Oleh :
B 111 10 491
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
HALAMAN JUDUL
TINJAUAN YURIDIS PERADILAN IN ABSENTIA DALAM PERKARA
TINDAK PIDANA KORUPSI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Tugas Akhir dalam rangka Penyelesaian Studi
Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
OLEH :
M. ARFHANI ICHSAN A.H.
B 111 10 491
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
i
ABSTRAK
Segala puji dan rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan
kepada Allah SWT, atas segala rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Salam dan Shalawat semoga
tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana hukum (S.H.) pada
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Ucapan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya
penulis berikan kepada kedua orang tua penulis, ibunda tercinta Panca
Rahmawati, S.E. dan ayahanda tercinta Ansar Nur Hasanuddin, S.E., M.M.
yang telah membesarkan penulis dengan penuh ketulusan, kesabaran dan
kasih sayang. Pencapaian penulis tidak dapat lepas dari keberadaan
orang tua penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan di
segala kondisi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ir. Andi Amiruddin, MsP dan Darmawati Ansar, S.Pi, M.M. yang
telah menjadi orang tua yang baik bagi penulis serta senantiasa
memberikan doa dan dukungannya. Serta kepada saudara penulis Ilman
Ayyub, S.T., Mirza Ikhwan S.iP., Citra Azzahra dan Deta Putri, S.iP. yang
senantiasa memberikan semangat, motivasi dan segala bentuk bantuan
dalam penyelesaian studi penulis. Dan penulis juga berterima kasih kepada
Prof. Dr. Basri Hasanuddin, M.A., Dr. Rahmat Hasanuddin, Nurjannah
Hasanuddin, S.H., M.H. dan Prof. Muhammad Amri, Ph.D. yang
senantiasa memberikan nasihat, arahan dan segala bentuk bantuannya
selama dalam penyelesaian studi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
menemui banyak kendala dan hambatan, untuk itu ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. M. Syukri Akub,
S.H., M.H. selaku Pembimbing I (satu) dan Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H.,
M.H. selaku Pembimbing II (dua) yang telah membimbing dan memberikan
arahan selama penulisan skripsi ini.
Seluruh kegiatan penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan berjalan
lancar tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai
pihak, baik bantuan materiil maupun non-materiil. Sehingga pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
- Prof. Dr. Dwia Aries Tina, M.A. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin beserta staf dan jajarannya.
- Prof. Dr. Farida Pattitingi, S.H., M.Hum. Selaku Dekan
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin beserta para Wakil
Dekan Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.H., Dr. Syamsuddin
Muchtar, S.H., M.H., Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. atas
berbagai bantuan yang diberikan kepada penulis, baik
bantuan untuk menunjang berbagai kegiatan individual
maupun bersama organisasi di Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin.
- Prof. Dr. Andi Sofyan, S.H., M.H., Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H.,
Dr. Heranah, S.H., M.H. selaku Dewan Penguji yang telah
memberikan masukan dan bimbingan untuk penulis lebih baik
kedepannya.
- Prof. Dr. Slamet Sampurno, S.H., M.H., DFM selaku Ketua
Bagian Hukum Acara dan Sekretaris Dr. Muh. Hasrul, S.H.,
M.H. serta para Dosen Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin yang telah menuangkan banyak ilmunya
kepada penulis khususnya di bidang hukum.
- Seluruh staf akademik dan perpustakaan FH-UH atas
segala bantuannya selama penulis berkuliah di FH-UH
khususnya kepada Pak Usman, Kak Tri, Ibu Sri, Pak
Ramalan dan Pak Bunga.
- Para narasumber, Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri
Makassar Adi Emanuel Palebangan, S.H., M.H., dan
Muhammad Damis, S.H, M.H. Hakim Tipikor Pengadilan
Negeri Makassar.
- Para Kakak kakak cantik dan baik hati Wahdaniyah Ali, S.H.
dan Rezki Arianty Akub, S.H. yang telah banyak membantu
penulis selama melakukan penelitian di Kejaksaan Negeri
Makassar.
- Para sahabat-sahabat terbaik, M. Triocsa Taufik, S.H., Muh.
Furqaan, S.H., Emil Ilham, S.H., Asrowinsyah Rosa Utama,
S.H., Ricky Tangkau, S.H., terima kasih telah menjadi
sahabat-sahabat yang selalu menemani, memberikan
banyak perhatian dan bantuan dalam penyelesaian studi
penulis, serta berbagai pengalaman dan banyak yang hal
telah diberikan kepada penulis, see u on top!
- Teman-teman angkatan 2010 FH-UH khususnya Abdi
Afandi, S.H., Firmansyah Pradana, S.H., Faqih Ashabul,
Cesarean Ramadhana, Djaelani Prasetya, S.H., M Alatas,
S.H., Wildan Saifullah, S.H., Syahrul Nawir, S.H., Kiprah
Mandiri, S.H., Tri Sutrisno, S.H., Aldiansyah Permana, S.H.,
Marie Muhammad, S.H., Indra Risandy, S.H., Andi Oddang,
S.H., Farid Maharditya, S.H., Sadly Pratama, S.H., Fahrul
Iksan, S.H., Riyad Anwar, S.H., Wandi Setiawan, Suwahyu,
Adit Neymar, Trie Ayu Sudarti, S.H., Dhinta Wulandari,
S.H., Haifa Khairunnisza, S.H., Nadya Sestiasah, S.H.,
Rafika Ramli, S.H. dan yang tidak sempat penulis tuliskan
namanya, terima kasih kepada semua teman-teman telah
bersama-sama menjalani masa-masa perkuliahan di FH-UH
sukses semua kedepannya.
- Kakanda Senior Adnan Darmansyah S.H., Akbar Tenri
Tetta Pananrang, S.H., Sarif Febriansyah, S.H., Mistri Andi
Muin, S.H., terima kasih atas segala arahan dan
bantuannya dalam pengurusan serta penyusunan skripsi ini.
- Adinda junior Resha Siregar, S.H., Adini Thahira, S.H.,
Febry Nur Naim, Ahmad Ridha, Khairil Andi Syahrir, Atika
Mahrani, Baroni Affif, Awaluddin Said, Syaufi Syukur,
Hilman Nugraha, Imam Martono, Fadli Imran, Tayeb,
Suharmika, Islmail Iskandar, Irwanto Eka Putra, Kisti Aulia,
Nadiyah Parawansa dan yang tidak sempat penulis tuliskan
namanya satu persatu terima kasih atas dukungannya dan
sukses semua kedepannya.
- Tena Sisting crew Syahrul Razak, S.E., Muhammad Fitrah,
S.H., Iskandar Jabbar, S.E., Alamsyah Hamid, S.E., Muda
Rukmana, S.E., Andika Pratama, S.H., Vika Ismail, S.E.,
Muhammad Reza Tawakkal, Andi Idam, Hari Rinaldy, M.
Farid Jedd, terima kasih telah menjadi sahabat yang selalu
menemani dan lucu-lucu di segala kondisi.
- Tetangga seperjuangan, Agung Ashari, S.H., Zulfikar Siring,
Arya Maulana, Angga Nugraha, Ismy Amaliah, Nurhidayah,
yang telah menjadi tetangga masa gitu yang jarang ketemu
kecuali dikampus atau diluar namun tetap dekat rumah dan
dekat dihati.
- Andika Dwiyadi, Hadyaka Wiradewa, Alif Manaungi,
Irfandhy, Edo Satria Mandala, Ilham NP, Putri Yasni, Andi
Kumala, Dija Fadillah, Resky Noviana, yang selalu
memberikan supportnya kepada penulis dalam berbagai hal
dan senantiasa memberikan banyak bantuan selama
berkuliah di FH-UH, tetaplah menjadi bagian yang terbaik
bagi penulis dan sukses semua buat kedepannya.
- Teman-teman KKN REGULER Gel. 85 Unhas Kab. Polman
Kec. Polewali khususnya Posko Desa Wattang, Zatria
Anugerah, Yadi Dangabara, Iman, Juli Hasuratna, S.H.,
Anita Sari Islamuddin, S.E., Andi Tri Desita Annisa, S.Sos.,
Yayah Kuwarah, S.E., Anisah As’ad, S.T., terima kasih telah
menjadi teman seposko yang lucu-lucu dan baik hati
selama hampir 2 bulan.
- Riandhani Utami Upitarinia, S.Ked., Adlina Oktavi, Namirah
Aisyah, sebagai keluarga yang senantiasa memberikan
banyak perhatian, semangat dan motivasi dalam berbagai
hal.
- Keluarga Besar Hasanuddin Law Study Centre (HLSC)
tempat penulis memperoleh banyak pelajaran dan
pengalaman, kisah dan cerita. one love, one life, one HLSC.
- Legitimasi 2010 FH-UH, Kelas K angkatan 2010 FH-UH,
Ikatan Mahasiswa Hukum Sulawesi Barat, Electric Football
Academy, Kantin FH-UH khususnya Hj. Sanni & Cece’
executive lounge.
Penulis menyadari sepenuhnya karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk membantu dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. apabila
terdapat kesalahan –kesalahan dalam skripsi ini, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya dan kepada rekan-
rekan yang turut mrmberikan sumbangsinya dalam menyelesaikan skripsi
ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalam..
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
ABSTRAK................................................................................................ iii
A. Peradilan In Absentia.....................................................................6
Pengadilan...............................................................................11
3. Korupsi..................................................................................... 28
A. Kesimpulan……………………………………………...………........64
B. Saran…………………………………………………………………..65
DAFTAR PUSTAKA…..............................................................................66
BAB I
PENDAHULUAN
begitu tinggi, hal itu terlihat dari berbagai pemberitaan di media massa, baik
1
Moch. Faisal Salam, 2001, “Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek”, Mandar Maju,hal 1.
2
Marwan Effendy, 2011,”Sistem Peradilan Pidana, Tinjauan Terhadap beberapa Perkembangan
Hukum Pidana”, Referensi, hal iii.
secara sistemik, keadaan ini menyebabkan pemberantasan korupsi di
tidak ditemukan atau tidak hadir saat dipanggil untuk diminta keterangan
oleh penyidik atau saat penyidikan hadir, tetapi pada saat persidangan
terdakwa tidak hadir dan tidak dapat dihadirkan oleh Jaksa Penuntut
dokter atau melarikan diri ke luar negeri menjadi kendala dalam proses
Negara, baik yang telah dikorupsi maupun yang masih diduga ada
kaitannya dengan perkara korupsi, baik yang telah disita maupun yang
belum disita guna dirampas untuk negara melalui suatu putusan pengadilan.
menghendaki adanya suatu proses peniadaan hak atas aset pelaku secara
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi_di_Indonesia diakses pada tanggal 21 September 2014.
4
Marwan Effendy, 2010, ”Peradilan In Absentia dan Koneksitas”, Timpani, hal 1.
5
Indriyanto Seno Adji, 2009, “Korupsi dan Penegakan Hukum”, Diadit Media, hal 149,150.
dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
6
Marwan Effendy, 2011, Op.Cit, hal 6.
7
Marwan Effendy, 2010, Op.Cit, hal 2,3.
Berdasarkan hal–hal diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
Korupsi ”.
B. Rumusan Masalah
penuntutan.
4. Sebagai bahan literatur bagi para pembaca dan sebagai masukan bagi
para peneliti lain dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peradilan In Absentia
tanpa tanpa dihadiri oleh terdakwa itu sendiri8. In Absentia berasal dari
bahasa latin Absentia berarti tidak hadir, menurut Andi Hamzah istilah in
absentia berasal dari bahasa latin ”in absentia” atau “absentium”, yang
dalam istilah dan peribahasa hukum bahasa latin berarti “ dalam keadaan
dan dalam bahasa Inggris absent atau absentee. Istilah In Absentia secara
“pemanggilan yang sah”, jika dilakukan dengan cara penempatan dua kali
8
Djoko Prakoso, 1984, “Peradilan In Absentia di Indonesia”, Ghalia Indonesia, hal 54.
9
Andi Hamzah, 1986, “Hukum Pidana Ekonomi”, Erlangga, hal 98.
berturut-turut sekurang-kurangnya pada dua surat kabar harian yang
istilah “tidak hadir” setelah dipanggil secara sah atau patut. Kedua istilah ini
yang berisi pengakuan terdakwa ini haruslah ditunjang oleh isi dari alat bukti
dihadiri oleh terdakwa, hal ini berdasarkan Pasal 196 ayat (1) UU No. 8
10
Marwan Effendy, 2010, Op.Cit, hal 5,6.
11
Adami Chazawi, 2006, “Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi”, PT Alumni, hal 98.
”Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa kecuali dalam hal
mendapat kuasa dari terdakwa yang sengaja tidak mau hadir dalam
untuk mewakilinya di sidang”. Selain itu, Pasal 214 ayat (1) dan ayat (2)
KUHAP menyatakan:
perkara dilanjutkan;
maupun perkara pelanggaran lalu lintas jalan) dapat diputus di luar hadirnya
terdakwa (verstek) dan Pasal 214 KUHAP berlaku bagi semua perkara yang
perkara pelanggaran lalu lintas jalan, melainkan berlaku juga bagi perkara
tindak pidana ringan (lihat Pasal 205 KUHAP). Selain itu, persidangan in
antara lain:
persidangan12
bahkan Pasal 154 ayat 5 jo Pasal 196 ayat 2 KUHAP juga dalam
pada saat akan dibicarakan putusan diantaranya ada yang tidak hadir,
12
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f2e502cd0e52/pengertian -peradilan-in-absentia
diakses pada tanggal 21 september 2014.
maka Hakim dapat melanjutkan persidangan untuk membacakan
putusannya13.
Pengadilan.
dan Pasal 189 ayat 1 KUHAP bahwa keterangan terdakwa ialah apa yang
para saksi. Pemeriksaan hakim juga dilakukan secara lisan, artinya bukan
tertulis antara hakim dan terdakwa. Hal ini berbeda dengan acara perdata
13
Marwan Effendy, 2010, Op.Cit, hal 6.
pemeriksaan perkara pidana hakekatnya untuk memberikan ruang kepada
hak-hak asasi terdakwa sebagai manusia yang berhak membela diri dan
alat-alat bukti yang lain, sehingga ia bebas dan leluasa mengatur jawaban
sidang yang telah ditentukan tidak hadir, hakim ketua sidang akan meneliti
14
Mien Rukmini, 2003, “Perlindungan HAM Melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas
Persamaan Kedudukan dalam Hukum pada Peradilan Pidana Indonesia”, Alumni, hal 89.
15
Marwan Effendy, 2010, Op.Cit, hal 6,7,8.
apakah terdakwa telah dipanggil secara sah. Dalam penelitian tersebut
berikutnya.
dipanggil secara sah untuk kedua kalinya, namun tetap juga tidak
hadir dipersidangan tanpa alasan yang sah, maka dalam hal ini
16
Ibid, Marwan Effendy, hal 8.
Suatu panggilan dapat dikatakan sah atau tidak sah apabila
memenuhi ketentuan Pasal 154 KUHAP dan pasal 146 KUHAP tentang tata
yaitu : (1) sama sekali tidak memberikan alasan apapun, atau (2)
memberikan alasan tetapi alasan itu dinilai tidak patut, atau (3) alasan patut
alasan itu palsu, misalnya dengan alasan sakit, ternyata tidak sakit karena
dipalsukan) atau karena halangan yang patut dan wajar seperti misalnya
dibenarkan atau alasan yang sah. Alasan yang sah ini dengan sendirinya
17
Adami Chazawi, 2003, “Hukum Pidana Materiil dan Formil tentang Korupsi di Indonesia”,
Bayumedia Publishing, hal 303.
mengundurkan persidangan dan selanjutnya memerintahkan penuntut
terdakwa tidak sah, maka hakim akan menerapkan substansi Pasal 154
untuk membuat terang dan jelas suatu perkara yang didakwakan pada
ditahan tidak hadir pada hari sidang yang ditetapkan, hakim ketua
tidak hadir tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara sah untuk
berikutnya.
Mencermati ketentuan pasal 154 utamanya ayat 2, ayat 4 dan ayat
KUHAP, Pasal 152 ayat 2 KUHAP, Pasal 189 ayat 1 KUHAP, Pasal 196
terdakwa dapat dibenarkan karena jika terdakwa atau wakilnya tidak hadir
diperhatikan19 :
18
Marwan Effendy, 2010, Op.Cit, hal 8,9,10.
19
Ibid, Marwan Effendy, hal 24.
1. Panggilan Berbentuk Surat Panggilan
itu Pasal 146 ayat 1 menentukan pula hal-hal yang harus dipenuhi
- Tempat persidangan
didakwaan)
elektronik.
diterima oleh “orang lain” atau “melalui orang lain”. Orang lain
Dalam hal seperti ini, petugas mencatat alasannya (Pasal 227 ayat
2).
“tidak sah”, dan tidak ada kewajiban hukum bagi terdakwa untuk
pemeriksaan baik kepada terdakwa, saksi atau ahli (Pasal 227 ayat
dimulai.
terdakwa kurang dari tiga hari sebelum hari sidang dimulai, namun demikian
dalam sidang pengadilan. Jika terdakwa keberatan, tidak ada alternative lain
dimaksud terkait dengan Pasal 112 ayat 1, yakni pemanggilan dalam taraf
berdasarkan hasil penyidikan yang tidak sah, jika itu merupakan putusan
mestinya dan putusan yudex facti tidak diumumkan, maka putusan yudex
pembentuk kata, yaitu straafbaar dan feit . perkataan feit dalam bahasa
disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin (delictum). Dalam
20
Ibid, Marwan Effendy, hal 28.
21
Evi Hartanti, 2008. Tindak Pidana Korupsi, Jakarta. Sinar Grafika, hal 5
berbuat dan hasilnya disebut perbuatan itu adalah hanya manusia. Selain
itu, kata “perbuatan” lebih menunjuk pada arti sikap yang diperlihatkan
dilarang hukum), tetapi dapat juga bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang
1) Simons
dihukum”.
2) E. Utrecht
yang sering juga ia sebut sebagai delik, karena peristiwa itu suatu
oleh hukum.
22
Ibid, Evi hartanti, hal 5,6.
3) Pompe
4) Moeljatno
hukum dan diancam pidana asal saja dalam hal itu diingat
persyaratan yang harus dipenuhi, mulai dari ketentuan asas sampai pada
poena siene previe lege”, Tidak ada pidana sebelum didahului oleh
pasti memiliki unsur tindak pidana baik secara subjektif dan objektif dan
sebagai berikut23 :
1) Unsur subjektif
2) Unsur Objektif
23
Teguh Prasetyo, 2011, “Hukum Pidana”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 17.
Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka kalau ada suatu
adalah :
peristiwa pidana.
ketentuan hukum.
kesalahan.
dipertanggungjawabkan
dan ketidakjujuran.
sebagainya.
24
Eva Hartanti, Op.cit, hal 8.
harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi
orang lain.
umum. Kesimpulan ini diambil dari definisi yang dikemukakan antara lain
menyangkut pemerintahan).
cakupan perbuatan yang dikategorikan korupsi. Maka sah saja misalnya jika
ada pendapat yang mengatakan bahwa korupsi dapat dibagi menjadi dua
Tahun 2001 khususnya Pasal 2 dan Pasal 3 yang secara substansi tidak
adalah :
Pasal 3
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah
dan paling banyak denda Rp. 1000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
25
Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. (Jakarta: Gramedia, 1986),
hal. 105.
26
Elwi Danil, 2012, “Korupsi, konsep, tindak pidana, dan pemeberantasannya”, PT. Rajagrafindo
Persada., Jakarta, hal 116.
bahwa, keuangan dari badan hukum atau badan hukum yang seluruh
keuangan negara. Misalnya keuangan PT, CV, Firma, dan sebagainya yang
dapat dihindari.28
27
Ibid, Elwi Danil, hal 117.
28
Ibid, Elwi Danil, hal 117.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Data Primer
C. Jenis Penelitian
1. Wawancara
Hakim, Jaksa atau ahli hukum yang mengerti tentang objek penelitian
penulis.
2. Studi dokumen
D. Analisis Data
due process of law (peradilan yang cermat dan adil) tetap harus
tersangka merupakan hal yang penting. Dalam due process of law itu
lewat fakta dan pandangan hukum. Dan dari dua versi hukum tersebut
secara langsung. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Adi Emanuel
kongkret seperti hasil legal audit, apabila semua itu terpenuhi maka
teratasi.
atau ultimate truth atau disebut juga absolute truth. Oleh karena itu,
Hal ini ditegaskan dalam rumusan Pasal 189 Ayat (4) Undang-Undang
yang lain,”
menyatakan:
Adapun alat bukti sah yang dikenal dalam pasal 184 ayat (1) KUHAP
ialah:
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan terdakwa;
29
Yahya Harahap, 2002, “Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan kembali”. Sinar Harapan, hal 275.
Disamping itu Pasal 189 ayat (1) ditegaskan, bahwa keterangan
begitu juga oleh Pasal 189 ayat (3) dinyatakan, bahwa “keterangan
peranan sentral dan bersifat menentukan. Oleh karena itu, baik secara
teoritis dan praktik suatu alat bukti haruslah dipergunakan dan diberi
diperoleh dari korupsi dan telah dialihkan ke tangan orang lain, selain itu
negeri.
30
Lilik Mulyadi, 2008,”Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif, teoritis dan Praktik”, Alumni, hal
91.
Untuk meminimalisir kerugian negara dalam upaya
pelaku dari negara dengan cara antara lain meniadakan hak atas aset
kepada negara.31
1. Pelacakan aset
31
Indriyanto Seno Adji, 2009, “Korupsi dan Penegakan Hukum”, Diadit Media, hal. 149,150.
32
Purwaning M Yanuar, 2007, ”Pengembalian Aset Hasil Korupsi Berdasarkan Konvensi PBB Anti
Korupsi 2003 dalam Sistem Hukum Indonesia”, PT Alumni, hal. 25.
3. Penyitaan atau perampasan aset
barang-barang tersebut.
terpidana.
yang meliputi Pasal 145 ayat (5), Pasal 154 ayat(5), Pasal 155 ayat
(1), Pasal 203 dan Pasal 205. Pemahaman atas ketentuan pasal-
33
Dwiyanto Prihartono, 2003, “Sidang tanpa Terdakwa, Dilema Peradilan In Absentia dan Hak
Asasi Manusia”, Pustaka Pelajar, hal 26,27.
melakukan proses penemuan hukum (rechtvinding) atas sebuah
ordinary crime).
Pendapat yang paling moderat, bahwa sidang in absentia dapat
saja dilakukan, tetapi dalam praktek tetap harus melewati proses kerja
adalah dalam hal terdakwa tidak hadir padahal sudah dipanggil menurut
tidak dapat dibenarkan atau tanpa alasan, hal itu berarti terdakwa
kehadiranya, dan untuk membela diri oleh dirinya sendiri atau melalui
hak fundamental atau non derogable rights atau suatu hak yang tidak
34
Marwan Effendy, 2010, Op.Cit, hal 71.
untuk keadaan yang khusus yang mengancam kehidupan negara, dan
absentia.
haknya.
35
Ibid, Marwan Effendy, hal 71.
36
Ibid, Marwan Effendy, hal 71,72.
Terdakwa tidak memenuhi kewajiban asasinya, karena
peradilan
seorang terdakwa telah dua kali dipanggil secara sah, dan walaupun
kedua panggilan itu telah dilakukan dengan sah terdakwa tetap tidak
hadir “tanpa alasan yang sah”. Jika ada alasan yang sah misalnya
hal tersebut harus disertai dengan keterangan dokter dan medical record
Hendra Rahardja (Terdakwa I), Eko Edi Putranto (Terdakwa II) dan
bentuk Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen
sudah dalam keadaan tidak sehat dan akhirnya dilikuidasi. Pada saat itu
ekstradisi.
(2) Dakwaan
terhadap Terdakwa I, II, dan III dengan Pasal 1 ayat (1) sub a jo Pasal
28 jo Pasal 34 c Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 jo Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Pasal 1 ayat (2) jo Pasal 55 ayat (1)
sub 1e jo
dengan Pasal 1 ayat (1) sub a jo Pasal 28 jo Pasal 34c Undang- Undang
(3) Putusan
terdakwa :
Santosa.
tinggal Taman Kebon Jeruk Blok 1.8 No. 6 Jakarta Barat, agama
juta seratus lima puluh ribu delapan ratus rupiah) dirampas untuk
negara;
5. Menghukum para terdakwa secara tanggung renteng untuk
triliun sembilan ratus lima puluh empat ribu dua ratus rupiah);
(Indonesia).
telah dipanggil secara patut, sehingga hal yang demikian itu akan
bersangkutan.
dalam hal ini telah diatur dalam Pasal 38 ayat (1) UU TPK oleh
karenanya apabila mereka akan menggunakan hak-haknya
yang sah;
juta seratus lima puluh ribu delapan ratus rupiah) dirampas untuk
negara;
7. Menghukum para terdakwa secara tanggung renteng untuk
triliun sembilan ratus lima puluh empat ribu dua ratus rupiah);
7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah) dan untuk tingkat banding
jo UU TPK.
dikenakan kepada siapa saja yang menurut sangkaan dan dugaan telah
bersangkutan telah dipanggil secara patut dan dalam hal ini telah
secara in absentia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan apabila terdakwa dipanggil secara sah, layak dan patut namun
B. Saran
kebenaran materiil.
Sumber lain:
Hukumonline.com
Putusan.mahkamahagung.go.id
Wikipedia.com