itu diambil dari buku tanah dan
E. Pasal 16 ayat (1) UUPA menyebutkan berbagai macam hak istimewa atas
tanah, salah satunya adalah hak milik. Selain itu, mengingat Pasal 22,
sangat baik dapat dilihat bahwa hak milik dapat terjadi dalam tiga cara,
45
regulasi dan harapan pemerintah telah diatur dalam UUPA dan pedoman
adalah alasan yang sah untuk terjadinya hak-hak properti seperti yang
tertentu memiliki situasi dengan hak milik (adat), maka, pada saat itu, itu
lingkungan.
Bahkan tanpa jejak bukti yang sah sebagai bukti kebebasan pemilikan
tanah (adat hak milik), dapat dibayangkan bahwa tanah tersebut tidak
yang tidak sah di tanah negara merupakan pelanggaran jiwa Pasal 33 ayat
yang penting. Dengan cara ini, jika ada perselisihan antara individu yang
cukup miskin dan visioner bisnis yang agak kaya, individu harus menang.
Dengan cara seperti itu, penting untuk memberikan asuransi yang sah dan
F. Negara Hukum
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945),
dalam Pasal 1 ayat (3). peraturan negara (bahasa Belanda: rechstaat): Negara
berdasarkan hukum yang terdapat pada rakyat. Negara hukum menjaga hukum
agar jangan terganggu dan agar segala sesuatunya berjalan menurut hukum.30
merupakan perintah suci dalam Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa, “bumi,
air, dan kekayaan tetap yang terkandung di dalamnya yang diatur oleh negara
saat ini, bergantung pada aksesibilitas aset reguler. Keadaan aksesibilitas aset
Salah satu aset tetap yang sangat vital dalam menjamin keberhasilan negara
hukum Indonesia di era globalisasi saat ini adalah tanah. Keberadaan tanah
sebagai aset tetap yang penting bagi negara Indonesia, yang diamanatkan dalam
dalam Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa, “semua tanah dalam wilayah Negara
30
Abdul Mukthie Fadjar, Sejarah, Elemen dan Tipe Negara Hukum , Setara Press, Malang, 2016,
Hal.6.
48
Indonesia adalah tanah bersama dari seluruh rakyat Indonesia”. Selain itu, Pasal 6
sosial”. Pasal tersebut juga dinyatakan sebagai salah satu standar pengaturan
pertanahan yang diberi nama pedoman kapasitas sosial hak-hak istimewa tanah.
merupakan alasan esensial bagi pengakuan tanah yang berguna bagi individu-
“Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 membaca dengan teliti. Mengingat bunyi
tanah. kemudian, pada saat itu, setelah otonomi Indonesia dan keadaan
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 memuat aturan bahwa semua hak atas tanah
dibatasi oleh negara, dan aturan bahwa kebebasan pemilikan tanah "dapat
49
penelantaran ini masih sangat massif. Menurut Menteri ATR Sofyan Djalil pada
tahun 2017 ada sekitar 400 ribu Ha (hektar) tanah terlantar yang ada di Indonesia,
agraria agar bisa digunakan sebagaimana mestinya .31 Dengan demikian Menurut
mengatasi dan menengahi sengketa hak penguasaan atas tanah yang muncul.
negara dari Eropa Kontinental Barat yang pada mulanya mengarah pada
mencari kekuasaan yang adil, kemudian pada titik itu terbentuk menjadi
31
https://finance.detik.com/berita-ekonomi/bisnis/d-3726272/ada-400-ribu-ha-tanah-terlantar-di-ri
-Tahun-2017. Diakses pada tanggal 09 November 2021. Pukul 10.39 WIB.
50
negara Indonesia adalah benar-benar tujuan welas asih yang inklusif. Hal
harmoni abadi dan hak-hak sipil. Hendaknya pula seluruh rakyat Indonesia
sangat luas, juga vital dalam perspektif pertukaran global dan menjaga
kepentingan. Oleh karena itu, negara harus sangat tegas terhadap segala
mengambil bagian secara efektif dalam upaya untuk mendidik diri mereka
sendiri. Negara Indonesia harus berubah menjadi negara yang cerdas, siap
yang tahu tentang negara, memiliki kesadaran hukum yang besar, dan
pribadi atau perkumpulan. Selain itu, mereka juga siap memahami latar
52
tertinggi dalam negara berada di tangan individu, dan akan memilih utusan
sifat-sifat luhur Pancasila, yang merupakan premis negara dan gaya hidup
perkembangan moneter, itu harus dicapai dengan cara yang adil dan
publik, menjaga wilayah negara dan memiliki pilihan untuk secara efektif
G. Perlindungan Hukum
Teori ini bersumber dari teori aliran hukum alam. Menurut aliran hukum
alam bahwa hukum itu berasal dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi.
Selain itu hukum dan moral ada satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
53
Penganut aliran ini memandang hukum dan moral sebagai sebuah cerminan dan
aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan
hukum yang lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang
kepentingan masyarakat.
diklaim oleh subyek yang sah berdasarkan pengaturan yang sah dari
benar ingin melindungi sesuatu dari lain. Ini menyiratkan bahwa hukum
Setiono berpendapat bahwa asuransi yang halal juga dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan atau pekerjaan untuk melindungi daerah dari kegiatan yang tidak
54
konsisten oleh para ahli yang tidak sesuai dengan hukum dan ketertiban, untuk
kepentingan tertentu yang tidak sesuai dengan kepentingan hukum yang dapat
terhadap individu pemilik Hak atas Tanah yang merupakan masyarakat yang
harus dilindungi hak dan martabatnya dari seorang penguasa yang disini diartikan
adalah seorang majikan atau pengusaha yang dapat memberikan perintah terhadap
masyarakat umum. Perlindungan hukum terhadap individu pemilik hak atas tanah
Perundang-Undangan dan sebuah Perjanjian Akta Jual beli antara seorang penjual
32
Setiono, Op. Cit., Hlm. 3.
55
telah disakiti oleh orang lain dan bahwa keamanan diberikan kepada
yang sah dari syafaat atau sebagai pilihan atau pilihan lain yang benar-
sebagai gerakan atau upaya untuk melindungi daerah dari tindakan yang
saling bertentangan oleh para ahli yang tidak sesuai aturan hukum,
sebagai manusia..33
yakni:
sengketa.34
33
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surakarta, Universitas
Sebelas Maret, 2003, Hlm. 20.
34
Philipus M. Hadjon, Op. Cit., Hlm. 4.
57
ini berkaitan erat dengan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia,
dan dapat dikaitkan dengan tujuan negara hukum. Menurut Moh. Kusnardi
sebagai berikut:
35
Ibid., Hlm. 4.
58
sah oleh Pengadilan Umum maupun oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
asuransi preventif yang sah, otoritas publik diimbau untuk lebih berhati-hati
masih belum ada pedoman khusus mengenai asuransi preventif yang sah.
karena itu tergantung pada sejarah seperti yang ditunjukkan oleh barat.
37
Sudut Hukum, Perlindungan Hukum. https://www.suduthukum.com/2015/09/perlindungan-
hukum, 2015, Diakses tanggal 05 November 2021, Pukul 11.05 WIB.
60
dan otoritas publik. Kaidah kedua yang mendasari adanya jaminan yang
ketertiban. Hal ini terkait erat dengan pengakuan dan jaminan kebebasan
yang bergantung pada dan diperoleh dari gagasan tentang pengakuan dan
ketertiban..38
38
Ibid., hlm. 19.
61
adalah tindakan atau upaya untuk melindungi rakyat terhadap harkat dan
martabatnya yang dimiliki oleh setiap subjek hukum dari tindakan sewenang-
wenang kewenangan atas kepentingan tertentu yang tidak sesuai dengan hukum
dan ketertiban.
Dalam penelitian ini, rakyat atau warga negara yang harus dilindungi disini
adalah seorang pemilik Hak atas Tanah yang Sah. Pemerintah yang dapat
melakukan tindakan sewenang- wenang kepada pemilik hak atas Tanah apabila
sebuah perjanjian Akta jual beli. Oleh karenanya keamanan yang sah bagi pemilik
hak istimewa tanah yang sah sangat penting dilakukan agar tidak terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Pemerintah dalam mengambil hak
orang lain.
dalam batasan dan komitmen daerah dan pemerintah setempat atau pemilik hak
atas tanah yang sah dan pemerintah yang diwakili Badan Pertanahan Nasional
H. Kepastian Hukum
1. Kepastian
Menurut Kitab Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Kepastian berasal dari
kata pasti yang berarti sudah tetap; tidak boleh tidak; tentu; mesti. Selain itu
62
pengertian kata Kepastian secara utuh menurut KBBI adalah perihal (keadaan)
mengetahui yang mana dan bagaimana hak dan kewajibannya serta teori
adanya sebuah aturan bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh dilakukan dan perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan. Pengertian
yang kedua adalah keamanan hukum terhadap dari kesewenangan pemerintah atau
penguasa karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu
dapat mengetahui hal-hal yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara
terhadap individu.
2. Hukum
adalah hasil dari aktivitas manusia yang disengaja. Hukum yang memuat asas-asas
dasar itu menjadi aturan bagi orang-orang dalam bertindak dalam kegiatan publik,
standar ini menjadi batasan bagi masyarakat dalam meresahkan atau melakukan
39
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, “KBBI
Daring”, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kepastian, diakses pada tanggal 9 November 2021,
Pukul 13.39 WIB.
63
perspektif filosofis, di mana kesetaraan adalah kebebasan yang setara untuk semua
utilitas.
Tujuan sah yang mendekati praktis adalah jaminan yang sah dan
sedangkan Fungsionalis fokus pada keuntungan regulasi. Dengan asumsi itu dapat
diungkapkan dengan baik bahwa "summa ius, summa injuria, summa lex, summa
core" dan itu menyiratkan bahwa peraturan yang tidak kenal ampun dapat
3. Kepastian Hukum
40
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm. 59.
64
pada pola pikir positivis dalam dunia hukum, yang lebih sering menganggap
peraturan sebagai sesuatu yang mandiri, bebas, mengingat bagi penganut paham
ini peraturan hanya bermacam-macam aturan. Bagi pemeluk mazhab ini, alasan
yang sah. Keyakinan yang sah diakui dari undang-undang dengan temperamennya
yang hanya membuat pedoman peraturan secara keseluruhan. Sifat umum dari
dengan mengacu pada peraturan baku, khususnya sesuai dengan sifat tanah
terlantar (keadaan yang telah berubah dalam waktu tertentu (3,5 sampai 10
tahun) kemudian, pada saat itu, hak-hak istimewa tersebut jatuh dan
istilah sepi mengandung arti bahwa ia diuraikan antara kondisi dalam hal
terlantar lebih dikoordinasikan dengan keadaan yang ada. dari tanah yang
menyebabkan keadaan tanah yang sekarang tidak berguna dan zona mati.
65
66
diberi kebebasan oleh Negara sebagai Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pakai atas tanah Hak istimewa
tidak dimanfaatkan, atau tidak digunakan sesuai dengan keadaan atau sifat
menguasainya.”
terdapat hal khusus bagi obyek penguasaan tanah terlantar di darat dengan
Hak Milik atau Hak Guna Bangunan untuk kepentingan rakyat dan tanah
sesuai dengan keadaan atau sifat dan alasan pemberian hak; dan
maupun sebagai akibat, dan berstatus atau belum berstatus Barang Milik
Milik dan Hak Guna Bangunan merupakan obyek tanah terlantar. Secara
untuk menjaga tanah dan meningkatkan kematangan tanah dan fokus pada
Pasal 4 meliputi:
Sebuah. Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan
Hak Pakai terhitung sejak 3 (tiga) tahun sejak dikeluarkannya wasiat; atau
atas tanah dari pihak yang berwenang yang disetujui sejak berakhirnya
premis penguasaan.
1. Stok
menggabungkan informasi berbasis teks (seperti nama dan alamat pemegang hak,
nomor dan tanggal pilihan pada kebebasan yang diberikan, nomor dan tanggal
penghentian otentikasi, luas tanah, wilayah tanah, penggunaan lahan dan area
69
hak/dasar kependudukan)
1) Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak
tanah dari pihak yang berwenang yang disetujui sejak berakhirnya hak
penguasaan.
kesiapan informasi dan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
terkait lainnya
penggunaan tanah
70
bentuk hard copy agar dilakukan pembuktian dan penelitian yang dapat
cukup sebagai bahan untuk dinamisasi, Kepala BPN Kanwil membentuk Komite
bersedia
pada saat itu Ketua Panitia C Kabupaten/Kota membuat catatan Berita Acara yang
dimaksud.
resume pemberian tanah yang terbukti sepi. Berdasarkan informasi yang diperoleh
B. memeriksa buku tanah atau potensi warkah dan laporan lain untuk
C. meminta data dari pemegang hak dan perkumpulan terkait lainnya, dan
pemegang hak serta perkumpulan yang berbeda harus memberikan data atau
tanah;
bahwa tanah tersebut dapat diumumkan kosong atau tidak. Dalam hal tanah
memanfaatkan wilayahnya sesuai dengan keadaan atau sifat dan motivasi yang
yang dapat dipaksakan jika pemegang hak tidak mengindahkan atau tidak
dapat dilakukan lansiran utama, kedua dan ketiga. Semua peringatan dicatat
sebagai hard copy. Pada tenggang waktu teguran utama, kedua dan ketiga,
penggunaan tanah seperti jarum jam kepada Kepala Kantor Wilayah dengan
disampaikan.
antara lain (Pasal 15 ayat (2) b Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 2010):
dengan kondisi atau sifat dan motivasi yang melatarbelakangi pemberian hak
tersebut;
B. Jika tanah yang digunakan tidak sesuai dengan sifat dan motivasi
pemberian hak, maka pemegang hak harus mengajukan permohonan hibah untuk
mengubah hak jika pengalihan tanah tidak sesuai dengan jenis hak yang
Nomor 4 Tahun 2010 yang menganggap teguran ketiga dari pemegang hak tidak
74
kepada Kepala Badan untuk dijadikan tanah kosong. Tindakan tidak menyetujui
Pasal 17 ayat (2) Peraturan Ka. BPN No. 4 Tahun 2010 meliputi:
Sebuah. tidak melibatkan tanah sesuai dengan sifat dan motivasi di balik
pemberian hak;
kependudukan; atau
Selain itu, tanah yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai tanah kosong
dinyatakan dalam keadaan negara sejak tanggal proposisi. Untuk tanah kosong
dengan keadaan, tidak ada langkah sah yang dapat dilakukan di tanah tersebut.
Mengingat Pasal 20 Peraturan Ka. BPN No. 4 Tahun 2010 bahwa sebagai
dikelompokkan menjadi:
Tanah Terbengkalai berlaku bagi umumnya kebebasan atas tanah, dan kemudian
Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Terlantar, bahwa tanah yang telah ditetapkan
sebagai tanah terlantar, dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak pembatasan
pilihan atas jaminan tanah kosong harus dikosongkan oleh pemegang hak
berlaku. Dalam hal pemegang hak sebelumnya tidak memenuhi perikatan, maka
barang-barang yang ada di dalamnya itu sekarang bukan miliknya, dan dikuasai
tanah kosong adalah untuk memberikan perhatian kepada pemegang hak bahwa
pelepasan tanah adalah tindakan di luar jalur, yang dapat menyebabkan hilangnya
hak tersebut, juga harus difokuskan pada bantuan pemerintah daerah, negara dan
negara.
pada perbuatan yang halal di antara keduanya (objek subjek), dalam hal seseorang
mendapat hak atas tanah, individu tersebut telah ditambahkan penguasaan atas
tanah yang diklaim. Selain komitmen yang diminta oleh peraturan, hak istimewa
istimewa atas tanah, lapisan terluar dari bumi, yang disebut tanah, yang dapat
diberikan kepada dan dimiliki oleh orang perseorangan, baik sendiri maupun
77
bersama-sama dengan orang lain dan zat yang halal.” Kebebasan tanah adalah
yang dapat ditegaskan oleh setiap individu atau elemen hukum. Sejalan dengan
dalamnya adalah masalah hukum. Hal-hal yang sah yang dimaksud adalah hal-hal
Tanah dalam arti yang sah memainkan peranan penting bagi keberadaan
pengaruhnya terhadap orang lain. Tanah adalah aset karakteristik yang dapat
memiliki bentuk dan ukuran, sebagai bahan yang dapat menjadi tempat
Arti kata tanah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti tanah,
yaitu:
Sedangkan dalam perluasan agraris, tanah sangat penting bagi bumi yang
pertanahan negara, digunakan apa yang disebut pedoman aksesi atau standar
barang/tanaman yang ada di atasnya merupakan bagian dasar dari tanah, dan
sangat penting untuk tanah yang dimaksud. Dengan demikian, yang dikenang
dalam arti kemerdekaan tanah adalah termasuk tanggung jawab dan tanaman yang
ada di darat yang diperoleh, kecuali jika ada satu persetujuan lagi dengan
cenderung dapat disimpulkan bahwa tanah hanyalah salah satu bagian dari bumi.
Pengertian tanah ini disamakan dengan kata tanah menurut peraturan bahasa
Inggris.
Pasal 16 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa “kebebasan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) bergantung pada kekuasaan negara untuk
ada berbagai macam hak istimewa di lapisan luar bumi yang disebut tanah, yang
dapat diberikan dan diklaim oleh individu, baik sendiri atau bersama-sama dengan
Sebuah. Hak istimewa tanah super tahan lama, khususnya kebebasan tanah
digantikan oleh peraturan baru, yaitu: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Tanah Hak dan Hak Pembukaan.
kebebasan tanah tertentu yang akan dihapus dalam jangka waktu yang singkat
sifat UUPA, khususnya: hak gadai, hak-hak bagi hasil, kebebasan memuat dan
tanah pedesaan. hak istimewa sewa. Sejak awal tanah, kemerdekaan tanah dibagi
1. Kebebasan hak atas tanah, yaitu hak-hak istimewa atas tanah yang
dimulai dari tanah negara, khususnya: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan atas tanah negara, dan Hak Pakai atas tanah negara.
dari wilayah perkumpulan lain. Misalnya: Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak
Pengelolaan, Hak Guna Bangunan atas Tanah Milik, dan Hak Sewa Tanah
Pertanian. Tanah diberikan dan dimiliki oleh individu dengan hak istimewa yang
Secara tegas dinyatakan bahwa hak-hak istimewa atas tanah yang diklaim
oleh orang perseorangan atau unsur yang sah tidak semata-mata dimanfaatkan
Sungguh pada saat itu pemanfaatan tanah akan dapat menguntungkan, baik
bagi individu yang memilikinya maupun bagi daerah setempat dan negara.
memiliki tanah agraris tidak dapat ditopang jika ia tidak menggerogoti hartanya
dan membiarkannya terlantar selama masa tidak adanya makanan bagi daerah
setempat.
dapat dipaksakan sebagai pelanggar hukum pidana kurungan dan penahanan. /atau
Lebih lanjut, Boedi Harsono berpendapat, adanya kapasitas sosial dari hak-
karena, dalam hal tanah digunakan sebagai objek usaha dan objek hipotesis
perbaikan, yang akan mempengaruhi wilayah lokal yang lebih luas. selanjutnya
negara. Oleh karena itu, latihan-latihan ini dapat dianggap sangat bertentangan
dengan kapasitas sosial. Hak menguasai atas tanah yang disebut Hak Milik sudah
cukup lama dikenal dalam peraturan baku, lebih spesifiknya pergantian peristiwa
dan penguasaan atas tanah baku yang kemudian dimanfaatkan secara sungguh-
sungguh dan terus-menerus dipegang oleh jaringan peraturan baku yang memiliki
81
paling penuh yang dapat dimiliki individu di darat, mengingat pengaturan dalam
Pasal 6".
manfaat utama setelah pemilik benar-benar menendang ember, sangat baik dapat
diuraikan bahwa kebebasan properti atas tanah bersifat genetik di mana hak
properti ini akan terus berlanjut sejauh kepemilikan selama pemilik masih hidup
namun hak milik ini akan berpindah tangan ke penerima utama ketika pemilik
properti.
adalah hak istimewa yang paling mendasar dan paling penuh yang dimiliki oleh
seseorang yang untuk situasi ini adalah hak kepemilikan yang paling mendasar
dan umumnya suci, ini adalah tempat di mana hak kepemilikan diakui dari hak
istimewa yang berbeda, untuk misalnya Hak Guna Usaha, Hak Guna Usaha, Hak
memiliki hak istimewa yang paling tidak mungkin disakralkan oleh perhimpunan
82
yang berbeda dan tidak efektif dihilangkan, sedangkan secara penuh mengandung
arti bahwa pilihan hak penguasaan tanah mempunyai kebebasan yang paling luas
3. Kapasitas sosial: kapasitas sosial di sini mengandung arti bahwa opsi atas
tanah memiliki kapasitas sosial yang dengan asumsi negara membutuhkan tanah
dengan opsi untuk dimanfaatkan oleh karena itu, negara dapat mengambilnya
dengan imbalan.
Hak milik atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), (2),
dan (3) UUPA yang dapat memperoleh kemerdekaan atas tanah adalah:
(2) Otoritas publik akan memutuskan zat yang sah yang dapat memiliki
hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena
menyerahkan hak itu dalam waktu satu tahun. tahun sejak diperolehnya hak atau
pemilikan tidak diserahkan, hak-hak istimewa itu dibatalkan oleh peraturan dan
asas bertindak cermat, dan asas keseimbangan. Asas kecermatan berkaitan dengan
meliputi :
2. letak, luas,
3. status hak atau dasar penguasaan atas tanah dan keadaan fisik tanah
dipertimbangkan berapa luas tanah yang tidak dimanfaatkan, dan berapa luas
Tahun 2010 memang tidak mengatur secara gamblang tentang sanksi, hukuman
ataupun ganti rugi kepada Negara bagi pemegang hak yang tidak melaksanakan
kewajibannya. Peraturan Kepala BPN No. 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara
41
ADrian Sutedi, 2011, Sertipikat Hak Atas Tanah, Jakarta, Sinar Grafika. Hlm. 12.
84
berikut:
3. Tanah yang ditelantarkan kurang dari atau sama dengan 25%, maka
revisi luas bidang tanah hak dan biaya revisi menjadi beban
penetapan tanah terlantar diberlakukan terhadap seluruh hak atas tanah tersebut,
dan selanjutnya kepada bekas pemegang hak diberikan kembali sebagian tanah
tanah. Terhadap tanah yang ditelantarkan kurang dari atau sama dengan 25 (dua
puluh lima) persen maka keputusan penetapan tanah terlantar diberlakukan hanya
permohonan revisi luas bidang tanah tersebut. Dengan demikian akibat hukum
dari pemegang hak atas tanah yang tidak melaksanakan kewajibannya, hak atas
tanahnya akan hapus dan jatuh ketangannegara, dan tanahnya langsung dikuasai
negara.
tanah. Jadi dimanapun dan kapanpun serta dalam hal apapun manusia sangat
Dapat kita ketahui bahwa setiap pembangunan akan memerlukan tanah baik
akan tanah dan waktu ke waktu semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya
tinggi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, hal
42
Arie Sukanti Hutagalung, 2005, Program Tanah di Indonesia , Suatu Sarana ke arah Pemecahan
Masalah Penguasaan dan Pemilikan Tanah, Jakarta, Rajawali.Hlm. 37.
86
secaranyata bahwa tanah merupakan sumber daya alam yang terbatas dan tidak
tanah, maka dalam pemanfaatan, penggunaan dan peruntukanya harus secara adil
yaitumenetapkan bahwa bumi air dan ruang angkasa termasuk kekayaan yang
bahwa untuk mencapai apa yang ditetapkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-
43
Boedi Harsono, 2005, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang- Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan.Hlm. 76.
44
Dewi Astutty Mochtar dan Dyah Ochtorina Susanti.2012. Pengantar Ilmu Hukum. Malang,
Bayumedia PubliS.H.Ing.Hlm. 23.
45
Dyah Ochtorina Susanti dan A'an Efendi, 2015, Penelitian Hukum (Legal Research), Jakarta,
Sinar Grafika.Hlm.11.
87
ruang angkasa;
makmur (Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) UUPA) terbalik, di mana masih banyak
tanah yang belum dimanfaatkan sama sekali dan bahkan dibiarkan begitu saja atau
pemanfaatan dan penggunaan tanah secara adil, transparan, dan produktif dengan
adat, serta berdasarkan tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang.
penggunan tanah. Termasuk pengalihan hak milik atas tanah, yang dapat
46
G. Kartasapoetra, dkk, 1984, Hukum Tanah,Jaminan UUPA Bagi Keberhasilan Pendayagunaan
Tanah.Bandung, Rineka Cipta. Hlm. 108.
47
Urip Santoso, 2009, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta, Fajar
Interpratama Offset. Hlm. 43.
88
Lima tahun ke VII (Repelita VII) yang tecantum dalam ketetapan Majelis
Garis- Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada bab IV bagian (f) butir 19
49
memuat hal sebagai berikut : tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas
48
Supriyanto, Jurnal Kriteria Tanah Terlantar Dalam Peraturan Peundang-undangan Indonesia,
Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 10 No. 1 Januari 2010. Hlm. 45.
49
Anonim. (1998), Ketetapan-Ketetapan MPR RI dan GBHN RI 1998 — 2003 Binapustaka Karya
, Jakarta. Hlm. 75.
50
http://Joeharry-serihukumbisnis.blogspot.com/2009/06/penyelesaian-masalah- tanah-
terlantar.html. Diakses pada tanggal 24 November 2021. Pukul 06.14 WIB
89
lapangan masih banyak terjadi tanah teriantar Sehingga perlu dicari akar
milik yaitu faktor fisik, faktor kelembagaan masyarakat, faktor sosial budaya, dan
faktor ekonomi.51
penelantaran tanah yang diterima oleh masyarakat tidak sama dengan konsep
penelantaran tanah yang ada didalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010
Berdasarkan fakta dan teiruan di lapangan serta hasil pembahasan dan analisis
pada bab sebelumnya, maka dapat diambi! beberapa kesimpulan sebagai berikut :
51
Suhariningsih, 2009, Tanah Terlantar, Jakarta, Prestasi Pustaka. Hlm. 45
52
Harsono, Soni. 1996, Hukum Aquaria Dan Penataan Pertanahan, Ceramah umum di Universitas
Haluoleo Anduonohu. Kendari. Hlm. 45.
90
pada haknya.
sanksi yang mengikat terhadap pihak pemegang izin lokasi serta tidak
dilakukan oleh pemilik hak atas tanah dalam hal ini ialah dikarenakan:
Pemilik hak atas tanah merasa enggan dalam mengelola tanah tersebut
yang ada, yang mana dalam hal ini pemilik hak atas tanah merasa jika
53
Nawawi, Hadari H. 1991, Metode Penelitian Bidang Sosial, Rajah Mada University Press 5 ,
Yogyakarta. Hlm. 34.
91
Karena menurut pemilik hak atas tanah yang dimaksud dengan tanah
terlantar adalah tanah yang belum mempunyai sertifikat atau tanah tanah
yang tidak memiliki sertifikat, Pemilik hak atas tanah merasa selama dia
membayar PBB atas hak atas tanah tersebut maka tanah tersebut tidak
terjadi sengketa hak atas tanah tersebut sehingga tanah tersebut dikelola
hak atas tanah mempunyai usaha lain yang tidak dapat ditinggal sehingga
54
Soetomo, 1986, Politik dan Administrasi Agraria, Usaha Nasional,Surabaya. Hlm. 175.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
92
93
Faktor-faktor yang menjadi penyebab penelantaran hak milik yang dilakukan oleh
pemilik hak atas tanah dalam hal ini ialah dikarenakan:
I. Pemilik hak atas tanah merasa enggan dalam mengelola tanah tersebut
sehingga mengakibatkan penelantaran tanah;
II. Pemilik hak atas tanah tidak merasa menelantarkan tanahnya karena
konsep tentang penelantaran yang dipahami oleh masyarakat tidak sesuai
dengan konsep penelantaran tanah yang ada.
yang mana dalam hal ini pemilik hak atas tanah merasa jika tanah yang sudah
bersertipikat tidak dikatakan sebagai tanah terlantar. Karena menurut pemilik hak
atas tanah yang dimaksud dengan tanah terlantar adalah tanah yang belum
mempunyai sertifikat atau tanah tanah yang tidak memiliki sertifikat, Pemilik hak
atas tanah merasa selama dia membayar PBB atas hak atas tanah tersebut maka
tanah tersebut tidak dapat dikatakan sebagai tanah terlantar, Penyebab tanah
terlantar yang dilakukan oleh pemilik hak atas tanah tersebut dikarenakan
sebelumnya terjadi sengketa hak
B. Rekomendasi
1. Kantor Pertanahan dan Perangkat terkait perlu adanya sosialisasi tentang
penelantaran tanah sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar;
2. Penelantaran tanah hak milik yang dilakukan oleh pemilik harus mendapatkan
sanksi yaitu hapus haknya, putus hubungan hukum, dan tanahnya ditegaskan
dikuasai langsung oleh negara, hal tersebut diatur dalam Pasal 15 ayat (3)
Peraturan Kepala BPN Nomor 4 tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban
Tanah Terlantar yang agar pemilik hak atas tanah mematuhi peraturan yang
sudah diberlakukan serta pemilik hak atas tanah membutuhkan yang namanya
kesadaran pemilik hak atas tanah dalam mengelola hak atas tanahnya sesuai
dengan peruntukan dan sifat pemberian haknya dengan cara melaksanakan
94
95
96
B. Jurnal/Karya Ilmiah/Artikel
100