PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI
Yang Menyatakan
iii
PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim
alam raya dan isinya. Sholawat dan salam selalu dicurahkan kepada
dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan rasa syukur yang tak
Ilmu Hukum. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, Disertasi
ini dapat penulis selesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
2. Prof. Dr. Muhammad Ali Ms. Selaku Dekan Sekolah Pasca Sarjana
iv
banyak membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan studi
5. Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H.,M.H., selaku Promotor yang telah
menyelesaikan disertasi.
menyelesaikan disertasi.
10. Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H, selaku penguji yang telah
v
11. Dr. Sri Susyanti, Nur, S.H., M.H, selaku penguji yang telah
13. Prof. Dr. Masjaya, M.Si, selaku Rektor Universitas Mulawarman yang
14. Prof. Dr. Dedy Hardiyanto, S,Hut, selaku Ketua Pusat Kajian
penulis.
15. Dr. Ivan Zairani Lisi, S.H.,S.Sos.,M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum
vi
18. Ibunda tercinta Sumiyatin (Almarhumah) dan Ayahanda tercinta
yang luar biasa serta teladan hidup bagi kami anak-anaknya (Ya
Allah berikan tempat yang terbaik bagi kedua orang tua penulis)
19. Ibunda Mertua tercinta Sitti Hanni (Almarhumah) dan Bapak Mertua
adik ipar Ruby, yang telah memberikan dukungan dan doa bagi studi
23. Saudara ipar di Samarinda Kak Rumiyati dan Kak Bistan beserta
memberikan banyak dukungan dan doa yang luar biasa bagi penulis;
vii
24. Saudara ipar di Marangkayu Kutai Kartanegara, Kak wati
adik ipar Ninik dan Aris, beserta keponakanku semua yang telah
28. Kawan-kawan Alumni YLBHI –LBH Surabaya dan LBH Pos Malang
Mohon maaf bagi yang belum/lupa disebutkan, terima kasih atas semua
dukungan dan doa, mohon maaf jika ada kesalahan yang penulis lakukan.
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
HARIS RETNO SUSMIYATI, Benefit Value of Coal Mining in
Forest Area in Perspective of Natural Resources Law, guided by
Promoter Abrar Saleng, co-promoter of S.M Noor and Muhammad
Ashri.
Mining resources are natural resources that are classified as non-
renewable resources, because of this nature the mine if it has been
exploited will no longer exist. The mining industry has always had the
impact of changing the landscape significantly and bringing enormous
environmental impact. Forest areas to function properly should be
preserved.
This study aims to discover and investigate the legal construction of
the dynamics of coal mining management regulations in the region within
the legal perspective of natural resources, and to analyze the benefits of
coal mining operations in forest areas in the perspective of Natural
Resources law. And formulate harmonization of mining management in
forest area. This type of research is empirical legal research (empirical
juridical) or sociological law research.
The results of this study indicate that (1) Forest License Use Scheme
(IPPKH) for mining is an inaccurate choice of legal construction. (2) Mining
Benefits in Forest Areas based on objective criteria of utilitarian ideology
provide economic benefits but the largest percentage is enjoyed by mining
entrepreneurs while central and local governments and communities have
very little economic and social benefits and are unsustainable,
environmental benefits do not actually cause damage. (3) Harmonization
in the management of natural resources is a condition of balance between
economic, ecological and social benefits achieved without removing forest
areas.
Keyword: Coal, Mining, forest, Utilitarianism, natural resource.
x
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................... ix
ABSTRACT ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
xi
1. Teori Manfaat Hukum berdasarkan
Aliran Utilitarianisme.............................................................. 27
xii
1.3 Kesalahan Konstruksi Hukum IPPKH................................ 109
xiii
2.1.2 Manfaat Ekonomi berdasarkan kriteria obyektif kedua
Manfaat terbesar faham Utilitarianisme............................... 301
xiv
3.3.2 Manfaat Sosial ...................................................................... 355
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….............. 390
xv
DAFTAR TABEL
xvi
14. Dinamika Pengaturan Reklamasi Pasca Tambang
dalam Kawasan Hutan di Indonesia ........................... 229
xvii
29. Pertumbuhan dan Peranan Batubara terhadap Total
Ekonomi Kalimantan Timur......................................... 298
xviii
43. Sumberdaya Batubara PT Indominco Mandiri
Di Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung
Bontang ....................................................................... 346
xix
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR LAMPIRAN
NO Judul
1 Peta Pertambangan di Provinsi Kalimantan Timur
2 Peta Pertambangan PT Indominco Mandiri
3 Foto Lubang Tambang Batubara
4 Foto dampak tambang batubara
5 Foto Sungai sebagai jalur angkut batubara
xxi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SWT sebagai pemilik seluruh alam, seluruh yang ada dilangit dan yang
255, tidak ada tuhan selain Dia, yang Maha hidup, yang terus menerus
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat
KekuasaanNya meliputi langit dan bumi. Dan dia tidak merasa berat
(20) : 6 : milik-Nya apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang
1
Syamsul Rijal Hamid. 2014. Buku Pintar Ayat-ayat Al-Quran. PT. Bhuana Ilmu
Populer. Jakarta. hal.29.
2
Ibid
2
minor player in Asia’s coal markets to the world’s largest exporter of steam
coal.”4
dieksploitasi tidak akan ada lagi. Ciri industri pertambangan yang lain
jauh kedalam perut bumi untuk mendapatkan bahan tambang. Hal inilah
bagi lingkungan.
3
Allan H, Lockwood. et.al. 2009. Coals Assault on Human Health. Physicians
For Social Responsibility. 1875. Connecticut Avenue, NW, Suite 1012. Washington DC
20009 - PMG Group Ltd. P. 5
4
Bart Lucarelli. 2010. The History and Future of Indonesia’s Coal Industry :
Impact of Politics and Regulatory Framework on Industry Structure and
Performance.Program on Energy an Sustainable Development. Stanford University. P.7
3
throught the world the London Mining Jo.urnal 1999 Annual Review
remains of plants that lived and died about 100 to 400 million years ago.
5
Industry and environment, A Publication of the United Nations Environment
Programme, Division of Tecnology, Industry and Economic. Mining and Sustainable
Development II Challenges and Perspectives. Volume 23 Special Issue 2000, p.4
6
Ibid. p. 7
7
Druv Katoria et.al. Environment Impact Assessment of Coal Mining.
International Journal of Environmental Engineering and Management, Volume 4, Number
3 (2013). P.245
8
Haris Retno Susmiyati, Risalah Hukum Fakultas Hukum Universitas
Mulawarman, Desember 2005, Vol 1 No.2, halaman : 64
4
alam yang bernilai strategis,“The tropical forest of Asia are among the
most biologically diverse in the world In Borneo, for example, one hectare
9
The RAFT Program-Responsible Asia Forestry and Trade, tanpa tahun,
Promoting Sustainable Forest Management and Responsible timber trade in Asia.
The Nature Concervancy. Bangkok-Thailand.
10
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Minerba, yang disiapkan
Pemerintah pada 12 Juni 2005. Dalam Ahmad Redi. 2014. Hukum Sumber Daya Alam
Dalam Sektor Kehutanan. Sinar Grafika Jakarta. Halaman. 17-18
5
alam, melibatkan peralatan besar, namun daya serap tenaga kerja yang
biodiversitas.11
pohon. Oleh karena itu usaha pertambangan adalah termasuk salah satu
11
Ibid.
12
Abrar Saleng. 2013. Kapita Selekta Sumber Daya Alam. Membumi Publishing,
Makasar. Halaman. 48
13
Departemen Pertambangan dan Energi, 1995, 50 Tahun Pertambangan dan
Energi Dalam Pembangunan, Jakarta. Halaman. 236
6
articles exploring the health and social harms of coal on community health
from 13 countries.”14
produksi mencapai 246 juta ton dan peringkat ke-2 terbesar di dunia
menduduki peringkat ke-6 dalam produksi emas dunia sekitar 6,7% dan
dari segi cadangan emas Indonesia peringkat ke-7 atau 2,3% dan
peringkat ke-6 dalam produksi emas dunia atau setara 6,7%. Timah
peringkat ke-5 untuk cadangan timah atau sebesar 8,1% dan produksi
14
Ruth Colaguiri and Emily Morrice, Coal industry thriving, but at what social
and heath cost ?. The Conversation, 2 November 2011, http :
//theconversation.com/coal-industri-thriving-but-at-what-social-and-health-cost-9266.
Diakses : 30 Januari 2015.
7
sebesar 4,1% dan peringkat ke-2 setara 10,4% produksi tembaga dunia.
8,6% produksi nikel dunia. Data ini menunjukkan alam Indonesia yang
memiliki total sumber daya mineral batubara sebanyak 21.088 juta ton.
17.764 juta ton. Sulawesi sebanyak 104 juta ton dan daerah-daerah lain
15
Indonesian Mining Association.2014. http:www.ima-api.com diakses 22
september 2015. Pk. 14.34 Wite
16
Ibid
17
Directorate of Mineral and Coal Enterprises, Direktorat General of Geology and
Mineral Resources, Ministry of Energy and Mineral Resources, 2003. Indonesia Mineral
& Coal Statistics,(Jakarta:) hlm. 5.
8
Indonesia.18
antara yang terbesar di dunia, dan sumber daya tersebut. sangat penting
sebagai mata pencarian bagi 50-70 juta orang. Namun laju deforestasinya
18
Direktur Penggunaan Kawasan Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan,
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 2013. Current Development of Mining
Management and Its Impact on Forest Sector in Indonesia.Makalah Disampaikan
dalam International Conference “Reconciling Forestry and Mining Management: Some
Current Environmental Concerns in Asia”. Universitas Hasanuddin Makassar, 10 – 12
Desember 2013
19
The Asia Foundation Policy Paper, 2012. Tata Kelola Lingkungan, Program
Asia Foundation untuk tata kelola lingkungan hidup di Indonesia, Jakarta. Halaman : 1
20
Jatna Supriatna dalam Fachruddin M. Mangunjaya, 2005. Konservasi Alam
dalam Islam, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, halaman : xxi
9
urutan ke-8 dari 10 negara dengan luas hutan alam terbesar di dunia.21
akan keragaman jenis, baik tumbuhan maupun hewan. Jenis pohon saja
dapat ditemukan sebanyak 25.000 jenis, belum liana, perdu dan herba,
itu terdapat 900 jenis burung yang sebagian besar yaitu 550 jenis dapat
juta Ha/tahun dan 2006 – 2009 mencapai 1,5 juta Ha/tahun.23 Tahun
21
Global Forest Resources Assesment : Progress towards sustainable Forest
Management, Food an Agriculture Organizational of The United Nations, 2010. Dalam
Mouna Wasef dan Firdaus Ilyas. 2011. Merampok Hutan dan Uang Negara. Indonesia
Corruption Watch. Jakarta. halaman. 10
22
Chandra Broer, 2011. Bagaimana Hutan Tropis Bisa Rusak?. Makindo
Grafika, Yogjakarta, halaman : 56
23
Mouna Wasef dan Firdaus Ilyas. Ibid.
24
Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2015, Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia, 11 Juli 2014. Halaman. 3
25
Giulio Di Lallo, Philip Mundhenk,REDD+: Quick Assessment of Deforestation
RiskBased on Available Data. Forests Journal, 2017, 8, 29;
doi:10.3390/f8010029,www.mdpi.com/journal/forests, p.1
10
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
5 Tahun 1960 (UUPA) yang mengatur atas dasar ketentuan dalam Pasal
26
Gusti Muhammad Hatta dalam Surna Tjahja Djajadiningrat. 2014 Green
Economy- Ekonomi Hijau. Rekayasa Sains. Bandung. Halaman.III-IV
27
Ibid. Halaman. 93
11
negara tersebut pada ayat (2), pasal ini digunakan untuk mencapai
1999, Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
28
Haris Retno Susmiyati, 2007. Analisis Teori Hukum Terhadap Tujuan Hukum
Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan,
Risalah Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Juni 2007, Vol. 3 No.2,
Halaman : 122.
13
maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus
memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh karena itu
masyarakat.
Pasal 1 (4) “Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.”
Persoalan yang terjadi adalah secara sepihak negara dalam hal ini
menjadi kawasan hutan. Klaim ini dilakukan negara melalui political forest.
ini.”
16
masyarakat.
kawasan hutan. Hal ini dijawab oleh pemerintah melalui ketentuan Pasal
negara dan istilah pinjam pakai berada pada ranah hukum perdata yang
perjanjian pinjam pakai. Konstruksi hukum izin dan perjanjian pinjam pakai
pihak yang satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-
cuma kepada pihak lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima
18
barang itu setelah memakainya atau setelah lewat waktu yang ditentukan,
barang yang dipinjam akan kembali dalam keadaan sama seperti saat
meminjam, tentu hal ini berbeda dengan kawasan hutan yang dipinjam
tersebut.
melalui ketentuan pinjam pakai kawasan hutan yang diatur dalam Pasal
Tentang Kehutanan.
Kehutanan P.18/Menhut-II/2014.
pandangan dunia (world view) yang demikian secara sadar atau tidak
kehutanan.30
internasional.31
29
Arifin Sallatang et al. dalam Abrar Saleng. Op.cit. hal. 2
30
Ibid.
31
Herman Chaeruman dalam Abdullah Marlang dan Rina Maryana, 2015. Hukum
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Penerbit Mitra Wacana
Media, Jakarta, halaman : 82
20
sangat serius, baik kerugian ekologis itu sendiri, kerugian sosial, maupun
kawasan hutan yang digunakan untuk kawasan tambang hingga saat ini
seluas 680.000 ha. Izin pinjam pakai kawasan hutan selama 20 tahun.
dengan luas 160.000 ha. Izin yang sudah dipegang 54.512 ha berupa izin
betapa kekayaan alam yang melimpah itu tidak serta merta dapat
32
Muammil Sun’an dan Abdurrahman Senuk, 2015. Ekonomi Pembangunan
Daerah, Mitra Wacana Media, Jakarta, halaman : 111-112
33
www.bisnis.com: Kamis, 10 November 2011.
34
Lembaga ecolabel indonesia. 2004. Dalam www.lei.or.id
21
baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah
35
Abrar Saleng, 2013. Op.Cit. Halaman : 5
36
Darji Darmodihardjo dan Shidarta, dalam Sukarno Aburaera.et.al.2014. Filsafat
Hukum Teori dan Praktik. Prenada Media Grup. Jakarta. hal.111
22
B. PERUMUSAN MASALAH
permasalahan :
daya alam?
1. TUJUAN PENELITIAN
kawasan hutan.
2. KEGUNAAN PENELITIAN
daya alam;
D. ORISINALITAS PENELITIAN
4. Disertasi Syamsu Alam, dengan judul Nilai Manfaat dan Pola Konversi
38
Syamsu Alam, 2007. Nilai Manfaat dan Pola Konversi Hutan Kemiri Rakyat di
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan (Benefit Value And Conversion Pattern
Of Candlenut Community Forest In Maros Regency, South Sulawesi Province).
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Hasanudin, Makasar. Hal. 230 - 232
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Hakikat Hukum
Kata hukum menurut Hans Wehr39 kata hukum berasal dari bahasa
Arab, asal katanya “Hukm”, kata jama’nya “Ahkam” yang berarti putusan
syariat itu lebih dari sekedar hukum dalam arti modern. Menurut ulama
fiqh, hukum adalah : “Firman Allah atau sabda Nabi SAW yang
orang mukallaf atau yang menjadikan satu hak tertentu sebagai sebab
39
Hans Wehr dalam Abdul Manan, 2013. Aspek-aspek Pengubah Hukum.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta. hal.1
40
Topo Santoso dalam Agus Santoso, 2014. Hukum Moral dan Keadilan (Sebuah
Kajian Filsafat Hukum). Penerbit Prenada Media Grup. Jakarta.
28
law, writher law) yakni hukum yang dibuat oleh instansi atau lembaga
41
Lawrence M.Friedman, 2009. Sistem Hukum-perpektif ilmu sosial-The Legal
System-A Social Science Perspective, Nusamedia, Jakarta.
42
Achmad Ali. 2008, Menguak Tabir Hukum (Edisi Kedua), PT Galia Indonesia,
Jakarta. Halaman: 34
43
Ibid.
44
CST. Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, Halaman 9.
29
tertulis (unstatute law, unwritten law) yakni hukum yang hidup dalam
perbuatan tidak dapat dibolehkan dan dilarang, akibat hukum harus terjadi
atau tidak terjadi. Mereka tidak dapat pada saat yang sama terjadi dan
melainkan juga hukum, dari sini muncul bahwa hukum harus mewujudkan
45
Abdul Manan. Op.cit. hal.2-3
46
Paul Scholten. 2011. De Structuur Der Rechtswetwnschap - Struktur Ilmu
Hukum. PT. Alumni Bandung. Hal. 28-29
30
mengandung nilai, maka sekilas segera terjawab bahwa isi hukum adalah
nilai. Nilai yang dimaksud disini tidak lain sebenarnya merupakan moral
atau dalam lingkup yang lebih luas, moralitas. Norma hukum berisikan
dan perilaku yang pernah dibuat, atau untuk mengukur sikap dan perilaku
hukum yang harus (sollen) dengan hukum yang ada (sein). Hans Kelsen
sebagai tokoh yang penting dalam aliran hukum murni ini karena dilandasi
anasir politik dan kekuasaan. Oleh karena itu Hans Kelsen ingin
47
Hans Kelsen.2011. Essays In Legal and Moral Philosophy – Hukum dan
Logika. PT. Alumni Bandung. Halaman :1-2
48
Ibid. Halaman : 41
49
Shidarta. 2006. Moralitas Profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berfikir.
Refika Aditama. Bandung. Halaman : 76 - 77
31
adalah abstrak dan makin kebawah semakin konkret. Dalam proses itu,
yang lain.52
laku yang harus ditaati oleh setiap orang dalam bertindak dalam
ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup
50
Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan
Sosiologis), PT Gunung Agung, Jakarta. Halaman : 273.
51
Achmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum (Edisi Kedua), PT Galia Indonesia,
Jakarta. Halaman: 208
52
Hans Kelsen. 2009. Pengantar Teori Hukum. (terjemahan dari Indtroduction
to the problems of Legal Theory- clarendon Press Oxford). Penerbit Nusa Media.
Bandung. Halaman : 105
32
53
Abdul Manan. Op.Cit. Halaman : 3
54
Hans Kelsen. 2011. Teori Hukum Murni, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif
(diterjemahkan dari Pure Theory Of Law – Berkely University of California Press
1978). Penerbit Nusa Media. Bandung. Halaman : 8
33
Hukum formal adalah keseluruhan sistem dan teori dan doktrin hukum
55
Jan Gijssels dan Mark van Hoeke dalam Salim HS. 2012. Perkembangan Teori
dalam Ilmu Hukum. Rajawali Pers. Jakarta Halaman : 23-24
56
Max weber dalam Suteki.2013. Desain Hukum di Ruang Sosial. Penerbit Dua
Satria Offset. Semarang halaman : 8.
57
Khudzaifah Dimyati, 2010. Teorisasi Hukum- Studi Tentang Perkembangan
Pemikiran Hukum di Indonesia 1945 – 1990. Gentha Publishing. Yohjakarta.Halaman :
40
34
sesuatu yang dibuat pasti memiliki cita atau tujuan. Jadi hukum dibuat
pun ada tujuannya. Tujuan ini merupakan nilai yang ingin diwujudkan
manusia. Tujuan hukum yang utama ada tiga, yaitu pertama keadilan
lain James Mill, John Stuart Mill, Hendry Sidgwick dan G.E. Moore.60
tidak ada masalah kebaikan atau keburukan, atau hukum yang tertinggi
atau yang terendah dalam ukuran nilai. Tujuan hukum tersebut dapat
58
Kurt Wilk dalam Peter Mahmud Marzuki, 2007. Penelitian Hukum. PT Kencana
Prenada Media Grup. Jakarta. Halaman : 23
59
Muhammad Erwin, 2012. Filsafat Hukum – Refleksi Kritis Terhadap Hukum.
Rajawali Pers. Jakarta. Halaman : 123
60
Karen Lebacqz,
35
apakah suatu yang berfaedah bagi seseorang juga berfaedah bagi orang
lain atau bahkan merugikan orang lain dan umum, maksud manfaat
keadilan, dalam konteks ini J.H.P Bellefroid dalam bukunya Inleiding tot
61
Antonius Cahyadi dan E.Fernando Manullang, 2010. Pengantar ke Filsafat
Hukum. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Halaman 62.
62
Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, PT
Radjagrafindo Persada, Jakarta.2006. halaman : 10
36
individual.63
institusi hukum pun harus diukur dari manfaatnya itu. Karena itu, unsur
hukum seperti terlihat dalam kalimat “ ....and the test of what laws there
suatu sistem hukum yang baik. Baik tidaknya hukum diukur melalui
63
Otje Salman. 2012. Filsafat Hukum (Perkembangan dan Dinamika Masalah).
PT Refika Adhitama. Bandung. Halaman : 72
64
Munir Fuady, 2007. Dinamika teori Hukum, Ghalia Indonesia, Halaman : 95.
65
Ibid.
66
Amsal Bakhtiar.2011. Filsafat Ilmu. PT. RajaGrafindo Perkasa. Jakarta.
Halaman : 120
37
manfaat dari hukum tersebut kepada umat manusia, yakni apakah hukum
67
Munir Fuady. Op.Cit
68
Jeremy Bentham. 2010. Teori Perundang-undangan Prinsip-prinsip legislasi,
Hukum Perdata dan Hukum Pidana. (Diterjemahkan dari : The Theory of
Legislation. 1979). Nusamedia Bandung.Halaman : 26.
69
Ibid. halaman : 27
38
perubahan-perubahan sosial.70
dengan koersi. Terdapat koersi yang tidak terorgnisir (oleh negara) seperti
tetapi ia melihat bahwa hal tersebut tidak cukup tanpa bentuk koersif
kepentingan individual.71
70
Otje Salman, Op.cit.
71
Antonius Cahyadi,Op.cit. halaman : 95.
39
pada hakikatnya ditemukan pertama kali oleh Imam Maliki pendiri mazhab
kebijakan atau tindakan tersebut bagi banyak orang, secara lebih terinci
dasar obyektif tersebut terdiri dari tiga kriteria yaitu :73 Kriteria pertama
yang menghasilkan hal baik. Sebaliknya akan dinilai buruk secara moral
baik kalau manfaat terbesar yang dihasilkan berguna bagi banyak orang.
72
M. Arifin Hamid,2007. Membumikan Ekonomi Syariah Di Indonesia
(Perspektif Sosio-Yuridis), Elsas, Jakarta, halaman: 281
73
Sony Keraf, 2010. Etika Lingkungan Hidup, Kompas Media Nusantara, Jakarta,
halaman: 30
40
mungkin bagi sebanyak mungkin orang (the greatest good for the greatest
number).
Tabel : 1
Kriteria Obyektif dalam Faham Utilitarianisme Jeremy Bentham
74
Ibid. Sony Keraf.
41
tersebut.
Gambar : 1
Rumus Kaidah Keseimbangan Pengelolaan Sumber daya alam77
Keterangan :
SDT = Sumber daya Total Tatanan
SDS = Sumber daya Sosial
SDM = Sumber daya Manusia
SDB = Sumber daya Budaya
SDA = Sumber daya Alam
SDE = Sumber daya Ekonomi
nSD = Sumber daya Lainnya
75
Kamus Bahasa Indonesia. www.KamusBahasaIndonesia.org diakses tanggal
25 Agustus 2014.
76
Kusnu Goesniadhie. 2006. Harmonisasi Hukum dalam perspektif peraturan
perundang-undangan. JP.books, Surabaya. Diakses dalam
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&sqi=2&ved=0CD
AQFjAC&url=http%3A%2F%2Fkgsc.files.wordpress.com%2F2012%2F01%2Fharmonisa
si-hukum-lex-specialis-suatu-masalah.ppt&ei=fGH7U4zPPMKfugSq04GABw&usg,
tanggal 25 Agustus 2014
77
Abrar Saleng, Op.Cit. Halaman : 10
42
keseimbangannya.78
78
Ibid.
79
Abrar Saleng, Ibid.
80
Ibid.
43
3. Konstruksi Hukum
81
https://www.google.co.id/amp/s/vinandaayuputrirujianto.wordpress.com
/2015/12/29/kontruksi-hukum/amp/?espv=1 diakses 4 Mei 2017. Pk 10.06 wite
44
tidak mungkin ada satu undang-undang yang berdiri sendiri tanpa terikat
82
https://www.google.co.id/amp/s/logikahukum.wordpress.com/2011/09/14/jenis-jenis-
metode-dan-kontruksi-hukum/amp/?espv=1 diakses 3 Mei 2017. Pk 13.03 wite
83
Mayhew, S dalam Maria S.W Sumardjono. et.al. 2014. Pengaturan Sumber
Daya Alam Di Indonesia-Antara Yang Tersurat dan Tersirat, Gadjah Mada
University Press, halaman: 7
84
Ibid. halaman : 8
45
pengertian sumber daya sangat luas, yang dapat meliputi sumber daya
faktor produksi yang disediakan oleh alam, dan bukan merupakan buatan
keanekaragaman hayati.
46
(2) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (non- renewable
resources), yaitu sumber daya alam yang akan habis dan tidak
yang dimiliki oleh setiap individu atau unit sosial yang lebih tinggi di dalam
pandangan ini maka sumber daya alam merupakan natural capital dan
85
Chambers dan Conway dalam Imam Koeswahyono. 2009. Sumber daya Alam
dalam Konstelasi Politik Nasional Dan Globalisasi Hukum, persoalan sistem
pertanian berkelanjutan. Diterbitkan dalam Hukum Yang Bergerak. Penerbit Yayasan
obor Indonesia. Jakarta. hal. 294.
47
dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, pemaknaan Pasal 33 (3) UUD 1945
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah
hukum negara pada hakikatnya adalah milik publik seluruh rakyat secara
penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan berasal dari
kemakmuran rakyat.
sumber daya akses terbuka (open access), tidak ada pengaturan tentang
86
Arif Satria. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. IPB Press. Bogor. Halaman :
3-4
87
Ibid. Halaman : 5-6
49
of the commons.
daerah maupun pusat. Hak ini perlu berlaku pada sumber daya yang
community of practitioners.”89
88
Sirajuddin, Didik Sukriono, Winardi, 2012. Hukum Pelayanan Publik-Berbasis Partisipasi
dan Keterbukaan Informasi, Setara Press, Malang. Halaman:2
89
Bernard Arief Sidharta, 2013. Ilmu Hukum Indonesia, Genta Publishing,
Yogjakarta, Halaman : 71
50
pandangan dunia (world view) yang demikian secara sadar atau tidak
dan perkebunan.91
90
Arifin Salatang et.al dalam Abrar Saleng. Op.cit. Halaman : 2
91
Abrar Saleng, Ibid. Halaman : 2
51
alam ini, dalam kondisi lemahnya institusi publik yang mengaturnya, maka
akan mengabaikan fungsi sumber daya alam yang memproduksi jasa (life
siapa yang kuat dengan sendirinya akan memperoleh jalan masuk dengan
92
Macartan Humpreys et.al. 2007. Escaping The Resource Curse. Columbia
University Press. New York. Page : 1
93
Harijadi Kartodiharjo dkk, 2005. Di Bawah Satu Payung Pengelolaan Sumber
Daya Alam, Yayasan KEHATI, Jakarta. Halaman : 67 dan 72.
52
yuridiksi mereka.98
94
Satjipto Rahardjo, 1991. Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal. 160
95
Von Scihmt dalam Otong Rosadi. 2012. Quo Vadis Hukum Ekologi dan
Keadilan Sosial. Dalam Perenungan Pemikiran (Filsafat) Hukum. Penerbit Thafa
Media. Hal.36
96
Satjipto Rahardjo. Op.Cit. halaman : 162
97
Michael L. Ross dalam Macartan Humpreys. Op.cit. page : 290
98
http://www.icmm.com/library_pub_detail.php?rcd=183
53
a. Pertambangan Batubara
subbitumine, antarasit.99
99
Sukandarrumidi, 1995. Bahan Galian Industri.Yogjakarta: Gajahmada
University Press, hlm. 26
100
Sigit, 1999. Industri Pertambangan Batubara Indonesia. Bandung: Tidak
diterbitkan, halaman : 6.
101
Kathy dkk, Op. Cit halaman : 578
54
Canada sebagai saksi ahli sidang Judicial Review UU No. 19 Tahun 2004
102
Gali-Gali, Buletin Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Jakarta, 7 Desember 2000,
halaman : 5
103
Siva Prasad Dontala, T. Byragi Reddy, Ramesh Vadde, Environmental
Aspects and Impacts its Mitigation Measures of Corporate Coal Mining. Procedia
Earth and Planetary Science 11,(2015) 2 – 7. www.sciencedirect.com p.3-4
55
nilai yang diberikan hutan yang utuh sebagai mata pencarian mereka.104
daya alam yang tak terbarukan, suatu saat penambangan tidak layak lagi
mungkin akan jauh lebih lama daripada umur tambang itu sendiri. 105
maupun kecil pada dasarnya memiliki daya rusak bagi lingkungan yang
104
Catherine Coumans dalam Siti Maimunah dkk. 2007. Tambang & Pelanggaran
HAM. Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Jakarta, halaman : 173
105
Holdren 1975 dalam Kathy dkk. Op.cit. Halaman : 580
106
Adi Widyanto, 2008. Taen Hine – Mencari Tahu-Investigasi Daya Rusak
Pertambangan.Penerbit Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Jakarta, halaman : 9
56
hidrologis atau suplai air yang merupakan faktor pembatas terpenting bagi
tambang.110
107
Ibid. Halaman : 10-11
108
Dedy Hadriyanto, 2015. Kesaksian Ahli dalam perkara Gugatan izin
pertambangan kota Samarinda di PN Samarinda tahun 2015
109
Rizaldi Boer. 2001. Economic Assesment of Mitigation Options for
Enhancing and Maintaining Carbon Sink Capacity in Indonesia, Journal Mitigation
and Adaptation Strategies for Global Change, Volume 6. Kluwer Academic Publisher.
P.257
110
Hasil Studi US-EPA dalam Aminuddin A Kirom dkk, 2006.Tambang dan
Penghancuran Lingkungan, JATAM Jakarta, halaman : 316
57
minerals of economic value from the earth’s crust for the benefit of
mankind.... the earth’s crust refers to the surface of the earth extending to
a variying depth of about 20 miles, including the oceans, lakes and rivers,
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting
harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi
Minerba.
111
Salim HS. 2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara. Sinar Grafika.
Jakarta. halaman 14 - 15
112
Cedric Gregory. 2001. A Concise History of Mining, AA Balkema Publishers,
The Netherlands, halaman : xv.
58
dan sifat hubungan para pihak bersifat administratif, yang menjadi objek
113
Ibid. Halaman : 21
59
ikutannya.
dan batubara.
Pasal 4 :
60
(1) Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak
terbarukan rnerupakan kekayaan nasional yang dikuasai
oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
(2) Penguasaan mineral dan batubara oleh negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh pemerintah
dan/atau pemerintah daerah.
peluang dan kesempatan yang sama kepada semua warga negara sesuai
fungsi produksi.
penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan atau pulau guna
masyarakat setempat.
cakupan yang luas serta bernilai strategis, berdasarkan Pasal 19 ayat (2)
perubahan iklim, ekosistem, dan gangguan tata air, serta dampak sosial
kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam serta zona inti dan zona
bukan kayu.
kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Pemanfaatan
pemanfaatan hasil hutan kayu, izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan
ketentuan Pasal 38 ayat (3) pemberian izin pinjam pakai oleh menteri
kelestarian lingkungan.
ketentuan Pasal 38 ayat (4) adalah pada kawasan hutan lindung dilarang
penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh
Kawasan Hutan
hutan dalam Pasal 3 ayat (1) penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan
di dalam :
pada ayat (1) dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan
kelestarian lingkungan.
B. Kerangka Pemikiran
merupakan induk dari topik yang diangkat. Selanjutnya akan ditelaah (1)
Gambar 2 :
Teori
Harmonisasi Hukum
C. Definisi Operasional
dari tiga kriteria yaitu Kriteria pertama adalah manfaat, kebijakan atau
setempat.
6. Hukum Sumber Daya Alam : Aturan tentang sumber daya atau faktor
manusia
10. Fungsi pokok kawasan hutan: Fungsi pokok kawasan hutan adalah
Izin pinjam pakai kawasan hutan adalah izin yang diberikan untuk
kawasan hutan.
13. Pengawasan :
diperintahkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
atau penelitian hukum sosiologis atau sosio legal studies. Wheeler dan
adalah :
B. Lokasi Penelitian
114
Sulistyawati Irianto, dalam Imam Koeswahyono, dkk. 2013. Sosio Legal-Bekal
Pengantar dan Substansi Pendalaman. Intimedia Malang & Pusat Kajian dan
Penelitian Sosio Legal (PKP-SL) Universitas Brawijaya, Malang. Halaman 16-17.
73
1. Populasi
2. Sampel Penelitian
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi
dalam sampel yang dipilih. Dalam penelitian ini kriteria dipusatkan pada
D. Sumber Data
115
Ibid, hlm. 133.
74
Hidup.
Marangkayu, terdiri atas Desa Santan Ilir, Desa Santan Ulu dan
kawasan hutan.
Kalimantan Timur;
Kalimantan Timur;
76
(TKPT).
Timur (2 orang)
verifikasi penelitian.
116
Langeveld dalam Soetrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian. CV. Andi Offset. Yogjakarta. Halaman. 125
79
BAB IV
Pertambangan batubara
hutan dalam Pasal 3 ayat (1) penggunaan kawasan hutan dapat dilakukan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan
upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak berupa
fungsi hutan. Demikian juga diberikan pengertian pada Pasal 1 ayat (9)
berdasarkan Pasal 8 (1) izin pinjam pakai kawasan hutan hanya dapat
menteri melakukan penilaian. Pasal 10 ayat (2) dalam hal hasil penilaian
menerbitkan izin pinjam pakai kawasan hutan. Ketentuan ayat (4) dalam
ayat (3) untuk kegiatan survei atau eksplorasi, menteri menerbitkan izin
dalam Pasal 10 ayat (3) diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua)
evaluasi.
83
dikenai sanksi berupa pencabutan izin pinjam pakai kawasan hutan oleh
84
izin berdasarkan Pasal 18 (1), jangka waktu izin pinjam pakai kawasan
Ketentuan ayat (2) jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
pakai kawasan hutan diberikan dengan jangka waktu paling lama 20 (dua
pinjam pakai kawasan hutan dievaluasi oleh menteri satu kali dalam 5
izin pinjam pakai kawasan hutan, izin pinjam pakai kawasan hutan
dicabut.
dalam Pasal 10 ayat (3) atau izin pinjam pakai kawasan hutan
Ketentuan Pasal 21 ayat (2) pada saat hapusnya izin pinjam pakai
kawasan hutan.
Definisi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, pada Pasal 1 angka (8)
Pasal 4 mengatur :
kawasan hutan dan pemberian izin pinjam pakai di kawasan hutan, yaitu:
hutan secara permanen; dan (c) terjadinya kerusakan akuiver air tanah.
produksi yang telah dibebani izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
restorasi ekosistem dalam hutan alam, tidak dapat diberikan izin pinjam
“baik”; tidak dapat diberikan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
kegiatan pertambangan.
ayat (3) untuk: kegiatan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu:
ayat (3) huruf (a) untuk pertambangan di kawasan hutan produksi yang
ekosistem dalam hutan alam, tidak dapat diberikan izin pinjam pakai
“baik”; tidak dapat diberikan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
kegiatan pertambangan.
mendapatkan “izin prinsip dari menteri” apakah izin prinsip yang keluar
sebelum PMK ini ataukah dapat berlaku pula izin prinsip yang dikeluarkan
jelas, sehingga dapat ditafsirkan berlaku izin prinsip bagi yang telah ada
Tabel 2 :
Kawasan Hutan yang menjadi Obyek
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pertambangan
d.Hutan Konservasi
tidak dapat diterbitkan izin
pertambangan
yayasan.
kawasan hutan diatur Pasal 11 ayat (1) luas izin pinjam pakai kawasan
seluas 10% (sepuluh perseratus) dari luas efektif setiap izin pemanfaatan
hutan.
Pasal 11 ayat (2), dalam hal kawasan hutan produksi yang dimohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), luas izin pinjam pakai kawasan
Pasal 11 ayat (3) luas izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
pertambangan berada pada kawasan hutan lindung, luas izin pinjam pakai
Tabel 3:
perseratus) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
11 ayat (6) adalah ketentuan paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari
luas kawasan hutan tidak berlaku bagi permohonan izin pinjam pakai
nota akta riil; (e) dalam hal permohonan diajukan oleh badan usaha atau
hutan dilampiri dengan peta lokasi skala 1:50.000 atau skala terbesar
pada lokasi tersebut dengan informasi luas kawasan hutan yang dimohon;
(b) citra satelit terbaru paling lama liputan 2 (dua) tahun terakhir dengan
resolusi minimal 15 (lima belas) meter dan hasil penafsiran citra satelit
dalam bentuk digital dan hard copy serta pernyataan bahwa citra satelit
kegiatan pertambangan yang kurang dari 5 hektar. (d) izin lingkungan dan
dokumen AMDAL atau UKL-UPL yang telah disahkan oleh instansi yang
bahwa areal yang dimohon di dalam atau di luar WUPK yang berasal dari
pinjam pakai kawasan hutan bagi perizinan di luar bidang kehutanan yang
dokumen yang dilampirkan dalam permohonan adalah sah; dan (3) tidak
pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan berdasarkan Pasal 9 ayat (1)
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, izin
Tata cara permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan yang diatur
dalam PMK ini melalui tahap izin survey atau eksplorasi dan dapat
Berdasarkan ayat (2) menteri dalam jangka waktu paling lama 15 (lima
jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja, menerbitkan surat
Ketentuan ayat (5), sekretaris jenderal dalam jangka waktu paling lama 15
(lima belas) hari kerja sejak menerima usulan penerbitan izin pinjam pakai
98
hutan dan peta lampiran kepada menteri. Sedangkan ketentuan ayat (5),
menteri dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah
Berdasarkan Pasal 26 (1), apabila dalam areal izin pinjam pakai kawasan
dengan izin usaha, izin lingkungan dan dokumen AMDAL untuk komoditas
baru, serta revisi rencana kerja yang telah disesuaikan dengan komoditas
baru. Ketentuan ayat (3), menteri dalam jangka waktu paling lama 15 (lima
penilaian. Ketentuan ayat (4) direktur jenderal dalam jangka waktu paling
dengan pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan yang telah ada.
Ketentuan ayat (2) permohonan diajukan oleh pemegang izin pinjam pakai
dalam akta notariil; (b). izin usaha, izin lingkungan dan dokumen AMDAL
komoditas baru, serta revisi rencana kerja yang telah disesuaikan dengan
komoditas baru.
kegiatan survei dan eksplorasi sesuai ayat (2) diberikan selama 2 (dua)
Sesuai Pasal 40 ayat (3) huruf (a), izin pinjam pakai kawasan hutan
minyak dan gas bumi, mineral, batubara dan panas bumi termasuk sarana
100
dibidangnya.
diperoleh sebelumnya.
produksi, termasuk pertambangan sesuai Pasal 40 ayat (4) huruf (a) Izin
pinjam pakai kawasan hutan diberikan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
berakhir; (2) dicabut oleh menteri; (3) diserahkan kembali secara sukarela
kewenangannya.
diatur dalam Pasal 48 adalah : (1), hapusnya izin pinjam pakai kawasan
101
Ketentuan ayat (2) pada saat hapusnya izin pinjam pakai kawasan hutan
bergerak maupun tanaman yang telah ditanam dalam areal izin pinjam
pakai kawasan hutan menjadi milik negara; dan barang bergerak menjadi
dimaksud pada ayat (2) huruf b wajib dikeluarkan dari kawasan hutan oleh
pemegang izin yang izinnya hapus dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak hapusnya izin atau sejak kegiatan reklamasi dinilai
dari kawasan hutan sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, maka
pertama kali istilah pinjam pakai dengan obyek hutan untuk kegiatan
pertambangan.
dalam bentuk Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang diatur
102
yang berbeda.
117
Ridwan HR. 2010. Hukum Administrasi Negara, Mandar Maju, Bandung. Halaman : 11
103
atau harus berdasarkan wewenang. Tindakan hukum itu menjadi tidak sah
oleh karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah
118
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://Intisarihukum.blogspot.co
m/ 2010/12/ diakses 10 Juli 2017.Pk.10.25 Wite.
104
memberikan izin.
ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih
dahulu). Kondisiional artinya penilaian baru ada dan dapat dilihat serta
dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu
terjadi.
Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang satu
pihak lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah
119
ibid
105
pihak lain.
barang itu.
b. Obyek pinjam
musnah.
segala sesuatu yang dipergunakan orang dan tidak dapat musnah karena
Semua perjanjian yang lahir dan perjanjian pinjam pakai, beralih kepada
ahli waris orang yang meminjamkan dan ahli waris peminjam. Akan tetapi
menerimanya dan khusus kepada orang itu sendiri, maka semua ahli
ketentuan KUH Perdata bagi orang yang menerima barang pinjam pakai
adalah :
tidak disengaja.
1747)
108
itu, bila barang yang dipinjamkan itu telah atau dianggap telah
1750).
(Pasal 1751)
109
kawasan hutan.
pengawasan.
cuma.
seperti saat meminjam, tentu hal ini berbeda dengan kawasan hutan
hutan untuk pertambangan jelas obyeknya justru hilang, dalam hal ini
113
barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat
a. memiliki status tanah yang jelas dan bertitel hak atas nama
pemohon;
b. bebas dari pembebanan hak tanggungan;
c. bebas dari sengketa;
d. berbatasan langsung dengan kawasan hutan; dan
e. terletak dalam satu DAS/Sub DAS Kabupaten/Provinsi dengan
area yang dipinjampakaikan;
b. memenuhi persyaratan teknis untuk dijadikan hutan.
Pada provinsi yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% dari
lagi lahan kosong non hutan yang belum ada peruntukannya. Selain
penambangan.
mempertimbangkan keadaan.
116
untuk pertambangan
a. Definisi Sewa-menyewa
penyewa.”
berdasarkan suatu hak atas barang sewa itu, hal ini tidak
atas barang yang disewakan, atau jika penyewa sendiri digugat untuk
ulang sewa itu. Jika yang disewa itu berupa sebuah rumah yang didiami
menyewakan sebagian kepada orang lain jika hak itu tidak dilarang
dalam persetujuan.
rumah tangga yang baik, sesuai dengan tujuan barang itu menurut
persetujuan sewa atau jika tidak ada persetujuan mengenai hal itu,
telah ditentukan.
luar kesalahannya.”
d. Obyek Sewa-menyewa :
:“Jika dalam masa sewa pada barang yang disewakan itu terpaksa
hari, maka harga sewa harus dikurangi menurut banyaknya waktu yang
tersita dan bagian barang sewa yang tidak dapat dipakai oleh penyewa.
barang sewa yang perlu ditempati oleh penyewa dan keluarganya tak
tanah disebut suatu ukuran luas yang kurang atau lebih dan luas yang
ketentuan-ketentuan.”
suatu tujuan yang lain dengan tujuan yang dimaksudkan atau, pada
persetujuan sewa dan karena itu timbul suatu kerugian bagi pihak yang
biaya, kerugian dan bunga, untuk melaporkan kepada pemilik tanah itu
121
Pasal 1592, Jika dalam suatu sewa untuk beberapa tahun selama
kejadian yang sebelumnya belum dapat diduga akan terjadi baik oleh
kejadian, baik yang dapat diduga maupun yang tak dapat diduga.
123
hukum perizinan
Makna izin secara umum atau secara luas dapat diambil dari
larangan-larangan perundangan120”.
misalnya pertambangan;
120
NM Spelt dan ten Berge, 1991, Pengantar Hukum Perizinan, Utrecht:Mimeo, hlm. 3.
121
Ibid. hal.4
124
122
Ibid. hal. 9-10
123
Abrar Saleng, 2004. Hukum Pertambangan, Yogjakarta: UII Pers.
125
Sejak masa kolonial, masa orde lama, orde baru hingga masa reformasi.
kawasan hutan, yang termasuk kategori ini adalah pengaturan pada masa
baru.
Kolonialisme Belanda
124
Hill dalam Bondan Kanumoyoso. 2001. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di
Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Halaman : 35
127
Belanda.125
Tabel 4 :
Peraturan Perundang-undangan Bidang pertambangan
Jaman Kolonial Belanda
Ketentuan Substansi pengaturan
Mijnreglement Pengaturan usaha pertambangan yang pertama.
1850 Peraturan ini memungkinkan pemberian hak atau konsesi
penambangan kepada swasta warga negara Belanda,
tetapi masih terbatas di luar pulau jawa.
Indische Mijnwet Mengatur tentang penggolongan bahan galian dan
tahun 1899-214 pengusahaan pertambangan
Staatsblad 1922 Penggalian batubara di Kalimantan bagian Selatan dan
No.480 Timur
Staatsblad 1923 Penggalian intan di daerah Martapura dan Pelaihari
No. 565
Staatsblad 1926 Syarat-syarat umum yang berlaku bagi pemberian izin
No. 219 untuk penggalian bahan-bahan galian yang tidak
disebutkan dalam Pasal 1 Indonesische Mijnwet
Staatsblad 1926 Penyerahan wewenang kepada para Gubernur dari
No. 137 daerah-daerah yang dibentuk berdasarkan Pasal 119
Indonesische Staatsregeling, untuk melaksanakan hal-hal
yang berhubungan dengan pemberian izin pertambangan
dari bahan-bahan galian yang tidak disebut dalam Pasal 1
Indonesische Mijnwet
Staatsblad 1930 Syarat-syarat umum yang berlaku bagi pemberian izin
No.348 untuk melakukan eksplorasi pertambangan dan konsesi
pertambangan
Staatsblad 1935 Ketentuan-ketentuan tentang pemberian izin untuk
No. 42 penggalian bahan-bahan galian yang tidak disebut dalam
Pasal 1 Indonesische Mijnwet khusus untuk daerah-
daerah di luar Pulau Jawa dan Madura
Staatsblad 1948 Ketentuan-ketentuan tentang perpanjangan masa
No. 87 berlakunya konsesi pertambangan
Sumber : Diolah126
125
Soetaryo Sigit, 1996. Potensi Sumber Daya Mineral dan Kebangkitan
Pertambangan Indonesia, Pidato Ilmiah Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa
di ITB, Bandung 9 Maret 1996, halaman : 8
126
Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1969 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan. Lihat juga Soetaryo Sigit, Potensi.....; Abrar Saleng,
Hukum Pertambangan... halaman : 64.
128
dan Agrarische Wet 1870 (AW 1970) Staatsblad No. 55 Tahun 1970, oleh
dalam Pasal 1 yang menyatakan bahwa “semua tanah yang tidak terbukti
bahwa atas tanah itu tidak ada hak milik mutlak (eigendom) adalah
milik negara.
hutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada gangguan atas kawasan yang
127
Harsono dan Backman dalam Mora Dingin, 2014. Bersiasat Dengan Hutan
negara-Seri Hukum dan Keadilan Sosial, Epistema Institute, Jakarta. Halaman : 49
128
Budi Harsono, 1994. Hukum Agraria di Indonesia,Djambatan, Jakarta.
Halaman:7
129
yang ditetapkan sebagai kawasan hutan bisa jadi tidak ditutupi oleh hutan
atau tanaman berkayu lainnya. Dengan kata lain, sebuah lahan yang
lahan pertanian dan hutan, serta menyatakan semua wilayah yang belum
yang tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan atas tanah maka tanah
dimiliki pemerintah.”
Tabel 5 :
Dinamika Pengaturan Pertambangan di Kawasan Hutan
Masa Periode Pengaturan Pertambangan Batubara Di
Pemerintahan Kawasan Hutan
Kolonialisme Pengaturan a. Pertambangan Batubara dimulai dan
pertambangan secara fisik kawasan penambangan
1850 – 1945 berada didalam kawasan hutan di
perkuat dengan politik “domein
verklaring”
b. Penetapan kawasan hutan terpisah
dengan tanah rakyat sebagai upaya
menghindarkan gangguan terhadap
kegiatan eksploitasi hutan
c. Tidak ada pengaturan khusus
pertambangan di kawasan hutan
Sumber : Diolah
pada pandangan Moh. Hatta dalam pidatonya tahun 1946. Prinsip Hatta
adalah bahwa tanah (sumber daya alam) harus dipandang sebagai alat
masyarakat;
dalam dan diatas bumi, air dan ruang angkasa, dan kekayaan
130
Nordholt dalam Endang Suhendar dan Ifdhal Kasim, 1996. Tanah Sebagai
Komoditas-Kajian kritis atas Kebijakan Pertaahan Orde Baru, Penerbit Lembaga
Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta. Halaman : 17-18
134
pertambangan.
pertambangan.132
131
Soetiknjo dalam Ida Nurlinda, 2009. Prinsip-prinsip Pembaharuan Agraria,
Rajawali, Jakarta.
132
Gatot Supramono, 2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara di
Indonesia.Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Halaman: 4
135
sektor sumber daya alam yang bernilai ekonomis sangat tinggi. Selain itu
jaminan pasar dunia yang saat itu terbuka luas bagi komoditi
kawasan hutan.
133
Mora Dingin, Ibid. halaman : 50
136
Tabel 6 :
Peraturan perundang-undangan tentang pertambangan di kawasan
hutan pada periode Orde Baru (1966-1998)
umum.
ketentuan menimbang huruf (a) “hutan adalah karunia Tuhan Yang Maha
pada huruf (b) :”bahwa hutan di Indonesia sebagai sumber kekayaan alam
138
dan salah satu unsur basis pertahanan nasional harus dilindungi dan
“penggalian sumber kekayaan alam yang berupa hutan ini secara intensip,
Pengertian ini mengandung dua unsur yaitu unsur fisik hutan : “suatu
untuk pertambangan.
(tujuh) fungsi hutan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Jika
dan ekspor; angka (5) memberi keindahan alam pada umumnya dan
140
kebudayaan dan pariwisata; angka (6) merupakan salah satu unsur basis
umum.
yang berupa hutan ini, dimaksud tidak lain guna ikut membangun ekonomi
perekonomian.
strategis; (b) golongan vital; (c) golongan yang tidak termasuk golongan a
142
pertambangan adalah :
ayat (3) pasal ini dapat dilakukan atas beban pemegang kuasa
a. Iuran tetap,
yang bersangkutan.
oleh negara.
wajib membayar iuran tiap tahun untuk tiap hektar wilayah kuasa
pertambangan.
bersangkutan.
pertambangannya.
Pasal 169 (a) UU 4 Tahun 2009, Pada saat undang-undang ini mulai
Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya
skema perjanjian (KK,KP, PKP2B) dan skema perizinan (IUP). Skema IUP
147
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
Pasal 2 ayat (4) adalah Kuasa Pertambangan yang diberikan oleh Menteri
7, yaitu bahan galian dapat pula diusahakan oleh pihak swasta yang
oleh pihak swasta. Selain itu berdasarkan Pasal 10, menteri dapat
atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.” Menurut
150
berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk
Gambar 3:
Penguasaan Negara
berdasarkan
Pasal 33 UUD 1945
MENTERI Sebagai
Pelaksana
Penguasaan Berdasarkan
Negara Surat Keputusan
Menteri
satu akan memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain tanpa
134
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2001, hal. 3
151
dirinya; (2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan; (3) suatu pokok
perusahaan.
baik.”
penggunaan lahan. Ketentuan ini tentu juga berlaku bagi kawasan hutan
yakni kecuali areal tanah yang telah ditetapkan sebagai Suaka Alam dan
tanah yang telah ditetapkan sebagai Suaka Alam dan Hutan Wisata
menetapkan Hutan Negara meliputi 4 jenis, yaitu : (a) Hutan Lindung; (b)
Hutan Produksi; (c) Hutan Suaka Alam; (d) Hutan Wisata. Maka dalam
154
Pertambangan Daerah pada dua jenis hutan saja yaitu suaka alam dan
hutan wisata, maka dapat diartikan bahwa kuasa pertambangan dan izin
hutan menyimpang dari fungsi yang telah ditetapkan; selain itu maksud
155
yang ditetapkan,
dan pertahanan nasional. Dalam ketentuan ini tidak ada penjelasan yang
Hutan.
hutan dengan status cagar alam, suaka margasatwa dan taman buru,
melarang.
135
M.Muhdar dkk. 2013. Laporan Penelitian Implementasi Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan.Prakarsa Borneo-The TAF Foundation Jakarta.
157
Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana
dari: (a) taman nasional; (b) taman hutan raya; (c) taman wisata alam.
tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
Pasal 31 ayat (1) di dalam taman nasional, taman hutan raya, dan
alam. Ketentuan ayat (2) kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
4).
Pasal 1 angka (2) adalah “pinjam pakai atas sebagian kawasan hutan baik
swasta.
161
Bagi wilayah provinsi yang kawasan hutannya kurang dari 30% dari
Pasal 9 ayat (1) Pada dasarnya hanya kawasan hutan produksi yang
pakai.
Tabel 7 :
Perubahan terhadap Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 55/Kpts-II/1994
(lima) tahun, ditambahkan ketentuan khusus pada ayat (2) yaitu : Bagi
perjanjian pinjam pakai tanpa atau dengan kompensasi untuk bahan baku
puluh) tahun. Namun ketentuan ini hanya bertahan 1 (satu) tahun karena
kembalikan lagi jangka waktu izin pinjam pakai menjadi maksimal 5 (lima)
Nomor 41/Kpts-II/1994.
bersifat komersial oleh BUMN, BUMD, atau Koperasi minimal adalah 1:1;
pinjam pakai :
permohonan tersebut.
teknis tersebut, untuk memperoleh Keputusan lebih lanjut. (5) Jika masih
jenderal inventarisasi dan tata guna hutan dalam tenggang waktu 15 (lima
belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan hasil peninjauan dan
dilampiri : (a) Peta lokasi dan luas kawasan hutan yang dimohon; (b)
kawasan hutan.
167
Tabel 8 :
Pembagian kewenangan dalam Mekanisme Pemberian IPPKH
dasar menimbang huruf (b) bahwa hutan, sebagai salah satu penentu
secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan diurus dengan
gugat.
168
kehutanan, yang semula pada masa orde baru diatur dalam UU Nomor 5
UU ini didasarkan pada pertimbangan :136 huruf (a) bahwa hutan, sebagai
karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada
136
Dasar menimbang UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
169
kehutanan yang lebih berkeadilan dan lestari. Hal ini menjadi tantangan
Tabel 9 :
Peraturan perundang-undangan tentang
Petambangan di Kawasan Hutan Periode 1999 – 2016
reformasi adalah :
1999;
pertambangan
173
Isi perpu ini adalah : Pasal 1 menambah ketentuan baru dalam bab
penutup yang dijadikan Pasal 83A dan Pasal 83B yang berbunyi: “Pasal
(2) Unsur negara dalam keadaan genting dan memaksa tidak terlihat
Tahun 1999.
175
di Kawasan Hutan
Kehutanan.”
granit dan batubara. Status perizinan atau perjanjian terdiri dari : produksi
Tabel 10 :
Jumlah 927.648
Sumber : Keppres 41 Tahun 2004 Tentang Penetapan Perizinan atau Perjanjian
di Bidang Pertambangan yang Berada di Kawasan Hutan
177
Nomor 4412).
tersebut.
yaitu138:
(1) Perpu No. 1 Tahun 2004 bertentangan dengan TAP MPR No.
(2) Perpu No. 1 Tahun 2004 cacat dalam perumusan norma. Pasal 1
1999. Oleh karena itu alasan adanya ketidak pastian hukum bagi
sebuah Perpu oleh Presiden, termasuk Perpu No. 1 Tahun 2004, yaitu
undang-undang;139
maka Pasal 83A Perpu No. 1 Tahun 2004 termasuk kategori Ketentuan
139
Putusan MK Nomor 003/PUU-III/2005, Pendapat Mahkamah dalam Bagian
Pengujian Formil, halaman : 14
182
Penutup, jadi seharusnya Pasal 83A dan Pasal 83B tidak semuanya
Tahun 2004. Bahwa materi muatan Pasal 83A merupakan norma umum
Keputusan Presiden.
tentang Kehutanan;
kebijakan;
atau tindakan hukum yang terjadi, baik sebelum, pada saat, maupun
eksplorasi.
185
dan pengawasan dengan melihat dari sisi biaya dan manfaat (cost and
yang ditentukan.
lindung,....”140 .
140
Pendapat Mahkamah dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-III/2005,
angka (2) halaman : 17.
186
Gambar 4 :
Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pertambangan Terbuka
di Kawasan Hutan Lindung
Putusan
MK 003/PUU-III/2005
Pengujian
UU 19/2004 (Perpu 1/2004)
Bersifat
Sementara Transisional
2004 juncto Perpu No. 1 Tahun 2004 akan menimbulkan dampak kerugian
berkelanjutan.
141
Ibid. Halaman : 16
188
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
secara intensif sejak pemerintahan orde baru atau jika dihitung sejak
kawasan hutan.
Pasal 1 ayat (1) Jenis PNBP dalam Peraturan Pemerintah ini adalah
luas kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh persen) dari luas daerah
reklamasi.
satuan rupiah.
tidak akan dapat menggantikan fungsi ekologis yang hilang. Bahkan dapat
mengatur bahwa :
a. Hak atas WIUP, WPR, atau WIUPK tidak meliputi hak atas
tanah permukaan bumi.
b. Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat dilaksanakan pada
tempat yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan,
c. Kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari
instansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Hutan
a. religi;
b. pertambangan;
c. instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta
teknologi energi baru dan terbarukan;
d. pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar
radio, dan stasiun relay televisi;
e. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
f. sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana
transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil
produksi;
g. sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan
instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah;
h. fasilitas umum;
i. industri selain industri primer hasil hutan (PP 61 tahun 2012);
j. pertahanan dan keamanan;
k. prasarana penunjang keselamatan umum; atau
l. penampungan sementara korban bencana alam.
m. Pertanian tertentu dalam rangka ketahanan pangan dan
ketahanan energi (PP 61 tahun 2012).
Kehutanan adalah :
pertambangan
perjanjian dimaksud.
Tabel 11 :
Regulasi Ditingkat Menteri tentang Pertambangan
di Kawasan Hutan pada Periode Reformasi (1999 – 2016)
lindung menjadi dua, yaitu pertama izin kegiatan, yang dimaksud adalah
Pasal 1 ayat (2) izin kegiatan di dalam kawasan hutan lindung adalah izin
pakai kawasan hutan yang diatur dalam Pasal 1 ayat (3), izin pinjam pakai
a. memiliki status tanah yang jelas dan bertitel hak atas nama
pemohon;
b. bebas dari pembebanan hak tanggungan;
c. bebas dari sengketa;
d. berbatasan langsung dengan kawasan hutan; dan
e. terletak dalam satu DAS/Sub DAS Kabupaten/Provinsi dengan
area yang dipinjampakaikan;
c. memenuhi persyaratan teknis untuk dijadikan hutan.
Pada provinsi yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% dari luas
luas daratan atau lebih, areal kompensasinya seluas kawasan hutan yang
dipinjampakaikan.
64/Menhut-II/2006
hutan yang telah dibebani izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada
hutan alam atau izin usaha pemanfaatan hutan kayu (IUPHHK) pada
produk kayu. Hal ini menurut penulis menunjukkan bahwa tidak ada
pertambangan.
b dan Pasal 25 ayat (1) huruf b besarnya dana PNBP tersebut dihitung
mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Pada ayat (2)
tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan salah satunya adalah pada
gas bumi, mineral, batubara dan panas bumi termasuk sarana dan
prasarana.
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, izin
luas serta bernilai strategis sesuai ayat 2 yaitu: (a). pertambangan yang
pinjam pakai kawasan hutan di seluruh WUPK yang menjadi Wilayah Izin
cakupan luas serta bernilai strategis, perlu ada Kajian Lingkungan Hidup
peraturan perundang-undangan.
201
sama dengan perum perhutani; (b). lahan kompensasi yang berada di luar
kawasan hutan; (b). terletak dalam daerah aliran sungai, pulau, dan/atau
konvensional; (d). tidak dalam sengketa dan bebas dari segala jenis
lapangan untuk dinilai kelayakan teknis dan hukum oleh tim yang
salah satu kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat
mengatur :
Pertambangan Batubara
diperintahkan.”142
memaksakan kepatuhan.143
142
Dian Puji Simatupang, 2004. Materi Hukum Administrasi Negara, Program
Ekstensi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, halaman : 1
143
Philipus M. Hadjon, 1993. Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya,
halaman : 337
144
Andi Hamzah, 2005. Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta.
Halaman: 48-49
204
menjadi konkret.147
dilihat dari dua sistem atau strategi, yang disebut compliance dengan
145
Laica Marzuki, 2006. Berjalan-jalan di Ranah hukum – Pikiran-pikiran
Lepas, Sekretariat Jenderal dan Kepanitiaan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, halaman:
237
146
Sjachran Basah. 1992. Perlindungan Hukum atas Sikap Tindak
Administrasi Negara, Penerbit Alumni Bandung, halaman: 14
147
Satjipto Rahardjo, 1981. Masalah Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Penerbit
Sinar Baru, Bandung, halaman: 15
148
Koesnadi Hardjasoemantri, 2000. Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Yogjakarta, halaman : 375
205
11 Tahun 1967
ketentuan ini tidak diatur secara khusus, secara umum yang diatur
149
Ibid. Halaman : 376
206
pertambangan.
pemenuhan peraturan
kabupaten/kota.
a. teknis pertambangan;
b. pemasaran;
c. keuangan;
d. pengolahan data mineral dan batubara;
e. konservasi sumber daya mineral dan batubara;
f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
g. keselamatan operasi pertambangan;
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklarnasi, dan pascatambang;
i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri;
j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan;
m. kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha
n. pertambangan yang menyangkut kepentingan umum;
o. pengelolaan IUP atau IUPK; dan
p. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
ayat (1) huruf a, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf i dilakukan
perundang-undangan.
perundang-undangan lainnya.
dikenal dua bentuk sanksi yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana.
kegiatan eksplorasi atau operasi produksi; dan /atau (c) pencabutan IUP,
undangan.
Hutan
evaluasi.
hutan; (b). dispensasi pinjam pakai kawasan hutan; dan (c). izin pinjam
b. Pelaksana Monitoring
dalam hal berada dalam wilayah Kerja Perum Perhutani, serta unsur
c. Pelaksana Evaluasi
kehutanan.
pakai kawasan hutan dan izin pinjam pakai kawasan hutan memenuhi
hutan; dan
sanksi.
undangan.
Kawasan Hutan
Pasal 159 hingga Pasal 162, sanksi pidana dapat diperberat jika
pelakunya adalah badan hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 163 (1)
dalam hal tindak pidana dilakukan oleh suatu badan hukum, selain pidana
dimaksud pada ayat (1) badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160, Pasal
161, dan Pasal 162 kepada pelaku tindak pidana dapat dikenai pidana
tambahan berupa:
“Setiap orang yang rnengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan
sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda paling banyak
Tabel 12 :
Sanksi Pidana dalam UU 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Minerba
internasional.
217
Bentuk sanksi administrasi berdasarkan ayat (2) terdiri atas: (a). teguran
tertulis; (b). paksaan pemerintah; (c). pembekuan izin lingkungan; atau (d).
Tabel 13 :
Sanksi pidana Lingkungan
Tindak Pidana Sanksi Pidana
Pasal 98(1) Setiap orang yang dengan Unsur Kesengajaan : pidana penjara paling singkat 3 tahun
sengaja melakukan perbuatan yang dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit
mengakibatkan Rp3.000.000.000,00 dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
dilampauinya baku mutu udara Pemberatan : Pasal 98 ayat (2) mengakibatkan orang luka
ambien, baku mutu air, baku mutu air dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana
laut, atau kriteria baku kerusakan penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
lingkungan hidup tahun dan denda paling sedikit 4 milyar dan paling banyak 12
milyar
Pemberatan : Pasal 98 ayat (3) Jika mengakibatkan orang
luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling
sedikit 5 milyar dan paling banyak 15 milyar
Pasal 98(1) Setiap orang yang dengan Unsur Kelalaian Pasal 99 (1) pidana penjara paling singkat 1
sengaja melakukan perbuatan yang tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1
mengakibatkan milyar danpaling banyak 3 milyar
dilampauinya baku mutu udara Pemberatan : Pasal 99 ayat (2) mengakibatkan orang luka
ambien, baku mutu air, baku mutu air dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana
laut, atau kriteria baku kerusakan penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun dan
lingkungan hidup denda paling sedikit 2 milyar paling banyak 6 milyar
Pemberatan : Pasal 99 ayat (3) Jika mengakibatkan orang
luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 tahun dan paling lama 9 tahun dan denda paling
sedikit 3 milyar dan paling banyak 9 milyar
Pasal 100 (1) Setiap orang yang dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan
melanggar baku mutu air limbah, baku denda paling banyak 3 milyar
mutu emisi, atau baku mutu gangguan
Pasal 102 Setiap orang yang dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
melakukan pengelolaan limbah B3 paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit 1 milyar dan
tanpa izin sebagaimana dimaksud paling banyak 3 milyar
dalam Pasal 59 (4),
Pasal 103 Setiap orang yang pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun
menghasilkan limbah B3 dan tidak dan denda paling sedikit 1Milyar dan paling banyak 3 Milyar
melakukan pengelolaan
Pasal 109 Setiap orang yang pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 3
melakukan usaha dan/atau kegiatan (tiga) tahun dan denda paling sedikit 1 milyar dan paling
tanpa memiliki izin lingkungan banyak 3 milyar
Pasal 112 Setiap pejabat berwenang yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau
yang dengan sengaja tidak melakukan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa
pengawasan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah)
Sumber : UU 32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
219
lingkungan hidup; (b). dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak
kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
ganti kerugian dan pemulihan lingkungan diatur dalam Pasal 87 ayat (1):
badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib
berupa:
Hutan
daerah. Ketentuan Pasal 98, Pemegang IUP dan IUPK wajib menjaga
222
kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan
sehingga tidak menjadi sumber penyakit bagi rakyat sekitarnya bila usaha
ditinggalkan.
oleh negara.
lainnya.
224
Kehutanan yang clear and clean (cnc) sebagai kompensasi atas kawasan
Kawasan Hutan;
memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak
peruntukannya.
kewajiban :
energi.
Pemeliharaan.
penambangan.
laporan kemajuan reklamasi setiap 3 (tiga) bulan satu kali. Ketentuan ayat
Lahan Hutan.
reklamasi.
228
rehabilitasi.
Tabel 14 :
Dinamika Pengaturan Reklamasi Pasca Tambang dalam
Kawasan Hutan di Indonesia
umum diatur dalam Pasal 99 ayat (1) bahwa “Setiap pemegang IUP dan
dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pasca tambang sesuai ayat (2)
kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan
pascatambang.
memenuhi unsur :
peruntukannya.
berdasarkan Pasal 99 ayat (1) bahwa “Setiap pemegang IUP dan IUPK
Produksi.”
umum diatur dalam Pasal 99 ayat (1) bahwa “Setiap pemegang IUP dan
atau IUPK dan pemegang hak atas tanah. Setelah persetujuan rencana
sesuai ketentuan Pasal 100 ayat (1). Jika pemegang IUP dan IUPK tidak
dan pascatambang.
233
Tabel 15:
Kawasan Hutan
No Regulasi Tentang
1 Keputusan Menteri Kehutanan Pedoman Reklamasi Bekas Tambang
dan Perkebunan Nomor: Dalam Kawasan Hutan
146/Kpts-II/1999
2 Peraturan Menteri Kehutanan Tata Cara Penentuan luas areal terganggu
No. P.56/Menhut-II/2008 jo.. dan areal reklamasi dan revegetasi untuk
Peraturan Menteri Kehutanan penghitungan PNBP penggunaan
No. P.84/Menhut-II/2014 kawasan hutan
3 Permenhut No. 60/Menhut- Pedoman Penilaian Keberhasilan
II/2009 Reklamasi Hutan
4 Permenhut No. P.32/Menhut- Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik
II/2009 Jo.. P.35/Menhut- Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS
II/2010 (RTkRHL-DAS)terkait Pasal 13 ayat 5 PP
76/2008)
5 Permenhut No. P.39/Menhut- Pola Umum, Kriteria, dan Standar
II/2010 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan terkait
Pasal 7 PP 76/2008)
6 Permenhut No. P.04/Menhut- Pedoman Reklamasi Hutan
II/2011
7 Permenhut No. P.12/Menhut- Pedoman Penyelenggaraan Rehabilitasi
II/2011 Hutan dan Lahan
8 Permenhut No. P.63/Menhut- Pedoman Penanaman Bagi Pemegang
II/2011 IPPKH Dalam Rangka Rehabilitasi DAS
9 Peraturan Menteri Kehutanan Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
No. P.16/Menhut-II/2014
10 Peraturan Menteri Kehutanan Pedoman Penanaman Bagi Pemegang
No. P.87/Menhut-II/2014 IPPKH dalam rangka Rehabilitasi DAS
Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan RI Periode 1999-2014
hutan. Ketentuan ayat (2), organisasi antara lain bertugas untuk: (a).
reklamasi hutan.
keberhasilan untuk tingkat pusat dilakukan oleh tim yang dikoordinir oleh
dilakukan oleh tim yang dikoordinir oleh Dinas Teknis Provinsi yang
sebanyak 3 (tiga) kali dengan selang waktu 3 (tiga) bulan untuk setiap kali
peraturan perundang-undangan.
dengan peruntukannya.
penambangan menurut ketentuan ini ada tiga klasifikasi yaitu L1, L2 dan
kawasan hutan yang bersifat temporer yang secara teknis dapat segera
Pasal 6 ayat (2) huruf (a) izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
kawasan hutan dibawah 30% (tiga puluh perseratus) dari luas daerah
aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi : izin pinjam pakai kawasan hutan
pada provinsi yang luas kawasan hutannya di bawah 30% (tiga puluh
luas rencana areal terganggu dengan kategori L3; dan jika realisasi L3
lebih luas dari rencana L3 maka luas lahan kompensasi ditambah dengan
Wilayah provinsi yang luas kawasan hutan diatas 30% (tiga puluh
1:1 ditambah dengan luas rencana areal terganggu dengan kategori L3;
salah satu kewajiban pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan untuk
bermasalah di lapangan (de facto) dan hukum (de jure) adalah kondisi
calon lahan kompensasi yang telah jelas statusnya, tidak dalam sengketa,
tidak dalam penguasaan pihak yang tidak berhak dan tidak dibebani hak
dijadikan bagian dari satu unit pengelolaan hutan; (b). terletak dalam
daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi yang sama; (c). dapat
239
dan bebas dari segala jenis pembebanan dan hak tanggungan; dan (e).
dalam aliran sungai yang sama atau dalam provinsi yang sama.
yang akan terganggu dengan hilangnya kawasan hutan, serta tidak dapat
digantikan dengan sejumlah uang. Salah satu fungsi kawasan yang tidak
sangat dinamis. Pada masa Orde lama fondasi awal pengelolaan sumber
daya alam diatur dalam Konstitusi RI UUD 1945, serta UU Nomor 5 tahun
1060 tentang Ketentuan Dasar Pokok-pokok Agraria. Selain itu hanya satu
khusus.
yang lebih detil, namun orientasinya tidak berbeda dengan masa orde
Tabel 16 :
Jumlah Regulasi Pertambangan di Kawasan Hutan
Kalimantan Timur
dikenal dengan nama Pulau Borneo, yaitu pulau terbesar ketiga di dunia
salah satu penghasil devisa utama yang berasal dari eksploitasi sumber
Tabel 17 :
Luasan dan Peruntukan Kawasan di Kalimantan Timur
Posisi Kalimantan Timur terletak antara 4⁰24’ Lintang Utara (LU) dan
2⁰25’ Lintang Selatan (LS), 113⁰44’ Bujur Timur (BT) dan 119⁰00’ Bujur
Tabel 18 :
Data Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur
luas wilayah mencapai 6,66% dari luas Indonesia. Dari segi administrasi
Penajam Paser Utara, dan Mahulu) dan 3 (tiga) Kota Balikpapan, Bontang
1.062 desa.
hektar, Kutai Kartanegara seluas 2.571.641 hektar dan ketiga adalah Berau seluas
2.195.171 hektar.
suatu contoh yang khas. Pada tahun 1888 perusahaan batubara Belanda
kaya akan sumber daya alam hutan. Sebagai bagian dari wilayah pulau
Kalimantan (Borneo) yang sangat kaya flora dan fauna. Keragaman jenis
Pada masa Orde Baru, kondisi geologi Kalimantan Timur yang kaya
kawasan hutan, sumber daya alam yang digali meliputi batubara, emas,
berkisar kurang lebih 7 juta hektar. Terdiri dari 1.451 Izin Usaha
29.201,34 hektar.
Tabel 19:
(IPPKH)
juga harus memiliki Izin Penggunaan Kawasan Hutan berupa Izin Pinjam
150
Andi Ari.S. Subdit Pengawasan Produksi dan Pemasaran
Batubara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM),
wawancara tanggal 27 Januari 2016
250
151
Ibid.
152
Ibid.
251
diterbitkan tahun 2014, perubahan yang sangat nampak adalah dari segi
mencapai 10.922, yang terdiri dari 7.000 IUP Mineral dan 3.922 IUP
sebanyak 3.922, dari jumlah tersebut sebanyak 3.258 IUP berada di Pulau
153
Ibid.
252
Tabel 20 :
154
Ibid.
254
pinjam pakai kawasan hutan diajukan oleh: menteri atau pejabat setingkat
penting, karena salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon
155
Dadan Mulyana, Staf Direktorat Penggunaan Kawasan Hutan
Kementerian Kehutanan, wawancara di Jakarta tanggal 9 Februari 2015
255
156
Ibid.
256
Kalimantan yaitu 502 unit (36,48%) dengan luas total 1.143.419 Ha. Pulau
Sumatera sebanyak 366 unit (26,60%) dengan total 440.342 Ha. Pulau
Jawa sebanyak 209 unit (15,19%) dengan luas total 244.780 Ha. Pulau
Nusa Tenggara sebanyak 64 unit (4,65%) dengan total luas 118.346 Ha.
Pulau Maluku sebanyak 60 unit (4,36%) dengan total luas 131.607 Ha dan
Pulau Papua sebanyak 42 unit (3,05%) dengan total luas 96.563 Ha. 157
diluar kehutanan.
157
Kementerian Kehutanan, Februari 2015
257
bahwa:158
158
Goenoeng, Kepala Bagian Pertambangan Batubara Dinas Energi
Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Timur dalam wawancara
tanggal 9 Maret 2016,
258
pemberian Izin dan non perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan untuk :
perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c dan huruf
bidang kehutanan, kelautan serta energi dan sumber daya mineral dibagi
159
Kepala Bagian Pertambangan Batubara Dinas Energi Sumber
Daya Mineral Provinsi Kalimantan Timur dalam wawancara tanggal 9
Maret 2016,
160
Ibid
260
tanpa ada pembedaan antara kawasan hutan dan bukan kawasan hutan,
161
Ibid
261
162
Kasubag Penggunaan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur, dalam wawancara tanggal 6 April 2016.
163
Ibid
262
164
Ibid
165
Ibid
263
narasumber adalah :
Keterangan Ketua Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT), adalah: 168
168
Siti Maimunah, Koordinator Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT) dalam
wawancara 10 Mei 2017.
169
Ibid
265
Kalimantan Timur.170
170
Staf sub. bag Penggunaan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 14 April 2016
266
Tabel 21 :
JANGKA
LOKASI WAKTU
No NAMA PERUSAHAAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN
(Desa, Kec,
Kab) (TAHUN)
Luas
Nomor Tanggal (Ha)
1 2 3 4 5 6 7
KABUPATEN KUTAI
I KARTANEGARA
PT. MAHAKAM SUMBER SK.164/Menhut-
1 JAYA (PKP2B) Marangkayu II/2008 06-Mei-08 16
Perubahan
SK.374/ 11-Apr-14
Menhut-II/2014 845,8
PT. MAHAKAM SUMBER SK.361/Menhut-
2 JAYA (PKP2B) Marangkayu II/2009 23-Jun-09 2.902,80
Perubahan SK.490/Menhut- SK.680/Menhut-
II/2014 II/2009 16-Okt-09
SK.454/Menhut-
Tanggal 26 Mei 2014 II/2010
PT. SANTAN BATUBARA SK.165/Menhut-
3 (PKP2B) Marangkayu II/2008 06-Mei-08 507,3 5
PT. SANTAN BATUBARA SK.646/Menhut-
4 (PKP2B) Marangkayu II/2009 15-Okt-09 204 8
PT. AZARA BARINDO SK.354/Menhut- 24-Sep-
5 ENERGI TAMA (PKP2B) Marangkayu II/2008 08 331,8 10
PT. SINGLURUS PRATAMA SK.380/Menhut-
6 (PKP2B) Mentawir II/2008 29-Okt-08 10
Perubahan
SK.421/ 24-Apr-14 569,3
Menhut-II/2014
PT. JEMBAYAN MUARA SK.32/Menhut- 05-Feb-
7 BARA (PKP2B) Marangkayu II/2009 09 564,2 10
Revisi
SK.229/Menhut-II/ 20-Apr-11 2
PT. GUNUNG BAYAN SK.100/Menhut- 12-Mar-
8 PRATAMA (PKP2B) Senoni II/2009 09 1831
PT. MADANI CITRA Kembang SK.175/Menhut-
9 MANDIRI (KP) Janggut II/2009 14-Apr-09 888,6 19
SK.467/Menhut- 10-Agust-
10 PT. KYMCO ARMINDO (KP) Marangkayu II/2009 09 1113.2
SK.217/Menhut-
II/2009 05-Apr-10 08/10/2019
SK.16/Menhut-
II/2012 18-Jan-12 873,33 08/10/2019
PT. ALAM JAYA SK.83/Menhut- 19-Agust-
11 BARAPRATAMA (KP) Jembayan II/2009 09 1762,08 27/08/2027
PT. MULTI HARAPAN SK.645/Menhut-
12 UTAMA (PKP2B) Jembayan II/2009 15-Okt-09 3593,11 8
PT. TANITO HARUM SK.638/Menhut-
13 (PKP2B) Sebulu II/2009 09-Okt-09 364,59 29/01/2019
PT. KARTIKA S MINING SK.75/Menhut- 10-Feb-
14 (PKP2B) Senoni II/2010 10 1599,28 8
PT. KARYA USAHA SK.561/Menhut-
15 PERTIWI (KP) Marangkayu II/2010 08-Okt-10 193,2 12/05/2014
SK.618/Menhut- 04-Nop-
16 PT. BARA KUMALA SAKTI Jembayan II/2010 10 1336,6 26/08/2027
267
PINJAM PAKAI
No NAMA PERUSAHAAN KAWASAN JANGKA
LOKASI HUTAN WAKTU
(Desa, Kec,
Kab) (TAHUN)
Jumlah I 31340,66
II KABUPATEN KUTAI TIMUR
PT. TAMBANG DAMAI Teluk SK.642/Menhut-
1 (PKP2B) Pandan II/2009 13-Okt-09 2427,3 27/02/2019
Teluk SK.644/Menhut-
2 PT. KITADIN (PKP2B) Pandan II/2009 13-Okt-09 1433,57 17/06/2018
PT. INDOMINCO MANDIRI Teluk SK.297/Menhut- 01-Sep-
3 (HL) (PKP2B) Pandan II/2008 08 3973,4 17
SK.420/Menhut- 5 Oktober
II/2013 10-Jul-13 2030
PT. INDOMINCO MANDIRI Teluk SK.538/Menhut-
4 (HL) (PKP2B) Pandan II/2010 04-Okt-10 11718,2
PT. INDOMINCO MANDIRI Teluk SK.174/Menhut-
5 (HL) (PKP2B) Pandan II/2009 14-Apr-09 906,1 01/10/2019
PT. INDOMINCO MANDIRI Teluk SK.565/Menhut-
6 (PKP2B) Pandan II/2009 11-Okt-10 4.500 05/10/2020
PT. GANDA ALAM SK.149/Menhut- 21-Mar-
7 MAKMUR II/2012 12 986 18/04/2017
PT. TAMBANG BATUBARA SK.617/Menhut-
8 HARUM II/2011 25-Okt-12 329,2 20 tahun
SK.549/Menhut-
9 PT. INDOMINCO MANDIRI II/2012 02-Okt-12 3168,3 08-Mei-22
268
PINJAM PAKAI
No NAMA PERUSAHAAN KAWASAN JANGKA
LOKASI HUTAN WAKTU
(Desa, Kec,
Nomor
Kab) (TAHUN)
SK.837/Menhut- 29-Sep-
10 PT. INDEXIM COALINDO Kutim II/2014 14 5732,72 15 tahun
SK.538/Menhut-
11 PT. BARA TAMBANG Kukar/Kutim II/2013 26-Jul-13 374,2 04/07/2028
Jumlah II 35549,09
KABUPATEN KUTAI
III BARAT
PT. TRUBAINDO COAL SK.215/Menhut-
1 MINING Muara Pahu II/2008 06-Jun-08 5
SK.534/Menhut- luas awal
II/2011 5956,76
SK.300/Menhut- 1 mei 6 Juni
II/2013 2013 6,024.50 2023
PT. UNITED COAL SK.332/Menhut-
2 INDONESIA (KP) Kelian II/2009 12-Jun-09 178,26 22/09/2013
PT. KARYA BORNEO SK.500/Menhut- 01-Sep-
3 AGUNG (KP) Mamahak II/2009 09 775,3 11
PT. AGRO CITY KALTIM SK.690/Menhut-
4 (KP) Long Hubung II/2009 16-Okt-09 587,19 10
PT. MAMAHAK COAL Mamahak SK.707/Menhut- 31-09-
5 MINING (KP) Tebok II/2009 19-Okt-09 1493 2013
PT.BARINDO EKATAMA SK.621/Menhut- 04-Nop-
6 (PKP2B) Muara Lawa II/2011 10 571,1
SK.74/Menhut- 02-Mar-
7 PT. DAVID BUMI PERKASA Tering II/2011 11 1109,8
PT. MANOOR BULATN SK.270/Menhut-
8 LESTARI II/2012 979,95
SK.386/Menhut-
9 PT. GUNUNG BARA UTAMA II/2012 1543,4
PT. ASIA PASIFIK MINERAL SK.269/Menhut-
10 COAL II/2012 483,5
PT. UNITED COAL SK.460/Menhut-
11 INDONESIA II/2012 597,6
SK.528/Menhut-
12 PT. KEDAP SAYAQ (Tahp I) II/2012 2568,37
SK.199/Menhut-
13 PT. AGRO CITY KALTIM II/2011 465,41
PT. BUMI DHARMA SK.604/Menhut-
14 KENCANA II/2012 989,9
PT. TRUBANINDO COAL SK.945/Menhut-
15 MINING II/2012 6262,98
PT. BARINTO EKATAMA SK.946/Menhut-
16 (PKP2B) II/2013 2134,53
PT. KARYA MAJU JAYA SK.523/Menhut-
17 SENTOSA II/2014 776,02
Kec. Long SK.695/Menhut-
18 PT. GRAHA PANCA KARSA Iram tering II/2014 467,5
Jumlah IV 235,66
269
PINJAM PAKAI
No NAMA PERUSAHAAN KAWASAN JANGKA
LOKASI HUTAN WAKTU
(Desa, Kec,
Nomor
Kab) (TAHUN)
V KABUPATEN PASER
PT. TUNAS MUDA JAYA SK.301/Menhut- 04-Sep-
1 (KP) Batu Kajang II/2008 08 866,45 10
PT. INTREX SACRA RAYA Muara SK.413/Menhut-
2 (PKP2B) Koman II/2009 10-Jul-09 19,19 5
SK.566/Menhut-
II/2010 11-Okt-10 8
SK.793/Menhut- 29-Des-
3 PT TUNAS MUDA JAYA Batu Kajang II/2011 11 744,19 18/09/2021
PT. BELENGKONG SK.488/Menhut-
4 MINERAL RESOURCES Batu Kajang II/2014 26-Mei-14 254,52 22-Mei-15
Jumlah V 1884,35
VI KABUPATEN BERAU
PT. BERAU BARA ENERGI Gunung SK.253/Menhut-
1 (KP) Tabur II/2008 02-Jul-08 376,14 5
PT. BERAU COAL SK.487/Menhut- 20-Agust-
2 BINUNGAN (PKP2B) Maraang II/2009 09 2587,48 18
PT. NUSANTARA BERAU Gunung SK.487/Menhut- 31-Agust-
3 COAL (KP) Tabur II/2010 10 802,8 12
SK.128/Menhut- 02-Mar-
II/2012 12
PT. BERAU COAL SK.785/Menhut- 27-Des-
4 BINUNGAN (PKP2B) Binungan II/2012 12 754,5
PT. BERAU COAL Gunung SK.162/Menhut- 21-Mar-
5 (Sambarata) Tabur II/2011 11 921,85
SK.905/Menhut- 16-Des-
6 PT. MANDIRI JAYA BARA II/2013 13 442,24 6 tahun
PT. LATI TANJUNG SK.748/Menhut- 21-Des-
7 HARAPAN II/2012 12 686,2 21-Des-17
PT. NUSANTARA BERAU Gunung SK.439/Menhut-
8 COAL Tabur II/2013 19-Jun-13 1132,28 12
SK.238/Menhut- 18-Mar-
9 PT. BERAU JAYA ENERGI II/2014 14 869,14 18-Mar-21
Jumlah VI 8572,63
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016
Paser Utara seluas 235,66 hektar terdiri dari 3 (tiga) IPPKH yang meliputi
Tabel 22 :
Luas IPPKH
Kabupaten Jumlah Jumlah Pertambangan
IPPKH Perusahaan (Ha)
Kutai Kartanegara 37 33 31.267,08
Kutai Timur 11 11 35.549,09
Kutai Barat dan Mahulu 18 18 21.983,81
Paser 5 4 1.884,35
Penajam Paser Utara 3 3 235,66
Berau 10 9 8.572,63
Jumlah 84 78 99.492,62
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim tahun 2016
Tabel 23 :
hektar yang terdiri atas IUP seluas 34.727.334 hektar; kontrak karya
hutan.
di kawasan hutan lindung seanyak 4.936.878 hektar, yang terdiri dari IUP,
maksimal dilakukan.
ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945: “Bumi dan Air
karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai
(1), adalah mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak
berkeadilan,
275
secara berkelanjutan,
Untuk itu hutan harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan
penelitian ini ditinjau dari manfaat ekonomi, manfaat sosial serta manfaat
batubara di kawasan hutan dengan alternatif sektor usaha lain yang juga
kehutanan.
utilitarianisme
dalam kriteria objektif adalah adanya kebijakan atau tindakan baik, atau
dinilai buruk secara moral kalau mendatangkan kerugian atau hal buruk.
keburukan.
hutan adalah :
kelimpahan energi dari batubara. Krisis listrik sering terjadi selain kondisi
171
Andi Ari.S. Subdit Pengawasan Produksi dan Pemasaran Batubara
wawancara pada tanggal 16 Februari 2015
172
KESDM, 2016
279
Tabel 24 :
Cadangan dan Produksi Batubara Dunia
cadangan batubara hampir empat kali lipat lebih banyak dari Indonesia,
173
Ibid
280
Timur ini sangat penting secara ekonomi, Provinsi Kaltim selama ini
batubara.”174
yang tak terbarukan sehingga jika deposit telah berkurang atau habis
174
Ibid.
281
dikatakan :176
175
Ibid
176
Ibid
177
Ibid
282
178
Ibid.
283
dalam bab pendapatan negara dan daerah. Ketentuan yang diatur dalam
128 (1) Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas penerimaan pajak dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: (a) pajak-pajak yang
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: (a) iuran tetap; (b)
iuran eksplorasi; (c) iuran produksi; dan (d) kompensasi data informasi.
berdasaarkan Pasal 128 ayat (5) terdiri atas: (a) pajak daerah; (b) retribusi
peraturan perundang-undangan.
284
Tabel 25 :
128 ayat (4) huruf c dan pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana
285
dimaksud dalam Pasal 128 ayat (5) atas tanah dan batuan yang ikut
tergali pada saat penambangan. Ketentuan ayat (2) pemegang IUP atau
ayat (4) huruf c atas pemanfaatan tanah dan/batuan yang ikut tergali pada
saat penambangan.
hutan yang diberikan izin pinjam pakai kawasan hutan berada pada
perusahaan pertambangan.
iuran produksi, iuran eksplorasi, dan royalti, serta pajak-pajak yang harus
PNBP masih sangat rendah. Hal ini menjadi salah satu sorotan dalam
ekonomi negara.”179
179
Kasub Pertambangan Batubara Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi
Kalimantan Timur Goenoeng, pada wawancara tanggal 11 April 2016
288
mendapat 16% dan Daerah Tingkat II (Dati II) mendapat bagian 64%. Bagi
180
Kasubag Penggunaan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur, wawancara tanggal 6 April 2015
289
yaitu :
nilainya sangat kecil sekali dan tidak sebanding dengan kerusakan yang
Tabel 26 :
manfaat sumber daya tambang tergambar juga dari data produksi dan
mencapai 1,3 milliar metric ton. Jika dihitung dengan harga batubara
acuan (HBA) rata-rata untuk setiap tahun nilai penjualan emas hitam
daya alam.
Tabel 27 :
Indonesia. Sumber kekayaan terbesar adalah dari dana bagi hasil salah
perusahaan.
292
Gambar 5 :
ketentuan ini adalah untuk perusahaan PKP2B sebesar 8,5% dari hasil
pertambangan.
berdasarkan PP Nomor 9 tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
laju pertumbuhan ekonomi menjadi 3,94% pada tahun 2014 ketika harga
pusat. Posisi daerah yang kaya sumber daya tambang situasi ekonominya
sumber daya alam justru merupakan daerah yang miskin secara ekonomi,
294
menurun. Hal tersebut sesuai hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS)
Kaltim pada tahun 2015 terkontraksi -0,85 persen (dengan minyak dan
dana yang dijadikan PNBP sebesar satu persen dari jumlah produksi.
penting bahwa kewajiban ini baru diatur tahun 2006, sehingga sebelum
Tabel 28 :
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis PNBP yang berasal dari penggunaan kawasan hutan (PKH) untuk
Berkelanjutan
menyatakan :182
182
Dadan Mulyana, Staf Direktorat Penggunaan Kawasan Hutan
Kementerian Kehutanan, Wawancara di Jakarta tanggal 9 Februari 2015,
297
Timur masih pada angka 30%. Hal ini berarti secara ekonomi, Kalimantan
183
BPS Kalimantan Timur 2016
298
tinggal 5,64%, demikian pula pada tahun 2014 sebesar 2,43%. Bahkan
Tabel 29 :
Kalimantan Timur
Batubara
Timur:184
dikurangi beban kewajiban keuangan yang timbul masih jauh lebih besar.
184
Wawancara tanggal 17 Mei 2017
300
Tabel 30 :
Pendapat Responden tentang Manfaat Ekonomi Pertambangan
Batubara di Kawasan Hutan
Sangat Bermanfaat 5 5%
Cukup Bermanfaat 22 20%
Kurang Bermanfaat 25 23%
Tidak bermanfaat 19 17%
Sangat Tidak Bermanfaat 39 35%
Total 110 100%
Sumber : Data Primer 2017
kawasan hutan.
Tabel 31 :
tidak berkelanjutan.
utilitarianisme
perbandingan manfaat sektor usaha lain yang juga berbasis lahan dan
serta kehutanan.
kawasan hutan dengan sektor berbasis lahan yang lain yaitu perkebunan,
Tabel 32 :
kawasan hutan.
sebanyak 8%.
signifikan.
306
mungkin orang.
sangat besar hanya 8%, demikian juga manfaat bagi pemerintah pusat
sebanyak 19%, bagi pemerintah daerah 20%, bagi pemerintah pusat 32%,
sebanyak 8%, bagi pemerintah daerah 10%, bagi pemerintah pusat 7%,
Tabel 33:
tambang.
terlihat bahwa bagian pemerintah sangat kecil, yaitu royalti untuk PKP2B
komoditas batubara.
309
adalah :185
terjerat dalam kemiskinan, sumber daya alam yang besar ini belum
185
Pradarma Rupang Dinamisator Jatam Kaltim, Wawancara tanggal 4 September 2016 di
Samarinda
186
Ibid
310
Kalimantan Timur, hal ini bisa dilihat dengan masih tinggi penduduk miskin
Tabel 34 :
miskin yang lebih besar. Berdasarkan data BPS Kalimantan Timur tahun
Samarinda yaitu sebanyak 39,25 ribu jiwa, 70% wilayah Kota Samarinda
bagi perempuan.”188
187
Merah Johansyah, Dinamisator Jatam Nasional di Jakarta, wawancara tanggal 5
Oktober 2016
188
TKPT, wawancara pada tanggal 10 Mei 2017
189
Ibid
312
yang lain.
dinilai buruk secara moral kalau mendatangkan kerugian atau hal buruk.
manfaat, ditinjau dari aspek sosial menurut pemerintah pusat dan daerah,
190
Andi Ari.S Subdit Pengawasan Produksi dan Pemasaran Batubara. wawancara
pada tanggal 16 Februari 2016
191
Ibid
314
sebagai bentuk manfaat sosial, tidak berlangsung lama, pada tahun 2014
turun, hal ini menyebabkan manfaat sosial tidak dapat dirasakan lagi.
109, yang menegaskan bahwa pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun
192
Andi Ari.S (KESDM), wawancara pada tanggal 16 Februari 2016;
Dadan Mulyana (Kementerian Lingkungan), Op.cit.
315
wilayah kecamatan/kabupaten.
awal 1970, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan
193
Ilona Vicenovie Oisina Situmeang, 2016. Corporate Social Responsibility-Dipandang
dari perspektif komunikasi organisasi, Ekuilibria, Yogjakarta. Halaman : xv
316
Indonesia berkewajiban :
194
Ibid, halaman : 9
317
administratif berupa :
c. Peringatan tertulis;
d. Pembatasan kegiatan usaha;
e. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;
f. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
Pasal 34 yat (3), badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenakan
jawab sosial dan lingkungan. Ketentuan Pasal 3 (1) tanggung jawab sosial
lingkungan perseroan.
pada ayat (1) memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan
jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan
perusahaan.
Utilitarianisme
Tabel 35 :
Tabel 36 :
Pertambangan Batubara
Responden % Responden %
Sangat Bermanfaat 16 15 3 3
Cukup Bermanfaat 32 29 15 14
Kurang Bermanfaat 41 37 41 37
Tidak bermanfaat 11 10 27 24
Sangat Tidak Bermanfaat 10 9 24 22
Total 110 100 110 100
Sumber : Data Primer 2017
perempuan.
20,65% pada tahun 2016 dan meningkat menjadi 22,01% pada tahun
sebanyak 21,93% pada tahun 2016 dan meningkat menjadi 23,05% pada
tahun 2016 dan meningkat menjadi 28,83% pada tahun 2017. Sedangkan
6,74% pada tahun 2016 dan meningkat sangat tipis menjadi 6,76% pada
tahun 2017.
Tabel 37 :
pertambangan angkanya lebih kecil lagi yaitu hanya 1%. Hal ini
kerja.
dikatakan bahwa :
rentan dengan kondisi global. Seperti keadaan sejak tahun 2014 terjadi
38.986 orang. Sehingga sebanyak 60.000 orang telah di PHK sejak 2014 -
Tabel 38 :
adalah:195
195
Wawancara pada tanggal 10 Mei 2017
327
tenaga kerja sebanyak 62,39% atau sebanyak 1.539.491 jiwa dari jumlah
tenaga kerja yang tersedia sebanyak 3.426.638 jiwa. Tenaga kerja yang
laki yaitu sebanyak 83,64% dari keseluruhan tenaga kerja laki-laki yang
tersedia yaitu sebanyak 1.797,297 jiwa, yang terserap pasar tenaga kerja
angka serapan tenaga kerja sangat kecil, yaitu hanya 38,56% dari jumlah
196
Ibid
328
adalah adanya lapangan kerja baik yang disediakan oleh perusahaan atau
yang ada di daerah (d) Lapangan kerja yang tersedia bagi perempuan di
197
Goenoeng, pada wawancara tanggal 11 April 2016,
330
menilai sangat tidak bermanfaat dan 17% menilai tidak bermanfaat, nilai
Tabel 39 :
sebanyak 18%.
331
Hutan
tindakan baik adalah kebijakan atau tindakan yang menghasilkan hal baik.
332
198
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, pemaparan pada tanggal 9 Mei
2017 di Balikpapan
333
Kehutanan:199
kawasan hutan.
199
wawancara dengan Dadan Mulyana, di Jakarta tanggal 9 Februari 2015,
200
Goenoeng, wawancara tanggal 11 April 2016 :
334
201
Kasubag Penggunaan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan
Timur, dalam wawancara tanggal 6 April 2015
335
Provinsi Kalimantan Timur adalah 1.181 baik izin PKP2B maupun IUP.
Tabel 40 :
202
Kosup KPK Bidang Mineral dan Batubara, di Balikpapan tanggal 9 Mei 2017
336
11%.
juga 40% untuk kriteria sangat bermanfaat; 34% cukup bermanfaat; 15%
337
bermanfaat.
Tabel 41 :
tidak bermanfaat; 20% menilai tidak bermanfaat serta 15% menilai kurang
Utilitarianisme
Tabel 42 :
203
Merah Johansyah, Dinamisator Jatam Nasional dalam wawancara tanggal 6
September 2016.
340
saja.204
Kondisi air sungai yang keruh akibat pembukaan kawasan hulu sungai,
hujan, maka banjir selalu terjadi di sejumlah kawasan akibat daya serap
tanah yang minimal. Air sungai menjadi sangat keruh. Pendangkalan dan
sedimentasi juga tidak terelakan. Padahal 80% dari total warga yang
204
Bernaulus Saragih, Ketua Pusat Pengkajian Sumber Daya Alam
Universitas Mulawarman, pada FGD di Fakultas Hukum Universitas Mulawarman,
tanggal 7 Juni 2015
341
ongkos ekonomi yang makin tinggi, tidak ada lagi air gratis, warga harus
PDAM menjadi sangat buruk yang berdampak pada kualitas air PDAM
pertambangan.
205
Ibid
342
diwujudkan.
dunia.
negara Tambang Batubara Bukit Asam (PT BA), yang tercatat di bursa
swasta bagian dari PT. Indo Tambang raya Megah Tbk (ITM) yang
206
Sigurd Jorde, 2013. Coal and Climate in Kalimantan-Norwegian Interests in
Indonesia’s Environmentally Damaging Coal Expansion. Framtiden,
Fredensborgveien 24 G, N-0177 Oslo, Norwegia, p. 2.
http://www.framtiden.no/rapporter/rapporter-2013/698-report-coal-and-climate-in-
kalimantan-2013/file.html
344
35% kepemilikan publik, dan 65% dimiliki Banpu Minerals (Singapore) Pte.
Coal Investment Co.Ltd dan Banpu Minerals Co. Ltd, yang juga pemilik
tahap produksi dan disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), maka : blok barat berlaku dari 1 april 1998 hingga 31
Maret 2028, blok timur berlaku dari 5 Oktober 2000 hingga 5 Oktober
2030.
Mandiri.
Kabupaten dan satu Kota yaitu Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten
penambangan dibagi menjadi dua blok yaitu blok barat (west block) dan
Tabel 43 :
pinjam pakai dari menteri kehutanan. Areal sisanya seluas 4.131 hektar
pinjam pakai kawasan hutan untuk jalan angkutan batubara dan jalur hijau
Tabel 44 :
dan jalur hijau sesuai izin ini adalah 62,2475 ha. Berdasarkan surat
sepanjang 24,90 km, yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap 14,25 km,
Tabel 45 :
Sumber : Data IPPKH Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015, dan
Dokumen ANDAL PT Indominco Mandiri Tahun 2015 diperbarui Mei 2017
10-17 tahun. Masa berakhir IPPKH antara lain tahun 2019, tahun 2020
tahun 2022 serta SK perpanjangan untuk luas areal 3.973,40 hektar akan
berakhir pada 2030. Jangka waktu yang masih sangat panjang. Sejak
pemindahan jalur sungai Santan agar tidak lagi berada pada wilayah
di Kawasan Hutan
penting menopang 47% produksi batubara setara dengan 15,0 juta ton
Tabel 46 :
pada tahun 2012, namun pada tahun berikutnya justru terjadi penurunan
kehutanan.
Tabel 47 :
2014 sebesar US$ 200.000 ribu, sedangkan tahun 2015 justru terjadi
173,062 Ribu.
351
Tabel 48 :
tidak bermanfaat.
berbasis lahan yang lain, maka sektor pertanian pangan dan kehutanan
sama 37%.
Tabel 49 :
tahun yang lalu. Kondisi sebelumnya untuk menuju Santan Ilir dan Santan
Tengah kondisi jalan tanah dan berlumpur jika hujan. Kondisi itu bertolak
truk pengangkut batu bara itu berupa aspal mulus. Demonstrasi menuntut
seharusnya rumah-rumah warga tidak lagi dari kayu, jaringan air tersedia,
listrik menyala setiap saat, dan jaringan jalan yang memadai. Namun,
Tabel 50 :
tidak bermanfaat.
manfaat.
coklat, pisang, kopi dan padi masyarakat. Serta mempengaruhi kondisi air
ikan tidak ada lagi. Kondisi ini membuat kerugian ekonomi bagi
Mandiri
207
Hanin, public relation PT Indominco, saat wawancara tanggal 12
Oktober 2016,
356
pada tahun 2014 adalah sebanyak 805 pekerja, dan pada tahun 2015
sumber daya alam dan atau berkaitan dengan sumber daya alam.
2007 Bab V Pasal 74. Pasal 108 UU No 4 Tahun 2009 ayat (1),
208
Ibid
209
Ibid
210
Ibid
357
211
Ibid
212
Ibid
358
Marangkayu, yaitu:213
213
M. Anas, wawancara tanggal 24 Agustus 2016
359
bermanfaat dan 23% tidak bermanfaat serta 13% menilai sangat tidak
bermanfaat.
Tabel 51 :
menurut keterangan warga RT 1 Desa Santan Ilir, kalau dilihat dari jumlah
diturunkan dalam bentuk program dan dibagi meliputi banyak desa, maka
dana, karena wilayah penyaluran dana CSR yang meliputi banyak desa.
Tabel 52 :
214
Taufik, wawancara tanggal 24 agustus 2016
361
Mandiri
Indominco Mandiri
reboisasi atas kawasan hutan yang dipinjam pakai dengan tanaman hutan
dokumen yang tertuang dalam ANDAL, RKL dan RPL, sehingga nantinya
2008 – 2012. Sedangkan untuk periode 2009 -2015 senilai Rp. 73 Milyar
(US$ 5.013).
362
215
Syaiful Ardi, Ketua Forum Pelajar dan Mahasiswa Santan pada tanggal 24
Agustus 2016,
216
Paparan Tim Kajian dari LPPM Universitas Mulawarman, tentang Kawasan APL
Kota Bontang,di Bontang pada tanggal 26 Agustus 2015
363
batubara PT Indominco.
Tabel 53 :
persoalan air dan debu batubara yang masuk ke rumah warga, jarak
217
Kaharuddin warga Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai
Kartanegara, wawancara pada tanggal 23 Agustus 2016
364
rumah warga hanya 50m dari stockpile batubara. Persoalan ini diatasi
for live) melalui program CSR. Pada tahun 2014 sarana air bersih
masyarakat adalah air dari sisa power plant (pembangkit listrik tenaga
bersih, sehingga air hanya dipakai MCK tidak untuk dikonsumsi. Jika
tandon air dibuka, maka akan nampak endapan cukup tebal batubara
dua RT, namun yang dapat beroperasi hanya satu. Kondisi ini membuat
menimbulkan kerusakan.
218
Romiansyah, warga Desa Santan Ulu Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai
Kartanegara, wawancara tanggal 20 Agustus 2016
365
didalam Alqur’an dimuat pada Surah Al Mulk ayat (3) : “Maha Suci Allah
sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih.
Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?” Surah
ayat berikutnya yaitu Ar-Rahman ayat (8) : “Agar Kamu jangan merusak
keseimbangan itu”.
telah diciptakan oleh Allah dengan seimbang, maka ditegaskan oleh Sang
Pencipta larangan pada manusia untuk tidak merusak alam yang telah
Rahman ayat (9) : “Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan
ketentuan tersebut.
Manusia diperintah Allah untuk berbuat adil, dalam ayat ini Allah
konsisten.219
hendaknya tetap memperhatikan hak makhluk Allah yang lain untuk turut
219
Tafsir Al-Misbah 13 halaman: 283-285
367
karena itu merupakan kesalahan jika manusia merasa memiliki hak penuh
keseimbangan alam.
Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah
Alam diciptakan Allah dengan sempurna, dalam konsep ini tidak ada
manusia.
Allah yang sempurna. Hal ini disebutkan dalam Surah Al Baqarah ayat 11:
ketidak seimbangan alam adalah akibat ulah tangan manusia. Akibat ulah
berlumpur dan tidak layak konsumsi. Kondisi buruk air sungai pada
yang lain juga akan terganggu. Ketika terjadi kerusakan atas alam maka
220
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.m.wikibooks.org/wiki/
371
hidup yang lain. Muatan prinsip keseimbangan dalam definisi daya dukung
lainnya.
372
di Kawasan Hutan
menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak
asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh
hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi
hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara
32 Tahun 2009 (3) Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi,
telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak
diperbolehkan lagi.
Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hutan sebagai
sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu
Kawasan Hutan
sumber daya alam sumber daya ekonomi, sumber daya sosial, sumber
daya budaya dan yang lainnya, yang dalam konsep kaidah keseimbangan
tertentu bisa berkurang akan tetapi sumber daya lainnya harus bertambah
sampai pada kesimpulan sumber daya total tatanan pada sektor sumber
persoalan. Kondisi setiap bidang dan setiap daerah yang berbeda akan
membuat tampilan yang di nilai juga akan berbeda antar bidang sumber
daya alam, maupun antar daerah satu dengan daerah yang lain.
rumah tangga.
keselamatan warga;
masyarakat;
378
keanekaragaman hayati;
pendidikan.
b. nilai keberlanjutan.
daya yang dinilai seberapa tingkat manfaat bagi semua pihak, pemerintah
orang
mengingat sumber daya alam yang ada tidak hanya untuk generasi
alam kehidupan.
221
Jimly Asshidiqie, 2009. Green Constitution-Nuansa Hijau Undang-Undang
Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Rajawali Pers, Jakarta. Halaman 134.
381
pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar negara maju
yang dihasilkan melalui KTT Bumi di Rio de Jeneiro 1992 adalah prinsip
kerusakan tersebut.
gagasan dari prinsip ini menyatakan bahwa biaya lingkungan dan sosial
segala aspeknya tidak hanya dalam dimensi jangka pendek. Prinsip ini
224
Rahmad K Dwi Susilo, 2014. Sosiologi Lingkungan, Rajawali Pers, Jakarta.
Halaman : 192.
225
Johny Purba, 2002, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta. Halaman : 20
383
sosial budaya dan lingkungan hidup adalah aspek yang berdimensi jangka
prinsip keadilan antar generasi. Namun hal ini menuntut sikap kehati-
hatian dan arif dalam setiap kebijakan pembangunan agar manfaat jangka
226
Tuhana Taufiq Andrianto, 2014. Dasar-dasar Audit Lingkungan, Global
Pustaka Utama Yogjakarta, halaman : 202
227
Jozef Dubinski, Sustainable Development Of Mining Mineral Resources,
Journal of Sustainable Mining, Vol. 12 tahun 2013.
384
228
Burtland dalam Albert Napitupulu, 2013. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Berkelanjutan – Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. IPB Press. Bogor, halaman: 35-
36
385
penulis terdapat sumber daya yang khas yang kehilangan pada jumlah
menurut penulis tidak selalu kehilangan salah satu jenis sumber daya
hayati akan hilang manfaat ekonomi, ekologi dan sosial kawasan hutan
juga tidak akan dapat dinikmati untuk masa mendatang. Sementara dalam
Gambar 6 :
ekonomi
Ekologi/
Sosial
Lingkungan
hutan.
hanya keuntungan ekonomi bagi sedikit orang saja namun untuk sebagian
bagi pemerintah pusat dan daerah sesuai ketentuan yang berlaku dalam
Setelah masa itu Kalimantan Timur justru menjadi daerah dengan tingkat
memuat prinsip manfaat sosial bagi masyarakat baik secara fisik maupun
fasilitas sosial sangat minim. Kondisi fasilitas jalan buruk, listrik terbatas,
nilainya yang kecil karena telah dibagi pada banyak desa. Kondisi tersebut
penting bagi kehidupan manusia dan makhluk yang lain. Kawasan hutan
manusia untuk memulihkan kawasan hutan yang sudah dibuka dan digali
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
mengoptimalkan pengawasan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku/Literatur
Arif Satria. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. IPB Press. Bogor
Bernadinus Steni, 2013. Hak Masyarakat Atas Tanah dan Sumber Daya
Alam Dalam Strategi REDD+. Perkumpulan HUMA, Jakarta
CST. Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta,
Mouna Wasef dan Firdaus Ilyas. 2011. Merampok Hutan dan Uang
Negara. Indonesia Corruption Watch. Jakarta
Otong Rosadi. 2012. Quo Vadis Hukum Ekologi dan Keadilan Sosial.
Dalam Perenungan Pemikiran (Filsafat) Hukum.Penerbit Thafa
Media, Jakarta.
Soetrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian. CV. Andi Offset. Yogjakarta
Urip Santoso, 2005. Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada
Media, Jakarta.
Ruth Colaguiri and Emily Morrice, Coal industry thriving, but at what
social and heath cost ?. The Conversation, 2 November 2011,
http : //theconversation.com/coal-industri-thriving-but-at-what-
social-and-health-cost-9266. Diakses : 30 Januari 2015.
E. Peraturan Perundang-undangan